250
SMK KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA Putu Sudira Pendidikan Teknik Elektronika - Fakultas Teknik UNY
[email protected] Abstrak: SMK kearifan lokal Tri Hita Karana. SMK kearifan lokal Tri Hita Karana (THK) adalah sekolah kejuruan yang menerapkan karakter keharmonisan antara warga sekolah dengan sang pencipta Tuhan Yang Mahaesa, keharmonisan antar sesama warga sekolah, dan keharmonisan antara warga sekolah dengan lingkungan sarana dan prasarana sekolah secara keseluruhan. Pendidikan kejuruan di SMK berbasis kearifan lokal THK dapat mengantisipasi dampak negatif instrusi budaya global, karena THK telah menjadi “taksu” atau modal sosiokultural spiritual dan falsafah hidup masyarakat Bali. Pendidikan kejuruan berbasis kearifan lokal THK perlu dikembangkan secara sistematis untuk meningkatkan keunggulan lokal, kepentingan nasional, keadilan, dan kompetisi antarbangsa dalam peradaban dunia. Pengembangan SMK kearifan lokal THK didasarkan atas kebijakan pemerintah berupa UU nomor 20 Tahun 2003, PP 19 Tahun 2005, PerMenDiknas nomor 63 Tahun 2009, dan Perda Provinsi Bali nomor 16 Tahun 2009. Dengan menerapkan kearifan lokal THK, SMK dapat berkembang sebagai pusat pembudayaan kompetensi, menjadi basis pengembangan karakter dan kepribadian sumber daya insani (SDI) dengan ketrampilan kerja tinggi, budaya kerja dan budaya belajar yang kuat, serta budaya melayani orang secara tulus dan wajar. Pendidikan kejuruan berbasis kearifan lokal THK
dapat melahirkan manusia yang memiliki kemampuan mengelola hidupnya dengan baik, benar, dan wajar. Kata kunci:kearifan lokal, THK, SMK, harmonis
VOCATIONAL HIGH SCHOOL INDIGENOUS TRI HITA KARANA Abstract: Vocational High School indigenous Tri Hita Karana. Vocational High School (VHS) indigenous Tri Hita Karana (THK) is a vocational school that implements character harmony between the school community with the creator God Almighty, harmony among the school community, and the harmony between the school community with the school facilities and infrastructure as a whole. VHS based on local wisdom THK can anticipate the negative impact of global cultural entrusion, because THK has become "taksu" or sociocultural-spiritual capital and philosophy of life of the Balinese people. Vocational education based on local wisdom THK should be developed systematically to promote the local excellence, national interest, justice, and the competition between nations in the world civilization. Development of VHS local wisdom THK based on the government policy in UU nomor 20 Tahun 2003, PP 19 Tahun 2005, PerMenDiknas nomor 63 Tahun 2009, and Perda Provinsi Bali nomor 16 Tahun 2009. By applying local wisdom THK, VHS can develop as a center of competence cultivation, the basis for the development of character and personality of human resource with high job skills, strong a work culture and learning culture, and a culture of serving the people sincerely and reasonable. Vocational education based on local wisdom THK, can deliver humans who have the ability to manage his life with the good, true, and fair. Key words: local wisdom, THK, VHS, harmony
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
251
dituntut
PENDAHULUAN
mampu
menginternalisasikan
Penanganan dampak intrusi budaya global
keseluruhan konteks pendidikan kejuruan ke
terhadap budaya lokal salah satunya dapat
dalam input dan proses, sehingga output dan
dilakukan
melalui
inovasi
pengembangan
outcome sistem pendidikan SMK optimal
kualitas,
perluasan
akses,
dan
relevansi
(Slamet, 2008). Sekolah Menengah Kejuruan
pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal
(SMK) Tri Hita Karana adalah SMK berbasis
(Zajda,
Inovasi
kearifan lokal yang mengajarkan nilai-nilai
pengembangan kualitas, perluasan akses, dan
keharmonisan warga sekolah yang dilandasi
relevansi pendidikan berbasis budaya, kearifan,
oleh keharmonisan antara warga sekolah dengan
dan
sang
2008;
keunggulan
Sing,
lokal
2009).
diharapkan
dapat
pencipta
Tuhan
Yang
Mahaesa,
meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap
keharmonisan antar sesama warga sekolah, dan
budaya bangsa sebagai modal sosiokultural-
keharmonisan antara warga sekolah dengan
spiritual dalam membangun peradaban baru
lingkungan sarana dan prasarana sekolah secara
pendidikan Indonesia.
kejuruan Sembari
modern
berkarakter
keseluruhan.
SMK
THK
mengakrabi
gempuran
pendidikan
kejuruan
adalah
formal
lembaga
pada
tingkat
budaya global sambil memilah dan memilih,
menengah yang bertujuan menghasilkan lulusan
pendidikan
untuk bekerja, berwirausaha, dan melanjutkan
kejuruan
mengedepankan
Indonesia pemeliharaan
harusnya dan
ke
perguruan tinggi
sesuai
bidang studi
pengembangan identitas ke Indonesiaan yang
keahliannya
unik. Pendidikan kejuruan Indonesia harus
dijadikan sebagai bagian dari pengembangan
memiliki arah yang jelas, pegangan yang kuat,
standar kompetensi lulusan, standar isi program,
dan mengakar pada jati diri masyarakatnya
standar proses pembelajaran, standar pendidik
(Rojewski, 2009; Pavlova, 2009). Pada akhirnya
dan tenaga kependidikan,
pendidikan kejuruan diharapkan dapat menjadi
prasarana, standar pengelolaan, standar biaya,
perangkat pembangunan berkelanjutan dalam
dan standar penilaian.
meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia karena kualitas dan keunikannya.
dimana nilai-nilai luhur THK
Selain
standar sarana-
perkembangan
teknologi
khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
(TIK), industri berbasis pengetahuan, industri
adalah satuan pendidikan tingkat menengah
kreatif,
yang dikembangkan oleh pemerintah dan swasta
kompetensi
untuk mendidik dan melatih masyarakat dalam
perkembangan pendidikan tinggi, SMK harus
berbagai bidang kompetensi keahlian. Tujuan
memperhatikan
pokok pendidikan kejuruan di SMK adalah
wisdom) masyarakat setempat. Kearifan lokal
untuk
bekerja,
bagi masyarakat Bali merupakan “taksu” atau
berwirausaha, atau melanjutkan ke perguruan
modal dasar untuk mengembangkan sumber
tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut SMK
daya
menyiapkan
lulusannya
regulasi
insani
dan
pemerintah, ketrampilan
kearifan
(SDI).
lokal
Kearifan
tuntutan kerja,
dan
(indigenous
lokal
dapat
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
252
digunakan oleh SMK dalam membina dan
dapat berjalan diantara masyarakat pekerja dan
mengembangkan pendidikan kejuruan. Dengan
pencari kerja. Bersama-sama dengan dunia
menerapkan
kearifan
lokal,
SMK
dapat
usaha dan dunia industri proses vokasionalisasi
berkembang
sebagai
pusat
pembudayaan
berjalan menerapkan pembelajaran berbasis
kompetensi,
menjadi
basis
pengembangan
kerja dan menciptakan lingkungan belajar yang
SDI
mendidik.
