Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PENILAIAN KINERJA BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD GUGUS SRIKANDI DENPASAR I Km. Hary Sudawan1, I Md. Suara2, Siti Zulaikha3 1, 2, 3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected] 2,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain yaitu “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dari 8 sekolah dasar dan 16 kelas yang berjumlah 581 siswa. Sampel diambil dengan teknik a purposive sampling yaitu siswa kelas V SD N 10 Sumerta yang berjumlah 33 orang a sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD N 5 Sumerta sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 orang. Data kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dikumpulkan dengan menggunakan tes esay. Tes kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa diberikan pada saat post test secara tertulis. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol (75,04 > 68,33) dan hasil analisis uji-t diketahui thitung = 4,273 > ttabel (α = 0.05, 61) = 2.00. Dengan demikian berarti model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Group Investigation (GI), Kemampuan Berfikir Kreatif Abstract This study aims to determine significant differences study Civics creative thinking ability among students that learned through cooperative learning model group investigation (GI) based performance assessment with students that learned through conventional teaching in class of V SD Gugus Srikandi Denpasar Academic Year 2013/2014. This research is a quasi experimental design that is " Nonequivalent Control Group Design ". The study population was all students of class V SD Gugus Srikandi Denpasar Academic Year 2013/2014 of 8 primary schools and 16 classes totaling 581 students. Samples were
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) a
taken by purposive sampling technique grade students of SD N 10 Sumerta V . , a amounting to 33 people as a class experiment and students class of V N 5 Sumerta as control classes totaling 30 people . Data creative thinking ability of students to learn in civics class in experimental and control classes were collected using essay tests . Tests of creative thinking ability of students learning civics test administered at the time of writing the post . The data were then analyzed using t-test . The results of this study indicate that based on the results of t-test analysis is known there are significant differences study Civics creative thinking ability of students that learned through cooperative learning model group investigation (GI) based performance assessment with students that learned through conventional teaching in class of V SD Gugus Srikandi Denpasar Academic Year 2013/2014, with an average value of the experimental group is higher than control group ( 75.04 > 68.33 ) and the results of t-test analysis of thitung = 4.273 > ttable (α=0:05,61) = of 2.00. Thus means cooperative learning model group investigation (GI) based performance assessment affect the ability of creative thinking of students learning civics class of V SD Gugus Srikandi Denpasar Academic Year 2013/2014.
Key words : Group Investigation (GI), Creative Thinking Ability
PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan tumpuan utama agar suatu bangsa dapat melaksanakan pembangunan dan mampu bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi ini. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Pendidikan sangat berperan dalam perkembangan diri peserta didik, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kreativitas sehingga menjadi manusia dengan sumber daya yang tinggi. Pembelajaran pada hakekatnya adanya interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungannya maupun dari sumber belajar lainnya. Dalam proses interaksi tersebut, guru berperan sebagai fasilitator. Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru dapat memotivasi diri, mengembangkan kompetensi diri, memperkaya wawasan untuk mengembangkan strategi pembelajaran,
mengembangkan model pembelajaran sebagai salah satu pilar pengembangan pendidikan. Selain itu guru hendaknya dapat memotivasi siswa agar mampu menggunakan kemampuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan. Sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dan mengemukakan pendapatnya sendiri didalam menghadapi segala persoalan. Namun kenyataannya dalam proses pembelajaran guru terkadang mengabaikan kesesuaian antara materi yang akan diajarkan dengan metode atau model yang digunakan serta media pendukungnya. Pembelajaran PKn adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. (Wahab,2007:25) Pelajaran PKn mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal yang memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dihadapinya sehari-hari. Dalam pembelajaran PKn hendaknya lebih memberikan kebebasan dalam berpikir dan mengarah kepada kemandirian siswa. Komponen penting yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran PKn adalah membentuk warga negara yang cerdas, terampil (berpikir kreatif dan berpartisipasi), dan berkarakter (loyal kepada bangsa dan negara, memiliki kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan pancasila dan UUD 1945). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn kelas V Gugus Srikandi Denpasar, dikatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran memang pada umumnya berjalan cukup baik, khususnya untuk pembelajaran PKn. Dalam pelaksanaannya guru melaksanakan pembelajaran dengan cara ceramah, tanya jawab, pemberian tugas individu. Pembelajaran yang berlangsung dikelas lebih didominasi oleh guru, siswa jarang diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pengalaman belajar secara langsung dalam proses pembelajaran, serta sarana yang tidak memadai dan kurang menerapkan model pembelajaran. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Hal tersebut membuat pembelajaran di kelas menjadi tidak optimal. Untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas dapat menggunakan model pembelajaran inovatif yang merangsang siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) yang dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa baik secara perorangan maupun kelompok (Mufune,2005:4). Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dapat mengembangkan kreativitas atau kemampuan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan didalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Suastra (2009: 187) model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) adalah model pembelajaran yang menganut pandangan konstruktivisme dimana belajar adalah
