Surat 3 Yohanes (Bagian 106)
Wednesday, June 28, 2017
Prakata Ibadah adalah Kasih Karunia. Ibadah Tuhan berikan untuk memerdekakan kehidupan manusia dari daging, dunia, bahkan maut, sampai nama kita tertulis dalam Kitab Kehidupan. Kemerdekaan yang sesungguhnya hanya dapat dikerjakan oleh Yesus. Apakah kita sudah dimerdekakan oleh Yesus? Kehidupan yang sudah dimerdekakan oleh Yesus tidak lagi diperhamba oleh siapapun atau apapun (= tidak lagi takut terhadap apapun), dia tunduk hanya kepada Yesus. Gal. 5:1 – jika kita sudah merdeka, kita harus berdiri teguh di atas kemerdekaan itu. Harga kemerdekaan kita adalah Kurban Kristus. Yoh. 8:36 – dan untuk berdiri teguh dalam kemerdekaan itu, kita harus senantiasa berada dalam Kurban Kristus, masuk dalam pengalaman kematian bersama Yesus. Merdeka = menjadi hamba Kebenaran, tidak diperbudak mammon. Rom. 6:18 – seorang hamba Kebenaran, pikiran, perasaan, kehendak, keinginan, dan tujuan hidupnya hanya Kebenaran semata. Gal. 5:5 – bukti berdiri teguh di atas kemerdekaan oleh Kurban Kristus adalah hidup berpengharapan, hidup dalam penyucian, senantiasa mengalami keubahan, sampai menjadi serupa dengan Yesus sebagai Kepala (Rom. 6:22). 3 Yoh. 1:13-15 1:13 Banyak hal yang harus kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau menulis kepadamu dengan tinta dan pena. 1:14 Aku harap segera berjumpa dengan engkau dan berbicara berhadapan muka. 1:15 Damai sejahtera menyertai engkau! Salam dari sahabatsahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu.
-
-
-
▫
▫
Perhatikan kembali Firman Allah yang tertulis dalam Luk. 9:31 Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Kepergian Yesus tidak bisa dilepaskan dari Yerusalem. Kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus, tidak bisa dilepaskan dari Yerusalem Baru. Untuk sampai kepada Yeruselem Baru, itulah kota yang penuh kemuliaan, maka ada langkahlangkah yang harus kita lalui dan setiap langkah itu merupakan langkah kemuliaan. Mengapa demikian? Sebab saat Yesus membicarakan hal ‘kepergiaan-Nya’ dengan Musa dan Elia, mereka semua tampil dalam kemuliaan.
1
-
Dalam Maz. 119:160 Firman Allah mengatakan Maka jumlah segala firman-Mu itulah kebenaran, dan kekallah selama-lamanya hukum keadilan-Mu (Ejaan Lama). Segala kebenaran inilah yang ingin Allah tuliskan dalam hati anak-anak Allah. Arah dari segala kebenaran Firman Allah adalah kepada suatu pertemuan yang kekal dan mulia, itulah pertemuan dari Kristus Kepala dan gereja-Nya, itulah kehidupan orang-orang percaya yang sekarang sedang dikerjakan oleh Allah di dalam Kasih-Nya, Firman-Nya, dan Roh-Nya (Wah. 19:9). Pertemuan dalam kemuliaan antara Kristus dan gereja-Nya, pernah ditampilkan oleh Allah di atas bukit kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Pertemuan seperti itulah yang dirindukan oleh Yohanes terhadap sahabat-sahabatnya. Suatu pertemuan dalam kemuliaan. Dalam pertemuan-Nya, Yesus membicarakan hal ‘kepergian-Nya’ kepada Musa dan Elia (Luk. 9:31). Perkataan ‘kepergian-Nya’ menunjuk kepada ‘kematian, kebangkitan, dan kenaikan’ Yesus. Perkataan ‘kepergian-Nya’ juga dikaitkan kepada ‘Yerusalem’. Bagi kita sekarang, yang dimaksud dengan Yerusalem bukanlah Yerusalem yang ada di Timur Tengah, tetapi Yerusalem Surgawi, itulah kehidupan anak-anak Tuhan yang di hari-hari ini sedang disiapkan seperti seorang pengantin perempuan yang didandani oleh Allah untuk menemui pengantin laki-laki Surgawi dalam keadaan penuh kemuliaan (Wah. 21:2).
