Surat 3 Yohanes (Bagian 37)
Sunday, January 8, 2017
3 Yoh. 1:5-8 1:5 Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudarasaudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing. 1:6 Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah. 1:7 Sebab karena nama-Nya mereka telah berangkat dengan tidak menerima sesuatu pun dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. 1:8 Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran.
-
-
-
Melalui ayat-ayat di atas, kita bisa melihat bagaimana kegiatan Kasih Allah yang berada dalam kehidupan Mempelai Wanita. Hal ini hanya diterima oleh Gereja – Mempelai Wanita dari Tuhan Yesus Kristus. Kasih Allah yang sudah diterima oleh gereja-Nya, akan mengerjakan kegiatan Kasih dengan cara yang berkenan kepada Allah. Perhatikan kata ‘Kita wajib’. Gayus telah melakukan kewajibannya dengan tekun. Demikian juga hamba-hamba Tuhan yang lain (yang tertulis dalam ayat 7). Karena Kasih Allah, mereka bergerak untuk melayani anggota Tubuh Kristus yang lain, sekalipun tidak menerima sesuatu. Gayus dan hamba-hamba Allah, mereka mengikuti gerak teladan Kristus. Dalam ayat 8 ditekankan bahwa kita sebagai pribadi yang telah menerima Kasih Allah, kita wajib untuk ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan untuk kebenaran. Ingat perkataan Yesus, saat Yesus membasuh kaki para murid Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh. 13:14-15)
-
Perhatikan: 1. Oleh karena Firman Pengajaran yang ada di dalam kehidupannya, Gayus bergerak melakukan perbuatan Kasih. 2. Oleh karena nama-Nya, para hamba Allah bekerja melayani Tuhan. 3. Oleh karena Kasih-Nya dan oleh karena teladan-Nya, kita mengerjakan pekerjaan Yesus.
▫
Setiap orang yang telah menerima Kasih Allah, padanya ada suatu kekuatan dan hikmat untuk melakukan pekerjaan Yesus. Setiap orang yang memandang teladan Kristus, padanya ada kerelaan dan kemauan Yesus untuk melayani sesama. Kegiatan Kasih Allah adalah melayani. Melayani adalah wujud pertama dari Kasih. Saling melayani, seperti anggota tubuh kita. Jadi Kasih bukan hanya sekedar teori, tetapi kegiatan Kasih diajarkan secara langsung oleh Tuhan, bahkan dipraktekkan oleh Tuhan di dalam sidang jemaat. Kasih dihubungkan dengan melayani. Jadi jangan sampai ada pelayanan tanpa Kasih, tetapi pelayanan harus dikerjakan dalam kekuatan Kasih, dengan memandang teladan Kristus. Selama kita memandang DIA, kita tidak akan lemah atau putus asa.
▫
▫
Yoh. 13:14-16 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya
1
Di sini kita lihat suatu pelayanan yang harus dimulai dari ‘kerendahan hati’, bagaikan seorang hamba yang tidak lebih tinggi dari tuannya. Perkataan itu mengandung arti: ‘Dengan Rendah Hati’, tidak saling meninggikan diri, tetapi lebih baik mengambil tempat yang paling rendah sebagai seorang hamba. Page
-
-
-
-
Kita bisa melihat bagaimana Yesus merendahkan diri. DIA adalah guru, yang berarti lebih tinggi dari para murid-Nya. Di dalam dunia, seharusnya murid yang melayani guru, tetapi di sini Yesus menunjukkan teladan pelayanan, di mana guru melayani murid. Tuhan seharusnya dilayani manusia, tetapi di sini Tuhan tunjukkan bagaimana DIA melayani manusia. Betapa Tuhan merendahkan diri-Nya serendah-rendahnya, untuk menjadi teladan. Dalam pelayanan Kasih, kita lihat bahwa Kasih tidak ‘meninggikan diri’, dan itu merupakan wujud dari Kasih dalam kegiatannya, yaitu ‘melayani’. Yesus adalah Tuan (bahkan Tuan di atas segala tuan), tetapi DIA mau melayani murid-murid-Nya yang sesungguhnya adalah hamba-hamba. Wujud dari Kasih ini jelas, bukan sekedar teori, dan Yesus memberikan teladan supaya kita juga melakukan sama seperti yang DIA lakukan.