proses pembentukan/ konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki sebelumnya. Model ini memerlukan guru dan kelas yang fleksibel. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar kelompok. Intervensi guru sangat dikurangi dalam kegiatan ini, kecuali ditemukan permasalah yang cukup serius dalam kelompok belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas (Suyatno, 2009: 56). Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok dapat menyelidiki (investigasi) subtopik dari keseluruhan materi (materi pokok yang akan diajarkan, dan kemudian siswa dapat membuat laporan dengan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelompok, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan antar kelompok. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat di simpulkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe group investigation (GI) adalah suatu pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki sebelumnya dan kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok dapat menyelidiki (investigasi) subtopik yang diberikan selanjutnya diskusi dengan angota kelompok, dan kemudian mempresentasiikan penemuan mereka kepada kelas. Rusman (2011:222) mengemukakan bahwa keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) (1) dapat dipakai untuk mengembangkan tanggung jawab dan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. (2) menghilangkan sifat egois, dapat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial dan agama. (3) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah. (4) serta mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sehingga dapat membangun pengetahuan siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya terletak pada model pembelajaran yang digunakan, tetapi juga diartikan sebagai kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi belajar. Dalam konteks ini, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) memerlukan sebuah penilaian untuk mempermudah guru dalam mengatur strategi pembelajaran. Dalam hal ini penilaian yang dianggap sesuai yaitu penilaian kinerja atau performance assessment. Menurut Majid (2011:200) penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan serta dapat memperbaiki proses pembelajaran karena assessment tersebut dapat membantu para guru dalam membuat keputusan selama proses pembelajaran. Penilaian kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performence) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Penilaian kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai pemantauan mengenai perkembangan dari suatu pencapaian program tersebut. Penilaian ini mengingatkan siswa untuk dapat mendemonstrasikan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tertentu seperti menulis esay, menemukan solusi dari suatu permasalahan, menggambar sesuatu. Dalam hal ini penekanannya adalah pada
pengujian pengetahuan prosedural (Muslich, 2011:70). Performance Assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berbagai kegiatan seperti berpidato, memainkan alat musik, menggunakan peralatan laboratorium, diskusi, pemecahan masalah dan aktivitas lainnya yang bisa diamati. Muslich (2011: 98) mengemukakan dalam praktiknya, penilaian kinerja atau performance asessment dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) performance asessment dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan. Kualitas yang didapat dari kelas hari demi hari berkenaan dengan kinerja siswa sebagai basis pemantauan kemajuan siswa dapat ditingkatkan dengan observasi terfokus pada indikator yang dianggap penting dan mencatat hasil observasi secara sistematis. Obsevasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang bermakna, terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum, (2) performance asessment dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu siswa. Guru memilih konteks tertentu dan metode tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa.l, dan (3) performance asessment dalam bentuk keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang menyangkut kesesuaian kurikulum, keadilan, keumuman, standar dan reliable. Kesesuaian dengan kurikulum yang dimaksud adalah aspek performance siswa yang dinilai mencakup kompetensikompetensi yang diharapkan kurikulum. Keadilan dalam hal ini yaitu aspek performance siswa yang dinilai adil untuk semua anak dalam konsisi penilaian standar bagi satu siswa ke siswa lainnya dan aspek performance siswa yang dinilai dapat digeneralisasikan dari tugas-tugas yang dikerjakan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa penilaian kinerja adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dan hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran dimana siswa mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan Kemampuan berfikir kreatif melibatkan kemampuan seseorang untuk mengkombinasikan pengalamanpengalaman masa lalu dengan pengalaman baru yang tercermin dari kelancaran, keluwesan, originalitas, dan elaborasi dalam berfikir. Ciri-ciri kreativitas seperti kelancaran, keluwesan, originalitas, dan elaborasi merupakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berfikir siswa. Berfikir tersebut melibatkan membangun idea-idea baru, melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan, dan menghasilkan produk yang baru. Kemampuan berfikir kreatif merupakan kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Munandar, 2004) Kemampuan berfikir kreatif sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang. Menurut Munandar (2004) manfaat dari berfikir kreatif adalah (1) Dengan berfikir kreatif, orang dapat mengaktualisasikan dirinya, dan aktualisasi diri merupakan pokok pada tingkat tertinggi kehidupan manusia. (2) Berfikir kreatif sebagai kemampuan melihat bermacam-macam penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. (3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan individu. (4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Uraian diatas menjadi alasan kuat bahwa sudah seharusnya kreativitas siswa dikembangkan sedini mungkin. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) berbasis penilaian kinerja
dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar yang terdiri dari 16 kelas dengan jumlah 581 orang siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Gugus Srikandi, diperoleh informasi bahwa kelas-kelas tersebut dikatakan setara secara akademik sehingga tidak ada kelas unggulan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 2011:45). Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk sebelumnya dan kelas V yang dijadikan sampel berada di sekolah yang berbeda. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian, sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Untuk menentukan sampel dipergunakan teknik noneprobability sampling. “Noneprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiono,2012:218). Alasan dipergunakan teknik noneprobality sampling untuk pengambilan sampel yaitu karena ada SD di Gugus Srikandi Denpasar Timur banyak siswa kelas V dalam satu kelasnya kurang dari 30 orang sehingga apabila menggunakan teknik random sampling kelas tersebut yang terpilih ditakutkan data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan homogen sehingga dipergunakan teknik noneprobability sampling.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Teknik noneprobality sampling yang dipilih adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012:219). Sebelum ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji kesetaraan dengan mengunakan uji-t. Uji kesetaraan dengan menggunakan nilai sumatif siswa kelas IV. Berdasarkan hasil pengujian kesetaraan diperoleh thitung = 0,88 < ttabel (α = 0,05; 61) = 2,00 sihingga kedua kelompok tersebut dinyatakan setara. Dari dua kelas tersebut diundi kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah diundi terpilih kelas V A di SD N 10 Sumerta sebagai kelompok eksperimen dan kelas V A di SD N 5 Sumerta sebagai kelompok kontrol Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbasis penilaian kinerja dan pembelajaran konvensional dan variabel terikatnya adalah kemampuan berfikir kreatif siswa dalam mata pelajaran PKn baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Metode pengumpulan data tentang kemampuan berfikir kreatif siswa dikumpulan dengan menggunakan tes essay yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam penelitian. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran PKn yang diperoleh. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur dengan hal yang diukur (Koyan, 2004:59). Lebih lanjut dijelaskan oleh Arikunto (2010:65) bahwa validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengamatan. Untuk rubrik penilaian dengan menggunakan skala rating digunakan validitas dari pemikiran yang lebih sering disebut dengan validitas logis. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah istrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
(Arikunto, 2010:66). Sebuah instrumen dapat mencapai dua macam validitas logis yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Untuk rubrik dengan skala rating digunakan validitas isi. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur indikator yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Sudjana (2005: 13) menyatakan bahwa “Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya, artinya tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka”. Validitas isi dilakukan dengan membuat kisi-kisi, rubrik penilaian dan butir tes telah disesuaikan dengan indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam kurikulum melalui persetujuan dari guru, kepala sekolah dan para ahli atau expert, dalam hal ini pengempu dosen PKn. Tes yang sudah memenuhi validitas isi digunakan untuk pengambilan data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian di analisis dan di uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat data kemampuan berfikir kreatif siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi umum yang dipaparkan dalam bagian ini meliputi deskripsi skor rata-rata dan standar deviasi (SD) dari kemampuan berfikir kreatif siswa kelas V SD di Gugus Srikandi Denpasar yang diperoleh dari memberikan post-test. Tes kemampuan berfikir kreatif berjumlah 10 butir soal essay yang diberikan setelah 6 kali perlakuan. Banyak siswa pada kelompok eksperimen adalah 33 dan kelompok kontrol adalah 30 siswa. Skor rata-rata kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa dari hasil post-test untuk kelompok eksperimen adalah 75,04 dengan standar deviasinya adalah 6,26. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa dari hasil
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) post-test untuk kelompok kontrol adalah 68,33 dengan standar deviasinya adalah 6,17. Secara umum, kelompok eksperimen memiliki rata-rata kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap persyaratanpersyaratan yang diperlukan terhadap sebaran data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis meliputi dua hal yaitu (1) uji normalitas dan (2) uji homogenitas varian antar kelompok. Analisis normalitas data dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen, ditemukan harga Chi-Square hitung X2hitung = 3,35 harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ChiSquare tabel X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel = (3,35 < 11.07), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa kelompok eksperimen dapat dikategorikan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok kontrol, ditemukan harga ChiSquare hitung X2hitung = 1,82 harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ChiSquare tabel X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel = (1,82 < 11.07), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa kelompok kontrol dapat dikategorikan berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas sebaran data terbukti bahwa kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa pada kelompok eksperimen maupun kontrol berdistribusi
normal. Setelah kemampuan berfikir kreatif siswa kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal, dilakukan uji homogenitas varian antar kelompok. Hasil perhitungan homogenitas diperoleh Fhitung = 1,023 dan Ftabel dengan dk pembilang 32 dan dk penyebut 29 dengan taraf signifikansi 5% = 1,80. Ini berarti Fhitung = 1,023 < Ftabel (α = 0,05; 32,29) = 1,80 sehingga kedua kelompok data memiliki varians yang Homogen. Dari hasil analisis uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis nol (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Kriteria pengujian Hipotesis adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan dk = (n1+n2)-2. Adapun hasil analisis dengan ujit, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 01 Tabel Analisis Uji-t No
Kelompok
N
1
Eksperimen 33
2
Kontrol
30
Dk 61
S