karakter
dan
kepribadian
dengan
ketrampilan kerja tinggi dan memiliki keunikan dalam tata nilai khususnya tata nilai kejuruan. Disamping
memperhatikan
Permasalahan pokok yang dihadapi SMK dalam menginternalisasikan
konteks kearifan
konteks
lokal sebagai modal dasar pengembangan
perkembangan global, inovasi pengembangan
sekolah kejuruan antara lain: (1) apakah ada
pendidikan
perlu
kebijakan pemerintah pusat dan daerah tentang
memperhatikan konteks lokal berupa kebutuhan-
pendidikan berbasis kearifan lokal; (2) apakah
kebutuhan nasional, keunggulan lokal, dan
terjadi keselarahan konsep kearifan lokal dengan
kearifan-kearifan lokal masing-masing daerah
tuntutan pembangunan pendidikan kejuruan; (3)
(Oketch,
apakah nilai-nilai kearifan lokal selaras dengan
kejuruan
2009;
juga
Coessens,
sangat
2008;
Chinien,
Boutin, Plane, 2009). Sasarannya adalah agar
visi dan misi pendidikan kejuruan;
pendidikan kejuruan dapat berkembang secara
bagaimana
seimbang
untuk
terhadap nilai-nilai kearifan lokal; dan (5)
keharmonisan dan kemajuan sosial bersama,
bagaimana komitmen pengelola pendidikan
memberi kontribusi pada keharmonisan dan
kejuruan di daerah dalam menerapkan kearifan
pelestarian lingkungan,
lokal.
dan
berkelanjutan
pelestarian nilai-nilai
pemahaman
dan
(4)
penghayatan
budaya, pengukuhan identitas bangsa, bijak dalam menggunakan sumber daya alam, efektif,
PEMBAHASAN
efisien dalam melakukan perbaikan tenaga kerja
Kebijakan Pendidikan Kejuruan Berbasis Kearifan Lokal
terdidik dan terlatih (Chinien and Singh, 2009). Bagaimana
pendidikan
kejuruan
Pelaksanaan program pendidikan kejuruan
berhasil
melakukan vokasionalisasi dalam memodali
di
masyarakat pekerja dan pencari kerja dengan
membutuhkan
pengetahuan, nilai-nilai lokal, sikap, prilaku, dan
bentuk peraturan perundang-undangan. Karena
ketrampilan
tanpa peraturan perundang-undangan yang jelas
yang
dibutuhkan
agar
dapat
SMK
berbasis
kearifan
dukungan
kebijakan
kejuruan
THK dalam
berpartisipasi penuh dalam masyarakat secara
program
efektif.
Bagaimana
vokasionalisasi
keunggulan lokal tidak bisa dilaksanakan dan
proses
penimbaan
ilmu
sebagai
pendidikan
lokal
berbasis
of
tidak bisa didanai oleh pemerintah. Kebijakan
knowledge), pencernaan ilmu (digestion of
pokok tentang pendidikan berbasis keunggulan
knowledge), pembuktian ilmu (validation of
lokal diatur dalam undang-undang Sisdiknas
kowledge), dan pengembangan ketrampilan
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 ayat 5 yang
(acquisition
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
253
menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota
memenuhi
mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik
menengah,
yang
dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau
ini
dari satuan pendidikan nonformal yang sudah
berbasis
serta
satuan
keunggulan
pendidikan
lokal.
Kebijakan
menegaskan pula bahwa pemerintah daerah Bali perlu
mengembangkan
dan
membangun
SNP.
Pendidikan
berbasis
memperoleh akreditasi. Dukungan
kebijakan
pengembangan
pendidikan kejuruan berbasis keunggulan lokal
SMK kearifan lokal THK secara tersirat juga
THK secara berencana dan berkala untuk
tertuang dalam bentuk peraturan daerah Provinsi
meningkatkan keunggulan lokal, kepentingan
Bali nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
nasional, keadilan, dan kompetisi antarbangsa
Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali menyatakan
dalam peradaban dunia. Kemudian dalam PP 19
bahwa Tri Hita Karana adalah falsafah hidup
Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
masyarakat Bali yang memuat tiga unsur yang
dinyatakan kurikulum SMK dapat memasukkan
membangun keseimbangan dan keharmonisan
pendidikan
berbasis
keunggulan
lokal.
hubungan
Pendidikan
berbasis
keunggulan
lokal
manusia dengan manusia, dan manusia dengan
antara
manusia
lingkungannya
mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi
pendidikan
kehidupan
mata
pelajaran
manusia.
menjadi
Tuhan,
merupakan bagian dari pendidikan kelompok
kelompok
yang
dengan
Pasal
3
sumber
menyatakan
kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan
penataan ruang wilayah provinsi bertujuan untuk
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
mewujudkan: a) ruang wilayah provinsi yang
teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran
berkualitas,
estetika,
pelajaran
berjatidiri, berbudaya Bali, dan berwawasan
pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
lingkungan berlandaskan Tri Hita Karana; b)
Pendidikan
pengembangan kegiatan perekonomian pedesaan
atau
kelompok
berbasis
mata
keunggulan
lokal
merupakan bagian dari kurikulum SMK.
keunggulan
lokal
diatur
nyaman,
produktif,
berbasis pertanian, kerajinan, industri kecil, dan
Penjaminan mutu pendidikan kejuruan berbasis
aman,
pariwisata
kerakyatan
yang
berlandaskan
dalam
falsafah Tri Hita Karana yang ditunjang dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
pemenuhan sarana dan prasarana untuk menekan
63 Tahun 2009. SMK yang dapat menggunakan
urbanisasi. Pengembangan kawasan perkotaan
program pendidikan berbasis keunggulan lokal
berdasarkan
adalah SMK yang telah melampaui standar
disesuaikan dengan karakter sosial budaya
pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional
masyarakat setempat, dengan orientasi ruang
pendidikan (SNP). Standar mutu di atas SNP
mengacu pada konsep catus patha dan tri
yang berbasis keunggulan lokal dapat dirintis
mandala
pemenuhannya oleh satuan pendidikan yang
tradisional Bali.
falsafah
serta
Tri
penerapan
Hita
gaya
Karana,
arsitektur
telah memenuhi SPM dan sedang dalam proses
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
254
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi
Sebagai
contoh perubahan IPTEKS,
Bali dan tujuan pengembangan perekonomian
globalisasi
pedesaan berbasis pertanian, kerajinan, industri
membutuhkan perubahan sikap dan kompetensi
kecil, dan pariwisata kerakyatan dalam Perda
pada diri manusia.
Provinsi Bali nomor 16 Tahun 2009 bila
sebagai
perubahan
ICT,
Kebudayaan Bali menyatakan
wadah
manusia
dikaitkan dengan pembinaan dan pengembangan
adalah
pendidikan kejuruan di SMK berbasis THK
sedangkan alam semesta ini bhuwana agung
sangat
sebagai
tepat
sebagai
kearifan
lokal.
bhuwana alit sebagai isi (manik)
wadahnya
(cucupu).
