Surat 3 Yohanes (Bagian 103)
Wednesday, June 21, 2017
Prakata Ibadah adalah cara Tuhan mengadakan keubahan dalam hidup kita, untuk menjadi serupa dengan diriNya. Keubahan Tuhan kerjakan melalui kuasa Firman Allah, Roh Kudus, dan Kasih Allah. Dalam Kasih tidak ada ketakutan, dalam Kasih, kita dimampukan percaya kepada Allah. Untuk percaya kepada Allah adalah suatu kematian bagi daging. Tetapi percaya kepada Yesus adalah kehendak Bapa, sebab hal itu adalah baik dan satu-satunya hal yang baik. Mat. 19:17, 21 – Yesus adalah satu-satunya jalan untuk menjadi sempurna, yaitu jalan kematian, kebangkitan, dan kemuliaan (= jalan keubahan). 3 Yoh. 1:13-15 1:13 Banyak hal yang harus kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau menulis kepadamu dengan tinta dan pena. 1:14 Aku harap segera berjumpa dengan engkau dan berbicara berhadapan muka. 1:15 Damai sejahtera menyertai engkau! Salam dari sahabatsahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu.
-
-
▫
▫
▫
Jika kita perhatikan keenam poin di atas, maka yang bisa kita simpulkan adalah ‘keubahan’ yang mendasar yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan yang ‘menyembah’. Suasana berdoa yang paling sederhana yang bisa kita temukan adalah di dalam ibadah. Melalui kuasa ibadah, Allah ingin mengerjakan keubahan demi keubahan di dalam Kasih-Nya, di dalam Firman-Nya, dan di dalam Roh-Nya. Saat Kasih Allah dinyatakan dalam wujud Firman Allah yang dinyatakan oleh Roh Allah, pada saat itulah Allah sedang menjumpai kita dan berbicara berhadapan muka dengan kita. Perhatikan: setiap pribadi yang bertemu dengan Allah sehingga bisa mendengar suara Allah dan melihat wajah Allah, maka Allah akan mengerjakan keubahan demi keubahan di dalam pribadi itu. Allah akan membebaskan kita dari segala laknat dan menyatakan nama-Nya atas kita.
1
-
Rasul Yohanes adalah salah satu murid Yesus yang pernah menyaksikan bagaimana Yesus bertemu dengan Musa dan Elia di atas bukit. Pertemuan seperti itulah yang dirindukan oleh rasul Yohanes terhadap sahabat-sahabatnya. Musa dan Elia adalah sahabat - sahabat Allah, mereka hidup bergaul karib dengan Allah. Dalam pergaulannya dengan Tuhan, mereka mengalami keubahan secara total, sehingga pada saatnya mereka tampil dalam kemuliaan bersama dengan Yesus Kristus. Firman Allah menyatakan bahwa saat Yesus ‘berdoa’ di atas bukit, rupa wajah-Nya ‘berubah’ dan pakaian-Nya ‘menjadi’ putih berkilau-kilauan (Luk. 9:29). Perkataan ‘berdoa’ menunjuk kepada ‘ibadah’. Dalam Mat. 6, salah satu ibadah yang Tuhan ajarkan adalah ‘berdoa’. Kehidupan yang ‘berdoa’ adalah kehidupan yang (Mat. 6:9-13): a. Menempatkan Bapa sebagai Kepala b. Mempermuliakan Bapa c. Mengenal kehendak Bapa d. Merindukan makanan surgawi, itulah melakukan kehendak Bapa e. Menerima pengampunan dan mampu mengampuni (bertabiatkan Kasih). f. Bebas dari segala kejahatan
Page
-
Luk. 9:30-31 9:30 Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. 9:31 Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.
-
-
Pada saat Musa dan Elia berjumpa dengan Yesus Kristus, mereka tampil dalam kemuliaan. Kepada kita, Allah juga ingin memberikan kemuliaan yang sama seperti kemuliaan yang telah diterima oleh Musa dan Elia. Perhatikan: ‘kemuliaan’ dikaitkan dengan ‘kepergian-Nya’, yang menunjuk kepada ‘kematianNya’. Dalam 2 Kor. 4:16-17, rasul Paulus mengatakan Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
-
-
Pengalaman kematian atau menderita bersama dengan Kristus adalah kematian – penderitaan yang mengerjakan pembaharuan demi pembaharuan. Pembaharuan yang menuju kepada kemuliaan kekal seperti yang telah diterima oleh Musa dan Elia (tidak dikuasai maut). Perhatikan kembali apa yang tertulis dalam Luk. 9:31, kematian dikaitkan dengan Yerusalem. Proses kematian bersama Yesus yang mengerjakan keubahan atau kemuliaan, berkaitan erat dengan Yerusalem Baru.
