i
PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN INTENSITAS CAHAYA DAN KETERSEDIAAN NUTRIEN DI PERAIRAN PANTAI SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN
INDAH WAHYUNI ABIDA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2008
Indah Wahyuni Abida C151050081
iii
RINGKASAN
Indah Wahyuni Abida. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Dibimbing oleh. ENAN M. ADIWILAGA dan ARIO DAMAR. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur nilai produktivitas primer fitoplankton dan menganalisis hubungan produktivitas primer fitoplankton dengan intensitas cahaya dan keberadaan unsur hara di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007. Nilai kisaran produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiga kali pengamatan di perairan pantai Selat Madura yaitu pada stasiun A didapatkan produktivitas primer bersih sebesar 5,56 – 35,11 mgC/m3/5jam, pada stasiun B sebesar 9,12 – 68,98 mgC/m3/5jam dan pada stasiun C sebesar 6,59 – 61,76 mgC/m3/5jam. Intensitas cahaya pada kolom perairan memberi pengaruh yang nyata terhadap nilai produktivitas primer bersih dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,8740 (87,40 %) pada stasiun A, sedangkan pada stasiun B sebesar 0,8789 (87,89 %) dan pada stasiun C sebesar 0,9160 (91,60 %). Nilai optimum intensitas cahaya masing-masing di stasiun A, B, dan C adalah sebesar 15 802 Lux (308,5 µmol photon/m2/detik); 17 470 Lux (341,2 µmol photon/m2/detik); 19 164 – 19 676 Lux (374,3 - 384,3 µmol photon/m2/detik) dengan nilai produktivitas primer bersih sebesar 7,78 mgC/m3/jam; 7,87 mgC/m3/jam dan 9,93 mgC/m3/jam. Unsur hara memberikan pengaruh yang rendah terhadap produktivitas primer bersih fitoplankton.
iv
ABSTRACT
Indah Wahyuni Abida. Primary Productivity of Phytoplankton in Relation with Light Intensity and Nutrient Availability in Madura Strait Water Bangkalan District. Under the direction of ENAN M. ADIWILAGA and ARIO DAMAR. This study are aimed to measure the value of net primary productivity of phytoplankton and analyze the relation net primer productivity phytoplankton with light intensity and nutrient availability at Madura strait water Bangkalan district. This research use discriptive methodology of ex post facto and dark-light bottle method. Value of net primary productivity phytoplankton in three measure are 5,563 – 35,11 mgCm-35h-1, 9,12 – 6,976 mgCm-35h-1 and 6.596 – 61.758 mgCm-35h-1 in station A, B and C respectively,which was measured on MarchApril 2007. The result of estimation shows that light intensity is significant with R2 are 0,8740 (87,40%), 0,8789 (87,89%), 0,9160 (91,60%) at station A, B and C respectively. Light intensity optimum value are 15 802 Lux (308,5 µmol photon m2 -1 s ); 17 470 Lux (341,2 µmol photon m-2s-1); 19 164 – 19 676 Lux (374,3 - 384,3 µmol photon m-2s-1) with net primary productivity are 7,78 mgC m-3h-1; 7,87 mgC m-3h-1 and 9,93 mgC m-3h-1 at station A, B and C respectively. Beside that the effect of nutrient net primary productivity of phytoplankton is relatively low.
v
©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN INTENSITAS CAHAYA DAN KETERSEDIAAN NUTRIEN DI PERAIRAN PANTAI SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN
INDAH WAHYUNI ABIDA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
vii
Judul Tesis
:
Nama NIM
: :
Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan Indah Wahyuni Abida C151050081
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga Ketua
Dr. rer. nat. Ir. Ario Damar, MS. Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian : 23 Januari 2008
Tanggal Lulus :
viii
Penguji luar komisi pada ujian Tesis : Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi.
ix
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur yang pertama dan yang utama atas segalanya hanya untuk ALLAH SWT. atas segala yang telah diberikan kepada hambaNya. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Ario Damar, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan saran dalam penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi. sebagai dosen penguji atas segala masukan untuk perbaikan tulisan ini. 3. Dekan dan rekan sejawat di Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo khususnya ketua dan staf jurusan Ilmu Kelautan serta para staf teknis Laboratorium Fakultas Pertanian. 4. Kedua orang tua H. Achmad Tiyar dan Hj. Nikmah serta keluarga besar yang telah mendoakan dan memberi dorongan untuk mencapai RidhoNya. 5. Seluruh kerabat dan teman seperjuangan atas segala kebaikan dan kerjasamanya Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT. meridhoi setiap langkah kita. Amiin.
Bogor, Januari 2008 Penulis
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Babatagung Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Jawa Timur pada tanggal 21 Juni 1975 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan H. Achmad Tiyar dan Hj. Nikmah. Pendidikan ditempuh di SD Negeri Babatagung II, SMP Negeri Deket dan lulus dari SMA Negeri I Lamongan pada tahun 1993. Pada tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 - 1999, penulis bekerja sebagai teknisi di tambak udang intensif dan pada tahun 2000- 2001 penulis bekerja sebagai staf teknis di UPBAT Umbulan Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur. Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai staf pengajar di program studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Dan selanjutnya pada tahun 2005, penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan studi di program studi Ilmu Perairan IPB atas beasiswa BPPS Ditjen DIKTI.
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... PENDAHULUAN ................................................................................... Latar Belakang ............................................................................ Perumusan Masalah ………………………………………......... Tujuan …………………………………………………….......... Hipotesis …………………………………………………….....
x xi xii 1 1 2 4 4
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..... Hidrodinamika Perairan Pantai ………………………............... Produktivitas Primer Fitoplankton …………........................... Faktor dan Proses Penentu Produktivitas Primer ……………..... Intensitas Cahaya ……………………........................... Stratifikasi Suhu ………………………......................... Ketersediaan Unsur Hara …………………................... Struktur Komunitas Fitoplankton …………………......
5 5 6 7 7 10 13 13
METODE PENELITIAN …………………………………………..... Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………….................. Pengukuran dan Pengambilan sampel air laut ........................... Pengukuran Produktivitas Primer .................................. Analisis Klorofil-a …………………………………..... Penghitungan Kelimpahan Fitoplankton …………....... Analisis Unsur Hara …....…………………………....... Pengukuran Intensitas Cahaya ……………………....... Analisis Data ………………………………………………......
15 15 15 17 18 19 19 20 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………............................. Hidrodinamika Perairan ……………………………................. Intensitas Cahaya Matahari ……..…………………………… Unsur Hara ……………………………...................................... Struktur Komunitas Fitoplankton …………………………….. Klorofil-a ……………………………........................................ Produktivitas Primer Perairan ……………………................... Hubungan cahaya dengan Produktivitas Primer ....…… Hubungan Unsur Hara dengan Produktivitas Primer ..... Hubungan Klorofil-a dengan Produktivitas Primer ……
23 23 25 30 34 40 42 43 48 53
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….................. LAMPIRAN ……………………….......................................................
56 57 61
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1
Halaman Metode analisis dan alat yang digunakan untuk pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi .....................................
17
Penghitungan arah dan kecepatan angin, arus dan tinggi gelombang di Lokasi Penelitian ..............................................
24
Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika kimia di lokasi penelitian .........................................................................
25
Nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan dan TSS tiap stasiun pengamatan ..............................................................................
26
5
Persentase intensitas cahaya selama waktu inkubasi ..............
28
6
Rata-rata kedalaman dan zona eufotik di lokasi Penelitian .....
29
7
Nilai rata-rata unsur hara DIN menurut kedalaman inkubasi .
32
8
Nilai rata-rata unsur hara PO4-P dan SiO2 ...............................
34
9
Kelas dan Jumlah Jenis Fitoplankton ......................................
36
10
Rataan kelimpahan fitoplankton (sel/L) pada tiap pengamatan..............................................................................
38
Indeks biologi pada stasiun pengamatan di perairan pantai Selat Madura ……………………………….........................
39
12
Konsentrasi klorofil-a, b dan c menurut pengamatan..............
42
13
Produktivitas primer bersih fitoplankton pada kedalaman inkubasi ...................................................................................
43
Hubungan Produktivitas Primer bersih dengan unsur hara .....
50
2 3 4
11
14
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1
Diagram alir pendekatan masalah produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien ……………. .................................................
2
Pola hubungan fotosíntesis dengan distribusi vertikal intensitas cahaya (Sverdrup’s 1953 diacu dalam Miller 2004) .....................
10
3
Peta lokasi penelitian di Perairan Selat Madura ...........................
15
4
Intensitas cahaya matahari di permukaan selama pengamatan .....
28
5
Pola distribusi cahaya pada kolom perairan di setiap stasiun.. .....
31
6
Kelimpahan fitoplankton (x 105 sel/L) pada tiap kelas ......….......
36
7
Jenis-jenis fitoplankton dominan a) Skeletonema sp b) Pseudonitzschia sp c) Thalassiosira sp d) Pleurosigma sp e) Nitzschia sp f) Chaetoceros sp ……………………………..........
37
Rata-rata jumlah genera fitoplankton menurut kedalaman inkubasi..........................................................................................
38
Rata-rata kelimpahan fitoplankton dan prosentase menurut kedalaman inkubasi ........………………….............………....
40
10
Komposisi klorofil a, b dan c pada tiap stasiun selama penelitian
42
11
Pola distribusi Produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiap stasiun pengamatan …………......................................................
46
Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer bersih di lokasi penelitian .................................................
47
Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer bersih pada lapisan kolom air di lokasi penelitian .............
48
Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun A (n = 9 pada α 0,05)........................................................
52
Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun B (n = 12 pada α 0,05) ..............................……………
53
Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun C (n = 12 pada α 0,05) ......................................................
54
Pola Hubungan antara NPP dengan kelimpahan sel dan Klorofil –a di setiap stasiun (n = 12 pada α 0,05) .......................................
55
8 9
12 13 14 15 16 17
3
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Halaman Intensitas Cahaya (lux) di permukaan air pada perairan Selat Madura.............. ....................................................................
61
Intensitas Cahaya (Lux) pada kolom lapisan permukaan perairan ..................................................................................
63
3
Intensitas cahaya (Lux) pada berbagai kedalaman inkubasi ..
65
4
Hasil Pengukuran Parameter utama di perairan pantai Selat Madura .................................................................................
66
5
Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-1.......
68
6
Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-2.......
69
7
Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-3 ......
70
8
Indeks Biologi menurut kedalaman inkubasi pada setiap periode pengamatan ...............................................................
71
9
Hasil uji sidik ragam (anova) produktivitas primer terhadap stasiun .....................................................................................
72
10
Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun A selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...................................................................................
73
11
Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun B selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...................................................................................
75
12
Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun C selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...................................................................................
78
2
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan pesisir
merupakan perairan yang banyak menerima beban
masukan bahan organik. Bahan ini berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan pertambakan, pertanian, dan limbah domestik yang akan masuk melalui aliran sungai dan limpasan dari daratan. Masuknya bahan organik ke pesisir ini cepat atau lambat akan mempengaruhi kualitas air, selanjutnya akan berpengaruh pada keberadaan organisme perairan khususnya plankton yang merupakan organisme pertama yang merespon perubahan kualitas air tersebut. Beban masukan yang nyata biasanya membawa partikel tersuspensi, nutrien, dan bahan organik terlarut yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi dan bisa menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya pada kolom air (Cervetto et al. 2002). Beban masukan bahan organik ini akan mengalami berbagai proses penguraian yang pada akhirnya akan memberikan suplai bahan anorganik atau unsur hara ke perairan. Unsur hara yang dihasilkan diantaranya adalah N dan P, dimana unsur ini merupakan unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan organisme akuatik yaitu oleh fitoplankton. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena fitoplankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total suatu perairan. Peranan penting fitoplankton bagi produktivitas primer perairan, karena fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi. Pertumbuhan fitoplankton akan memperlihatkan dinamika tersendiri tergantung pada fluktuasi unsur hara dan hidrodinamika perairan. Kondisi hidrodinamika suatu perairan juga akan mempengaruhi pola penyebaran atau distribusi fitoplankton baik secara horisontal maupun secara vertikal, sehingga akan berpengaruh pada kelimpahan dan struktur populasi fitoplanktonnya yang selanjutnya akan berpengaruh pada nilai produktivitas primernya. Perairan pantai Kabupaten Bangkalan sebelah selatan termasuk pada perairan Selat Madura. Perairan ini merupakan perairan yang banyak menerima
2
beban masukan akibat besarnya aktivitas manusia yang berada disekitar daerah tersebut. Beban masukan ini berasal dari limbah domestik, limbah pertambakan dan pertanian. Dengan beban masukan ini akan menyebabkan perairan tersebut mempunyai sebaran nutrien dan penetrasi cahaya yang masuk ke perairan akan berbeda dari arah pantai ke laut, baik secara vertikal maupun horisontal. Hal ini disebabkan karena tiap zona akan menerima beban masukan yang berbeda. Sampainya cahaya yang masuk ke kolom perairan sangat mempengaruhi aktivitas fitoplankton dalam berfotosintesis sehingga seringkali pada perairan pantai cahaya merupakan faktor pembatas. Perumusan Masalah Adanya beban masukan materi bahan organik yang berasal dari daratan dan kondisi hidrodinamika pada perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan akan mempengaruhi
nilai
produktivitas
primer fitoplankton.
Ketersediaan unsur hara dan cahaya yang berada dalam kolom air secara alami tersebar tidak merata dan akan menentukan nilai produktivitas primer fitoplankton. Hal ini disebabkan karena tingkat kekeruhan dalam kolom air yang ditimbulkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan organik tidak merata baik secara vertikal maupun horisontal, akibatnya akan mempengaruhi keberadaan nutrien dan transfer energi cahaya yang masuk ke perairan sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis fitoplankton. Berdasarkan pada hal tersebut diatas, maka diperlukan kajian dengan suatu penelitian tentang produktivitas primer perairan sehubungan
dengan
ketersediaan unsur hara dan intensitas cahaya di perairan. Untuk lebih jelas dalam memahami masalah ini dapat dilihat pada diagram alir pendekatan masalah yang ada pada Gambar 1.
Beban masukan
Hidrodinamika
Distribusi spasial - -Nutrien -Padatan tersuspensi Unsur hara
Kualitas Air Biomasa
Struktur Komunitas Fitoplankton Fitoplankton
Produktivitas Primer Fitoplankton
Cahaya
Intensitas Cahaya
Input
Proses
Output
Gambar 1 Diagram alir pendekatan masalah produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien.
3
4
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menduga nilai produktivitas primer fitoplankton di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan.
2.
Menganalisis
hubungan
produktivitas
primer
fitoplankton
dengan
keberadaan unsur hara dan intensitas cahaya yang ada di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Hipotesis Produktivitas primer fitoplankton akan berbeda seiring dengan gradien intensitas
cahaya dan nutrien dari arah pantai ke arah laut. Perbedaan nilai
produktivitas primer fitoplankton ini disebabkan oleh perubahan besarnya nilai intensitas cahaya yang menembus kolom perairan dan ketersediaan unsur hara.
5
TINJAUAN PUSTAKA Hidrodinamika Perairan Pantai Produktivitas perairan merupakan fungsi dari gerakan air. Proses biologi sebagai penentu nilai produktivitas yang terjadi dilaut, akan dipengaruhi oleh proses fisik (Mann 1982). Proses fisik yang bervariasi akan mengakibatkan berpengaruhnya cahaya dilingkungan kolom air, perkembangan stratifikasi vertikal, turbulensi, suhu dan konsentrasi nutrien (Platt 1972; Therriault & Platt 1978; Therriault et al. 1978; Joint & Pomroy 1981; Pennock 1985, Pennock & Sharp 1986, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Angin dapat mengakibatkan difusi turbulen vertikal lewat air dan juga mengakibatkan transport horisontal massa air, dimana komunitas fitoplankton akan bereaksi terhadap komponen vertikal dan horisontal dari gerakan air yang diakibatkan oleh angin tersebut (Mackas et al. 1985, diacu dalam Kaswaji 1999). Angin yang merupakan pembangkit arus dan pasang surut yang terjadi di perairan menyebabkan tersuspensinya kembali sediment (resuspensi) sehingga dapat meningkatkan kekeruhan dan berkurangnya kedalaman zona euphotik pada daerah pesisir yang airnya dangkal (Pennock 1985; Alongi 1998). Selain itu proses resuspensi akibat arus dan pasang surut ini dapat berperan penting pada meningkatnya perubahan nutrien antara sedimen dan kolom air, yang pada proses kembalinya nutrien ini bisa meningkatkan produktivitas fitoplankton (Gabrielson & Lukatelich 1985, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Arah dan kecepatan arus sangat penting untuk mengetahui proses perpindahan dan pengadukan dalam perairan seperti misalnya mikronutrien dan material tersuspensi (Alongi 1998; Blackburn & Sorensen 1988). Arus akan membawa organisme menjauhi dan mendekati makanan, sedangkan turbulensi berperan dalam mengangkat nutrien yang terkumpul dibawah lapisan tercampur akibat tenggelamnya bahan-bahan organik maupun anorganik (Mann dan Lazier 1991). Pada perairan dengan pembuangan limbah domestik yang tinggi, angin menunjukkan peranan penting melalui efeknya pada distribusi dari limbah, resuspensi sedimen dan ketersediaan cahaya karena angin akan mengakibatkan tingkat kekeruhan yang tinggi meskipun kandungan nutrien yang ditemukan
6
diperairan tinggi tapi biomasa fitoplankton menunjukkan nilai yang sedang sampai rendah akibat dari ketersediaan cahaya yang terbatas, sehingga cahaya menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan fitoplankton (Cervetto et al. 2002). Wilayah Kabupaten Bangkalan mempunyai sungai yang bermuara pada perairan Selat Madura, dimana perairan tersebut merupakan perairan semi tertutup dan relatif sempit. Perairan tersebut mempunyai arus maksimum sebesar 13,5 m/s dan kecepatan arus terendahnya sebesar 8,18 x 10-5 m/s. Dari hasil simulasi pada daerah yang diperbandingkan dengan DISHIDROS diketahui besarnya arus maksimum sebesar 8,73 m/s (pada waktu pasang), sedangkan pada saat surut besarnya sebesar 7,70 m/s (ke arah selatan) (Setiawan 2005). Besar kecilnya gelombang pada daerah ini bervariasi menurut musim, kecepatan angin dan tingginya amplitudo pasang surut. Produktivitas Primer Fitoplankton Produktifitas primer adalah jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh organisme autotrop, yaitu organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari (Parson et al. 1984). Produktivitas primer pada umumnya dinyatakan dalam gram karbon (C) yang terikat per satuan luas atau volume air per interval waktu. Produksi merupakan jumlah karbon per m2 per hari ( g C/m2/hari ). Organisme yang berperan dalam hal ini adalah fitoplankton yang mampu menghasilkan bahan organik dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis. Reaksi pada proses fotosintesis adalah : cahaya 6 CO2 + 6 H2O
C6 H12 O6 + 6 O2 energi + tumbuhan
dari reaksi diatas, secara teoritis untuk mengukur laju produksi senyawa-senyawa organik dapat diukur dengan cara mengetahui laju hilangnya atau munculnya beberapa komponen yang ada dalam reaksi tersebut. Laju fotosintesis dapat diukur dengan laju hilangnya CO2 atau munculnya O2. Pengukuran ini dalam prakteknya yang digunakan hanya dua komponen yaitu CO2 dan O2 (Nybakken 1988). Dengan bantuan sinar matahari, fitoplankton memfiksasi karbondioksida dan mentransformasi menjadi produk primer berupa senyawa C organik dan
7
biomassa. Laju produksi primer ditentukan oleh lingkungan fisik misalnya temperatur optimum dan cukup sinar matahari dan juga ketersediaan nutrien anorganik misalnya N dan P (Valiela 1995). Suplai unsur hara yang dibawa oleh air sebagai beban masukan ke perairan dan pergerakan air, akan mempengaruhi jumlah dan aktivitas material fotosintesis (Blackburn & Sorensen 1988; Fogg 1975 , diacu dalam Nuryanto 2001). Kuantitas dari fitoplankton dapat dinyatakan dengan biomassa, yaitu banyaknya zat hidup per satuan luas atau per satuan volume pada satu daerah dan pada waktu tertentu (Cushing et al. 1958, diacu dalam Nontji 1984). Ada beberapa metode pendekatan untuk penentuan biomassa fitoplankton antara lain dengan pencacahan sel, pengukuran volume, berat kering, berat basah, kandungan karbon dan klorofil-a. Penentuan biomassa fitoplankton dengan pendekatan klorofil merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dan hingga kini dipandang sebagai metode rutin terbaik (Whitney dan Darley 1979; Jeffrey 1980, diacu dalam Nontji 1984).
Faktor dan Proses Penentu Produktivitas Primer Fitoplankton Dalam perairan, berbagai faktor lingkungan akan
mempengaruhi dan
menentukan terhadap besarnya biomassa dan produktivitas fitoplankton. Faktorfaktor tersebut antara lain : cahaya, suhu, ketersediaan unsur hara serta kemantapan struktur fitoplankton. Intensitas Cahaya Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu pertama memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) yang selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air, dan yang kedua cahaya merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air. Apabila penetrasi cahaya dalam perairan semakin besar akan menyebabkan semakin besarnya daerah berlangsungnya proses fotosintesis, sehingga kandungan oksigen terlarut masih relatif tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Jeffries dan Mills 1996; Ruttner 1973).
8
Intensitas cahaya secara kualitatif digambarkan melalui distribusi spektral yang bergantung pada perbedaan panjang gelombang (unit-unit seperti nm, µm dan angstrom). Intensitas cahaya dengan panjang gelombang diatas 760 nm disebut inframerah (IR), sedangkan cahaya yang kurang dari 300 nm disebut sinar ultraviolet (UV). Panjang gelombang cahaya antara UV dan IR disebut visibel (VS), dimana fraksi dari sinar ini sebagian besar penting untuk aspek-aspek biologi seperti fotosintesis dan rangsangan visual organisme. Untuk proses fotosintesis, fitoplankton membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang antara 300-720 nm (Parsons et al. 1984). Menurut Wetzel (1983), radiasi dengan panjang gelombang antara 400-700 nm atau spektrum cahaya tampak yang dapat menembus kedalaman perairan dan diserap oleh klorofil untuk proses fotosintesis. Total radiasi pada panjang gelombang ini disebut PAR (Photosyntetically Available Radiation). Hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer perairan sangat nyata, dimana peningkatan intensitas cahaya secara proporsional sebanding dengan peningkatan produktivitas primer. Semakin meningkatnya intensitas cahaya akan mengakibatkan prosses fotosintesis juga semakin meningkat sampai mencapai puncak dimana cahaya dalam kondisi jenuh (Riley dan Chester 1971; Parson et al. 1984). Proses fotosintesis di perairan hanya dapat berlangsung bila ada cahaya yang sampai pada kedalaman tertentu dimana fitoplankton itu berada (Nybakken 1988). Hasil fotosintesis yang relatif besar dihasilkan dari lapisan permukaan sampai pada kedalaman dengan nilai intensitas cahaya kurang lebih tinggal 1% dari cahaya yang berada pada permukaan perairan yang disebut dengan zona eufotik (Parson et al. 1984). Pada kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi yang intensitas cahayanya tinggal 1 % dari intensitas di permukaan perairan. Kedalaman Secchi dapat digunakan sebagai estimator penetrasi cahaya pada lokasi perairan yang mempunyai kedalaman Secchi rendah (Cervetto et al. 2002). Ketersediaan cahaya diperhatikan sebagai bagian yang penting pada lingkungan yang kekeruhannya tinggi. Adanya pasang surut menyebabkan tersuspensinya kembali (resuspensi) sedimen sehingga dapat meningkatkan
9
kekeruhan dan berkurangnya kedalaman zona eufotik pada daerah pesisir yang airnya dangkal (Pennock 1985). Ketersediaan cahaya yang ada dalam perairan akan ditentukan oleh besarnya cahaya yang masuk ke perairan, adanya ekstinksi cahaya pada kolom air dan kedalaman lapisan tercampur (Wofsy 1983; Pennock 1985), dimana faktor ini lebih penting dalam mengontrol level produksi fitoplankton dan biomasanya (Sverdrup 1953; Lande & Yentsch 1988; Nelson & Smith 1991; Platt et al. 1991, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Cahaya menjadi faktor pembatas untuk produksi primer fitoplankton saat nutrien melimpah (Pennock 1985; Underwood & Kromkamp 1999). Kekeruhan
akan menjadi pembatas kuatnya penetrasi
cahaya dan menjadi faktor pengatur utama pada cahaya lingkungan kolom air serta penyebaran dan produksi klorofil (Hilmer & Bate 1990, Fielding et al. 1991, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Rasio kedalaman lapisan tercampur atau Zmix dapat diartikan sebagai kedalaman kolom air atau lapisan permukaan tercampur pada stratifikasi kolom air sampai kedalaman eufotik (Zeu) yang dipertimbangkan sebagai indikator ketersediaan cahaya untuk fitoplankton (Grobbelar 1985; Alphine & Cloern 1988; Underwood & Kromkamp 1999). Oleh sebab itu, cahaya yang tersedia untuk sel fitoplankton dan produksinya dapat dihubungkan dengan rasio Zmix/Zeu (Damar 2003; Alpine & Cloern 1988). Rasio Zmix/Zeu selama sampling dapat diestimasi dengan asumsi bahwa lapisan fotik memberikan 1.7 kali kedalaman Secchi (Margalef 1989). Rasio Zmix/Zeu = 6 dapat diidentifikasi sebagai kedalaman kritis atau pembatas dengan memberikan inisiasi blooming fitoplankton (Alpine & Cloern 1988; Grobbelar 1990; Tett 1990; Kromkamp & Peene 1995, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Kedalaman kritis (critical depth = Dcr) merupakan kedalaman dimana seberapa jauh ke dalam laut populasi sel fitoplankton dapat diaduk sampai fotosintesis = respirasi. Untuk mengatasi problema fitoplankton yang di-mixed (diaduk) secara vertikal dalam kolom air harus mengetahui koefisien peredupan dan kedalaman kompensasi (Miller 2004).