1 Kor. 13:4-8
Melayani harus dengan Kasih
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
-
-
Inilah kegiatan Kasih dalam kehidupan sehari-hari. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong, itulah yang Yesus tunjukkan dalam kegiatan pelayanan-Nya. DIA tidak memegahkan diri sekalipun DIA adalah guru (yang jauh lebih tinggi dari murid-murid-Nya). DIA tidak memegahkan diri di hadapan manusia, sekalipun DIA adalah Tuhan. Tetapi sebaliknya, DIA memberi teladan untuk merendahkan diri. Melayani dengan sabar, dengan murah hati, tidak dengan dengki.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
-
-
-
-
Inilah wujud Kasih Allah yang bekerja dalam kehidupan kita, dan jika kita hubungkan dengan teladan Yesus, maka kita bisa melihat wujud Kasih dengan jelas dan nyata. Dalam sikap Yesus, DIA sebagai guru terhadap murid-Nya. DIA sebagai Tuhan kepada manusia. Sekalipun DIA jauh lebih tinggi dari segala-galanya, tetapi DIA mengajarkan supaya saat kita melakukan tugas (kegiatan Kasih), harus ‘merendahkan hati’ serendah-rendahnya. Perhatikan: Wujud Kasih dan Kegiatan Kasih itu sama (melayani). Jika Kasih tidak memegahkan diri, tidak sombong, maka di dalam kegiatan melayani juga demikian, yaitu tidak berbangga dengan apa yang sudah dicapai, dengan apa yang sudah dilakukan, dengan hasil yang sudah diterima. Tetapi Kasih sungguh-sungguh merendahkan diri dan melayani. Inilah pelayanan yang Tuhan inginkan dari kita, sebab DIA sudah ajarkan, bahkan DIA sudah memberi teladan bagi kita Aku memberi teladan ini kepada kalian, supaya kalian juga melakukan apa yang sudah Kulakukan kepadamu.
Yoh. 13:1
-
-
Di sini kita lihat bagaimana Yesus bekerja dengan menyatakan Kasih. Yesus senantiasa melimpahkan Kasih-Nya. Sampai hari ini dan bahkan sampai kepada kesudahan, Yesus terus menyatakan Kasih-Nya, Yesus tetap berkegiatan melayani. Kasih Allah yang tidak berkesudahan ini yang dinyatakan kepada gereja Tuhan. Bagaikan gelanggelang emas yang seiras yang ada pada peti perjanjian. Selama Kasih Allah ada pada kita, maka Kasih kita dalam wujud melayani dengan merendahkan diri, juga tidak berkesudahan. Dalam ayat 1 disebutkan, DIA mengasihi murid-muris-Nya mulai dari Pertama – Kasih Mula-mula, DIA juga mengasihi sampai pada Kesudahannya, itulah ‘puncak Kasih’. Jadi, dalam pelayanan-Nya, Yesus melayani murid-murid-Nya – umatNya – gereja-Nya, dimulai dari Pertama, atau Kasih Mulamula.
Page
-
2
13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya..
-
-
-
Kasih Mula-mula mutlak harus dimiliki oleh kita semua, sebab Kasih Mula-mula adalah Pemberian Tuhan dalam Pelayanan. Pelayanan adalah suatu pengurbanan, sebab kita terlebih dahulu sudah menerima Kurban Kristus. Jika dalam pelayanan, kita mengharap kurban dari orang lain, itu salah. DIA melayani kita dengan ‘Kasih Mula-Mula’, Kasih Pertama dalam wujud Pengurbanan-Nya, sebagai Anak Domba Allah. Itulah Kasih Pertama dan Pelayanan Pertama. Pelayanan Pertama yang dikerjakan oleh Tuhan kepada kita adalah: DIA menyerahkan Diri-Nya sebagai Domba Paskah, Anak Domba Paskah yang tersembelih untuk melepaskan umat manusia dari segala dosa-dosanya. Hal ini adalah suatu kegiatan Allah dalam Kasih, yaitu: menyerahkan diri (inilah yang harus kita teladani) sebagai Kurban Pendamaian. Jadi, Kasih Allah nyata dalam Kurban Penebus Dosa untuk merebut umat-Nya untuk menjadi milik-Nya, dengan membayar harga mahal, itulah diri-Nya sendiri.
