Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
ANALISA KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG (LOKAL) PENGHASIL DAY OLD CHICK (DOC) DI TINGKAT PETANI (STUDY KASUS KELOMPOK PETERNAK AYAM BURAS "BAROKAH" DI CIAMIS) (Feasibility Analysis of Native Chicken Breeding Farm at Farmer Level: Case Study of Native Chicken Farmer Group “Barokah” in Ciamis District) BROTO WIBOWO dan T. SARTIKA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Native chicken is very important for Indonesian people as meat and egg producers. Pattern raising of native chicken is variation depending on its environmental condition and goal of raising. Intenive raising of the birds is entailed good planning particularly in economic aspects. An economical analysis was conducted on a group of native chicken farmers “Barokah” locating in district of Ciamis, West Java, of which producing chicks intensively. The group raising 300 hens and 60 cockerels for egg producesr and for hatching eggs produced by using 5 machines of egg hatchery. The result of analysis showed that this breeding could be extended to 6 years by considering the profit obtained (Rp.3.449.097,-), break event point (1482 birds), break even point of selling cost (Rp.3949/bird), internal rate of return (IRR) for 6 years (37,28). Key Words: Native Chicken, Intensive rearing, Financial Analysis ABSTRAK Ayam kampung merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat Indonesia sebagai sumberdaya alam penyedia pangan bergizi dalam bentuk daging maupun telur yang sangat dibutuhkan. Pola pengembangannya beraneka sesuai dengan keadaan lingkungan maupun tujuan pemeliharaanya. Pengembangan pola Intensif diperlukan perencanaan yang lebih detail yang meliputi aspek ekonomi, karena pada pola intensif maka orientasi kegiatan condong ke arah komersial. Pada tahun 2009 kelompok peternak ayam kampung "Barokah" yang berlokasi di Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis telah melakukan usaha rintisan pembibitan ayam kampung penghasil DOC secara intensif. Usaha ini menggunakan sebanyak 360 ekor ayam dewasa (300 ayam induk dan 60 ekor ayam pejantan) sebagai penghasil telur, sedangkan untuk penghasil DOC digunakan 5 unit mesin tetas dengan kapasitas masing-masing 400 butir. Usaha yang dilakukan kelompok Barokah ini perlu dianalisa dari sisi ekonomi dengan pendekatan analisa kelayakan usaha yang meliputi analisa rugi-laba, analisa titik impas dan analisa internal rate of return (IRR). Hasil analisa menunjukkan bahwa usaha pembibitan dapat dilanjutkan sampai 6 tahun di kemudian hari, hal ini didasarkan bahwa usaha mendapat keuntungan sebesar Rp.3.449.097, Titik Impas Produksi sebesar 1482 ekor dan Titik Impas harga jual sebesar Rp.3949/ekor, IRR hasil perhitungan selama 6 tahun kegiatan diperoleh nilai sebesar 37,28%. Kata Kunci: Ayam Kampung, Pola Intensif, Analisis Finansial
PENDAHULUAN Ayam kampung (lokal) telah berkembang secara luas di berbagai wilayah Indonesia, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan menyebabkan keberadaanya diakui oleh masyarakat sebagai bagian kehidupan yang tak
714
terpisahkan. SARTIKA.T et al. (2007) telah berhasil membukukan 41 rumpun ayam lokal yang hidup di Indonesia baik asli maupun pendatang yang sudah menempuh siklus produksi minimal 3 generasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa ayam lokal mempunyai multi fungsi yaitu sebagai penyanyi, upacara adat, hias, aduan dan penghasil daging dan telur