10
Gambar 2 Pola hubungan fotosíntesis dengan distribusi vertikal intensitas cahaya (Sverdrup’s 1953 diacu dalam Miller 2004). Stratifikasi Suhu Dalam proses fotosintesis, suhu mempunyai pengaruh yang langsung dan tidak langsung. Pengaruh secara langsung dari suhu adalah mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan pengaruh tidak langsung suhu adalah
dalam menentukan struktur hidrologis suatu perairan, misalnya
kerapatan air yang akhirnya akan mempengaruhi laju penenggelaman fitoplankton (Raymont 1963; Tomaschik et al. 1997, diacu dalam Nuryanto 2001). Suhu dan salinitas mempengaruhi densitas air, semakin dalam perairan, suhu semakin rendah dan salinitas semakin meningkat sehingga kerapatan air juga meningkat yang selanjutnya akan mempunyai stratifikasi yang kuat dengan lapisan pegat (discontinuity) yang tajam yang sukar ditembus oleh fitoplankton (Raymont 1963). Ada tidaknya sinar yang masuk ke permukaan perairan akan menentukan siklus perubahan suhu di perairan yang hal ini berkaitan dengan pola migrasi vertikal diurnal plankton. Dengan pola migrasi ini plankton akan mencari air yang lebih dingin ditempat yang lebih dalam pada saat siang hari, sedangkan pada malam hari plankton ada yang naik ke permukaan (Davis 1955).
11
Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu yang optimum tersendiri dan sangat tergantung pada faktor lain seperti cahaya. Proses respirasi dan fotosintesis yang terjadi pada suatu perairan tidak terlepas dari perubahan suhu. Kenaikan suhu air sampai pada tingkat tertentu akan menyebabkan laju pertumbuhan fitoplankton meningkat, dan kenaikan suhu yang terus berlangsung akan memperlambat laju pertumbuhan yang sampai pada suhu tertentu akan menyebabkan laju pertumbuhan menjadi nol (Bayne et al. 1997; Eppley 1979, diacu dalam Hutagalung 1988). Ketersediaan Unsur Hara Dalam pertumbuhannya, fitoplankton membutuhkan beberapa unsur. Beberapa unsur ini dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut dengan hara makro (Macro-nutrien) misalnya : C, H, O, N, P, Si, S, Mg, K dan Ca, sedangkan yang masuk dalam kelompok mikronutrien adalah Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Cl, Co dan Na (Odum 1996). Diantara unsur-unsur tersebut, unsur N, P dan Si adalah yang sering dijumpai sebagai faktor pembatas pertumbuhan algae. Unsur N dan P diperlukan oleh semua jenis algae, sedangkan Si terutama dibutuhkan oleh jenis-jenis yang dinding selnya mengandung kerangka silika (Nybakken 1988). Pertumbuhan dan produksi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, tanpa unsur hara sel tidak dapat membelah, dan ketika unsur hara tersedia populasi sel mulai meningkat. Setiap species mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan konsentrasi unsur hara. Beberapa jenis dapat memanfaatkan unsur hara dari konsentrasi yang rendah sementara sebagian yang lain tumbuh dengan subur apabila unsur hara tersedia berlimpah (Mann 1982). Ketersediaan unsur-unsur nutrien dalam suatu perairan sangat tergantung dari masukan dari luar perairan seperti sungai, resapan tanah, pencucian ataupun erosi serta dari sistem pembentukan yang langsung di badan air itu sendiri (Parsons et al. 1984). Fluktuasi ketersediaan unsur hara ini dipengaruhi oleh faktor sumber dari mana beban masukan hara itu berasal (Blackburn and Sorensen 1988).
12
Di antara berbagai nutrien yang dapat berada dalam jumlah terbatas di +
laut, nitrat (NO3 ), fosfat (PO4+) dan silikon terlarut (Si(OH)4) adalah yang paling sering dijumpai dalam konsentrasi sangat rendah (di bawah nilai setengah jenuh) yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang maksimum. Nitrogen Dibandingkan dengan silikon dan fosfor, pendauran nitrogen merupakan proses yang lebih kompleks. Siklus nitrogen di laut sangat kompleks karena nitrogen di laut berada dalam berbagai bentuk yang tidak mudah diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Bentuk-bentuk tersebut meliputi molekul nitrogen terlarut (N2) dan bentuk ion ammonia (NH4+), nitrit (NO2+), dan nitrat (NO3+), seperti juga senyawa organik seperti urea (CO(NH2)2). Bentuk dominan dari nitrogen di laut adalah ion nitrat, bentuk ini yang sering diserap oleh fitoplankton, meskipun banyak spesies lain juga dapat memanfaatkan nitrit atau ammonia. Ada beberapa spesies fitoplankton yang juga dapat menyerap molekul-molekul kecil nitrogen organik, seperti asam amino dan urea. Laju penyediaan nitrogen dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan fitoplankton dapat membatasi produktivitas primer di perairan oligotrofik sepanjang tahun dan di perairan temperate selama musim panas (Blackburn and Sorensen 1988). Adanya beban masukan yang berupa bahan organik ke perairan dengan berbagai unsur haranya akan diregenerasi menjadi bahan anorganik oleh berbagai aktifitas bakteri melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi di kolom air. Dalam siklus nitrogen ini juga terlibat proses fiksasi nitrogen, dimana gas nitrogen terlarut diubah menjadi senyawa nitrogen onganik;
proses ini hanya dapat
dilakukan oleh beberapa fitoplankton saja, terutama Cyanobacteria. Nitrogen organik terlarut (Dissolved Organic Nitrogen, DON) dan nitrogen organik partikulat (Particulate Organic Nitrogen, PON) keduanya berlaku sebagai nutrien bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri memecah protein menjadi asam amino dan ammonia, dan yang terakhir ini dioksidasi di dalam proses nitnifikasi. Nitrogen anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Nitrogen, DIN) yang kemudian dilepaskan
membuat
bentuk-bentuk
ini
tersedia
kembali
untuk
diserap/dimanfaatkan oleh fitoplankton (Blackburn and Sorensen 1988; Wotton 1994).
13
Fosfor Keberadaan fosfor di laut dalam bentuk yang beragam dan terutama sebagai bentuk ortofosfat anorganik (PO4). Fosfor merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan dan metabolisme tubuh diatom. Fosfor akan mempengaruhi penyebaran fitoplankton. Pada perairan dengan nilai fosfat yang rendah (0.00-0.02 ppm) akan dijumpai dominasi diatom terhadap fitoplankton yang lain. Pada perairan dengan nilai fosfat sedang (0.02-0.05 ppm) akan dijumpai jenis Chlorophyceae, sedangkan pada perairan dengan fosfat tinggi (>0.10 ppm) akan didominasi Cyanophyceae (Prowse 1945, diacu dalam Nuryanto 2001). Siklus fosfor relatif juga sederhana (dalam perspektif kimiawi); pada pH air laut yang biasa (bersifat alkalin), fosfat organik relatif mudah dihidrolisis kembali ke bentuk fosfat anorganik yang kemudian akan tersedia kembali untuk dimanfaatkan oleh fitoplankton. Karena fosfor berdaur dengan cepat melewati rantai makanan (food chains), unsur ini jarang menjadi pembatas dalam lingkungan laut. Silikat Silikat dilaut berada dalam bentuk larutan dan sebagai bahan padatan tersuspensi. Keterbatasan silikat mempengaruhi terutama organisme yang menggunakan unsur ini untuk membentuk rangka atau cangkangnya; organisme tersebut antara lain diatom dan dinoflagellata (fitoplankton) dan kelompok radiolaria (zooplankton).
Siklus silikon relatif sederhana karena hanya
menyangkut bentuk-bentuk anorganik, organisme memanfaatkan silikon terlarut untuk membentuk cangkangnya, dan bahan cangkang ini akan larut begitu organisme tersebut mati. Konsentrasi silikat semakin besar dengan bertambahnya kedalaman (Spencer 1975). Struktur Komunitas Fitoplankton Struktur komunitas adalah kumpulan berbagai jenis organisme yang hidup bersama dan saling berhubungan dan berinteraksi didalam suatu zona tertentu. Struktur komunitas juga dapat diartikan sebagai susunan individu dari beberapa
14
jenis atau species yang terorganisir membentuk komunitas (Browner et al. 1990; Odum 1996). Struktur komunitas fitoplankton ditentukan oleh keragaman fitoplankton yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan nutrien. Di dalam kolom perairan, kuantitas dan kualitas fitoplankton selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan hidupnya. Fitoplankton memerlukan kondisi lingkungan yang optimal agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Kondisi lingkungan yang merupakan faktor penentu keberadaan fitoplankton adalah suhu, salinitas, cahaya matahari, pH, kekeruhan dan konsentrasi unsur hara serta berbagai senyawa lainnya (Nybakken 1988). Komunitas fitoplankton meliputi kelas Diatome (Bacillariophyceae), Chlorophyceae, Chrysophyceae, Cryptophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Euglenophyceae, Prasinophyceae dan Xanthophyceae (Mizuno 1970; Boney 1975).
15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran dan pengambilan sampel air laut di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan daerah pemukiman, pertanian, dan perikanan. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 112º53’095” - 112º53’591” BT dan 7º10’819” 7º12’328”LS (Gambar 3). Penelitian dilakukan tiga kali pengamatan pada musim hujan, dimana pengamatan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2007, pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 5 April 2007 dan pengamatan ketiga dilakukan pada 12 April 2007. 55’30”
10’00”
10’00”
08’30”
54’00”
08’30”
52’30”
Peta Lokasi Penelitian
Skala 1: 180 000 Legenda : : Pemukiman : Mangrove : Hutan : Tegalan
A
11’30”
11’30”
:Sawah Tadah Hujan B
52’30”
54’00”
55’30”
Gambar 3 Lokasi penelitian di Perairan Selat Madura.
13’30”
13’30”
C
: Lokasi Sampling Sistem Proyeksi : sampling UTM WGS 84 : Lokasi Zona 49S Sumber: Peta Rupa Bumi Th 2003
16
Pengukuran dan Pengambilan Sampel Air Laut Pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan secara horisontal dan vertikal. Penentuan titik sampling secara horisontal dilakukan dengan mengambil titik – titik tegak lurus mulai dari pantai ke arah laut. Pembagian stasiun ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecerahan yang terkait dengan kemampuan intensitas cahaya yang menembus perairan, karena semakin jauh ke laut kecerahan perairan akan semakin bertambah. Tempat pengukuran dan pengambilan sampel air laut terbagi atas tiga stasiun sebagai titik horisontal yaitu stasiun A yang merupakan stasiun yang jaraknya ± 400m dari daerah surut terendah dengan letak geografis 112o53’59”BT dan 07o10’8”LS, stasiun B 112o53’44”BT dan 07o11’19”LS yang berjarak ± 1 600 m dari stasiun A, dan stasiun C 112o53’07”BT dan 07o12’31” LS yang berjarak ± 3 300 m dari stasiun B (Gambar 3). Titik pengukuran dan pengambilan sampel secara vertikal ditentukan dengan mengukur tingkat kedalaman perairan pada tiap stasiun dan membaginya menjadi beberapa kedalaman dengan mempertimbangkan tingkat kecerahan dan pola umum tingkat produktivitas primer fitoplankton pada lapisan perairan. Pengukuran dan pengambilan sampel secara vertikal ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi vertikal intensitas cahaya yang semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan juga distribusi konsentrasi nutrien yang selalu bervariasi. Secara vertikal pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan pada sub stasiun kedalaman permukaan (A0) pada kedalaman 0,2 m, sub stasiun A1 pada kedalaman 0,8 m dan sub stasiun A2 pada kedalaman 1,5 m pada stasiun A, pada stasiun B sub stasiun kedalaman permukaan (B0), B1, B2, dan B3 masingmasing pada kedalaman 0,2 m, 0,8 m, 1,5 m, dan 2,5 m,, sedangkan pada stasiun C sub stasiun kedalaman permukaan (C0), C1, C2, dan C3 masing-masing pada kedalaman 0,2 m, 1 m, 2 m, dan 3,5 m. Pengukuran dan pengambilan sampel air laut dilakukan dengan menggunakan Van dorn water sampler dengan kapasitas 2 liter pada setiap kedalaman titik sampling secara vertikal di setiap stasiun yang dimulai jam 07.30 WIB. Pada waktu yang
bersamaan dilakukan inkubasi untuk pengukuran
produktivitas primer mulai jam 09.00-14.00WIB. Contoh air yang telah diambil sebanyak 4 liter dengan melakukan 2 kali pengambilan, kemudian dipisahkan
pada wadah yang telah disediakan untuk dilakukan analisis unsur hara sebanyak 0,250 L, klorofil sebanyak 1 L, kekeruhan dan padatan tersuspensi 200 ml dan produktivitas primer sebanyak 1 L. Air sampel yang diperlukan untuk menghitung kelimpahan fitoplankton diambil dengan menyaring sebanyak 5 liter air sampel dengan plankton net mesh size 20 µm dan diawetkan dengan larutan Lugol kuat (0,3 ml larutan Lugol/100ml sampel atau sampai sampel berwarna coklat teh). Setiap sampel air yang akan dianalisa, terlebih dahulu diberi perlakuan dengan mengawetkan pada suhu dingin dalam cool box yang diisi es dan setelah sampai di laboratorium segera dianalisis dengan menggunakan metode seperti yang terdapat pada Tabel 1 Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Dasar dan Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang bersifat ex post facto. Parameter yang diukur meliputi parameter utama dan parameter penunjang. Parameter utama meliputi
produktivitas primer, kelimpahan fitoplankton,
kandungan unsur hara (NO2–N, NO3-N, NH4–N, PO4-P, SiO2), kecerahan, dan klorofil a, b, dan c, sedangkan parameter penunjang meliputi: suhu, kekeruhan, pH, padatan tersuspensi, salinitas. Informasi tentang parameter arus dan gelombang perairan didapatkan dari data sekunder Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tanjung Perak II Surabaya. Metode pengukuran dari parameter utama dan parameter penunjang tersebut dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Metode analisis dan alat yang digunakan untuk pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi Parameter Utama - Produktivitas Primer - Klorofil-a - Silikat - N-Nitrat - N-Amonnium - Orthophospat - N-Nitrit - Jenis fitoplankton - Kelimpahan fitoplankton - Kecerahan - Intensitas cahaya Penunjang - Suhu - Kekeruhan - Padatan tersuspensi - pH - Salinitas
Satuan
Metode analisis
Alat
mgC/m3/5jam Botol gelap terang Titrasi Winkler
µg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L sel/L cm lux o
C NTU mg/L
o
/oo
Aseton 90% Molibdosilicate Brusine sulfat Nessler Stannus clorida Sulfanilamide Identifikasi Microtransek Penetrasi cahaya Photocell
Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Mikroskop Mikroskop Secchi disk Luxmeter
Pembacaan skala Nephelometrik Gravimetrik
Thermometer Turbidity meter Oven, timbangan Electrode hydrogen pH portable Handrefraktometer
Analisis In situ Lab Lab Lab Lab Lab Lab Lab Lab In situ In situ In situ In situ Lab In situ In situ
Pengukuran Produktivitas Primer Pengukuran produktivitas primer ditentukan dengan menggunakan metode oksigen botol gelap-botol terang. Prinsip kerja metode ini adalah mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang dan botol gelap yang berisi sampel air setelah diinkubasi pada kedalaman perairan. Waktu inkubasi dilakukan pada saat matahari optimal yaitu pada jam 09.00-14.00 WIB. Prosedur pengukurannya dilakukan menurut Umaly dan Cuvin (1988) dengan perhitungan sebagai berikut : NPP = (O2BT)-(O2BA)(1000) x 0,375 (PQ) (t) Keterangan : NPP = Fotosintesis bersih (mgC/m3/jam) O2BT = Oksigen terlarut Botol terang (mg/l) O2BA = Oksigen terlarut Botol awal (mg/l) 1 000 = Konversi liter menjadi m3 PQ
= Photosintetic Quotient : 1,2 dengan asumsi hasil metabolisme dari fitoplankton.
t
= Lama inkubasi (jam)
0,375 = Koefisien konversi oksigen menjadi karbon (12/32) PQ adalah perbandingan O2 terlarut yang dihasilkan dengan CO2 yang digunakan melalui proses fotosintesis. Menurut Parson et al. (1984), PQ adalah sebesar 1,1 - 1,3 untuk organisme yang memiliki klorofil. Nilai 1,2 diperoleh dengan asumsi bahwa dalam proses fotosintesis didominasi oleh fitoplankton. Analisis Klorofil- a Biomasa fitoplankton ditentukan dengan kandungan klorofil–a dengan mengambil contoh air laut sebanyak 1 liter dan dimasukkan dalam botol sampel yang ditutup dengan plastik hitam dan dimasukkan pada cool box yang bersuhu dingin. Penghitungan konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan metode Trichromatik yang menggunakan persamaan menurut APHA (1998) : Chl-a = 11,85 (OD664) – 1,54(OD647) – 0,08(OD630) Chl-b = 21,03 (OD647) – 5,43(OD664) – 2,66(OD630) Chl-c = 24,52 (OD630) – 7,60(OD647) – 1,67(OD664)
62 Chlorofil –a (mg/m3) = Chl-a x V1 V2 Keterangan : Chl-a, Chl-b dan Chl-c = Konsentrasi dari klorofil a, b dan c (mg/L) OD664, OD647, dan OD630 = Nilai optical densities (dengan 1cm panjang kuvet) pada masing-masing panjang gelombang V1
= Volume yang diekstrak (L)
V2
= Volume sampel (m3)
Penghitungan Kelimpahan Fitoplankton Metode pencacahan fitoplankton yang digunakan yaitu metode sensus. Untuk identifikasi species fitoplankton dengan menggunakan literatur Davis (1955), Yamaji (1979), dan Tomas (1997). Kelimpahan fitoplankton dihitung berdasarkan APHA (1998) sebagai berikut : N = n x (Vr / Vo) x (1/Vs) x (Oi / Op) Keterangan : N = Kelimpahan fitoplankton (sel/ liter) Oi = Luas gelas penutup preparat (24 mm2) Op = Luas amatan (24 mm2) Vr = Volume air sample yang tersaring (30 ml) Vo = Volume air sample yang diamati (ml) Vs = Volume air sample yang disaring (L) n
= Jumlah sel yang tercacah (sel)
Analisis Unsur Hara Terhadap sampel air yang didapatkan dari lokasi penelitian dilakukan analisis kadar unsur hara sesuai dengan metode yang mengacu pada APHA (1998). Sampel air difiltrasi dengan membran filter yang berdiameter 47 mm, pore size 1,2 µm. Sampel air yang tersaring disimpan dalam botol plastik yang diletakkan pada wadah gelap dan berudara dingin (Grasshoff et al. 1983). Selanjutnya dianalisis dengan metode Spektrofotometer.
63 Pengukuran Intensitas Cahaya Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan Luxmeter tipe DX100 (Digital luxmeter Takemura Elektric Work.Ltd) setiap 10 menit sekali yang dimulai dari jam 06.00 sampai 17.30 WIB di wilayah daratan tempat pengambilan sampel. Prinsip kerja alat ini adalah menangkap energi cahaya melalui sensor berupa photoelectric cell dan merubahnya menjadi sinyal yang terbaca melalui lux selector. Untuk memperoleh nilai intensitas yang berada pada lapisan permukaan perairan, nilai intensitas cahaya yang diperoleh dari pengukuran di daratan dikurangi 10 % dengan asumsi intensitas cahaya mengalami refleksi oleh permukaan air laut (Kirk 1994; Damar 2003). Sedangkan untuk nilai intensitas cahaya yang berada dalam kolom perairan dengan menggunakan koefisien peredupan yang didasarkan pada Hukum Lambert-Beer (Cole 1988) yaitu: Iz = Io e-kz Keterangan : Iz = Intensitas cahaya pada suatu kedalaman z Io = Intensitas cahaya pada permukaan air e = Bilangan dasar logaritma (2,70) k = Koefisien peredupan. Koefisien peredupan pada kolom perairan dihitung dengan pembacaan kedalaman keping Secchi disk (Zsd(m)) dengan menggunakan persamaan empiris k= 0,191 + 1,242/ Zsd (R2=0,853)(Tillman et al. 2000, diacu dalam Damar 2003). Analisis Data Data hasil pengamatan yang didapatkan, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dideskripsikan. Dalam mendiskripsikan data dilakukan dengan membandingkan hasil dari penelitian yang diperoleh di wilayah pesisir lainnya. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program Excel, Kgraph dan SPSS versi 9.0. Analisis data tersebut meliputi : 1. Determinasi rasio Zeu:Zmix Determinasi rasio Zeu:Zmix didasarkan pada data hasil pengukuran suhu pada kolom perairan dengan ada tidaknya stratifikasi suhu dan juga pengamatan visual di
64 lokasi penelitian. Berdasarkan pada persamaan Margalef (1989), kedalaman eufotik dihitung dengan 1,7 kali kedalaman Secchi disk dan kedalaman mixing diasumsikan bahwa pada perairan dangkal Zmix sama dengan kedalaman perairan. 2. Analisis komunitas fitoplankton Analisis komunitas fitoplankton dilakukan dengan menggunakan indeks biologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Untuk menentukan indeks keanekaragaman (Diversity index) dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon – Wiener dalam Odum (1996) : n
H’ = ∑ [ ni/N] ln [ni/N] n=1
Keterangan : H’ = indeks Keanekaragaman Shanon – Wiener ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu seluruh genera Kisaran tersebut dengan kategori sebagai berikut ; H’ ≤ 2,3062
=Keanekaragaman rendah dan kestabilan komunitas rendah
2,3062 ≤ H’ ≤ 6,9078 =Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang H’ ≥ 6,9078
= Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
Untuk indeks keseragaman populasi fitoplankton pada setiap periode pengambilan sampel dilakukan dengan indeks keseragaman (Equitability = E) sebagai berikut : E = H’ / H’ maks Keterangan : E
= Indeks Keseragaman
H’
= Indeks Keanekaragaman
H’ maks = Ln S S
= Jumlah species
Indeks keseragaman berkisar antara 0,0 - 1,0. Semakin kecil nilai E, semakin kecil keseragaman populasi yang berarti penyebaran jumlah individu setiap species tidak sama dan ada kecenderungan terjadi dominansi oleh satu species. Semakin besar nilai E berarti tidak ada species yang mendominasi. Untuk mengetahui ada tidak dominansi oleh species
65 tertentu pada suatu populasi maka dilakukan penghitungan indeks Simpson menurut Legendre (1983) : n
D = ∑ [ni/N]2 n=1
Keterangan : D = Indeks Dominansi Simpson Ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Nilai indeks dominansi ini berkisar antara 0,0 – 1,0. Apabila D mendekati 0,1 <0,5 artinya struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat species yang ekstrim mendominasi species-species lainnya. Apabila D mendekati 1 >0,5 artinya struktur komunitas yang sedang diamati ada dominansi dari satu atau beberapa species. 3. Produktivitas primer bersih Untuk mengetahui perbedaan produktivitas primer antar stasiun dilakukan analisis ragam. Untuk mengetahui peranan ketersediaan masing-masing nutrien (NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P dan SiO2), kelimpahan sel dan klorofil-a terhadap produktivitas primer digunakan analisis regresi sederhana (Steel and Torrie 1989) dengan persamaan : Y = a + bX dimana : Y = Produktivitas primer fitoplankton sebagai peubah tak bebas X = Peubah bebas berupa NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P dan Si O2 b
= Interseps
a
= Koefisien regresi parsial
Untuk mengetahui peranan ketersediaan nutrien terhadap produktivitas primer di setiap stasiun digunakan analisis regresi
berganda (Steel and Torrie, 1989) dengan
persamaan : Yi = βo + β1X1i + β2X2i + ....... + βkXki + ∑i Persamaan penduganya adalah : Y = bo + b1X1i + b2X2i + ...... + bkXki dimana : Y
= Produktivitas primer fitoplankton sebagai peubah tak bebas
66 X1,X2,X3 ...,Xk = Peubah bebas berupa nutrien (NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P dan SiO2) bo
= Interseps
b1,b2,b3,…,bk
= Koefisien regresi parsial
Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan dari peubah X terhadap Y. Jika nilai R2 lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1, dapat diartikan bahwa X memiliki peranan terhadap Y. Besarnya peranan X terhadap Y ditelaah dengan sidik ragam regresi. 4. Intensitas Cahaya Untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer dilakukan analisis dengan menggunakan model Von Platt (Platt et al. 1980, diacu dalam Damar 2003) dengan model sebagai berikut : Y = a(1-e-bX)e -cX dimana : Y
= Produktivitas primer fitoplankton
X
= Intensitas cahaya
a, b, dan c = Konstanta Untuk mengetahui nilai produktivitas primer bersih yang berada dalam kolom perairan, dilakukan penghitungan berdasar pada persamaan Von Platt yang didapat pada masing-masing stasiun pengamatan dengan penghitungan nilai intensitas cahaya pada tiap penambahan 5 cm ( berdasar pada hasil penghitungan nilai koefisien peredupan (k)), sehingga mendapatkan nilai produktivitas primer bersih dan intensitas cahaya optimum. Sedangkan nilai pengukuran dengan satuan Lux dilakukan konversi dengan 51,2 Lux setara dengan 1 µmol photon/m2/detik.
67 HASIL DAN PEMBAHASAN Hidrodinamika perairan Lokasi penelitian termasuk perairan Selat Madura yang mempunyai tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Tipe pasang surut ini sama pada setiap musimnya (musim hujan, pancaroba I, kemarau, dan pancaroba II), tetapi tinggi dan periode pasang surut yang terjadi setiap musim tidak sama (Putri 2006). Berdasarkan penghitungan data dari BMG Tanjung Perak II Surabaya, kondisi oseanografi di lokasi penelitian selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Penghitungan arah dan kecepatan angin, arus, dan tinggi gelombang di Lokasi Penelitian Parameter Arah angin Arah angin (TN dalam o) Kecepatan angin (Knot) Arah arus (TN dalam o) Arah arus Kecepatan arus (cm/dtk) Arah gelombang Tinggi gelombang (m) Periode (s)
I S 104,31 5,42 52,02 SSW 0,79 NNW 0,09 3,60
Periode pengamatan II III SSE SE 104,28 104,25 5,42 5,42 52,01 52,00 SE-SEE ENE 0,80 0,79 N NNE 0,09 0,09 3,60 3,60
Ket : TN (True North = Utara sebenarnya; S=Selatan; SSE=Selatan menenggara; SE=Tenggara; SSW=Selatan membarat daya; SE-SEE=Tenggara-Selatan menenggara; ENE=Timur laut; NNW=Utara membarat laut; N=Utara; NNE=Utara menimur laut. Sumber : BMG Tanjung Perak II Surabaya (Diolah dari data 20 tahun, 2007).
Data arus dan gelombang di atas menunjukkan bahwa arus permukaan perairan dan gelombang disebabkan oleh adanya angin dan pasang surut. Angin merupakan faktor penting yang menyebabkan vertical mixing di daerah estuari dan pantai yang dangkal (Continental Self). Angin dan pasang surut akan menimbulkan gelombang yang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah yang tegak lurus sepanjang pantai sehingga akan menyebabkan resuspensi pada permukaan sedimen (Alongi 1998). Pada perairan Selat Madura, lokasi penelitian termasuk perairan pantai yang dangkal sehingga angin dan pasang surut yang terjadi menyebabkan resuspensi sedimen.
68 Suhu (°° C) Suhu perairan selama penelitian di perairan Selat Madura relatif sama di semua kedalaman perairan. Pada stasiun A, B, dan C suhu berkisar antara 29-31° C (Tabel 3). Hal ini disebabkan pada waktu pengukuran berlangsung, keadaan cuaca cenderung sama. Sebaran suhu pada kolom perairan hampir sama. Secara umum kisaran suhu pada lokasi pengamatan tergolong cukup tinggi. Kisaran suhu yang terukur diperairan ini masih dalam kisaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton. Kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton di peraiaran adalah 20-30oC (Effendi 2003). Tabel 3 Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika kimia di lokasi penelitian Stasiun
A
B
C
Sub stasiun A0 A1 A2 B0 B1 B2 B3 C0 C1 C2 C3
Suhu (oC) 30,3 30,0 30,0 30,2 30,0 30,0 29,5 29,8 29,7 29,7 29,7
pH 8,00 8,01 8,07 8,05 8,07 8,04 8,06 7,96 7,99 7,98 7,99
Salinitas (‰ ) 28,7 29,7 28,7 30,3 30,0 29,3 29,3 30,3 30,3 30,0 29,3
TSS (mg/L) 34,82 34,48 37,74 37,75 28,30 36,18 36,36 26,97 40,01 32,04 36,53
Kekeruhan (NTU) 73,33 74,00 141,33 83,33 61,00 56,00 155,50 45,67 67,67 72,00 62,33
Salinitas (‰) Salinitas pada suatu perairan akan mempengaruhi densitas perairan selain suhu. Salinitas di perairan Selat Madura selama pengamatan, besarnya antara 28–31‰ (Tabel 3). Nilai salinitas terendah ditemukan pada stasiun A, perbedaan nilai salinitas ini disebabkan pada stasiun A merupakan wilayah yang dekat dengan daratan sehingga dimungkinkan adanya masukan air tawar dari daratan. Nilai ini fluktuasinya tidak besar dan relatif sama pada semua stasiun maupun pada kedalaman inkubasi hal ini karena tidak ada sungai besar yang bermuara di wilayah ini. pH Nilai pH selama pengamatan pada lokasi penelitian berkisar antara 7,96-8,06 (Tabel 3). Sebaran rata-rata nilai pH di stasiun C cenderung lebih rendah pada semua
69 kedalaman bila dibandingkan dengan nilai pH pada stasiun A dan stasiun B. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH juga sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya nitrifikasi. Namun demikian nilai pH ini masih dalam kisaran nilai yang sesuai dengan kebutuhan fitoplankton dan organisme perairan lainnya yaitu 7-8,5 (Effendi 2003). Kekeruhan dan Kecerahan Nilai kecerahan air tergantung pada warna air dan kekeruhan. Kekeruhan perairan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut dalam air misalnya lumpur atau pasir halus maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai padatan tersuspensi semakin tinggi pula nilai kekeruhan (Effendi 2003). Terkait dengan hal tersebut diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan dan TSS pada tiap stasiun di Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan TSS. Sedangkan nilai kekeruhan dan TSS ini berkorelasi negatif dengan nilai kecerahan perairan, semakin kecil nilai kekeruhan dan TSS maka semakin tinggi tingkat kecerahan perairan. Tingginya nilainya TSS dan kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya resuspensi sedimen yang terjadi dari dasar perairan. Tabel 4 Nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan, dan TSS tiap stasiun pengamatan Parameter Kecerahan (m) Kekeruhan (NTU) TSS (mg/L)
A 0,45 96,22 34,89
Stasiun B 0,85 88,96 34,65
C 1,02 61,92 33,89
Intensitas Cahaya Matahari Intensitas Cahaya Matahari Permukaan Cahaya matahari merupakan sumber energi dilaut. Radiasi cahaya matahari yang sampai di permukaan bumi besarnya dipengaruhi oleh absorbsi pada penguapan air, karbon dioksida, oksigen, dan ozon yang ada di atmosfer. Penetrasi cahaya matahari pertama mencapai atmosfir kemudian akan sampai ke laut. Cahaya yang diserap dan
70 terpencar di atmosfer sekitar 50% dan mencapai 50% di permukaan bumi (Valiela 1995). Intensitas cahaya yang sampai di permukaan, bervariasi dari waktu ke waktu. Besarnya intensitas cahaya matahari yang sampai mengikuti pola harian yaitu terjadi peningkatan intensitas cahaya di pagi hari dan mencapai puncak sekitar tengah hari dan menurun kembali pada waktu sore hari. Besarnya intensitas cahaya selama pengamatan dalam waktu yang sama berbeda tiap kali pengamatan, hal ini disebabkan kondisi awan yang berbeda pada saat pengamatan sehingga akan berpengaruh pada besar kecilnya intensitas yang mencapai permukaan laut. Seperti yang dikemukakan oleh Valiela (1995) awan akan mengurangi radiasi yang sampai di laut dan beberapa energi matahari akan hilang oleh scattering dan refleksi pada permukaan laut. Pada Gambar 4 menunjukkan besarnya intensitas cahaya matahari di permukaan (di udara) selama tiga kali pengamatan, dimana pada jam 08.00-10.40 WIB besarnya intensitas terjadi naik turun, seharusnya intensitas cahaya matahari meningkat sampai waktu tengah hari. Waktu intensitas puncak tiap pengamatan berbeda-beda. Pada pengamatan pertama intensitas puncak terjadi pada jam 11.10WIB dengan nilai sebesar 123200 Lux. Pada pengamatan ini intensitas cahaya terjadi naik turun yang cukup besar karena adanya awan, namun nilai ini merupakan nilai tertinggi bila dibandingkan dengan nilai intensitas puncak pada pengamatan ke-2, dan pengamatan ke-3 yang masing-masing terjadi pada jam 12.00 WIB sebesar 113200 Lux dan jam 11.50 WIB sebesar 102 200 Lux (Lampiran 1). Nilai intensitas ini ditemukan lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tambaru (2000) yang dilakukan pada tanggal 28 - 30 Mei 2000 di Teluk Hurun yang intensitas puncaknya sekitar 274 000 – 294 000 Lux pada jam antara 11.50 - 12.05 WIB. Selain cakupan awan yang mempengaruhi besarnya intensitas cahaya matahari yang sampai ke permukaan, intensitas juga dipengaruhi oleh letak lintang daerah yang diamati yang tentunya berpengaruh terhadap ketinggian matahari terhadap suatu permukaan (Parson et al. 1984).
71
14
Pengamatan ke-1 Pengamatan ke-2 Pengamatan ke-3 10
6
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Waktu (WIB)
Gambar 4 Intensitas cahaya matahari di permukaan selama pengamatan. Cahaya yang masuk dalam kolom perairan Cahaya yang sampai ke permukaan bumi akan terserap dan berpencar di atmosfer sebesar 50% dan penetrasi cahaya matahari sisanya sebesar 50% yang sampai di daratan akan mengalami refleksi sekitar 10% di lapisan permukaan atau 90% mencapai lapisan permukaan laut (Kirk 1994, diacu dalam Damar 2003; Kirk 1992, diacu dalam Valiela 1995; Miller 2004). Intensitas cahaya matahari yang sampai di lapisan permukaan perairan ini juga bervariasi dari waktu ke waktu (Lampiran 2). Data intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom perairan dalam waktu sehari (mulai jam 06.00 - 17.30 WIB) dapat diperoleh persentase intensitas cahaya selama inkubasi yaitu pada jam 09.00 - 14.00 WIB sebesar 70,60% (Tabel 5). Tabel 5 Persentase intensitas cahaya selama waktu inkubasi Waktu 06.00-09.00 09.00-14.00 14.00-17.30
1 565 344 1 498 500 229 308,3
2 506 790 2 677 500 671 625
3 433 080 2 221 020 257 535
Rata-rata 501 738 2 132 340 386 156,1 3 020 234
% 16,62 70,60 12,78 100
72 Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom perairan mengalami scattering dan absorpsi oleh partikel tersuspensi dan fitoplankton. Konsentrasi seston yang berada dalam kolom perairan mempengaruhi ketersediaan intensitas cahaya. Hal ini karena setiap species fitoplankton mempunyai koefisien scattering yang berbeda, sebagai contoh pada panjang gelombang 590 nm Skeletonema costotum mempunyai koefisien scattering sebesar 0,535 m2/mg Chl-a, sedangkan pada Chaetoceros curvisetum sebesar 0,0262 m2/mg Chl-a (Kirk 1994). Intensitas cahaya yang masuk ke kolom air mempengaruhi zona eufotik. Pencahayaan rata-rata untuk pertumbuhan dan fotosintesis fitoplankton pada perairan dangkal berhubungan dengan perbandingan kedalaman eufotik terhadap kedalaman mixing (Zmix) (Alpine & Cloern 1988). Hasil pengukuran suhu di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa pada lokasi tidak ditemukan lapisan berstratifikasi, sehingga kedalaman eufotik dapat dihitung dengan persamaan Margalef (1989) yaitu 1,7 kali kedalaman Secchi (m). Kedalaman tercampur atau lapisan mixing pada perairan yang tercampur dengan baik diartikan Zmix sama dengan kedalaman perairan. Dari hasil perhitungan didapatkan rasio Zeu/Zmix pada masing-masing stasiun sebesar 0,33 pada stasiun A, pada stasiun B sebesar 0,32 dan 0,31 pada stasiun C (Tabel 6). Tabel 6 Rata-rata kedalaman dan zona eufotik di lokasi penelitian Stasiun Kedalaman (m) Kecerahan (m) Koefisien peredupan (/m) Zona Fotik (m) Zeu:Zmix % Kedalaman Fotik (%)
A 2,30 0,45 2,97 0,76 0,33 33,00
B 4,50 0,85 1,66 1,45 0,32 32,11
C 5,50 1,02 1,41 1,73 0,31 31,41
Tabel 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan fitoplankton di lokasi penelitian masih dapat ditopang. Hal ini sesuai dengan pendapat Harris et al. (1980); Horn dan Paul (1984); Grobbelar (1985) diacu dalam Alpine & Cloern (1988), bahwa dari beberapa studi di perairan estuary dan juga di danau didapatkan bahwa dinamika populasi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh perbandingan Zeu:Zmix, ketika kedalaman eufotik kurang dari 16 % atau lebih rendah dari kedalaman tercampur maka pertumbuhan fitoplankton tidak dapat ditopang.
73 Distribusi cahaya yang sampai ke kolom air mengalami peredupan. Peredupan intensitas cahaya dapat dilihat dari nilai koefisien peredupan (Tabel 6). Pada stasiun A mempunyai koefisien peredupan yang tinggi yaitu sebesar 2,93 per meter, sedangkan pada stasiun B dan C masing-masing sebesar 1,66 per meter dan 1,41 per meter. Semakin besar nilai koefisien peredupan maka nilai intensitas cahaya yang menembus kolom air akan semakin kecil. Sebaliknya nilai k yang kecil maka nilai intensitas cahaya yang masuk di kolom air akan semakin besar. Apabila nilai koefisien peredupan tersebut dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alianto (2006) di perairan Teluk Banten, nilai koefisien peredupan di lokasi penelitian akan lebih besar karena di perairan Teluk Banten dengan nilai sebesar 0,47-0,55 per meter. Hal ini disebabkan karena pada lokasi penelitian terjadi resuspensi sedimen sehingga nilai kekeruhan dan TSS tinggi yang berakibat pada nilai intensitas cahaya yang menembus kolom air berkurang. Sedangkan bila dibandingkan dengan perairan Teluk Jakarta yang berada di muara sungai Priok diperoleh nilai yang lebih kecil dari rata-rata vertikal koefisien peredupan yaitu sebesar 8,13 per meter dan lebih besar dari daerah offshore yaitu sebesar 0,43 per meter (Damar 2003). Pendugaan besarnya intensitas cahaya yang masuk ke kolom perairan dengan hukum Lambert dan prosentasenya menunjukkan bahwa pola distribusi cahaya yang berada di kolom perairan yaitu semakin dalam cahaya menembus kolom perairan maka semakin berkurang nilai intensitas cahayanya (Lampiran 3). Pola distribusi cahaya pada kolom perairan di setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 5.
Perbedaan nilai
pencahayaan antar stasiun A, B, dan C ini disebabkan oleh berbedanya nilai koefisien peredupan antar stasiun. Peredupan ini disebabkan oleh material-material yang ada di perairan baik berupa bahan organik maupun partikel tersuspensi, termasuk juga organisme planktonik. Hal ini berhubungan dengan pernyataan Valiela (1995) bahwa distribusi cahaya yang masuk ke kolom perairan akan diabsorpsi oleh air, partikel tersuspensi, dan bahan organik terlarut.
4
0
1
4
Intensitas Cahaya (x 10 Lux) 2
3
4 37.28 45.95%
0.2
Intensitas Cahaya (x 10 Lux) 2
0
4
5
74
0.2
48.85 60.13% 18.29
0.8
22.45%
0.8
6.60 8.04%
5.83
1.5
7.13% 1.5
0.93 1.11%
2.5
1.14 1.39%
Stasiun A
Stasiun B 4
Intensitas Cahaya (x 10 Lux) 2 4
0
6
51.52 0.2
63.52% 17.24 21.30%
1
4.41
2
5.46% 0.57 3.5
0.72%
Stasiun C
Gambar 5 Pola distribusi cahaya pada kolom perairan di setiap stasiun.
Unsur Hara Nitrogen Inorganik Terlarut (DIN) Nilai rata-rata total DIN pada stasiun pengamatan cukup beragam, nilai rata-rata total DIN pada stasiun A sebesar 557,72 µM, pada stasiun B dan C masing-masing sebesar 1735,42 µM dan 793,85 µM (Lampiran 4). Konsentrasi NH4-N merupakan salah satu unsur yang memberi kontribusi yang besar terhadap nilai total DIN, tingginya DIN pada stasiun C ini selain kontribusi dari NH4-N, juga konsentrasi NO2-N yang relatif tinggi bila dibandingkan pada kedua stasiun. Nilai rata-rata konsentrasi unsur hara yang diperoleh selama pengamatan antar kedalaman inkubasi menunjukkan variasi yang relatif kecil (Tabel 7). Tabel 7 Nilai rata-rata unsur hara DIN menurut kedalaman inkubasi
75 Sub Stasiun Stasiun A A0 A1 A2 B B0 B1 B2 B3 C C0 C1 C2 C3
NO2-N 30,072 37,319 39,312 36,413 30,254 45,471 46,558 42,754 52,717 58,152 46,377
Unsur Hara (µM) NO3-N NH4-N 1,585 156,557 1,542 157,471 1,649 132,212 1,561 118,916 1,649 149,070 1,736 169,604 1,493 176,535 1,581 153,691 1,537 103,469 1,590 175,446 1,731 154,805
DIN 188,215 196,331 173,172 156,890 180,972 216,811 224,586 198,025 157,723 235,189 202,913
Konsentrasi ammonium selama pengamatan pada stasiun A diperoleh kisaran antara 122,83 - 205,61 µM NH4-N, pada stasiun B berkisar antara 51,94 – 205,61 µM NH4-N dan pada stasiun C berkisar 32,33 – 205,61 µM NH4-N (Lampiran 4). Nilai konsentrasi ammonium ini diperoleh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi ammonium yang diperoleh di Teluk Jakarta pada musim hujan dengan nilai sebesar 25,79 µM NH4-N dan hampir sama dengan konsentrasi yang ditemukan di Teluk Lampung dekat muara sungai yaitu sebesar 2,40 - 299,01 µM NH4-N (Damar 2003). Tingginya konsentrasi amonium di lokasi pengamatan ini diduga karena tingginya proses dekomposisi bahan organik di kolom perairan seperti yang dikemukakan oleh Paasche (1988), pada perairan dangkal nitrogen yang di diuraikan menjadi ammonium oleh mikrobial benthik dan komunitas hewan yang dapat menyediakan lebih besar atau semua N yang dikonsumsi di kolom air. Selanjutnya dikatakan oleh Blackburn & Sorensen (1988) bahwa konsentrasi amonium jarang dijumpai mencapai 1µM pada lapisan tercampur bagian atas di perairan terbuka atau laut dalam, namun sebaliknya ditemukan konsentrasi yang lebih besar dari level tersebut pada perairan estuari dan teluk yang terpolusi. Konsentrasi nitrat yang diperoleh selama pengamatan berkisar antara 1,11 - 2,04 µM NO3-N pada stasiun A 1,11 – 2,21 µM NO3-N pada stasiun B, dan 1,06 - 2,09 µM NO3-N pada stasiun C (Lampiran 4). Sebaran vertikal konsentrasi nitrat menunjukkan nilai yang relatif sama pada semua kedalaman (Tabel 7) Nilai ini masih dalam kisaran hasil penelitian yang dilakukan Damar (2003) di Teluk Jakarta yang di muara Sungai Priok yaitu berkisar antara 0,58 – 35,17 µM NO3-N dan di area pantai diperoleh
76 konsentrasi nitrat berkisar antara 0,22 – 16,81 µM NO3-N, sedangkan di area offshore yang ditemukan lebih rendah yaitu berkisar antara 0,02-3,62 µM NO3-N. Nitrat yang ditemukan mempunyai kisaran yang lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi ammonium dan nitrit, hal ini dimungkinkan karena nitrat yang tersedia di perairan sudah dimanfaatkan oleh fitoplankton sehingga konsentrasi yang terukur lebih rendah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Paasche (1988) bahwa kadar unsur nitrat yang biasa dimanfaatkan oleh fitoplankton konsentrasinya akan ditemukan lebih rendah di perairan. Selanjutnya oleh Goes et al. (2004) dikatakan bahwa konsentrasi nitrat yang menurun sampai sekitar 6 µM menunjukkan telah terjadi penyerapan nitrat dengan cepat oleh fitoplankton. Konsentrasi nitrit yang didapatkan pada stasiun A berkisar antara 17,39-55,43 µM NO2-N, sedangkan pada stasiun B dan C konsentrasi nitrit masing-masing adalah 9,78 – 77,17 µM NO2-N dan 39,13 – 85,34 µM NO2-N. Rata-rata konsentrasi nitrit diperoleh nilai yang lebih tinggi pada pengamatan kedua, tetapi konsentrasi nitrat justru diperoleh lebih rendah bila dibandingkan pada pengamatan pertama dan ketiga (Lampiran 4). Konsentrasi nitrit merupakan bentuk peralihan dari ammonium ke nitrat atau sebaliknya, sehingga nilai rata-rata dari nitrit ditemukan lebih rendah dari ammonium dan lebih tinggi dari nitrat. Nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan Teluk Jakarta yang ditemukan pada beberapa pengukuran tidak terdeteksi dan konsentrasi nitrit yang tertinggi diperoleh konsentrasi sebesar 5,13 µM NO2-N dan juga pada muara sungai Teluk Lampung yang diperoleh konsentrasi maksimum berkisar antara 0,28 – 13,96 µM NO2-N (Damar 2003). Ortofosfat Kisaran konsentrasi ortofosfat yang diperoleh selama pengamatan pada stasiun A sebesar 4,65 – 18,82 µM PO4-P, pada stasiun B dan C masing-masing berkisar 4,32 – 21,58 µM PO4-P dan 5,16 – 27,70 µM PO4-P (Lampiran 4). Kandungan Ortofosfat akan semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini dapat dilihat pada nilai konsentrasi rata-rata pada stasiun B dan stasiun C (Tabel 8). Konsentrasi ortofosfat yang ada di lokasi penelitian menunjukkan nilai yang hampir sama dengan yang diperoleh di Teluk Jakarta yang dekat dengan muara sungai Priok yaitu antara 5,78 – 54,52 µM PO4-P (Damar 2003). Tingginya konsentrasi
77 ortofosfat dilokasi pengamatan ini diduga karena adanya masukan dari daratan. Konsentrasi ortofosfat ini juga menunjukkan konsentrasi di atas kebutuhan minimal untuk kebutuhan fitoplankton seperti yang dikatakan Millero dan Sohn (1991) bahwa pertumbuhan semua jenis fitoplankton tergantung pada konsentrasi ortofosfat, bila konsentrasi ortofosfat di bawah 0,3 µM perkembangan sel menjadi terhambat. Tabel 8 Nilai rata-rata unsur hara PO4-P dan SiO2 Stasiun A B
C
Sub Stasiun A0 A1 A2 B0 B1 B2 B3 C0 C1 C2 C3
PO4-P (µM) 12,590 11,277 22,453 10,718 9,210 12,507 22,900 12,199 12,339 10,942 15,608
SiO2 (µM) 15,711 11,546 83,346 10,981 12,111 14,370 51,717 9,993 51,846 13,170 17,123
Silikat Kisaran konsentrasi silikat yang didapatkan selama pengamatan di stasiun A berkisar antara 0,52 – 22,35 µM SiO2, di stasiun B sebesar 3,06 – 29,3 µM SiO2 dan di stasiun C sebesar 2,23 – 53,35 µM SiO2 (Lampiran 4). Nilai konsentrasi silikat ini lebih rendah dari konsentrasi silikat yang diperoleh di perairan Teluk Jakarta yaitu ditemukan minimum sebesar 0,55 µM Si dan maksimum sebesar 524,08 µM Si. Besarnya konsentrasi Silikat ini diakibatkan oleh masukan dari sungai yang bermuara di Teluk Jakarta (Damar, 2003). Konsentrasi Silikat yang diperoleh di lokasi penelitian perairan pantai Selat Madura ini ditemukan rendah kemungkinan disebabkan 1) tidak adanya sungai yang besar yang memberi masukan unsur silikat ke perairan, 2) silikat yang tersedia sudah dimanfaatkan oleh diatom. Seperti yang dikemukakan oleh Sigee (2004) bahwa pertumbuhan diatom tergantung pada konsentrasi silikat karena silikat merupakan bagian terpenting yang menyusun lebih dari 95 % dari dinding sel diatom dan juga pada diatom tidak ada mekanisme penyerapan Si sebagai Luxury Consumption bila ketersediaan silikat berlebih. Dan juga dari siklus silikat tidak terjadi proses recycling dari zooplankton di kolom air
78 sehingga konsentrasi silikat dapat dimanfaatkan dengan baik oleh diatom sehingga konsentrasi silikat yang tersedia diperairan ditemukan nilai yang rendah. Selanjutnya bahwa pemanfaatan dan deposisi silikat oleh diatom diimplikasikan pada dua faktor lingkungan yang terbesar yaitu : 1) kinetik dari pemanfaatan silikat yang berhubungan dengan pertumbuhan sel yang dideterminasi oleh kemampuan berbeda pada species diatom untuk memperebutkan ketersediaan silikat, dan 2) pemanfaatan silikat tersedia dan pemasukan terbesar dari deposisi silikat yang tidak tersedia dari proses geokimia di perairan. Keberadaan populasi diatom ini akan berpengaruh pada skala konversi dalam kemampuan menyokong dari silikat tersedia menjadi tidak tersedia ( sebagai mineralisasi atau biosilification).
Struktur Komunitas Fitoplankton Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Selama pengamatan di perairan Selat Madura ditemukan 2 kelas fitoplankton. Kedua kelas tersebut terdiri dari Bacillariophyceae dan Dinophyceae yang ditemukan menyebar pada ketiga stasiun dan pada semua kedalaman inkubasi dengan jumlah genera yang bervariasi (Lampiran 5, 6, dan 7). Fitoplankton pada ketiga stasiun tersebut terdiri dari 30 genus Bacillariophyceae dan 6 genus Dinophyceae (Tabel 9). Dari kedua kelas ini, kelimpahan sel fitoplanktonnya yang mendominasi pada ketiga stasiun adalah dari kelas Baccillariophyceae (Gambar 6) dari genera Thalassiosira sp. dan jenis yang lain yang juga ditemukan lebih banyak dari kelas ini adalah genera Chaetoceros, Nitzschia, Pseudonitzchia, Pleurosigma, Skeletonema, dan Navicula (Gambar 7). Fitoplankton dari kelas Dinophyceae genera yang banyak ditemukan adalah Gymnodinium, Gyrodinium, dan Peridinium.
79 Kelas Bacillariophyceae merupakan kelas yang mendominasi di lokasi pengamatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dibeberapa wilayah pesisir di Indonesia yaitu penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2004) di perairan pantai Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, Alianto (2006) di perairan Teluk Banten, Tambaru (2000) di perairan Teluk Hurun dan juga Damar (2003) di perairan Teluk Jakarta, Teluk Semangka dan Teluk Lampung bahwa kelas Bacillariophyceae merupakan kelas yang paling mendominasi generanya di tiap stasiun penelitian dengan kelimpahan yang tinggi. Hal ini juga sama dengan dikatakan oleh Arinardi et al. (1997) bahwa genera fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan Dinophyceae ditemukan melimpah karena fitoplankton dari kedua kelas tersebut merupakan anggota utama fitoplankton yang terdapat di seluruh bagian perairan laut, baik perairan pantai maupun perairan oseanik.
5
4
Bacillariophyceae Dinophyceae
3
2
1
0 A Gambar 6 fitoplankton (x 105 sel/L) pada tiap
C
B
Stasiun
kelas.
Tabel 9 Kelas dan Jumlah jenis Fitoplankton Kelas Baccillariophyceae Dinophyceae Jumlah
A 25 6 32
Stasiun B 28 7 36
C 24 6 31
Kelimpahan
80
a
10µm
b
10µm
c
10µm
10µm
d
10µm
e
10µm
f
Gambar 7 Jenis-jenis fitoplankton dominan a) Skeletonema sp. b) Pseudonitzschia sp. c) Thalassiosira sp. d) Pleurosigma sp. e) Nitzschia sp. f) Chaetoceros sp. Sebaran jumlah genera yang ada pada tiap kedalaman inkubasi bervariasi pada setiap stasiun dan tiap kedalaman inkubasi. Keberadaan genera pada stasiun B lebih banyak kemudian pada stasiun A dan stasiun C. Genera yang banyak dari kelas Bacillariophyceae.(Gambar 8). Selama pengamatan diperoleh bahwa kelimpahan fitoplankton bervariasi antar stasiun dan tiap periodenya. Dari kelimpahan rata-rata fitoplankton tampak bahwa pada stasiun B dijumpai kelimpahan fitoplankton yang tinggi bila dibandingkan pada stasiun A dan stasiun C yaitu sebesar 380 661 sel/L pada kelas Bacillariophyceae dan 4 334 sel/L pada kelas Dinophyceae; sedangkan pada stasiun A sebesar 223 674 pada kelas Bacillariophyceae dan 2 387 sel/L pada kelas Dinophyceae, dan pada stasiun C masing-masing sebesar 172 999 sel/L dan 2 203 sel/L (Tabel 10). Sebaran kelimpahan fitoplankton pada kolom air menunjukkan bahwa pada stasiun A fitoplankton tersebar merata pada kolom air. Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun A fitoplankton teraduk di kolom air. Sedangkan pada stasiun B kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada kedalaman 0,2 m sebesar 36,96 % dan pada stasiun C keberadaan fitoplankton terbanyak berada pada kedalaman 1 m sebesar 39,64 % (Gambar 9). Sebaran fitoplankton yang berada pada kolom air ini berhubungan dengan proses
81 mixing di kolom air dan juga faktor adaptasi fitoplankton terhadap intensitas cahaya untuk pertumbuhan dan berkembangbiakan selnya. Stasiun A
Stasiun B 15
13
0.2
0.2
2
3
Baccillariophyceae Dinophyceae
Baccillariophyceae Dinophyceae
0.8
11
4
10
0.8 3
12 1.5 3
10
1.5
12
2
0
2
2.5
4
6
8
Genera Fitoplankton
10
12
14
3 0
2
4
6
8
10
12
Genera Fitoplankton
Stasiun C 13 0.2
2 10
1
2 8
2
2 6
3.5
2 0
2
Baccillariophyceae Dinophyceae
4
6 8 Genera Fitoplankton
10
12
14
Gambar 8 Rata-rata jumlah genera fitoplankton menurut kedalaman inkubasi.
Tabel 10 Rataan kelimpahan fitoplankton (sel/L) pada tiap pengamatan Stasiun Pengamatan ke- Bacillariophyceae A 1 79 743 2 404 646 3 186 633 rerata 223 674 B 1 416 175 2 240 570 3 485 238 rerata 380 661 C 1 224 252 2 177 595 3 117 150 rerata 172 999
Dinophyceae 259 851 6 050 2 387 4 102 2 024 6 875 4 334 1 219 1 128 4 263 2 203
14
16
82 Tabel 11 Indeks biologi pada stasiun pengamatan di perairan pantai Selat Madura Stasiun A
B
C
Pengamatan ke1 2 3 1 2 3 1 2 3
H 1,64 1,10 1,77 1,34 1,55 0,69 0,80 1,30 1,10
Indeks Biologi E 0,51 0,39 0,10 0,39 0,49 0,04 0,25 0,41 0,08
D 0,32 0,43 0,26 0,50 0,30 0,76 0,72 0,44 0,53
Ket : H’ = Indeks Keanekaragaman; E = Indeks Keseragaman ; D = Indeks Dominansi
Indeks Keanekaragaman (H’) selama pengamatan pada semua stasiun diperoleh nilai yang berkisar antara 0,80 – 1,77 (Tabel 11). Berdasarkan Odum (1971) nilai ini termasuk dalam kategori keanekaragaman yang rendah dan mempunyai kestabilan komunitas yang rendah. Indeks Keseragaman (E) diperoleh beragam antar stasiun (Tabel 11) dan antar kedalaman pada setiap periodenya (Lampiran 8). Pada stasiun A indeks keseragaman mempunyai nilai antara 0,10 – 0,51, hal ini menunjukkan penyebaran individu setiap species yang tidak sama sehingga tidak ada dominasi species di stasiun ini. Pada stasiun B nilai indeks keseragaman berkisar antara 0,04 – 0,49, sehingga ditemukan dominasi species pada pengamatan ke-1 dan ke-3 (Tabel 11) serta pada Sub stasiun B0 dan B1 (pada kedalaman inkubasi 0,2 m dan 0,8 m, Lampiran 8). Pada stasiun C
tampak nilai keseragaman species yang rendah sehingga
ditemukan adanya dominasi species pada kolom air, kecuali pada kedalaman inkubasi 3,5 m yang ditemukan adanya keseragaman species yang lebih tinggi sehingga tidak ada dominasi species (Lampiran 8). Hal ini diduga species yang beradaptasi pada kedalaman tersebut merupakan species yang mampu hidup pada kondisi intensitas cahaya yang kecil. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Valiela (1995) bahwa intensitas cahaya yang aktual yang dapat dijangkau tergantung pada taksonomi algae, pada Bluegreen algae dan Dinoflagellata akan jenuh pada intensitas yang rendah dan Dinoflagellata terhambat pertumbuhannya pada intensitas yang relatif lebih rendah. Diatom menunjukkan masa stabil yang lebar pada intensitas cahaya yang semakin meningkat sebelum menjadi penghambat pada intensitas yang tinggi. Selanjutnya dikatakan oleh Sanders et al. (1987)
83 bahwa pada beberapa jenis alga juga memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat untuk mengubah nutrien, laju pertumbuhan, dan pengambilan nutrien untuk mendapatkan kondisi yang mantap. Stasiun A 33.01% 0.2 33.23% 0.8 33.76% 1.5
0
5
15 10 4 Kelimpahan sel (x 10 Sel/L)
25
20
Stasiun B 36.96%
0.2
21.64%
0.8
22.96%
1.5
18.44%
2.5 10
0
20
30
Kelimpahan sel (x 10
4
50
40
Sel/L)
Stasiun C 29.81%
0.2
39.64% 1
24.49%
2
6.06%
3.5
0
5
10
15
Kelimpahan sel (x 10
20 4
25
30
Sel/L)
Gambar 9 Rata-rata kelimpahan fitoplankton dan prosentase menurut inkubasi.
kedalaman
84 Ketidakstabilan komunitas di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan ini juga diduga dipengaruhi oleh faktor arah arus yang terjadi di perairan yang membawa perubahan unsur hara ke perairan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sanders et al. (1987) bahwa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi dominansi suatu spesies & suksesi adalah cahaya, temperatur, konsentrasi, rasio, dan bentuk kimia nutrien. Setiap spesies fitoplankton menunjukkan persyaratan yang berbeda terhadap nutrien, perubahan dalam struktur komunitas sering terjadi sebagai akibat dari konsentrasi nutrien relatif dan fluktuasinya. Kestabilan fitoplankton ini juga ditemukan rendah pada perairan pantai Kabupaten Luwu (Andriani 2004) dan juga di Teluk Banten (Alianto 2006). Klorofil-a Hasil pengukuran klorofil-a, b, dan c selama pengamatan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 4. Sebaran konsentrasi klorofil-a menurut periode pengamatan dan kedalaman inkubasinya memperlihatkan nilai yang tidak terlalu bervariasi. Pada stasiun A mempunyai kisaran klorofil-a antara 0,24 – 0,57 mg Chl-a/m3, di stasiun B sebesar 0,19 - 0,29 mg Chl-a/m3, sedangkan di stasiun C diperoleh nilai sebesar 0,14 - 0,37 mg Chl-a/m3. Nilai konsentrasi yang didapatkan selama pengamatan ini hampir sama dengan penelitian yang diperoleh oleh Alianto (2006) pada perairan Teluk Banten yaitu kisaran konsentrasi klorofil-a sebesar 0,069 – 0,303 mg Chl-a/m3. Komposisi klorofil a, b, dan c berbeda pada tiap kedalaman dan juga pada tiap stasiunnya (Gambar 10). Pada stasiun A dan C menunjukkan bahwa kandungan klorofil b lebih tinggi dibandingkan dengan klorofil a dan c yang komposisi ini lebih besar pada sub stasiun A2 (kedalaman inkubasi 1,5 m) dan C0 (kedalaman inkubasi 0,2 m). Sedangkan pada stasiun B, kandungan klorofil c lebih mendominasi bila dibandingkan dengan klorofil a dan b pada sub stasiun B0 (kedalaman inkubasi 0,2 m) dan sub stasiun B2 (kedalaman inkubasi 1,5). Menurut Jeffrey et al. (1997) diacu dalam Damar (2003) bahwa perbedaan kandungan klorofil terkait dengan komposisi fitoplankton yang ada pada kolom air tersebut. Keberadaan pigmen ini dapat digunakan sebagai biomarker dari keberadaan jenis fitoplankton yaitu untuk dinoflagellata dengan peridinin dan klorofil c sedangkan untuk diatom dengan fucoxanthin, diadinoxanthin dan klorofil c.
85 Tabel 12 Konsentrasi klorofil-a, b, dan c menurut pengamatan Stasiun Pengamatan KeA 1 2 3 B 1 2 3 C 1 2 3
Klorofil-a (mg Chl-a/m3) 0,57 0,57 0,24 0,29 0,36 0,19 0,37 0,21 0,14
Klorofil-b (mg Chl-b/m3) 0,68 1,40 0,24 0,37 1,90 0,21 0,51 0,37 0,17
Klorofil-c (mg Chl-c/m3) 0,82 0,68 0,30 0,36 1,12 0,27 0,39 0,28 0,23
Stasiun A
Stasiun B
Chlorofil-a Chlorofil-b Chlorofil-c
0.2
0.2
0.8 0.8
1.5
Chlorofil-a Chlorofil-b Chlorofil-c
1.5
2.5 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0
3
Chlorofil-a (mg chl-a/m )
0.5
1
3
1.5
Chlorofil (mg chl /m )
Stasiun C
0.2
1
2
Chlorofil-a Chlorofil-b Chlorofil-c
3.5
0
0.1
0.2
0.3
0.4
3
0.5
0.6
0.7
Chlorofil (mg chl /m )
Gambar 10 Komposisi klorofil a, b, dan c pada tiap stasiun selama penelitian.
2
86 Hasil tersebut belum menunjukkan terjadinya pertumbuhan fitoplankton secara optimal di perairan pantai Selat Madura. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Goes et al. (2004) bahwa bila konsentrasi klorofil-a lebih besar 1 mg Chl-a/m3 menunjukkan sebagai indikator musim pertumbuhan fitoplankton. Wafar et al. (2004) menyatakan bahwa total klorofil-a di laut merupakan kontribusi dari nanoplankton sebesar 59 %, netplankton sebesar 29 % dan picoplankton sebesar 12 %. Produktivitas Primer Perairan Nilai produktivitas primer bersih yang diperoleh selama waktu inkubasi (jam 09.00-14.00 WIB) pada stasiun A didapatkan nilai sebesar 5,56 – 35,11 mg C/m3/5jam, pada stasiun B sebesar 9,12 – 68,98 mg C/m3/5jam dan pada stasiun C sebesar 6,59 – 61,76 mg C/m3/5jam (Tabel 13). Nilai produktivitas primer bersih yang diperoleh selama waktu inkubasi ini antar stasiun A, B, dan C tidak berbeda nyata (Lampiran 9). Berdasarkan hasil sidik ragam nilai produktivitas primer bersih terhadap kedalaman inkubasi menunjukkan berbeda nyata pada taraf α 0,05. Hasil uji lanjut Tukey (HSD) menunjukkan nilai produktivitas primer berbeda yaitu pada kedalaman 0,2 m dengan 1 m, 0,8 dengan 1,5 m, 0,8 m dengan 3,5 m, 0,8 m dengan 2,5 m, 1 m dengan 2 m, 1 m dengan 1,5 m, 1 m dengan 3,5m, 1m dengan 2,5 m (Lampiran 9). Tabel 13 Rata-rata produktivitas primer bersih fitoplankton pada kedalaman inkubasi Stasiun A
B
C
Sub stasiun A0 A1 A2 B0 B1 B2 B3 C0 C1 C2 C3
NPP (mg C/m3/5jam) 30,78 35,11 5,56 27,04 68,98 26,88 9,12 26,79 61,76 23,50 6,59
Sebaran vertikal nilai produktivitas primer yang mencapai nilai tertinggi pada tiap stasiun bervariasi (Gambar 11). Produktivitas primer bersih yang tertinggi pada sub stasiun A1, dan B1 (kedalaman inkubasi 0,8 m), sedangkan pada stasiun C nilai tertinggi
87 pada kedalaman inkubasi 1 m (sub stasiun C1). Nilai produktivitas
primer yang
diperoleh pada kedalaman permukaan cenderung lebih rendah karena intensitas yang tinggi pada lapisan permukaan air dapat menjadi penghambat dalam proses fotosintesis fitoplankton (photoinhibition). Nilai ini akan meningkat sampai pada cahaya optimum kemudian menurun kembali pada lapisan dibawahnya sampai pada cahaya pada kolom air tidak tersedia bagi fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Hal ini dapat dilihat dari nilai produktivitas primer bersih pada stasiun A dengan sebaran kelimpahan fitoplankton yang hampir sama di semua kedalaman inkubasi yaitu berkisar 226 060 sel/L (33 %) tetapi memberikan nilai produktivitas primer bersih yang berbeda. Begitu juga pada stasiun B, pada sub stasiun B1 (kedalaman inkubasi 0,8 m) meskipun hanya 224 842 sel/L (21 %), fitoplankton lebih bisa memanfaatkan cahaya yang tersedia daripada fitoplankton yang berada pada sub stasiun B0 (kedalaman 0,2 m) dengan jumlah yang lebih besar 418 183 sel/L (36 %). Nilai produktivitas primer di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Andriani (2004) di perairan pantai Kabupaten Luwu yang nilai produktivitas primer bersih yang diperoleh berkisar antara 35,16 – 177,19 mgC/m3/5jam dilokasi yang merupakan wilayah yang mendapat beban masukan secara langsung dari limbah domestik dan pertambakan, dan lebih tinggi dari penelitian Alianto (2006) di Teluk Banten yang diperoleh nilai produktivitas primer bersih sebesar 13,56 – 29,59 mgC/m3/5jam. Hubungan Cahaya dengan Produktivitas Primer Pola hubungan intensitas cahaya matahari dengan produktivitas primer bersih pada setiap kedalaman inkubasi di analisis dengan menggunakan software Kgraph. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang erat antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Hubungan ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang didapatkan pada ketiga stasiun yaitu pada stasiun A koefisien determinasinya sebesar 0,874 (87,4%) dengan persamaan Y=115,3468(1-e-0.000074X)e-0.0000337X, pada stasiun B sebesar 0,879 (87,9%) dengan persamaan Y =101,75(1-e-0.000078X)e-0.000027X
dan pada stasiun C menunjukkan nilai
koefisien yang tertinggi yaitu sebesar 0,916 (91,6%) dengan persamaan regresi Y=1077,0992(1-e-0.0000078X)e-0.000048X (Gambar 12). Pola hubungan cahaya dengan nilai
88 produktivitas primer bersih ini hampir sama seperti yang diperoleh pada penelitian Alianto (2006) di perairan Teluk Banten yang mempunyai koefisisen determinasi antara 0,64 (64%) – 0,82 (82%). Perbedaan nilai produktivitas primer bersih ini disebabkan intensitas yang sampai ke kolom perairan berbeda-beda sebagai akibat dari padatan tersuspensi yang berada di kolom perairan. Nilai optimum yang dicapai pada stasiun A yaitu pada intensitas cahaya sebesar 15 802 Lux (308,5 µmol photon/m2/detik) dengan nilai produktivitas primer sebesar 7,78 mgC/m3/jam. Pada stasiun B, nilai optimum dicapai pada intensitas cahaya sebesar 17 470 Lux (341,2 µmol photon/m2/detik) dengan nilai produktivitas primer bersih sebesar 7,87 mgC/m3/jam, sedangkan pada stasiun C nilai yang dicapai adalah pada intensitas cahaya sebesar 19 164 – 19 676 Lux (374,3 – 384,3 µmol photon/m2/detik) dengan nilai produktivitas primer bersih sebesar 9,93 mgC/m3/jam. Nilai optimal pada stasiun C ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan stasiun A dan stasiun B, hal ini dapat dijelaskan bahwa cahaya merupakan faktor penentu dalam produktivitas primer, selain terdapat faktor nutrien dan komposisi dan kelimpahan sel fitoplankton yang mempengaruhi produktivitas primer bersih meskipun pada stasiun B kelimpahan fitoplanktonnya lebih tinggi bila dibandingkan pada stasiun C. Dari persamaan yang diperoleh dari pola hubungan intensitas cahaya dengan produktivitas primer diatas, maka dapat dihitung nilai produktivitas primer bersih berdasarkan keberadaan cahaya yang ada di kolom perairan (Gambar 13, Lampiran 10, 11, dan 12). Pola hubungan intensitas cahaya yang berada pada kolom perairan dengan produktivitas primer bersih di setiap penambahan kedalaman 5 cm menunjukkan pola hubungan kuadratik. Setiap peningkatan intensitas cahaya akan diikuti oleh peningkatan nilai produktivitas primer bersih sampai pada titik optimum. Apabila cahaya yang tersedia di atas cahaya optimum, maka cahaya tersebut merupakan cahaya penghambat, sedangkan apabila cahaya di bawah cahaya optimum maka intensitas cahaya tersebut merupakan intensitas cahaya pembatas.
