PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL IDENTITAS: MUSEUM PRANGKO INDONESIA Cindy School of Design Binus University, Jl. K. H. Syahdan no. 9 Kemanggisan, (021) 532-7630/(021) 533-2985,
[email protected] Pembimbing : James Darmawan, S.Sn., M.Sn
ABSTRAK Prangko memiliki peran penting dalam kemajuan komunikasi berbangsa dan bernegara. Keberadaannya pun semakin dilupakan seiring perkembangan yang juga sudah melupakan penggunaan surat. Disinilah Museum Prangko Indonesia mengambil peran penting dalam merangkai kembali perjalanan sejarah bangsa yang melekat dengan seni dan tradisi. Tujuan perancangan ini ialah untuk merancang ulang identitas visual yang menarik, konsisten dan kreatif agar memiliki identitas yang jelas di mata masyarakat. Metode perancangan melalui berbagai sumber data baik melalui website, buku, survei lapangan dan media sosial, serta wawancara dengan narasumber. Analisis menyatakan bahwa 80% masyarakat suka mengunjungi museum namun sekitar 75% tidak pernah mengunjungi Museum Prangko Indonesia bahkan 90% belum pernah melihat logo museum, padahal beberapa museum di wilayah TMII telah memiliki logo masing-masing. Persepsi masyarakat juga menurun terutama remaja yang beranggapan museum di Indonesia sebagai tempat yang terkesan tua dan membosankan. Dengan identitas baru, diharapkan dapat membantu Museum Prangko Indonesia mencapai visi dan misi yang telah dibangun serta merepresentasikan museum secara global. Kata Kunci : Museum Prangko Indonesia, integritas, seni dan budaya
ABSTRACT Stamp has an important role in the advancement of communication nationwide. Its presence is forgotten more and more as the development of age which also followed by the usage of letters. At this time, 'Museum Prangko Indonesia’ takes its important role in rebuilding the journey of national history which adheres with art and tradition. The purpose of this project is redesigning an appealing, consistent and creative visual identity so it could have a clearer identity in the public eye. Designing method is through various data source such as website, books, field surveys and social media along with interview with speaker. Analysis has shown that 80% of society likes to visit museums but almost 75% have never visited ‘Museum Prangko Indonesia’, on top of that 90% have never seen the logo, even though some museum in the region of TMII has had their own logo. The perception of society has also gone down particularly teenagers who hold the impression of museums in Indonesia being old and tedious. With its new identity, it is hoped to help ‘Museum Prangko Indonesia’ to achieve the vision and mission that has been built and represent museum globally Keywords : Museum Prangko Indonesia, integrity, art and culture
Pendahuluan Prangko memiliki filosofi sejarah yang kuat. Prangko tidak hanya berkembang di Indonesia namun juga di dunia. Prangko pertama di dunia dikenal sebagai Penny Black keluaran tahun 1840 di Inggris. Prangko tersebut merupakan hasil gagasan Sir Rowand Hill, yang sekarang dikenal sebagai bapak prangko dunia. Prangko dianggap sebagai pengungkap sejarah. Setiap gambar yang tergambar pada setiap prangko memiliki keunikan masing-masing. Ketika komputer belum ada, prangko dibuat satu per satu. Karena bukan buatan mesin, maka bentuknya bisa saja berbeda satu sama lain walaupun tampak serupa. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh prangko pada perkembangannya. Di Indonesia, prangko pertama yang digunakan di Indonesia adalah prangko Hindia-Belanda tahun 1864. Prangko yang diterbitkan dengan tampilan berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen tersebut menampilkan gambar wajah Raja Willem III. Prangko tidak hanya memiliki fungsi sebagai tanda pembayaran untuk melunasi biaya pengiriman surat, prangko juga berfungsi sebagai duta dan sumber informasi mengenai suatu negara melalui gambar dan tulisan yang tercermin di setiap prangko. Kegiatan surat menyurat yang sudah dilakukan sejak lama ini, membuat prangko semakin dikenal. Dalam perjalanannya, keberadaan prangko sudah terdengar langka dan asing seiring perkembangan zaman dan teknologi. Kebiasaan saling mengirim surat sudah ditinggalkan sejak adanya surat elektronik/ e-mail. Masyarakat lebih mudah untuk mengirim pesan