PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PARIWISATA BERBASIS KREATIVITAS PROVINSI MALUKU Gabriel S. M. Latupeirissa Binus University Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan – Palmerah, Jakarta Barat 11480 +62 21 5345830
[email protected] Dosen Pembimbing: Nico A. Pranoto, BFA D3226
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menggali segala potensi Maluku dalam bidang kepariwisataan, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Adapun metode yang digunakan adalah melalui studi literatur, wawancara, dan kuesioner. Penelitian ini menghasilkan sebuah identitas visual pariwisata Provinsi Maluku yang disinergikan dengan arah pariwisata nasional, yakni Pariwisata Berbasis Kreativitas melalui tiga potensi pariwisata Maluku, yakni wisata alam, sejarah, dan budaya.
Kata kunci: Identitas Visual, Pariwisata, Kreativitas, Maluku
ABSTRACT The purpose of this research is to exploring Moluccas’s tourism potentials, and communicating it to the public. The method is through literature studies, interviews, and questionnaires. This research resulted a visual identity for tourism of Moluccas Province that synergized with the national tourism trend, called Tourism-Based Creativity, through three tourism potential of the Moluccas, which are natural tourism, history, and culture. Key words: Visual Identity, Tourism, Creativity, Moluccas
2 PENDAHULUAN Berdasarkan Teori Maslow, disebutkan bahwa aktualisasi diri antara lain berupa pengembangan diri, merupakan hierarki teratas dalam kebutuhan primer manusia. Salah satunya, dapat dicapai melalui waktu luang (leisure), termasuk berwisata, agar dapat menyegaran jiwa kembali. Dalam Deklarasi World Leisure, disebutkan bahwa pentingnya perhatian pada waktu luang sebagaimana terhadap kesehatan dan pendidikan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan juga penekanan pada pentingnya kewajiban pemerintah untuk menjamin pemberian fasilitas terbaik bagi kegiatan di waktu luang dan rekreasi bagi warganya, pentingnya memberikan kesempatan lebih luas untuk mengembangkan hubungan antar-manusia, pentingnya integrasi sosial, pentingnya pengembangan komunitas serta identitas budaya, dan pentingnya persahabatan internasional. Selain itu, sektor pariwisata juga merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi devisa negara, dan peringkat sektor tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini diyakini, menjadi peluang yang besar dan menjanjikan dalam mencapai kesejahteraan rakyat. Maluku, sebuah provinsi kepulauan yang terletak di kawasan Indonesia Timur, dianugerahkan potensi pariwisata yang melimpah. Tidak hanya potensi alamnya yang luar biasa, namun juga memiliki potensi sejarah yang menarik, yang mempengaruhi ke bidang sosial dan budaya, serta relijius-nya. Bahkan, pesona Maluku pernah menjadi latar belakang bangsa Eropa dalam melakukan eksplorasi dunia. Namun sayangnya, Kerusuhan Ambon pada tahun 1999 – 2001, yang sarat akan isu politik busuk, telah merusak citra Maluku secara keseluruhan, yang dulu dikenal dengan sebutan “The Spice Islands” atau “Manise”. Baik dari pariwisata bahkan citra masyarakat Maluku itu sendiri. Adapun dalam buku Destination Management an Overview, diungkapkan bahwa unsur-unsur terpenting yang merupakan elemen dasar destinasi pariwisata adalah attraction, amenity (akomodasi dan jasa boga), accessibility (transportasi), image, dan price. Maka, sesuai latar belakang yang tertulis di atas, penulis terdorong untuk melakukan usaha-usaha dalam mengembalikan citra “Manise” , melalui destination branding provinsi Maluku. Selain itu, penulis juga akan melakukan usaha-usaha promosi, agar perhatian wisatawan dapat teralih pada kawasan ini. Adapun sebagaimana arah kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional di Indonesia, yang disesuaikan dengan arah pariwisata global, maka yang menjadi paradigma penulis adalah Pariwisata Berbasis Kreativitas, yakni pembangunan pariwisata yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan dan kreativitas masyarakat guna kesinambungan pembangunan di Maluku, sebagai destinasi pariwisata. Menjadi sebuah tantangan bagi penulis, untuk mencitrakan identitas pariwisata Maluku, yang tidak hanya berdiri sebagai identitas semata, namun juga menghubungkan antara sudut pandang pariwisata sebagai penghasil devisa negara dan arah pariwisata global.
