e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGASOSIASI PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 (TEMA AIR, BUMI DAN MATAHARI) DI KELAS II SD NEGERI 14 DAUH PURI KECAMATAN DENPASAR BARAT (TAHUN AJARAN 2014/2015) Nihayanti1, DB.Kt.Ngr. Semara Putra2, Ida Bagus Gede Surya Abadi3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 1
2
Email :
[email protected] ,
[email protected] , 3
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Air, Bumi dan Matahari) di Kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat (2) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 42. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Air, Bumi dan Matahari) di Kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015 tergolong mengasosiasi secara induktif kategori generalisasi hal ini didukung oleh persentase rata – rata kemampuan mengasosiasi siswa yang tergolong baik secara tertulis adalah 83,34%, sedangkan siswa yang tergolong amat baik 16,66%. Faktor yang mempengaruhi kemampuan mengasosiasi siswa diantaranya minat dan motivasi siswa yang sangat tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran dan peran guru dalam membimbing siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (tema air, bumi dan matahari) di kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015 adalah baik secara generalisasi.
Kata kunci : kemampuan, siswa, mengasosiasi, pendekatan saintifik, dan kurikulum 2013
ABSTRACK The purpose of this study was to examine (1) describe the student`s competence in associating on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013 (themes of water, earth, and sun) for the class II of SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Denpasar Barat. (2) describe some factors that affects the student`s ability in associating on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013. This study was descriptive study that has 42 students as a subject of research for the students of class II of SD SD Negeri 14 Dauh Puri in the school year 2014/2015. In this study, a technique for collecting data were using observation, interview, questionnaire opened, and documentation. Analysis data was using a qualitative and quantitative approach. For the result of this study display that the student`s capability in assocaiting on the process of learning is generalizability inductive category. This case was supported by an average of student`s associating with writing presentation were 83,34% for good students and the poor students were 16,66%. From the whole result, the present researcher conclude that the student`s ability in associating on the process of learning was partly good that furthermore followed by the teacher`s including in the process of learning and guiding the students in that process. This research concludes that through the student`s competence in associating on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013 (themes of water, earth, and sun) for the class II of SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat is good with generalizability. Key word : capability, student, association, saintific approach, and curriculum 2013
PENDAHULUAN Perubahan teknologi dan informasi yang sangat pesat membuat banyak perubahan yang terjadi didalam segala aspek kehidupan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah dalam bidang pendidikan. Untuk itu diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada adanya upaya peningkatan kemampuan. Hal ini penting guna membentuk daya kreatif dan keterampilan tinggi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dinamis. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencetak generasi bangsa yang kompeten, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Pendidikan dalam rangka mencapai tujuan memerlukan pedoman berupa kurikulum sebagai seperangkat isi, tujuan maupun rancangan dalam mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam system pendidikan nasional. Indonesia sebagai Negara yang memiliki salah satu cita – cita mencerdaskan kehidupan bangsa tentu memiliki system pendidikan nasional yang kemudian diturunkan pada seperangkat rencana berupa kurikulum. Namun, seiring berkembangnya zaman perubahan demi perubahan pun terjadi. Tentu hal tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar pada era
globalisasi, generasi penerus bangsa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kurikulum yang disosialisasikan pada saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini menjadi pengganti dari kurikulum yang sebelumnya yang berkembang di Indonesia yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tahun 2013 telah diberlakukan pembelajaran Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I, II, IV dan V. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema yang akan menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Berdasarkan teori Dyer (Sani, 2014) pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba/mengumpulkan informasi, 4) menalar/asosiasi, 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Karakteristik pendekatan saintifik antara lain sebagai berikut; 1) berpusat pada siswa, 2) melibatkan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, 4) dapat mengembangkan karakter siswa (Sani, 2014). Untuk membentuk kemampuan daya kreatif siswa khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan untuk mendukung hal tersebut. Adapaun yang dimaksud dari kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk menggunakan daya nalar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lovel dan Ranty, “jika siswa belum memiliki kemampuan bernalar yang diperlukan, maka pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran akan terlupakan, atau walaupun masih tertinggal hanya merupakan pengetahuan hafalan”. Hal serupa sesuai dengan pernyataan W.W Sawyer dalam Fadjhar yaitu “pengetahuan yang diberikan langsung kepada para siswa akan kurang meningkatkan kemampuan bernalar siswa”. Untuk itu diperlukan suatu keterampilan baru yang berguna mengasah kemampuan penalaran siswa agar pengetahuan yang di dapat tidak hanya sebatas kemampuan hafalan saja. Suatu keterampilan yang baru yang dimaksud adalah kemampuan penalaran (mengasosiasi) yang merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Kegiatan “mengasosiasi / mengolah informasi” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan / eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterikatan informasi tersebut. Apabila dikaitkan dengan hal di atas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas faktakata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmah dari sikap dan pengetahuan yang didapat dari proses belajarnya. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus. Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualitas kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Hidayat, 2013). Sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Secara konseptual draft Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam Kurikulum 2006. Pendekatan dan strategi pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengelaman belajar yang diperoleh dari kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat juga akan mampu mendekatkan peserta didik pada kultur masyarakat dan bangsanya. Kurikulum 2013 menjadi salah satu solusi menghadapi perubahan zaman yang kelak akan mengutamakan kompetensi yang disinergikan dengan nilai-nilai karakter. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Menurut Kosasih (2014) menyatakan bahwa “Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa”. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri. Daryanto (2014) berpendapat pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya memberi tahu. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa dengan tujuan agar siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Dari karateristik diatas, pendekatan saintifik sangat tertuju pada siswa dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan teknik dari pembelajaran saintifik sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya.Selain itu pendekatan saintifik juga menekankan pada karakter siswa.perkembangkan karakter siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari keterlibatan belajar siswa secara aktif.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Namun kenyataannya, kegiatan mengasosiasi atau menalar ini menjadi kendala. Siswa belum mampu menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya. Dalam hal ini, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented)dan belum berpusat pada siswa (student oriented). Pembelajaran seperti ini menyebabkan proses pembelajaran kurang efektif. dimana guru menjelaskan sedangkan siswa duduk manis mendengarkan. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Banyak siswa mampu menghafal dengan baik materi ajar yang diterimanya namun belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut dimanfaatkan. Akibatnya kemampuan penalaran (mengasosiasi) siswa tidak berkembang. Permasalahan tersebut terjadi pada siswa kelas II SD. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 29 Desember 2014 dengan guru kelas II yakni Ibu Nyoman Sukanti, S.Pd.SD di SD Negeri 14 Dauh Puri, kemampuan siswa dalam mengasosiasi masih sangat rendah, misalnya dalam kegiatan mengidentifikasi teks laporan sederhana tentang lingkungan sekitar maupun menulis laporan sederhana tentang hasil pengamatan lingkungan sekitar dan mengaitkan fakta – fakta yang ada di lingkungan sekitar dengan kegiatan sehari hari. Hal ini menjadi kendala dalam proses kegiatan mengasosiasi, sehingga guru perlu memberikan lebih banyak informasi kepada siswa agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Berdasarkan pemaparan di atas, menjadi sangat menarik untuk diteliti bagaimana kemampuan mengasosiasi siswa dengan diimplementasikannya kurikulum 2013. Karena dalam implementasi kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, kegiatan mengasosiasi menjadi salah satu komponennya. Penelitian ini akan memberikan deskripsi tentang kemampuan mengasosiasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas II, SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Februari – Maret 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri tahun ajaran 2014/2015 yang dipilih berdasarkan teknik sampling jenuh. Sugiyono (2009) menyatakan “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Terpilih subjek penelitian sebanyak 42 siswa. Objek penelitian merupakan hal yang dikaji dalam penelitian yaitu kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini membutuhkan instrumen yang tepat agar hasil yang didapatkan dapat menjawab rumusan masalah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peneliti sebagai instrument, yakni peneliti bertindak sebagai pengumpul data yang melakukan wawancara serta observasi terhadap subjek penelitian, Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Untuk menentukan validitas instrument dilakukan dengan cara Expert Judgement, yaitu mengkonsultasikan instrument yang telah dibuat kepada beberapa ahli ; pedoman observasi dirancang untuk mendapatkan gambaran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan hasil analisis kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pada tahap observasi, peneliti hadir di kelas yang bersifat observasi non partisipatif kepada siswa untuk memahami bagaimana kegiatan siswa dalam belajar di sekolah. Dalam pengamatan, data diinterpretasikan sesuai dengan keadaan empiris secara umum berdasarkan apa yang yang telah dipaparkan pada landasan teori yang ada. Observasi dilakukan sampai data telah benar - benar jenuh. Pengamatan dilakukan pada siswa kelas II tema Air, Bumi dan Matahari di SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015; Wawancara dilaksanakan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun. Wawancara dilakukan terhadap sumber data penelitian, yakni guru dan siswa. Wawancara terhadap
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
guru ditujukan untuk memperoleh data berkaitan dengan keterangan tentang kemampuan siswa dalam mengasosiasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan wawancara terhadap siswa bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung tentang kemampuan siswa dalam mengasosiasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pedoman wawancara dirancang untuk memperoleh deskripsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur (Sugiyono, 2008). Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan - pertanyaan tertulis. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak berwawancara diminta pendapat mengenai kemampuan siswa dalam mengasosiasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik; Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2010). Dokumentasi dilakukan dengan mencatat dan mengabadikan kegiatan berupa foto – foto maupun video pada saat peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dokumentasi dirancang untuk mengumpulkan data-data mengenai rumusan masalah pertama, yaitu kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Pedoman dokumentasi dirancang untuk mengumpulkan data-data mengenai rumusan masalah pertama, yaitu kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Angket dirancang untuk untuk mengetahui kemampuan mengasosiasi siswa secara tertulis . Dalam penelitian deskriptif kualitatif, seorang peneliti biasanya menjadi kunci utama dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Informasi atau data – data dalam