89 3
NPP (mg C/m /5jam)
3/
0
5
10
NPP (mg C/m 5jam) 15 20 25
30
35
0
40
10
20
30
40
50
60
70
27.04
0.2
30.78
0.2
68.97
0.8 0.8
35.17
1.5
26.88
1.5 5.56
2.5
9.12
Stasiun A
Stasiun B 3
NPP (mg C/m /5jam) 0
10
20
30
40
50
60
70
26.79
0.2
61.75
1
2
3.5
23.50
6.69
Stasiun C
Gambar 11 Pola distribusi Produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiap stasiun pengamatan. Hubungan Unsur Hara dengan Produktivitas Primer bersih Hubungan antara produktivitas primer terhadap masing-masing nutrien dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa unsur hara mempunyai korelasi yang rendah dan beragam pada ketiga stasiun, hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi (R2) dibawah 50 % pada taraf α 0,05 (Tabel 14). Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa regresi linier tidak bisa menggambarkan hubungan antara masing-masing unsur hara (NO3-N, NO2-N, NH4-N, DIN, PO4-P dan SiO2) dengan nilai produktivitas primer bersih. Hal ini disebabkan karena konsentrasi unsur hara berada pada kisaran yang dibutuhkan oleh proses fotosíntesis fitoplankton dan sudah digunakan oleh fitoplankton.
90
Stasiun A 50
40
30 Y=11 5.35 (1-e
-0.000074X
)e
-0.0000337X
2
R =0.87 40
20
10
0 0
1 10
4
2 10
4
4
3 10
4 10
4
5 10
4
Inte nsita s Caha ya (Lux)
Stas iun B 100
80 Y = 101 .75 (1-e
60
-0.000078X
-0.000027X
)e
2
R = 0.87 88
40
20
0 0
1 10
4
2 10
4
3 10
4
4 10
4
5 10
4
6 10
4
7 10
4
Intensitas Cahaya (Lux) Stas iun C 80 70 60 50 40 Y= 1 077.099 (1-e
30
-7.8.10-6X
-0.000048X
)e
2
R = 0.91 60
20 10
Gambar 12 Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer bersih di 0 lokasi penelitian. 4 4 4 4 4 4 4 0
1 10
2 10
3 10
4 10
Inte nsitas Caha ya (Lux)
5 10
6 10
7 10
91
NPP (mgC/m 3/5jam)
NPP (mgC/m 3/5jam) 0
10
20
30
40
0
50
0 0.15
0.30
0.30
0.60
0.45
0.90
0.60
1.20
0.75
1.50 K e d a la m a n ( m )
K e d a la m a n ( m )
10
20
30
40
50
0
0.90 1.05 1.20 1.35 1.50
1.80 2.10 2.40 2.70 3.00
1.65
3.30
1.80 3.60
1.95 3.90
2.10
4.20
2.25
Stasiun B
Stasiun A
NPP (mgC/m 3/5jam) 0
10
20
30
40
50
60
0 0.35 0.70 1.05 1.40
Ke d alam an (m )
1.75 2.10 2.45 2.80 3.15 3.50 3.85 4.20 4.60
Gambar 13 Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer 4.95 bersih pada lapisan kolom air di lokasi penelitian. 5.30
Stasiun C
92 Pada stasiun A, plot sebaran nutrien cukup beragam dengan meningkatnya nilai produktivitas primer bersih sebaran konsentrasi nitrit, nitrat dan ortofosfat cenderung menurun, sedangkan dengan meningkatnya konsentrasi amonium, DIN dan silikat nilai produktivitas primer cenderung meningkat (Gambar 14). Pada stasiun ini kandungan amonium mempunyai korelasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang lain yaitu dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,4743 sedangkan nitrit mempunyai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,1121, nitrat sebesar 0,0154, DIN
sebesar 0,3265, PO4-P sebesar 0,0246 dan Silikat sebesar 0,05 (Tabel 14). Selama pengamatan di lokasi penelitian didapatkan rasio NH4+N: DIN berkisar antara 0,554 – 0,655 pada stasiun A, 0,547 – 0,642 pada stasiun B dan pada stasiun C berkisar antara 0,424 – 0,572. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Lonsdale et al. (2006) pada species Aurecoccus anophagellerens menunjukkan respon pertumbuhan yang cepat pada perubahan konsentrasi NH4+N atau urea daripada dengan perubahan NO3-N yang ada diperairan. Beberapa diatom cenderung bersaing dengan algae pada perairan dengan tingginya flux NO3-N, dimana pada daerah estuari konsentrasi DIN didominasi oleh NH4+N sepanjang periode dengan rasio NH4+N: DIN bervariasi antara 0,31 dan 1 dengan nilai tengah ~1. Malone (1980) dalam Blackburn & Sorensen (1988) menyatakan bahwa pada daerah
pesisir
sering
ditemukan
ketergantungan
ukuran
fitoplankton
dalam
memanfaatkan “new nitrogen” atau “regenerated nitrogen“, pada netplankton (>20µm) produktivitas diatur oleh allocthonous NO3-N, sedangkan nanoplankton (<20µm) produktivitasnya dikontrol oleh ketersediaan autocthonous NH4 –N. Pada stasiun B dengan regresi sederhana menunjukkan hasil bahwa unsur hara mempunyai korelasi yang rendah terhadap nilai produktivitas primer (Tabel 14, Gambar 15). Dari nilai koefisien determinasi, unsur hara PO4-P mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar 0,2407 (24,07 %), DIN sebesar 0,0572 (5,72%), nitrat sebesar 0,0006, nitrit sebesar 0,0819, ammonium sebesar 0,0253 dan Silikat sebesar 0,0422 (Tabel 14). Pada stasiun C dengan regresi sederhana menunjukkan hasil bahwa unsur hara mempunyai korelasi yang rendah terhadap nilai produktivitas primer (Tabel 14, Gambar 16). Dari nilai koefisien determinasi, unsur hara ammonium mempunyai nilai tertinggi yaitu
93 sebesar 0,155, DIN sebesar 0,0928, nitrat sebesar 0,0218, nitrit sebesar 0,0451, PO4-P sebesar 0,0055 dan Silikat sebesar 0,0404 (Tabel 14). Plot sebaran nutrien hampir di semua stasiun cenderung menurun dan mempunyai korelasi yang rendah dengan produktivitas primer bersih. Hal ini dapat disebabkan karena nutrien yang tersedia telah dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Tabel 14 Hubungan produktivitas primer bersih dengan unsur hara Stasiun Unsur Hara A Nitrat Nitrit Amonium DIN PO4-P Silikat B Nitrat Nitrit Amonium DIN PO4-P Silikat C Nitrat Nitrit Amonium DIN PO4-P Silikat
Persamaan Regresi Y = -6,098 X + 33,527 Y = -0,425 X + 38,919 Y = 0,365 X – 30,508 Y = 0,316 X -35,006 Y = -0,051X +29,64 Y = 0,415 X + 19,318 Y= -1,449 X + 35,339 Y= -0,341 X + 46,543 Y= -0,072 X + 44,074 Y= -0,012 X + 38,15 Y= -1,086 X + 48,034 Y= -0,697 X + 42,909 Y= -9,433 X + 44,846 Y= 0,284 X + 15,469 Y= -0,178 X + 55,82 Y= -0,130 X + 55,479 Y= -0,285 X + 33,308 Y= 0,287 X + 25,039
Koefisien Determinasi 0,0154 0,1121 0,4743 0,3265 0,0246 0,05 0,0006 0,0819 0,0253 0,0572 0,2407 0,0422 0,0218 0,0451 0,155 0,0928 0,0055 0,0404
Apabila dilakukan regresi berganda antara nilai konsentrasi unsur hara dengan produktivitas primer bersih menunjukkan nilai yang beragam pada masing-masing stasiun. Pada stasiun A didapatkan korelasi yang cukup untuk menggambarkan hubungan antara unsur hara dengan produktivitas primer bersih dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,6399 (63,99 %) dengan persamaan Y= -13,529 – 55,858 nitrit – 3105,49 nitrat + 207,628 amonium – 59,314 orthofosfat + 14,944 silikat. Sedangkan pada stasiun B dan C mempunyai korelasi yang rendah terhadap produktivitas primer dengan koefisien determinasi masing-masing sebesar 0,2682 (26,83 %) dan 0,3881 (38,81 %) dengan persamaan regresi Y= 65,979 + 1,064 nitrit + 94,900 nitrat – 48,495 amonium – 122,225 orhtofosfat – 54,55 silikat dan Y = -40,779 + 220,353 nitrit + 10637,362 nitrat – 285,290 amonium – 66,431 orthofosfat – 21,187 silikat.
94 Dari nilai tersebut di atas menunjukkan bahwa pada stasiun A, ketersediaan nutrien memberi pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas primer bersih dan telah terjadi pemanfaatan nutrien yang lebih besar bila dibandingkan pada stasiun B dan C. Ketersediaan nutrien ini mampu dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk proses pertumbuhannya dan mempengaruhi produksi fitoplankton dalam proses fotosintesis, sehingga mempengaruhi pula tingginya produktivitas primer yang dihasilkan. Hubungan Klorofil dengan Produktivitas primer bersih Hubungan antara klorofil-a dengan produktivitas primer bersih pada setiap kedalaman inkubasi selama pengamatan dianalisis dengan menggunakan regresi linier. Hasil analisis menunjukkan bahwa korelasi yang rendah di semua stasiun pengamatan, hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi pada stasiun A sebesar 0,0046, pada stasiun B sebesar 0,0317 dan pada stasiun C sebesar 0,0175 pada taraf
α 0,05.
Rendahnya kolerasi ini karena konsentrasi klorofil-a pada ketiga stasiun masih tergolong rendah yaitu pada stasiun A mempunyai kisaran klorofil-a antara 0,206 – 0,653 mg Chla/m3, di stasiun B sebesar 0,072 – 0,382 mg Chl-a/m3, sedangkan di stasiun C diperoleh nilai sebesar 0,127 – 0,767 mg Chl-a/m3 ( Lampiran 4, Gambar 17). Apabila dari nilai produktivitas primer ini dihubungkan dengan kelimpahan sel fitoplankton yang juga dianalisis dengan regresi sederhana didapatkan bahwa pada stasiun C kelimpahan sel menunjukkan hubungan yang erat terhadap produktivitas primer bersih yaitu dengan koefisien determinasi sebesar 0,5536 atau 55,36 %, sedangkan pada stasiun A dan stasiun B menunjukkan korelasi yang rendah antara produktivitas primer bersih dengan kelimpahan fitoplankton dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,0281 pada stasiun A dan 9 x 10-6 pada stasiun B. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh klorofil yang berada pada stasiun ini dapat memanfaatkan intensitas cahaya yang ada untuk berfotosintesis sehingga produktivitas primer bersih yang dihasilkan lebih tinggi.
95
50 NPP (mgC/m3/5jam)
NPP(mgC/m3/5jam)
50 40 30 20 y = -0.4245x + 38.919 R2 = 0.1121 10 0
40 30 20
y = -6.0986x + 33.527 R2 = 0.0154
10 0
0
10
20
30
40
50
60
0
0.5
1
NO2-N (uM)
2
2.5
50
40
NPP (mgC/m3/5jam)
NPP(mgC/m3/5jam)
50 y = 0.3652x - 30.508 R2 = 0.4743
30 20 10
40 30 20 y = -0.5058x + 29.64 R2 = 0.0246
10 0
0 0
50
100
150
200
0
250
5
10
15
20
PO4-P (uM)
NH4-N (uM)
50
50 NPP (mgC/m3/5jam)
NPP (mgC/m3/5jam)
1.5
NO3-N (uM)
40 30 20 y = 0.4152x + 19.318 R2 = 0.05
10
y = 0.3164x - 35.006 R2 = 0.3265
40 30 20 10 0
0 0
5
10
15
SiO2 (uM)
20
25
0
50
100
150
200
250
DIN (uM)
Gambar 14 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun A (n = 9 pada α 0,05).
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
NPP (mgC/m3/5jam)
NPP (mgC/m3/5jam)
96
y = -0.3412x + 46.543 R2 = 0.0819
0
20
40
60
80
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = -1.4497x + 35.339 R2 = 0.0006
0
100
0.5
NPP(mgC/m3/5jam)
NPP(mgC/m3/5jam)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = -0.0721x + 44.072 R2 = 0.0253
0
50
100
150
200
10
20
2.5
10
20
30
40
50
PO4-P (uM)
NPP (mgC/m3/5jam)
NPP (mgC/m3/5jam)
SiO2 (uM)
2
y = -1.0864x + 48.034 R2 = 0.2407
0
250
y = -0.6971x + 42.909 R2 = 0.0422
0
1.5
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
NH4-N (uM)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1
NO3-N (uM)
NO2-N (uM)
30
40
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = -0.0119x + 38.15 R2 = 0.0572
0
500
1000
1500
2000
DIN (uM)
Gambar 15 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun B (n = 12 pada α 0,05).
97
80
70 60
NPP (mgC/m3/5jam)
NPP (mgC/m3/5jam)
80 y = 0.2839x + 15.469 R2 = 0.0451
50 40 30 20 10 0 0
20
40
60
80
70 60
y = -9.4326x + 44.846 R2 = 0.0218
50 40 30 20 10 0
100
0
0.5
1
NO2-N (uM)
70 60
NPP(mgC/m3/5jam)
NPP(mgC/m3/5jam)
80
50 40 30 20
y = -0.1781x + 55.82 R2 = 0.155
10 0 0
50
100
150
200
80 70 60 50 40 30 20 10 0
2
2.5
250
y = -0.2854x + 33.308 R2 = 0.0055
0
10
NH4-N (uM)
20
30
PO4-P (uM)
80
80 70 60 50 40 30 20 10 0
NPP (mgC/m3/5jam)
NPP (mgC/m3/5jam)
1.5
NO3-N (uM)
y = 0.2874x + 25.039 R2 = 0.0404
70 60 50 40 30
y = -0.1301x + 55.479 R2 = 0.0928
20 10 0
0
10
20
30 SiO2 (uM)
40
50
60
0
50
100
150
200
250
300
DIN (uM)
Gambar 16 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun C (n = 12 pada α 0,05).
98
A
60 40 y = 2E-05x + 19.93 R2 = 0.0281
20 0 0
200
400
600
NPP (mg C/m3/jam)
NPP (mg C/m3/jam)
A 50 40 30 20 10 0
y = -6.1689x + 26.312 R2 = 0.0046
0
3
Kelimpahan sel (x 10 sel/L)l
0.2
B
200
400
600
800
NPP (mg C/m3/jam)
NPP (mg C/m3/jam)
0 0
0.8
Khlorofil-a (mg/m )
y = 2E-06x + 32.428 R2 = 0.0003
50
0.6 3
B 100
0.4
y = -25.862x + 40.24 R2 = 0.0342
100 80 60 40 20 0 0
3
0.2
0.4
Kelimpahan sel (x10 sel/L)
0.6
0.8
3
Klorofil-a (mg/m )
80
C NPP (mg C/m3/jam)
NPP (mg C/m3/jam)
C y = 0.0002x + 2.8258 R2 = 0.5536
60 40 20 0 0
100
200
300
Kelimpahan sel (x 103 sel/L)
400
80
y = 17.391x + 25.469 R2 = 0.0175
60 40 20 0 0
0.5
1 3
Klorofil-a (mg/m )
Gambar 17 Pola Hubungan antara NPP dengan kelimpahan sel, dan Klorofil –a di setiap stasiun (n = 12 pada α 0,05).
99 SIMPULAN 1. Nilai kisaran produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiga periode pengamatan di perairan pantai Selat Madura yaitu pada stasiun A didapatkan produktivitas primer bersih sebesar 5,563 – 35,11 mgC/m3/5jam, pada stasiun B sebesar 9,12 – 68,976 mgC/m3/5jam dan pada stasiun C sebesar 6,596 – 61,758 mgC/m3/5jam. 2. Intensitas cahaya pada kolom perairan memberi pengaruh yang nyata terhadap nilai produktivitas primer bersih dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,8740 (87,40 %) pada stasiun A, sedangkan pada stasiun B sebesar 0,8789 (87,89 %) dan pada stasiun C sebesar 0,9160 (91,60 %). Nilai optimum intensitas cahaya masing-masing di stasiun A, B, dan C adalah sebesar 15 802 Lux (308,5 µmol photon/m2/detik); 17 470 Lux (341,2 µmol photon/m2/detik); 19 164 – 19 676 Lux (374,3 – 384,3 µmol photon/m2/detik) dengan NPP sebesar 7,78 mgC/m3/jam; 7,87 mgC/m3/jam dan 9,93 mgC/m3/jam. 3. Unsur hara memberikan pengaruh yang rendah terhadap produktivitas primer bersih fitoplankton.
Saran Perlu dilakukan penelitian tentang produktivitas primer fitoplankton secara periodik pada musim yang berbeda sehubungan dengan kondisi fisika-kimia dan biologi dengan memperbanyak stasiun pengamatan di perairan Selat Madura.
100 DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA). 1998. Standard Methods for the Examinition of Water and Waste Water. 20th Ed. Amer.Publ. Health Assciation Inc. Wangsington Andriani. 2004. Analisis Hubungan Parameter Fisika-Kimia dan Klorofil-a dengan Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Pantai Kabupaten Luwu. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Alianto. 2006. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya Dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Alongi D. M. 1998. Coastal ecosystem Processes. CRC Press. Washington, DC. Alpine, A.E. & Cloern. J.E. 1988. Phytoplankton growth rate in a light-limited environment, San Francisco Bay. Mar. Ecol. Prog. Ser. 44: 167-173. Blackburn, T.H. dan Sorensen. J. 1988. Nitrogen Cycling in Coastal Marine Environments. John Willey & Sons. Boney, C. A. D. 1975. Phytoplankton. 1st Ed. The Camelot Press Ltd. Southhampton. Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University. Alabama Browner, J.E., Zar, J.H. dan Von Ende, C.N. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. 3rd Ed. Wm. C. Brown Publ. New York 237 p. Cervetto, G., Mesones, C., Calliari D. 2002. Phytoplankton Biomass and its Realitionship to Environmental Variables in a Disturbed Coastal Area of The Rio De La Plata Uruguay, before the New Sewage Collector System. Atlantica Rio Grande 24 (1) : 45-54 Cole, G.A. 1988. Texbook of limnology. 3rd E. Waveland Press. Inc. Illionis. Damar, A. 2003. Effects of Enrichment on Nutrient Dynamics, Phytoplankton Dynamics and Productivity in Indonesian Tropical Water: A Comparison Between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. Ph.D Dissertation Christian Albrechts University. Kiel.Germany. Davis, G.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State. University Press USA Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius Yogyakarta.
101 Goes, J.I, Sasaoka K., Gomes, H. D. R., Sei-Ichi, S. dan Toshiro, S. 2004. A Comparison of the Seasonality and Interannual Variability of Phytoplankton Biomass and Production in the Western and Eastern Gyres of the Subartic Pacific Using Mulati Sensor Satellite Data. Jour. Of Oceanography. 60: 75-91 Grasshoff, K., Erhardt, M., dan Kremling K. 1983. Methods of Seawater Analysis Weinheim Chemie. Grobbelar, J.U. 1985. Phytoplankton Productivity in turbid waters. Jour. Of Plankton Res. 7: 653-663. Hutagalung, H.P. 1988. Pengaruh Suhu air terhadap Kehidupan Organisme Laut. Oseana VIII (4) LON –LIPI Jakarta. Jeffries, M. dan Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. John Wiley and Sons. Chichester. UK. 285 p. Jumarang, M.I. 1999. Studi Karakteristik Oceanografi Pantai untuk Penanaman Kembali Mangrove di Pantai Siwa Kabupaten Wojo. Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA Unhas. Makassar. Kaswaji, R.F. 1999. Pengaruh Angin Terhadap Penyebaran Biomassa Fitoplankton di Teluk Pelabuhan Ratu. Jurnal ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia VI(2): 61-72. Kirk, J. T. O. 1994. Light and Photosynthesis in Aquatic Ecosystems. Cambridge University Press. Cambridge. Legendre, L. dan Legendre, P. 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific Publ. Co. New York. Lonsdale, D.J., Greenfield, D.I., Hillebrand, E.M., Nuzzi, R. dan Taylor, G.T. 2006. Contrasting microplanktonic composition and food web structure in two coastal embayments (Long Island NY. USA). Jour. Plankton Res. 28 (10):907-918 Mann, K.H. 1982. Ecology of Coastal Waters : A. System Approach. Blackwell Scientific Publication. Boston Mann, K.H. dan Lazier, J.R.N., 1991. Dynamics of Marine Ecosystems. Blackwell Scientific Publication. Oxford. Margalef, R. 1989. Ecología. Editorial Omega. Barcelona. 951pp. Miller, C. B. 2004. Biological Oceanography. Blackwell Publishing. Oxford.
102 Mizuno, T. 1970. Illustrations of Freshwater Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd. Osaka. 354p Millero, F. J. dan Sohn, M. L. 1991. Chemical Oceanography. CRC Pres, Boca Raton Ann Arbor London. Nixon, S.W., dan Pilson, M.E.Q. 1983. Nitrogen in Estuarine and Coastal Marine Ecosistem. In Carpenter Edward J. and Douglas G Capone in Nitrogen in the Marine Environment. Academic Press. pp. 565-648 Nybakken J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta. Nontji, A. 1984. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta serta Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Disertasi. Pascasarjana IPB. Bogor. Nuryanto S. 2001 Model Eutrofikasi Akibat Kegiatan Perikan Sistem Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Saguling Jawa Barat. Tesis. IPB. Bogor. Odum, E..P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Samingan, T. Dan Sri Gandono, B. Cet.- 3. Gajah Mada Press. IKAPI. Yogyakarta. 571 p. Parsons, T.R., Takhashi, M. dan Hargrave, B. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third Ed. Pergamon Press. Oxford. Paasche, E. 1988. Pelagic Primary Production in Nearshore Waters in Blackburn, T.H. and Sorensen. J. 1988. Nitrogen Cycling in Coastal Marine Environments. John Willey & Sons. Pennock, JR. 1985. Chlorophill Distribution in the Delaware Estuary: Regulation by light-limitation. Estur.Coast.Shelf.Sci. 21:711-725 Platt, T., Gallegos, C.L., dan Harrison, W.G. 1980. Photoinhibition of Photosynthesis in natural Assemblages of marine phytoplankton. Jour. Mar. Res. 38: 687-701 Putri, E. P.S.W. 2006. Fluktuasi Pasang Surut Berdasarkan Musim di Perairan Perak Surabaya. Skripsi. Unijoyo. Bangkalan. Raymont, J.E.G. 1963. Plankton and Produktivity in the Ocean. Mc. Millan Co. New York. Riley, J.P. dan Chester. R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. Academic Press. London and New York. Ruttner, F. 1973. Fundamental of Limnology. Third Edition. University of Toronto Press Canada.
103 Sanders, J.G., Cibik S.J., D’Elia C.F. dan Boynton W.R. 1987. Nutrient enrichment studies in a coastal plain estuary : changes in phytoplankton species composition. Can J. Fish Aquat.Sci. 44 : 83-90 Setiawan B. 2005. Studi Pola Sirkulasi Air Laut Akibat Pasang Surut pada Alur Pelayaran Tanjung Perak di Selat Madura. Jurnal Elektronik. Institut Tekhnologi Surabaya. Sigee, D. C. 2005. Freshwater Microbiology: Biodervisity and dynamic interactions of microorganisms in the freshwater environment. John Wiley & Sons Ltd. England. Steel R. G. D. dan Torrie J.H. 1980. Principles and Procedures of Statistics, a biometrical Approach (second edition). Mc.Graw Hill Kigakusha Ltd., Tokyo. Spencer, C.P. 1975. The Micronutrient Element. In Chemical Oceanography. Vol. 2 Ed. J.P. Riley and G. Skirrow. Academic Press. New York. Tambaru R. 2000. Pengaruh Intensitas Cahaya pada berbagai Waktu Inkubasi Terhadap Prodduktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Teluk Hurun. Tesis Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Umaly, R. C. dan Cuvin, L. A. 1988. Limnology : Laboratory and Field Guide PhysicoChemical Factor, Biology Factor. National Book Store Publ., Manila. Underwood, G.J.C. dan Kromkamp, J. 1999. Primary production by Phytoplankton and microphytobenthos in estuaries. In:Advances in Ecological Research. Estuaries Nedwell, DB & DJ Raffaelli (eds). Academic Press. 93-154. Wafar, M., Helguen S. L, Raikar, V., Moguer J. F. dan Corre, P. L. 2004. Nitrogen Uptake By Size- Fractioned Plankton in Permanently Well-Mixed Temperate Coastal Water. Jour of Plankton Res. 26(10): 1207-1218 Wetzel, R.G. 1983. Limnology. W.B. Sounder Company. Philidelphia. Wofsy, S.C. 1983. A simple model to predict extinction coefficients and phytoplankton biomass in eutrophic waters. Limnol. Oceanogr. 28: 1144-1155. Wotton. 1994. The Biology of Particles in Aquatic Systems. Lewis Publishers. London. Yamaji, C. S. 1979. Illustration of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publ. Co. Ltd.Japan
104 Lampiran 1 Intensitas cahaya (lux) di permukaan air pada perairan Selat Madura. Jam Tgl 6.00 6.10 6.20 6.30 6.40 6.50 7.00 7.10 7.20 7.30 7.40 7.50 8.00 8.10 8.20 8.30 8.40 8.50 9.00 9.10 9.20 9.30 9.40 9.50 10.00 10.10 10.20 10.30 10.40 10.50 11.00 11.10 11.20 11.30 11.40 11.50 12.00 12.10 12.20 12.30 12.40 12.50
Pengamatan ke-1 29 Maret 2007 900 1 050 1 200 1 750 2 600 2 760 20 200 23 300 58 300 61 800 65 000 76 600 76 400 20 100 53 100 78 500 68 800 15 800 70 800 76 000 83 000 86 300 22 900 92 400 96 800 18 400 17 800 97 700 101 700 105 800 112 300 123 200 115 200 98 500 30 400 35 700 24 200 28 000 22 100 16 800 22 600 23 500
Pengamatan ke-2 5 April 2007 5 200 6 800 8 400 18 700 20 300 26 500 31 600 35 900 40 300 42 500 43 000 54 900 38 400 40 100 27 200 23 700 23 200 76 400 81 300 86 000 84 700 90 600 91 500 91 000 94 500 95 600 99 200 100 200 103 100 105 700 107 400 109 900 108 700 109 300 105 500 110 900 113 200 109 000 108 800 105 700 101 100 97 400
Pengamatan ke-3 12 April 2007 4 800 5 300 6 500 6 900 7 300 10 800 16 700 21 600 23 000 24 000 31 300 36 600 34 800 40 700 46 700 51 000 56 700 56 500 54 300 30 700 27 100 64 700 70 800 82 400 75 600 82 100 89 300 76 000 97 400 98 100 100 200 100 500 99 200 100 600 100 700 102 200 98 300 98 800 97 000 97 600 93 800 91 400
105 Lanjutan Lampiran 1. 13.00 23 200 13.10 23 500 13.20 25 100 13.30 24 400 13.40 25 900 13.50 20 800 14.00 19 700 14.10 14 800 14.20 14 100 14.30 15 900 14.40 18 500 14.50 20 300 15.00 19 800 15.10 16 300 15.20 15 300 15.30 10 800 15.40 11 400 15.50 15 700 16.00 11 300 16.10 12 500 16.20 10 700 16.30 9 760 16.40 8 342 16.50 7 685 17.00 7 300 17.10 6 900 17.20 6 500 17.30 900
97 100 96 900 95 200 92 400 92 000 91 100 84 400 81 500 78 000 70 600 69 900 61 500 67 800 38 400 22 800 17 700 47 900 37 800 42 000 30 400 25 800 20 400 14 600 6 200 5 300 4 800 2 600 250
90 300 86 600 83 400 76 400 50 700 51 600 12 100 13 900 42 500 21 900 13 900 14 700 17 800 29 300 40 400 20 600 13 800 7 900 8 400 7 600 7 100 6 900 6 100 5 800 4 800 1 750 800 200
106 Lampiran 2 Intensitas cahaya (Lux) pada kolom lapisan permukaan perairan. Jam Tgl 6.00 6.10 6.20 6.30 6.40 6.50 7.00 7.10 7.20 7.30 7.40 7.50 8.00 8.10 8.20 8.30 8.40 8.50 9.00 9.10 9.20 9.30 9.40 9.50 10.00 10.10 10.20 10.30 10.40 10.50 11.00 11.10 11.20 11.30 11.40 11.50 12.00 12.10 12.20 12.30 12.40 12.50
Pengamatan ke-1 29 Maret 2007 810 945 1 080 1 575 2 340 2 484 18 180 20 970 52 470 55 620 58 500 68 940 68 760 18 090 47 790 70 650 61 920 14 220 63 720 68 400 74 700 77 670 20 610 83 160 87 120 16 560 16 020 87 930 91 530 95 220 101 070 110 880 103 680 88 650 27 360 32 130 21 780 25 200 19 890 15 120 20 340 21 150
Pengamatan ke-2 5 April 2007 4 680 6 120 7 560 16 830 18 270 23 850 28 440 32 310 36 270 38 250 38 700 49 410 34 560 36 090 24 480 21 330 20 880 68 760 73 170 77 400 76 230 81 540 82 350 81 900 85 050 86 040 89 280 90 180 92 790 95 130 96 660 98 910 97 830 98 370 94 950 99 810 101 880 98 100 97 920 95 130 90 990 87 660
Pengamatan ke-3 12 April 2007 4 320 4 770 5 850 6 210 6 570 9 720 15 030 19 440 20 700 21 600 28 170 32 940 31 320 36 630 42 030 45 900 51 030 50 850 48 870 27 630 24 390 58 230 63 720 74 160 68 040 73 890 80 370 68 400 87 660 88 290 90 180 90 450 89 280 90 540 90 630 91 980 88 470 88 920 87 300 87 840 84 420 82 260
107 Lanjutan Lampiran 2. 13.00 20 880 13.10 21 150 13.20 22 590 13.30 21 960 13.40 23 310 13.50 18 720 14.00 17 730 14.10 13 320 14.20 12 690 14.30 14 310 14.40 16 650 14.50 18 270 15.00 17 820 15.10 14 670 15.20 13 770 15.30 9 720 15.40 10 260 15.50 14 130 16.00 10 170 16.10 11 250 16.20 9 630 16.30 8 784 16.40 7 507,8 16.50 6 916,5 17.00 6 570 17.10 6 210 17.20 5 850 17.30 810
87 390 87 210 85 680 83 160 82 800 81 990 75 960 73 350 70 200 63 540 62 910 55 350 61 020 34 560 20 520 15 930 43 110 34 020 37 800 27 360 23 220 18 360 13 140 5 580 4 770 4 320 2 340 225
81 270 77 940 75 060 68 760 45 630 46 440 10 890 12 510 38 250 19 710 12 510 13 230 16 020 26 370 36 360 18 540 12 420 7 110 7 560 6 840 6 390 6 210 5 490 5 220 4 320 1 575 720 180
108 Lampiran 3 Intensitas cahaya (Lux) pada berbagai kedalaman inkubasi. Sta
Pengamatan ke-
A
1
2
3
B
1
2
3
C
1
3
Ked. (m)
jam 09.00 ICM %
jam 10.00 ICM %
jam 11.00 ICM %
jam 12.00 ICM %
jam 13.00 ICM %
jam 14.00 ICM %
Jumlah ICM
Rerata
0,2
34562,876
48,818
47255,457
48,818
54822,188
48,818
11813,864
48,818
11325,688
48,818
9617,071
48,818
169397,144
28232,857
0,8
5515,846
7,791
7541,440
7,791
8749,005
7,791
1885,360
7,791
1807,453
7,791
1534,776
7,791
27033,880
4505,647
1,5
648,308
0,916
886,387
0,916
1028,319
0,916
221,597
0,916
212,440
0,916
180,391
0,916
3177,443
529,574
0,2
45237,610
55,643
52582,462
55,643
59760,385
55,643
62987,669
55,643
15707,304
16,176
46962,537
55,643
283237,966
47206,328
0,8
7793,400
9,586
9058,749
9,586
10295,340
9,586
10851,327
9,586
6686,750
6,886
8090,565
9,586
52776,132
8796,022
1,5
1001,518
1,232
1164,126
1,232
1323,039
1,232
1394,488
1,232
2468,960
2,543
1039,706
1,232
8391,838
1398,640
0,2
27518,693
50,679
38313,319
50,679
50780,351
50,679
49817,451
50,679
45763,131
50,679
6132,158
50,679
218325,104
36387,517
0,8
4913,424
9,049
6840,789
9,049
9066,760
9,049
8894,835
9,049
8170,942
9,049
1094,888
9,049
38981,639
6496,940
1,5
658,314
1,212
916,548
1,212
1214,790
1,212
1191,755
1,212
1094,766
1,212
146,696
1,212
5222,870
870,478
0,2
45062,583
63,648
61610,990
63,648
71476,386
63,648
15402,747
63,648
14766,270
63,648
12538,600
63,648
220857,577
36809,596
0,8
15938,118
22,511
21791,099
22,511
25280,377
22,511
5447,775
22,511
5222,660
22,511
4434,759
22,511
78114,788
13019,131
1,5
4740,544
6,696
6481,421
6,696
7519,252
6,696
1620,355
6,696
1553,399
6,696
1319,050
6,696
23234,021
3872,337
2,5
838,552
1,184
1146,494
1,184
1330,075
1,184
286,624
1,184
274,780
1,184
233,326
1,184
4109,850
684,975
0,2
52697,888
64,819
61254,003
64,819
69615,661
64,819
73375,166
64,819
62939,298
64,819
54707,279
64,819
374589,295
62431,549
0,8
19686,735
24,215
22883,105
24,215
26006,830
24,215
27411,296
24,215
23512,693
24,215
20437,397
24,215
139938,056
23323,009
1,5
6241,432
7,677
7254,801
7,677
8245,139
7,677
8690,407
7,677
7454,404
7,677
6479,420
7,677
44365,603
7394,267
2,5
1209,442
1,488
1405,809
1,488
1597,713
1,488
1683,995
1,488
1444,487
1,488
1255,558
1,488
8597,005
1432,834
0,2
35769,086
65,873
49800,054
65,873
66004,833
65,873
64753,244
65,873
59483,397
65,873
7970,644
65,873
283781,258
47296,876
0,8
14025,048
25,829
19526,586
25,829
25880,476
25,829
25389,728
25,829
23323,423
25,829
3125,287
25,829
111270,548
18545,091
1,5
4704,718
8,664
6550,216
8,664
8681,635
8,664
8517,013
8,664
7823,869
8,664
1048,381
8,664
37325,832
6220,972
2,5
988,237
1,820
1375,888
1,820
1823,598
1,820
1789,019
1,820
1643,422
1,820
220,215
1,820
7840,378
1306,730
0,2
47934,358
67,704
65537,370
67,704
76031,474
67,704
16384,343
67,704
15707,304
67,704
13337,667
67,704
234932,516
39155,419
1
15350,817
21,682
20988,123
21,682
24348,824
21,682
5247,031
21,682
5030,211
21,682
4271,343
21,682
75236,349
12539,391 3020,871
2
3698,173
5,223
5056,259
5,223
5865,887
5,223
1264,065
5,223
1211,831
5,223
1029,011
5,223
18125,226
3,5
437,291
0,618
597,878
0,618
693,613
0,618
149,470
0,618
143,293
0,618
121,676
0,618
2143,221
357,204
0,2
55043,267
67,704
63980,181
67,704
72713,983
67,704
76640,809
67,704
65740,482
67,704
57142,087
67,704
391260,809
65210,135
1
17627,421
21,682
20489,438
21,682
23286,409
21,682
24543,962
21,682
21053,168
21,682
18299,561
21,682
125299,959
20883,327
2
4246,631
5,223
4936,121
5,223
5609,940
5,223
5912,898
5,223
5071,929
5,223
4408,556
5,223
30186,076
5031,013
3,5
502,144
0,618
583,673
0,618
663,349
0,618
699,172
0,618
599,731
0,618
521,291
0,618
3569,359
594,893
0,2
37965,548
69,918
52858,111
69,918
70057,972
69,918
68729,528
69,918
63136,077
69,918
8460,094
69,918
301207,329
50201,222
1
13828,625
25,467
19253,113
25,467
25518,015
25,467
25034,140
25,467
22996,774
25,467
3081,517
25,467
109712,184
18285,364
2
3913,052
7,206
5448,006
7,206
7220,771
7,206
7083,850
7,206
6507,341
7,206
871,969
7,206
31044,989
5174,165
3,5
589,007
1,085
820,054
1,085
1086,897
1,085
1066,288
1,085
979,509
1,085
131,252
1,085
4673,008
778,835
109 Lampiran 4 Hasil pengukuran parameter utama di perairan pantai Selat Madura. Sta A
Pengamatan ke 1
Total 2
Total 3
B
Total Total rataan 1
Total 2
Total 3
C
Total Total rataan 1
Ked. (m) 0,2 0,8 1,5 0,2 0,8 1,5 0,2 0,8 1,5
0,2 0,8 1,5 2,5 0,2 0,8 1,5 2,5 0,2 0,8 1,5 2,5
0,2 1 2 3,5
NO2-N 28,261 39,130 34,239 101,630 44,565 55,435 44,565 144,565 17,391 17,391 39,130 73,913 106,703 25,543 20,652 25,543 52,717 124,457 223,370 426,087 826,630 1600,543 3076,630 39,130 28,261 66,304 9,783 143,478 1114,855 39,130 33,696 41,848 55,435
NO3-N 2,043 1,824 1,809 5,675 1,109 1,211 1,269 3,589 1,605 1,590 1,867 5,063 4,776 2,028 2,159 2,203 1,926 8,316 1,196 1,211 1,342 1,109 4,858 1,459 1,576 1,663 1,444 6,142 6,439 2,072 1,882 2,013 2,101
Unsur hara (µM) NH4-N PO4-P 205,625 13,457 126,793 13,624 126,793 13,624 459,211 40,705 141,205 18,821 151,945 14,714 141,205 13,699 434,355 47,234 122,840 5,494 193,675 5,494 128,638 4,655 445,153 15,643 446,240 34,527 205,625 11,948 137,464 11,864 190,087 14,882 205,625 19,995 738,802 58,688 99,161 15,301 120,869 11,445 128,638 17,229 118,355 21,574 467,023 65,548 51,961 4,907 188,877 4,320 190,087 5,410 205,625 6,080 636,550 20,717 614,125 48,318 205,625 17,564 138,675 13,205 205,625 13,792 205,625 13,960
SiO2 0,731 1,238 0,524 2,492 17,476 15,358 20,441 53,276 22,348 12,181 7,254 41,783 32,517 21,924 13,240 15,994 29,301 80,459 3,074 12,393 14,935 10,275 40,677 7,945 10,699 12,181 18,535 49,360 56,832 22,136 13,664 24,254 38,868
DIN 235,929 167,747 162,841 566,517 186,879 208,590 187,040 582,509 141,836 212,657 169,636 524,129 557,718 233,197 160,276 217,834 260,268 871,575 323,727 548,167 956,610 1720,007 3548,512 92,550 218,713 258,055 216,852 786,171 1735,419 246,827 174,252 249,486 263,161
Kelimpahan (sel / L) 174372 44440 21193 240005 307560 484880 424050 1456495 189750 146850 241450 578050 758183,556 742500 342375 56100 302016 1442991 317350 308000 167750 167640 960740 194700 84150 555500 156200 990550 1131427 302016 306350 288200 2383
Klorofil (mg/m3) a b c 0,388 1,488 1,804 0,266 1,009 1,190 0,571 3,621 4,385 1,225 6,118 7,379 0,638 2,177 1,705 0,653 2,863 2,690 0,414 7,597 1,749 2,931 18,755 13,523 0,253 0,754 0,936 0,247 0,732 0,938 0,206 0,649 0,810 0,707 2,136 2,684 1,621 9,003 7,862 0,215 0,794 0,968 0,382 1,428 1,716 0,216 0,773 0,976 0,361 1,449 0,666 1,174 4,444 4,326 0,712 2,480 10,377 0,371 5,745 1,342 0,072 1,788 0,964 0,285 12,749 0,758 1,440 22,762 13,442 0,197 0,582 0,773 0,161 0,664 0,802 0,189 0,654 0,813 0,196 0,669 0,847 0,743 2,569 3,234 1,119 9,925 7,001 0,768 3,497 1,540 0,234 0,804 0,994 0,277 1,027 1,243 0,205 0,753 0,947
NPP 3 (mg C/m /5jam) 36,95 18,84 0,59 56,376 23,70 39,07 8,10 127,246 31,70 47,43 8,00 87,122 90,248 31,24 52,34 19,45 8,75 111,78 8,34 81,66 30,14 8,81 128,94 41,55 72,93 31,06 9,80 155,34 132,02 40,71 51,45 19,78 9,13
110 Lanjutan Lampiran 4. Total 2
Total 3
Total Total rataan
0,2 1 2 3,5 0,2 1 2 3,5
170,109 50,000 85,326 82,609 44,565 262,500 39,130 39,130 50,000 39,130 167,391 200,000
8,068 1,065 1,226 1,123 1,517 4,931 1,605 1,503 1,634 1,576 6,317 6,439
755,551 116,070 139,377 128,181 122,468 506,096 139,377 32,354 192,533 136,322 500,586 587,411
58,521 11,445 14,211 12,115 27,706 65,478 7,589 9,601 6,919 5,158 29,267 51,088
98,922 2,227 5,192 8,581 7,097 23,096 5,615 53,350 6,674 5,404 71,044 64,354
933,727 167,135 225,929 211,913 168,551 773,528 180,112 72,987 244,167 177,028 674,294 793,850
898949 167640 283250 161700 102300 714890 156200 242550 64350 22550 485650 699830
1,483 0,179 0,227 0,190 0,260 0,857 0,144 0,127 0,147 0,135 0,553 0,965
6,080 2,241 0,748 0,787 0,673 4,449 0,52 0,489 0,5 0,532 2,041 4,190
4,724 0,768 0,878 0,822 0,862 3,329 0,673 0,622 0,650 0,800 2,745 3,599
121,07 8,74 71,44 30,23 8,99 119,41 30,94 62,38 20,49 9,88 123,69 121,39
111
Lampiran 5 Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-1. Jenis Baccillariophyceae Hyalodiscus sp Stephonopyxis sp Skeletonema sp Dactyliosolen sp Detonula sp Guinardia sp Thalassiosira sp Coscinodiscus sp Planktoniella Actinoptychus Rhizosolenia sp Bacteriastrum Chaetoceros sp Biddulphia sp Triceratium Hemiaulus Dithylum Eucampia sp Streptotheca sp Flagilaria Thallassionema sp Navicula sp Pleurosigma sp Nitzschia sp Amphora Bacillaria sp Pseudonitzschia Diatoma sp Sub Total Dinophyceae Dinophysis sp Gymnodinium sp Gyrodinium sp Peridinium sp Noctiluca Ceratium Gonyoulax sp Sub Total JUMLAH SEL Jumlah Jenis
I-0
I-1
I-2
II-0
II-1
II-2
II-3
III-0
III-1
III-2
III-3
0 0 0 132 0 0 114048 0 0 660 924 132 14652 1056 132 0 132 10164 132 0 1056 264 792 924 0 1320 27588 0
0 0 0 0 0 0 9790 1430 0 0 880 0 14300 440 0 0 0 0 0 0 0 880 1430 1320 0 6050 7700 0
73 0 0 0 0 0 4327 1027 0 0 1393 0 1540 73 0 147 0 807 0 0 147 880 3300 1687 73 220 5207 0
264 0 2112 132 0 396 394548 4092 0 0 2376 2376 51744 2376 0 0 0 8316 132 12276 264 2904 4620 4620 0 8316 31944 0
0 0 0 0 0 550 605000 8250 0 0 2750 1100 52800 1650 1650 0 0 0 550 4950 0 12100 7700 15400 0 5500 10450 0
0 0 7975 0 0 1100 294250 9625 0 0 825 0 5500 275 0 3300 0 0 0 0 0 8800 2200 5500 0 0 2750 3025
183 0 8983 0 0 550 3667 6417 183 0 3117 0 4583 183 3483 0 0 2200 183 0 0 2567 3483 1100 183 1283 13017 0
0 0 1056 528 0 0 253044 528 0 0 528 5940 792 132 132 0 0 0 132 28776 924 6600 0 1452 0 0 792 0
1100 0 0 0 0 3850 261800 3300 0 0 1100 0 2750 5500 0 0 0 0 0 7700 0 9900 1100 0 0 5500 0 0
0 0 0 0 0 0 262350 2200 0 0 550 0 0 550 550 0 0 0 0 10450 0 5500 550 1650 0 0 2750 0
0 0 0 0 0 0 550 183 0 0 0 0 0 0 183 0 0 0 550 0 0 183 0 367 0 0 0 2933
174108
44220
20900
533808
730400
345125
55367
301356
303600
287100
4950
0 0 264 0 0 0 0 264
110 0 0 110 0 0 0 220
0 0 0 0 0 293 0 293
132 2112 0 528 396 132 0 3300
1100 7150 0 0 1100 2750 0 12100
0 0 0 275 0 0 0 275
0 0 183 367 0 183 0 733
0 660 0 0 0 0 0 660
0 0 0 2750 0 0 0 2750
0 0 0 550 0 0 550 1100
0 183 0 183 0 0 0 367
174372
44440
21193
537108
742500
345400
56100
302016
306350
288200
5317
17
11
15
24
19
14
21
16
12
12
8
Ket: I, II, III menunjukkan stasiun 0, 1, 2,… menunjukkan kedalaman
112
Lampiran 6. Kelimpahan fitoplankton (sel /L) pada pengamatan ke-2 Jenis Baccillariophyceae Hyalodiscus sp Stephonopyxis sp Skeletonema sp Dactyliosolen sp Detonula sp Guinardia sp Thalassiosira sp Coscinodiscus sp Planktoniella Actinoptychus Rhizosolenia sp Bacteriastrum Chaetoceros sp Biddulphia sp Triceratium Hemiaulus Dithylum Eucampia sp Streptotheca sp Flagilaria Thallassionema sp Navicula sp Pleurosigma sp Nitzschia sp Amphora Bacillaria sp Pseudonitzschia Diatoma sp Sub Total Dinophyceae Dinophysis sp Gymnodinium sp Gyrodinium sp Peridinium sp Noctiluca Ceratium Gonyoulax sp Sub Total JUMLAH SEL Jumlah Jenis
I-0
I-1
I-2
II-0
II-1
II-2
II-3
III-0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 194832 187440 304700 1848 880 550 0 0 0 0 0 0 792 1320 550 0 1320 0 61116 272800 95700 1584 440 0 0 0 0 0 0 0 1848 1320 0 24948 0 0 0 440 0 0 0 0 0 0 0 9768 5720 4400 132 0 0 7920 10560 11000 0 0 0 0 0 0 2640 1320 6050 0 0 0
0 0 528 0 0 0 0 0 5016 0 264 0 113388 116600 132 2200 0 0 0 0 528 550 1320 550 41580 177100 132 1100 0 0 0 0 132 0 2376 1100 0 0 0 0 0 0 3300 8800 0 0 4224 4400 0 0 0 0 3960 2200 0 0
1650 0 35200 0 0 0 89650 550 0 0 2200 0 61050 0 0 0 0 105600 0 0 0 1650 0 7150 0 0 0 1100
0 0 0 0 0 0 74250 0 0 0 6050 0 56100 0 0 0 0 8250 1100 0 0 2750 0 16500 0 0 0 0
307428
483560
422950
176880
314600
305800
165000 166980
0 0 0 132 0 0 0 132
440 0 0 880 0 0 0 1320
0 0 0 550 550 0 0 1100
0 0 0 396 0 0 0 396
1650 0 550 0 550 0 0 2750
0 550 0 1100 0 0 550 2200
307560
484880
424050
177276
317350
308000
12
13
9
15
13
12
III-1
III-2 III-3
0 0 0 0 132 0 0 0 528 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 121176 194700 84150 56650 132 2750 1100 0 0 0 0 0 792 0 0 0 1056 0 0 0 132 0 0 7700 33660 30250 59950 31350 396 1650 550 0 0 1100 0 0 132 550 0 0 0 550 550 0 0 0 4400 0 0 2200 550 0 0 0 0 0 0 20350 0 0 1848 3300 3850 550 132 0 0 0 6072 19800 3300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 792 4400 1650 5500 0 0 0 0
0 0 1100 1100 0 0 550 2750
132 0 396 132 0 0 0 660
167750 167640
10
Ket: I, II, III menunjukkan stasiun 0, 1, 2,… menunjukkan kedalaman
17
281600
160050
101750
0 1100 0 550 0 0 0 1650
550 0 1100 0 0 0 0 1650
0 0 550 0 0 0 0 550
283250
161700
102300
12
11
6
113
Lampiran 7 Kelimpahan fitoplankton (sel /L) pada pengamatan ke-3. Jenis Baccillariophyceae Hyalodiscus sp Stephonopyxis sp Skeletonema sp Dactyliosolen sp Detonula sp Guinardia sp Thalassiosira sp Coscinodiscus sp Planktoniella Actinoptychus Rhizosolenia sp Bacteriastrum Chaetoceros sp Biddulphia sp Triceratium Hemiaulus Dithylum Eucampia sp Streptotheca sp Flagillaria Thallassionema sp Navicula sp Pleurosigma sp Nitzschia sp Amphora Bacillaria sp Pseudonitzschia Diatoma sp Sub Total
I-0
0 0 13200 26950 0 550 91850 0 0 0 1100 0 37950 0 0 0 0 0 0 1100 0 2200 0 2750 0 1100 6050 550 185350
Dinophyceae Dinophysis sp Gymnodinium sp Gyrodinium sp Peridinium sp Noctiluca Ceratium Gonyoulax sp Sub Total
0 550 3850 0 0 0 0 4400
JUMLAH SEL Jumlah Jenis
189750 14
I-1
I-2
II-0
0 0 0 0 0 0 14300 4400 3850 1100 0 0 0 0 0 550 0 0 96250 215050 1051050 550 0 1100 0 0 0 0 0 0 0 1100 0 0 0 0 0 4400 22000 0 0 0 0 0 0 2200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1650 8800 0 6600 0 0 0 7700 6050 23100 0 0 1100 2750 0 6600 0 0 0 0 7700 0 0 1650 11000 0 0 1100 134200 240350 1129150
0 0 2750 9350 550 0 0 12650
0 1100 0 0 0 0 0 1100
1100 0 0 0 550 0 3300 4950
146850 241450 1134100 12 8 14
II-1
II-2
II-3
0 0 0 0 0 0 162800 550 0 0 1100 0 15950 550 0 0 0 0 550 0 0 1100 0 550 0 0 2200 0 185350
0 0 0 0 0 6050 52250 550 0 0 550 0 9350 1650 0 0 0 0 0 1100 0 550 1100 1650 0 0 2200 0 77000
0 0 1100 0 0 0 504350 4950 0 0 0 0 16500 0 0 0 0 0 0 2750 0 6600 1100 550 0 0 10450 1100 549450
0 1650 0 4950 0 0 2750 9350
0 2200 0 4400 550 0 0 7150
0 2750 0 3300 0 0 0 6050
194700 12
84150 14
III-0
III-1
0 0 0 0 1650 0 0 0 0 0 550 550 114400 237050 3300 1100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19800 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1650 0 0 0 3850 550 0 0 7150 0 0 0 0 0 1100 0 550 550 154000 239800
0 0 0 0 2200 0 0 2200
0 0 0 2750 0 0 0 2750
555500 156200 242550 12 11 6
Ket: I, II, III menunjukkan stasiun 0, 1, 2,… menunjukkan kedalaman
III-2
III-3
0 0 0 0 0 550 55000 1100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1100 0 0 0 0 0 0 57750
0 0 0 0 0 0 11000 2200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 550 0 0 0 0 3300 0 17050
0 0 0 2200 0 0 4400 6600
0 0 0 1650 0 0 3850 5500
64350 6
22550 6
114
Lampiran 8 Indeks Biologi menurut kedalaman inkubasi pada setiap pengamatan. Indeks Biologi H
E
D
Pengamatan ke1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata
I-0 1,190 1,235 1,755 1,394 0,412 0,482 0,117 0,337 0,464 0,432 0,252 0,383
I-1 1,947 0,986 1,625 1,519 0,784 0,374 0,125 0,427 0,188 0,458 0,322 0,322
I-2 2,295 0,828 1,107 1,410 0,828 0,360 0,123 0,437 0,130 0,565 0,438 0,378
II-0 1,301 1,184 0,553 1,013 0,404 0,427 0,037 0,289 0,491 0,457 0,799 0,583
II-1 1,194 1,073 0,796 1,021 0,399 0,407 0,061 0,289 0,522 0,441 0,684 0,549
II-2 0,966 1,548 1,784 1,432 0,357 0,603 0,119 0,360 0,634 0,255 0,285 0,391
Ket : H’ = Indeks Keanekaragaman; E = Indeks Keseragaman ; D = Indeks Dominansi; I, II, III menunjukkan stasiun 0, 1, 2,… menunjukkan kedalaman inkubasi.