1 Yoh. 4:19 4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
-
-
-
Kasih Mula-mula inilah yang harus kita lihat terlebih dahulu. Dengan DARAH-NYA DIA bekerja mulai dengan pengampunan dosa, sampai pada kesucian dan pemurnian, yaitu sampai pada akar dosa. Inilah yang membuat kita bisa masuk dalam kegiatan Kasih (melayani), sebab dosa sudah diampuni. Tetapi, hal pencabutan ‘akar dosa’ ini seringkali sulit. Dalam hal ‘perbuatan dosa’, kita bisa cepat minta ampun dan Tuhan bersedia mengampuni. Tetapi untuk ‘akar dosa’, apalagi jika dosa itu sudah mengakar dalam tabiat manusia, ini yang sangat sulit, sebab kebanyakan dari kita, mempertahankan akar dosa itu. Hal ‘pencabutan akar dosa’ hanya bisa melalui ‘percikan darah’ yang dikerjakan oleh Imam Besar. Yesus ingin mencabut ‘akar dosa’. Bukan sekedar mengampuni, tetapi mencabut ‘akar dosa’. Selama akar dosa masih ada (di hati), sulit bagi manusia untuk melayani dengan Kasih Allah (seperti ukuran 1 Kor. 13). Kita lihat Tuhan mengampuni manusia mulai dari awal, dengan mengurbankan Diri-Nya sendiri, DIA disebut Anak Domba Allah.
Yesus Anak Domba Allah – DASAR PELAYANAN Yoh. 1:29 1:29 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. -
Inilah Kasih Allah. DIA datang hanya untuk menjadi kurban, dan dengan Darah-Nya, manusia disucikan. Kemudian pada Yoh. 13:1 dikatakan: demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada
-
▫
Page
-
Jadi, jika Yesus mulai dengan Kasih Mula-mula, itulah Kurban Penebusan, maka kita harus melayani Tuhan dengan Kasih Mula-mula ini. Dalam setiap pelayanan yang kita kerjakan, Yesus akan periksa, apakah kita melayani dengan Kasih Mula-mula atau tidak? Tuhan akan koreksi, dengan Kasih yang mana kita melayani Tuhan. Sebab apapun namanya pelayanan, sekalipun tanpa Kasih Mula-mula, pelayanan juga tetap bisa berjalan (seperti yang dikerjakan oleh Yudas). Tetapi pada saatnya, Tuhan akan ukur, dan di sana akan terlihat dengan Kasih apa kita mengerjakan pelayanan itu. Tuhan akan periksa, apakah kita melayani dengan kekuatan atau kepandaian kita? Kita berkhotbah ini dengan Kasih atau dengan kepandaian? Banyak orang bisa berkhotbah dengan kepandaiannya dan khotbahnya kelihatan benar dan baik, tetapi bagi Tuhan, itu tetap kesombongan dan pada saatnya Tuhan akan ukur - periksa dengan ukuran Kasih-Nya. Dalam Wahyu 2 - 3, kita dapati ada 7 Jemaat. Semua jemaat diukur oleh Tuhan, dan Tuhan mulaikan ukuran ini dengan ukuran Kasih Mula-mula. Pertama-tama yang diukur adalah jemaat Efesus. Yesus datang dengan ukuran ‘Kasih Mula-Mula’.
3
kesudahannya.(Puncaknya)
-
Jemaat Efesus Wah. 2:1-5 2:1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
-
-
-
-
-
Dalam ayat ini kita bisa lihat dengan jelas posisi Yesus sebagai Imam Besar yang memegang ketujuh Bintang dan ketujuh Kaki Dian Emas. Bintang adalah malaikat atau bintangnya sidang jemaat, mereka ada dalam tangan Tuhan. Sementara Kaki Dian Emas adalah Sidang Jemaat (Wah. 1:20). Malaikat adalah pesuruh atau pelayan Tuhan yang ditugaskan untuk menyampaikan berita yang datangnya dari Tuhan (Luk. 1:19). Seperti Gabriel yang disuruh Allah untuk menyampaikan berita. Jadi, jika kita sebagai ‘gembala’ atau utusan Tuhan, kita adalah ‘Pelayan Tuhan’ yang harus sudah siap dengan berita dari Tuhan, bukan berita dari dunia. Jadi, kita tidak bisa asal khotbah atau pidato dengan susunan kalimat-kalimat yang indah. Jika hal itu terjadi pada kita, maka pelayanan itu tidak benar. Tetapi sebagai seorang malaikat dalam sidang jemaat, kita harus berada di hadapan hadirat Tuhan untuk menyediakan waktu dan mengosongkan diri, supaya pikiran dan perasaan yang ada di dalam Firman itu bisa kita terima, dan disampaikan kepada sidang jemaat. Firman Allah harus menjadi satu-satunya makanan bagi sidang jemaat, dan Firman Allah harus menjadi satu-satunya jawaban bagi setiap permasalahan. Jika berita yang kita terima datangnya dari Tuhan, berita itu kuat. Tetapi jika berita itu berasal dari kepandaian kita, berita itu sangat lemah. 7 Bintang = 7 Gembala, 7 Kaki Dian = 7 Sidang Jemaat. Di sini kita lihat bahwa Tuhan selalu berada dalam sidang jemaat, bersama dengan malaikat-malaikat-Nya, DIA berada dalam satu kegiatan, satu kesatuan gerak.