melalui SMS, e-mail, instant messaging, dll. Posisi surat semakin tenggelam dalam perannya sebagai satu-satunya media untuk mengirim pesan setelah muncul berbagai inovasi teknologi. Agar sejarah prangko selalu diingat dan dilestarikan, maka didirikanlah Museum Prangko di Jakarta yang dicetuskan oleh alm. Ibu Tien Soeharto. Museum Prangko merupakan salah satu dari sekian banyak museum yang dibangun di kawasan area Taman Mini Indonesia Indah. Setelah hampir 31 tahun berdiri, Museum Prangko belum memiliki identitas visual yang kuat, berkarakter dan dikenal oleh masyarakat. Padahal museum prangko memiliki filosofi sejarah yang kuat terutama peran fungsi eksistensinya dalam mengungkap sejarah perkembangan prangko. Minat pengunjung generasi muda semakin berkurang seiring perkembangan, namun meskipun diusianya yang semakin tidak muda, Museum Prangko terus berinovasi dengan ide-ide baru seperti mengadakan kegiatan/ aktivitas untuk mengajak masyarakat untuk datang, namun promosi yang dilakukan hanya terbatas pada lingkup khusus seperti anak-anak kunjungan sekolah yang sudah terprogram oleh sekolah dan kelompok filatelis yang memang memiliki minat khusus. Oleh karena itu, Museum Prangko membutuhkan sebuah identitas yang baru dengan merejuvenasi logo yang lebih menggambarkan semangatnya. Perancangan ini juga bertujuan sekaligus untuk mendukung promosi Museum Prangko Indonesia. Dengan ini kita dapat mengkomunikasikan lebih jelas apa itu Museum Prangko dan fungsinya. Diharapkan, museum ini dapat terus menjadi wadah untuk melestarikan benda-benda bersejarah seperti prangko untuk beberapa tahun ke depan. Penulis tertarik untuk mengambil topik ini setelah penulis mencari tahu tentang perkembangan museum di Indonesia jika dibandingkan museum-museum di luar negeri yang lebih maju. Potensi yang dimiliki oleh Museum Prangko sendiri cukup besar dalam mengajak masyarakat muda.
Metode Penelitian Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk mendukung perancangan Tugas Akhir seperti melalui artikel di website, buku literatur dan visual, survei lapangan dan media sosial, serta wawancara dengan narasumber yang bergerak di bidangnya. Berbagai literatur digunakan sebagai referensi materi perancangan. Salah satu sumber yang digunakan adalah melalui artikel di website yang memuat informasi mengenai Museum Prangko Indonesia. Buku literatur dan visual juga digunakan sebagai teori pendukung mulai dari buku 47 Museum Jakarta oleh Edi Dimyati dan buku Museum di Indonesia : Kendala dan Harapan yang ditulis oleh Ali Akbar. Kedua buku ini digunakan untuk mengetahui sejarah dan perkembangan museum di Indonesia hingga sekarang ini. Buku literatur ketiga yang digunakan untuk mengetahui sejarah perkembangan prangko adalah buku Mengenal Filateli di Indonesia yang ditulis oleh Richard Susilo. Buku visual juga digunakan sebagai pendukung teori-teori desain yang dipergunakan. Penulis juga melakukan survei lapangan dan survei melalui media sosial untuk melihat respon dan tanggapan target audience terhadap Museum Prangko Indonesia. Penulis mengunjungi Museum Prangko Indonesia di TMII Jakarta dan Museum Pos Indonesia di Bandung untuk dijadikan materi perbandingan dalam proses perancangan, juga melakukan survei singkat dengan para
pengunjung. Penulis juga giat melakukan kontak dengan narasumber ahli yang bergerak di bidangnya untuk melakukan wawancara baik secara lisan maupun tertulis, berkenan dengan materi perancangan tugas akhir. Narasumber pun memberikan respon yang baik dan dukungan sepenuhnya terhadap kelancaran proses perancangan.
HASIL DAN BAHASAN Logo
Gambar 1 Logo Baru Museum Prangko Indonesia
Logo Museum Prangko Indonesia merupakan identitas visual utama dan salah satu dari visual brand asset yang paling mudah terlihat dan dikenal, oleh sebab itu penting untuk menjaga konsistensi dalam penerapan di setiap media komunikasi. Logo Museum Prangko Indonesia terdiri dari dua elemen yaitu logogram dan logotype. Logogram dapat berdiri sendiri tanpa logotype, namun logotype tidak dapat dipisahkan dari logogram. Tanpa logogram, maka logotype kurang kuat untuk merepresentasikan sebuah Museum Prangko Indonesia. Keduanya berperan saling mendukung, menopang, dan menyeimbangkan elemen-elemen utama yang terdapat di Museum Prangko Indonesia.