Membangun
Pengembangan SMK kearifan lokal THK
kehidupan bahagia, seimbang dan harmonis
membutuhkan keharmonisan dan keseimbangan
dalam perspektif pengembangan pendidikan
unsur
dalam
kejuruan di SMK berbasis THK ditemukan
budaya
konsep-konsep sebagai dijabarkan dibawah ini.
melayani, dan budaya kerja berdasarkan falsafah
Harmonis artinya melakukan hal-hal baik dan
THK
kesejahteraan,
memiliki kesucian terepleksi mulai dari pikiran
kedamaian, dan kebahagiaan bersama. SMK
(idep), terucap dalam perkataan (sabda) dan
sebagai lembaga pendidikan kejuruan yang
terlihat dalam tindakan perbuatan (bayu).
manusia
pengembangan
dalam
mendukung
warga budaya
SMK belajar,
membangun
pengembangan
kegiatan
Pertama:
manusia
sebagai
manik
perekonomian berbasis pertanian, kerajinan,
merupakan mahluk berpikir dan berbudaya
industri kecil, dan pariwisata dibangun dan
memiliki kekuatan atau prana (sabda, bayu,
ditata menggunakan konsep catus patha dan tri
idep)
mandala untuk mewujudkan tata ruang wilayah
dirinya. Manusia membuat rumah, banjar, desa
sekolah
pekraman, sekolah (SMK), hotel, pabrik, kantor
yang
berkualitas,
nyaman,
aman,
produktif, dan berwawasan lingkungan.
untuk
mengembangkan
wadah bagi
dan sebagainya selaku wadah bersama baginya. Harapannya adalah agar wadah buatannya ini
Konsep Kearifan Lokal THK Pendidikan Kejuruan di SMK
dalam
memberikan rasa bahagia serta mempunyai
integrasi
pertalian serasi dengan manusia pendidikan
sistemik dari konsep “cucupu manik” atau
kejuruan selaku isinya. Maka demi kebahagiaan
konsep “isi dan wadah” (Agastia, 2007).
ini dikonsepsikanlah rumah,
Pertalian yang harmonis seimbang antara isi dan
sekolah (SMK), hotel, pabrik, kantor dan
wadahnya
sebagainya sebagai wadah buatan.
Konsep
kebahagiaan
THK
merupakan
adalah
syarat
manusia
(jana
terwujudnya hita)
desa pakraman,
Kedua: THK memiliki unsur jiwa, prana,
dan
kebahagiaan dunia (jagat hita) (Wiana, 2009).
dan
Konsep cucupu manik menegaskan bahwa akan
direalisasikan
selalu
isi
parhyangan, pawongan, dan palemahan. Ketiga
membutuhkan perubahan wadah sebaliknya
unsur tersebut adalah sesuatu yang integral
perubahan wadah membutuhkan perubahan isi.
sistemik, memiliki keterkaitan satu sama lain
terjadi
dinamika,
perubahan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
sarira
yang dalam
dalam tiga
wadah
buatan
“Pa”
yaitu:
255
dalam sebuah kemanunggalan untuk mencapai
Keempat: dalam wadah desa pakraman,
kebahagiaan. Dalam diri manusia jiwa/atman
kahyangan tiga yaitu Pura Desa sebagai tempat
adalah unsur parhyangan, prana (sabda, bayu,
pemujaan Bhatara Brahma, Pura Puseh sebagai
idep) adalah unsur pawongan, dan badan/tubuh
tempat pemujaan Bhatara Wisnu, dan Pura
berfungsi sebagai palemahan. Konsep THK
Dalem sebagai tempat pemujaan Bhatara Siwa
membangun kesadaran bahwa setiap manusia
adalah parhyangan yang merupakan jiwanya
memiliki tiga modal dasar untuk hidup bahagia
dari warga desa pekraman (Wiana, 2008).
yaitu : (1) atman/jiwa; (2) prana/kekuatan
Segenap
sabda-bayu-idep; dan (3) angga sarira/ badan
pawongan
wadag. Hilang atau melemahnya salah satu
pakraman dengan keseluruhan bangunan dan
unsur
maka
alam yang tumbuh adalah palemahan. Pemujaan
kebahagiaan itu akan hilang juga. Angga
kahyangan tiga dilandasi penguatan ajaran Tri
sarira/badan tanpa atman/jiwa adalah jenazah,
Kona dan Tri Guna mengarahkan warga desa
atman/jiwa tanpa angga sarira/badan adalah
pakraman untuk selalu kreatif mengembangkan
hantu, atman/jiwa dengan angga sarira/badan
gagasan-gagasan, melakukan program aksi yang
tanpa prana atau kekuatan sabda-bayu-idep
bermanfaat
sama dengan manusia sakit tanpa potensi.
pakraman (jana hita-jagat hita), membangun
Dalam
kompetensi
alam lestari (butha hita) (Wiana, 2009). Desa
pendidikan kejuruan konsep ini menjadi modal
pakraman memberikan penguatan identitas jati
moral dan mental.
diri masyarakat Bali yang memiliki akar budaya
THK
dalam
ranah
diri
manusia
pengembangan
Ketiga: dalam wadah rumah tangga atau keluarga
sanggah/pemerajan
adalah
warga
desa
dan
pakraman
batas-batas
bagi
adalah
wilayah
kebahagiaan
warga
desa
desa
yang kuat dan terbuka terhadap masukan dan pengaruh global (teori Pohon).
parhyangan yang berfungsi sebagai jiwanya
Kelima: dalam wadah sekolah SMK, Pura
keluarga, sedangkan anggota keluarga adalah
Sekolah adalah parhyangan sebagai jiwanya
pawongan
rumah
warga SMK (Kepala Sekolah, Komite Sekolah,
tangga, dan karang atau areal rumah adalah
Guru, pegawai tata usaha, teknisi, laboran,
palemahan.
siswa, satpam, tukang kebun, tukang parkir,
sebagai
kekuatan/prana
Sanggah/pemerajan
sebagai
parhyangan adalah jiwa pemberi kehidupan bagi
penjaga kantin).
semua anggota keluarga. Kebahagiaan di dalam
sekolah, guru, pegawai tata usaha, teknisi,
rumah tangga adalah perwujudan harmonisasi
laboran, siswa, satpam, tukang kebun, tukang
antar anggota keluarga (ibu, bapak, anak),
parkir, penjaga kantin adalah pawongan sebagai
harmonisasi antara anggota keluarga dengan
prana atau tenaga penggerak sekolah (SMK).
sanggah/pemerajan, dan harmonisasi antara
Kemajuan SMK akan sangat ditentukan oleh
anggota
keadaan atau kondisi pawongannya. Kondisi
keluarga
bangunan rumah.
dengan
lingkungan
dan
Kepala sekolah, komite
masing-masing unsur pawongan SMK yang sehat
jasmaninya,
tenang
rohaninya,
dan
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
256
profesional dalam melaksanakan tugas dan
perubahan dari wiswawara (eksklusif) menjadi
kewajibannya
wiswamitra
(swadharma)
akan
sangat
(integratif)
mendukung kesuksesan SMK menjalankan visi-
Akibatnya
visi meraih tujuan. Lingkungan sekolah lengkap
melayani dan bukan dilayani.
