e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN TPS DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS DAN SIKAP SOSIAL Nym. Sri Diana Asti1, I Wyn. Sujana1, I.B. Surya Manuaba2 1,2,3 Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa melalui penerapan TPS (Think Pair Share) dalam pendekatan saintifik. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 5 Sanur yang terdiri dari 32 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa melalui penerapan TPS (Think Pair Share) dalam pendekatan saintifik.Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dikumpulkan melalui metode tes, sedangkan data sikap sosial siswa dikumpulkan melalui kuesioner kepada siswa. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Pada pra siklus rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS adalah 2,33 (C). Kemudian pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu menjadi 3,06 (B). Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu menjadi 3,6 (A-). Untuk skor rata-rata sikap sosial siswa pada siklus I adalah 2,85 (B). Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan ratarata sikap sosial siswa menjadi 3,42 (A-). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS (Think Pair Share) dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial pada siswa kelas VB SDN 5 Sanur. Kata Kunci: tps, saintifik, pengetahuan, sikap sosial.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Abstract In this classroom action research has purpose to increase the social knowledge and social behavior competency mastery of the students by application of TPS (Think Pair Share) in scientific approach. This research was consisted of two cycles where consisted of planning, implementation, action, observation and reflection. The subjects of the study were the fifth grade students of SDN 5 Sanur consisted of 32 students. The object of this research was the social knowledge and social behavior competency mastery of the students by the application of TPS (Think Pair Share) in scientific approach. The data of social knowledge mastery was collected by test method while the social behavior of students was collected by administering questionnaires to the students. The collected data was analyzed by descriptive scientific analysis and quantitative descriptive analysis. The result of pre-cycle of social knowledge competency master was 2.33 (C). There was increasing data of social knowledge competency mastery in cycle I which was 3.06 (B). The data in cycle II increased which was 3.6 (A-). The mean score of social behavior of cycle I was 2.85 (B) and increased in cycle II which was 3.42 (A-). It can be conclude that the application of TPS (Think Pair Share) in scientific approach was able to increase the social knowledge and social behavior competency mastery students in the fifth B grade of SDN 5 Sanur. Keywords :
application of TPS (Think Pair Share) in scientific approach, knowledge competency mastery, social, social behaviour
PENDAHULUAN Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal. SD merupakan jenjang yang amat penting bagi siswa, karena pada jenjang ini siswa memperoleh kemampuan dasar untuk mengembangkan potensinya saat ini dan pada jenjang pendidikan yang akan ditempuh selanjutnya. Keberhasilan dan kegagalan siswa selama mengikuti pembelajaran di SD akan sangat menentukan masa depannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. Mata pelajaran ini sangat penting diberikan bagi siswa SD, karena melalui mata pelajaran ini siswa diajarkan untuk mengenal lingkungan sosial di sekitarnya dan untuk dapat menjalani kehidupan yang baik di tengahtengah lingkungan sosial tersebut. Seperti halnya yang diungkapkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2011: 18), “melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai”. Dengan mempelajari IPS, diharapkan siswa dapat berlatih untuk memahami lingkungan sosialnya dan
untuk dapat hidup bermasyarakat. Tatanan hidup bermasyarakat selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman, sehingga diharapkan melalui IPS siswa mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai dan dapat menyesuaikan dirinya dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Untuk mewujudkan keberhasilan siswa dalam pelajaran IPS, tentu diperlukan suatu pembelajaran IPS yang berkualitas, sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan dari mata pelajaran IPS. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma baru pendidikan, yaitu pembelajaran inovatif yang memiliki orientasi konstruktivistik. Suyatno (2009: 8) menyatakan, dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pebelajar. Sebagai seorang guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa siswa ke dunia yang dikehendaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati, dan saling
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ketergantungan antara siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada guru kelas VB di SDN 5 Sanur Denpasar khususnya pada mata pelajaran IPS, dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang tertarik dengan pelajaran IPS, sehingga penguasaan kompetensi pengetahuan IPS rata-rata siswa di kelas tersebut masih kurang dari harapan. Nilai rata-rata muatan pelajaran IPS siswa kelas VB SDN 5 Sanur adalah 2,33 (C+). Dan nilai yang diharapkan oleh pihak sekolah adalah 3,32 (B+). Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan hasil belajar agar sesuai dengan harapan sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran guru sudah menerapkan paradigma baru, tetapi pelaksanaannya belum optimal. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan guru mengenai macammacam model pembelajaran yang inovatif. Guru juga mengatakan, bahwa pada proses pembelajaran guru sering kekurangan waktu, sehingga proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan maksimal. Selain itu, guru belum menunjang kegiatan pembelajaran dengan media-media konkret seperti peta konsep, bagan, dan gambar. Padahal media penunjang sangat penting dalam pembelajaran IPS, hal ini untuk dapat menyampaikan pesan-pesan abstrak dalam setiap materi yang dibelajarkan sehingga mudah diterima oleh siswa. Guru kelas VB mengungkapkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS masih kurang dan siswa cepat merasa bosan saat proses pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang diterapkan guru. Apabila model pembelajaran yang digunakan tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan berbagai tugas mandiri yang beragam, tentu siswa hanya akan menjadi pendengar pasif di kelas. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan dalam mata