Konstruksi Logogram
Gambar 2 Konstruksi Logogram Museum Prangko Indonesia (Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
Logo Museum Prangko digambarkan dengan bentuk khas perforasi prangko dan dimana pada ujung logo terdapat lipatan masuk yang digambarkan dengan unsur elemen Indonesia, menjelaskan bahwa dibalik lipatan prangko tersebut mewakili unsur seni dan budaya Indonesia yang terus dipertahankan oleh museum. Untuk potongan elemen logo yang berbentuk elemen motif khas Indonesia ini merupakan penyederhanaan bentuk dari ukiran roset yang terdapat di atas bangunan Museum Prangko Indonesia. Roset ini berbentuk matahari dengan cahayanya yang menyinari kedelapan arah yang
bermakna menyebar ke segala arah sesuai dengan fungsi prangko yang bertugas menyebar ke berbagai negara untuk mengirimkan pesan dan informasi melalui gambar dan tulisan yang tercantum di setiap prangko. Elemen ini dimiringkan atau dirotasi ke arah kanan sebesar 45°
Konstruksi Logotype
Gambar 3 Konstruksi Logotype Museum Prangko Indonesia
Logotype dari Museum Prangko Indonesia ini merupakam hasil modifikasi dari typeface GOTHAM MEDIUM. Bagian lekukan preforasi pada prangko kemudian disederhanakan dan dijadikan modul. Dengan memotong bagian dari beberapa huruf dan menambahkannya dengan modul baru seperti pada huruf A, K, M, N dan R.
Warna
Gambar 4 Warna Museum Prangko Indonesia
Warna ungu berindikasi pada imaginasi, inspirasi, kreatifitas, pengetahuan, dan hubungan. Bagi anakanak maupun remaja ungu adalah warna yang menyenangkan. Warna ungu juga dapat berkesan bernilai. Museum Prangko Indonesia memiliki koleksi prangko yang bernilai tingggi, Semakin lama tahun pembuatan sebuah prangko, maka nilai sebuah prangko semakin tinggi dan bernilai. Warna biru tosca muda lebih bersifat sebagai kesegaran, ringan, ketenangan, dan relaksasi dari rutinitas. Museum Prangko membawa suasana tenang dan segar sebagai tempat berlibur yang menyenangkan di akhir pekan. Museum pun tidak berkesan tua dan membosankan sehingga menarik minat remaja.
Elemen Grafis
Gambar 5 Elemen Grafis Museum Prangko Indonesia
Elemen esensial dari logo ditransformasikan menjadi supergrafis. Elemen grafis yang dibentuk dari elemen seni dan budaya Indonesia diambil dari motif roset matahari yang berada di atas bangunan pendopo Museum Prangko Indonesia. Roset dengan bentuk dasar matahari memiliki makna dengan cahayanya menyinari ke delapan arah sesuai dengan bentuk bangunan museum yang berbentuk segi delapan dan fungsi dari prangko yang menyebar ke segala arah dan bersifat universal.
Stationery Stationery berfungsi sebagai salah satu media untuk memperkenalkan identitas perusahaan kepada masyarakat. Integritas sebuah perusahaan terlihat dari konsistensi yang diperlihatkan pada setiap perancangan media aplikasi mulai dari ukuran, warna dan supergrafis terutama pengaplikasian logo hampir pada setiap media.
1. Kartu Nama
Gambar 6 Kartu Nama Museum Prangko Indonesia
2. Amplop
Gambar 7 Amplop Museum Prangko Indonesia
3. Kop Surat
Gambar 8 Kop Surat Museum Prangko Indonesia
4. Corporate Folder
Gambar 9 Corporate Folder Museum Prangko Indonesia
5. Kartu Identitas
Gambar 10 Kartu Identitas Museum Prangko Indonesia
Back Office Perlengkapan back office digunakan untuk internal perusahaan seperti di dalam ruangan kantor.
1. Binder
Gambar 11 Binder Museum Prangko Indonesia
2. CD Case
Gambar 12 CD Case Museum Prangko Indonesia
3. CD Label
Gambar 13 CD Label Museum Prangko Indonesia
Seragam 1. Seragam Kantor
Gambar 14 Seragam Kantor Museum Prangko Indonesia
2. Seragam Promosional
Gambar 15 Seragam Promosional Museum Prangko Indonesia
Tiket Masuk
Gambar 16 Tiket Masuk Museum Prangko Indonesia
Kendaraan Bus
Gambar 17 Bus Museum Prangko Indonesia
Signage Signage merupakan suatu media/ tanda yang dapat memberikan informasi mengenai suatu arah disertai keterangan singkat dan jelas. Signage di Museum Prangko Indonesia dibagi kedalam dua bagian yaitu Outdoor Signage yang terletak di luar bangunan dan Indoor Signage yang terletak di dalam bangunan.
1. Outdoor Signage
Gambar 18 Outdoor Signage Museum Prangko Indonesia
2. Indoor Signage a. Hanging Sign
Gambar 19 Hanging Sign Museum Prangko Indonesia
b. Standing Information
Gambar 20 Standing Information Museum Prangko Indonesia
c. Toilet
Gambar 21 Toilet Museum Prangko Indonesia
d. Entrance dan Exit
Gambar 22 Entrance dan Exit Museum Prangko Indonesia
Brand Guidelines
Gambar 23 Brand Guidelines Museum Prangko Indonesia
Brand Guidelines ini berfungsi untuk memberikan arahan yang jelas dalam menunjang brand communication yang tepat bagi Museum Prangko Indonesia. Perancangan ke dalam berbagai media komunikasi perlu mengikuti arahan spesifikasi yang telah dirancang dan ditentukan. Konsistensi ini berfungsi untuk menjaga integritas museum.
Promotional Items 1. Poster
Gambar 24 Poster Museum Prangko Indonesia (Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
2. Brosur
Gambar 25 Brosur Museum Prangko Indonesia (Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
3. Website
Gambar 26 Website Museum Prangko Indonesia (Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
4. Souvenir
Gambar 27 Souvenir Museum Prangko Indonesia
Simpulan dan Saran Prangko memiliki peran penting dalam kemajuan komunikasi berbangsa dan bernegara. Keberadaannya pun semakin dilupakan seiring perkembangan zaman yang juga sudah melupakan penggunaan surat. Disinilah Museum Prangko Indonesia mengambil peran penting dalam merangkai kembali perjalanan sejarah bangsa yang melekat dengan seni dan tradisi. Perancangan logo yang mencerminkan langsung karakterisik dan keunikan prangko dari bentuk preforasi yang khas, dirancang sesuai dengan target market yang juga masih berusia belia agar mudah mengenali dan memahami langsung isi dari museum, apa yang ingin ditampilkan dan pesan apa yang ingin disampaikan. Elemen grafis perancangan supergrafis dilatarbelakangi oleh visi dan misi yang telah dibangun Museum Prangko Indonesia yaitu menjadi sarana edukasi yang mampu merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan budaya Indonesia. Kita akan diajak masuk dan menjelajahi seni dan budaya Indonesia melalui gambar dan tulisan yang terekam dalam setiap prangko yang dipamerkan. Setiap media menggunakan pengaplikasian supergrafis dengan aturan spesifikasi yang telah ditentukan. Konsistensi adalah hal terpenting yang perlu dipertahankan baik dalam pengaplikasian maupun cara kerja, sebab konsistensi mewakili keintegritasan sebuah perusahaan sehingga menunjang brand communication yang tepat bagi Museum Prangko Indonesia. Rancangan identitas visual ini harus diaplikasikan secara konsisten termasuk pada media promosi untuk menjaga integritas Museum Prangko Indonesia. Dengan identitas baru yang dimiliki, diharapkan dapat membantu Museum Prangko Indonesia mencapai visi dan misi yang telah dibangun dan merepresentasikan museum secara global.
Referensi Akbar, Ali. (2010). Museum di Indonesia: Kendala dan Harapan. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Asthararianty. (2009). Faktor-faktor Dalam Desain Penunjang Buku Autobiografi I Made Ada. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 11(2), 67-78. Carter, R., Ben Day, dan Philip Meggs. (2012). Typographic Design: Form and Communication. (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Dimyati, Edi (2010). 47 Museum Jakarta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hosana M, Mendy. (2009). Efektivitas Corporate Identity Join Pre-School and Enrichment. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 11(1), 60-66. J. Boylan, Patrick. (2004). Running a Museum: a Practical Handbook. France: International Council of Museums. Jalan2.com. 2014. Museum Prangko. Diperoleh (23-02-2014) dari http://jalan2.com/city/jakarta/ museum-perangko/ Klanten, R., Mika Mischler, dan Silja Bilz. (2007). The Little Know-It-All : Common Sense For Designers. Berlin: Die Gestalten Verlag. Marks, T., MINE, Origin, T. Sutton. (2009). Color Harmony Compendium: a Complete Color Reference for Designers Of All Types. United States of America: Rockport Publishers. Museum Indonesia. 2009. Museum Prangko Indonesia. Diperoleh (24-02-2014) dari http://www.museumindonesia.com/museum/24/1/Museum_Prangko_Indonesia_Jakarta/ Perry, Alycia., David Wisnom III. (2003). Creating The Unique DNA of an Enduring Brand Identity. Before The Brand. New York: McGraw Hills Company. Sihombing, Danton. (2003). Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Susilo, Richard. (2002). Mengenal Filateli di Indonesia. 3rd edition. Jakarta: Velbak Indah. Taman Mini Indonesia Indah. 2012. Museum Prangko Indonesia. Diperoleh (24-02-2014) dari http://www.tamanmini.com/museum/museum-prangko-indonesia-2 Wheeler, Alina. (2009). Designing Brand Identity. (3rd edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Riwayat Penulis Cindy lahir di kota Jakarta pada tanggal 16 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang desain komunikasi visual pada tahun 2014. Saat ini belum bekerja.