Teliti Pemilukada, Surya Darma Jadi Wisudawan Terbaik S2 FH UNAIR NEWS – Surya Darma Kardeli ditetapkan sebagai wisudawan terbaik S-2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga, karena ia meraih IPK tertinggi, 3,89. Tesis yang ikut menunjang prestasinya itu pun cukup aktual, yakni “Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Pegawai Negeri Sipil dalam Mengikuti Pemilukada Melalui Calon Independen”. Alasan Surya memilih topik tesis itu tidak lain adalah perlindungan hukum terhadap hak-hak profesi PNS yang mengikuti pemilukada melalui calon independen. Dalam UU Nomor 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) Pasal 119 dan Pasal 123 Ayat (3), mewajibkan PNS yang mengikuti pemilukada untuk mengundurkan diri secara tertulis pada saat mengikuti pemilihan. Selain itu, ketentuan pasal tersebut merupakan penjabaran dari ketentuan pasal yang menyatakan bahwa PNS diberhentikan dengan tidak hormat apabila menjadi anggota atau pengurus partai politik. Saat studi S-2 itu, Surya mengaku tak banyak mengikuti kegiatan lain diluar kegiatan akademik. Kegiatan diluar perkuliahan yang sering diikuti antara lain seminar, FGD, advocacy class, dan kegiatan yang ada kaitannya dengan studi Ilmu Hukum. Laki-laki kelahiran Padang 19 April 1990 ini saat S-1 pernah Juara I lomba karya tulis ilmiah dalam acara Recht Partij Ilmu Hukum yang diadakan UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, tempatnya menempuh studi. Kini, menjadi wisudawan terbaik S-2 FH UNAIR, bagi Suerya ini sangat membanggakan. “Pada
Prodi
Magister
Ilmu
Hukum
FH
UNAIR
sistem
pembelajarannya terstruktur baik. Yang tak kalah penting yaitu sikap ramah dan tidak pelit ilmu para civitas akademika FH
UNAIR yang selalu memotivasi dan mengayomi semua peserta didik,” ujarnya. Kelancaran studi S-2-nya ini pun, katanya, tak terlepas dari peran dosen pembimbing tesisnya, Dr. Lanny Ramli, S.H., M.Hum. Setelah lulus ini Surya akan kembali Padang untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dosen. “Sejak awal hendaknya sudah dipersiapkan target yang akan dicapai, dan harus konsisten dalam melaksanakannya,” ujar laki-laki yang kini menjadi anggota Lembaga Pembinaan dan Pengawas Keuangan, PW Muhammadiyah Sumatera Barat ini. (*) Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Nuri Hermawan.
Dwi Rezky Lulus Terbaik Psikologi, Deynara Septin DP Terbaik S1 FKH UNAIR NEWS – Fenomena kecanduan game online sudah memikat perhatian Dwi Rezky Anandari, sejak memulai kuliah (S-1) di Universitas Negeri Makassar. Ketertarikannya itu lalu dituangkan dalam penelitian skripsi dengan tempat penelitian di Kota Makassar. Setelah menjalani studi S-2 di Universitas Airlangga, ia kembali mengangkat tema tersebut sebagai bahan tesisnya. Tesis itulah kemudian ikut mengantar Kiky, sapaan akrabnya, menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Psikologi UNAIR dengan IPK 3,88.
Dwi
Rezky
Anandari, wisudawan terbaik S-2 Fakultas Psikologi UNAIR (Foto: Istimewa) Ketertarikan Kiky dengan tema game online karena perkembangan game itu cukup pesat. Namun faktanya, kegemaran terhadap game online tidak dibarengi dengan perhatian khusus oleh lingkungan sekitar dan pemerintah daerah. Perhatian khusus ini penting agar pengguna terhindar dari dampak negatif game online, salah satunya kecanduan. Tesisnya itu berjudul “Hubungan Antara Self Esteem dan Kesepian Terhadap Kecanduan Game Online pada Remaja Laki-laki di Kecamatan Rappocini, Kelurahan Gunung, Sari Kota Makassar”. “Pengalaman saya selama meneliti, cukup menarik. Khususnya dalam membagi waktu antara pekerjaan di Surabaya dan penelitian di Makassar. Bisa dikatakan salah satu tantangan dalam penelitian ini ialah mengatur waktu. Tetapi banyak sahabat dan teman di Makassar yang membantu saya dalam pengambilan data di Makassar,” kata Kiky pada UNAIR News, Senin, (19/09). Gadis penyuka komik dan film ini sangat berharap penelitian yang ia lakukan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Sebab penelitiannya ini mengkaji faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kecanduan game online. Sehingga orang-orang dapat melakukan pencegahan, khususnya orang tua. Sebelum menutup perbincangan, Kiky memberikan pesan dan motivasi pada mahasiswa UNAIR. “Mencintai dan belajar mencintai terlebih dahulu apa yang dikerjakan. Apa yang dicintai dan kerjakan sekarang akan menentukan masa depan kita kelak,” tutupnya. Deynara Selalu Berusaha dan Berdoa
Deynara Septin Dwi Putri wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. (Foto: Istimewa) Sementara itu Deynara Septin Dwi Putri, yang meneliti pencemaran timbal dalam air terhadap kesehatan ternak dan manusia, juga meraih predikat sebagai wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,69. Judul skripsinya itu adalah “Efek Hepatoprotektif Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness.) terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Mencit (Mus Musculus L.) yang dipapar Timbal Asetat Per Oral”.
“Saya tertarik mengangkat tema itu karena banyaknya pencemaran logam berat timbal di air, serta rumput pakan ternak yang dapat membahayakan kesehatan ternak dan manusia, khususnya organ hepar,” kata perempuan kelahiran Surabaya 27 September 1994 ini. Dikatakan, hepar berfungsi sebagai alat detoksifikasi zat racun, termasuk timbal. Daun sambiloto diketahui memiliki banyak khasiat untuk mengatasi racun. Namun, hal itu masih belum diketahui efektivitas ekstrak sambiloto untuk memproteksi hepar dari kerusakan akibat timbal. Terkait capaian prestasi sebagai lulusan terbaik, penggiat Kelompok Minat Veteriner Pet and Wild Animal yang pernah menjadi asisten dosen patologi veteriner ini, mengaku tak memiliki kiat khusus. “Jika kita rajin tekun, ikhlas, dan selalu bersungguh-sungguh terhadap sesuatu maka kita akan mendapatkan hasil yang maksimal,” tutur mahasiswi 22 tahun tersebut. ”Yang terpenting adalah selalu berusaha, berdoa, dan meminta doa dari orangtua karena tidak dipungkiri rida dari kedua orangtua yang membawa kita dalam kesuksesan dan kebahagiaan,” katanya di akhir wawancara. (*) Penulis: Lovita Marta Fabella, dan M Ahalla Tsauro Editor: Bambang Bes
Menikmati Pembelajaran, Kiat Rahma Sugihartati Jadi
Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Menikmati proses pembelajaran merupakan salah satu kunci sukses Rahma Sugihartati dalam menempuh studi. Ia berusaha menikmati proses pembelajaran, termasuk membaca referensi dan mengerjakan tugas kuliah, sehingga mampu menjalani tanpa harus terbebani. Dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan (IIP) FISIP UNAIR ini akhirnya meraih predikat wisudawan terbaik S-3 FISIP UNAIR dalam wisuda September 2016. Predikat itu kian sempurna dengan raihan IPK yang juga sempurna, yakni 4.0. “Saya menyadari kesulitan yang kerapkali dihadapi mahasiswa adalah bagaimana menjaga agar passion untuk belajar tetap hidup. Banyak mahasiswa ketika kuliah bersama di kelas, ia rajin, tapi ketika harus kerja mandiri untuk menulis disertasi, ia berhenti. Intinya, menikmati dan menjaga api semangat belajar tetap menyala itulah kunci sukses mahasiswa,” tutur Ketua Departemen IIP FISIP UNAIR ini. Alumni SMA Santa Maria Surabaya ini melakukan penelitian sesuai kompetensinya dan terkait dengan dampak internet, perkembangan masyarakat informasi dan minat baca. Lalu, wanita kelahiran 1 April 1965 ini menulis disertasi “Subkultur Anak Muda Digital Fandom Budaya Populer Global. Analisis Wacana Tentang Konsumsi dan Produksi Makna Teks Budaya di Era Digital.” Ia memilih judul itu karena sesuai minat dan mata kuliah yang ia ajarkan (masyarakat informasi). Selain itu, kajian ini merupakan bagian dari perkembangan masyarakat postmodern yang jarang dikaji/diteliti. Sukses menyelesaikan penelitian selama dua tahun ini juga tak lepas dari promotornya, Prof. Heru Nugroho, Ph.D dan CoPromotornya, Prof. Rachmah Ida, Ph.D. Ibu satu anak ini merasa beruntung dibimbing oleh ahli di bidang yang ia teliti dan sangat memberi keleluasaan untuk mengeksplorasi analisis dan implikasi teoritik dari studi yang dia lakukan.
Rahma juga rajin menulis. Diantara bukunya yang sudah terbit adalah “Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme” (2010; Graha Ilmu), “Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori-Teori Sosial Kontemporer” (2012; Prenada Kencana Media). (*) Penulis: Moh Ahala Tsauro Editor: Nuri Hermawan
Hikmah Sering Ganti Judul, Farida Amalia Lulus Terbaik S1 FEB UNAIR NEWS – Berulangkali ganti judul penelitian adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Farida Nur Amalia dalam mengerjakan skripsinya. Ada banyak kendalanya, memang. Salah satunya adalah minimnya data dan tingkat kesulitan dalam pengolahan data tersebut. “Saya membutuhkan banyak sekali data, dan sempat mengalami kesulitan dalam mengolah data. Namun demikian akhirnya saya bisa fokus dengan satu judul,” kata Farida, wisudawan terbaik S-1 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga ini ketika diwawancarai. Ia berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Utang, Ukuran Perusahan, Kompensasi Manajer dan Peralatan Laba terhadap Persistensi Laba Perusahaan Non Finansial yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Selama satu tahun, wisudawan yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96 ini berusaha dengan giat untuk menyempurnakan penelitian skripsinya. Tak jarang, ia juga meminta bantuan beberapa dosennya serta gemar mengikuti pelatihan-pelatihan di luar
kampus. Ketika ditemui Warta UNAIR, Farida berbagi tentang kiat-kiat dalam upaya untuk menjadi lulusan yang terbaik. “Kita wajib menghargai orang lain, khususnya dosen ketika menyampaikan materi perkuliahan di kelas. Kita sebaiknya juga berusaha membantu teman yang kesulitan, misalnya dalam memahami materi. Bagaimana pun, ilmu yang kita miliki juga harus dibagikan kepada rekan-rekan yang membutuhkan bantuan,” imbuh perempuan lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Kota Surabaya ini. ”Dalam mengerjakan tugas-tugas kampus, juga usahakan untuk memahami tugas yang akan kita kerjakan, walaupun sebagian soal dilengkapi manual solution,” kata Farida menambahkan. (*) Penulis: Achmad Janni Editor : Defrina Sukma S.
Rusdianto Sesung, Wisudawan Terbaik S3 FH karena Mencintai Ilmu UNAIR NEWS – Tradisi menjadi lulusan terbaik selalu dipertahankan oleh Dr. Rusdianto Sesung, S.H., MH. Buktinya, sejak Rusdianto masih di bangku SD hingga menengah atas, ia selalu lulus dengan nilai ujian nasional tertinggi. Di saat kuliah sarjana hingga doctor pun, Rusdi selalu menjadi wisudawan terbaik. Tahun 2009 ia menjadi lulusan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Mataram dengan IPK 4,0. Lalu tahun 2011 ia juga lulus yang terbaik S-2 FH Universitas Airlangga dengan IPK
3,95. Kini, Rusdi kembali dinyatakan sebagai lulusan terbaik S-3 FH UNAIR dengan IPK 3,87. “Dari jenjang S-1 hingga S-3 saya mengambil ilmu hukum tata negara. Jadi selalu linier,” jelasnya. Ditanya kiatnya menjadi yang terbaik, dosen FH Universitas Narotama Surabaya ini berprinsip sederhana, yakni mencintai ilmu. “Cintailah ilmu yang telah kamu pilih, sebagaimana kamu mencintai pasangan hidupmu, niscaya kejenuhan selama menyelesaikan studi akan terobati,” katanya. Ilmu yang dimiliki juga telah ia sumbangkan pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain sebagai mahasiswa dan dosen, ia juga menjadi tenaga ahli DPRD Provinsi Jawa Timur, DPRD Kab. Sidoarjo, konsultan hukum Pemprov Jawa Timur, Kab. Gresik, dan Kab. Tuban. Ia meyakini pilihan untuk berkarir yang sejalan dengan bidang ilmunya merupakan pilihan tepat. “Ketika Anda sudah memilih, maka syukurilah, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita,” kata Doktor berusia 28 tahun ini. Dalam
disertasinya,
Ketua
Prodi
Magister
Ilmu
Hukum