METODE PENELITIAN Metode penelitian didapatkan melalui studi literatur, wawancara, dan kuesioner. Lalu hasil tersebut dipetakan melalui Strategi Kreatif yang membantu dalam menemukan Brand Essence. Selanjutnya diturunkan ke dalam key words dan key visuals. Hingga akhirnya tercipta Masterbrand dan Supergraphic, lalu menerapkannya dalam berbagai media.
3
HASIL DAN BAHASAN
Pertumbuhan Wisatawan Maluku Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia mencatat peningkatan kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancangegara, di Provinsi Maluku. Wisatawan Mancanegara yang datang ke Maluku meningkat cukup signifikan, dari 3.655 orang pada tahun 2007, menjadi 15.603 orang pada tahun 2011. Demikian pula dengan Wisawatan Nusantara Hal ini dapat dilihat dari:
Grafik 1 Jumlah Perkembangan Wisatawan Mancanegara (kiri) dan Wisatawan Nusantara (kanan) di Provinsi Maluku. Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Perbandingan Jumlah Wisatawan Indonesia Timur dengan Kawasan Lain Dalam jumlah kunjungan wisatawan di Maluku, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, kawasan Indonesia Timur adalah kawasan yang paling sedikit menikmati kunjungan wisatawan. Dengan data sebagai berikut:
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Penerimaan PAD
Sumatera
18.32
18.79
6.76
Jawa
26.03
60.7
70.47
Sunda Kecil
52.76
57.7
15.72
Kalimantan
1.71
8.72
2.82
Kawasan
Sulawesi
0.93
4.59
3.07
Indonesia Timur
0.25
1.23
1.16
Tabel 1 Distribusi Wisatawan Mancanegara dan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah per Regional Tahun 2008 dan 2009. Sumber: Creative-Based Tourism, Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif, oleh Henky Hermantoro. Data di atas merupakan permasalahan yang diangkat penulis, karena Provinsi Maluku yang merupakan bagian dari kawasan Indonesia Tmur menempati posisi terendah dalam minat wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
4 Potensi Pariwisata Maluku Secara garis besar, Maluku dapat mengandalkan tiga hal dalam memposisikan dirinya sebagai destinasi wisata, yakni: •
Bahari dan alam Provinsi yang memiliki bentuk geografis kepulauan, yang bahkan menjadi the most spreaded islands in Indonesia, maka kawasan ini menyimpan begitu banyak pesona yang bervariasi.
•
Sejarah Berdasarkan posisi Maluku sebagai The Spice Islands, maka dapat disimpulkan bahwa Maluku merupakan cikal-bakal eksplorasi dunia.
•
Keragaman budaya tradisional Dengan bentuk kepulauan tersebut itulah, membuat Maluku memiliki keragaman budaya. Apalagi seiring perjalanan sejarah, Maluku mengalami percampuran kebudayaan dengan pendatang-pendatangnya, menjadikan warna-warni Maluku lebih bervariasi.
Sesuai dengan arah pariwisata nasional, yakni Pariwisata Bebasis Kreatifitas, maka ketiga tema ini harus dikemas dalam nuansa kreatif. Yakni melibatkan peran aktif wisatawan, sehingga mendatangkan sebuah pembelajaran bagi mereka dan menghasilkan kreativitas baru. Melalui nuansa yang masih alami dan cenderung tradisional, diharapkan wisatawan dapat menjelajahi pengalaman baru di Maluku.
Strategi Kreatif Tujuan Komunikasi: • Pesona Maluku yang masih alami, terutama pesona baharinya. • Potensi budaya Maluku yang beraneka-ragam, tempat bercampurnya budaya Melanesia, Polinesia, Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang melibatkan wisatawan secara aktif untuk mengalami budayanya. • Potensi sejarah Maluku, yang disebabkan oleh rempah-rempah, menjadi cikal-bakal eksplorasi dunia yang diawali oleh bangsa Eropa. • Sifat dasar masyarakat Maluku yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, menghasilkan keramahtamahan yang luar biasa sebagai tuan rumah daerah tujuan wisata. • Pariwisata Maluku akan bergerak mengikuti arah pariwisata nasional, yakni Pariwisata Berbasis Kreativitas.
Tujuan Perancangan: • Mengembalikan citra “The Spice Islands” dan “Manise”. • Mengkomunikasikan sifat masyarakat Maluku yang sebenarnya, yakni keramahan. • Mengkomunikasikan potensi Maluku, sebagai tujuan wisata di masa depan. • Memudahkan wisatawan dalam mendapatkan informasi mengenai Maluku.