Proses awal menerima pengalaman kematian ▫ Saat kehidupan kita yang bagaikan bejana tanah liat ini diisi dengan ‘harta’, itulah permulaan penderitaan atau pengalaman kematian bagi anak-anak Tuhan (2 Kor. 4:7). Harta yang dimaksud dalam 2 Kor. 4:7 adalah Injil tentang kemuliaan Kristus yang adalah gambar Allah. ▫ Dalam hal ini jangan tawar hati untuk mendengar dan menerima Injil tentang kemuliaan Kristus, sebab memang hanya bejana tanah liat yang telah menerima ‘harta’ itu, yang menerima proses kematian: ditindas, masuk dalam situasi yang membuat habis akal, dianiaya, dan sejenisnya. ▫ Saat pribadi Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh dimasukkan dalam kehidupan kita, pada saat itulah kita masuk dalam penderitaan bersama dengan DIA. Allah akan membuat daging ini semakin merosot sampai mati, tetapi pada saat yang bersamaan, Allah membaharui kita. ▫ Perhatikan kata ‘diam’ yang dikatakan oleh Yesus: a. Yoh. 14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Allah Roh (Roh Allah) diam di dalam kita.
▫
▫
b. Yoh. 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Kata ‘Kami’ menunjuk kepada Allah Bapa (Kasih Allah) dan Allah Anak (Firman Allah), diam di dalam kita. Roh Allah, Kasih Allah, dan Firman Allah yang tinggal diam di dalam kehidupan orang-orang percaya adalah ‘harta’ yang membuat daging menderita. Roh Allah, Kasih Allah, dan Firman Allah akan memerosotkan atau mematikan daging, tetapi kita hidup bersuasanakan Yerusalem Baru. Saat daging mati, maka yang terjadi adalah keubahan. Dari kehidupan yang bagaikan buli-buli tanah liat, diubah menjadi buli-buli emas yang tampil dalam kemuliaan yang penuh, yang pada saatnya ditampilkan oleh Allah sebagai ‘tanda besar’.
Tanda Besar ▫ Dalam Wah. 12:1 Tuhan tunjukkan penampilan gereja Tuhan dalam kemuliaan yang penuh Maka
Perhatikan: tanda itu bukan tanda biasa, tetapi ‘tanda besar’. Kata ‘tanda besar’ menunjuk kepada: a. Matahari, itulah Kasih Allah b. Bulan, itulah Kurban Kristus – Firman Allah c. Bintang, itulah Roh Allah
Page
▫
2
tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
▫
▫
Tanda keubahan atau penyalutan yang dikerjakan oleh Allah di dalam Kasih-Nya, Firman-Nya, dan Roh-Nya, seharusnya sudah terjadi dalam kehidupan kita. Dan keubahan demi keubahan yang terjadi pada kehidupan ini, harus terjadi semakin membesar, sampai pada saatnya kita ditampilkan di langit dengan ‘tanda besar’. Roh Allah mengubah pikiran dan perasaan kita, Firman Allah mengubah gambar dan rupa kita, Kasih Allah mengubah sifat dan tabiat kita. Semua keubahan itu mengarah kepada Kristus, kepada kemuliaan yang besar. Kita diubah – disalut dengan Kasih – Firman – Roh Allah.
Matahari (Kasih Allah) ▫ Pada pelajaran ‘Mempelai’ yang kita terima, ‘matahari’ menyalut ‘perempuan atau ‘gereja Tuhan’ yang sudah masuk dalam proses untuk menjadi Mempelai. Itu sebabnya, pastikan bahwa kehidupan kita sekarang sudah mengalami ‘penyalutan’. ▫ Mengapa? Sebab ‘salutan matahari’ harus terjadi sekarang (bukan nanti saat sudah mati). Kenyataan bahwa kita sekarang sudah mengalami penyalutan ‘matahari’ harus sungguh-sungguh sudah terjadi. Kita hidup dalam salutan ‘matahari’, hidup bertabiatkan Kasih. Mampu mengasihi Allah dan sesama (dalam segala perkara). ▫ Matahari Kasih dari Allah Bapa, kita mengalami suatu kesucian yang memuncak. Yoh. 14:21
Kemuliaan Allah Bapa
14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." 14:21 Sing sapa nampani lan nglakoni pepakon-pepakon-Ku, kuwi ateges tresna marang Aku. Rama-Ku bakal nresnani wong sing tresna marang Aku. Aku uga bakal nresnani wong mau, lan Aku bakal blaka marang wong mau, sapa Aku iki sejatiné."
-
-
▫
▫
Dalam Wah. 21:23 disebutkan bahwa Yerusalem Baru tidak lagi membutuhkan matahari dan bulan untuk menyinari. Mengapa? Sebab proses penyalutan (keubahan) sudah terjadi dengan sempurna, sehingga saat nanti kita ditampilkan di Yerusalem Baru, kita sudah benar-benar berada dalam keadaan bersinar – cemerlang. Itu sebabnya, pastikan di hari-hari ini kita mengalami proses penyalutan, yaitu hidup dalam suatu penggembalaan Tuhan untuk menerima pembukaan rahasia Firman-Nya. Sementara Firman disampaikan, kita mau mendengar, mengerti, percaya, untuk kemudian melakukan Firman.
Bulan (Roh Allah) ▫ Selain ‘matahari’ juga disebutkan ‘bulan’. Bulan berbicara tentang Kemuliaan Anak Allah yang telah menjadi Kurban Penghapus Dosa. Hal ini juga sudah harus kita alami sekarang. Itu sebabnya, segala dosa kita seharusnya sudah harus kita akui dan kita perdamaikan dengan Tuhan. Kita menerima pengampunan dan kelepasan dari Tuhan.
3
-
Inilah orang-orang yang mengalami Kasih Allah. Jika di hari-hari ini kita ‘menerima’ pernyataan diri Allah sehingga kita bisa ‘mengerti’ siapa diri Allah – Firman sebenarnya (bhs. Jawa), maka itu adalah tanda bahwa kita sedang berada di dalam ‘salutan Kasih Allah’ (matahari). Kasih Allah atau penyalutan hanya terjadi pada orang yang ‘dikasihi’ oleh Allah, yaitu orang yang berpegang dan melakukan Firman Allah. Proses ini harus terjadi sekarang, bukan nanti setelah mati. Berpegang = mendengar mengerti mempercayai Firman Allah. Memegang Perintah berarti mau mendengar, mau mengerti, mau mempercayai. Jika sudah tidak mau mendengar, tidak mau mengerti, dan tidak mau percaya, berarti tidak ‘berpegang’. Jika sudah tidak mau ‘berpegang’, pasti ‘tidak melakukan’. Hanya orang yang mau mendengar, mau mengerti, dan mau mempercayai, yang bisa melakukan Firman Allah. Orang yang melakukan Firman Allah adalah orang yang mengalami penyucian, dan kesucian ini ditingkatkan sampai pada ‘mengasihi Allah’ inilah kemuliaan matahari, kemuliaan dari Allah Bapa.
Page
-
▫
▫
▫
▪
▪
Itu sebabnya di hari-hari ini, kita harus mengalami kuasa ‘matahari dan ‘bulan’. Keduanya tidak bisa dipisahkan, sebab tidak mungkin ada pengampunan dosa jika tidak ada pengakuan, tidak mungkin ada pengakuan dosa jika dosa tidak dinyatakan. Itu sebabnya di hari-hari ini, kita harus menerima Firman Allah yang dibukakan, supaya Firman Allah menyatakan segala dosa kita. Saat dosa dinyatakan, kita mengakui dengan mempergunakan darah kurban penghapus dosa. Saat kita mau menerima Firman Allah, saat itu juga pengampunan terjadi. Sementara kita berada di dalam penggembalaan Tuhan, kondisi semacam ini sudah harus kita alami. Kita disucikan, dan pada saatnya kita ditampilkan dalam keadaan cemerlang. Di dalam Yerusalem Baru sudah tidak ada ‘Matahari’, artinya: sudah tidak ada lagi penyucian, sebab kita sudah suci. Di Yerusalem Baru juga tidak ada ‘Bulan’, artinya: tidak ada lagi pengampunan, sebab segala dosa sudah diselesaikan. Sekarang kita mendengar Firman Allah, mengerti Firman Allah, dan melakukan Firman Allah (termasuk mengaku dosa dan bertobat), di sana terletak KEMULIAAN ALLAH BAPA dan KEMULIAAN ANAK ALLAH.
Bintang (Roh Kudus) ▫ Pada Wah. 21:23 tidak disebutkan ‘bintang’. Kemuliaan tentang ‘bintang’ tidak disebutkan. Mengapa? Sebab ‘bintang’ berbicara tentang ‘anak-anak Tuhan’ yang di zaman Roh Kudus ini sudah masuk pada proses: a. Hidup dipimpin oleh Roh Kudus b. Hidup berjalan bersama Roh Kudus dan c. Hidup di dalam Roh Kudus ▫ Jadi di dalam Yerusalem Baru, anak-anak Tuhan sudah bagaikan ‘bintang-bintang’ yang bersinar dan bercahaya. Fil. 2:12 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
-
-
Perhatikan baik-baik pembacaan ayat di atas. Ayat ini ditulis dalam suasana menjelang hari Tuhan yang semakin mendekat. Kita bukan mencari ‘keselamatan’, tetapi ‘keselamatan’ itu sudah dianugerahkan kepada kita. Sekarang yang menjadi tugas kita adalah: mempergunakan kehidupan yang sudah diselamatkan ini. Dalam B.I.S disebutkan: Kalian sudah diselamatkan oleh Allah, jadi berusahalah terus supaya kesejahteraanmu menjadi sempurna.
-
Itu sebabnya, ‘keselamatan’ ini harus kita kerjakan dengan takut dan gentar, sampai kita mencapai kepada ‘sempurna’. Camkan: Sebagai orang yang telah diselamatkan, Tuhan menawarkan 2 hal yang besar:
Dua Tawaran dari Allah 2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. 2:13 awit Gusti Allah tansah makarya ana ing kowé, supaya kowé duwéa kekarepan lan kabisan mbangun-turut marang apa sing dikersakaké.
4
Sebagai orang yang ‘telah’ diselamatkan, Tuhan menawarkan dua perkara, yaitu: 1. Kemauan, Tuhan menaruh ‘kemauan’. Kemauan ini juga dikerjakan oleh Allah. 2. Pekerjaan, Tuhan memberikan atau mempercayakan pekerjaan. Page
-
Kemauan ▫ Di dalam kehidupan, manusia memiliki banyak ‘kemauan’, tetapi tidak semua ‘kemauan’ berasal dari Allah atau digerakkan oleh Allah. Ingat: kegerakan ini hanya Tuhan berikan kepada orang yang ada kaitannya dengan keselamatan. ▫ Kegerakan yang Tuhan kerjakan tidak semakin kecil, tetapi semakin besar. Jika kita merasa sudah diselamatkan, tetapi tidak memiliki kegerakan-kegerakan dari Tuhan, maka keselamatan itu perlu dipertanyakan. ▫ Jika kita sudah mengalami kegerakan tetapi kegerakan ini kita sepelekan, maka kegerakan atau kemauan ini akan habis, dan itu sangat BERBAHAYA. Kita akan menjadi orang yang kering dan mati. Pekerjaan ▫ Kemauan atau kegerakan ada ‘ladangnya’. Dalam hal ini, Tuhan sudah siapkan ‘ladangnya’, berarti Tuhan akan memberi suatu pekerjaan – ada suatu pekerjaan yang harus kita kerjakan di dalam ladang-Nya. ▫ Jadi, pertama Tuhan memberi ‘kemauan’, baru setelah itu Tuhan memberi ‘pekerjaan’. Pekerjaan dapat berupa berkorban, berdoa, melayani, berkhotbah, berpuasa, memberi tumpangan, atau apa saja. Contoh: ▫ Sebagai contoh yang bisa kita lihat adalah: Zakheus (orang kaya) dan Jemaat Makedonia (jemaat miskin -- 2 Kor. 8). Kemauan yang Tuhan kerjakan bagi orang yang sudah diselamatkan, bisa saja terjadi bagi pada orang miskin atau orang kaya (secara jasmani). ▫ Kemauan sering kita sebut ‘kegerakan’. Setelah menerima keselamatan, Zakheus menerima ‘kegerakan’ dari kuasa keselamatan tersebut. Kegerakan yang terjadi, tidak dapat dibendung oleh Zakheus. ▫ Tanpa banyak perhitungan ‘rugi laba’, Zakheus merespon kegerakan yang dikerjakan oleh Allah. Kekayaan tidak menjadi pengikat. Demikian juga jemaat Makedonia (2 Kor. 8:1-2), setelah mereka menerima Kasih Karunia dan kemurahan dari Allah, mereka juga menerima ‘kegerakan’ dari Allah. ▫ Tanpa beralasan bahwa mereka sedang hidup dalam kemiskinan, mereka tetap mengerjakan ‘kegerakan’ yang dikerjakan oleh Allah. Kemiskinan tidak menjadi pengahalang. Kegerakan yang dikerjakan oleh Tuhan, tidak ada hubungan dengan kaya atau miskin, tetapi dengan keselamatan yang sudah diterima.
▪
Kemuliaan Anak Allah ▫ Pada Fil. 2:1-11 kita bisa melihat kemuliaan dari Anak Allah, sampai pada akhirnya semua lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tidak semua orang (termasuk orang Kristen) bisa mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.
5
▪
Selain berkorban, masih ada banyak ‘kemauan’ yang Tuhan kerjakan, seperti: berdoa, membaca Firman Allah, berpuasa, melayani Tuhan, dan lain-lain. Gerakan-gerakan yang dikerjakan oleh Tuhan tidak bisa dimengerti, bahkan orang yang bersangkutan pun tidak bisa memahami, apalagi orang lain yang hanya melihat. Coba pikir baik-baik: apa yang dikerjakan oleh Zakheus dan Jemaat Makedonia, sepertinya pekerjaan bodoh. Kekayaan kog diobral. Kekurangan kog akal-akalan mau berkorban buat Tuhan. Tetapi jika hal itu sudah merupakan kegerakan dari Tuhan, orang lain tidak dapat mengerti. Jadi ada dua hal yang ditawarkan oleh Tuhan bagi orang yang diselamatkan, yaitu: ‘kemauan dan pekerjaan’. Hal ini yang akan membuat kita menjadi bersinar.
Page
▪
▫
▫
▫
Jika sekedar mengaku di mulut, semua orang Kristen juga bisa. Tetapi saat kita dihadapkan pada berkat, kedudukan, kesenangan dunia, penderitaan, aniaya, pedang, lapar, sakit, belum tentu kita bisa mengaku Yesus Kristus (Firman) adalah Tuhan, di dalam hati, jiwa, dan akal kita. Jika kita benar-benar mengaku bahwa Firman adalah Allah, maka DIA yang menjadi Kepala dan berdaulat atas hidup kita, dalam segala keadaan apapun. Hanya orang yang mau mengosongkan diri dan menaruh pikiran – perasaan pada Firman, yang mampu mengaku Yesus Kristus adalah Allah. Kemuliaan Allah ada pada Yesus. Mengapa? Sebab Yesus mau merendahkan diri, dan menempatkan diri pada kedaulatan Allah, bahkan sampai mati. Hal semacam ini, juga ingin DIA kerjakan kepada kita anak-anak Tuhan. DIA menginginkan supaya kita bercahaya seperti ‘bintang’.
Bintang ▫ Kemuliaan bintang adalah kemuliaan dari anak-anak Tuhan. jika kita mau masuk dalam Yerusalem Baru, sinar kemuliaan ini sudah harus kita terima sejak sekarang, yaitu saat kita mengerjakan pekerjaan-pekerjaan keselamatan yang sudah kita terima. a) Saat kita DISELAMATKAN di sana ada Sinar Kemuliaan b) Saat Tuhan memberikan KEMAUAN di sana ada Sinar Kemuliaan c) Saat Tuhan mempercayakan suatu PEKERJAAN di sana ada Sinar Kemuliaan ▫ Seringkali ‘kemauan’ dari Tuhan kita singkirkan dengan berbagai macam alasan atau karena adanya rintangan-rintangan. Ingat: jika ‘kemauan’ datangnya dari Allah, maka ‘kemauan’ itu disertai dengan Sinar Kemuliaan – disertai dengan ke-mahakuasaan Tuhan. ▫ Jadi, jika kita menemukan ‘rintangan’ (bisa dalam bentuk sakit, kemiskinan, ketidakmampuan, dan lainlain), maka ‘rintangan’ itu jangan dijadikan alasan, tetapi saatnya bagi kita untuk ‘menyerahkan diri’ kepada Allah, supaya kita mengalami kemuliaan atau kemahakuasaan Allah. ▫ Saat kita merendahkan diri dan menyerahkan diri di hadapan Allah, berarti kita berada di bawah tangan-Nya yang penuh kuasa. DIA yang akan melakukan segala-galanya. Jadi, ‘kemauan’ dari Tuhan harus kita terima dan dibarengi dengan ‘menyerahkan diri’ kepada Allah. Contoh: Membuka Rahasia Firman Allah - Untuk membuka dan menyampaikan ‘Rahasia Firman Allah’, bukanlah pekerjaan mudah. Bahkan Daniel yang kepandaiannya 10 kali lipat di atas orang pandai lainnya pun, tidak mampu. Masalah dan halangan pasti ada. Tetapi jika Tuhan ‘menghendaki’ supaya Firman Allah disampaikan, DIA akan tampilkan kemahakuasaan-Nya. - Asal kita ‘rela’ untuk menerima ‘kemauan’ Tuhan dan disertai dengan ‘merendahkan diri’ serendahrendahnya di hadapan Allah, maka Firman Allah sesulit apapun pasti akan dibukakan oleh Allah
-
-
Pekerjaan untuk menyampaikan Firman Allah adalah pekerjaan yang dipercayakan Tuhan. Jadi, menyampaikan Firman Allah adalah pekerjaan Tuhan (bukan pekerjaan manusia). Jika tidak ada Roh Kudus yang menggerakkan lidah, maka perkataan yang disampaikan adalah ‘pidato’. Dalam ‘pidato’, yang disampaikan adalah kepandaian, ilmu, pengalaman, hikmat, kemauan, isi hati, dan keinginan manusia. Tetapi jika Roh Kudus yang menggerakkan sehingga apa yang disampaikan semuanya selaras dengan Firman Allah, maka yang berbicara bukan manusia, tetapi Roh Kudus. Roh itu yang berbicara kepada kita (termasuk kepada saya). Jadi, saya sebagai hamba hanyalah alat yang dipakai. Tetapi semua pekerjaan pada dasarnya DIA – Roh Allah yang mengerjakan. Manusia tidak punya Firman, sebab Firman yang adalah nubuatan, hanya dari Allah. Dan nubuatan-nubuatan yang terbesar di hari-hari ini adalah pembukaan rahasia Firman Allah yang dikerjakan oleh Roh Allah sendiri melalui hamba-hamba-Nya (2 Pet. 1:20-21).
Page
-
6
(bukan oleh kepandaian manusia).
Kembali ke: Filipi 2 ▫ Jadi, ada dua perkara yang Tuhan berikan kepada kita orang yang diselamatkan 1. Kemauan untuk bekerja dan 2. Kepercayaan (pekerjaan yang merupakan kepercayaan Allah) ▫ Jika kita tidak setia, maka kedua hal tersebut bisa hilang, dan itu merupakan bahaya besar bagi kita. Kepercayaan bagaikan ‘mina’ (uang emas), jika mina kita kerjakan, maka mina akan berkembang dan menjadi banyak. Dengan demikian, maka kepercayaan akan ditambahkan. ▫ Tetapi yang sering terjadi, kemauan dan kepercayaan Tuhan kita bungkus dalam ‘saputangan’. Luk. 19:13
Perumpamaan tentang ‘mina’
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.
-
-
Dikatakan ‘hamba’, artinya: kesepuluh hamba itu sudah dibeli oleh calon Raja, dan mereka sekarang sudah menjadi milik calon Raja itu. Kepada hamba yang sudah ‘dibeli’, calon Raja itu memberikan KEMAUAN dan KEPERCAYAAN. Yang menjadi masalah sekarang adalah apakah hamba-hamba ini mau menerima kemauan dan kepercayaan dari calon Raja ini dengan takut dan gentar, atau tidak. Salah satu dari mereka (hamba ketiga), menyimpan atau membungkus ‘mina’ dalam ‘sapu tangan’.
19:20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.
-
-
-
-
-
Apa arti Sapu Tangan? Sapu tangan dipakai untuk menyeka keringat hasil kesibukan kita. Banyak kesibukan yang sudah dilakukan anak-anak Tuhan, dan di sanalah kita bungkus kemauan dan kepercayaan Tuhan. Sehingga kepercayaan Tuhan tidak kita kerjakan. Mengapa tidak dikerjakan? Sebab terbungkus dengan segala macam kesibukan kita sendiri. Jika kesibukan sudah dijadikan alasan, maka saya tidak punya jalan keluar untuk menolong kecuali saya sarankan untuk mendengar Firman. Sebab hanya Firman yang didengar dan diterima, yang mampu berkuasa untuk menolong orang semacam ini. Alasan ‘sibuk’ juga terjadi pada perumpamaan Yesus tentang ‘Perjamuan Kawin’ (Mat. 22). Pada perumpamaan ini kita lihat kesibukan-kesibukan manusia yang sangat menonjol. Ada yang sibuk dengan ladangnya, sibuk dengan perdagangannya, sibuk dengan rumah tangganya. Manusia pada akhir zaman akan dililit dengan kesibukannya sendiri. Jangan sampai keadaan ini ada pada kita. Mengapa? Coba perhatikan, saat Yesus berkata dalam Luk. 19:11, posisi Yesus sudah sangat dekat dengan Yerusalem. Kita harus memperhatikan ‘kemauan dan kepercayaan’ Tuhan dengan setia dan benar (dengan KASIH). Di sana Roh Kudus bekerja dan menjadikan mina itu bertambah-tambah.
Mat. 22:36-40 22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
▫
Allah ingin melihat ‘kejujuran Kasih’ kepada DIA. Ketiga hal ini harus sama, yaitu: HATI – JIWA – AKAL, dalam ‘mengasihi’ Tuhan, ukuran ketiga hal di atas adalah sama, yaitu: segenap atau seluruh (penuh).
7
-
Inilah Kasih. Pekerjaan yang Tuhan limpahkan kepada kita adalah pekerjaan yang sangat besar. Jika pekerjaan itu diukur dengan ukuran manusia, sudah pasti manusia tidak mampu. Jadi, dalam hal ini jangan bicara soal kepandaian, kemampuan, kekuatan, atau apapun, sebab pasti tidak akan mampu. Tetapi saat kita menghadapi ‘kemauan dan kepercayaan’ Allah, yang ingin Tuhan lihat adalah: apakah kita mengasihi DIA dengan segenap hati, segenap jiwa (nyawa), segenap akal budi, atau tidak?
Page
-
▫
▫
▪
▪
▪
Jadi, saat kita melakukan kehendak Tuhan, sebenarnya pada saat itu kita diangkat oleh Tuhan. DIA memberi kemauan dan pekerjaan – kepercayaan kepada kita. Pekerjaan ini adalah Pekerjaan Kudus. Tuhan tidak akan mempercayakan pekerjaan-Nya kepada tangan-tangan kotor, hanya pribadipribadi yang diselamatkan – disucikan yang berhak menerima kepercayaan Tuhan. Jika KEMAUAN dan KEPERCAYAAN sudah Tuhan berikan kepada kita setelah DIA membasuh kehidupan kita, sebenarnya Allah sendiri yang bekerja dan menyelesaikan pekerjaan itu. Tuhan ingin melibatkan kita, Tuhan ini mempercayai dan mempercayakan pekerjaan-Nya kepada kita, inilah kepercayaan Tuhan pada kita.
8
▫
Katakan target yang Tuhan inginkan adalah ‘10’. Jika kita sudah bekerja dengan ‘jujur’ tetapi dengan kejujuran Kasih ini kita masih mencapai angka ‘4’, maka ‘6’ berikutkan akan dikerjakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus yang akan merampungkan pekerjaan itu. Dengan demikian kita akan mengalami peningkatan. Saat pekerjaan itu selesai, yang kita rasakan adalah bahwa semua ini bisa selesai bukan karena kita manusia, tetapi karena DIA – Roh Allah yang berkuasa. Kita sudah bekerja, tetapi tidak mampu. Tetapi jika pada akhirnya kita mampu, di sana kita akan merasakan KEMURARAN – KEMAHAKUASAAN Allah. Dengan demikian, kita tidak akan jatuh dalam kesombongan. Kita akan tetap menjadi ‘bintang’ yang senantiasa mengosongkan diri dan tidak akan diseret oleh ekor naga. Tetapi jika kita lupa akan kemurahan Tuhan, kita akan terseret dan dicampakkan ke dunia.
Page
▫