dengan bangunan gedung sarana dan prasarana PBM,
pasilitas
TIK,
bahan
ajar,
(Wiana,
akan selalu ada
sikap
2009). mental
Tidak ada yang bisa dilakukan dengan
bahan
sempurna tanpa kekuatan moral dan keteguhan
belajar,sumber-sumber belajar, bahan praktikum
mental. Dalam THK moral dan mental akan kuat
adalah unsur palemahan yang terus harus
apabila alam dan lingkungannya baik. Maka
dibangun.
pertama-tama harus pelestarian alam (bhuta hita) terlebih dahulu (Wiana, 2009). Pendidikan
Nilai-Nilai Kearifan Lokal THK dalam Pendidikan Kejuruan di SMK
membutuhkan lingkungan terkondisi. Untuk
Tri Hita Karana itu adalah hukum Tuhan,
memajukan pendidikan kejuruan di Bali harus
hukum alam, dan hukum kebersamaan. Memuja
ada wawasan dan pandangan budaya yang kuat
Tuhan (parhyangan) harus dalam kerangka
sehingga seberapa pun majunya pergerakan
menguatkan
masyarakat
kesadaran
pemeliharaan
alam
Bali
tidak
kehilangan
akar
(palemahan) dan mengembangkan kebersamaan
kepribadiannya. Pendidikan harus melahirkan
(pawongan) (Titib, 2007; Waskita, 2005).
manusia yang memiliki kemampuan mengelola
Parhyangan yang dibangun di desa pakraman,
hidupnya dengan baik dan benar. Tanpa
di
rumah,
menguatkan
di diri
SMK
dimaksudkan
siswa,
pendidik,
untuk tenaga
kependidikan,
masyarakat
mengembangkan
profesi,
memelihara
membangun
kebersamaan
lingkungan,
dan
dalam
akan menimbulkan dosa sosial. Kalau sekolah menyelenggarakan pendidikan untuk mengajar peserta didik hanya untuk mencari nafkah, maka pendidikan itu tidak akan membawa perbaikan hidup dalam masyarakat. Menyadari hal ini
diantara sesama warga. Parhyangan
membangun karakter yang luhur pendidikan itu
difungsikan
untuk
mengembangkan diri manusia itu sendiri sebagai bagian dari orang lain sehingga siap melayani
pendidikan harus diselenggarakan dengan nilai tambah moralitas THK dan kebudayaan Bali.
sesama bukan untuk kepentingan diri yang
Pemahaman dan Penghayatan Nilai-Nilai Kearifan Lokal THK di SMK
eksklusif. Ilmu itu bukan untuk eksklusif tetapi
Penjabaran hakekat dan visi kerja bagi
untuk integratif. Inilah yang dipakai bekal dan
masyarakat Bali terkait dengan pendidikan
modal oleh orang yang memiliki ilmu atau
untuk dunia kerja dan kecakapan hidup (life
memiliki kompetensi untuk melayani orang lain
skill) bentuknya ada di desa pakraman dan
(Wiana, 2008). Melayani orang lain tanpa bekal
banjar. Dalam desa pakraman ada desa dresta
kompetensi
Sehingga
atau kebiasaan-kebiasaan atau tradisi adat
parhyangan yang dibangun di SMK itu adalah
istiadat yang diyakini dan dijalankan. Desa
untuk menghilangkan ego manusia, yakni
pakraman adalah organisasi setingkat desa yang
adalah
niscaya.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
257
memiliki anggota atau warga desa sebagai
mengamalkan dua hal yaitu Tri Kona dan Tri
pawongan,
Guna.
batas-batas
wilayah
sebagai
palemahan, kahyangan tiga sebagai parhyangan.
Ciri hidup yang baik dan benar itu adalah
Desa pakraman pada hakikatnya adalah sebagai
melakukan
lembaga sosial religius Hinduistis (Waskita,
sesuatu yang sepatutnya diciptakan (utpati).
2007). Dalam setiap desa pakraman terdapat
Selanjutnya kreatif untuk memelihara sesuatu
kahyangan tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan
yang
Pura
mewadahi
kehidupan ini ada hal-hal yang memang
pemujaan kepada Brahma di Pura Desa sebagai
seyogianya ditiadakan (pralina) agar dinamika
pencipta (utpati),
Wisnu sebagai pemelihara
hidup ini melaju menuju kehidupan yang jana
(stiti) di Pura Puseh, dan Siwa di Pura Dalem
hita dan jagat hita (Wiana, 2009). Jana hita
sebagai pelebur (pralina). Brahma, Wisnu, Siwa
artinya kebahagiaan secara individu dan jagat
disebut Tri Murti dan fungsinya yaitu utpati,
hita adalah kebahagiaan secara bersama-sama.
stiti, pralina disebut Tri Kona. Lalu apa
Inilah yang seyogianya yang dikembangkan oleh
kaitannya dengan pendidikan dunia kerja?
warga di desa pakraman.
Dalem.
Ketiga
pura
ini
kreativitas
sepatutnya
untuk
dipelihara
menciptakan
(stiti).
Dalam
Tri Kona (utpati, stiti, pralina) mewadahi
Untuk mencapai kehidupan yang sukses
konsep inovasi, kreativitas, budaya preservatif,
hendaknya tiga sifat yang disebut Tri Guna itu
dan
terhadap
harus dibuat menjadi kuat. Tri Guna itu akan
pengaruh global tetapi tetap mengakar pada
kuat apabila guna sattwam dan guna rajas sama-
budaya dan identitas diri sendiri (teori pohon).
sama kuat mempengaruhi citta atau alam pikiran
Inovasi,
perubahan
(Wiana, 2008). Guna sattwam dan rajas yang
memungkinkan pada dua sisi berlawanan yaitu
sama-sama kuat itu menyebabkan orang selalu
membangun atau merusak. Agar perubahan itu
berniat baik dan berbuat baik. Karena itu,
memberi nilai positif dan membangun, desa
dibangunnya Pura Desa dan Pura Puseh dalam
pakraman mengenal ajaran Tri Guna (sattwam,
satu areal atau satu palemahan sebagai simbol
rajas, tamas). Tri Guna yang terkendali akan
untuk menyatukan guna sattwam dan guna rajas
memberikan perubahan itu kearah positif. Akan
agar sama-sama kuat mempengaruhi citta atau
terjadi proses penciptaan (utpati) apa-apa yang
alam pikiran manusia berniat baik berbuat baik.
dibutuhkan, akan terjadi proses pemeliharaan
Guna sattwam dan guna rajas mengembangkan
(stiti) hal-hal yang masih relevan, berguna,
berbagai
memberi manfaat dan peleburan (pralina) hal-
mendinamiskan
hal yang sudah tidak relevan. Kalau manusia itu
perlindungan pada hal-hal yang positif (Wiana,
dikuasai oleh Tri Guna yang tepat dia akan
2009).
budaya
progresif.
kreativitas,
Terbuka
dan
gagasan
dan
upaya
program kreativitas
untuk dan
ciptakan hal-hal yang beguna, bukan sekedar
Lewat Pura Puseh umat dimotivasi untuk
mencipta dan memelihara hal-hal yang edonis.
membangun niat baik dengan menguatkan sifat-
Pemujaan
sifat sattwam dan berbuat baik membangun
Brahma,
Wisnu,
dan
Siwa
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
258
program-program aksi yang praktis dan realistis
sakti adalah mereka yang memiliki banyak ilmu
yang bermanfaat bagi krama di desa pakraman.