penelitian deskriptif dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam (in depth interview), angket terbuka dan dokumentasi. Data kualitatif akan diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan data kuantitatif akan diperoleh melalui jawaban siswa dalam angket. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Miles dan Humberman (dalam Sugiyono, 2014) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Reduksi data adalah salah satu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau nformasi yang terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan penarikan suatu kesimpulan atau tindakan. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dimulai tanggal 23 Februari 2015 sampai tanggal 10 Maret 2015 (catatan lapangan terlampir). Peneliti hanya dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh hanya di hari Rabu dan Sabtu, karena di hari lain pelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik maksimal hanya 1 X 30 menit dikarenakan ada tambahan pelajaran lainnya seperti Agama, Bahasa Bali, Bahasa Inggris, dan Olahraga. Selain peneliti mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas sekaligus mengobservasi kegiatan mengasosiasi siswa dalam proses pembelajaran, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan mengasosiasi siswa. Dalam observasi, peneliti melihat keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjawab pertanyan yang diberikan oleh guru bahkan ada beberapa siswa yang tidak sungkan menyampaikan pendapatnya walaupun terkadang pendapat yang disampaikan oleh siswa tidak sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Namun dalam hal ini, guru tidak langsung membenarkan ataupun menyalahkan pendapat siswa tersebut, melainkan guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menyampaikan pendapat yang mereka miliki sendiri hingga menemukan pendapat yang sesuai dengan pelajaran hari tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep pendekatan saintifik dimana guru bukanlah satu satunya sumber belajar namun guru hanya sebagai fasilitator. Setelah 8 kali peneliti memantau keaktifan siswa di dalam kelas, kemudian peneliti berkerja sama dengan guru kelas untuk membuat beberapa soal yang berbentuk angket terbuka. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui dengan jelas apakah siswa kelas II sudah mampu
mengasosiasi dengan baik atau belum. Dikarenakan pada proses pembelajaran tidak semua siswa berani menyimpulkan pada akhir pelajaran ataupun menyampaikan pendapat atas pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengingat siswa kelas II masih berumur 7 – 8 tahun diyakini siswa tersebut masih malu – malu untuk menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu peneliti meminta persetujuan guru kelas untuk bersama – sama membuat angket terbuka untuk mengetahui kemampuan mengasosiasi siswa secara tertulis. Angket terbuka dibagikan hari Rabu, 04 Maret 2015. Dari hasil diskusi dengan guru kelas II, peneliti membuat 5 pertanyaan atau pernyatan yang sesuai dengan tema yang sedang dipelajari. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket berskor maksimal 15 dengan 5 butir pertanyaan maupun pernyataan. Hasil dari jawaban siswa dalam angket terbuka kemudian diproses menggunakan bantuan Microsoft Office Exel 2007 untuk mendapatkan nilai rata – rata (mean) nya. Dari hasil pengujian statistik deskriptif rata – rata (mean) kemampuan mengasosiasi siswa secara tertulis dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ( tema Air, Bumi dan Matahari) di kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015 adalah 10, 86. Kemudian dikonversikan pada nilai Kurikulum 2013 menjadi 2,90. Kemampuan mengasosiasi termasuk ke dalam ranah kompetensi pengetahuan. Sehingga jika dikaitkan ke dalam rentang nilai kompetensi pengetahuan, rata – rata nilai kemampuan mengasosiasi siswa di kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat menempati predikat B ( Baik).
Tabel 01. Tabel Persentase Distribusi Frekuensi Kemampuan Mengasosiasi Siswa No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 0,00 – 1,00 1,00 – 1,33 1,33 – 1,66 1,66 – 2,00 2,00 – 2,33 2,33 – 2,66
Nilai sikap Kurang Cukup
Baik
F 0 0 0 0 0 10
Persentase (%) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 23,81
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
7 8 9 10 Jumlah
2,66 – 3,00 3,00 – 3,33 3,33 – 3,66 3,66 – 4,00
19 6 2 5 42
Sangat baik
Berdasarkan tabel 01. diatas menunjukkan bahwa kemampuan mengasosiasi 42 siswa diantaranya 4,76 % atau 2 orang siswa mendapatkan nilai A-, 11,90 % atau 5 orang siswa mendapatkan nilai A, 14,29 % atau 6 orang siswa mendapatkan nilai B+, 45,24 % atau 19 orang siswa mendapatkan nilai B, dan 23,81 % atau 10 orang siswa mendapatkan nilai B-. dari 42 siswa, yang mendapatkan nilai kompetensi kemampuan mengasosiasi baik sebanyak 35 orang atau 83,34 % dan yang mendapatkan nilai kemampuan mengasosiasi dengan sangat baik sebanyak 7 orang atau 16,66 %. Sementara, hasil wawancara siswa dan guru terkait faktor – faktor yang mempengaruhi siswa dalam kemampuan mengasosiasi setelah direduksi adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa sangat baik. Sehingga dapat dikatakan faktor internal sangat mempengaruhi kemampuan mengasosiasi siswa. Seperti yang sudah dikemukakan
45,24 14,29 4,76 11,90 100
bahwa jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh melalui observasi dan angket adalah data kuantitatif yang akan dianalisis secara kuantitatif, setelah itu dianalisis lagi menjadi deskriptif kualitatif. Sementara data yang diperoleh melalui wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut. Analisis data deskriptif kuantitatif dilakukan melalui : (1) Pereduksian data sebanyak 42 siswa (2) penyajian berupa tabel dan diagram serta (3) penarikan simpulan. Analisis penilaian kemampuan mengasosiasi siswa secara tertulis dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai aspek yang diteliti. Kemampuan mengasosiasi termasuk kedalam kompetensi pengetahuan, maka untuk penilaiannya digunakan penilaian kompetensi pengetahuan menggunakan nilai kualitatif seperti pada tabel berikut
Tabel 02. Tabel Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelas Interval 0 – 1,00 1,01 – 1,33 1,34 – 1,66 1,67 – 2,00 2,01 – 2,33 2,34 – 2,66 2,67 – 3,00 3,01 – 3,33 3,34 – 3,66
10
3,67 – 4,00
Nilai sikap Kurang Cukup
Baik
Amat Baik
Perhitungan nilai kemampuan mengasosiasi adalah dengan cara menentukan skala penilaian pengetahuan dibuat dengan rentangan 0 - 3, contoh; 0 = jawaban salah, tidak menjawab; 1 = jawaban
Predikat D D+ CC C+ BB B+ A-
A (Kurniasih dan Sani, 2014:101) benar, salah; 2 = jawaban benar, alasan kurang lengkap; 3 = jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Menetapkan pembobotan dan rumus perhitungan, pembobotan ditetapkan oleh satuan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik sekolah dan peserta didik. Nilai pengetahuan disarankan diberi bobot lebih besar dari pada nilai ulangan karena lebih mencerminkan perkembangan pencapaian kompetensi siswa. Setelah didapat hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif satu persatu. Diakhir akan dicari rata-rata siswa sehingga dapat disimpulkan secara klasikal. Analisis data deskriptif kualitatif ini diperoleh melalui wawancara siswa dan guru setelah lengkap akan ditriangulasi melalui teknik triangulasi sumber. Analsisnya hanya berupa data kualitatif. Pembahasan Penelitian ini diawali dengan mengamati kondisi sekolah dan siswa melalui tahapan observasi dan wawancara kepada guru, dari hasil wawancara dengan guru dan observasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas selama 8 x pertemuan. Selama 8 x pertemuan peneliti mengobservasi kegiata belajar siswa di kelas, nampak siswa sangat aktif dan antusias mengikuti pelajaran. Terlebih siswa sangat senang apabila guru menugaskan siswa melakukan percobaan dan guru membawa alat peraga di dalam kelas. Selama peneliti mengamati kegiatan siswa mengasosisasi di dalam kelas melalui bantuan perekam video, peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk mendapatkan saran agar hasil penelitian ini maksimal, hasil diskusi tersebut peneliti disarankan untuk membuat angket terbuka yang disesuaikan dengan indikator kemampuan mengasosiasi dikarenakan untuk menganalisis kemampuan mengasosiasi siswa secara lisan kurang terjamin hasilnya walaupun sudah melalui bantuan perekam video sehingga peneliti disarankan untuk membuat angket terbuka yang berisikan pertanyaan seputar tema yang sedang diajarkan, sehingga dalam pertanyaan angket tersebut peneliti dapat menganalisis kemampuan mengasosiasi siswa secara tertulis dengan lebih mudah dan hasil analisis lebih akurat dibandingkan jika hanya melalui media perekam video saja. Hasil analisis data berdasarkan angket terbuka yang dilakukan dan wawancara dengan siswa menunjukkan, bahwa
