PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL
1
2
ABSTRAK Amelia Enjel Suoth. 2015, Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Iilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Pembimbing II Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan yang dapat mempengaruhi keturunan. Kasus kurang gizi baduta banyak di temukan pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar di bandingkan dengan keluarga kecil yang melibatkan jarak kelahiran dengan selang waktu atau lamanya antara kelahiran anak pertama dan anak berikutnya yang harus direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah baduta yang berada Di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yaitu 40 baduta, jumlah sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data menggunakan Kolmogorof. berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi baduta dengan nilai p value 0,024 dan terdapat hubungan jumlah saudara dengan status gizi baduta dengan p value 0,000. Diharapkan bagi masyarakat agar memperhatikan jarak kelahiran dan jumlah saudara untuk mengantisipasi adanya masalah pada status gizi anak. Kata Kunci : Jarak Kelahiran, Jumlah Saudara, Status Gizi Daftar Pustaka : 45 (Referensi 2005-2014)
1
Amelia Enjel Suoth. 841411113. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UN dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes
3
4
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOLANGOHULA KECAMATAN TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO Amelia Enjel Suoth, dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email ;
[email protected] ABSTRAK Amelia Enjel Suoth. 2015, Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Iilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Pembimbing II Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan yang dapat mempengaruhi keturunan. Kasus kurang gizi baduta banyak di temukan pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar di bandingkan dengan keluarga kecil yang melibatkan jarak kelahiran dengan selang waktu atau lamanya antara kelahiran anak pertama dan anak berikutnya yang harus direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah baduta yang berada Di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yaitu 40 baduta, jumlah sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data menggunakan Kolmogorof. berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi baduta dengan nilai p value 0,024 dan terdapat hubungan jumlah saudara dengan status gizi baduta dengan p value 0,000. Diharapkan bagi masyarakat agar memperhatikan jarak kelahiran dan jumlah saudara untuk mengantisipasi adanya masalah pada status gizi anak. Kata Kunci : Jarak Kelahiran, Jumlah Saudara, Status Gizi Daftar Pustaka : 45 (Referensi 2005-2014)
1
Amelia Enjel Suoth. 841411113. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UN dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Ke 5
6
PENDAHULUAN Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan di gunakan secara efisiensi akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin1 Status gizi buruk pada baduta dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Baduta penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 %. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini2 Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004 kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta, kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 jiwa. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk)dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk). 3 Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama masa baduta akan menjadi dasar bagi kesehatan yang bagus di masa yang akan datang. Pengaturan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan anak, melindungi anak dari penyakit dan infeksi serta membantu perkembangan mental dan kemampuan belajarnya4 Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara komponen zat gizinya, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan, padahal makanan yang tidak disukai itu mengandung zat gizi yang seimbang sehingga harapan dalam pemenuhan gizi yang selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana. Nafsu makan baduta kadang hanya sedikit dan sering kali menyukai sesuatu jenis makanan hanya pada masa tertentu, Ia menolak makanan yang satu dan terus menerus memilih makanan yang lain 5 Status gizi dipengaruhi oleh beberapa yaitu faktor secara langsung dan tidak langsung di antaranya jarak kelahiran dan jumlah saudara. Dalam suatu keluarga tentunya mengharapkan kehadiran anak sebagai pelengkap, akan tetapi tidak semua keluarga mengetahui secara benar jarak kelahiran dan jumlah anak seperti yang disarankan pemerintah yaitu keluarga berencana. Pada dasarnya jarak kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya adalah 18 hingga 60 bulan, hal ini juga sejalan dengan program pemerintah setiap keluarga disarankan mempunyai dua anak saja, memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada anak terbagi. Jumlah perhatian yang diterima per anak 1
Harinda. 2012. Ilmu Gizi. Yogyakarta: PT. Wahyu Medika Samsul. 2011. Gizi Anak. Jakarta. Flash Book. 3 Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Program perbaikan gizi makro untuk balita: Jakarta Direktorat Giizi. 2
4 5
June Thompson. 2003. Ilmu Gizi Anak. Jakarta : Flash Book. Ayu dan Mahendra. 2008. Buku Pintar Menu Balita. Tangerang: PT. Wahyu Medika.
7
menjadi berkurang. Kondisi ini memperburuk jika status ekonomi keluarga tergolong rendah6 Sumber daya yang terbatas, termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada semua baduta. Dengan memberikan jarak yang cukup pada kehamilan berikutnya dan jumlah saudara yang sesuai dengan program pemerintah, sehingga dapat menjaga kesehatan ibu dan anak, ikatan emosional keluarga menjadi lebih sehat, dan kondisi perekonomian rumah tangga dapat terkontrol dengan baik 7 Berdasarkan hasil penelitian Herlina Rambu Mina dengan judul “Hubungan Jarak Kelahiran dan jumlah anak dengan Status Gizi” di dapatkan hasil bahwa Jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak 47 anak, sedangkan dari jumlah 47 anak mempunyai jumlah saudara ≤ 2 orang sebanyak 39 anak, sedangkan 8 anak mempunyai jumlah saudara 2 orang bahkan ada yang belum punya saudara, dan dari 39 anak tersebut setelah dilihat rata-rata mempunyai status gizi kurang dan yang 8 orang anak rata-rata mempunyai status gizi baik.. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi serta terdapat hubungan antara jumlah anak dengan status gizi8 Berdasarkan hasil penelitian Nunung Nurjanah (2014) dengan judul “hubungan Jarak Kelahiran dan jumlah saudara dengan Status Gizi Balita di RW 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung” di dapatkan hasil bahwa jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak (38 %) Jumlah anak lebih dari 2 orang sebanyak (27 %) dan berstatus gizi kurang (28%) serta jumlah anak yang belum mempunyai saudara 4 orang dan berstatus gizi baik (3%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan jarak kelahiran dan jumlah anak dengan status gizi balita9 Berdasarkan pengambilan data awal di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yang di lakukan pada saat observasi sebanyak 10 baduta yang berkunjung pada bulan april 2015. yang memiki gizi kurang sebanyak 5 orang, gizi buruk 1 orang, sedangkan gizi normal 4 baduta. Dari 5 orang yang gizi kurang diatas masing-masing mempunyai jarak kelahiran yang kurang dari 2 tahun dan mempunyai banyak saudara, sedangkan pada 1 anak gizi buruk yang telah di wawancarai, Ibunya mengatakan bahwa selama ibu ini mengandung jarang memperhatikan gizinya, baik konsumsi gizi ibu maupun gizi anak dan setelah lahirpun ibunya jarang membawa bayi ini ke posyandu serta bayi ini mempunyai jumlah saudara 3 orang dengan jarak kelahiran terlalu dekat, sisanya 4 baduta yang gizi baik mempunyai jarak kelahiran 3 tahun bahkan ada yang hingga 5 tahun serta mempunyai jumlah saudara 2 orang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo”. 6 7 8 9
Merryana. 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Prasetyo. 2008. Makanan bergizi untuk Bayi. Yogyakarta: Flash Book. Herlina. 2014. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Balita. di akses 25 Februari Nunung. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Di Puskesmas Cijerah bandung. di akses 27 Februari.
8
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Observasional Analitik yang merupakan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua baduta yang berkunjung Di Desa Makmur Abad dan Desa Tamaila dalam Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo pada saat penelitian yaitu berjumlah 40 Baduta pada 21 mei sampai 13 juni 2015, dengan menggunakan tehnik Total Sampling . analisa data menggunakan Kolmogorof Analisa univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Analisa bivariat dilakukan dengan uji Kolmogorof10 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo . Umur (bulan) N Persentase (%) 1-12 13-24 Total Sumber : Data Primer 2015
22 18 40
55,0 45,0 100,0
Rentang umur menurut depkes 2009, adalah 0-2 tahun di katakan baduta, 0-3 tahun di katakan batita, dan 0-5 tahun di katakan balita. Berdasarkan rentang tersebut peneliti mengambil rentang umur 0-2 tahun dengan nilai median 1-12 bulan dan 13-24 bulan11 Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan bahwa sebagian besar usia responden di kecamatan tolangohula yaitu 1-12 berjumlah 22 baduta (55,0%) dan usia 13-24 bulan berjumlah 18 baduta (45,0%). Karakteristik Responden Berdasarkan jarak Kelahiran Berdasarkan sumber dari BKKBN, 2011 tentang jarak kelahiran yang tepat bagi warga negara indonesia. Tabel 4.2 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo
10 11
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Departemen kesehatan. 2009. Program Gizi Ibu dan Anak. Jakarta: Direktorat Gizi
9
Jarak Kelahiran
n
Persentase (%)