(jnana) dan banyak berbuat nyata mewujudkan
Dari Pura
ilmu tersebut. Konsep sakti memunculkan
Desa
dikembangkan
dan Pura
Puseh itulah
gagasan-gagasan
untuk
konsep cendikiawan yaitu kemampuan berbuat
menentukan berbagai langkah, apa yang wajib
memecahkan
permasalahan
dipelihara dan dilindungi. Sesungguhnya ada
masyarakat melalui disiplin ilmu yang dimiliki.
warisan budaya berupa gagasan-gagasan atau
Untuk
ide-ide mulia yang terpendam dalam berbagai
mengembangkan guna sattwam. Mereka yang
tradisi yang patut dipelihara dan dilindungi.
guna sattwam-nya kuat akan terdorong untuk
Warisan budaya berupa pemikiran itu bisa
terus meningkatkan kemauan belajarnya dan
terekam dalam bentuk tertulis, lisan atau dalam
memiliki
wujud simbol-simbol visual.
intellegence) sebagai pusat pengembangan diri
memiliki
banyak
kecerdasan
yang
ilmu
belajar
ada
di
haruslah
(learning
Lewat pemujaan Batara Wisnu kita
manusia abad 21. Sedangkan mereka yang
kuatkan moral dan daya tahan mental kita untuk
memiliki guna rajas yang kuat akan selalu
melindungi hal-hal yang patut dilindungi dari
memiliki semangat kuat untuk terus bekerja
arus
Untuk
mewujudkan ilmu yang didapatkan dalam
melindungi sesuatu yang patut dilindungi itulah
perbuatan nyata. Demikian juga keberadaan
sebagai wujud nyata aktivitas memuja Batara
Pura Dalem untuk memuja Tuhan sebagai Dewa
Wisnu di Pura Puseh. Untuk bisa membedakan
Siwa Rudra. Pemujaan Tuhan di Pura Dalem
antara yang patut dilindungi dan yang tidak
diarahkan untuk menguatkan kemampuan untuk
patut dilindungi itu perlu dibangun wiweka
mengendalikan sifat-sifat tamas agar tidak eksis
jnana. Wiweka jnana adalah suatu kemampuan
membuat manusia malas, bebal tetapi rakus.
untuk membeda-bedakan yang patut dan yang
Dalam wujud yang lebih nyata pembinaan guna
tidak patut, yang baik dan yang tidak baik dan
tamas akan mendorong manusia melakukan
seterusnya. Hal itu penting agar jangan semua
langkah-langkah nyata menghilangkan berbagai
yang sudah mentradisi terus kita lindungi. Lagi
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan
pula tradisi itu adalah buatan manusia. Setiap
hidup.
zaman
yang
sangat
deras.
buatan manusia itu pasti kena hukum rwa
Swadharma desa pakraman yang dijiwai
bhineda. Ada yang baik ada yang buruk. Dengan
oleh keberadaan Kahyangan Tiga ini adalah
wiweka jnana kita akan melindungi sesuatu
mengembangkan ajaran Tri Kona dan Tri Guna
yang patut dilindungi, memelihara sesuatu yang
dalam membangun warga
patut dipelihara.
(pawongan) yang jagat hita (bahagia di dunia).
Selanjutnya ada penjelasan dalam bahasa Jawa
Kuno
didalam
Wrehaspati
desa
pakraman
Pemujaan pada Tuhan di Kahyangan Tiga
Tattwa
(parhyangan) akan bermakna untuk membangun
dinyatakan “sakti ngarania ikang sarwa jnyana
alam yang lestari (bhuta hita) dan manusia Bali
lawan sarwa karya” (Wiana, 2009). Artinya:
yang jagat hita. Membangun alam yang lestari
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
259
dengan konsep Rta. Sedangkan membangun
dipelihara dan dipertahankan. Sedangkan adat-
jagat hita dengan konsep dharma. Ini artinya
istiadat yang sudah usang ketinggalan zaman
memuja Tuhan bukan berhenti pada memuja
hendaknya ditinggalkan secara suka rela dengan
saja. Pemujaan Tuhan harus dapat berdaya guna
cara-cara yang baik dan benar juga. Dewasa
menguatkan manusia untuk menjaga alam dan
ini, karena kurang kuatnya guna sattwam
menjaga hidup bersama yang saling mengabdi.
dan guna rajas, banyak tindakan melidungi
Itulah tujuan pendirian Kahyangan Tiga di desa
sesuatu yang sudah sepatutnya dipralina,
pakraman (Wiana,2009).
dan mengabaikan sesuatu yang sepatutnya
Kearifan lokal masyarakat Bali terkait dengan jana hita dan jagat hita untuk pendidikan untuk dunia kerja adalah “ngalih gae pang meturu idup” bukan “mati iba idup kai” (Wiana, 2009). Bagaimana masyarakat Bali mencari pekerjaan, membangun pekerjaan untuk hidup dan menghidupi kebutuhan bersama. Bukan mengembangkan cara-cara untuk membunuh kehidupan orang lain, menindas kehidupan orang untuk hidup bahagia diatas penderitaan orang lain. Bukan sekedar menyelamatkan diri
Dinamika hidup dengan landansan Tri Kona inilah yang dapat menciptakan suasana hidup yang dinamis, harmonis dan produktif arti
spiritual
dan
material
secara
berkesinambungan. Dari konsep Tri Kona ini sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi berbagai
kebijakan
pemeliharaan
dan
perlindungan. Di desa pakraman, Pesraman, dan Banjar juga sebagai tempat dan lembaga membuat orang agar mengerti dalam menggerakkan hidupnya secara vertikal dan horizontal. Vertikal itu Catur Asrama yaitu: brahmacari, grihasta, wanaprasta, dan bhiksuka. Brahmacari adalah masa menuntut ilmu, grihasta masa berumah tangga, Wanaprasta masa menjauhi kehidupan duniawi, dan Bhiksuka masa menyerahkan diri
masing-masing.
dalam
mendapatkan
di
desa
pakraman.
Betapapun maju suatu zaman yakinlah dapat dikendalikan dengan konsep Tri Kona (Wiana,
2009). Dengan konsep Tri Kona ini desa pakraman tidak akan pernah kehilangan jati dirinya sebagai lembaga umat Hindu khas Bali. Kemajuan zaman justru akan menguatkan jati diri kehidupan di desa pakraman. Ciptakan adatistiadat yang dibutuhkan zaman, ada adatistiadat yang masih baik dan benar agar terus
kepada Tuhan. Secara horizontal Catur Warna (brahmana, ksatria, waisya, sudra). Makanya di Banjar, betara dipuja sebagai Betara Penyarikan agar masyarakat “nyarik-nyarik”. “brahmacari pang seken; grihasta pang seken; wanaprasta pang seken; bhiksuka pang seken” (Wiana, 2010). Memiliki keahlian dan keterampilan serta siap memasuki pilihan warna dan asrama. Gerak masyarakat melalui jalur horizontal dengan Catur warna dan secara vertikal menjalani pengasraman (Catur Asrama). kearifan
lokal
Bali:
Keluhuran
brahmana
adalah
memelihara dan mengembangkan ilmu; kesatria perlindungan;
waisya
kemakmuran;
sudra
tenaga kerja. Brahmana berkerja membangun kekuatan
moral,
membangun
kesejukan
kekuatan
hati.
regulasi,
Kesatria memberi
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
260
keamanan,
dan
keadilan.