Universitas Narotama ini membahas otonomi daerah. Judulnya “Prinsip Kesatuan Hukum Nasional Dalam Pembentukan Produk Hukum Pemerintahan Daerah Otonomi Khusus atau Istimewa”. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Deprina Sukma Satiti
Nadia Intan, Model yang Lulus
Terbaik Fakultas Hukum UNAIR UNAIR NEWS – Sempat ganti dosen pembimbing saat menyelesaikan skripsi, tak membuat Nadia Intan Belinda putus asa. Lantaran dosen pembimbingnya Prof. Dr. Eman, S.H., MS meninggal dunia Mei lalu, Nadia harus ngebut merevisi skripsinya. Berkat kegigihannya, ia berhasil merampungkan studi dengan predikat wisudawan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan meraih IPK 3,66. Skripsi berjudul “Perolehan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Melalui Jual Beli” ini membahas karakteristik hak milik atas satuan rumah susun dianggap selesai dan perolehan hak milik atas satuan rumah susun melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang diikuti dengan Akta Jual Beli (AJB). Nadia memiliki beragam kegiatan, baik intra dan ekstra kampus. Misalnya mengembangkan dengan bakat modelling-nya, finalis Ning Surabaya tahun 2015 ini pernah menjadi Juara Favorit Hijabers Surabaya Model 2014, dan Juara I Miss Hijab by GlamourLook Model Management tahun 2015. Juga Juara Favorit Hijabers Surabaya Model tahun 2014. Selain itu, pada kegiatan akademik ia pernah Juara III & Majelis Hakim Terbaik dalam Kompetisi Peradilan Semu Nasional piala Mahkamah Agung tahun 2013. Sejak masih berstatus mahasiswa baru, Nadia sudah tertarik dengan study club pada BSO Komite Mahasiswa Fakultas Hukum UNAIR (KOMAHI). Anggota Paskibrakan Kota Surabaya tahun 2011 ini juga terhitung aktif mengikuti kegiatan intra dan ekstra kampus, seperti BEM UNAIR, HMI, dan Management Hijabers Surabaya. Kepada WARTA UNAIR Nadia membagi tipsnya agar dapat berprestasi, baik dalam akademik dan non-akademik. “Tak perlu terlalu sibuk dengan politik, cukup tahu saja. Karena biaya kuliah tidak murah dan tak semua orang beruntung bisa kuliah. Imbangi kuliah dengan hal positif yang kita
senangi. Jangan pernah menghalalkan segala cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan,” kata penerima beasiswa Pembangunan Jaya tahun 2015 ini. Saat ini ia mengisi waktu di Paguyuban Cak & Ning Surabaya serta magang di Kejaksaan Negeri Surabaya. (*) Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Nury Hermawan
Termotivasi Janji Pada Ibunya, Amelia Wisudawan Terbaik FISIP UNAIR NEWS – “Jika saya diberi kesempatan Allah untuk kuliah, saya berjanji tidak akan lulus hanya sekedar lulus,” janji Amelia Tri Mawarni kepada ibunya. Kini dengan lulus ber-IPK 3,88 Lia memenuhi janjinya karena dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S1 FISIP UNAIR. Baginya, awalnya tak pernah terbayangkan bisa kuliah di kampus terbaik ini. Kondisi ekonomi yang keadaan orang tua, membuat Lia selepas lulus SMA menjadi buruh pabrik di Mojokerto. Bagi perempuan 17 tahun saat itu, bukan hal mudah untuk dilewatinya. Sempat berhenti sekolah dua tahun, semangat besarnya akhirnya menemukan jalan terbaik, ayahnya sembuh total dari sakit. Dari sana Amelia membangun kembali mimpimimpinya; bertekad bisa kuliah. Manjadi mahasiswa Prodi Ilmu Ilmu informasi dan Perpustakaan (IIP) FISIP UNAIR, dirasanya membuat ia tersesat di tempat yang tepat. Awalnya kurang mengerti dan tak paham dengan jurusan yang diambilnya, justru mengantarnya menemukan