5 Khalayak Sasaran • Primer: Wisatawan Mancanegara. Usia 25 - 34 tahun. Pekerja profesional. Kelas Ekonomi Sosial: B – A. Secara umum berasal dari kawasan Eropa. Secara khusus berasal dari negara Belanda dan Australia. Tujuan berwisata untuk berlibur. Menyukai hal-hal baru, dan siap menghadapi risiko petualangan. Sebelumnya, belum pernah mengunjungi Maluku. Sudah merencanakan liburan, minimal setahun sebelum keberangkatan. Lebih memilih hotel sebagai akomodasinya. Pergi bersama teman-teman. Loyal dalam berbelanja. •
Sekunder: Wisatawan Nusantara. Usia 15 – 34 tahun. Pelajar/ Mahasiswa/ Pekerja profesional. Kelas Ekonomi Sosial: B – A. Secara umum berasal dari Pulau Jawa. Secara khusus berasal kota Jakarta dan sekitarnya. Tujuan berwisata untuk berlibur. Menyukai hal-hal baru, dan siap menghadapi risiko petualangan. Sebelumnya, belum pernah mengunjungi Maluku. Pergi bersama teman-teman. Menyukai Wisata Alam.
Competitive Frame Provinsi D.K.I. Jakarta memiliki program Enjoy Jakarta, menjual nuansa kehidupan kota besar, dan memposisikan diri sebagai tujuan wisata belanja, serta bercita-cita menjadi kiblat mode Asia di masa depan. Lalu, provinsi D.I. Yogyakarta dengan program Jogja Never Ending Asia mengedepankan nuansa kolonial dan budaya Kraton Yogyakarta. Sedangkan Bali mengedepankan nuansa relijius Hindu Bali, yang bersifat sacral melalui program Bali Shanti Shanti Shanti. Keuntungan • Kealamian Maluku memberikan harmonisasi dengan alam, menciptakan ketenangan jiwa. • Kondisi geografis Maluku yang berbentuk kepulauan memberikan sensasi petualangan. • Keramahtamahan masyarakat Maluku memberikan rasa nyaman dan riang karena merasa dicintai. • Khasanah budaya dan sejarah Maluku membuat wawasan bertambah. • Maluku menawarkan keindahan yang masih alami. • Alam Maluku yang subur menghasilkan kekayaan sumber daya alam, terkhusus flora dan fauna. • Alam dan kebudayaan Maluku kaya akan keajaiban, seperti belut raksasa (morea), mata air yang tidak pernah kering, atraksi bambu gila, dan lain-lain. • Kebudayaan Maluku yang beraneka ragam, tempat bercampurnya kebudayaan Melanesia, Polinesia, Timur Tengah, Asia, dan Eropa. • Dalam kearifan lokal, Maluku sangat menjunjung tinggi nilai sosial, hingga terbentuk pola hubungan yang rukun dan damai. Persepsi Khalayak • Maluku memiliki pesona yang masih alami, terutama pesona bahari. • Sejak dahulu kala, Maluku dikenal sebagai The Spice Islands dan Manise. Dukungan • Program Wonderful Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. • Program Kenali Negerimu, Cintai Negerimu oleh Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Tone & Manner Ramah, bersih, petualang.
6
Brand Essence Statement Brand Vision: Maluku memberikan inspirasi melalui pesona alam, budaya, dan sejarah. Brand Positioning: Maluku dikenal sebagai The Spice Islands, daerah penghasil rempah-rempah yang sangat dibutuhkan dunia, hingga menginspirasi bangsa Eropa untuk melakukan eksplorasi dunia. Brand Value Keramahan masyarakat Maluku yang didukung dengan pariwisata berbasis kreativitas. Brand Personality Riang, ramah, harmonis, kreatif! Brand Essence “aspirasi Maluku: inspirasimu!”
Key Words Alami, kepulauan, bahari, harmonisasi, senyum, ajaib, kaya budaya, sosial, rukun, cinta, damai, petualangan, rempah-rempah, periang, tangguh, inspiratif, kreatif.
Strategi Verbal Nama program Tagline Turunan
: aspiring Moluccas : inspires You! : “aspiring …..: inspires …..!”
Strategi Pemilihan Media
Logo aspiring Moluccas inspires You!, brand guidelines, stationery, back office, wayfinding system, information design, exterior design, mobil, motor, speedboat, poster, leaflet, website, kartu pos, sandal, kaus, kemeja pantai, payung, tas kanvas, topi, tempat minum, bingkai polaroid.
7 Logo
Masterbrand terdiri dari Logogram, Logotype, dan Strapline. Logogram menggambarkan cengkeh yang bersinar, memberikan inspiragi bagai matahari. Sinar membentuk kepulauan, terdiri dari kesebelas kota dan kabupaten di Provinsi Maluku. Inti bunga membentuk sebuah pusaran, yang menggambarkan bahwa rempah-rempah Maluku telah menjadi tujuan dunia. Selain itu, Proporsi dari Logogram telah diperhitungkan secara filosofis, yakni untuk menjiwai semangat Siwalima, maka Logogram terdiri dari 9 (Siwa) lapis lingkaran, dan inti dibentuk dari 5 (Lima) lapis terdalam. Sudut radiasi lingkaran sebesar 9°, dan pusaran dimulai pada sudut 117°, untuk menggambarkan lokasi Kepulauan Banda sebagai inti Maluku. Logotype menggambarkan nuansa bahari dan semarak.
Gambar 3 Logo aspiring Moluccas: Silau Cengkeh
Tipografi Typefamily dari Triplex karya Zuzana Licko menjadi primary typography untuk aspiring Moluccas, dikarenakan kesesuaian bentuk dengan aspirasi Maluku itu sendiri. TriplexItalic Light Oldstyle ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZabcdefghijklmnopqrstuvwxyz0123456789., ;:/?!&$ Triplex Bold Oldstyle ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZabcdefghijklmnopqrstuvwxyz0123456789.,;:/?!&$ Triplex Light Oldstyle ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZabcdefghijklmnopqrstuvwxyz0123456789., ;:/?!&$ Triplex Bold ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZabcdefghijklmnopqrstuvwxyz0123456789.,;:/?!&$
8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Pariwisata merupakan hal yang potensial untuk mendapatkan devisa kepada suatu daerah, hal ini terlihat dari peningkatan persentase devisa dari sektor Pariwisata. Maluku merupakan daerah tujuan wisata yang potensial. Dari segi alam, Maluku dikaruniai kecantikan yang luar biasa, terlebih khusus dunia bahari-nya yang memenuhi hampir 90% wilayahnya. Selain itu kecantikan itu belum begitu tersentuh sehingga terkesan sangat alami. Dari segi sejarah, Maluku dikaruniai posisi sebagai tujuan eksplorasi dunia untuk mencari rempahrempah, baik oleh bangsa lain di kepulauan Nusantara, Asia, Timur Tengah, maupun Eropa. Dari segi budaya, Maluku dikaruniai keragaman yang dipengaruhi oleh budaya nenek moyangnya dan asimilasi budaya sejarahnya. Di tambah bentuk geografisnya yang kepulauan menambah keragaman budaya di masing-masing wilayah. Arah Pariwisata Nasional adalah Pariwisata Berbasis Kreatifitas, di mana wisatawan dilibatkan secara aktif dalam potensi-potensi pariwisata itu sendiri. Maka dari itu, untuk mendukung arah tersebut Provinsi Maluku harus mengkomunikasikannya kepada para calon wisatawan dalam usaha Tourism Branding.
Saran Dalam mengkomunikasikan hal-hal tersebut di atas, perlu adanya konsistensi. Maka dari itu diharapkan agar usaha Tourism Branding ini dapat berjalan secara terpadu, dengan mengacu pada Brand Guidelines yang telah dipikirkan secara matang. Dan kiranya, usaha ini tidak hanya menjadi pemanis belaka, namun dapat dijiwai oleh seluruh masyarakat Maluku sebagai salah satu penunjang kepariwisataan itu sendiri.
REFERENSI •
Hermantoro, H. (2011). Creative-based tourism: dari wisata rekreatif menuju wisata kreatif. Depok: Aditri.
•
(2012). Kunjungan wisman ke Maluku meningkat. http://www.ambonekspres.com/index.php?option=read&cat=65&id=36748
•
(2008). Laporan Penelitian/ Survey Pasar Pariwisata Daerah Maluku dan Profil Wisatawan. Ambon: Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
•
Wardiyatna. (2006). Metode penelitian pariwisata. Yogyakarta: Andi.
•
Wiryawan, Mendiola B (2008). Kamus brand. Jakarta: Red & White Publishing.
RIWAYAT PENULIS Gabriel S. M. Latupeirissa lahir di kota Jakarta, tanggal 17 September 1990. Pada tahun 2012 ini, penulis baru saja menamatkan pendidikan S1 di School of Design Binus University Jakarta.
9