Waisya
bekerja
Pendidikan kejuruan tumbuh dari masyarakat,
membangun kekuatan ekonomi dan memberi
berkembang
kesejahteraan.
membangun kekuatan
masyarakat setempat, memperhatikan kearifan
kerukunan
lokal,
demokrasi
Sudra
memberi
me-nyame
bersama
keunggulan
budaya
lokal,
dan
potensi
tradisi
wilayah,
braya, kekeluargaan dan kebersamaan dalam
dukungan masyarakat, partisipasi dan kerjasama
hidup berdampingan (Sutantra, 2010).
masyarakat, ada konsensus yang kuat diantara
Dalam
lingkup
dilembagakan
dalam
keluarga
dengan
lembaga
pendidikan
kejuruan (Thompson, 1973; Wagner, 2008,
keluarga Bali. Sama halnya dengan desa
Hampden, Thompson, Guzman, and Lippman,
pakraman, penataan rumah adat menggunakan
2008). Visi pendidikan kejuruan seharusnya
konsep tri mandala dan tri angga. Sanggah
kongruen dengan visi
sebagai
pendidikan kejuruan dikembangkan (Tilaar,
adalah
rumah
masyarakat
adat
parhyangan
bentuk
THK
otak,
meten
merupakan kepala pembungkus otak, bale dauh-
masyarakat dimana
1999).
bale dangin sebagai tangan kiri-kanan, dapur
Bali memiliki konsep-konsep yang khas
adalah perut, dan tebe adalah kaki. Bangunan
untuk kelangsungan hidupnya. Konsep tersebut
pokok dalam sanggah adalah kemulan, taksu,
menyangkut kehidupan fisik (sekala) maupun
dan padmasana. Kemulan adalah modal untuk
non fisik (niskala), menyangkut tata ruang dan
membangun
kebijakan
rumah
tangga,
taksu
adalah
pemanfaatan
lahan
pertanahan,
kekuatan. Kalau tidak ada kekuatan taksu maka
menyangkut tata kemasyarakatan dalam wadah
modal atau kemulan kita bisa tidak tumbuh
lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan desa
berkembang.
untuk
pakraman. Bali dalam perspektif ideologi Tri
memuja Tuhan Ida Sang Hyang Widhi (Widia
Hita Karana (THK) adalah sebuah kesatuan
Dharma, 2010).
yang utuh, sehingga segala program dan
Padmasana
digunakan
kebijakan
yang
menyangkut
Bali
harus
Komitmen Pengelola Pendidikan di SMK THK
dilakukan secara sinergis, integral, dan sistemik.
Pendidikan kejuruan di SMK sebagai
Bali tumbuh dengan alam dan kebudayaannya
pendidikan untuk pengembangan kompetensi
dalam menentukan masa depannya. Oleh karena
kerja SDI akan berhasil baik jika mampu
itu, pengelolaan dan pengembangan alam dan
menumbuhkembangkan
kebudayaan
pendidikan
kejuruan
eksistensi yang
manusia
memasyarakat,
Bali
harus
tetap
berdasarkan
ideologi THK (Agastia, 2007). Demikian juga
berbudaya kompetensi dalam tatanan kehidupan
dengan
pengembangan
berdimensi lokal, nasional, regional, dan global
pendidikan kejuruannya.
dan
pengelolaan
(Cheng, 2005; Clarke & Winch, 2007; Pavlova,
Praksis ideologi THK dapat digunakan
2009). Sebagai produk masyarakat, pendidikan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan
kejuruan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat
pengembangan SDM Bali pada umumnya dan
dimana pendidikan kejuruan dikembangkan.
khususnya dalam inovasi dan pengembangan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
261
kualitas pendidikan kejuruan di era ekonomi
dengan konsep keharmonisan “cucupu lan
berbasis pengetahuan. Praksis ideologi THK
Manik”
adalah
jawaban
wadah/cucupu dan isi/manik. Ideologi THK dan
permasalahan-permasalahan menurunnya daya
konsep cucupu lan manik sangat baik dan
saing
bahkan
kemungkinan
bangsa,
identitas
atas
melemahnya nasional.
integritas
dan
Keberlangsungan
yaitu
keharmonisan
ideal
digunakan
antara
sebagai
basis
pengembangan pendidikan karena pendidikan
(sustainability) mutu dan relevansi pendidikan
pada dasarnya adalah proses
kejuruan
modal THK yang ada pada diri manusia itu
di
Bali
sangat
ditentukan
oleh
kemampuan lembaga SMK dalam menerapkan
menumbuhkan
sendiri.
kearifan lokal Bali secara terencana dan
Pada kenyataannya pendidikan kita di
terprogram dengan tetap menyerap standar
Bali secara terstruktur belum menggunakan
nasional
THK sebagai basis tata nilai pengembangan
dan
internasional.
Salah
satu
indigenous wisdom masyarakat Bali yang telah
mutu
diakui oleh UNESCO adalah Tri Hita Karana
pendidikan
(THK).
landasan pengembangan pendidikan dalam visi
THK adalah ideologi yang mengajarkan
dan
dan
misi
relevansi. telah
menyebut
sekolahnya,
lembaga
THK
telah
sebagai
menggunakan
keharmonisan dan keseimbangan hidup dalam
sebagai
mewujudkan tujuan hidup moksartham jagat hita
pelajaran, akan tetapi belum jelas tujuan, sasaran
ya
(kebahagiaan
pokok, dan strategi yang digunakan untuk
duniawi/jagadhita dan kebahagiaan rokhani. Tri
mengimplementasikan nilai-nilai luhur THK.
Hita Karana adalah tiga unsur penyebab atau
Salah satu penyebab terjadi permasalahan
sebab musabab terjadinya kebahagiaan hidup
tersebut adalah belum banyak penelitian dan
pada diri manusia. Ketiga unsur sebab musabab
pengkajian yang mendalam tentang konsep
itu adalah: (1) zat Hyang Widhi atau Atman; (2)
pengembangan
prana dalam bentuk sabda, bayu, idep sebagai
wisdom THK. Konsep ini harus memberi arah
daya yang timbul karena menyatunya Atman
yang jelas tentang nilai-nilai inti dan luhur (core
dengan badan wadag; dan (3) sarira atau badan
values) yang dipilih dan akan dibangun melalui
wadag manusia yang terbentuk dari lima unsur
pendidikan di SMK. SMK indigenous wisdom
yang
THK harus melibatkan
ca
iti
disebut
(ruang/akasa,
dgharma
dengan teja/panas,
panca
mahabhuta
udara/bayu,
zat
dalam
basis
Beberapa
pengembangan
sekolah
satu
model
mata
indigenous
semua stakeholder
komunitas
cair/apah, zat padat/pertiwi). Kebahagiaan akan
mengimplementasikan
terwujud jika ada keharmonisan antara Atman
kedalam kurikulum sekolah. Agar memberi hasil
dengan
wadahnya.
yang maksimal komunitas sekolah yaitu guru,
Keharmonisan antara Atman dengan badan
siswa, tenaga kependidikan, tenaga administrasi,
wadag
yang
penjaga sekolah, tukan kebun harus mampu
berkualitas tinggi. Konsep ini kemudian dikenal
mempromosikan core ethical dan performance
badan
akan
wadag
sebagai
membangkitkan
prana
core
sekolah, values
THK
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
262
values THK yang telah ditetapkan sebagai
perubahan nilai dan norma serta kebiasaan
fondasi pembentukan karakter peserta didik. Ini
hidup. Diantara kelompok masyarakat mulai
harus diawali dengan adanya guru model THK,
mempunyai kepentingan yang berbeda dan
bangunan THK, simbol-simbol nilai THK dalam
bahkan sering kali juga bertentangan. Solidaritas
bangunan sekolah, peralatan siswa.