passionnya. Ilmu-ilmu yang dipelajarinya memberikan banyak pengetahuan dan Amelia dapat senjata ampuh dalam memutus rantai kemiskinan. “Dengan membaca dan belajar, saya sangat berharap tidak ada lagi anak Indonesia yang harus menjalani pekerjaan berat seperti pernah SAYA alami,” tegas Lia. Ia saat itu7 mendapat bantuan pendidikan Bidik Misi untuk selama studinya. Diluar kuliah ia juga aktif dalam beragam kegiatan dan tetap menorehkan prestasi. Amelia berhasil mendirikan Taman Bacaan Masyarakat “POCER” di Desa Janti, Kec. Papar, Kab. Kediri, tempat tinggalnya. Tekadnya ia serius menebarkan semangat membaca, meski tidak sedikit yang dulu meremehkannya. Saat ini Amelia bangga bahwa ia telah menjadi seseorang yang lebih dari sebelumnya. Perjuangan kedua orang tua adalah dorongan utama Amelia untuk berjuang dan terus menebarkan manfaat. “Apapun akan saya lakukan untuk membuat bapak/ibu bahagia. Saya kuliah untuk beliau dan menjadi wisudawan terbaik ini pun untuk bapak dan ibu,” tutur Amelia. (*) Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Nuri Hermawan
Tekuni Taekwondo, Basofi Jadi Wisudawan Berprestasi UNAIR NEWS – Tidak terbayangkan sebelumnya jika di ujung studinya, M. Basofi Arif dinobatkan sebagai wisudawan berprestasi Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR, periode Juli 2016. Ditemui oleh UNAIR NEWS, laki-laki kelahiran Mojokerto, 17 Juni 1994 tersebut mengaku,
ketekunannya dalam mengikuti kegiatan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo selama menempuh studi S1 di UNAIR, menjadi lantaran ia meraih penghargaan tersebut. “Awalnya saya tidak paham saat diminta mengurus berkas dan mengumpulkan sertifikat. Ternyata sebagai prasyarat menjadi wisudawan berprestasi. Syukurlah,” ujarnya. Laki-laki yang akrab disapa Basofi ini bercerita, selama studi di UNAIR dan menekuni taekwondo, ia pernah mengkuti tiga kejuaraan tingkat nasional. Ia bukan hanya sebagai peserta namun sekaligus memenangkan ketiga-tiganya. Ia mengaku, olah raga beladiri dari negeri gingseng tersebut baru ditekuni saat mulai menjadi mahasiswa. “Dulu waktu jadi mahasiswa baru, saya tidak tahu harus milih UKM apa. Pas di depan stand taekwondo, kok, pengen nyoba,” kenangnya. Ditanya mengenai kesulitan selama kuliah dan mengikuti taekwondo, Basofi memiliki cara tersendiri dalam menghadapinya. Ia sering membagi waktunya menjadi dua, yakni, pagi hingga siang digunakan untuk kuliah, sore hingga malam untuk berlatih taekwondo. “Kesulitan yang saya alami adalah latihan yang harus seimbang dengan jadwal kuliah. Kadang ini yang susah. Kalau pagi sampai siang itu kuliah, sore sampai malam latihan. Kalau mau mendekati kejuaraan, hampir setiap hari latihan,” jelasnya. Tidak hanya berguna bagi kesehatan, bagi Basofi, UKM Taekwondo yang ia tekuni juga menjadi ajang belajar organisasi, kerja bersama tim, dan manajemen diri. “Di UKM ini saya bersyukur bisa berkumpul dengan orang-orang baru dan jadi tahu bagaimana memimpin orang lain,” terangnya yang juga sempat menjabat sebagai ketua UKM Taekwondo. Di akhri wawancara, Basofi berpesan agar mahasiswa tidak perlu
takut untuk mengambil peran lebih di dunia ekstra kurikuler. Asal bisa memanajemen waktu dengan baik, baginya, prestasi antara kuliah dan mengikuti UKM bisa diraih. “Jangan takut ikut UKM, jangan takut IPK turun. Kalau bisa manajemen waktu dengan baik, keduanya bisa seimbang, kok,” pungkasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor: Binti Q. Masruroh
Rais Razak, Wisudawan Terbaik S2 Farmasi, Serius Kembangkan Ilmu Farmasi UNAIR NEWS – Datang jauh-jauh dari Makassar demi studi pascasarjananya, Rais Razak boleh berbangga hati dengan hasil yang didapat. Selain karena telah berhasil mendapat gelar Magister Farmasi (M.Farm) dengan nilai IPK 3,79, Rais juga menyabet predikat wisudawan terbaik dalam wisuda periode Juli 2016. Selain hobi di bidang fotografi yang sering mengantarkannya menang kontes, ilmu farmasi juga merupakan hal menyenangkan baginya. Maka tak segan ia mengerahkan semua usahanya untuk menggeluti bidang ilmu ini. Ketertarikannya dengan pengembangan obat di Indonesia mendorongnya untuk melakukan penelitian mengenai obat turunan alilthiourea sebagai calon obat analgesik dalam studinya di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR). Obat analgesik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengatasi peradangan. Dalam tesisnya, Rais memberikan judul “Sisntesis Hubungan Kuantitatif Struktur-