kemampuan mengasosiasi siswa secara induktif mulai terlihat namun dalam kategori penalaran induktif secara generalisasi. Hal ini terbukti dalam jawaban siswa yang mampu memberikan dugaan terhadap sebuah pertanyaan dan siswa mampu menarik suatu kesimpulan dari beberapa fakta yang diberikan yang bersifat umum, seperti pada gambar 4 (terlampir). Berdasarkan gambar tersebut, kemampuan mengasosiasi siswa secara generalisasi sudah tampak. Karena dapat mengaitkan fakta – fakta dalam menjawab pertanyan yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengasosiasi siswa secara generalisasi sudah baik. Hal ini di dukung dengan hasil analisis data dengan mencari rata – rata nilai siswa dalam menjawab angket terbuka yakni sebesar 83,34 % siswa yang sudah mendapatkan predikat BAIK dalam penilaian kompetensi pengetahuan kurikulum 2013 khususnya kemampuan siswa dalam mengasosiasi secara tertulis. Hal ini didukung oleh faktor yang berada di dalam diri siswa, yakni faktor motivasi dan minat siswa yang sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga siswa mampu mengasosiasi dengan baik. Selain faktor yang berasal dari dalam diri siswa, faktor eksternal pun sangat berpengaruh. Seperti faktor guru. Guru pun memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru menerapkan pendekatan saintifik dengan baik, hal ini terlihat bahwa guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk melakukan percobaan sendiri baik disekolah maupun di rumah, selain itu bantuan guru membawa alat peraga yang terbuat dari bahan bekas sederhana pun menunjukkan keterampilan guru mengolah barang bekas sekaligus memberikan contoh kepada siswa agar mampu mengolah barang bekas menjadi barang yang sangat berharga bagi kehidupan sehari – hari walaupun sangat sederhana. PENUTUP Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan penyebaran angket kepada siswa kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ajaran 2014/2015, dapat disimpulkan antara lain : Kemampuan mengasosiasi siswa secara induktif terlihat dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Air, Bumi dan Matahari. Hal ini terlihat pada tabel persentase distribusi frekuensi kemampuan mengasosiasi siswa. Berdasarkan tabel tersebut 4,76 % siswa atau 2 orang mendapatkan nilai A-, 11,90 % atau 5 orang siswa mendapatkan nilai A, 14,29 % atau 6 orang siswa mendapatkan nilai B+, 45,24 % atau 19 siswa mendapatkan nilai B dan 23,81 % atau 10 orang siswa mendapatkan nilai B-. Dari 42 siswa, yang mendapatkan nilai kompetensi kemampuan mengasosiasi baik sebanyak 35 orang atau 83,34 % dan yang mendapatkan nilai kemampuan mengasosiasi dengan sangat baik sebanyak 7 orang atau 16,66 %. Kemampuan mengasosiasi siswa secara deduktif belum terlihat, dikarenakan kemampuan mengasosiasi siswa kelas II dikategorikan mengasosiasi secara sederhana dan 0 % atau tidak ada siswa yang memenuhi kriteria dalam indikator kemampuan mengasosiasi secara deduktif. Deskripsi kemampuan mengasosisasi siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Air, Bumi dan Matahari dapat disimpulkan kemampuan mengasosisasi secara induktif dalam aspek generalisasi, hal ini nampak pada hasil jawaban siswa pada angket terbuka yang mampu mengaitkan fakta – fakta yang ada pada kehidupan sehari – hari dengan memberikan simpulan yang bersifat umum . Faktor - Faktor yang mempengaruhi kemampuan mengasosiasi siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Air, Bumi dan Matahari didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal siswa diantaranya minat dan motivasi siswa yang sangat tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran dan faktor eksternal siswa adalah peran serta guru dalam membimbing siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
Kepada siswa disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih memperhatikan dan lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga pembelajaran yang diperoleh benar-benar sesuai dengan materi pembelajaran. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan pembelajaran dan memilih pendekatan yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan penelitian dengan berbagai pendekatan atau model pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Reneka Cipta Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta :Grava Media Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.Bandung : Yrama Widya Modul Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SD/SMP/SMA. 2013. Konsep Pendekatan Saintifik. Kementerian pendidikan dan Kebudayaan. Moleong, Lexy J. 2009.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Nasution.2008.Metode Research.Jakarta :Bumi Aksara. Riyanto, Yatim. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidian. Surabaya: SIC Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara Salinan Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Silberman, Mel. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Sugiyono. 2008. Manajemen Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri Suyadi, 2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Rosdakarya Uno, B. Hamzah. 2014. Assessment Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara