PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Oleh DWI NILAM LAKORO NIM. 841 411 132
PEMBIMBING I
dr. Vivien Novarina A.Kasim, M. Kes NIP. 19830519 200812 2 002
PEMBIMBING II
Andi Mursyidah, S.Kep, Ns., M.Kes
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes NIP. 19771028 200812 2 003
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO
ABSTRAK Dwi Nilam Lakoro. 2015. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Skripsi Program Ilmu Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes dan pembimbing II Andi Mursyidah, S.Kep, Ns., M.Kes. Karies gigi adalah suatu proses dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan yang diakibatkan karena tidak terjaganya kebersihan gigi dan adanya interaksi kuman didalam dimulut dan gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi berjumlah 139 murid, sampel sebanyak 57 murid dengan menggunakan tehnik Stratified Random Sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan uji analisis bivariat menggunakan Chi-Square dan hasil yang didapatkan untuk konsumsi makanan kariogenik yaitu (p=0,002) sedangkan untuk kebiasaan menggosok gigi yaitu (p=0,000). Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Disarankan agar para murid mengurangi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi secara teratur untuk mencegah terjadinya karies gigi. Kata Kunci : Makanan Kariogenik, Menggosok Gigi, Karies Gigi Daftar Pustaka : 40 (2001-2015)
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Dwi Nilam Lakoro Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Dwi Nilam Lakoro. 2015. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Skripsi Program Ilmu Studi Keperawatan,n Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes dan pembimbing II Andi Mursyidah, S.Kep, Ns., M.Kes. Karies gigi adalah suatu proses dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan yang diakibatkan karena tidak terjaganya kebersihan gigi dan adanya interaksi kuman didalam dimulut dan gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi berjumlah 139 murid, sampel sebanyak 57 murid dengan menggunakan tehnik Stratified Random Sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan uji analisis bivariat menggunakan Chi-Square dan hasil yang didapatkan untuk konsumsi makanan kariogenik yaitu (p=0,002) sedangkan untuk kebiasaan menggosok gigi yaitu (p=0,000). Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2015. Disarankan agar para murid mengurangi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi secara teratur untuk mencegah terjadinya karies gigi. Kata Kunci : Makanan Kariogenik, Menggosok Gigi, Karies Gigi Daftar Pustaka : 40 (2001-2015)
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang masih harus mendapat perhatian khusus karena dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang mengabaikannya karena ketidaktahuan dan keterampilan mereka dalam menjaga kebersihan mulut dan gigi.1 Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut besar di negaranegara industri besar, yang mempengaruhi 60-90 % dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa. Ini juga merupakan penyakit mulut yang paling umum di beberapa negara Asia dan Amerika Latin.2 Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.3 Makanan yang dapat segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme plak disebut sebagai makanan kariogenik. Sifat makanan kariogenik yaitu mudah hancur didalam mulut, lengket, mengandung karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam. Kebiasaan makan makanan yang salah pada anak sekolah dasar sering terjadi salah satunya mengkonsumsi jajanan makanan yang mengandung gula tinggi yang bersifat kariogenik seperti coklat, permen, kue bolu dan roti. Selain seringnya mengkonsumsi makanan kariogenik faktor lain yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah kebiasaan menggosok gigi yang kurang baik dan tidak teratur.4 Waktu menggosok gigi yang tepat adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Kebiasaan menggosok gigi sesuai prosedur baik dari cara menyikat gigi dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi dapat mempengaruhi berat ringan terjadinya karies pada gigi.5 Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 139 siswa di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo didapatkan 65% siswa yang mengalami karies gigi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswa mengatakan suka sekali mengkonsumsi makanan kariogenik. Survey terhadap makanan jajanan yang paling banyak dijual dikantin SDN 08 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo adalah makanan bergula seperti permen, es krim, roti, molen, kue dan coklat. Selain 1
Kent dan Blinkhorn. 1991. Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi Edisi 2. Terjemahan Oleh drg. Johan Arif Budiman. 2005. Jakarta: EGC. 2 WHO. 2015. http://www.who.int/ oral_health/disease_burden/ global/en/. 3 Suwargiani, Anne A. 2008. Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondohdan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Makalah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 4 Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 5 Meishi P R L. 2011. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan.
karena faktor makanan kariogenik ada juga faktor tidak merawat gigi secara teratur. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Mei s/d 31 Mei 2015.Penelitian ini menggunakan metode Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional, dengan tehnik pengambilan sampel yaitu Stratified Random Sampling. Stratified random sampling yaitu peneliti mempertimbangkan stratifikasi atau strata yang terdapat dalam populasi sehingga setiap strata terwakili dalam penentuan sampel.6 Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Lembar kuesioner berisi tentang konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi, sedangkan lembar observasi melihat ada atau tidak adanya karies gigi. Sampel sebanyak 57 responden. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik ChiSquare. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Konsumsi Makanan Kariogenik Tabel. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Makanan Kariogenik di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo No.
Konsumsi Makanan Kariogenik
Jumlah
%
1.
Sering
30
52,6
2.
Jarang
27
47,4
Jumlah
57
100
Sumber : Data Primer 2015
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan konsumsi makanan kariogenik terdapat (52,6%) yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan (47,4%) yang jarang mengkonsumsi makanan kariogenik. Hal ini disebabkan karena mereka lebih menyukai dan sering sekali makanan-makanan manis yang mengandung banyak karbohidrat seperti es krim, coklat dan permen baik di area sekolah maupun dilingkungan rumah. Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan manis seperti coklat, permen dan ice krim 6
Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : TIM
disebabkan karena makanan tersebut bentuknya menarik dan rasanya yang lezat yang sangat disukai oleh anak-anak. Makanan kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung gula yang dapat menyebabkan karies, konsumsi makanan kariogenik mempengaruhi terjadinya karies dalam hal bentuk fisik, jenis dan frekuensi mengkonsumsi makanan.7 Makanan dengan pemanis buatan menipu tubuh dengan cara yang bisa meruntuhkan kebiasaan makanan yang baik, makanan manis berpotensi melatih anak untuk mengembangkan selera makan makanan manis secara berlebihan konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan pH plak tetap di bawah normal yang menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies.8 Sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan sebutan makanan kariogenik, jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain dan paling banyak dikonsumsi. Sintesa polisakarida dari sukrosa lebih tepat dari pada glukosa, fruktosa dan laktosa maka sukrosa bersifat paling kariogenik.5 Kebiasaan Menggosok Gigi Tabel. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo No.
Kebiasaan Menggosok Gigi
Jumlah
%
1.
Tidak teratur
32
56,1
2.
Teratur
25
43,9
Jumlah
57
100
Sumber : Data Primer 2015
Tabel. 2 menunjukkan bahwa berdasarkan kebiasaan menggosok gigi terdapat (56,1%) yang cara menggosok giginya tidak teratur dan (43,9%) untuk cara menggosok gigi teratur.
7
Masriadi Tamrin., Afrida, dan Maryam Jamaluddin. 2014. Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah. 8 W.Allan Walker, M.D.2006 Makanan Sehat, Untuk Bayi & Anak. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Hal ini mengindikasikan bahwa kebiasaan menyikat gigi pada anak di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo masih sangat memprihatinkan karena masih rendahnya kesadaran anak untuk menyikat gigi dengan cara yang baik dan benar. Pada kebanyakan responden umumnya mereka menyikat gigi pada saat mandi pagi dan saat mandi sore. Padahal waktu yang tepatnya untuk menggosok gigi yaitu saat sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Banyak dari mereka juga yang hanya menggosok gigi 1 kali sehari. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ternyata hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang ada pada masing-masing anak, mereka juga kurang mendapatkan pendidikan yang baik tentang pentingnya menggosok gigi dengan baik dan benar. Kebiasaan menggosok gigi merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan untuk menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut.7 Kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain mudah berlubang.9 Waktu yang dibutuhkan untuk menyikat gigi adalah 2-3 menit dan minimal kita menggosok gigi 2x sehari yaitu pagi setelah sarapan dan yang kedua pada saat menjelang tidur, menggosok gigi setelah makan baik dilakukan agar sisa makanan yang dimakan tidak menempel digigi begitu juga dengan menggosok gigi sebelum tidur malam sangatlah penting karena saat tidur terjadi interaksi antara bakteri mulut dengan sisa makanan pada gigi.5 Kejadian Karies Gigi Tabel. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo No.
Observasi
Jumlah
%
1.
Karies Gigi
33
57,9
2.
Tidak Karies Gigi
24
42,1
Jumlah
57
100
Sumber : Data Primer 2015
9
Warni L. 2009. Hubungan perilaku murid SD kelas Vdan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU.
Tabel.3 menunjukkan distribusi responden berdasarkan karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dari 57 anak yang menjadi responden didapatkan bahwa terdapat (57,9%) yang karies gigi dan (42,1%) yang tidak karies gigi. Ini merupakan cerminan dari perilaku atau sikap anak yang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut mereka, seperti perilaku menyikat gigi yang tidak teratur dan beberapa kebiasaan anak yang lebih menyukai makanan manis. Keluhan ini dapat dimengerti karena masih banyaknya anak yang belum mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan gigi mereka sampai menjadi berlubang. Banyak anak-anak yang kurang kepeduliannya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, maka tidak heran kebanyakan dari mereka yang mengalami karies gigi. Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak terutama pada gigi susu anak usia 6 sampai 14 tahun merupakan kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu menjadi gigi permanen, pada usia ini biasanya anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulut mereka. Kebiasaan setelah mengkonsumsi makanan tersebut dan mereka jarang membersihkan gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.10 Kebersihan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan, kesehatan gigi ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Sisa-sisa makanan yang tertinggal dan melekat disela-sela gigi maupun permukaan gigi jika tidak segera dibersihkan dengan metode menyikat gigi yang benar maka sisa-sisa makanan tersebut akan diuraikan oleh bakteri, bakteri dapat mengubah semua makanan terutama gula menjadi asam jika sudah begini akan sulit untuk dibersihkan dan apabila hal tersebut terjadi maka ancaman mengalami karies gigi akan terjadi.11
Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Tabel.4 Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Sering
Kejadian Karies Gigi Tidak Karies Karies Gigi Gigi n n % % 23 40,4 7 12,3
n 30
% 52,6
Jarang
10
27
47,4
Konsumsi Makanan Kariogenik
10
17,5
17
29,8
Jumlah
𝜒2 𝜌 Value
0.002
Sumini., Bibi Amikasari, dan Devi Nurhayati. 2014. Hubungan Konsumsi Makanan Manis Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan 11 Dewanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4 Depok. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Jumlah
33
57,9
24
42,1
57
100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel.4 diatas dapat diketahui untuk kategori anak yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan anak yang jarang mengkonsumsi makanan kariogenik. Yaitu dari (52,6%) anak yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik terdapat (40,4%) anak yang karies gigi dan (12,3%) anak yang tidak karies gigi sedangkan untuk kategori anak yang jarang mengkonsumsi makanan kariogenik berjumlah (47,4%), terdapat (29,8%) anak yang tidak karies gigi dan (17,5%) anak yang karies gigi. Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square maka diperoleh hasil 𝜒 2 hitung nilai 𝜌 0,002 (<𝛼0,05) ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa dari (52,6%) anak yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik ada (12,3%) anak yang tidak karies gigi. Hal ini terjadi karena peneliti melihat dari jawaban kuesioner ke 7 responden ini tentang kebiasaan menggosok gigi hasilnya didapatkan teratur. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan walaupun mereka sering mengkonsumsi makanan kariogenik tetapi karena kebiasaan menggosok gigi yang baik dan teratur maka mereka tidak mengalami karies gigi. Sedangkan dari (47,4%) anak yang jarang mengkonsumsi makanan kariogenik ada (17,5%) anak yang karies gigi. Hal ini terjadi karena peneliti melihat dari jawaban kuesioner ke 10 responden ini tentang kebiasaan menggosok gigi hasilnya didapatkan tidak teratur. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan walaupun mereka jarang mengkonsumsi makanan kariogenik tetapi karena kebiasaan menggosok gigi yang tidak teratur maka terjadilah karies gigi. Karies gigi erat kaitannya dengan makanan kariogenik, sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran makanan ini sangat digemari anak sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh karbohidrat kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak usia sekolah perlu diperhatikan. Anak usia sekolah lebih senang untuk mengkonsumsi makanan kariogenik yang menyebabkan karies gigi dibanding dengan makanan yang tidak menyebabkan karies gigi. Alasan tersebut dikarenakan makanan kariogenik lebih nikmat dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar tanpa tahu dampak yang diakibatkan oleh kandungan karbohidrat yang ada didalam makanan kariogenik.12 Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih tinggi akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah.4 12
Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
HubunganKebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi di Sekolah SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tabel.5 Hubungan Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Kebiasaan Menggoso k Gigi Teratur Tidak Teratur Jumlah
Kejadian Karies Gigi Tidak Karies Karies Gigi Gigi n N % % 29 50,9 3 5,3
n 32
% 56,1
4
7,0
21
36,8
25
43,9
33
57,9
24
42,1
57
100
Jumlah
𝜒2 𝜌 Value
0.000
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel.5 diatas dapat diketahui untuk kategori kebiasaan menggosok gigi tidak teratur lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kategori kebiasaan menggosok gigi teratur. Dari (56,1%) anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi tidak teratur terdapat (50,9%) anak yang karies gigi dan yang tidak karies gigi ada (5,3%) anak sedangkan untuk (43,9%) anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi teratur didapatkan (7,0%) anak yang karies gigi dan (36,8%) anak yang tidak karies gigi. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik ChiSquare maka diperoleh hasil 𝜒 2 hitung nilai 𝜌 0,000 (<𝛼0,05) ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa dari (43,9%) anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi teratur terdapat (7,0%) anak yang karies gigi. Hal ini terjadi karena peneliti melihat dari jawaban kuesioner ke 4 responden ini tentang konsumsi makanan kariogenik hasilnya didapatkan sering mengkonsumsi. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan walaupun mereka memiliki kebiasaan menggosok gigi teratur tetapi karena seringnya mengkonsumsi makanan kariogenik maka terjadilah karies gigi. Sedangkan dari (56,1%) anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi tidak teratur terdapat (5,3%) anak yang tidak karies gigi. Hal ini terjadi karena peneliti melihat dari jawaban kuesioner ke 3 responden ini tentang konsumsi makanan kariogenik hasilnya didapatkan jarang mengkonsumsi makanan kariogenik. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan walaupun mereka memiliki kebiasaan menggosok gigi tidak teratur tetapi karena jarang mengkonsumsi makanan kariogenik maka tidak terjadi karies gigi. Pada masa anak-anak merupakan waktu yang sangat tepat untuk menerapkan dan mengajarkan anak-anak tentang cara serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan cara menyikat gigi karena pada masa anakanak adalah salah satu kelompok usia yang kritis untuk terkena penyakit gigi dan
mulut seperti karies gigi pada saat anak-anak mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen.13 Menggosok gigi yang teratur dan baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan tekanan yang ringan pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi (perbatasan gusi dan gigi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang.14 Membersihkan mulut merupakan hal penting sebagai suatu cara untuk menghindari karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik, benar serta teratur setelah mengkonsumsi makanan terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat yang telah diolah yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi. Ketika menggosok gigi sangat penting menyikat semua permukaan gigi yang mana akan memakan waktu minimal 2-3 menit.13 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan kebiasaan makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kebiasaan menggosok gigi yang paling banyak adalah tidak teratur yaitu sebanyak 32 (56,1%) anak dan konsumsi makanan kariogenik terdapat lebih banyak yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 30 (52,6%) anak. 2. Kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 33 anak (57,9%). 3. Terdapatnya hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kejadian karies gigi dengan nilai hasil yang didapatkan yaitu 𝜌 = 0,002 < 𝛼 = 0,05. 4. Terdapatnya hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dan kejadian karies gigi dengan nilai hasil yang didapatkan yaitu 𝜌 = 0,000 < 𝛼 = 0,05. SARAN. 1. Bagi Peneliti Untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk lebih meneliti lebih dalam lagi tentang makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi ataupun tentang kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dan tentunya dengan variabel, jumlah responden, metode penelitian dan tempat penelitian yang berbeda. 2. Bagi Orang Tua 13
14
Irma Z, Indah & Intan S, Ayu. 2013. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta : Nuha Medika. Hidayanti, Lilik. 2005. Hubungan Karakteristik Keluarga Dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar (Survei Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Tesis.
3.
4.
Menjadi bahan masukan kepada orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak mereka dan agar orang tua lebih mengetahui tentang pentingnya hal-hal apa saja yang menyebabkan timbulnya karies gigi. Bagi Institusi Sekolah Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan agar pihak sekolah mengetahui dampak dari konsumsi makanan kariogenik dan mengurangi penjualan makanan yang bersifat kariogenik sekaligus lebih memperhatikan lagi jenisjenis makanan manis apa saja yang dibawa para pedagang di area sekolah. Pihak sekolah juga lebih meningkatkan peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan tentang kebersihan gigi pada anak serta fungsi dari UKGS (usaha kesehatan gigi sekolah) lebih ditingkatkan dan digunakan sesuai prosedur yang semestinya. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan kepada perawat tentang pendidikan kesehatan gigi dan mulut sekaligus lebih meningkatkan perhatian terhadap kebersihan gigi dan karies yang terjadi pada anak. DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : TIM Dewanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4 Depok. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hidayanti, Lilik. 2005. Hubungan Karakteristik Keluarga Dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar (Survei Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Tesis. Irma Z, Indah & Intan S, Ayu. 2013. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta : Nuha Medika. Kent dan Blinkhorn. 1991. Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi Edisi 2. Terjemahan Oleh drg. Johan Arif Budiman. 2005. Jakarta: EGC. Meishi P R L. 2011. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan. Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat, Merawat Gigi Sehari – hari. Jakarta : PT Kompas Gramedia Suwargiani, Anne A. 2008. Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondohdan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Makalah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Sumini., Bibi Amikasari, dan Devi Nurhayati. 2014. Hubungan Konsumsi Makanan Manis Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan
Masriadi Tamrin., Afrida, dan Maryam Jamaluddin. 2014. Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah. W.Allan Walker, M.D.2006 Makanan Sehat, Untuk Bayi & Anak. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Warni L. 2009. Hubungan perilaku murid SD kelas Vdan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia. WHO. 2015. http://www.who.int/ oral_health/disease_burden/ global/en/.