pelajaran IPS bagi siswa kelas V di SDN 5 Sanur. Lie (2002) mengemukakan bahwa TPS adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal itu, guru sangat berperan dalam membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran TPS yang menekankan pada belajar bersama secara berkelompok sangat sesuai dengan karakteristik IPS yang merupakan ilmu sosial. Model pembelajaran TPS, memiliki sintaks dalam penerapnnya. Berikut adalah sintaks dari pembelajaran TPS; (1) tahap pendahuluan, merupakan tahap penyampaian apersepsi dengan tujuan untuk memotivasi siswa, (2) tahap think (berpikir secara individual), adalah proses guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa, (3) tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku), adalah guru mengorganisasikan siswa agar melakukan pembelajaran secara berkelompok, (4) tahap share (berbagi jawaban dengan kelompok lain atau seluruh kelas, pada tahap ini siswa mempresentasikan jawaban secara perorangan atau kelompok di depan kelas. (5) tahap reward (pemberian penghargaan), pada tahap ini, siswa diberikan penghargaan berupa nilai ataupun barang baik secara individual maupun kelompok (Trianto, 2009:81). TPS adalah model pembelajaran yang memiliki kelebihan. Menurut Kurniasih (2015), keunggulan dari model pembelajaran ini, yaitu (1) model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa (2) adanya kemudahan interaksi sesama siswa, (3) dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas, (4) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu kelompok kecil, (5) memungkinkan siswa untuk merumuskan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. (6) dengan pembelajaran TPS ini dapat diminimalisir peran sentral guru, sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. (7) hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa dapat diidentifikasi secara bertahap materi yang diberikan, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. Salah satu pendekatan yang cocok diterapkan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa kelas VB di SDN 5 Sanur adalah pendekatan saintifik. Hal tersebut dinyatakan dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran, bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Ini dikarenakan bahwa pendekatan saintifik itu merupakan pendekatan yang dalam proses pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang tidak bersifat hafalan melainkan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri (Daryanto, 2014:51). Dan materi yang diberikan dalam pendekatan saintifik ini adalah berbasis fakta atau suatu fenomena tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya pendekatan saintifik ini maka pandangan siswa mengenai pelajaran IPS yang hanya bersifat hafalan belaka tidak akan terjadi lagi. Dan siswa mulai tertarik dengan pelajaran IPS yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan siswa. Dalam pendekatan saintifik terdapat lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini dapat dipadukan dengan model pembelajaran TPS. Pembelajaran TPS sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain untuk
melatih sikap sosial siswa, daya nalar siswa, dan kemampuan berkomunikasi siswa, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Kemampuan tersebut didapat siswa melalui kegiatan think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berdiskusi) yang terdapat dalam model pembelajaran TPS. Selain itu, TPS merupakan model pembelajaran yang memiliki persamaan dan kekesuaian dengan Kurikulum 2013 dengan pendekatannya, yaitu pendekatan saintifik 5M. Terkait dengan kenyataan ini maka dilakukanlah penelitian yang menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam pendekatan saintifik, yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial pada siswa kelas VB SDN 5 Sanur. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan sebuah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas (Agung, 2014). Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu kolaborasi atau kerjasama antara guru dan peneliti. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model berbentuk siklus. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa siklus, dan akan diberhentikan apabila kriteria keberhasilan telah terpenuhi. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (a) rencana, (b) tindakan, (c) pengamatan, analisis hasil, dan (d) refleksi/evaluasi. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pada tindakan di siklus II, difokuskan pada peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS serta sikap sosial siswa dan perbaikan pada kendala atau permasalahan pada siklus I, dengan menerapkan model pembelajaran Think, Pair, Share (TPS), sehingga meminimalkan permasalah yang terjadi pada siklus I. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode tes dan non-tes. Menurut Agung (2014:66), “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites, dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor (data interval)”. Pada penelitian ini digunakan tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa tentang muatan materi IPS untuk mengukur pengetahuan IPS siswa SD. Pedoman penskoran pada penelitian ini adalah jika jawaban benar mendapatkan skor 1, sedangkan jika jawaban salah akan mendapatkan skor 0. Pada kuesioner sikap sosial digunakan untuk mengukur sikap sosial siswa selama penelitian. Kuesioner yang dikembangkan dan digunakan adalah kuesioner sikap sosial yang mengandung pernyataan bermuatan nilai positif dan negatif dengan 4 pilihan jawaban dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju yang diadaptasi dari skala Linkert. Respon siswa kemudian diberi skor sangat tidak setuju diberikan skor 1 dan seterusnya hingga sangat setuju diberikan skor 4. Begitu sebaliknya untuk pernyataan negatif, skor sangat setuju diberikan skor 1 dan seterusnya hingga sangat tidak setuju diberi skor 4. Setelah data terkumpul, maka dilanjutkan dengan menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dapat dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Agung (2014:67) menyatakan bahwa, metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis
(Wardhani & Wihardit. 2014:2.4) Gambar 01. Tindakan Kelas
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya dilakukan proses pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan, 2 kali untuk melakukan keguatan pembelajaran, dan 1 kali pertemuan dilakukan untuk evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VB SD Negeri 5 Sanur. Hal ini dikarenakan di kelas tersebut penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswanya masih kurang dari yang diharapkan. Kelompok sasaran yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 5 Sanur yang berjumlah 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Objek penelitian di kelas ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa pada Tema Sejarah Peradaban Indonesia, melalui penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik. Dalam kegiatan pembelajaran di setiap siklus I ditemukan beberapa kendala atau permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain: (1) siswa belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran dengan berpasangan sehingga mereka masih terlihat canggung, (2) pada masing-masing pasangan, kerjasama yang dilakukan anggota pasangan masih kurang, ini terlihat dari mereka yang tidak mau berdiskusi dengan pasangannya sehingga diskusi menjadi tidak efektif, (3) keberanian siswa dalam mengomunikasikan (mempresentasikan) hasil diskusinya masih kurang.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Untuk menentukan keberhasilan siswa, maka dilakukan penskoran dan penentuan standar keberhasilan belajar. Sistem penilaian dalam penelitian ini berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VB di SDN 5 Sanur yaitu dengan KKM 3,32 (B+). Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah tercapai, maka penelitian dapat dihentikan. Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa pada akhir penelitian. Indikator keberhasilan untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa adalah dengan kriteria sangat baik (B+) yaitu 3,32. Dan ketuntasan klasikalnya mencapai ≥ 80%.
dari 4 tahapan, yaitu rencana, tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Selanjutnya, data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I dikumpulkan melalui instrument berupa tes objektif pilihan ganda biasa sebanyak 35 butir soal, yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah disusun. Setelah didapatkannya skor hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, maka dilakukan beberapa langkah analisis kemudian memperoleh hasil sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menerapkan TPS (Think Pair Share) dalam pendekatan saintifik, terlebih dahulu dilaksanakan pengumpulan data-data, serta informasiinformasi tentang situasi yang relevan di lokasi penelitian agar nantinya dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian. Data yang dikumpulkan sebelum penelitian adalah data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada tema atau pembelajaran sebelumnya. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa adalah 2,33 (C) dan ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 37,5% karena dari 32 siswa hanya 12 siswa yang mendapat nilai ≥ 3,32 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 3,32. Sementara 20 siswa lainnya nilainya masih berada di bawah KKM. Berdasarkan data awal siswa tersebut, maka dari itu perlu dilakukannya penelitian ini. Data ini selanjutnya dijadikan bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara bersiklus yang terdiri
M=3,06 Md=3,32 Mo = 3,44 Gambar 02. Gambar grafik polygon penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I. Berdasarkan kurva pada gambar 02, terlihat ekor kurva lebih panjang ke kiri dan berdasarkan perhitungan data penelitian yang diperoleh M < Md < Mo (3,06 < 3,32 < 3,44), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I membentuk kurva juling negatif. Pada siklus I persentase nilai ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu 76,5% yang masih berada pada kriteria B dan mengalami peningkatan dari data awal yakni persentase awal nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yakni 58,3%. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I yaitu 62,5% yang telah meningkat dengan signifikan dari data awal ketuntasan
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
klasikal siswa yaitu 37,5%. Berdasarkan pemerolehan data hasil penelitian penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I, terjadi peningkatan nilai yang signifikan namun indikator keberhasilan belum tercapai, maka dari itu, penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan indikator keberhasilan tercapai. Penelitian ini juga meneliti tentang sikap sosial siswa, sikap sosial siswa pada siklus I dikumpulkan melalui instrument berupa kuesioner sebanyak 40 butir pernyataan, yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah disusun. Setelah didapatkannya skor hasil sikap sosial siswa, maka dilakukan beberapa langkah analisis kemudian memperoleh hasil sebagai berikut.
peningkatan nilai yang signifikan namun indikator keberhasilan belum tercapai, maka dari itu, penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan indikator keberhasilan tercapai. Pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penerapan TPS dalam pendekatan saintifik. Pada siklus II tetap melalui tahap rencana, tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa diperoleh melalui tes pada akhir siklus, yaitu dipertemuan ke empat. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda biasa sebanyak 35 soal, yang disesuaikan dengan kisi-kisi tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II. Dari data atau skor hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SDN 5 Sanur pada siklus II, diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
M = 2,85
M = 3,6
Md = 2,9
Md = 3,64
Mo = 2,96 Gambar 03. Gambar grafik polygon sikap sosial siswa pada siklus I.
Mo = 3,76 Gambar 04. Gambar grafik polygon penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II.
Berdasarkan kurva pada gambar 03, terlihat ekor kurva lebih panjang ke kiri dan berdasarkan perhitungan data penelitian yang diperoleh M < Md < Mo (2,85 < 2,9 < 2,96), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data sikap sosial siswa pada siklus I membentuk kurva juling negatif. Berdasarkan pemerolehan data hasil penelitian sikap sosial siswa pada siklus I, terjadi
Berdasarkan kurva pada gambar 04, terlihat ekor kurva lebih panjang ke kiri dan berdasarkan perhitungan data penelitian yang diperoleh M < Md < Mo (3,6 < 3,64 < 3,76) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II membentuk kurva juling negatif.
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II sebesar 90% yang berada pada kriteria A-. Ini berarti sudah ada peningkatan persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari pelaksanaan siklus I hanya 76,5% yang berada pada kriteria B. Dari 32 siswa, 28 siswa memiliki nilai lebih atau sama dengan KKM yaitu ≥ 3,32, atau ketuntasan klasikal siswa pada siklus II adalah 87,5%. Ini berarti sudah terjadi peningkatan dari pelaksanaan pada siklus I hanya 20 siswa memiliki nilai lebih atau sama dengan KKM yang ditetapkan yaitu ≥ 3,32, atau ketuntasan klasikalnya baru mencapai 62,6%. Sikap sosial siswa pada siklus II dikumpulkan melalui instrument berupa kuesioner sebanyak 40 butir pernyataan, yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah disusun. Dari data atau skor hasil sikap sosial siswa kelas VB SDN 5 Sanur pada siklus II, diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
sosial siswa pada siklus II, terjadi peningkatan nilai yang signifikan dan indikator keberhasilan sudah tercapai dengan nilai rata-rata siswa ≥ 3,32, yaitu 3,42 (A-). Dari uraian di atas, pelaksanaan pada siklus II melalui penerapan TPS dalam pendekatan saintifik pada proses pembelajaran siswa kelas VB SDN 5 Sanur sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Pencapaian dan peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan dan sikap sosial siswa serta ketuntasan klasikal siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS berada pada kriteria A- dan ketuntasan klasikal siswa sudah mencapai 87,5% dari keseluruhan jumlah siswa pada akhir siklus. Sementara itu, sikap sosial siswa pada siklus II berada pada kriteria A- dengan nilai rata-rata siswa sebesar 3,42. Dengan demikian penelitian ini berhasil meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa kelas VB SDN 5 Sanur. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II.
Mo = 3,32 M = 3,42 Md = 3,44 Gambar 05. Gambar grafik polygon sikap sosial siswa pada siklus II. Berdasarkan kurva pada gambar 05, terlihat ekor kurva lebih panjang ke kiri dan berdasarkan perhitungan data penelitian yang diperoleh Mo < M < Md (3,32 < 3,42 < 3,44), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data sikap sosial siswa pada siklus I membentuk kurva juling negatif. Berdasarkan pemerolehan data hasil penelitian sikap
Gambar 06. Gambar Grafik Peningkatan Rata-Rata Persentase Penguasaan Kompetensi Pengetahuan dan Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas VB SDN 5 Sanur.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pada refleksi awal diperoleh ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa hanya sebesar 2,33 (C) dengan rata-rata persentase 58,3% dengan jumlah 12 siswa yang tuntas dalam pembelajaran. Pada siklus I, mengalami peningkatan rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebesar 3,06 (B) dengan rata-rata persentase sebesar 76,5% dengan 20 siswa yang tuntas dalam pembelajaran dari 32 siswa, kemudian pada siklus II juga mengalami peningkatan dengan begitu pesat, yaitu rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebesar 3,6 (A-) dengan rata-rata persentase sebesar 90% dengan banyak siswa yang tuntas adalah 28 siswa dari 32 siswa. Demikian juga dengan ketuntasan klasikal belajar pada refleksi awal sebesar 37,5% mengalami peningkatan sebesar 62,5% pada siklus I, dan kemudian meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Ini berarti bahwa dengan penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa SDN 5 Sanur. Meningkatnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dalam penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik juga diikuti oleh meningkatnya sikap sosial siswa. Sikap sosial siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil analisis siklus I dengan siklus II. Pada siklus I, nilai rata-rata sikap sosial siswa mencapai 2,85 dengan kategori baik (B) kemudian meningkat menjadi 3,42 dengan kategori sangat baik (A-) pada siklus II. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa Kelas VB SDN 5 Sanur mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik dilihat dari masalah-masalah yang dihadapi siswa pada siklus I dalam pembelajaran seperti, siswa belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran dengan berpasangan, siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru terutama siswa yang duduk di belakang, siswa yang kurang tertarik dengan pelajaran IPS, siswa cepat merasa bosan saat proses
Gambar 07. Gambar Grafik Peningkatan Sikap Sosial Siswa Kelas VB SDN 5 Sanur. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM dalam kegiatan pembelajaran, misalnya siswa dengan kode subjek A01 dan A05. Namun pada saat tes akhir siklus II, siswa tersebut sudah mampu mencapai nilai KKM bahkan melebihi nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Melihat kenyataan tersebut, maka penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa karena memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa sehingga tercipta suasana belajar yang lebih aktif, efektif, dan menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun masih ada siswa yang belum mengalami peningkatan secara signifikan, namun secara keseluruhan dapat dikatakan mengalami peningkatan secara bertahap. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik, siswa bisa bekerja sendiri atau bekerja sama dengan orang lain sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Kesesuaian antara datadata yang diperoleh berdasarkan tes akhir siklus menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS setelah diterapkan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran, dan kurangnya keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran dapat dibantu pemecahannya dengan mengajak siswa melaksanakan diskusi secara berpasangan yang sebanyakbanyaknya, memindahkan tempat duduk siswa yang ada di belakang menjadi di depan, dan selalu memberikan motivasi kepada siswa. Pada siklus II, penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik mengalami peningkatan yang begitu pesat, dapat dilihat dari permasalahan-permasalahan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi pada siklus II dan indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh sekolah sudah bisa terpenuhi, yaitu mencapai 87,5%. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TPS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain (Isjoni, 2010:78). Dalam hal itu, guru sangat berperan dalam membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran TPS dalam pendekatan saintifik menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa memperoleh suatu informasi atau ilmu pengetahuan melalui lima pengalaman belajar pokok seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Dipadukannya pendekatan saintifik tersebut dengan menerapkan model pembelajaran TPS di dalamnya dapat menyampaikan ide-ide atau pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menumbuhkan suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
pada pra siklus adalah 37,5%, meningkat pada siklus I menjadi 62,5% namun, belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal yaitu 80%, sehingga dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan peningkatan persentase ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan pada siklus II adalah 87,5% dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%. Peningkatan juga terjadi pada sikap sosial siswa kelas VB SDN 5 Sanur. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sikap sosial siswa pada siklus I adalah 2,85 yang berada pada kategori baik (B) dan belum mencapai kategori rata-rata sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II, nilai rata-rata sikap sosial siswa meningkat menjadi 3,42 yang berada pada kategori A- dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Adapun kesimpulan dari bahasan diatas (1) siswa diharapkan dapat belajar melalui pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh guru maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, (2) bagi guru diharapkan dapat menerapkan TPS dalam pembelajaran, hal ini karena penerapan TPS dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan sikap sosial siswa, (3) sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya menentukan kebijakan sekolah serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan TPS dalam pendekatan saintifik. Serta sekolah juga diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk melaksanakan pembelajaran melalui penerapan TPS dalam pendekatan saintifik, (4) peneliti lain diharapkan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai refrensi terhadap penelitian yang akan dilakukan, khususnya penelitian yang relevan dengan penerapan TPS dalam pendekatan saintifik
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa, penerapan TPS dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SDN 5 Sanur Tahun Ajaran 2015/2016. Pada pra siklus, persentase ketuntasan klasikal 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha Singaraja. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006) Kelas IV. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Kurniasih, Imas. 2015. Sukses Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata Pena. Lie,
A. 2002. Cooperative Jakarta: Grasindo.
Learning.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo. Masmedia Buana Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
11