Surat 2 Yohanes (Bagian 4)
Sunday, January 17, 2016
Surat 2 Yohanes Surat Yohanes Kedua adalah suatu penampilan dari Kaki Dian dengan 7 Pelita, yang berarti suatu sinar terang untuk menyinari kita, teristimewa dalam penantian akan kedatangan Yesus kali kedua. Bagi dunia, keadaan ini semakin hari semakin gelap. Dunia terlena dan terlelap dalam tidur, sehingga jatuh dalam berbagai macam perbuatan dosa, tetapi rasul Paulus katakan bahwa kita bukanlah anak-anak gelap yang hidup di dalam kegelapan, tetapi kita adalah anak-anak siang yang berjaga-jaga dan sadar. Kita adalah anak-anak yang hidup di dalam Terang. Baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman (terang Firman Allah) dan Kasih (terang Kasih Allah) dan berketopongkan pengharapan (terang Roh Allah) keselamatan. Kita berdiri di atas kurban Kristus, sebab Kurban Kristus adalah dasar gereja Tuhan. Sekilas tentang Surat Yohanes Secara keseluruhan, surat Yohanes berada pada Terang Kasih, suatu perlindungan dari Allah. Surat Yohanes Pertama ada dalam tanda Terang. Surat Yohanes Pertama terdiri dari 5 pasal dan setiap pasal ditampilkan dalam Terang Kaki Dian dengan 7 pelita, suatu perlindungan. Pada surat yang pertama, kita temukan 5 kaki dian dengan masing-masing kaki dian memiliki 7 pelita. Berarti ada 35 pelita, suatu sinar terang bagaikan matahari yang menyalut seluruh kehidupan gereja Tuhan, itulah terang Kasih Allah Bapa. Surat Yohanes Kedua juga menampilkan kaki dian dengan tujuh pelita, itulah terang dari bulan, terang kebenaran. Terang dari kurban Kristus, terang ketebusan dari Anak Allah. Gereja Tuhan berdiri di atas kurban Kristus, itulah terang kebenaran dari Anak Allah. Surat Yohanes Ketiga berbicara tentang pimpinan di dalam sidang jemaat. Hal ini tentang terang dari 12 bintang, yang menjadi mahkota dari Mempelai Wanita. Terang dari Roh Kudus yang membawa kehidupan gereja menjadi tunduk – taat – dengar-dengaran. Jadi, seluruh surat dari rasul Yohanes merupakan terang Matahari (Kasih), Bulan (Kurban Kristus), dan 12 Bintang (Penundukan). Matahari, bulan, dan bintang adalah pakaian Mempelai Wanita. Dari kepala sampai ujung kaki, semuanya bersalut dengan terang. Tidak ada satu pun bagian yang tidak dikuasai dengan terang. Tujuh Bagian dalam Surat Yohanes Kedua 1. Pelita pertama: ayat 1-3 → Mengasihi di dalam kebenaran 2. Pelita kedua: ayat 4 → Anak-anak yang hidup dalam kebenaran (Terang hidup dalam kebenaran) 3. Pelita ketiga: ayat 5-6 → Bertambah-tambah dalam Kasih dengan melakukan Kebenaran (Terang bertambah-tambah dalam Kasih)
4. Pelita keempat: ayat 7 → Penyesat (Hal yang tidak benar), jika Terang dinyatakan, tujuannya adalah supaya kita jangan tersesat 5. Pelita kelima: ayat 8 → Waspada supaya jangan kehilangan apa yang sudah kita terima (Terang
Page
1
waspada)
6. Pelita keenam: ayat 9-11 → Tinggal dalam ajaran Kristus yang benar dan jangan ada hubungan dengan si penyesat (Terang di sini adalah tinggal dalam ajaran Kristus atau setia, berpegang teguh). Ini adalah keadaan anak Abraham yang bagaikan bintang di langit, sebab setiap anak Tuhan yang tidak berpegang kepada Firman, tidak berpegang pada Firman Allah = kehidupan bintang yang gugur 7. Pelita ketujuh: ayat 12-13 → Persekutuan dan sukacita yang benar dan sempurna
Secara keseluruhan, Surat Yohanes Kedua berbicara tentang Kebenaran di dalam Kristus (Kasih), kebenaran oleh kurban Kristus. Inilah kebenaran yang sesungguhnya. Jadi, Surat Yohanes Kedua ini berdasarkan pada Kebenaran oleh Kurban Kristus. Jika hal ini dinyatakan, tujuannya supaya kita jangan sampai tergoda oleh kebenaran-kebenaran yang tidak membawa kita kepada kehidupan yang dibenarkan oleh Tuhan, suatu kehidupan yang bisa bertobat, dan lanjut kepada suatu kehidupan yang disucikan oleh Tuhan.
Kebenaran filsafat Di dunia ini ada kebenaran yang diterima dan diakui oleh manusia, tetapi semua kebenaran itu adalah kebenaran yang tidak menjamin dan tidak membawa kepada keselamatan, sebab kebenaran yang ada di dunia adalah kebenaran yang tidak mengandung hidup. Kebenaran dari filsafat yang kosong dan palsu, bukan dari Kristus, tetapi perpaduan pikiran manusia dan setan. Kebenaran filsafat sangat bisa diterima oleh manusia sebab sangat masuk akal, tetapi kebenaran filsafat tidak menjamin keselamatan. Kebenaran yang kosong dan palsu dan bukan dari Kristus, tidak ada kehidupan di dalamnya. Kebenaran yang kosong dan palsu justru marak dikalangan orang Kristen. Dengan segala kepandaian pola pikir manusia, mereka memadukan ayat-ayat Firman Allah dengan hikmat manusia sendiri. Kebenaran ini sangat enak bagi telinga daging, dan sangat masuk akal. Tetapi itu kebenaran yang kosong – palsu dan tidak menjamin keselamatan (2 Pet.2:17-19, Yud.1:12-13).
Page
Kebenaran diri sendiri Kebenaran diri sendiri ini paling bahaya. Kebenaran yang satu ini bukan saja tidak menjamin keselamatan, tetapi membuat manusia tidak pernah sadar akan kesalahannya, tidak pernah sadar akan kekurangannya sehingga dia tidak juga datang untuk mengaku, sehingga dia tidak pernah menerima pengampunan. Kebenaran yang dimaksudkan oleh Tuhan, seperti yang dituliskan oleh rasul Yohanes dalam suratnya yang kedua, adalah Kebenaran di dalam Kurban Kristus. Kebenaran di dalam Kurban Kristus, menjamin keselamatan kita. Kita dibenarkan melalui kurban Kristus. Jadi, bukan kebenaran dari hasil pikiran manusia, bukan kebenaran dari hasil perbuatan kita, bukan kebenaran yang timbul dari diri kita, tetapi kebenaran oleh kurban Kristus.
2
Kebenaran pura-pura Kebenaran yang berasal dari ibadah pura-pura. Secara sepintas, kebenaran yang satu ini kelihatannya sangat benar dan kelihatan sungguh-sungguh, tetapi jika perbuatan itu dilakukan dengan pura-pura, maka ibadah itu tidak membawa faedah. Hal ini dikatakan oleh Yesus secara pribadi di dalam khotbah-Nya di atas bukit (Mat. 6:5). Dia bisa berdoa, tetapi doanya pura-pura. Doa semacam ini tidak dijawab oleh Tuhan, sebab merupakan suatu kekejian. Dia bisa berkurban, tetapi kurban yang pura-pura, dan kurbannya tidak bisa diterima oleh Tuhan. Dia bisa berpuasa, tetapi pura-pura. Tuhan mau supaya ibadah kita adalah ibadah yang sungguh-sungguh. Doa yang kita lakukan jangan dilakukan dengan pura-pura. Memberi juga termasuk ibadah. Memberi juga bisa dilakukan dengan pura-pura, tetapi tidak menjamin keselamatan, bahkan menjamin berkat pun tidak. Memberi dengan pura-pura sangat berbahaya, sebab bisa menimbulkan kekecewaan. Jangan memberi dengan dorongan emosi atau dengan maksud-maksud tertentu, tetapi kerjakan semua itu dengan dorongan Kasih (sebab Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita). Ibadah (doa, memberi, berpuasa) semacam itu bisa saja dilakukan dan kelihatan benar, tetapi purapura. Jangankan menjamin keselamatan, menjamin berkat pun tidak ada. Ibadah pura-pura adalah suatu ragi (Luk. 12:1) yang tidak menjamin kehidupan itu bisa masuk pada pesta (1 Kor. 5:7-8).
Kebenaran di dalam Kurban Kristus Gal. 2:21 2:21 Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus. 2:21 Saya tidak meremehkan rahmat Allah. Kalau hubungan orang dengan Allah menjadi baik kembali karena menjalankan hukum agama, itu berarti kematian Kristus tidak ada gunanya! (BIS)
-
-
Seandainya kebenaran bisa dihasilkan oleh perbuatan manusia, maka Kristus tidak perlu mati. Jika kebenaran bisa dihasilkan oleh manusia, Yesus tidak perlu datang ke dunia untuk menjadi kurban. Jika kebenaran bisa direka oleh pikiran manusia, Yesus tidak perlu datang ke dunia untuk mati dan membenarkan kita. Tetapi nyata bahwa segala sesuatu tidak dapat menghasilkan kebenaran yang menjamin keselamatan. Maka Yesus perlu datang ke dunia ini. Yesus perlu mati di atas kayu salib supaya ada kebenaran dari Allah untuk manusia, suatu kebenaran yang menjamin keselamatan manusia.
2 Kor. 5:21 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
-
-
-
Manusia bisa dipandang sebagai kehidupan yang benar oleh Allah jika manusia berada di dalam kurban Kristus. Selama manusia berada di luar kurban Kristus, sehebat apapun perbuatan manusia, itu merupakan kekejian bagi Allah. Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang ada di dalam Kurban Kristus. Kristus tidak berdosa, tetapi Allah membuat DIA menanggung dosa kita, supaya kita dalam Kristus, kita dibenarkan oleh Allah. Kristus adalah Firman yang menjadi daging, itulah kebenaran (Yoh.17:17). Seringkali kita terdorong – tertarik dan cenderung untuk suka berbantah-bantah tentang Firman Allah, tetapi itu tidak ada gunanya. Firman Allah tidak untuk didiskusikan, Firman Allah tidak untuk diseminarkan, Firman Allah adalah kebenaran yang mutlak, yang hanya dan harus diterima (jika kita mau menjadi benar, dengar Firman Allah dan percaya (Yoh.5:24), dengar Firman Allah dan lakukan (Mat.7:24)). Diskusi Firman Allah pertama kali terjadi di Eden, dan hasilnya manusia kehilangan
kemuliaan, telanjang. Firman Allah bukan ilmu, jadi tidak perlu diseminarkan. Firman Allah tidak perlu diperbantahkan untuk menemukan kebenaran. Firman Allah tidak untuk dipertimbangkan, tetapi Firman Allah hanya untuk kita terima di dalam pengaruh dan dorongan urapakan Roh El’kudus. Kita dengar dan Firman Allah kita mengerti, kita tempatkan dalam hati kita dan menjadi iman. Dari hati yang beriman ini akan timbul aktifitas atau perbuatan-perbuatan yang benar, yang menjamin keselamatan. Perbuatan-perbuatan yang menjadi berkat bagi diri sendiri dan bagi sesama. Itulah kebenaran yang ditulis oleh rasul Yohanes, dalam suratnya yang kedua.
Terang Pertama: Mengasihi di dalam Kebenaran 2 Yoh. 1:1-3 1:1 Dari penatua kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku saja yang mengasihi kamu, tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran, 1:2 oleh karena kebenaran yang tetap di dalam kita dan yang akan menyertai kita sampai selama-lamanya. 1:3 Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih.
(menggenapkan perintah Tuhan).
3
-
Kebenaran dan Kasih tidak boleh dilepaskan. Orang yang telah mengenal kebenaran, hidup dalam Kasih, mereka hidup saling mengasihi. Mereka bisa mengasihi sebab kebenaran yang ada di dalam kehidupannya itu bekerja. Kebenaran yang ada di dalam kehidupan seseorang, bekerja untuk menyertai. Kebenaran itu menyertai, ada kebenaran untuk mengasihi, bukan untuk menghakimi. Wujud penyertaan yang dikerjakan oleh kebenaran terhadap pemiliknya adalah memampukan untuk hidup saling mengasihi
Page
-
Penatua - Kebenaran dan Kasih menyertai penatua. Yohanes menyebut dirinya sebagai penatua (tua-tua, imam-imam, hamba Allah) atau dalam kedudukannya sebagai gembala. Rasul Petrus juga menyebut dirinya sebagai penatua (1 Pet. 5:1-4). - Dia seorang gembala, pengawas di dalam sidang jemaat. Mengawasi supaya jangan ada penyusupan dari pengajaran-pengajaran sesat yang masuk di dalam sidang jemaat. Selain itu, tugas dari penatua (gembala) adalah melayani sidang jemaat, memberi makan sidang jemaat, mendidik sidang jemaat dengan pengajaran, dan memberi teladan. Ibu dan anak-anak Dalam ayat 1 juga disebut ‘Ibu yang terpilih dan anak-anaknya’. Seorang wanita terpilih dengan anakanaknya yang benar. Sehubungan dengan hal ini, ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Ibu’ di sini adalah seorang wanita secara jasmani, yang memelihara sebuah rumah tangga dengan anak-anaknya. Pendapat kedua, dan pendapat inilah yang kita pegang, bahwa seorang ibu yang dimaksud di sini tidak menunjuk kepada ibu secara jasmani, tetapi ibu di sini menunjuk kepada ‘satu tubuh’. Tubuh Kristus yang digambarkan bagaikan seorang wanita (Wah. 12:1). Jadi, yang dimaksud dengan ibu dan anak-anaknya adalah gereja Tuhan dengan seluruh anggota sidang jemaat, termasuk kaun remaja, kaum muda, dan anak-anak sekolah minggu. Suatu sidang jemaat, sangat sulit sekali terpisah dari seorang gembala (penatua). Sebab, gembala adalah pribadi yang dipercayakan oleh Tuhan untuk memelihara sidang jemaat. Sebagai kepala dan bintang sidang jemaat. Sidang jemaat adalah Tubuh Kristus yang harus diperhatikan dan harus dipertanggung jawabkan oleh seorang gembala, di hadapan Tuhan. 1 Kor. 2:3
Sikap rasul Paulus sebagai seorang Gembala
2:3 Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar
-
-
Jadi, di dalam sidang jemaat ada Tuhan yang berhadapan dengan kita, sehingga kita tidak bisa seenaknya sendiri terhadap sidang jemaat. Seorang gembala tidak bisa meninggalkan sidang jemaat sesuka hati tanpa tanggungjawab. Hanya seiijin Tuhan, kita bisa meninggalkan sidang jemaat. Seorang penatua tidak bisa pergi untuk kepentingannya sendiri, tetapi yang terutama adalah bagaimana dia bisa bertanggungjawab terhadap pemilik sidang jemaat. Jika yang empunya meminta pertanggung-jawaban kepada kita, itu yang membuat rasa takut.
4
-
‘dalam kelemahan’ berarti dengan kekuatan Allah (2 Kor.12:9-10). Rasul Paulus mengatakan bahwa setiap kali menghadapi sidang jemaat, dia takut dan gentar. Demikian juga dengan saya, setiap kali berhadapan dengan sidang jemaat ada rasa takut, sebab segala sesuatu yang saya sampaikan harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Sebagai gembala, saya tidak bisa menyampaikan Firman Allah sesuka hati daging. Apa yang saya sampaikan harus saya pertanggung jawabkan. Mengapa? Sebab sidang jemaat ini ada yang memiliki. Sidang jemaat dimiliki oleh Tuhan secara pribadi (Yer.12:10 -- bagai kebun anggur). Jadi, saya tidak takut terhadap manusianya, tetapi sidang jemaat yang harus saya hadapi (termasuk kaum remaja dan kaum muda) adalah milik Allah. Domba-domba yang merupakan milik Gembala Agung, itulah Yesus Kristus, di mana kepada DIA segala sesuatu harus dipertanggungjawabkan. Sementara saya yang diangkat dan dipercaya menjadi penatua (gembala), ditugaskan untuk melayani sidang jemaat. Jika saya melayani sidang jemaat, sama artinya saya melayani pemilik dari sidang jemaat, DIAlah Tuhan yang kita sembah.
Page
-
Saya masih melihat banyak kekurangan di dalam pelayanan saya. Sehubungan dengan sidang jemaat ini, masih banyak pekerjaan yang belum bisa saya jangkau. Sekalipun ada alasan, tetapi alasan itu tidak bisa saya jadikan pembelaan di hadapan Tuhan.
Kembali ke: ayat 1 1:1 Kepada Ibu yang dipilih oleh Allah, dan kepada anak-anak Ibu. *Ibu yang ... anak-anak Ibu: mungkin yang dimaksud ialah sebuah jemaat dan anggota-anggotanya (juga dalam ayat 4-5).* Surat ini dari saya, pemimpin jemaat yang sungguh-sungguh mencintai kalian. Bukan hanya saya, tetapi semua orang yang mengenal Allah yang benar, mencintai kalian juga.
-
-
Penatua dan ibu serta anak-anaknya berada di dalam Kasih yang benar. Jika kita kembali perhatikan perkataan: Bukan aku saja yang mengasihi kamu, tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran, Maka kita tahu bahwa yang dituju oleh Yohanes bukan hanya seorang ibu secara jasmani, tetapi kepada Tubuh Kristus yang sekarang tersebar di mana-mana, Tubuh Kristus yang ada di dalam penggembalaan, di mana di dalam setiap penggembalaan ada penatua. Jadi, jika sudah berbicara tentang ibu dan anak-anak, ini sudah jelas anak-anak Tuhan atau sidang jemaat yang tergembala. Itu sebabnya, jangan sampai kehidupan ini liar dan tidak tergembala. Kita harus tergembala, di mana Kasih Tuhan akan bisa kita rasakan.
Pengertian secara Rohani Perhatikan: Ada penatua, ada ibu dan anak-anak, ini suatu gambaran rumah tangga atau nikah. Suami – istri – anak-anak. Dalam Surat Tahbisan (1 dan 2 Timotius dan Titus) digambarkan dengan jelas bahwa gereja Tuhan adalah suatu rumah tangga dari Allah. Gereja Tuhan harus bersuasanakan keluarga, suasana keluarga yang diciptakan oleh Tuhan. Bukan suatu organisasi, tetapi gereja Tuhan harus merupakan suatu keluarga dan bersuasanakan kekeluargaan (saling mengasihi di dalam kebenaran).
Dimulai dari penatua yang ‘mengenal kebenaran’. Di dalam kebenaran inilah penatua menyatakan Kasih kepada ibu dan anak-anaknya. Sidang jemaat secara keseluruhan harus bisa menerima, merasakan, dan mengalami Kasih yang dinyatakan di dalam kebenaran. Dengan demikian, baik penatua, ibu, dan anak-anaknya, hidup saling mengasihi di dalam kebenaran. Tercipta suatu keluarga yang bersuasanakan kekeluargaan, di mana setiap anggota keluarga hidup mengasihi di dalam kebenaran. Tuhan akan menolong kita supaya suasana ini ada di dalam gereja ini (GPT. Omer). Rasul Yohanes sebutkan bagaimana kita bisa mencapai suasana kekeluargaan, tidak ada suasana permusuhan, tidak ada suasana kebencian satu dengan yang lain. Kita mohon kepada Tuhan, supaya suasana ini bisa tercipta di dalam kehidupan kita.
1 Tim. 3:1-5, 15
-
-
Penatua di sini artinya penilik jemaat, gembala sidang (ejaan Lama). Di sini rasul Paulus menyatakan bahwa sidang jemaat bagaikan ibu dan anak-anak yang harus diatur. Mengacu kepada Firman Allah ini, jelas bahwa tidak ada seorang wanita yang bisa menjadi penilik jemaat gembala atau gembala sidang (Ej. Lama). Jika seorang gembala tidak bisa mendidik istrinya, jangan mimpi menjadi seorang gembala (ini nasihat dari Bp. Van Gessel, Bp. In Juwono, Bp. Totaijs dan Bp. Pong). Perkataan Firman Allah ini harus menjadi pegangan kita (terutama saya sebagai gembala). Jangan pergunakan ayat ini untuk mengukur siapa pun atau hamba Tuhan siapa pun, tetapi pergunakan ayat ini untuk mengukur diri sendiri. Para suami adalah gembala di dalam rumah tangga. Suami harus bisa mengurus, menjaga, mengatur istri dan anak-anaknya.
Page
-
5
3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 3:5 jikalau barang seorang tiada tahu memerintahkan isi rumahnya sendiri, bagaimanakah dapat ia menjaga sidang jemaat Allah?
-
-
Suami harus mengenal kebenaran, supaya dengan kebenaran ini suami bisa mengurus, menjaga, dan mengatur atau menyatakan Kasih kepada istri dan anak-anaknya. Perhatikan istri dan anakanak, tunduk dan menurutlah kepada suami, sebab pada pundaknya ada beban dari Allah. Suami jangan menuntut dulu yang diatur (istri atau anak), tetapi suami harus terlebih dahulu mengenal dan tinggal dalam kebenaran, untuk kemudian menyatakan Kasih dalam kebenaran. Jadi, seorang penatua harus bisa mengatur rumah tangganya (mengatur istri dan anak-anaknya). Sebagai seorang gembala, saya harus bisa mengurus, menjaga, dan mengatur sidang jemaat. Mengapa? Supaya di dalam sidang jemaat tercipta suatu suasana keluarga. Hanya seorang penatua yang mengenal dan tinggal di dalam Yang Benar, yang bisa mengurus, menjaga, dan mengatur. Bukan mengatur dengan otoriter, diktaktor, atau paksaan, tetapi dengan Kebenaran dan Kasih. Perhatikan: Supaya di dalam jemaat tercipta suasana keluarga, maka harus berangkat dari keluarga-keluarga yang dibina oleh Firman Allah. Sidang jemaat terdiri dari keluarga-keluarga, itu sebabnya setiap keluarga harus menerima Kasih yang bersumber dari kebenaran Allah.
3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
-
-
-
Kita harus hidup sebagaimana keluarga Allah, yaitu sebagai jemaat Allah yang hidup. Hidup dalam kebenaran dan Kasih. Kehidupan yang ada kaitannya. Dalam rumah tangga kita, dikaitkan dalam kehidupan sidang jemaat. Sebaliknya, keadaan kita di dalam sidang jemaat berpengaruh untuk mengubah keadaan keluarga kita, yang mungkin saja belum tersusun seperti yang dikehendaki oleh Firman Allah. Dalam hal nikah, Tuhan menampilkan diri-Nya sebagai teladan, baik bagi seorang suami maupun istri. Jika Kristus sebagai teladan, pasti akan tercipta keluarga Allah. Dimulai dari rumah tangga, suami dan istri dan anak-anak. Terbentuknya suatu rumah tangga dimulai dari nikah, persekutuan antara suami dan istri (dua menjadi satu).
Kristus teladan bagi suami – istri Efe. 5:22-33 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
-
Terlebih dahulu perhatikan susunan atau gambar nikah yang dituliskan oleh rasul Paulus dalam surat 1 Kor. 11:3 → Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.
-
Kristus telah memberi teladan kepada jemaat, yaitu tunduk kepada Bapa. Itulah teladan sempurna untuk penundukan kita kepada Tuhan. Di sini rasul Paulus berbicara tentang seorang istri yang tunduk.
6
-
Rasul Paulus memulai dari dasar, yaitu istri. Di sini Firman Allah berbicara tentang penundukan. Penundukan adalah suasana yang harus dimiliki di dalam nikah. Baik suami atau istri, harus mempunyai sikap penundukan kepada Tuhan. Istri tunduk kepada suami, suami tunduk kepada Kristus, suami dan istri tunduk kepada Kristus. Sehubungan dengan ‘penundukan’, jangan mengambil teladan lain, tetapi teladan penundukan harus kita ambil dari Kristus, di mana Kristus tunduk kepada Bapa. Penundukan seseorang mengundang hadirat Allah untuk menyatakan pembelaan-Nya. Penundukan seorang istri mampu menciptakan suasana nikah bersama Tuhan. Sebab pada ayat 32 dikatakan → Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Jemaat yang ada hubungan dengan Kristus adalah jemaat yang ditandai dengan berkat, ditandai dengan kebahagiaan, ditandai dengan sukacita, ditandai dengan kekuatan, jemaat yang tunduk kepada Kristus.
Page
-
Aib yang paling besar dalam nikah adalah jika seorang istri tidak menghormati (menghargai) suami, termasuk dalam penggunaan istilah-istilah. Contoh: seorang istri memanggil suami dengan nama (njambal, bhs. Jawa). Mungkin kelihatan keren, tetapi unsur penundukan hampir tidak kelihatan. Ini wujud kekerasan hati! Dalam sidang jemaat, penundukan kita terlebih dahulu kepada Tuhan. Jika seorang istri tunduk kepada Tuhan, tidak ada kesulitan bagi seorang istri untuk tunduk kepada suami. Menempatkan suami sebagai kepala, seperti Sarah menempatkan Abraham sebagai kepala.
1 Pet. 3:5-6 3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, 3:6 sama seperti Sarah taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
-
-
-
-
-
Sarah disebut sebagai wanita kudus, sebab Sarah merupakan istri yang menaruh pengharapannya kepada Allah dan tunduk kepada suami. Wujud penundukan Sarah kepada Abraham dimulai dari bagaimana Sarah memanggil Abraham dengan sebutan ‘Tuan’. Sarah benar-benar menempatkan Abraham sebagai Kepala, di mana dia tunduk dan taat kepada Abraham. Jadi, sebutan yang keluar dari mulut Sarah bermula dari hati Sarah yang mau tunduk dan taat kepada kepada Allah. Sarah memanggil Abraham dengan sebutan ‘Tuan’. Ini suatu penghormatan yang tinggi. Dalam penundukan, Sarah disebut sebagai wanita yang kudus, wanita yang rohani. Menghormati suami itu tidak ada ruginya. Orang tunduk tidak ada ruginya. Dalam 1 Kor. 11, penundukan menghasilkan sinar kemuliaan. Penundukan adalah suatu perhiasan seorang wanita. Penundukan dimulai dengan perkara yang kecil dan mudah untuk dikerjakan, asal kita mau menurut Firman Allah. Apa susahnya memanggil suami dengan panggilan papa, bapak. Apalagi jika didorong dengan hati yang tunduk terhadap Firman Allah. Mulaikan suasana keluarga dengan istilah-istilah yang sangat sederhana.
Harga dari suatu penundukan 1 Kor. 11:15
-
-
-
-
Penundukan seorang istri adalah suatu kemuliaan. Bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk suaminya. Di hadapan orang, penundukan seorang istri kepada suami adalah suatu pengangkatan kepada seorang suami. Firman Allah katakan bukan saja suatu kemuliaan, tetapi juga suatu kehormatan, itulah harga dari penundukan. Istri yang tunduk, menerima kehormatan, dan jika Firman Allah mengatakan menerima kehormatan, maka itu bukan kehormatan dari manusia, tetapi dari Allah, dan Allah yang akan mempermuliakan. Allah memberikan penghormatan kepada seorang istri yang tahu tunduk kepada seorang suami. Bukan saja kemuliaan dan kehormatan yang diterima, tetapi juga penudung, ada suatu perlindungan dari Allah. Istri yang tahu tunduk dan hormat kepada suaminya, dia mendapat perlindungan dari Tuhan. Jadi tidak perlu takut bahwa jika istri tunduk, akan diperbudak atau disiksa. Jika ada seorang istri yang di dalam kebenaran Firman Allah dan mengadakan penundukan kepada Tuhan, jika suami tidak melindungi istri, di atas suami masih ada Kepala dari suami, itulah Kristus. Suami akan berhadapan dengan Kristus. Sementara istri menerima perlindungan secara langsung dari Tuhan. Jika suami tidak mau melindungi istri yang tunduk kepada Tuhan, maka istri menerima perlindungan langsung dari Tuhan.
Page
-
7
11:15 tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung. 11:15 Tetapi jikalau perempuan ada berambut panjang, menjadi suatu kemuliaan kepadanya! Karena rambutnya itu dikaruniakan kepadanya untuk penudung. (Ej. Lama)
Saat Abram masuk ke tanah Mesir. Abram seakan melepaskan dirinya sebagai seorang suami. Dia hanya memikirkan keselamatan dirinya (takut dibunuh) dengan tidak mengakui Sarai sebagai istrinya, tetapi sebagai adiknya.
Kej. 12:16-17 12:16 Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. 12:17 Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu.
-
-
-
Orang Kristen yang seperti Firaun ada banyak. Mau berbuat baik, mau memberi, tetapi dengan maksud tertentu. Firaun mau memberi sebab dia ingin meluluhkan hati Abram dan ingin menguasai sesuatu yang ada pada Abram, yaitu Sarai. Sekalipun Abram tidak mengakui Sarai sebagai istrinya, Allah tidak tinggal diam. Kepada seorang istri yang tunduk dan taat, Allah tahu bagaimana DIA harus mengadakan pembelaan bagi Sarai yang hidup kudus dan taat kepada Abram. Allah mengadakan pembelaan – perlindungan secara pribadi kepada Sarai. Jika Tuhan sampai mendatangkan penyakit atau bala yang mengerikan atas raja dan orang-orang di dalam istananya, maka semata-mata hanya karena Sarai yang tunduk dan kudus. Penundukan sidang jemaat, seorang ibu yang benar-benar dikasihi, adalah seorang ibu yang penuh penundukan. Inilah suasana jemaat yang tidak hanya terjadi saat jam ibadah, tetapi suasana jemaat adalah suasana keluarga Allah, yang bisa kita rasakan. Suasana itu juga bisa kita rasakan di dalam rumah tangga kita. Keluarga yang dimulai dari nikah (suami – istri) yang kemudian menjadi orang tua. Dalam nikah ada penundukan, dan suasana penundukan adalah ibu dan anak-anak yang benar dan di dalam Kasih. Dan inilah ibu yang benar-benar dikasihi oleh Tuhan.
Efe. 5:25, 28 5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
-
-
8
-
Teladan bagi seorang suami adalah Kristus. Suami harus mengasihi istri. Perkataan ‘harus’ bersifat mutlak, tidak bisa ditawar-tawar, bagaikan orang yang mempunyai hutang yang harus dibayar. Jika tidak dibayar, berarti tetap berhutang. Mengasihi istri adalah hutang seorang suami kepada istri. Jika suami tidak mengasihi istri yang tahu tunduk kepada Allah, maka itu suatu hutang yang sangat besar dan dituntut oleh Tuhan untuk diselesaikan setuntas-tuntasnya. Itu sebabnya di dalam 1 Kor. 7, seorang istri harus tunduk kepada suami seperti Kristus tunduk kepada Bapa. Seorang suami harus mengasihi seperti istri seperti Kristus mengasihi sidang jemaat dengan menyerahkan diri-Nya baginya. Istri menerima Kasih, suami menerima penundukan. Penundukan dan mengasihi merupakan suatu HAK yang diberikan oleh Tuhan, baik kepada suami maupun kepada istri. Kepada istri yang tunduk dan suami yang mengasihi, Tuhan memberikan HAK. Sehingga dalam rumah tangga itu mempunyai kekuatan yang dijamin oleh Tuhan. Merupakan hak yang tidak boleh dilanggar. Setiap pelanggaran hak harus berhadapan dengan sanksi yang cukup berat dari Tuhan, sebab hak itu diberikan oleh Tuhan baik kepada suami juga kepada istri.
Page
-