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Selama lima (5) tahun terakhir (2004 – 2008) secara Nasional populasi dan produksi telur ayam buras mengalami kenaikan, populasi naik sebesar 13.813.725 ekor atau 4,98%. (dari 276.989.054 menjadi 290.802.779), produksi telur naik sebesar 67.167 ton atau 39% (dari 172.147 ton menjadi 239.314 ton), sedangkan produksi daging mengalami penurunan sebanyak -53.430 ton atau 6,3% (dari 846.097 ton menjadi 792.667 ton). Namun demikian pada tahun 2008 peranan ayam kampung dalam menyumbang produksi daging Nasional mencapai 307.540 ton atau 14.69% (DITJENNAK, 2008). Ayam kampung mempunyai potensi pasar yang cukup besar, daging ayam kampung mempunyai rasa dan tekstur yang khas sehingga disukai masyarakat Indonesia bahkan dapat dikatakan mempunyai segmen pasar tersendiri (DIWYANTO, 1998), dalam (SARTIKA.T. et al., 2007), lebih lanjut dikatakan pada beberapa masakan tertentu seperti ayam goreng Ny Suharti, mbok Berek dan ayam bakar Taliwang hanya cocok menggunakan ayam kampung dan masakan tersebut disukai Turis Manca Negara , sehingga ayam buras dapat dikatakan telah go international. DITJENNAK (2006) dalam SARTIKA.T. et al. (2007) mengatakan bahwa budidaya ayam kampung sebagian besar (70%) dipelihara secara tradisional dan hanya 30% yang dipelihara dengan mengikuti program intensifikasi ayam buras (INTAB). Pengembangan ayam kampung dapat ditempuh melalui berbagai cara tergantung dari tujuan yang mendasarinya (komersial, atau subsisten). Dikenal beberapa pola pengembangan ayam kampung antara lain Pola Ekstensif, Semi Intensif dan Intensif, pola-pola tersebut diterapkan peternak sesuai dengan kondisi lokasi maupun tujuan usaha. Khusus pada Pola intensif dengan tujuan komersial maka diperlukan persiapan yang matang yaitu teknologi, pengetahuan dan permodalan karena kebutuhan ayam sepenuhnya tergantung dari peternak, sehingga peternak akan menanggung beban biaya untuk kebutuhan hidup dan berproduksi . Usaha yang bersifat komersial perlu adanya perencanaan yang matang, sehingga dapat dievaluasi atas kegiatan yang sedang berlangsung untuk dilanjutkan atau dihentikan.
Beberapa cara evaluasi usaha secara finansial antara lain dengan menggunakan analisa Internal Rate of Return (IRR). BAMBANG dan NESIA (1992) mengatakan bahwa IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan dalam persen (%) pertahun. Suatu proyek yang layak dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR adalah merupakan suatu nilai tingkat bunga dimana nilai NPV-nya sama dengan nol (NPV = 0). NPV’ IRR = 1’ +
× (I”− I’) NPV’ – NPV”
Peternak pada umumnya melakukan budidaya ayam kampung masih menggunakan bibit yang berasal dari hasil keturunan dari ayam yang dipelihara sebelumnya. Hal ini disebabkan karena belum tersebarnya secara meluas dalam jumlah maupun wilayah terhadap bibit ayam yang berkualitas yaitu Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) yang merupakan hasil penelitian dari Balai Penlitian Ternak (BPT). Dalam rangka mengatasi kebutuhan bibit maka pada tahun 2009 kelompok peternak ayam kampung ”Barokah” di Kabupaten Ciamis telah merintis usaha pemeliharaan ayam kampung penghasil DOC secara intensif. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kelayakan usaha yang dilakukan oleh kelompok “Barokah” ditinjau dari aspek ekonomi, antara lain mengetahui keuntungan atau kerugian, titik Impas harga penjualan/ekor, ttik impas tingkat produsi dan mengetahui tingkat IRR dalam jangka 6 tahun ke depan. MATERI DAN METODE Pengamatan dilakukan pada tahun 2009 di lokasi Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa-Barat pada Kelompok Peternak Ayam Kampung “Barokah”. Sebanyak 360 ekor ayam dewasa (300 ekor betina dan 60 ekor pejantan) dipelihara secara intensif pada kandang postal bersekat, setiap sekat terdiri dari 6 ekor (5 ekor betina dan 1 ekor pejantan). Produksi telur yang dihasilkan diutamakan
715
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
sebagai bahan baku penetasan. Berdasarkan waktu pengumpulan telur dan tingkat produksi telur maka disediakan sebanyak 5 buah mesin tetas masing-masing dengan kapasitas 400 butir. Data yang diambil adalah data teknis maupun ekonomi, data teknis meliputi (an s (produksi telur, daya tetas, fertilitas telur, mortasiltas DOC), sedangkan data ekonomi meliputi harga (DOC, pakan dan peralatan kandang, tenaga kerja). Berdasarkan data yang diperoleh maka dilakukan Analisa finansial yang meliputi input-output, Break Even Point (BEP) tingkat produksi DOC (ekor) dan tingkat harga DOC (Rp/ekor) dan perhitungan Internal Rate Of Return (IRR) dalam jangka 6 tahun kegiatan.