Aktivitas Analgesik Terhadap Mencit (Mus musculus) dari Beberapa Turunan N-Alil-N’-Benzoilthioure.” “Bidang ilmu farmasi yang saya pelajari semakin memotivasi untuk terus mempelajari pengembangan obat di Indonesia, terlebih lagi untuk bisa menciptakan produk obat buatan anak bangsa,” jelas Rais. Kesuksesan Rais dalam penelitiannya itu, tak terlepas dari pembimbing tesisnya, yang bagi Rais telah banyak menginspirasi selama ini. Beliau adalah Prof. Dr. Siswandono, Apt., MS., yang juga Guru Besar bidang Kimia Medisinal di FF UNAIR. Dari Prof. Siswandono, Rais merasa termotivasi dalam mengerjakan tesisnya meskipun di tengah jalan sempat berganti judul dan cukup membuatnya kewalahan. “Kata beliau, jangan cepat menyerah selalu optimis semua ada jalannya tetap berusaha dan tawakal. Dan benar, ketika saya melakukannya dengan perasaan senang dan usaha yang gigih hasilnya memuaskan,” ujar Rais. Bahkan demi keberhasilannya ini, Rais harus mengorbankan banyak waktu pribadinya, terlambat makan hingga harus sering begadang. Semua tentu terasa tidak sia-sia dan membuatnya puas. Ia juga bertekat untuk mengaplikasikan ilmunya selama di UNAIR ini demi kemajuan farmasi di Indonesia dan tidak akan berhenti belajar. Dukungan dari seluruh orang terkasih, yaitu keluarga dan teman adalah pemantik semangatnya dalam pencapaiannya saat ini, terlebih didukung staf pengajar di UNAIR yang sangat baik. (*) Penulis: Okky Editor: Nuri Hermawan
Putu Widhi, Tak Sia-sia Tinggalkan Keluarga, Jadi Wisudawan Terbaik Keperawatan UNAIR NEWS: Bagi perempuan yang telah menikah dan memiliki buah hati (anak), meninggalkan keluarga demi melanjutkan studi merupakan salah satu tantangan. Namun, berkat keteguhan hatinya, Putu Widhi Sudariani berhasil merampungkan studi dan predikat wisudawan terbaik jenjang S-2 Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga. Ia berhasil meraih IPK 3,88. Ketika sedang sibuk-sibuknya menjalani residensi di Rumah Sakit UNAIR, anaknya yang berusia tiga tahun, sempat jatuh sakit. Di satu sisi, ia harus merampungkan studi, sementara anaknya sedang sakit dan membutuhkan kehadiran dirinya. ”Terus terang, kendala paling besar yang saya hadapi itu adalah ketika anak saya sakit dan harus masuk rumah sakit tanpa ada saya yang mendampingi. That was horrible. I felt bad for my son at that time. And I would never, ever, forget that moment,” tutur penulis tesis “Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Kepala Ruang Keperawatan RSUD Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat”. Pada tahun 2015, perempuan kelahiran 15 Oktober 1986 ini telah bekerja sebagai Koordinator Verifikasi Internal RSUD Kota Mataram. Kemudian, Widhi memperoleh izin tugas belajar dari Pemkot Mataram untuk fokus menyelesaikan studi. Perjuangannya untuk fokus kuliah dan mendalami riset telah berbuah manis. Ketika menjalani residensi, Widhi dan kawannya yang lain di RS UNAIR diminta untuk membuat inovasi dalam bidang keperawatan. Saat ini, alumnus SMUN III Mataram ini masih menunggu keputusan dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram untuk
penempatan kerja kembali. Ia mengaku membutuhkan surat pengembalian dari kampus sebagai notifikasi bahwa masa studinya telah selesai. “Terlepas dari urusan kampus, I think I’m a happy wife and a proud mother. I’m currently enjoying being near of my family,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.