Page
-
▫
Langkah-langkah inilah yang Tuhan sediakan bagi gereja-Nya, supaya pada saatnya gereja Tuhan bisa bertemu dan tampil bersama dengan Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan. Sebagai anak-anak Tuhan, jalan yang Tuhan sediakan inilah yang harus kita lihat dan kita ikuti.
Langkah Kematian Kol. 2:20 2:20 Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:
-
-
-
▫
▫
▫
▫
Inilah langkah pertama menuju kepada ‘kemuliaan’, yaitu: mati bersama Kristus dan bebas dari rohroh dunia. Dunia berada dalam kuasa si jahat (=iblis, 1 Yoh. 5:19). Selain itu, si iblis juga berkuasa atas maut (Ibr. 2:14). Itu sebabnya, hampir seluruh manusia termasuk orang-orang Kristen takut terhadap dunia, seperti takut kepada maut. Mereka selalu kalah dan takut mati, jika dihadapkan dengan perkara-perkara dunia. Untuk itulah Yesus Kristus mati di atas kayu salib, supaya dengan kematian-Nya, DIA bisa membebaskan manusia dari rasa takut akan mati. Pengalaman kematian adalah pengalaman yang membebaskan anak-anak Tuhan dari rasa takut. Itu sebabnya, bukti bahwa kita telah masuk dan berhasil dalam pengalaman kematian adalah kita bebas dari roh-roh dunia, bebas dari ikatan-ikatan dunia, bebas dari rasa takut akan ancamanancaman dunia. Untuk bisa mati bersama Yesus, hal ini merupakan suatu ‘panggilan’. Jika kita tahu bahwa untuk mati bersama Yesus merupakan ‘panggilan’, maka kita akan tidak akan ngomel saat mengalami ‘kematian’ bersama Yesus. Jangankan untuk mendapatkan kemuliaan bersama Yesus di Yerusalem Baru, untuk bisa mati atau menderita bersama Yesus saja, tidak semua orang mendapat bagian. Hanya orang yang jelas-jelas dipanggil oleh Tuhan, yang diberi kesempatan untuk mengalami kematian bersama Yesus. Itu sebabnya, jika kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah dan diijinkan untuk menderita bersama Kristus, itu adalah kenyataan panggilan yang sebenarnya. Hal inilah yang tidak dimengerti oleh banyak orang Kristen. Ada banyak orang yang setelah menjadi Kristen, hidupnya secara jasmani ‘tidak menjadi lebih baik’ dan berkata: dulu aku belum jadi Kristen tidak seperti ini, sekarang ikut Yesus kog malah jadi susah. Ingat: tidak semua orang mengalami pengalaman seperti itu.
Fil. 1:29-30 1:29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, 1:30 dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.
-
-
2
-
Surat Filipi merupakan tanda gemblengan, pukulan, pembentukan, untuk ditampilkan bagaikan kaki dian dan menjadi saksi. Kehidupan yang dibentuk untuk memiliki kualitas seperti Yesus Kristus. Pengalaman ‘menderita untuk Dia’ harus merupakan fakta, bukan teori. Menerima karunia ‘Iman’ dan menerima karunia berpengalaman ‘menderita bersama Yesus’, haruslah menjadi suatu ‘pengalaman nyata’. Perhatikan: kehidupan orang-orang percaya, haruslah kehidupan yang selalu berada dalam pergumulan (peperangan). Hidup dalam pergumulan adalah hidup dalam Iman dan hidup dalam peperangan melawan daging dan dunia, supaya bebas dari maut. Pengalaman KEMATIAN hanya diberikan kepada orang BERIMAN. Jadi, pengertian ‘percaya’ atau ‘beriman’ harus sesuai standard Tuhan. Jika Tuhan memandang kita sebagai orang ‘beriman’, maka Tuhan mengijinkan kita untuk memiliki pengalaman mati atau menderita bersama Yesus. Page
-
▫
▫
▫
Sebagai tanda panggilan atau sebagai tanda karunia Tuhan, kita dikaruniakan untuk mati bersama dengan Yesus. Panggilan Karunia tidak semua orang mendapat bagian ini, tetapi hanya orang yang dikaruniai. Itu sebabnya, rasul Petrus memandang bahwa untuk bisa ‘menderita bersama Tuhan’, benar-benar merupakan suatu berkat besar. Berkat yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang yang tidak menerima Kasih Karunia Allah. Hanya orang-orang yang mendapat karunia, yang bisa mengerti perkataan ini, sebab hal ‘menderita bersama Yesus’ benar-benar merupakan ‘Kasih Karunia’. Dan Kasih yang dikaruniakan adalah dalam wujud ‘Iman’ dan ‘menderita bersama DIA’. Inilah jalan ke Yerusalem Baru yang penuh kemuliaan. Jalan ini jangan kita ingkari atau jangan dihindari.
1 Pet. 2:19-21 2:19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 2:19 Allah akan memberkati kalian, kalau kalian karena sadar akan kemauan Allah, sabar menderita perlakuan yang tidak adil. (B.I.S) 2:19 Gusti Allah bakal mberkahi kowé samangsa padha betah nandhang panganiaya sing ora adil, merga ngerti yèn kuwi kersané Allah.
-
-
-
-
-
Sama seperti rasul Yohanes, Petrus adalah salah satu saksi dari pertemuan Yesus dengan Musa dan Elia. Perkataan ini sangat tidak disukai daging, dan sangat sulit untuk dimengerti oleh daging. Kehendak Tuhan yang satu ini memang tidak bisa dimengerti dan sulit diterima oleh daging Di sini kita bisa melihat ada ‘kemauan Tuhan’ dan ‘pekerjaan’ yang Tuhan percayakan kepada orang-orang percaya, yaitu ‘mengerjakan Iman’, supaya dengan demikian kita hidup. Hanya dengan kemauan Allah, kita bisa berhasil mengerjakan pekerjaan Iman. Tetapi Kehendak Tuhan yang satu ini harus kita sadari dan harus kita mengerti, yaitu: sabar menderita suatu penderitaan yang seharusnya tidak kita tanggung, tetapi oleh Tuhan hal itu dikatakan ‘berkat besar atau Kasih Karunia’. Pada kenyataannya, seringkali kita tidak sadar dan bahkan memberontak, sebab secara daging sepertinya kita diperlakukan tidak adil. Perhatikan: maksud Tuhan mengerjakan hal semacam ini adalah supaya daging kita mati dan tidak bersuara. Tidak semua orang diijinkan untuk mengalami hal ini, itu sebabnya kita harus ‘sadar dan mengerti kehendak Allah’. Itu sebabnya, diperlukan pembaharuan budi dalam setiap ibadah, supaya kita bisa mengerti kehendak Allah. Melalui kehendak Allah inilah kita dijadikan baik, berkenan, dan sempurna di hadapan Allah.
2:21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
-
3
-
Inilah ‘harta warisan’ yang tidak bisa diambil dan tidak ada orang yang bisa atau mau mengambil dari kita. Saya yakin, tidak ada orang yang mau mengambil suatu warisan dalam bentuk ‘menderita atau mati bersama Yesus’. Hanya orang yang ‘sadar’ atau ‘mengerti’ jalan pikiran Allah yang mau menerima hal ini. Jika kita punya harta emas-perak, emas-perak bisa diperebutkan. Tetapi jika kita memiliki pengalaman kematian bersama Yesus yang merupakan ‘harta’, maka harta itu hanya untuk kita dan tidak akan ada yang memperebutkan. Mati – Menderita bersama Yesus adalah harta warisan dari Tuhan. Ingat, bahwa satu-satunya harta Tuhan di bumi dan yang ditinggalkan bagi kita gereja-Nya adalah ‘salib’. Jika kita tidak mau ambil ini, kita akan kehilangan segala-galanya. Page
-
▫
▫
▫
▫
Yesus lahir tidak membawa apapun, saat lahir di palungan, palungan itu juga bukan milik-Nya, kain lampin pun juga bukan milik-Nya. Saat DIA masuk kota Yerusalem dengan menunggangi keledai, secara ‘jasmani’ keledai itu juga bukan milik kepunyaan-Nya, perahu yang dipakai untuk berkhotbah juga bukan milik-Nya. Bahkan sampai mati pun, kubur yang dipakai juga bukan kubur milik-Nya. Hanya satu yang DIA punya dan ‘benda’ yang tidak dipinjam, yaitu ‘salib’, dan satu-satunya inilah yang DIA tinggalkan dan diwariskan bagi kita. Salib adalah warisan, jika kita memiliki warisan ini, maka kita akan memiliki segalanya. Sebab salib ini yang akan memimpin kita sampai kepada Gembala Agung Pemelihara Jiwa. Salib atau menderita bersama Yesus merupakan harta warisan yang tidak disukai (termasuk gereja juga tidak suka), tetapi ‘salib’ adalah satu-satunya ‘jalan’ untuk mencapai Yerusalem Baru. Salib adalah Permulaan Jalan menuju kemuliaan Allah yang kekal (Yerusalem Baru).
Kis. 5:40-41 5:40 Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. 5:41 Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.
-
-
-
-
▫
Pada kisah ini kita bisa melihat ‘kemauan dan pekerjaan’ yang disediakan oleh Allah bagi anakanak-Nya. Firman Pengajaran dipercayakan oleh Allah, dan mereka mengerjakan kepercayaan Allah dengan kemauan yang disediakan oleh Allah. Kemauan Allah inilah yang membuat mereka berhasil dalam mengerjakan kepercayaan Allah. Tidak ada satu pun kuasa yang mampu menghentikan orang-orang yang bekerja dengan kemauan Allah. Sekalipun harus disesah, kemauan Allah mampu mengalahkan hebatnya sesahan. Oleh karena Iman dan Firman pengajaran, murid-murid disesah, dicambuk, dan menderita bersama Yesus. Mereka tidak bersungut-sungut, tetapi gembira. Mengapa? Sebab mereka ‘sadar’ bahwa mereka telah menerima Kasih Karunia. Mereka telah menerima ‘warisan’ yang tidak pernah layu. Salib merupakan suatu warisan yang akan bercahaya dan warisan yang akan membawa kepada segala kemuliaan. Banyak warisan yang kita terima, tetapi warisan yang membawa kepada kemuliaan adalah ‘salib Kristus’. Inilah Kasih Karunia. Untuk sengsara, untuk menderita, untuk mati bersama Yesus, dan untuk lepas dari dunia itulah Kasih Karunia. Ingat: jalan untuk bebas dari ikatan dunia adalah menderita bersama Yesus. Oleh sebab itu, jangan kembali kepada hal-hal dunia. Apalagi jika kita tinggalkan Firman Allah karena penderitaan yang kita alami (itu merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan).
Kis. 14:21-22
Masuk ke dalam Kerajaan Allah
14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. 14:22 Para rasul ana ing kutha-kutha mau nggemblèng semangaté para wong precaya, supaya padha kendel, sarta ngatag-atag wong-wong mau, karebèn padha mantep ing precaya, tembungé: "Sadurungé kita bisa ngrasakaké karaharjaning Kratoné Gusti Allah, kita luwih dhisik kudu nglakoni kasangsaran akèh."
4
-
Rasul Paulus dan rasul Barnabas mengalami banyak sengsara. Ada satu hal yang bisa kita lihat di sini, bahwa ‘pengalaman sengsara bersama Yesus’ membuat kita menjadi kuat dan merupakan suatu kekuatan yang bisa menguatkan orang lain. Oleh sebab itu, jangan menjadi ‘tawar hati’ saat masuk dalam pengalaman kematian bersama Yesus. Pengalaman sengsara ini membentuk (menggembleng) supaya kita menjadi berani (bukan penakut) bahkan ‘tatag’ (berani menghadapi tanpa sedikit pun rasa takut) serta menjadikan kita tekun – mantap dalam hal Iman. Page
-
-
-
Sengsara bersama Yesus adalah satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Untuk bisa masuk ke Yerusalem Baru dan mendapatkan kemuliaan, tidak ada jalan lain kecuali mati bersama Yesus. Orang dunia (bodoh) berkata: banyak jalan menuju Roma, tetapi untuk sampai Surga, tidak banyak jalan hanya ada satu jalan, yaitu mengalami kematian bersama dengan Yesus. Untuk masuk Surga, kita harus mengalami banyak sengsara (mati bersama Yesus).