Harga telur konsumsi (tak layak tetas): Rp 1200/butir Harga telur cacat: Rp 1000/butir Harga telur infertile: Rp 900/butir Harga DOC: Rp4500/ekor (an sex) Harga ayam afkir betina: Rp 40.000/ekor Harga ayam afkir pejantan: Rp 50.000/ekor Harga upah tenaga kerja: Rp 700.000/org/bln. Harga pakan: Rp 3700/kg.
Budidaya dan manajemen usaha pembibitan ayam kampung
Kelompok peternak ayam kampung "Barokah" berlokasi di Lingkungan Karang, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, telah melakukan usaha rintisan pembibitan ayam kampung penghasil DOC dalam rangka mengembangkan ayam kampung dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Lokasi usaha Kelompok Barokah memiliki beberapa keunggulan, yaitu kemudahan transportasi dengan kendaraan roda 4, kemudahan komonikasi melalui tilpon dan internet, penerangan listrik dari PLN. Di tengah-tengah kepadatan penduduk usaha ayam kampung diterima olah masyarakat, karena telah menjaga keindahan lingkungan dengan menerapkan berbagai inovasi baru antara lain pembuatan biogas, pelaksanaan Inseminasi Buatan dan penggunaan pakan serasi, penggunaan bibit unggul (ayam Kampung Balitnak) dan pengelolaan perkandangan. Penerapan inovasi baru ini merupakan respon kelompok yang memilki tenaga muda dan berbakat sebanyak 3 personil dengan jenjang akademis masing-masing S1 pada bidang Peternakan sehingga diharapkan mampu menggerakkan laju pengembangan ayam buras sebagai mana yang diharapkan Pemerintah Daerah. Pada tahun 2009 Kelompok Barokah oleh Pemerintah Daerah (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis) diajukan menjadi peserta Lomba Tingkat Nasional mewakili Jawa Barat, dengan harapan menjadi kebangkitan baru setelah era tahun 90-an , yang mana Kabupaten Ciamis menjadi juara
Berdasarkan tingkat produksi telur dan masa koleksi telur maka dapat diperhitungkan bahwa dibutuhkan sebanyak 5 mesin tetas dengan kapasitas 400 butir. Masa koleksi telur selama 5 hari akan menentukan jumlah kegiatan penetasan sebanyak 6 kali per bulan. Ayam dipelihara secara tertib baik dari segi pencegahan dan pengobatan terhadap kesehatannya. Telur yang dihasilkan untuk selanjutnya menjadi bahan baku penetasan dalam rangka menghasilkan DOC. Beberapa Variabel teknis dan ekonomis digunakan dalam perhitungan untuk menegtahui kelayakan usaha pembibitan. Koefisien teknis: a. b. c. d. e. f. g. h.
Produktivitas telur: 40% Konsumsi pakan: 100 gram/ekor/hari Masa afkir induk: 18 bulan masa prod. Pengumpulan telur: 6 hari sekali Telur layak ditetaskan:70% Fertilitas telur: 90% Daya tetas telur: 80% dari telur fertil Mortalitas DOC: 2%
Koefisien ekonomi: Harga bibit induk: Rp 65 000/ekor Harga ayam pejantan: Rp 85.000/ekor Harga mesin tetas kapasitas 400 butir: Rp 800.000/unit
716
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil kelompok peternak ayam kampung "Barokah"
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Nasional ayam Buras. Bentuk kepengurusan sesuai fungsinya adalah Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Produksi dan Pemasaran, Seksi pakan dan Seksi Keswan. Kelompok Barokah telah mempunyai tata ruang dalam pelaksanaan kegiatan usaha ayam kampung, demikian juga fungsi-fungsi ruang sesuai denga penggunaannya. Terdapat: Ruang Sekretariat (1 unit), ruang penetasan (1 unit), Ruang Gudang pakan (1 unit), Kandang penampungan (1 unit), Kandang anak (1-30 hari) 1 unit, Kandang dewasa (2 unit), Kandang bibit (induk dan pejantan) 2 unit. Salah satu dari berbagai alasan peternak untuk memelihara ayam kampung karena pemasaran produk ayam kampung (telur dan ayam hidup) sangat mudah dan mempunyai harga yang stabil tinggi. Kelompok Barokah saat ini menjadi incaran para pedagang ayam ketika mencari bahan untuk dipasarkan kepada konsumen. Kegiatan menghasilkan DOC mengikuti beberapa ketentuan dengan maksud agar usaha dapat berkesinambungan. Ketentuan yang dimaksud antara lain: 1. Pemeliharaan ayam (induk) dimulai dari ayam siap bertelur (dewasa). 2. Pemeliharaan induk selama 18 masa produksi untuk selanjutnya dilakukan afkir
3. Pada saat yang sama ketika melakukan pengafkiran maka dilakukan penggantian ayam baru yang diawali dengan status dewasa. 4. Telur yang ditetaskan adalah telur setelah 2 bulan masa produksi (penundaan untuk menetaskan telur). 5. Kegiatan pemeliharaan ayam sebagai penghasil telur untuk ditetaskan menjadi satu kesatuan dengan kegiatan penetasan untuk menghasilkan DOC. 6. Kegiatan direncanakan selama 6 tahun. Mengacu pada berbagai ketentuan tersebut maka kegiatan penetasan produksi DOC setiap tahun dapat dirinci seperti pada Tabel 1. Tabel 1, menunjukkan bahwa selama 6 tahun kegiatan maka pada tahun III dan VI kegiatan penetasan berlangsung secara penuh (12 bulan ) sedangkan pada tahun I, II , IV, dan V kegiatan penetasan dalam 1 tahun hanya berlangsung masing-masing 10 bulan, karena yang 2 bulan disebabkan telur yang dihasilkan belum layak ditetaskan. Penggantian ayam afkir dilakukan secara all-in dan all-out, sehingga dalam masa kegiatan selama 6 tahun (72 bulan) terjadi 4 kali penggantian ayam. Kejadian peremajaan ayam dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 1. Keragaan kegiatan produksi DOC dan telur Konsumsi selama 6 tahun kegiatan Tahun
Produksi
Waktu
Kejadian pada bulan ke-
I
Telur konsumsi
2 bulan
1–2
DOC
10
3 – 12
II
Telur konsumsi
2
7–8
DOC
10
1 – 6 dan 9 – 12
III
Telur konsumsi
0
DOC
12
1 – 12
1V
Telur konsumsi
2 bulan
1–2
DOC
10
3 – 12
V
Telur konsumsi
2
7–8
DOC
10
1 – 6 dan 9 – 12
VI
Telur konsumsi
0
DOC
12
Keterangan
1 – 12
717
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
beserta perangkat yang diperlukan maka dibutuhkan sebanyak Rp. 80.235.000, yang terbagi dalam kegiatan budidaya ayam penghasil telur sebesar Rp. 53.785.000 dan kegiatan penetasan sebesar Rp. 26.450.000. Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan ayam penghasil telur yang paling tinggi adalah pada bagian biaya pakan yang menempati sebesar 76,18% dari biaya total, sedangkan pada penetasan biaya yang paling besar adalah biaya tenaga. Telur yang ditetaskan tidak dihitung karena sudah dihitung dalam biaya produksi pemeliharaan ayam. Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa hasil perhitungan menyatakan bahwa BEP produksi DOC sebesar 1482 ekor, padahal usaha pembibtan ini mampu melebihi BEP produksi yaitu sebesar 1689 ekor, sehingga usaha dapat dikatakan layak. Demikian pula pada BEP harga jual, dalam perhitungan diperoleh bahwa BEP harga jual sebesar Rp. 3949/ekor.
Pemasukan ayam Kejadian I, pemasukan ayam dewasa untuk awal kegiatan, sebelum tahun I. Kejadian II, pada bulan ke-18, pada saat itu terjadi penggantian ayam baru. Kejadian III, pada bulan ke-36. Kejadian IV, yaitu pada bulan ke54. Pengafkiran ayam dilakukan setelah 18 bulan masa produksi Kejadian I, yaitu pada pertengahan tahun II kegiatan Kejadian II, pada akhir tahun III, atau pada bulan ke-36 kegiatan; Kejadian III, pada pertengahan tahun V, yaitu pada bulan ke-54; Kejadian IV, pada akhir tahun VI atau bulan ke-72. Pada Tabel 2, menunjukkan bahwa investasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pembibitan ayam kampung penghasil DOC pada sakala 360 ekor dan 5 mesin tetas,
Tabel 2. Jumlah dan jenis investasi usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC, skala 360 ekor.pada awal tahun Harga satuan (Rp)
Nilai (Rp)
Usia teknis (tahun)
Penyusutan per bulan (Rp)
Bangun kandang (100 m2)
275.000
27.500.000
8
286.456
Tempat pakan (60 buah)
13.500
810.000
5
13.500
Timbangan (1 buah)
150.000
150.000
5
2.500
Tangki sprayer (1 buah)
200.000
200.000
5
3.333
Gerobak roda 3 (1 buah)
150.000
150.000
5
2.500
Tempat minum (30 buah)
12.500
375.000
5
6.250
Ayam betina (induk) (300 ekor)
65.000
19.500.000
1,5
450.000
Ayam jantan (60 ekor)
85.000
5.100.000
1,5
125.000
Uraian Kegiatan Budidaya ayam
Sub total
53.785.000
Penyusutan/bulan (biaya tetap)
889.539
Kegiatan penetasan telur Mesin tetas, kapas. 400 butir, 5 buah Alat candling 1 buah Ruang penetasan, 1 unit Kandang indukan (DOC), 8 buah
800.000
Total investasi
718
7
47.619
50.000
50.000
5
833
20.000.000
20.000.000
10
166.667
300.000
2.400.000
5
40.000
26.450.000
255.119
Sub total Penyusutan/bulan (biaya tetap)
4.000.000
80.235.000
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 3. Jumlah biaya tidak tetap dalam usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC 1. Pemeliharaan ayam tetua (360 ekor) per bulan Biaya tidak tetap (Rp) Pakan induk + pejantan ( 360 x 100 gr x 30 x Rp 3700) Kesehatan (paket_) Sanitasi (paket) Listrik Sekam Total biaya tidak tetap
Rp
(%)
3.966.000
76,18
100.000
1,92
50.000
0,96
120.000
2,30
50.000
0,96
4.316.000
Biaya tetap (penyusutan)
889.539
Biaya operasional/bulan
5.205.539
17,08 100
2. Kegiatan penetasan telur per bulan Biaya tidak tetap (Rp)
Rp
Tenaga pemanas (5 mesin x Rp 100.000) Egg tray (kapasitas 30 butir) Tenaga kerja penetas dan prod telur (1 0rang x Rp 700.000) Total biaya tidak tetap
500.000
34,12
10.000
0,68
700.000
47,77
1.210.000
Biaya tetap (penyusutan)
255.119
Biaya operasonal/bulan
1.465.119
17,41 100
Total biaya operasional (kegiatan 1 dan kegiatan 2)
6.670.658
Padahal usaha pembibitan ini mampu menjual DOC diatas harga BEP, sehingga usaha dapat dilanjutkan. Keuntungan yang diperoleh setiap bulan mencapai Rp. 3.449.097, dimana B/C mencapai 1,51. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pengeluaran biaya produksi ( biaya tetap dan tidak tetap) mencapai Rp 72.948.000 pada tahun I. Pada tahun ke-2, 3 dan 5 terdapat kenaikan dari pada tahun ke-1, 4 dan 6 hal ini disebabkan adanya pembelian ayam baru sebagai pengganti ayam yang sudah masa afkir. Terlihat bahwa antara penerimaan dengan biaya pada tiap tahun kegiatan dari tahun ke-1 samapai dengan tahun ke-6 terdapat selisih positif, artinya usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Berdasarkan data arus kas biaya dan keuntungan selama 6 tahun dengan memperhatikan tingkat discount rate yang berlaku sebesar 15%, maka menggunakan daftar tabel discount faktor akan diperoleh Net Present Value pada masing-masing discount
faktor yang diinginkan. Perhitungan IRR ini dilakukan melalui try and error pada tingkat discount faktor tertentu, hingga diperoleh nilai NPV sama dengan nol, atau NPV negatif, selanjutnya dipersandingkan antara NPV negatif dengan NPV positit yang paling dekat jaraknya. Perhitungan nilai IRR menggunakan rumus NPV’ IRR = 1’ +
x (I” – I’) NPV’ – NPV”
= 35 + 3769/((3769 -(-4482)) x (40 -35) = 35 + (3769x5)/(8251) = 35 + (18845/8251) = 35 + 2,28 = 37,28% - I’ adalah nilai df 35% - I’’ adalah nilai df 40% - NPV’ adalah nilai NPV pada df 35% = 3769 - NPV” adalah nilai NPV pada df 40%= - 482
719
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 4. Jumlah penerimaan pada usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC Penerimaan dalam bentuk fisik per bulan
(butir/ekor)
Produksi telur (300 × 40% × 30 x butir)
3600
Jumlah telur rusak (5% × 3600 × butir)
180
Jumlah telur utuh (95% × 3600 × butir)
3420
Jumlah tak layak tetas ( 30% × 3420 × butir)
1026
Jumlah telur layak tetas ( 70% × 3420 × butir)
2394
Jumlah telur fertil (90% × 2394 × butir)
2155
Jumlah telur infertil (10% × 2394) butir
245
Telur yang menetas (80% × 2155) butir
1724
Jumlah DOC hidup (98% × 1724) ekor
1689
Ayam afkhir betina (ekor)/18
285
Ayam afkir jantan(ekor)/18
57
Penerimaan dalam bentuk uang per bulan
Rp
a) Penjualan telur cacat (5% × 180 butir × Rp 1000 ) b) Jumlah telur tak layak tetas (30% × 1026 butir × Rp 1200 ) c) Jumlah telur infertil (10% × 2394 butir × Rp 900 ) d) Penjualan DOC ( 80% × 2155 butir × 1 ekor × Rp 4500)
180.000 1.231.200 215.460 7.601.429
e) Penjualan pupuk kandang
100.000
f) Ayam afkhir betina (285 × Rp 40 000)/18
633.333
g) Ayam afkir jantan (57 × Rp 50.000)/18
158.333
Total penerimaan ( a + b + c + d + e + f + g)
10.119.755
Keuntungan ( 10.119.755 - 6.670.658)
3.449.097
B/C: (10.119.755 / 6.670.658)
1,51
BEP harga jual DOC (Rp/ekor)
Rp 3.949/ekor
BEP jumlah produksi DOC (ekor)
720
1482 ekor
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 5. Arus tunai biaya dan penerimaan kegiatan pembibitan selama 6 tahun (Rp 000) Uraian Biaya
Tahun kegiatan 1
2
3
47.592
47.592
47.592
47.592
47.592
47.592
1.200
1.200
1.200
1.200
1200
1.200
600
600
600
600
600
600
Listrik
1.440
1.440
1.440
1.440
1440
1.440
Sekam
600
600
600
6.00
600
600
19.500
19.500
19.500
5.100
5.100
5.100
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
120
120
1.20
1.20
120
1.20
Pakan Kesehatan Sanitasi
Ayam induk Ayam pejantan Tenaga pemanas Egg try Tenaga kerja
4
5
6
8.400
8.400
8.400
8.400
8.400
8.400
65.952
90.552
90.552
65.952
90.552
65.952
3.437
3.437
3.437
3.437
3.437
3.437
135
135
135
135
135
135
25
25
25
25
25
25
333
333
333
333
333
333
Gerobak roda 3
25
25
25
25
25
25
Tempat minum
62
62
62
62
62
62
571
571
571
571
571
571
Total Penyusutan Bangunan kandang ayam Tempat pakan Timbangan Tangki sprayer
Mesin tetas
8
8
8
8
8
8
Ruang penetasan
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
Kandang indukan
400
400
400
400
400
400
Total
13.896
6.996
6.996
6.996
6.996
6.996
Biaya total
72.948
97.548
97.548
72.948
97.548
72.948
Alat candling
Penerimaan Telur konsumsi (produksi 2 bulan)
8.640
8.640
8.640
8.640
Telur rusak
1.800
1.800
2.160
1.800
1.800
2.160
12.312
12.312
14.774
12.312
12.312
14.774
2.202
2.205
2.646
2.205
2.205
2.646
76.005
76.005
91.206
76.005
76.005
91.206
11.400
11.400
11.400
11.400
2.850
2.850
2.850
2.850
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
102.159
116.412
126.236
102.162
116.412
126.236
Telur tak layak tetas Telur infertil Penjualan DOC Ayam induk afkir Ayam pejantan afkir Kotoran kandang Total
721
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
722 Tabel 6. Arus kas biaya dan keuntungan dalam (Rp 000) dan perhitungan IRR Tahun 0
Investasi
Biaya operasi
Total biaya
Penerimaan
Keuntungan
NPV 15%
df
NPV
df
NPV
df 15%
35%
35%
40%
40%
80.235
0
80.235
0
-80.235
1
-80.235
1
-80.235
1
-80.235
65.952
65.952
102.159
36.207
0,8696
31.486
0,74
26.819
0,714
25.863
1 24.600
90.306
90.552
116.412
25.860
0,7561
19.553
0,55
14.189
0,51
13.194
3
24.600
90.306
91.752
126.236
34.484
0,6575
22.673
0,41
14.014
0,364
12,566
65.952
65.952
102.162
36.210
0,5718
20.705
0,3
10.903
0,26
9.425
90.306
90.552
116.412
25.860
0,4972
12.858
0,22
5.767
0,186
4.807
67.152
67.152
126.236
59.084
0,4323
25.542
0,17
9.761
0,133
7.846
15.445
15.445
0,4323
6.677
0,17
2.552
0,133
2.051
705.062
152.915
4 5
24.600
6 Total
722
154.035
469.974
552.147
59.258
3.769
-4.482
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
2
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 37,28% dimana hasil ini melebihi tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15%. Dengan demikian usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC dinyatakan layak untuk dilakukan selama 6 tahun mendatang. KESIMPULAN Usaha pembibitan sebagai penghasil DOC sangat layak untuk dilakukan dalam jangka 6 tahun mendatang. Volume produksi dan harga jual DOC per satuan unit dinyatakan melebihi dari hasil perhitungan BEP produksi maupun BEP tingkat harga. Demikian pula hasil perhitungan B/C melebihi angka 1. Hasil perhitungan prediksi perencanaan usaha selama 6 tahun ditunjukkan bahwa IRR sebesar 37,72% , hal ini melebihi discount rate 15%.
DAFTAR PUSTAKA BAMBANG, P. dan NESIA D. 1992. Ekonomi Teknik , Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor, Bogor. DITJENNAK. 2006. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan. Departeman Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. DITJENNAK. 2008. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan. Departeman Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. STATISTIK INDONESIA. 2008. Badan Pusat Statistik Indonesia. SARTIKA, T. dan B. GUNAWAN. 2007. Karakteristik sifat-sifat produktivitas ayam kampung betina fase produksi pada populasi dasar seleksi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 21 – 22 Agustus 2007. Puslitibang Peternakan. Bogor. hlm. 576 – 582. SARTIKA, T dan S. ISKANDAR. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor.
723