2:2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
-
-
Secara kasat mata, keadaan jemaat Efesus sungguh sangat luar biasa. Jika hal ini kita bandingkan dengan keadaan jemaat-jemaat sekarang ini (termasuk keadaan kita sekarang), maka keadaan jemaat Efesus jauh lebih baik. Sangat jarang kita temukan jemaat semacam ini. Secara manusia, baik ukuran yang sudah dikerjakan oleh malaikat (gemala) maupun jemaat Efesus, sungguh luar biasa. Namun demikian, Tuhan masih mencela kegiatan mereka.
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
-
4
-
Satu hal yang menjadi kesalahan, dan ini merupakan kesalahan fatal, yaitu: meninggalkan Kasih Mula-mula. Kasih Mula-mula adalah Kristus turun menjadi manusia, bahkan menjadi hamba dan tetap taat sampai mati di atas kayu salib. DIA bagaikan seekor Anak Domba yang disembelih. Ini adalah wujud nyata dari Kasih Mula-mula, yaitu: Tuhan dengan Darah-Nya mengampuni dosa kita, dan dengan pengampunan dosa ini atau dengan pertobatan ini, kita melayani Tuhan. Jika tidak, kita masuk dalam sistem Isebel. Tuhan ukur dengan Firman Allah, dan yang diperiksa adalah Kasih Mula-mula. Meninggalkan Kasih yang semula sama dengan meninggalkan pengampunan dan penyucian. Melayani tanpa pertobatan dan tanpa keubahan.
Page
-
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
-
-
-
-
-
Sesuatu yang sangat ironi, sudah bekerja bahkan sudah tekun, sudah sabar dalam penderitaan, tetapi malah dikatakan ‘telah jatuh’ bahkan jatuh yang sangat dalam. Dalam hal ini, Tuhan serukan suara ‘Bertobatlah’, dan mereka harus kembali kepada ‘pertobatan’. Bertobat di sini bukan lagi bertobat dari mencuri, berdusta, membunuh (sebab hal itu sudah tidak dikerjakan lagi oleh jemaat Efesus), tetapi yang dimaksud dengan bertobat di sini adalah supaya mereka kembali setia kepada Kurban Kristus. Bekerja tanpa pertobatan sama dengan bekerja dalam kebutaan dan kepicikan. Rasul Paulus katakan: Aku bekerja dengan Kurban Kristus dan Kristus yang disalibkan itulah yang kuberitakan. Sementara orang lain berebut dengan ilmu pengetahuan, berebut dengan tandatanda, Rasul Paulus tetap bekerja dengan Kristus yang tersalib. Secara hitungan dunia, apa yang dikerjakan oleh rasul Paulus tidak menguntungkan dirinya sendiri, tetapi rasul Paulus melihat dengan benar tentang berita Salib. Rasul Paulus adalah gambaran dari malaikat yang diutus oleh Tuhan. Sekarang banyak anak-anak Tuhan, khusunya hamba-hamba Tuhan yang tidak memiliki pandangan seperti rasul Paulus, dan mereka berbondong-bondong beralih haluan.
1 Kor. 1:22
Pandangan rasul Paulus
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
-
-
-
-
-
Orang Yahudi adalah gambaran orang percaya (Kristen). Mereka sibuk dengan tanda-tanda. Jika hanya khotbah, mereka tidak mau dengar lagi, tetapi mereka lebih suka dengan tanda-tanda. Itu sebabnya banyak hamba-hamba Tuhan menjadi terseret dan berkeinginan untuk memenuhi tuntuan orang banyak, sehingga terjadikan banyak tanda-tanda yang dikerjakan oleh hamba-hamba Allah. Orang Yunani adalah gambaran orang dunia. Mereka sibuk dengan mencari hikmat-hikmat. Kita hamba Tuhan juga punya pandangan yang sama seperti orang Yunani. Hamba Tuhan, tetapi berpandangan dunia, meniru gaya dunia untuk memikat hati jemaat. Hamba Tuhan tidak lagi berpandangan salib, tetapi berpandangan dunia dengan ilmu-ilmu kepandaian dan hikmat-hikmat dunia. Banyak hamba-hamba Tuhan yang berebut mencari ilmu, dan hamba Tuhan semacam ini memang juga bisa melayani. Dengan tanda-tanda dan hikmat-hikmat, kita juga bisa melayani bahkan mungkin kelihatannya bagus, tetapi saatnya Tuhan akan periksa dan ukur. Dan saat Tuhan ukur, saya yakin kejadiannya pasti akan seperti jemaat Efesus, sebab mereka telah bekerja tanpa Kasih Kristus. Jika jemaat Efesus masih punya waktu dan bisa bertobat, tetapi nanti saat kita diukur, kita sudah tidak punya waktu lagi untuk bertobat TERLAMBAT.
Sekarang perhatikan pandangan yang benar, pandangan yang dikehendaki oleh Tuhan 1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 1:23 Tetapi kita ini hanya memberitakan Kristus yang mati disalib. Berita itu menyinggung perasaan orang Yahudi, dan dianggap omong kosong oleh orang-orang bukan Yahudi. (B.I.S)
5
Kristus yang tersalib adalah Dasar Pemberitaan. Lebih dari hikmat orang Yunani, lebih dari tanda yang diminta oleh orang Yunani, Berita Salib adalah Kekuatan Allah dan Hikmat Allah, tetapi bagi orang Kristen, itu merupakan sandungan, dan bagi orang dunia, itu adalah kebodohan. Berita Salib adalah berita yang mendamaikan dan membaharui, ini adalah kekuatan dan hikmat.
Page
-
-
-
-
-
-
▫
▫
▫
▫
Saat orang Yahudi meminta tanda, sebenarnya Yesus sudah memberi tanda, tetapi mereka tidak bisa melihat, dan tanda itu ditolak. Kepada mereka, Yesus hanya memberikan ‘Tanda Yunus’. Tanda Yunus adalah Tanda yang berbicara tentang ‘Kematian dan Kelahiran’ Tuhan Yesus Kristus. Tanda kematian dan kelahiran adalah tanda pelayanan Imam Besar. Ibr. 2:17-18 – kita didamaikan dulu, baru ditolong. Orang Kristen maunya ditolong, tetapi tidak mau berdamai. Bagi orang Kristen, tanda kematian adalah sandungan, dan bagi orang dunia, itu adalah kebodohan, padahal di sanalah letak kekuatan dan hikmat Allah. Tanda Kematian dan Kebangkitan adalah Tanda yang lebih besar dari tanda apapun. Melalui Kuasa Kematian dan Kebangkitan inilah, kita dilahirkan kembali menjadi ‘ciptaan baru’. Hal semacam ini tidak mungkin bisa dikerjakan oleh kekuatan manapun. Orang Yahudi menolak tanda itu, dan mereka lebih suka mencari tanda yang lain. Tabiat seperti ini masih menurun kepada orang-orang Kristen (gereja Tuhan). Mereka lebih suka mencari dan menerima tanda-tanda lain (tanda yang bisa dikerjakan oleh yesus-yesus lain), dibanding dengan Tanda yang diberikan oleh Yesus Kristus, itulah KEMATIAN dan KEBANGKITAN. Orang Yunani mencari hikmat, kita hamba-hamba Tuhan juga tertarik pada hikmat-hikmat, sehingga pelayanan ini tidak berdasarkan sesuatu yang benar, yaitu: Kristus yang tersalib. Kita sudah menyingkirkan Kasih Mula-mula, dan lebih mengutamakan hikmat. Dalam keadaan semacam itu, rasul Paulus tetap memberitakan Kristus yang disalibkan. Selama hamba Tuhan memegang Pemberitaan atas dasar Kristus yang disalibkan, kita tidak perlu takut akan hancur, sebab Salib Kristus merupakan Batu Karang. Di atas Batu Karang itulah kita dibangun menjadi sidang jemaat Kristus yang kokoh, dan tidak bisa dirobohkan oleh apapun, termasuk maut. Melihat kondisi anak-anak Tuhan sekarang ini, saya merasa prihatin, sebab berita tentang Salib justru merupakan ‘Batu Sandungan’ bagi gereja Tuhan. Gereja-gereja, bahkan hamba-hamba Tuhan, takut memberitakan ‘Berita Salib’ – ‘Berita Perobekan Daging’. Mengapa? Sebab Berita Salib dipandang tidak relevan, bisa memecah belah, terlalu kolot dan menyingung, dianggap berita yang tidak logis, dan tidak sesuai nalar manusia. Jika hamba Tuhan tetap membawa ‘Berita Salib’, takut jemaat habis, persembahan dan perpuluhan berkurang. Memang jika dipikir-pikir, lebih enak membawa berita berkat dibanding dengan ‘Berita Perobekan Daging’. Berita Salib itu berat, dan bisa jadi ‘Batu Sandungan’, tetapi bagi kita ‘Berita Salib’ harus kita pegang, sebab Berita Salib adalah KEKUATAN dan HIKMAT yang sebenarnya.
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
-
▫
Memberi, beribadah, berkhotbah, berkurban, bisa kita kerjakan sekalipun tanpa Kasih Mula-mula. Tetapi pekerjaan yang dikerjakan tanpa Kasih Mula-mula, tidak ada hasilnya. Itu sebabnya, tahbisan kita harus dimulai dari Kurban Kristus. Mengapa? Sebab jika kita mulai dari Kurban Kristus, beban yang berat bisa menjadi ringan. Jika ada Kasih, memberi itu tidak berat.
6
-
Bagi orang Yahudi atau orang Yunani yang benar-benar dipanggil oleh Yesus yang tersalib, maka ‘Berita Salib’ adalah Kekuatan dan Hikmat. Itu sebabnya, menghadapi ‘PANGGILAN’, perhatikan siapa yang memanggil. Yesus yang tersalib atau Yesus yang lain? Ada banyak pelayan yang mengatakan dirinya sebagai ‘hamba Tuhan’. Jika kita benar-benar Hamba Tuhan yang ‘DIPANGGIL’ oleh Tuhan, perhatikan BERITA yang dibawa. Jika berita itu tidak berpegang kepada ‘Kurban Kristus’, maka dia adalah hamba dari Yesus yang lain. Kristus yang tersalib, memanggil dan mengasihi kita dari permulaan (dimulai dari Kurban-Nya). Dari Kasih itu, kita harus memulaikan pelayanan kita. Pelayanan yang dikatakan pelayanan Kasih, mulainya dari Kasih Kristus.
Page
-
▫
Tanpa Kasih, mungkin kita juga bisa memberi, tetapi dengan terpaksa, ngomel, kecewa, dan dengan macam-macam perkataan yang menyakitkan hati Tuhan. Tanpa Kasih, kita bisa berkhotbah bahkan bisa membuat mujizat (sebab Yesus yang lain juga bisa membuat mujizat, baca: Mat. 27:20-22), tetapi nanti pada saat diukur, Yesus katakan: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
7
▫
Jika pekerjaan yang kita kerjakan tanpa Kasih Mula-mula, maka Tuhan akan melawan segala pekerjaan yang sudah kita lakukan, yaitu dengan cara mengangkat Kaki Dian dari tempatnya. Dan itu berarti HIDUP dalam KEGELAPAN (Wah. 2:5). Tidak ada satu pun pekerjaan yang didapati sempurna, jika dikerjakan dalam kegelapan dicela – dilawan. Jika kita mulai dengan Kasih Allah, dengan Kasih Mula-mula di mana Kristus ditempatkan pada tempatnya, yaitu sebagai Domba yang tersembelih menjadi Kurban Paskah, maka pekerjaan kita akan meningkat sampai pada puncaknya, yaitu Kasih yang sempurna.
Page
▫