2 Tim. 3:12-14 Bermanunggal dengan Yesus Kristus 3:12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, 3:12 Memang semua orang yang mau hidup beribadat dan hidup bersatu dengan Kristus Yesus akan dianiaya,(b.I.S)
-
Jangankan masuk Surga, untuk beribadah – untuk hidup menjadi satu dengan Kristus Yesus, kita sudah dihadapkan dengan aniaya dan penderitaan. Saat kita masuk dalam penderitaan bersama Yesus, berpeganglah kepada Firman Kehidupan, jangan bengkok, jangan sesat, jangan keblinger, jangan sesat atau rusak (mursal).
3:13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. -
-
Saat kita masuk dan menerima Kasih Karunia yang berupa Pengalaman Kematian dengan Tuhan, jangan menjadi orang jahat dan penipu. Sekalipun kita susah, jangan menyusahkan orang lain. Saat kita menderita, jangan kita mencoba-coba untuk menipu (medramatisir keadaan) atau mencuri dengan alasan untuk menyambung nyawa, atau merampok hak Allah (tidak mengembalikan perpuluhan). Menipu – mencuri – merampok itu jahat dan menyusahkan orang lain. Juga jangan tersesat dengan cara membuat jalan keluar sendiri, mengambil keputusan sendiri. Jangan meninggalkan Firman Allah, supaya tidak tersesat.
3:14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
-
Contoh pengalaman kematian Matius 9 ▫ Dalam Injil Matius 9:18-26, kita menemukan tiga pribadi yang diijinkan Tuhan untuk masuk dalam pengalaman kematian bersama Yesus. Ada Yairus, seorang kepala rumah ibadah. Kemudian ada seorang perempuan yang berpendarahan selama dua belas tahun, dan seorang pemudi berumur dua belas tahun yang sakit dan meninggal. ▫ Pada bagian ini, Firman Allah mengajarkan kepada kita tentang bagaimana ‘setia – tekun’ saat berada dalam proses kematian. Ketiga pribadi di sini, diijinkan Tuhan untuk mengalami proses kematianm tetapi saat masuk dalam proses kematian, mereka tetap berpegang pada kebenaran Firman Allah. ▫ Pokok bagian ini berbicara tentang ketekunan. Setia dalam arti tekun. Orang yang tekun dalam menderita bersama dengan Yesus sampai pada kesudahannya, dialah yang selamat dan berhak atas Kerajaan Surga (Luk. 2:28-29).
5
-
Jangan jahat – jangan sesat, sebaliknya berpegang kepada kebenaran Firman Pengajaran. Pengertian ‘berpegang’ juga mengandung arti ‘berpengharapan’, hanya berharap kepada Firman yang menyucikan. Mengandalkan Firman sebagai kekuatan, jalan keluar yang menyucikan. Dan ingatlah akan ‘orang’ yang telah mengajarkan kepada kamu. Ingatlah akan Rumah Allah, jangan tinggalkan ibadah di mana di dalam Rumah Allah itu ada Firman Pengajaran (firman yang dibukakan) yang menjadi kekuatan, menjadi jawaban, dan jalan keluar bagi kita. Firman Allah mengajarkan kepada kita supaya kita ‘mengingat’ dan ‘mengerti’ akan guru-guru yang mengajarkan kebenaran Firman Allah. Kita sebagai hamba Tuhan tidak bisa menuntut hal ini, tetapi Allah sendiri yang bekerja untuk mengingatkan dan melindungi hak-hak kita sebagai hamba-Nya.
Page
-
Yairus 9:18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup."
-
-
Ada seorang kepada rumah ibadat bernama Yairus, di sini kita lihat bahwa Yairus benar-benar memiliki Iman. Sekalipun pengenalannya kepada Yesus baru dari ‘mendengar’, tetapi sudah ada ‘Iman’. Perkataan ‘… datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Menunjukkan bahwa pada Yairus ada Iman. Firman Allah katakan: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. Iman yang ada pada Yairus adalah kekuatan.
-
-
Di sini ada suatu perkara yang besar, yaitu: Yairus ‘percaya’ bahwa Yesus mampu menghidupkan anaknya yang baru saja meninggal. Yairus sangat percaya. Jadi, perkara yang besar di sini adalah percaya kepada Yesus. Bukan hanya itu, lebih dari percaya, Yairus menempatkan pengharapannya hanya kepada Yesus. Inilah gambaran orang percaya yang sesungguhnya. Tidak banyak orang Kristen, bahkan tidak banyak pendeta, yang memiliki Iman seperti Yairus.