thitung
ttabel
75,04
6,26
4,273
2.00
68,33
6,22
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Dari hasil analisi menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung adalah 4,273. Setelah memperoleh thitung selanjutnya harus menentukan besar ttabel. ttabel dapat ditentukan dengan menetukan terlebih dahulu dk (derajat kebebasan)= n1 + n1 – 2 = 61, sehingga diperoleh nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 61 adalah 2,00. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 4,273 > ttabel (α = 0,05; 61) = 2.00. Dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas dan uji-t dengan menggunakan nilai ulangan sumatif siswa. Menunjukkan keadaan sampel yang homogen. Artinya data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian kedua kelas diberi tes akhir (post test). Analisis dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata post test kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa yang dicapai pada kelompok eksperimen adalah 75,04, sedangkan ratarata post tes kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa untuk kelompok kontrol adalah 68,33. Dengan demikian, rata-rata post test kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk perhitungan normalitas, homogenitas dan uji-t menggunakan microsoft excel dimana kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan microsoft excel, dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 61 diperoleh thitung = 4.273 dan ttable = 2.00. karena thitung > ttable maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa pada kelas eksperimen yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja pada standar kompotensi memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dilihat dari rata-rata skor, skor siswa kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (75,04 > 68,33). Melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) telah terbukti lebih baik dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Keadaaan tersebut didapat melalui belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI). Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi kondusif dan menarik bagi siswa. Hal tersebut membuat pembelajaran di kelas menjadi optimal dan dapat memaksimalakn kemampuan yang dimiliki siswa. Perbedaan kemampuan berfikir kreatif belajar Pkn siswa yang muncul juga disebabkan karena siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) siswa dapat mempunyai pengalaman belajar secara berkelompok dan menyelidiki (investigasi) subtopik yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa mampu untuk mengembangkan tanggung jawab dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kreativitas yang dimiliki, baik secara perorangan maupun kelompok, hal tersebut lebih baik. Siswa juga lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menyelidiki sendiri masalah yang di berikan yang menggunakan berbagai sumber seperti buku. Dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang cenderung menekankan pada metode ceramah dan sepenuhnya berada pada kendali guru. Dalam hal ini penggunaan pembelajaran konvensional siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran dan hanya menungu informasi yang diberikan oleh guru. siswa juga kurang memanfaatkan sumber belajar, jika tidak ada perintah dari guru. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil analisis uji-t, maka dapat diambil keputusan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dari keputusan tersebut ada suatu perbedaan yang terlihat selama penelitian berlangsung. Perbedaan tersebut adalah kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja yang memiliki skor rata-rata kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa yang lebih besar dari kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Secara operasionalnya model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dan pembelajaran konvensional digunakan untuk materi pembelajaran yang sama tetapi dengan cara penyampaian yang berbeda. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diketahui bahwa thitung = 4,273> ttabel = 2,00 (dengan taraf signifikansi 5% dan dengan derajat kebebasan 61) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif belajar PKn antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post test) diketahui bahwa rata-rata kemampuan berfikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (75,04>68,33), hal ini berarti bahwa rata-rata kemampuan berfikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja lebih baik dari kelompok kontrol yang belajar melalui pembelajaran Konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe gruop investigation (GI) berbasis penilaian kinerja berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif belajar PKn siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasat, Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yakni guru diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja sebagai alternatif dalam pemilihan model pembelajaran yang inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajara, kepada para peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih mendalam tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berbasis penilaian kinerja agar penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya dan memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan menyempurnakan pelaksanaan penelitian selanjutnya dan kepada pembaca disarankan agar lebih
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kritis menyikapi hasil penelitian ini, sebab penelitian ini dilakukan oleh peneliti pemula yang masih memiliki banyak kekurangan.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
DAFTAR RUJUKAN
Wahab,dkk.2007.Pendidikan Pncasila dan Kewarganegaraan.Jakarta:Universit as Terbuka .
Agung,
A.A. Gede. 2011. Evaluasi Pendidikan. Singaraja : STKIP Negeri Singaraja.
Arikunto, Suharsimi.2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Koyan, I Wayan. 2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja; Universitas Pendidikan Ganesha. Majid,
Abdul.2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, Sukarni.2004. Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka Cipta Muslich, Masur, 2011. Authentik Assessment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama. Rusman.2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Suastra, W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo. Sugiyono, 2012. Metode penelitian pendidikan: pendekatn kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta