e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS TRI HITA KARANA DAPAT MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS Ni Md Wira Astami1, I Wyn Wiarta2, I Wyn Darsana3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan sikap sosial dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema ekosistem melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis Tri Hita Karana.Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 29 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode (1) observai dan (2) tes. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data sikap sosial dengan instrument lembar observasi. Metode tes digunakan untuk memperoleh data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Tes yang digunakan berupa soal objektif pilihan ganda biasa. Data yang di dapatkan dari metode observasi dan metode tes dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan sikap sosial siswa setelah penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis Tri Hita Karana. Pada siklus I, 17 (58.62%) nilai siswa dalam predikat sangat baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu 22 (75,86%) nilai siswa dalam predikat sangat baik. Untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I, 18 (62,07%) siswa mendapat nilai minimal B+, dan pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu 23 (79,31%) siswa mendapat nilai minimal B+. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing berbasis Tri Hita Karana dapat meningkatkan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema ekosistem, siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan. Kata kunci :
inkuiri terbimbing, tri hita karana, sikap sosial, kompetensi pengetahuan IPS.
Abstract This research’s purposes were (1) to improve the social behavior and (2) to enhance the Social science competency with ecosystem as a theme through the implementation of inquiry teaching model as Tri Hita Karana as a base. This research was the observation toward the action of the class as the subject within 2 cycles. The subject of this research was the student of VB’s grade of SD Negeri 23 Pemecutan year of 2015/2016, amounted 29 students. The data collection’s methods were (1) observation and (2) test. The observation method was used to obtain the data which related to the competency of social science knowledge. The test was performed by giving some general multiple choice tests. The data was obtained by the observation method and testing method which were analyzed by the descriptive statistics analysis method and the quantitative statistics analysis method.The result of this research shows that there is an increase of the students’ behavior after the implementation of guided inquiry model with Tri Hita Karana as a base. On the 1st cycle, 17 (58,62%) of students’ score reach the very satisfactory result, and on the 2 nd cycle get an increment, 22 (75,86%) students’ score reach the very satisfactory result. For the
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
comprehension of competency of students’ social science knowledge on the 1 st cycle, 18 (62,07%) students’ score get B+ at the minimum, and on the 2nd cycle get an increment, 23 (79,31%) students’ score get B+ at the minimum.Therefore, this research could be concluded that the implementation of guided inquiry model with Tri Hita Karana as a base could improve the social behavior and the comprehension of competency of social science knowledge with ecosystem theme, the students of VB grade SD Negeri 23 Pemecutan. Keywords :
guided inquiry, tri hita karana, social behavior, comprehension of competency social science knowledge
PENDAHULUAN Tujuan Pendidikan Nasional (Pasal 3 UU No. 20 Sisdiknas tahun 2003) yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut Pemerintah tentu terus-menerus dengan berbagaicara yang bersinambungan mewujutkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam Sisdiknas 2003. Salah satu yang ditempuh oleh pemerintah yaitu penyempurnaan kurikulum. Mulai tahun pelajaran 2013/2014 hingga kini, pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Tujuan pendidikan nasional tentunya dapat dicapai melalui kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Menurut Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pasal 2 ayat (8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna karena sesuai dengan kepentingan siswa. Selain itu pada kurikulum 2013 pembelajaran juga diselenggarakan secara tematik.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Dari hasil observasi diketahui nilai muatan materi IPS siswa, yaitu dari 29 orang siswa, 13 (44,8%) siswa memiliki nilai B-, 10 (34,5%) siswa memiliki nilai B+, 3 (10,3%) siswa memiliki nilai A-, 3 (10,3%) siswa memiliki nilai A+ . Nilai tersebut berdasarkan nilai tengah semester II. Melihat nilai siswa tersebut perlu diadakan peningkatan agar nilai penguasaan kompetensi IPS siswa lebih banyak mendapat nilai B+ . Selanjutnya dilakukan observasi pada saat guru melaksanakan pembelajaran Tematik yang bermuatan IPS, dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditemukan masih kurang optimalnya pelaksanaan atau implemantasi kurikulum 2013 oleh guru, hal tersebut juga berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi IPS siswa. Dari hasil observasi juga ditemukan bahwa sikap sosial yang dimiliki oleh siswa masih kurang, siswa kurang cermat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat saat pembelajaran, sikap teliti siswa juga perlu untuk ditingkatkan, agar tidak menyalahkan seorang teman saat tugas kelompok yang mereka kerjakan hasilnya tidak sesuai harapan, selain itu sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh juga perlu mendapat perhatian agar benarbenar di laksanakan oleh siswa. Dari 29 siswa di kelas VB masih ada beberapa siswa yang masih kurang dalam nilai sikap, melalui teknik wawancara dengan wali kelas VB diperoleh informasi, bahwa
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
khususnya dalam nilai Sikap sosial siswa kelas VB masih perlu ditingkatkan, hal tersebut di lihat dari 29 orang siswa, 11 (37,9%) siswa memiliki nilai Sangat Baik, 18 (62,1%) siswa memiliki nilai Baik. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk perbaikan terhadap proses pembelajaran khususnya pada muatan materi IPS agar dapat meningkatkan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Dalam proses pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 guru hendaknya dapat melaksanakannya dengan maksimal, yaitu salah satunya menggunakan model pembelajaran yang relevan dengan kurikulum 2013 untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain menggunakan model yang relevan guru juga perlu menyisipkan materi muatan lokal dalam pembelajaran atau mengaitkan pembelajaran dengan kearifan lokal yang ada di daerah tempat siswa tinggal. Seperti yang kita ketahui dizaman globalisasi seperti sekarang ini siswa sangat cepat terpengaruh dengan budaya dari negara lain oleh sebab itu perlunya pemberian materi muatan lokal dalam pembelajaran atau mengaitkan pembelajaran dengan kearifan lokal agar siswa lebih mencintai dan tetap melestarikan kearifan lokal yang memiliki filosofi dan nilai moral yang positif dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu pembelajaran yang diupayakan sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah dengan penerapan model pembelajaran yang relevan dengan pendekatan saintifik dan yang bernuansa kearifan lokal. Salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pendekatan saintifik dan yang bernuansa kearifan lokal yang ada di Bali adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana, yang diharapkan dapat bersinggungan dengan ranah sikap sosial dan muatan materi IPS. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran inkuiri tetap dilaksanakan dalam kerangka pendekatan saintifik, yaitu diawali dengan pengamatan terhadap suatu objek dan diakhiri dengan kegiatan mengkomunikasikan.
Hamruni (2011:88) menyatakan “Pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses bepikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. Pendapat Hamruni mengenai pembelajaran inkuiri menekankan kegiatan pembelajaran pada proses bepikir secara kritis dan analitis. Hal tersebut menunjukan pembelajaran inkuiri merupakan bagian penting dalam pengembangan siswa, dalam kegiatan mental-intelektual melalui proses bepikir secara kritis dan analitis. Tujuan pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Sani (2014 : 218) menyatakan “pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan mulai dari sekolah dasar dengan kontruksi pembelajaran, yaitu. Inquiry terstruktur untuk anak kelas 3 SD, inquiry terbimbing untuk anak kelas 4 SD sampai 2 SMP, inquiry bebas untuk anak kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA. Pembelajaran inkuiri terbimbing bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapankecakapan intlektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu siswa membangun kemampuannya. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Jauhar, 2011:66). Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing tugas guru lebih seperti ‘memancing’ siswa untuk melakukan sesuatu. “Guru datang ke kelas dengan membawa masalah untuk dipecahkan oleh siswa, kemudian mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah tersebut” Khoirul Anam (2015:17). Tahapan tersebut dikatakan sebagai inkuiri terbimbing. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Dalam penelitian ini model pembelajaran inkuiri terbimbing akan diterapkan dengan berbasis tri hita karana Di era globalisasi seperti sekarang ini kemajuan IPTEK dan pengaruh nilai sosial budaya dari negara barat sangat berpengaruh pada pola pikir dan prilaku sebagian masyarakat terutama generasi muda. Sebagian masyarakat khususnya remaja meyakini bahwa kebudayaan negara barat sebagai sesuatu yang modern, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan tradisional dipandang kuno sehingga dipandang sebelah mata dan tidak dilestarikan keberadaanya. Sedangkan, banyak nilai-nilai tradisional tersebut merupakan kearifan lokal atau lebih dikenal dengan lokal genius, yang memiliki nilai adi luhur. Kearifan lokal adalah gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh yang kearifan bernilai, yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakat. kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan yang sudah mentradisi, menjadi milik kolektif, dan bersifat fungsional untuk memecahkan masalah. Mengingat penelitian ini dilaksanakan di Bali maka dalam penelitian ini diangkat mengenai kerifan lokal yang ada di Bali. Salah satu kearifan lokal yang ada di bali adalah Tri Hita Karana.Tri Hita Karana berasal dari 3 kata yaitu Tri, Hita dan Karana ketiga kata ini berasal dari bahasa Sansekerta. Arti dari ketiga kata tersebut adalah tri itu berarti tiga, hita itu berarti kegembiraan, sejahtera sedangkan karana berarti penyebab. Tri Hita Karana berarti tiga buah unsur yang merupakan penyebab dari kebahagiaan. Dalam Tri Hita Karana mencakup hubungan keseimbangan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan keseimbangan yang harmonis antara sesama manusia (pawongan), dan yang terakhir hubungan keseimbangan yang harmonis antara manusia dengan alam (palemahan). Model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis Tri Hita Karana merupakan perpaduan antara model pembelajar yang mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi atau penemuan dalam mengatasi
permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi dan dibarengi dengan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa diarahkan untuk membentuk pengetahuannya melalui investigasi yang mereka lakukan sendiri dengan bimbingan dari guru dan tentunya berbasis tri hita karana yang mengarahkan siswa untuk membentuk sikap sosial yang lebih baik melalui ajaran tri hita karana yang diterapkan saat pelaksanaan pembelajaran. Penelitian yang telah dilakukan dan mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung Gede Teja Semara Putra (2013) Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bernuansa Kearifan Lokal Tri Hita Karana Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas VB SD. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing bernuansa kearifan lokal Tri Hita Karana berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Berbasis Tri Hita Karana untuk Meningkatkan Sikap Sosial dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu (1) untuk meningkatkan sikap sosial melalui penerapan model inkuiri terbimbing berbasis Tri Hita Karana pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan dan (2) untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui penerapan model inkuiri terbimbing berbasis Tri Hita Karana Siswa Kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan. METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Menurut Sanjaya (2013:149) “PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut”. Selain itu, menurut Agung (2010:3) PTK (penelitian tindakan kelas) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktekpraktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.Dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran melalui refleksi diri dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan Tindakan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan. Setiap silkus terdiri dari 4 tahap yaitu : Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Bila dalam pelaksanaan siklus pertama belum dapat mencapai hasil perbaikan yang diinginkan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga hasil perbaikan yang diinginkan tercapai. Alur siklus dapat dilihat pada gambar 1.
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi hasil tindakan, (d) refleksi. Tahapan tersebut akan membentuk sebuah siklus, yang terdiri dari 3 kali pertemuan dalam setiap siklusnya, yaitu 2 kali pertemuan untuk pelaksaaan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk melakukan tes akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester II tahun pelajaran 2015/2016. Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 29 orang yakni terdiri dari 15 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Kelas VB dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini nilai sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang belum optimal. Hal ini terjadi karena di kelas tersebut memiliki kendala-kendala dalam pembelajaran yang telah disebutkan pada latar belakang. Selain itu, di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian terkait dengan permasalahan tersebut, sehingga dirasa perlu melakukan penelitian di sekolah ini. Adapun objek penelitian ini adalah sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana di kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah perkembangan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Berdasarkan data tersebut maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan observasi. Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes objektif bentuk pilihan ganda untuk pengumpulan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dan lembar observasi untuk melihat perkembangan sikap sosial yang dialami oleh siswa. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur perkembangan sikap sosial siswa dibuat
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1. Gambar Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2015: 42)
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dengan menyesuaikan komponen dalam lembar observasi dengan indikator, kompetensi dasar dan kompetensi inti yang terdapat pada buku guru. Sedangkan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPS digunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Tes objektif pilihan ganda biasa memiliki stem dan pilihan jawaban/option tes objektif pilihan ganda biasa yang layak diujikan atau diberikan pada testee itu tidak mudah, tes harus memenuhi syarat tes yang baik. Terkait dengan hal tersebut, untuk meperoleh tes yang baik, peneliti dapat merancang kisi-kisi serta memenuhi validitas isi sesuai dengan standar isi untuk mengetahui kesesuaian instrument dengan data yang dicari melalui tes dan dimintakan bantuan ahli bidang studi (expert judgement) untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes sehingga tidak perlu melakukan uji coba. Setelah melakukan pengumpulan data perkembangan sikap sosial dan penguasaan kompetensi IPS siswa, maka selanjutnya langkah penelitian yang dilakukan adalah menganalisis data. Teknik anlisis data yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SD Negeri 23
Pemecutan setelah diberikan tindakan di kelas tersebut. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2005:94) menyatakan, metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek/variable tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Analisis deskriprif kuantitatif digunakan untuk menarik kesimpulan dengan menentukan tingkatan tinggi rendahnya perkembangan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa berpedoman pada PAP sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Setelah nilai sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan di dapatkan kemudian dikonvensikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Tabel Konvensi Sikap Sosial Sikap Modus Predikat 4,00 SB (Sangat Baik) 3,00 B (Baik) 2,00 C (Cukup) 1,00 K (Kurang) (Sumber : Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil) Tabel 2. Tabel Konvensi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Pengetahuan Skor Siswa
Huruf
3,85 – 4,00 3,51 – 3,84 3,18 – 3,50
A AB+
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2, 17 C 1,51 – 1,84 C1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D ( Sumber : Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah) Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah (1) indikator keberhasilan Sikap Sosial IPS Siswa yaitu 70% dari 29 siswa mendapatkan skor minimal 4,00 SB (Sangat Baik). (2) indikator keberhasilan penguasaan kompetensi pengatahuan IPS Siswa yaitu 75% dari 29 siswa mendapatkan skor minimal 3,18 B+.
dapat memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan begitu, pada pelaksanaan tindakan selanjutnya diperlukan perbaikan agar dapat terjadi peningkatan dan dapat mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II, terjadi peningkatan pada sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Hal ini terlihat dari 29 siswa, 7 siswa mendapatkan nilai baik (B), 22 siswa mendapatkan nilai sangat baik (SB) pada penilaian sikap sosial siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai sikap sosial dengan predikat sangat baik (SB) berjumlah 22 (75,86 %). Dan pada penguasaan kompetensi pengetahuan dari 29 siswa, 6 siswa mendapatkan nilai B, 9 siswa mendapatkan nilai B+, 9 siswa mendapatkan nilai A-, dan 5 siswa mendapat nilai A. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS minimal B+ (3,18) sebanyak 23 (79,31%) siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan pada sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari Siklus I ke Siklus II. Secara umum, penelitian yang telah dilakukan ini sudah dikatakan berhasil dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Setelah pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, terjadi keberhasilan dalam penelitian ini karna terjadi kemajuan dalam pelaksanaan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana yang dilakukan oleh siswa. Siswa sudah mulai terbiasa dan memahami alur pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana, sehingga siswa telah dapat melaksanakan model inkuiri pada muatan materi IPS dan menerapkan aspek-aspek tri
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada bulan Maret ini menggunakan tema pembelajaran ekosistem, sesuai dengan tema yang memang seharusnya di pelajari siswa pada bulan Maret. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pada sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan setelah diterapkannya model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana. Pelaksanaan tindakan pada Siklus I hasilnya kurang maksimal, data sikap sosial yang diperoleh menunjukkan dari 29 siswa, 12 siswa mendapatkan nilai baik (B), 17 siswa mendapatkan nilai sangat baik (SB). Dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai sikap sosial dengan predikat sangat baik (SB) berjumlah 17 (58.62%). Sedangkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh menunjukkan dari 29 siswa, 1 siswa mendapatkan nilai B-, 10 siswa mendapatkan nilai B, 12 siswa mendapatkan nilai B+, 3 siswa mendapatkan nilai A-, dan 3 siswa mendapat nilai A. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS minimal B+ (3,18) sebanyak 18 (62,07%) siswa. Hal ini menunjukan bahwa pada Siklus I belum
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
hita karana dalam proses pembelajaran. Siswa mulai antusias dalam plaksanaan survei saat pembelajaran yang akan dilakukannya bersama teman kelompoknya. Sikap antusias siswa ini disebabkan oleh rasa senang siswa saat melaksanakan pembelajaran, karna dalam pembelajaran siswa diajak untuk terlibat langsung dalam melakukan survai saat pembelajaran, seperti tugas untuk melakukan survei untuk mengetahui keanekaragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekolah dengan melakukan wawancara terhadap teman sekelas, guru, kepala sekolah atau warga sekolah lainya. Hal tersebut mampu menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dari pembelajaran sebelumnya. Tercapainya keberhasilan pada penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu Menurut Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pasal 2 ayat (8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru dapat menggunakan beragam model yang relevan dengan pendekatan saintifik. “Model pembelajaran inkuiri merupakan satu model yang relevan dengan pendekatan saintifik. Trianto (2014 : 81-82) menyatakan “pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, dan peristiwa) secara sistematis, kritis, logis analisi, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri”. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan bagian penting dalam pengembangan siswa, baik itu dalam kegiatan mental-intelektual maupun sosial-emosional. Penerapan ikuiri dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, da nada tahapan-tahapan yang dikatakan sebagai inkuiri terbimbing, yaitu “guru datang ke kelas dengan membawa masalah untuk dipecahkan oleh siswa, kemudian
mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah tersebut” Khoirul Anam (2015:17). Selain penggunaan model yang relevan penanaman nilai kearifan lokal juga diterapkan agar siswa mengetahui bahwa nilai kearifan lokal yang dimiliki daerahnya dapat membuat hubungan yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat. Secara etimologi kearifan berarti kebijaksanaan, pengetahuan, atau kecakapan untuk mengetahui, mengenal, menyetujui, membedakan, mencari tahu, menyelidiki, dan mengakui yang benar atau salah Suja (2010 : 1). Mengingat penelitian ini dilaksanakan di Bali maka dalam penelitian ini diangkat mengenai kerifan lokal yang ada di Bali. Salah satu kearifan lokal yang ada di bali adalah Tri Hita Karana. Suja (2010 :36) ada tiga nilai kearifan lokal Tri Hita Karana yang dapat ditanamkan pada siswa, yaitu keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), keseimbangan hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), keseimbangan hubungan manusia dengan alam (Palemahan). Hasil dari penelitian ini juga ditunjang dari hasil penelitian Anak Agung Gede Teja Semara Putra (2013), menyatakan bahwa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing bernuansa kearifan lokal Tri Hita Karana dapat menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa. Adapun grafik histogram peningkatan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan adalah sebagai berikut sebagai berikut. 90 79,31%
80 70 60
75,86% 62,07% 58,62% Sikap Sosial
50 40 30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Minimal 3,18 (B+)
Gambar 2. Grafik Histogram Peningkatan Sikap Sosial dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus I dan Siklus II
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan tercapai. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa telah tejadi peningkatan pada sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dari siklus I ke siklus II. Dengan meningkatnya sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa maka dengan demikian perlu diterapkan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana, untuk meningkatkan sikap sosial dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS secara berkelanjutan dan intensif. Demikian juga diterapkan pada muatan materi mata pelajaran yang lain.
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan. Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Kepada guru, agar dapat menerapkan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana di sekolah dasar untuk menuju pencapaian kompetensi optimal siswa, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam pembelajaran yang keberhasilannya telah terbukti dalam penelitian ini. Kepada siswa, membiasakan diri belajar dengan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Dengan peran aktif siswa tersebut maka penguasaan kompetensi pengetahuan siswa juga meningkat sehingga menghasilkan peningkatan kompetensi pengetahuan dan sikap yang seimbang. Kepada peneliti dan mahasiswa, yang ingin mengadakan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana agar mempertimbangkan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai acuan perbaikan dan meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan dengan muatan materi mata pelajaran yang lainnya.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut. Terjadi peningkatan sikap sosial pada siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan, setelah penerapan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana. Hal ini dapat dilihat dari persentase indikator keberhasilan siswa, pada siklus I, 17 (58.62%) dari 29 siswa mendapatkan nilai sikap sosial dengan predikat SB. Pada siklus II nilai sikap sosial meningkat, yaitu 22 (75,86 %) dari 29 siswa mendapatkan nilai SB. Terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas VB SD Negeri 23 Pemecutan, setelah penerapan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana. Hal ini dapat dilihat dari persentase indikator keberhasilan siswa, pada siklus I, 18 (62,07%) dari 29 siswa mendapat nilai minimal B+ (3,18). Pada siklus II untuk nilai penguasaan kompetensi pengetahuan juga meningkat, yaitu 23 (79,31%.) dari 29 siswa telah mencapai nilai minimal B+ (3,18). Adapun peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sikap sosial sangat baik dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 17,24% dan peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai B+ (3,18) untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 17,24%.Dengn demikian, penerapan model inkuiri terbimbing berbasis tri hita karana dapat meningkatkan sikap sosial dan
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Singaraja. --------. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Undiksha Singaraja.
9
--------.
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Singaraja.
--------.
2016. Statistika Pendidikan. Deepublish.
Anam,
Khoirul. Berbasis Aplikasi. Pelajar
Dasar Untuk Yogyakarta:
2015. Pembelajaran Inkuiri Metode dan Yogyakarta: Pustaka
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tahun 2014 DAN Penilaian 104 Tahun 2014 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud
Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. 2011. Strategi Yogyakarta.
Putra,
Anak Agung Gede Teja Semara.2013.” Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bernuansa Kearifan Lokal Tri Hita Karana Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V SD”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Program S1, Undiksha.
Sani,
Abdullah Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Pembelajaran.
Harryanto,Nardan. H.M.Akbid Hamid. 2007.Statistik Dasar, Cetakan ke15. Jakarta: Universitas Terbuka. Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem Dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sanjaya,Wina. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.2013. Kurikuluk 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kosasih.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
2014. Strategi Belajar dan Pembelajara Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitaif dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.
Suja, I Wayan.2010. Kearifan Lokal Sains Asli Bali. Denpasar:Paramita Supardi.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. Nasruddin. 2011. Kearifan Local Di Tengah Modernisasi. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Permendikbud. 2013. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
2015 Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif Dan Psikomotor. Jakarta Predana Media Grup
Trianto.2010. Mendisain Pembelajaran Progresif.Jakarta: Perdana Media Grup
Model InovatifKencana
---------.2014. Mendisain Pembelajaran Progresif.Jakarta: Perdana Media Grup
Model InovatifKencana
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Kencana Predana Media Group.
Permendikbud. 2014. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi Nomor 103
10