Ayat 19-21
Wanita Pendarahan
9:21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
-
-
-
Ada seorang wanita yang berkata: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." ini juga perihal Iman. Sebetulnya hal menjamah jubah Yesus itu tidak mungkin bagi ibu ini, sebab dia dalam keadaan sakit dan pada saat itu jumlah orang yang datang kepada Yesus sangat banyak. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya ibu ini dengan segala keadaannya untuk bisa datang kepada Yesus, apalagi menjamah jubah-Nya, apalagi menjamah ujung jubah Yesus yang letaknya pada bagian paling bawah. Berarti dia harus merayap. Perhatikan baik-baik: yang menjadi incaran dari ibu ini adalah JUBAH Yesus. Iman yang digerakkan oleh Kasih inilah yang membuat seorang ibu ini bergerak mendekati Yesus. Segala kelemahan dan penyakit tidak menjadi hambatan. Kasih yang menggerakkan Iman inilah yang lebih berkuasa atas segala penyakit.
9:22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
-
-
-
Inilah orang yang bertekun dalam pengalaman kematian. Ibu ini tidak pusing dengan halanganhalangan apapun. Baik halangan ini ada pada dirinya, itulah penyakitnya, atau halangan dari luar, yaitu kerumunan orang banyak yang menghalangi jalannya untuk bisa sampai kepada JUBAH Yesus. Ibu ini tidak gampang putus asa, sekalipun ada banyak kesulitan dan halangan. Bagaimana dengan kita? Seringkali halangan dan kesulitan sudah menggagalkan kita untuk bisa TEKUN. Tetapi ketekunan yang dimiliki ibu ini sudah mengalahkan segala halangan dan kesulitan yang ada di hadapannya, dan dia berhasil. Orang yang ‘tekun’ semacam ini adalah orang yang bisa ‘dipercaya’ oleh Tuhan. Kemauan yang Tuhan tempatkan pada hatinya, membuat dia bergerak sampai mencapai jumbai jubah Yesus, dan dia berhasil.
Ayat 23-26
Putri Yairus yang sudah mati
Pada bagian yang ketiga, ada seorang anak (putri) yang mati, tetapi yang mati ini bisa dihidupkan oleh sebab lawatan Yesus. Bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Bagi Yesus, orang mati hanya seperti orang tidur. Tetapi bagi orang hal lain, hal ini justru menjadi bahan tertawaan.
Page
-
6
9:24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. 9:25 Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu.
-
-
-
-
Keadaan ini sangat aneh, baru saja mereka menangis, tetapi sekarang malah menertawakan Yesus. Inilah keadaan manusia, baru saja meratap, tetapi saat Firman Allah disampaikan, mereka malah menertawakan Firman Allah. Manusia memiliki banyak kemunafikan. Setiap ada kemunafikan, tidak mungkin ada Kesetiaan! Keadaan semacam ini banyak sekali kita jumpai di dalam gereja. Banyak orang menangis di dalam gereja, tetapi mereka tidak tahu menangis untuk apa. Mungkin karena terharu oleh sebab mendengar dongeng dari hamba Tuhan yang memikat hati, mungkin karena dorongon emosi. Tetapi saat Firman Allah yang benar disampaikan bagaikan seruling ditiup, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung (Mat. 11:7). Mereka menolak Firman Allah dan tidak mengikuti nasihat Firman Allah. Memang secara jasmani mereka tidak menertawakan, tetapi tidak menurut perkataan Firman Allah, sama dengan menuruti hawa nafsu. Hidup dalam hawa nafsu sama dengan tampil sebagai PENGEJEK (2 Pet. 3:3). Orang semacam ini pasti diusir oleh Tuhan pada saat ‘KEBANGKITAN’.
▪
▪
▪
▪
Dari ketiga orang ini, kebetulan yang mendapat lawatan terlebih dahulu adalah seorang Bapak Yairus (kepala). Tetapi untuk prakteknya, siapa saja bisa melakukan dan tidak perlu tunggu suami dulu atau orang tua dulu. Siapapun yang mendapatkan ‘lawatan’ Tuhan, baik itu suami atau istri atau anak, dia dapat menolong seisi keluarga. Saya sangat percaya akan hal ini. Tiga orang ini berada dalam satu rumah tangga. Jika satu anggota rumah tangga mendapat lawatan Tuhan, dan jika dia memanfaatkan lawatan Tuhan, maka ‘seluruh’ keluarga akan tertolong. Melalui satu anggota keluarga saja, jika dia mau mempergunakan lawatan Tuhan, maka seluruh keluarga akan tertolong, apalagi jika ketiganya mendapat lawatan dan mereka berdoa bersamasama, maka Tuhan pasti dengar doanya dan dijawab. Betapa bahagianya kita jika di dalam rumah tangga, suami – istri – anak-anak bisa di dalam Tuhan. Yang dibutuhkan adalah ‘ketekunan’. Jika sekarang mungkin kita sedang menghadapi suami, istri, anak, atau orang tua yang bermasalah, sebut namanya dan tetap bertekun. Mungkin kita sudah putus asa menghadapi dia, tetapi jika sekarang kita ‘dilawat’ oleh Tuhan dengan Firman-Nya, pegang Firman-Nya, dan sebut nama mereka (suami, istri, anak, atau orang tua) lalu serahkan kepada Tuhan.
Page
▪
7
Mempergunakan Hadirat Tuhan ▫ Pada kisah ini ada seorang Bapak, seorang ibu, dan seorang anak perempuam. Memang antara Yairus dan ibu ini bukan suami - istri. Tetapi bukanlah hal kebetulan jika kisah ini terjadi dan ditulis pada saat yang bersamaan. ▫ Kisah pada pada Mat. 9:18-26 adalah gambaran dari nikah. Yesus hendak menolong NIKAH. Ketiga orang yang ada pada kisah ini, masing-masing memiliki masalah. Jadi, jika kita menghadapi masalah ‘NIKAH’ atau rumah tangga, itu sebetulnya masalah keseluruhan. ▫ Katakan saja yang punya masalah itu ‘suami’, maka masalah ‘suami’ adalah masalah ‘keseluruhan’. Demikian juga jika masalah ini adalah ‘istri atau anak’, maka masalah itu merupakan masalah ‘keseluruhan’. ▫ Di sini kita lihat bagaimana manusia penuh dengan penderitaan. Dan sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: Bagaimana kita bisa ditolong? Jawabannya hanya satu: MANFAATKAN HADIRNYA TUHAN, itulah jawabannya. ▫ Apapun yang menjadi halangan, rintangan, dan alasannya, sekarang bagaimana kita bisa memanfaatkan hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita. Entah itu lewat suami, entah lewat istri, maupun melalui anak-anak kita. Apalagi jika ketiganya semua berada dalam KETEKUNAN.
▪
▪
Dalam kisah ini, anak perempuan ini baru saja mati. Mati = Tidak ada harapan. Tetapi bagi Tuhan, baik itu ‘baru mati’, ‘busuk’, sakit, atau tidur, sama saja dan tidak ada masalah bagi Tuhan. Yairus memang punya masalah, yaitu: anak perempuannya baru saja mati. Tetapi Yairus mempergunakan LAWATAN Tuhan dengan tekun. Sebenarnya untuk bisa bertemu dengan Yesus, Yairus punya beberapa halangan, tetapi Yairus memiliki IMAN, dan IMAN ini dia kerjakan dengan TEKUN.
Kol. 2:20 2:20 Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:
-
Inilah LANGKAH KEMATIAN Jalan Kematian bersama Kristus dan bebas dari dunia dan roh-roh penguasa dunia (Bhs. Jawa). Jika kita hanya sengsara, tetapi tetap terikat dengan dunia dan penguasa-penguasa dunia itu konyol dan bodoh. Sebab hal itu sama dengan orang dunia Langkah Kematian seharusnya membuat kita semakin bertekun untuk berpegang kepada kebenaran Firman Allah, dan membebaskan kita dari ikatan dunia dan menghentikan kita dari perbuatan dosa Kuat, Tekun, Suci sampai kepada kemuliaan.
▫
Inilah Langkah Pertama untuk sampai kepada kemuliaan. Dunia tidak bisa melihat jalan ini, hanya orang yang matanya dibukakan oleh Tuhan, hanya orang yang dikaruniai Tuhan, yang bisa melihat dan mengerti hal ini.
Page
-
8
(durhaka).