Guru,
mekanis yang semula menjadi daya pengikat
siswa, tenaga kependidikan, keluarga, komite
tergantikan oleh ikatan solidaritas organis yang
sekolah memahami bagaimana dan mengapa
lebih menonjolkan ikatan dalam kelompok dan
sekolah memilih nilai pokok dan mengafirmasi
kepentingan
pentingnya
menuntun
masyarakat secara keseluruhan. Orientasi nilai
perilaku. Etika luhur dan nilai-nilai secara aktif
dalam pergaulan antar sesama mengalami
digunakan sebagai panduan dalam setiap aspek
pergeseran dari nilai kebersamaan ke nilai
kehidupan di sekolah. Guru, siswa, staff,
individual, kelompok, dan komersial. Situasi
keluarga menggunakan bahasa yang sama
demikian memberi peluang untuk timbulnya
sebagai refleksi nilai luhur sekolah THK. Ada
persaingan dan konflik integritas masyarakat
guru model yang dapat mengintegrasikan nilai-
dan identitas diri bangsa.
nilai
pokok
dalam
nilai ke dalam kehidupan sekolah. Nilai luhur memandu
praktek-praktek
pengajaran
dan
SMK diharapkan
kelompok
kearifan menjadi
lokal
dibandingkan
THK
pusat
kedepan
pembudayaan
pembelajaran siswa secara terprogram baik
kompetensi dalam membangun sumber daya
dalam
insani berkarakter budaya belajar (jnana),
program
kurikuler
maupun
ekstra
kurikuler.
budaya berkarya (karma), budaya melayani
Perkembangan pariwisata dan jaringan internasional
membuat
masyarakat
(bhakti), dan bermental sebagai learning person
Bali
yang mampu menumbuhkan kecerdasan belajar
mengalami proses globalisasi lebih awal dan
sebagai sentral moralitas untuk mengembangkan
lebih masif karena interaksi komunal antara
kecerdasan
masyarakat
Bali
dengan
sosial-ekologis,
internasional
sangat
tinggi
masyarakat
emosional-spiritual, kecerdasan
kecerdasan intelektual,
intensitasnya.
kecerdasan kinestetis, kecerdasan ekonomika,
Suasana demikian membuat sistem budaya di
kecerdasan politik, kecerdasan teknologi, dan
Bali tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi.
kecerdasan seni-budaya berdasarkan nilai-nilai
Hasil temuan penelitian disertasi Anak Agung
hidup harmonis dan seimbang antara manusia
Gde Agung menyatakan bahwa sebagian besar
dengan Tuhan Yang Mahaesa (parhyangan),
kebudayaan Bali sudah menuju tahap erosi.
antar sesama manusia (pawongan), antara
Aspek
manusia dengan lingkungan (palemahan).
hubungan
manusia
dengan
alam
mengalami erosi sekitar 60%, hubungan antar manusia telah rusak antara 40-45%, tetapi hubungan manusia dengan Tuhan masih kuat, antara 90-95%. Data ini membuktikan terjadi
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Misi dan Tujuan Pengembangan Kearifan Lokal THK
SMK
Misi pengembangan SMK kearifan lokal THK adalah:
263
1.
Menjadikan SMK kearifan lokal THK sebagai solusi masalah menurunnya nilainilai budaya bangsa, integritas, identitas
Tujuan pengembangan SMK THK adalah: 1.
(pura sekolah, pelangkiran kelas/ruang),
Menjadikan SMK kearifan lokal THK sebagai
pusat
pengembangan
pawongan (warga sekolah), dan palemahan
budaya
(areal sekolah dengan seluruh bangunan)
belajar, budaya berkarya, budaya melayani
sebagai satu kesatuan yang utuh untuk
orang lain. 3.
mewujudkan keharmonisan hidup dalam
Menumbuhkan kesadaran THK pada warga
mengembangkan
sekolah yaitu sadar atman, sadar sarira,
Menjadikan SMK kearifan lokal THK sebagai
pusat
pengembangan
2.
Menyelenggarakan
pendidikan
dan angga sarira atau badan wadag. 3.
Membimbing karir lulusan menjadi pekerja
4.
insan
bermanfaat
sempurna
Menyelenggarakan pendidikan mandiri
dalam
budindrya. 5.
sebagai
kekuatan kompetensi
sekolah (janahita) dan membangun alam
ideologi
THK
sebagai
kearifan dan keunggulan lokal dalam memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa dan identitas nasional.
pendidikan
sebagai
berpikir/berlogika
(idep),
berkomunikasi
(sabda),
kompetensi beraktifitas (bayu).
lingkungan sekolah yang lestari (buthahita). Melestarikan
Mewujudkan
lingkungan belajar tempat pengembangan
lingkungan
tempat membangun kebahagiaan warga
9.
kesehatannya,
(panca karmendria), dan potensi panca
dan efisiensi dengan menerapkan kearifan
SMK
dirawat
(panca indria), potensi kelima alat gerak
melakukan
peningkatan mutu, relevansi, daya saing,
Menjadikan
perlu
dikembangkan potensi kelima indrianya
kejuruan
dan keunggulan lokal THK.
badan wadag
sebagai wadah atman anugrah Tuhan yang
“manusa
meguna”.
8.
Mewujudkan pendidikan yang memahami dan mampu mengelola
yang profesional sebagai “pragina” agar
yang
Mewujudkan pendidikan yang menghayati keberadaan atman.
atau pekerjaan.
7.
Menanamkan nilai-nilai keseimbangan dan
pemahaman dan penghayatan atman, prana,
dan
peserta didik untuk mendapatkan “geginan”
menjadi
masing-
masyarakat pendidikan kejuruan melalui
pelatihan pengembangan “guna” atau bakat
6.
diri
keharmonisan hidup dalam diri pribadi
karakter
kejuruan. 5.
potensi
masing warga sekolah.
sadar prana. 4.
Mewujudkan SMK sebagai lingkungan belajar THK yang memiliki prahyangan
nasional, dan daya saing bangsa Indonesia. 2.
indigenous
6.
Menanamkan nilai-nilai kekuatan
prana
sabda, bayu, idep untuk memenuhi tuntutan dunia kerja yang mengarah kepada industri berbasis pengetahuan, industri kreatif, soft skill.
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
264
7.
8.
9.
Menanamkan nilai-nilai keseimbangan dan
warga sekolah, dan keharmonisan antara warga
keharmonisan
pribadi
sekolah dengan lingkungan sarana dan prasarana
masyarakat pendidikan kejuruan melalui
sekolah secara keseluruhan dalam melakukan
pemahaman,
proses vokasinalisasi. Pengembangan SMK
hidup
antar
penghayatan,
pemanfaatan
prahyangan, pawongan, dan palemahan.
kearifan
Membangun kesadaran bahwa manusia-
pendidikan kejuruan menuju pendidikan yang
manusia
seimbang
yang
sehat
jasmani,
tenang
lokal
THK
dan
mendukung
berkelanjutan
program
untuk
rokhani, dan profesional adalah prana atau
keharmonisan dan kemajuan sosial bersama,
kekuatan hidup keluarga, warga banjar,
memberi kontribusi pada keharmonisan dan
warga desa pakraman masyarakat bali.
pelestarian lingkungan,
Membangun SMK sebagai lingkungan
budaya, pengukuhan identitas bangsa, bijak
untuk mewujudkan lembaga pendidikan
dalam menggunakan sumber daya alam, efektif,
menengah
mampu
efisien dalam melakukan perbaikan tenaga kerja
pengetahuan,
terdidik dan terlatih. Pendidikan kejuruan di
kejuruan
yang
meningkatkan kecerdasan, kepribadian,
ahklak
mulia,
serta
pelestarian nilai-nilai
SMK berbasis kearifan lokal THK
dapat
keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengantisipasi dampak negatif instrusi budaya
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
global, karena THK telah menjadi “taksu” atau
dengan kejuruannya secara seimbang dan
modal sosiokultural spiritual dan falsafah hidup
harmonis sesuai dengan nilai-nilai pokok
masyarakat Bali. Pendidikan kejuruan berbasis
ideologi THK.
kearifan lokal THK perlu dikembangkan secara
10. Mewujudkan pendidikan kejuruan bervisi kerja
pembebasan
diri
dari
hukum
punarbhawa, menjadi pekerja yang selalu
sistematis
untuk
meningkatkan keunggulan
lokal, kepentingan nasional, keadilan, dan kompetisi antarbangsa dalam peradaban dunia.
menambah dan menabung karma baik, berkarakter diri yakin bahwa berbuat baik pasti akan memperoleh hasil yang baik,
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada
tidak berputus asa, konsisten, kerja keras,
segenap
stabil dalam emosi, memiliki spirit dan
Universitas Negeri Yogyakarta dan Asosiasi
gairah terus bekerja dengan baik.
Dosen dan Guru Vokasi Indonesia yang telah memberi
SMK kearifan lokal Tri Hita Karana adalah
menerapkan
Program
Pascasarjana
fasilitas penerbitan jurnal ADGVI.
Semoga tulisan ini dapat memberi inspirasi
KESIMPULAN
(THK)
Pimpinan
sekolah
karakter
kejuruan
yang
keharmonisan
antara
warga sekolah dengan sang pencipta Tuhan Yang Mahaesa, keharmonisan antar sesama
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
pengembangan pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia.
265
DAFTAR PUSTAKA ................, 2009. Peraturan daerah Provinsi Bali nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. Agastia, IBG. 2007. Mengkritisi Impelemtasi Tri Hita Karana, Warta Hindu Dharma, 491, 4-41. Cheng, Y.C. 2005. New Paradigm for Reengineering Education, Globalization, Localization and Individualization. Netherland: Springer. Chinien, C. and Singh, M. 2009. Overview: Adult Education for the Sustainability of Human Kind (2521-2536). Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Chinien, C., Boutin, F., Plane, K. 2009. The Challenge for ESD in TVET: Developing Core Sustainable Develpoment Competencies and Collaborative Social Partnerships for Practice (2553-2570). Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Clarke L. & Winch C. 2007. Vocational Education International Approaches, development and systems. USA: Routledge. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23, Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hampden, G., Thompson, Guzman, L., and Lippman, L. 2008. Cultural Capital: What Does It Offer Students? A Cross-National Analysis (155-180). In Zajda, J., Biraimah, K., Gaudell, W (Eds.), Education and Social Inequality ing the Global Culture (pp. 155-180). Melbourne: Springer Science + Business Media B.V. Coessens,K. and Bendegem, J.P.V.2008. Cultural Capital as Educational Capital, The Need For a Reflection on the Educationalisation of Cultural Taste, Paul Smeyers · Marc Depaepe, Educational Research: the Educationalization of Social Problems. London: Springer Science+Business Media B.V. Oketch, M. O. 2009. To Vocationalize or Not to Vocationalize? Perspectives on Current Trends and Issues on TVET in Africa. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 531-546). Germany: Springer. Oketch, M. O., Green, A., & Preston, J. 2009. Trends an Issues in TVET across the Globe. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 2081-2094). Germany: Springer. Pavlova M. 2009. The Vocationalization of Secondary Education: The Relationships between Vocational and Technology Education. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 1805-1822). Germany: Springer. Rojewski. J.W. 2009. A Conceptual Framework for Technical and Vocational Education and Training. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 19-40). Germany: Springer.
SMK Kearifan Lokal Tri Hita Karana
266
Singh, M. 2009. Social and Cultural Aspects of Informal Sector Learning: Meeting the Goals of EFA. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. 349-364). Germany: Springer. Slamet,P.H. 2008. Desentralisasi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Thompson, John F. 1973. Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. New Jersey: Prentice-Hall. Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Titib, I Made. (2007). Aktualisasi Ajaran Tri Hita karana dalam Konsep Desa Adat di Bali, Makalah Dharma Wacana dengan tema Hubungan Tri Hita Karana, dilaksanakan oleh Keluarga Besar Arya Tegeh Kori, Banjar Pragae Desa Mengwi Gede, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Wastika, D.N. 2005. Penerapan Konsep Tri Hita Karana Dalam Perencanaan Perumahan di Bali. Jurnal Permukiman Natah Vol. 3 No. 2, 62 – 105.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Wagner, T. 2008. The Global Achievement Gap. New York: Basic Books. Wiana, IK. 29 November 2003. Kewajiban Utama Desa Pakraman Menegakkan Tattwa. Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2010, dari http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funk y/artikel_bali/category/KETUT%20WIA NA/10/13.htm Wiana, IK. 20 Juli 2009. Membenahi Motivasi Kerja. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2010, dari http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funk y/ artikel_bali/detail/2820.htm Wiana, IK. 8 Juni 2009. Tantangan SDM Hindu kedepan. Diunduh pada tanggal 2 Jui 2010, dari http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funk y/ artikel_bali/detail/2820.htm Wiana, IK. 8 Juni 2009. Kegiatan Beragama Hindu Membangun SDM Bermutu. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2010, dari http://www.iloveblue.com/ baligaulfunky/ rtikel_bali/detail/2820.htm Wiana, IK. 6 April 2009. Dosa kalau Pendidikan tanpa Karakter. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2010, dari http://www.iloveblue.com/ baligaulfunky/ rtikel_bali/detail/2820.htm. Zajda, J., Biraimah, K., Gaudelli, W. 2008. Cultural Capital: What Does It Offer Students? A Cross-National Analysis . Education and Social Inequality in the Global Culture Melbourne: Springer Science + Business Media B.V.