II-3 2,410 1,442 0,568 1,473 0,780 0,601 0,044 0,475 0,119 0,316 0,798 0,411
III-0 0,776 0,974 1,450 1,067 0,274 0,337 0,121 0,244 0,681 0,541 0,352 0,525
III-1 0,857 1,180 0,343 0,793 0,334 0,460 0,049 0,281 0,686 0,495 0,859 0,680
III-2 0,489 1,166 1,203 0,953 0,191 0,469 0,172 0,277 0,824 0,410 0,374 0,536
III-3 1,562 1,346 1,740 1,549 0,711 0,692 0,249 0,550 0,337 0,325 0,204 0,288
115 Lampiran 9 Hasil uji sidik ragam (anova) produktivitas primer terhadap stasiun. Groups A B C
ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total
Count
Sum Average 9 214.3678 23.81863907 12 396.0607 33.00506061 12 364.1695 30.34746109
SS
df
446.5079 14282.81 14729.31
MS
Variance 260.7634 629.7908 479
F
P-value
F crit
2 223.2539533 0.468929 0.630181 3.315833 30 476.0935288 32
Hasil uji sidik ragam (anova) nilai produktivitas primer terhadap kedalaman inkubasi
Antar kelompok Dalam kelompok Total
df 6 26 32
SS 9817.635 4911.678 14729.314
MS 1636.273 188.911
F 8.662
Significance F 0.000
Uji Tukey HSD Kedalaman Inkubasi (m) 2.5 3.5 1.5 2 0.2 0.8 1
1 9.120 9.335 16.223 23.499 28.207
Subset alpha 0.05 2
23.499 28.207 52.043
3
52.043 61.758
Keterangan : Dua kedalaman yang masuk dalam dua dikolom yang berbeda angka menunjukkan kategori yang pengaruhnya berbeda nyata, sedangkan bila dua kedalaman yang diwakili dalam kelompok yang sama menunjukkan kategori yang tidak berbeda nyata.
1161
Lampiran 10 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun A selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura. Waktu (jam) Kedalaman (m) 0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30
9.00 ICM 61920 53897,6 46914,6 40836,3 35545,5 30940,2 26931,6 23442,3 20405,1 17761,4 15460,2 13457,2 11713,7 10196,0 8875,0 7725,2 6724,3 5853,1 5094,8 4434,7 3860,1 3360,0 2924,7 2545,8 2215,9 1928,8 1678,9
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
10.00 NPP 2,394 3,105 3,871 4,657 5,421 6,122 6,726 7,206 7,543 7,733 7,780 7,696 7,498 7,207 6,844 6,431 5,986 5,525 5,063 4,610 4,173 3,759 3,372 3,013 2,683 2,382 2,110
ICM 80070 69696,1 60666,2 52806,2 45964,6 40009,4 34825,8 30313,7 26386,3 22967,6 19991,9 17401,8 15147,2 13184,7 11476,5 9989,6 8695,3 7568,7 6588,1 5734,6 4991,6 4344,9 3782,0 3292,0 2865,5 2494,2 2171,1
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
11.00 NPP 1,314 1,854 2,494 3,215 3,987 4,772 5,529 6,218 6,805 7,264 7,580 7,749 7,776 7,673 7,460 7,157 6,786 6,367 5,919 5,457 4,996 4,544 4,111 3,701 3,317 2,962 2,637
ICM 95970 83536,1 72713,1 63292,3 55092,1 47954,3 41741,3 36333,3 31625,9 27528,5 23961,8 20857,3 18155,0 15802,9 13755,4 11973,3 10422,0 9071,7 7896,4 6873,3 5982,8 5207,7 4533,0 3945,7 3434,5 2989,5 2602,2
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
12.00 NPP 0,773 1,171 1,678 2,289 2,988 3,748 4,533 5,303 6,017 6,639 7,139 7,500 7,713 7,782 7,717 7,536 7,258 6,905 6,499 6,058 5,599 5,136 4,680 4,241 3,823 3,431 3,067
ICM 70710 61548,8 53574,5 46633,3 40591,5 35332,4 30754,7 26770,1 23301,8 20282,8 17654,9 15367,5 13376,5 11643,4 10134,9 8821,8 7678,9 6684,0 5818,0 5064,2 4408,1 3837,0 3339,9 2907,1 2530,5 2202,6 1917,3
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
13.00 NPP 1,793 2,423 3,137 3,905 4,691 5,453 6,151 6,750 7,223 7,554 7,738 7,779 7,689 7,487 7,192 6,827 6,412 5,966 5,505 5,043 4,590 4,155 3,742 3,356 2,998 2,669 2,370
ICM 63180 54994,4 47869,2 41667,3 36268,8 31569,8 27479,6 23919,3 20820,3 18122,8 15774,8 13731,0 11952,0 10403,5 9055,6 7882,4 6861,1 5972,2 5198,4 4524,9 3938,7 3428,4 2984,2 2597,6 2261,0 1968,1 1713,1
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
14.00 NPP 2,297 2,997 3,758 4,543 5,313 6,026 6,646 7,145 7,503 7,715 7,782 7,716 7,533 7,254 6,900 6,493 6,052 5,593 5,130 4,675 4,235 3,818 3,426 3,063 2,729 2,424 2,148
ICM 34869 30351,3 26419,0 22996,1 20016,7 17423,4 15166,0 13201,1 11490,7 10002,0 8706,1 7578,1 6596,3 5741,7 4997,8 4350,3 3786,7 3296,0 2869,0 2497,3 2173,7 1892,1 1647,0 1433,6 1247,9 1086,2 945,5
% 100 87,0 75,8 66,0 57,4 50,0 43,5 37,9 33,0 28,7 25,0 21,7 18,9 16,5 14,3 12,5 10,9 9,5 8,2 7,2 6,2 5,4 4,7 4,1 3,6 3,1 2,7
Total NPP 5,522 6,213 6,801 7,261 7,578 7,748 7,776 7,675 7,463 7,160 6,790 6,371 5,923 5,461 5,000 4,548 4,115 3,704 3,320 2,965 2,640 2,343 2,074 1,833 1,616 1,422 1,250
NPP 14,094 17,762 21,738 25,869 29,976 33,868 37,361 40,296 42,555 44,066 44,809 44,810 44,131 42,864 41,114 38,993 36,608 34,061 31,436 28,808 26,233 23,755 21,406 19,205 17,166 15,291 13,582
1172
Lanjutan Lampiran 10. 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
1461,4 1272,1 1107,3 963,8 838,9 730,2 635,6 553,3 481,6 419,2 364,9 317,6 276,5 240,6 209,5 182,3 158,7 138,1 120,2 104,7
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
1,864 1,644 1,448 1,273 1,118 0,980 0,859 0,752 0,658 0,575 0,503 0,439 0,383 0,334 0,292 0,254 0,222 0,193 0,168 0,147
1889,8 1644,9 1431,8 1246,3 1084,8 944,3 821,9 715,4 622,8 542,1 471,8 410,7 357,5 311,2 270,9 235,8 205,2 178,6 155,5 135,3
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
2,340 2,072 1,830 1,614 1,421 1,249 1,096 0,962 0,842 0,737 0,645 0,564 0,493 0,430 0,376 0,328 0,286 0,249 0,217 0,189
2265,0 1971,6 1716,1 1493,8 1300,3 1131,8 985,2 857,5 746,4 649,7 565,5 492,3 428,5 373,0 324,6 282,6 246,0 214,1 186,4 162,2
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
2,733 2,428 2,151 1,902 1,678 1,477 1,299 1,141 1,001 0,877 0,768 0,672 0,588 0,513 0,448 0,391 0,342 0,298 0,260 0,227
1668,9 1452,6 1264,4 1100,6 958,0 833,9 725,9 631,8 550,0 478,7 416,7 362,7 315,7 274,8 239,2 208,2 181,2 157,8 137,3 119,5
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
2,099 1,854 1,635 1,440 1,266 1,111 0,975 0,854 0,748 0,654 0,572 0,500 0,436 0,381 0,332 0,290 0,253 0,220 0,192 0,167
1491,1 1297,9 1129,8 983,4 856,0 745,1 648,6 564,5 491,4 427,7 372,3 324,1 282,1 245,5 213,7 186,0 161,9 141,0 122,7 106,8
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
1,898 1,675 1,475 1,297 1,139 0,999 0,876 0,767 0,671 0,587 0,513 0,448 0,391 0,341 0,298 0,259 0,226 0,197 0,172 0,150
823,0 716,3 623,5 542,7 472,4 411,2 357,9 311,6 271,2 236,1 205,5 178,9 155,7 135,5 118,0 102,7 89,4 77,8 67,7 58,9
2,4 2,1 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
1,098 0,963 0,843 0,738 0,646 0,565 0,493 0,431 0,376 0,328 0,286 0,250 0,218 0,190 0,165 0,144 0,125 0,109 0,095 0,083
12,033 10,636 9,383 8,264 7,267 6,382 5,598 4,906 4,296 3,758 3,286 2,872 2,508 2,190 1,911 1,667 1,454 1,268 1,105 0,963
1183
Lampiran 11. Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun B selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura Waktu (jam) Kedalaman (m) 0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30
9,00 ICM 61920 57031,4 52528,8 48381,6 44561,9 41043,7 37803,3 34818,7 32069,8 29537,8 27205,8 25057,9 23079,6 21257,4 19579,2 18033,4 16609,6 15298,3 14090,5 12978,1 11953,4 11009,7 10140,5 9339,9 8602,5 7923,3 7297,8
% 100 92,1 84,8 78,1 72,0 66,3 61,1 56,2 51,8 47,7 43,9 40,5 37,3 34,3 31,6 29,1 26,8 24,7 22,8 21,0 19,3 17,8 16,4 15,1 13,9 12,8 11,8
10,00 NPP 3,196 3,630 4,075 4,524 4,971 5,406 5,824 6,217 6,578 6,901 7,182 7,418 7,605 7,742 7,830 7,870 7,863 7,812 7,721 7,593 7,432 7,244 7,031 6,798 6,550 6,290 6,022
ICM 80070 73748,5 67926,0 62563,2 57623,8 53074,4 48884,2 45024,8 41470,0 38196,0 35180,4 32402,9 29844,7 27488,4 25318,2 23319,3 21478,3 19782,5 18220,7 16782,2 15457,2 14236,9 13112,9 12077,6 11124,1 10245,8 9436,9
% 100 92,1 84,83 78,14 71,97 66,29 61,05 56,23 51,79 47,7 43,94 40,47 37,27 34,33 31,62 29,12 26,82 24,71 22,76 20,96 19,3 17,78 16,38 15,08 13,89 12,8 11,79
11,00 NPP 1,977 2,339 2,729 3,143 3,575 4,018 4,468 4,915 5,352 5,773 6,169 6,534 6,863 7,149 7,391 7,584 7,728 7,822 7,868 7,866 7,821 7,734 7,611 7,454 7,269 7,059 6,829
ICM 95970 88393,1 81414,5 74986,8 69066,6 63613,7 58591,4 53965,6 49705,0 45780,8 42166,4 38837,3 35771,1 32947,0 30345,8 27950,0 25743,3 23710,9 21838,9 20114,7 18526,7 17064,0 15716,8 14475,9 13333,0 12280,4 11310,9
% 100 92,1 84,8 78,1 72 66,3 61,1 56,2 51,8 47,7 43,9 40,5 37,3 34,3 31,6 29,1 26,8 24,7 22,8 21 19,3 17,8 16,4 15,1 13,9 12,8 11,8
12,00 NPP 1,292 1,583 1,907 2,263 2,648 3,057 3,486 3,928 4,377 4,825 5,265 5,689 6,091 6,463 6,799 7,095 7,346 7,549 7,703 7,807 7,862 7,870 7,833 7,755 7,639 7,488 7,308
ICM 70710 65127,4 59985,6 55249,7 50887,7 46870,1 43169,7 39761,5 36622,3 33730,9 31067,9 28615,1 26355,9 24275,1 22358,6 20593,4 18967,5 17470,0 16090,7 14820,4 13650,3 12572,6 11580,0 10665,8 9823,7 9048,1 8333,8
% 100 92,1 84,8 78,1 72 66,3 61,1 56,2 51,8 47,7 43,9 40,5 37,3 34,3 31,6 29,1 26,8 24,7 22,8 21 19,3 17,8 16,4 15,1 13,9 12,8 11,8
13,00 NPP 2,535 2,938 3,362 3,801 4,248 4,697 5,140 5,570 5,979 6,360 6,707 7,015 7,279 7,496 7,664 7,782 7,851 7,873 7,848 7,781 7,676 7,535 7,363 7,164 6,943 6,704 6,451
ICM 63180 58191,9 53597,7 49366,1 45468,6 41878,9 38572,5 35527,2 32722,3 30138,9 27759,4 25567,8 23549,2 21690,0 19977,6 18400,3 16947,6 15609,6 14377,2 13242,1 12196,7 11233,7 10346,8 9529,9 8777,6 8084,6 7446,3
% 100 92,1 84,8 78,1 72 66,3 61,1 56,2 51,8 47,7 43,9 40,5 37,3 34,3 31,6 29,1 26,8 24,7 22,8 21 19,3 17,8 16,4 15,1 13,9 12,8 11,8
14,00 NPP 3,092 3,522 3,965 4,414 4,862 5,301 5,724 6,123 6,493 6,826 7,117 7,364 7,563 7,713 7,813 7,865 7,869 7,828 7,747 7,627 7,474 7,292 7,085 6,857 6,612 6,355 6,088
ICM 34869 32116,1 29580,5 27245,1 25094,1 23112,9 21288,2 19607,4 18059,4 16633,6 15320,4 14110,9 12996,8 11970,7 11025,6 10155,1 9353,4 8614,9 7934,8 7308,3 6731,3 6199,9 5710,4 5259,6 4844,3 4461,9 4109,6
% 100 92,1 84,8 78,1 72 66,3 61,1 56,2 51,8 47,7 43,9 40,5 37,3 34,3 31,6 29,1 26,8 24,7 22,8 21 19,3 17,8 16,4 15,1 13,9 12,8 11,8
Total NPP 6,210 6,572 6,896 7,178 7,414 7,602 7,740 7,829 7,870 7,863 7,813 7,723 7,595 7,435 7,247 7,035 6,803 6,555 6,295 6,027 5,753 5,477 5,202 4,929 4,660 4,397 4,142
NPP 18,303 20,583 22,933 25,322 27,717 30,082 32,382 34,582 36,648 38,548 40,254 41,743 42,996 43,999 44,744 45,230 45,459 45,438 45,181 44,701 44,018 43,152 42,124 40,957 39,673 38,294 36,840
1194
Lanjutan Lampiran 11. 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30 2,35 2,40 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85 2,90
6721,6 6190,9 5702,2 5252,0 4837,3 4455,4 4103,7 3779,7 3481,3 3206,4 2953,3 2720,1 2505,4 2307,6 2125,4 1957,6 1803,0 1660,7 1529,6 1408,8 1297,6 1195,1 1100,8 1013,9 933,8 860,1 792,2 729,7 672,0 619,0 570,1 525,1
10,9 10,0 9,2 8,5 7,8 7,2 6,6 6,1 5,6 5,2 4,8 4,4 4,0 3,7 3,4 3,2 2,9 2,7 2,5 2,3 2,1 1,9 1,8 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
5,748 5,473 5,197 4,924 4,655 4,393 4,137 3,890 3,652 3,423 3,204 2,996 2,797 2,610 2,432 2,264 2,106 1,958 1,819 1,688 1,566 1,452 1,346 1,247 1,154 1,068 0,988 0,914 0,845 0,781 0,722 0,667
8691,9 8005,6 7373,6 6791,4 6255,3 5761,4 5306,5 4887,6 4501,7 4146,3 3818,9 3517,4 3239,7 2984,0 2748,4 2531,4 2331,5 2147,5 1977,9 1821,8 1677,9 1545,5 1423,4 1311,1 1207,6 1112,2 1024,4 943,5 869,0 800,4 737,2 679,0
10,86 9,998 9,209 8,482 7,812 7,195 6,627 6,104 5,622 5,178 4,77 4,393 4,046 3,727 3,432 3,161 2,912 2,682 2,47 2,275 2,096 1,93 1,778 1,637 1,508 1,389 1,279 1,178 1,085 1 0,921 0,848
6,582 6,323 6,056 5,783 5,507 5,232 4,958 4,689 4,425 4,169 3,920 3,681 3,451 3,231 3,021 2,822 2,633 2,454 2,285 2,126 1,976 1,836 1,704 1,581 1,466 1,359 1,259 1,166 1,079 0,998 0,923 0,853
10417,9 9595,4 8837,8 8140,1 7497,4 6905,5 6360,3 5858,1 5395,6 4969,7 4577,3 4215,9 3883,1 3576,5 3294,1 3034,1 2794,5 2573,9 2370,7 2183,5 2011,1 1852,4 1706,1 1571,4 1447,3 1333,1 1227,8 1130,9 1041,6 959,4 883,6 813,9
10,9 10 9,21 8,48 7,81 7,2 6,63 6,1 5,62 5,18 4,77 4,39 4,05 3,73 3,43 3,16 2,91 2,68 2,47 2,28 2,1 1,93 1,78 1,64 1,51 1,39 1,28 1,18 1,09 1 0,92 0,85
7,103 6,877 6,633 6,377 6,111 5,838 5,563 5,287 5,013 4,743 4,478 4,220 3,970 3,729 3,497 3,275 3,063 2,861 2,670 2,489 2,318 2,157 2,006 1,864 1,730 1,606 1,489 1,380 1,279 1,184 1,096 1,014
7675,8 7069,8 6511,6 5997,5 5524,0 5087,9 4686,2 4316,2 3975,5 3661,6 3372,5 3106,3 2861,0 2635,1 2427,1 2235,5 2059,0 1896,4 1746,7 1608,8 1481,8 1364,8 1257,0 1157,8 1066,4 982,2 904,7 833,2 767,5 706,9 651,1 599,7
10,9 10 9,21 8,48 7,81 7,2 6,63 6,1 5,62 5,18 4,77 4,39 4,05 3,73 3,43 3,16 2,91 2,68 2,47 2,28 2,1 1,93 1,78 1,64 1,51 1,39 1,28 1,18 1,09 1 0,92 0,85
6,187 5,917 5,642 5,366 5,091 4,820 4,553 4,293 4,041 3,797 3,562 3,337 3,122 2,918 2,724 2,540 2,366 2,202 2,048 1,903 1,768 1,640 1,522 1,410 1,307 1,210 1,120 1,037 0,959 0,887 0,820 0,758
6858,4 6316,9 5818,2 5358,9 4935,8 4546,1 4187,2 3856,6 3552,1 3271,7 3013,4 2775,5 2556,3 2354,5 2168,6 1997,4 1839,7 1694,5 1560,7 1437,5 1324,0 1219,5 1123,2 1034,5 952,8 877,6 808,3 744,5 685,7 631,6 581,7 535,8
10,9 10 9,21 8,48 7,81 7,2 6,63 6,1 5,62 5,18 4,77 4,39 4,05 3,73 3,43 3,16 2,91 2,68 2,47 2,28 2,1 1,93 1,78 1,64 1,51 1,39 1,28 1,18 1,09 1 0,92 0,85
5,816 5,540 5,264 4,991 4,721 4,456 4,199 3,950 3,709 3,478 3,257 3,046 2,845 2,655 2,475 2,304 2,144 1,994 1,852 1,720 1,596 1,480 1,371 1,270 1,176 1,089 1,007 0,932 0,861 0,796 0,736 0,680
3785,1 3486,3 3211,1 2957,5 2724,0 2509,0 2310,9 2128,5 1960,4 1805,6 1663,1 1531,8 1410,8 1299,5 1196,9 1102,4 1015,3 935,2 861,3 793,3 730,7 673,0 619,9 570,9 525,9 484,4 446,1 410,9 378,5 348,6 321,1 295,7
10,9 10 9,21 8,48 7,81 7,2 6,63 6,1 5,62 5,18 4,77 4,39 4,05 3,73 3,43 3,16 2,91 2,68 2,47 2,28 2,1 1,93 1,78 1,64 1,51 1,39 1,28 1,18 1,09 1 0,92 0,85
3,894 3,656 3,427 3,208 2,999 2,801 2,613 2,435 2,267 2,109 1,961 1,821 1,691 1,569 1,454 1,348 1,248 1,156 1,070 0,990 0,915 0,846 0,782 0,723 0,668 0,616 0,569 0,526 0,485 0,448 0,413 0,381
35,331 33,785 32,219 30,648 29,085 27,540 26,024 24,544 23,107 21,719 20,382 19,101 17,877 16,710 15,603 14,553 13,561 12,625 11,744 10,916 10,139 9,412 8,731 8,095 7,502 6,948 6,433 5,954 5,508 5,093 4,709 4,352
120 5
Lanjutan Lampiran 11. 2,95 3,00 3,05 3,10 3,15 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 3,45 3,50 3,55 3,60 3,65 3,70 3,75 3,80 3,85 3,90 3,95 4,00 4,05 4,10 4,15 4,20 4,25 4,30 4,40
483,7 445,5 410,3 377,9 348,1 320,6 295,3 272,0 250,5 230,7 212,5 195,7 180,3 166,0 152,9 140,9 129,7 119,5 110,1 101,4 93,4 86,0 79,2 73,0 67,2 61,9 57,0 52,5 44,5
0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
0,616 0,568 0,525 0,484 0,447 0,412 0,381 0,351 0,324 0,299 0,275 0,254 0,234 0,216 0,199 0,183 0,169 0,156 0,144 0,132 0,122 0,112 0,104 0,095 0,088 0,081 0,075 0,069 0,058
625,4 576,0 530,6 488,7 450,1 414,6 381,8 351,7 323,9 298,3 274,8 253,1 233,1 214,7 197,8 182,1 167,8 154,5 142,3 131,1 120,7 111,2 102,4 94,3 86,9 80,0 73,7 67,9 57,6
0,781 0,719 0,663 0,61 0,562 0,518 0,477 0,439 0,405 0,373 0,343 0,316 0,291 0,268 0,247 0,227 0,21 0,193 0,178 0,164 0,151 0,139 0,128 0,118 0,109 0,1 0,092 0,085 0,072
0,789 0,729 0,673 0,622 0,574 0,530 0,489 0,452 0,417 0,384 0,355 0,327 0,302 0,278 0,256 0,236 0,218 0,201 0,185 0,171 0,157 0,145 0,134 0,123 0,114 0,105 0,096 0,089 0,075
749,6 690,4 635,9 585,7 539,5 496,9 457,7 421,5 388,2 357,6 329,4 303,4 279,4 257,3 237,0 218,3 201,1 185,2 170,6 157,1 144,7 133,3 122,8 113,1 104,1 95,9 88,3 81,4 69,0
0,78 0,72 0,66 0,61 0,56 0,52 0,48 0,44 0,4 0,37 0,34 0,32 0,29 0,27 0,25 0,23 0,21 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07
0,938 0,867 0,801 0,741 0,684 0,632 0,584 0,539 0,497 0,459 0,423 0,391 0,360 0,332 0,307 0,283 0,261 0,240 0,222 0,204 0,188 0,174 0,160 0,147 0,136 0,125 0,115 0,106 0,090
552,3 508,7 468,5 431,6 397,5 366,1 337,2 310,6 286,1 263,5 242,7 223,5 205,9 189,6 174,6 160,9 148,2 136,5 125,7 115,8 106,6 98,2 90,5 83,3 76,7 70,7 65,1 60,0 50,9
0,78 0,72 0,66 0,61 0,56 0,52 0,48 0,44 0,4 0,37 0,34 0,32 0,29 0,27 0,25 0,23 0,21 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07
0,700 0,646 0,597 0,551 0,509 0,470 0,433 0,400 0,369 0,340 0,314 0,289 0,267 0,246 0,227 0,209 0,193 0,178 0,164 0,151 0,139 0,128 0,118 0,109 0,100 0,092 0,085 0,078 0,067
493,5 454,5 418,6 385,6 355,2 327,1 301,3 277,5 255,6 235,4 216,8 199,7 183,9 169,4 156,0 143,7 132,4 121,9 112,3 103,4 95,3 87,7 80,8 74,4 68,6 63,1 58,2 53,6 45,4
0,78 0,72 0,66 0,61 0,56 0,52 0,48 0,44 0,4 0,37 0,34 0,32 0,29 0,27 0,25 0,23 0,21 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07
0,628 0,580 0,535 0,494 0,456 0,421 0,388 0,358 0,330 0,305 0,281 0,259 0,239 0,220 0,203 0,187 0,172 0,159 0,146 0,135 0,124 0,115 0,106 0,097 0,090 0,083 0,076 0,070 0,060
272,4 250,9 231,1 212,8 196,0 180,5 166,3 153,2 141,1 129,9 119,7 110,2 101,5 93,5 86,1 79,3 73,1 67,3 62,0 57,1 52,6 48,4 44,6 41,1 37,8 34,9 32,1 29,6 25,1
0,78 0,72 0,66 0,61 0,56 0,52 0,48 0,44 0,4 0,37 0,34 0,32 0,29 0,27 0,25 0,23 0,21 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07
0,352 0,324 0,299 0,276 0,254 0,234 0,216 0,199 0,184 0,169 0,156 0,144 0,132 0,122 0,113 0,104 0,096 0,088 0,081 0,075 0,069 0,063 0,058 0,054 0,050 0,046 0,042 0,039 0,033
4,021 3,715 3,431 3,168 2,924 2,699 2,491 2,298 2,120 1,956 1,804 1,664 1,534 1,415 1,304 1,202 1,108 1,022 0,942 0,868 0,800 0,737 0,679 0,626 0,577 0,532 0,490 0,451 0,383
1216
Lampiran 12 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun C selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura. Waktu (jam) Kedalaman (m) 0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30
9,00 ICM 61920 57723,8 53812,0 50165,3 46765,7 43596,5 40642,1 37887,9 35320,3 32926,7 30695,3 28615,2 26676,0 24868,2 23183,0 21611,9 20147,3 18782,0 17509,2 16322,6 15216,5 14185,3 13224,0 12327,8 11492,4 10713,6 9987,5
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
10,00 NPP 3,573 4,130 4,705 5,288 5,869 6,438 6,985 7,501 7,978 8,411 8,793 9,122 9,396 9,612 9,772 9,877 9,928 9,929 9,882 9,793 9,664 9,500 9,306 9,085 8,841 8,580 8,303
ICM 80070 74643,8 69585,4 64869,8 60473,7 56375,5 52555,1 48993,5 45673,4 42578,2 39692,8 37002,9 34495,3 32157,6 29978,4 27946,8 26052,9 24287,4 22641,5 21107,1 19676,7 18343,3 17100,2 15941,4 14861,0 13853,9 12915,1
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
11,00 NPP 1,824 2,245 2,711 3,218 3,758 4,322 4,901 5,485 6,063 6,625 7,162 7,666 8,129 8,545 8,910 9,221 9,475 9,673 9,814 9,900 9,934 9,918 9,857 9,754 9,613 9,438 9,234
ICM 95970 89466,3 83403,4 77751,4 72482,3 67570,4 62991,3 58722,5 54743,0 51033,2 47574,8 44350,8 41345,2 38543,3 35931,4 33496,4 31226,4 29110,3 27137,5 25298,5 23584,1 21985,8 20495,9 19106,9 17812,1 16605,0 15479,7
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
12,00 NPP 0,970 1,261 1,602 1,994 2,435 2,919 3,440 3,991 4,563 5,145 5,728 6,301 6,853 7,378 7,865 8,309 8,705 9,047 9,334 9,565 9,738 9,856 9,920 9,933 9,898 9,819 9,699
ICM 70710 65918,1 61451,0 57286,6 53404,4 49785,4 46411,5 43266,3 40334,3 37600,9 35052,8 32677,3 30462,9 28398,5 26474,0 24679,9 23007,4 21448,2 19994,7 18639,7 17376,6 16199,0 15101,2 14077,8 13123,8 12234,5 11405,4
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
13,00 NPP 2,601 3,099 3,632 4,191 4,768 5,351 5,932 6,498 7,042 7,554 8,027 8,455 8,832 9,155 9,422 9,632 9,786 9,885 9,930 9,926 9,875 9,781 9,648 9,481 9,283 9,059 8,814
ICM 63180 58898,4 54907,0 51186,1 47717,3 44483,6 41469,1 38658,8 36039,0 33596,7 31320,0 29197,5 27218,8 25374,3 23654,7 22051,7 20557,3 19164,2 17865,5 16654,8 15526,1 14473,9 13493,1 12578,7 11726,3 10931,6 10190,8
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
14,00 NPP 3,417 3,968 4,538 5,120 5,703 6,276 6,830 7,356 7,845 8,291 8,689 9,034 9,323 9,556 9,732 9,852 9,919 9,934 9,900 9,823 9,705 9,551 9,365 9,151 8,913 8,656 8,384
ICM 34869 32506,0 30303,2 28249,6 26335,2 24550,5 22886,8 21335,8 19889,9 18542,0 17285,5 16114,1 15022,1 14004,0 13055,0 12170,3 11345,6 10576,7 9859,9 9191,8 8568,8 7988,2 7446,8 6942,2 6471,7 6033,1 5624,3
% 100 93,2 86,9 81,0 75,5 70,4 65,6 61,2 57,0 53,2 49,6 46,2 43,1 40,2 37,4 34,9 32,5 30,3 28,3 26,4 24,6 22,9 21,4 19,9 18,6 17,3 16,1
Total NPP 8,061 8,485 8,858 9,177 9,440 9,646 9,796 9,890 9,932 9,924 9,869 9,772 9,637 9,467 9,267 9,042 8,795 8,530 8,251 7,961 7,663 7,361 7,056 6,751 6,448 6,149 5,854
NPP 20,446 23,186 26,046 28,989 31,972 34,952 37,883 40,721 43,423 45,950 48,269 50,349 52,170 53,713 54,969 55,934 56,607 56,997 57,112 56,967 56,579 55,967 55,152 54,154 52,997 51,701 50,287
1227
Lanjutan Lampiran 12. 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30 2,35 2,40 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85 2,90
9310,7 8679,7 8091,5 7543,2 7032,0 6555,5 6111,2 5697,1 5311,0 4951,1 4615,6 4302,8 4011,2 3739,4 3485,9 3249,7 3029,5 2824,2 2632,8 2454,4 2288,1 2133,0 1988,4 1853,7 1728,1 1611,0 1501,8 1400,0 1305,1 1216,7 1134,2 1057,4
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
8,015 7,718 7,417 7,112 6,807 6,503 6,203 5,907 5,618 5,335 5,060 4,794 4,537 4,289 4,051 3,823 3,604 3,396 3,197 3,008 2,828 2,658 2,496 2,343 2,199 2,062 1,933 1,812 1,697 1,589 1,488 1,393
12039,9 11224,0 10463,3 9754,3 9093,2 8477,0 7902,5 7367,0 6867,8 6402,3 5968,5 5564,0 5186,9 4835,4 4507,8 4202,3 3917,5 3652,0 3404,5 3173,8 2958,7 2758,2 2571,3 2397,1 2234,6 2083,2 1942,0 1810,4 1687,7 1573,3 1466,7 1367,3
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
9,005 8,755 8,488 8,207 7,916 7,617 7,314 7,009 6,705 6,402 6,103 5,809 5,522 5,242 4,970 4,706 4,452 4,208 3,973 3,748 3,533 3,328 3,132 2,946 2,770 2,602 2,444 2,294 2,152 2,018 1,891 1,772
14430,7 13452,8 12541,1 11691,2 10898,9 10160,3 9471,8 8829,9 8231,5 7673,7 7153,7 6668,9 6216,9 5795,6 5402,9 5036,7 4695,4 4377,2 4080,6 3804,1 3546,3 3305,9 3081,9 2873,0 2678,3 2496,8 2327,6 2169,9 2022,9 1885,8 1758,0 1638,8
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
9,543 9,356 9,141 8,903 8,645 8,372 8,086 7,791 7,491 7,187 6,882 6,577 6,276 5,979 5,688 5,403 5,127 4,858 4,599 4,349 4,108 3,878 3,657 3,446 3,245 3,053 2,871 2,699 2,535 2,380 2,233 2,095
10632,4 9911,9 9240,2 8614,0 8030,3 7486,1 6978,8 6505,8 6064,9 5653,9 5270,8 4913,6 4580,6 4270,2 3980,8 3711,0 3459,5 3225,1 3006,5 2802,8 2612,9 2435,8 2270,7 2116,8 1973,4 1839,7 1715,0 1598,8 1490,4 1389,4 1295,3 1207,5
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
8,550 8,272 7,983 7,686 7,384 7,079 6,774 6,471 6,171 5,876 5,587 5,305 5,031 4,766 4,509 4,263 4,026 3,798 3,581 3,374 3,176 2,988 2,809 2,640 2,479 2,327 2,183 2,048 1,920 1,799 1,685 1,578
9500,2 8856,4 8256,2 7696,7 7175,1 6688,9 6235,6 5813,0 5419,1 5051,8 4709,5 4390,3 4092,8 3815,4 3556,9 3315,8 3091,1 2881,7 2686,4 2504,3 2334,6 2176,4 2028,9 1891,4 1763,2 1643,7 1532,4 1428,5 1331,7 1241,5 1157,3 1078,9
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
8,098 7,804 7,504 7,200 6,895 6,590 6,289 5,992 5,700 5,415 5,138 4,870 4,610 4,359 4,118 3,887 3,666 3,455 3,253 3,061 2,879 2,706 2,542 2,386 2,239 2,100 1,969 1,846 1,729 1,620 1,516 1,419
5243,1 4887,8 4556,6 4247,8 3959,9 3691,6 3441,4 3208,2 2990,8 2788,1 2599,2 2423,0 2258,8 2105,7 1963,0 1830,0 1706,0 1590,4 1482,6 1382,1 1288,5 1201,2 1119,8 1043,9 973,1 907,2 845,7 788,4 735,0 685,2 638,7 595,4
15,0 14,0 13,1 12,2 11,4 10,6 9,9 9,2 8,6 8,0 7,5 6,9 6,5 6,0 5,6 5,2 4,9 4,6 4,3 4,0 3,7 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,7
5,565 5,284 5,011 4,746 4,491 4,245 4,008 3,782 3,565 3,359 3,162 2,974 2,796 2,627 2,467 2,316 2,173 2,038 1,910 1,790 1,677 1,570 1,470 1,376 1,287 1,204 1,126 1,053 0,984 0,920 0,860 0,803
48,777 47,190 45,543 43,854 42,137 40,406 38,675 36,953 35,250 33,573 31,932 30,329 28,772 27,262 25,804 24,398 23,048 21,753 20,513 19,329 18,201 17,127 16,106 15,137 14,218 13,349 12,527 11,750 11,016 10,325 9,673 9,060
1238
Lanjutan Lampiran 12. 2,95 3,00 3,05 3,10 3,15 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 3,45 3,50 3,55 3,60 3,65 3,70 3,75 3,80 3,85 3,90 3,95 4,00 4,05 4,10 4,15 4,20 4,25 4,30 4,40 4,45 4,50 4,55
985,7 918,9 856,7 798,6 744,5 694,0 647,0 603,1 562,3 524,2 488,6 455,5 424,7 395,9 369,1 344,0 320,7 299,0 278,7 259,8 242,2 225,8 210,5 196,3 183,0 170,6 159,0 148,2 128,8 120,1 111,9 104,4
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
1,303 1,219 1,140 1,066 0,996 0,931 0,870 0,813 0,760 0,710 0,663 0,619 0,578 0,539 0,504 0,470 0,439 0,409 0,382 0,357 0,333 0,310 0,290 0,270 0,252 0,235 0,219 0,205 0,178 0,166 0,155 0,144
1274,7 1188,3 1107,8 1032,7 962,7 897,5 836,6 779,9 727,1 677,8 631,9 589,1 549,1 511,9 477,2 444,9 414,7 386,6 360,4 336,0 313,2 292,0 272,2 253,8 236,6 220,5 205,6 191,7 166,6 155,3 144,8 134,9
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
1,660 1,554 1,455 1,362 1,274 1,192 1,114 1,042 0,974 0,910 0,851 0,795 0,742 0,693 0,648 0,605 0,565 0,527 0,492 0,459 0,429 0,400 0,373 0,348 0,325 0,303 0,283 0,264 0,230 0,214 0,200 0,186
1527,8 1424,2 1327,7 1237,7 1153,9 1075,7 1002,8 934,8 871,5 812,4 757,4 706,0 658,2 613,6 572,0 533,2 497,1 463,4 432,0 402,7 375,4 350,0 326,3 304,2 283,6 264,3 246,4 229,7 199,6 186,1 173,5 161,7
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
1,964 1,841 1,724 1,615 1,512 1,415 1,324 1,239 1,159 1,084 1,013 0,947 0,885 0,827 0,772 0,722 0,674 0,629 0,588 0,549 0,512 0,478 0,446 0,416 0,389 0,363 0,338 0,316 0,275 0,256 0,239 0,223
1125,7 1049,4 978,3 912,0 850,2 792,5 738,8 688,8 642,1 598,6 558,0 520,2 484,9 452,1 421,4 392,9 366,3 341,4 318,3 296,7 276,6 257,9 240,4 224,1 208,9 194,8 181,6 169,3 147,1 137,1 127,8 119,2
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
1,477 1,383 1,294 1,210 1,132 1,058 0,989 0,925 0,864 0,807 0,754 0,704 0,658 0,614 0,574 0,535 0,500 0,467 0,435 0,406 0,379 0,354 0,330 0,308 0,287 0,268 0,250 0,233 0,203 0,189 0,177 0,165
1005,8 937,6 874,1 814,8 759,6 708,1 660,2 615,4 573,7 534,8 498,6 464,8 433,3 403,9 376,6 351,0 327,3 305,1 284,4 265,1 247,2 230,4 214,8 200,2 186,7 174,0 162,2 151,2 131,4 122,5 114,2 106,5
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
1,328 1,243 1,162 1,087 1,016 0,950 0,887 0,829 0,775 0,724 0,676 0,631 0,589 0,550 0,514 0,479 0,448 0,418 0,390 0,364 0,339 0,317 0,295 0,276 0,257 0,240 0,224 0,209 0,182 0,169 0,158 0,147
555,1 517,5 482,4 449,7 419,2 390,8 364,3 339,7 316,6 295,2 275,2 256,5 239,1 222,9 207,8 193,7 180,6 168,4 157,0 146,3 136,4 127,2 118,5 110,5 103,0 96,0 89,5 83,5 72,5 67,6 63,0 58,8
1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
0,750 0,701 0,654 0,611 0,571 0,533 0,497 0,464 0,433 0,404 0,377 0,352 0,329 0,307 0,286 0,267 0,249 0,232 0,217 0,202 0,188 0,176 0,164 0,153 0,143 0,133 0,124 0,116 0,101 0,094 0,087 0,081
8,483 7,940 7,430 6,951 6,501 6,079 5,683 5,312 4,964 4,639 4,334 4,048 3,781 3,531 3,297 3,078 2,874 2,682 2,504 2,337 2,181 2,035 1,899 1,772 1,653 1,542 1,439 1,342 1,168 1,089 1,016 0,947
1249
Lanjutan Lampiran 12. 4,60 4,65 4,70 4,75 4,80 4,85 4,90 4,95 5,00 5,05 5,10 5,15 5,20 5,25 5,30 5,35 5,40 5,45 5,50
97,3 90,7 84,5 78,8 73,5 68,5 63,9 59,5 55,5 51,7 48,2 45,0 41,9 39,1 36,4 34,0 31,7 29,5 27,5
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,135 0,126 0,117 0,109 0,102 0,095 0,089 0,083 0,077 0,072 0,067 0,062 0,058 0,054 0,051 0,047 0,044 0,041 0,038
125,8 117,3 109,3 101,9 95,0 88,6 82,6 77,0 71,8 66,9 62,4 58,1 54,2 50,5 47,1 43,9 40,9 38,2 35,6
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,174 0,162 0,151 0,141 0,131 0,123 0,114 0,107 0,099 0,093 0,086 0,081 0,075 0,070 0,065 0,061 0,057 0,053 0,049
150,8 140,6 131,0 122,2 113,9 106,2 99,0 92,3 86,0 80,2 74,7 69,7 65,0 60,6 56,5 52,6 49,1 45,7 42,6
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,208 0,194 0,181 0,169 0,157 0,147 0,137 0,128 0,119 0,111 0,104 0,097 0,090 0,084 0,078 0,073 0,068 0,063 0,059
111,1 103,6 96,5 90,0 83,9 78,2 72,9 68,0 63,4 59,1 55,1 51,3 47,9 44,6 41,6 38,8 36,1 33,7 31,4
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,154 0,143 0,134 0,125 0,116 0,108 0,101 0,094 0,088 0,082 0,076 0,071 0,066 0,062 0,058 0,054 0,050 0,047 0,044
99,3 92,5 86,3 80,4 75,0 69,9 65,2 60,7 56,6 52,8 49,2 45,9 42,8 39,9 37,2 34,6 32,3 30,1 28,1
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,137 0,128 0,119 0,111 0,104 0,097 0,090 0,084 0,079 0,073 0,068 0,064 0,059 0,055 0,052 0,048 0,045 0,042 0,039
54,8 51,1 47,6 44,4 41,4 38,6 36,0 33,5 31,3 29,1 27,2 25,3 23,6 22,0 20,5 19,1 17,8 16,6 15,5
0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0
0,076 0,071 0,066 0,062 0,057 0,054 0,050 0,047 0,043 0,040 0,038 0,035 0,033 0,031 0,028 0,027 0,025 0,023 0,022
0,884 0,824 0,768 0,717 0,668 0,623 0,581 0,542 0,505 0,471 0,439 0,410 0,382 0,356 0,332 0,310 0,289 0,269 0,251