>24 17 42,5 ≤24 23 57,5 Total 40 100,0 Sumber : data primer, 2015 Pada tabel 4.2 tentang distribusi responden berdasarkan jarak kelahiran, sebagian besar responden mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan yaitu sebanyak 23 baduta (57,5%), sedangkan untuk responden yang mempunyai jarak kelahiran lebih besar dari 24 bulan yaitu sebanyak 17 baduta (42,5%). Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa ibu yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan belum mengetahui resiko masalah kesehatan dari jarak kelahiran yang terlalu dekat tersebut . Kurangnya pengetahuan ibu tentang jarak kelahiran yang baik dan benar menyebabkan sebanyak 23 baduta (57,5%), memiliki jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan. Menurut Teori Almatzier, (2011) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua sangat berperan dalam mengurangi masalah kesehatan pada anak karena dengan pengetahuan yang baik yang di miliki orangtua maka akan berdampak pada kesehatan anak. Hasil penelitian Sutamin, (2005), tentang hubungan jarak kelahiran dan tingkat pengetahuan ibu di desa Tatura Palu didapatkan bahwa jarak kelahiran lebih dari dua tahun dengan tingkat pengetahuan ibu baik membuat anak tumbuh dan berkembang dengan baik di sekolah dengan status gizi (+2SD), namun beberapa ibu yang jarak kelahiran terlalu dekat dengan tingkat pengetahuan ibu kurang membuat anak tidak berkembang dengan baik dan mempunyai status gizi (-3SD)12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Berdasarkan suber BKKBN, 2011 dengan mempunyai anak yang cukup dapat mengurangi masalah kesehatan di indonesia13 Tabel 4.3 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo Jumlah Saudara n Persentase (%) >2 22 ≤2 18 Total 40 Sumber : Data Primer 2015
55,0 45,0 100,0
Pada tabel 4.3 tentang distribusi responden berdasarkan jumlah saudara, sebagian besar responden mempunyai jumlah saudara lebih besar dari 2 orang yaitu 22 baduta (55,0%), sedangkan untuk responden yang mempunyai jumlah saudara kurang dari sama dengan 2 yaitu sebanyak 18 baduta (45,0%). Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian baduta yang 12
13
Almatzir. 2011. Kesehatan Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar. Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana . 2014. Renstra Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta.
10
mempunyai jumlah saudara lebih dari 2 saudara ini, ibunya tidak terlalu memperhatikan jumlah anak, karena belum paham tentang jumlah anak yang baik terhadap kesehatan. Jadi kurangnya pengetahuan orang tua yang menyebabkan 22 baduta (55,0%) memiliki jumlah saudara lebih dari 2 saudara, adapun dari beberaoa ibu lain berpendapat bahwa menurut agama banyaak anak berati banyak rezeki. Namun hal itu bertolak belakang dengan program Kb dari pemerintsh yang menganjurkan 2 anak lebih baik untuk memaksimalkan pertumbuhan anak. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi tabel 4.4 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan status gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Status Gizi N Presentase (%) Baik 22 55,0 Kurang 17 42,5 Buruk 1 2,5 Total 40 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Terakhir untuk status Gizi sebagian responden mempunyai status gizi yang baik sebanyak 22 baduta (55,0%), sedangkan yang berstatus gizi kurang sebanyak 17 baduta (42,5%), dan untuk yang berstatus gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), Hubungan Jarak Kelahiran Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Tabel 4.5 Hubungan Jarak Kelahiran Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Jara Status Gizi P value k Baik Kurang baik Buruk kela N % N % n % hira n 0,024 >24 14 35,0 3 7,5 0 0 ≤24 8 20,0 14 35,0 1 2,5 Tota 22 55,0 17 42,5 1 2,5 l Sumber ; Data Primer 2015 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo menunjukan bahwa jarak kelahiran lebih dari 24 bulan lebih banyak mengalami status gizi baik yaitu 14 baduta (35,0%). Dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu sudah paham tentang jarak kelahiran yang benar dan mengetahui pemberian nutrisi yang baik terhadap bayinya, jika status gizi terpenuhi akan sangat mempengaruhi status gizi baduta menjadi baik. Adapun untuk jarak kelahiran lebih dari 24 bulan yang mempunyai gizi kurang sebanyak 3 baduta (7,5%), hal ini sesuai dengan hasil 11
wawancara dengan orang tua baduta mengatakan bahwa ketidakpahaman orang tua yang menyebabkan gizi kurang pada anaknya. Adapun jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi kurang sebanyak 14 baduta (35,0%) dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu belum kembali pulih kesehatannya pasca melahirkan sebelumnya namun sudah hamil lagi sehingga bisa menyebabkan masalah pada anaknya yang pertama di sebabkan ibu sudah jarang memperhatikan anak, baik gizinya maupun perhatiannya, itu sangat bisa mempengaruhi status gizi baduta menjadi kurang. Sedangkan untuk jarak kelahiran yang kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), ini disebabkan karena menurut hasil wawancara bahwa selama ini ibu tersebut belum pernah konsul pasca melahirkan , ibu tersebut jarang membawa anaknya ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan status gizi dan ibu ini tidak memperhatikan makanan yang baik serta memperhatikan pemberian ASI kepada anaknya, hal ini di dukung pula dari hasil observasi peneliti bahwa faktor ekonomi orangtua rendah sehingga orangtua baduta jarang memberikan makanan yang bergizi. Selain itu baduta yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi baik berjumlah 8 baduta (20,0%) dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu sudah paham tentang pemenuhan nutrisi yang baik terhadap anaknya. Menurut hasil penelitian Bella meneliti hubungan jarak kelahiran dengan status gizi balita didapatkan bahwa jarak kelahiran lebih dari 24 bulan memiliki kemampuan yang lebih di sekolah. Jarak kelahiran yang dianjurkan adalah dua tahun. Menjaga jarak kelahiran akan meningkatkan ketahanan sang anak14 Hubungan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Tabel 4.6 Hubungan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Status Gizi Jumah Baik Kurang baik Buruk P value saudara N % N % n % ≤2 18 45,0 0 0 0 0 >2 4 10,0 17 42,5 1 2,5 0,000 Total 22 55.0 17 42,5 1 2,5 Sumber ; Data Primer 2015 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo jumlah saudara yang kurang dari sama dengan 2 yang mengalami gizi baik sebanyak 18 baduta (45,0%), ini berdasarkan hasil wawancara di temukan bahwa orang tua lebih dengan mudah bisa mengontrol pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak sehingga pemenuhan gizi anak dapat terpenuhi dengan baik. 14
Bella. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Sosiodemografi Di Daerah EndemisGaki. Di akses 27 februari. 12
Sedangkan untuk Jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi baik sebanyak 4 baduta (10,0%), berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua didapatkan bahwa dalam keluarga tersebut memiliki kecukupan ekonomi yang baik serta kesadaran orang tua akan pentingnya kesehatan pada anaknya adalah menjadi faktor terpenting dalam mengatasi masalah khususnya pada status gizi yang ada dalam keluarga. Sedangkan untuk jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi kurang sebanyak 17 baduta (42,5%), hal ini karena berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua didapatkan hasil bahwa faktor ekonomilah yang sangat berpengaruh terhadap masalah kesehatan anak, misalnya orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak. Sedangkan untuk jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), dari hasil wawancara ini disebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap konsumsi makanan anaknya sehingga berpengaruh pada pertumbuhan anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 1.
2.
3. 4. 5.
Banyaknya masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula belum mengetahui jarak kelahiran yang tepat hal ini terlihat dari 40 responden mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan sebanyak 23 baduta (57,5%) dan yang mempunyai jarak kelahiran lebih dari 24 bulan sebanyak 17 baduta (42,5%). Ditemukan bahwa sebagian masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula belum mengetahui jumlah anak yang tepat hal ini terlihat dari banyak responden 40 baduta yang mempunyai saudara lebih dari 2 saudara sebanyak 22 baduta (55,0%) dan yang mempunyai saudar kurang dari sama denga 2 saudara sebanyak 18 baduta (45,0%). Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula sebagian masih mempunyai masalah kesehatan terutama pada status gizi baduta. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Jarak Kelahiran dengan Status gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula (P = 0,024). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Jumlah saudara dengan Status gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula (P = 0,000).
DAFTAR PUSTAKA Ayu dan Mahendra. 2008. Buku Pintar Menu Balita. Tangerang: PT. Wahyu Medika. Almatzir. 2011. Kesehatan Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
13
Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana . 2014. Renstra Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Program perbaikan gizi makro untuk balita: Jakarta Direktorat Giizi. Harinda. 2012. Ilmu Gizi. Yogyakarta: PT. Wahyu Medika Herlina. 2014. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Balita. di akses 25 Februari June Thompson. 2003. Ilmu Gizi Anak. Jakarta : Flash Book. Merryana. 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nunung. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Di Puskesmas Cijerah bandung. di akses 27 Februari. Prasetyo. 2008. Makanan bergizi untuk Bayi. Yogyakarta: Flash Book. Samsul. 2011. Gizi Anak. Jakarta. Flash Book. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
14