44
PEMBAHASAN
Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengamatan tersebut sebagian digunakan dalam menentukan leaf area index (LAI). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke duri rudimenter pelepah ke- 17. Jumlah daun dihitung dengan menjumlahkan seluruh daun pada setiap tanaman. Panjang rachis diukur dari ujung daun sampai duri rudimenter pada bagian pangkal pelepah. Luas petiola merupakan perkalian antara lebar dan tebal petiola, sedangkan leaf area dihitung dengan mengalikan jumlah anak daun satu sisi dengan luas anak daun dan faktor koreksi. Faktor koreksi yang digunakan adalah 0.529 karena tanaman berumur 4 - 7 tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persilangan dan ulangan (tahun pengamatan) mempengaruhi karakter vegetatif yang diamati. Koefisien keragaman pada setiap karakter pengamatan menunjukkan bahwa keragaman pada setiap persilangan sedikit. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap Karakter Tinggi Lingkar Batang Jumlah Pelepah Panjang Rachis Luas Petiola Leaf Area Total Leaf Area Leaf Area Index
F-hitung P ** ** ** ** ** ** ** **
U ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh nyata pada taraf 1 %
KK 1.818 1.049 3.803 1.116 5.472 2.163 4.742 4.740 KK = Koefisien Keragaman
45
Pertumbuhan dan pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada berbagai persilangan berkisar antara 408.42 - 534.11 cm. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu 534.11 cm, dan terendah terdapat pada persilangan 19BA82/99, yaitu 408.42 cm. Lingkar batang berkisar 2.77 - 3.29 m. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17 BB5626/98, yaitu 3.29 m dan terendah pada persilangan 5 BB5462/98, yaitu 2.77 m. Jumlah daun fronds (pelepah) berkisar 39.33 - 48.29. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit sangat terkait dengan jumlah bunga atau tandan yang dihasilkan (Ikhwan dan Asmono, 1998). Panjang rachis berkisar antara 5.07 - 5.96 m. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98 dan rachis terpendek terdapat pada persilangan 3BB5036/98. Panjang rachis pada tanaman kelapa sawit akan berhubungan dengan jarak tanam yang akan menentukan densitas tanaman. Rachis yang panjang akan mengakibatkan tanaman saling menaungi dan mengurangi produktivitas tanaman (Ikhwan dan Asmono, 1998). Luas petiola berkisar 26.86 - 39.06 cm2. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan korelatif antara luas petiola dengan bobot kering tidak berubah oleh umur, perlakuan, dan keturunan, sehingga diduga luas petiola yang tinggi akan menghasilkan tandan sawit yang lebih berat (Ikhwan dan Asmono, 1998).
46
Tabel 8. Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan 1 BB1058/99 3 BB5036/98 4 BB1240/99 5 BB5462/98 6 BA95/99 7 BB1523/99 8 MA1853/99 9 BA3954/98 10 MA1613/99 11 MA1559/99 12 MA1403/99 13 MA3326/98 14 BB1420/99 15 BB1633/99 16 BB1374/99 17 BB5626/98 18 BA75/99 19 BA82/99 20 BJ5652/98
TG (cm) 479.88bcdef 495.97b 462.67def 429.36g 478.93bcdef 425.88g 467.67cdef 477.63bcdef 421.79g 487.08bcd 415.71g 534.11a 456.11f 424.03g 425.54g 460.02ef 483.31bcde 408.42g 491.19bc
LB (m) 3.06cde 2.85hij 2.92ghi 2.77j 2.98efg 2.93fgh 3.15bc 2.79j 2.93gh 3.17b 2.83ij 2.97efg 3.06cde 2.91ghi 2.98efg 3.29a 3.03def 3.04de 3.09bcd
JD 44.78abc 46.77ab 45.62abc 44.28abcd 43.88abcd 39.41d 44.14abcd 44.66abc 39.33d 48.29a 41.71bcd 44.71abc 42.33bcd 43.16abcd 41.39cd 44.36abcd 43.23abcd 43.39abcd 44.90abc
PR (m) 5.46cdefg 5.07i 5.11i 5.30gh 5.33fgh 5.63bc 5.68b 5.25hi 5.44cdefg 5.56bcd 5.53bcde 5.57bcd 5.54bcd 5.49cdef 5.24hi 5.96a 5.60bcd 5.44defg 5.35efgh
LP (cm2) 34.57abcde 32.61cde 31.87cdef 30.44def 33.44abcde 30.79def 35.22abcde 31.21def 26.86f 35.96abcd 31.87cdef 39.06a 33.33bcde 29.82ef 38.71ab 37.40abc 31.74cdef 36.94abc 37.29abc
LA (m2) 9.45ab 8.51ef 8.10f 8.97abcde 8.53def 9.54a 9.29ab 8.49ef 8.54def 9.11abcd 9.55a 9.19abc 9.05abcde 8.92bcde 8.53def 9.49ab 8.60cdef 8.96abcde 9.34ab
TLA (m2) 423.38ab 397.47abc 370.29bcd 396.60abc 372.61bcd 374.83bcd 407.62abc 375.30bcd 332.60d 437.99a 398.36abc 407.71abc 381.27abcd 383.79abcd 350.90cd 418.69ab 368.97bcd 385.28abcd 417.69ab
LAI 6.05ab 5.68abc 5.29bcd 5.67abc 5.33bcd 5.36bcd 5.83abc 5.37bcd 4.76d 6.26a 5.70abc 5.83abc 5.45abcd 5.49abcd 5.02cd 5.99ab 5.27bcd 5.51abcd 5.98ab
Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index 46
47
Luas permukaan daun atau leaf area (LA) erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi, dimana dengan kerapatan tertentu menyebabkan persaingan antar pohon. LA dihitung menggunakan rumus: LA = 2b (n × LW) Keterangan: LA = Leaf Area, yaitu luas permukaan satu cabang daun. b = faktor koreksi : umur 1-2 tahun = 0.512 umur 4-7 tahun = 0.529 umur 7-8 tahun 0.573 untuk 2b = 1.1 n = jumlah anak daun satu sisi L = panjang anak daun rata-rata W = lebar anak daun rata-rata
Luas permukaan daun pada setiap persilangan berkisar 8.09 - 9.55 m2. Leaf area terbesar terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.55 m2. Selain itu terdapat pada persilangan 7BB1523/99 yang memiliki luas permukaan daun yang hampir sama dengan persilangan 12MA1403/99 yaitu sebesar 9.54 m2. Total luas permukaan daun (total leaf area) merupakan jumlah seluruh permukaan daun dalam satu pohon dan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan daun satu cabang daun dengan jumlah seluruh daun yang ada. Total leaf area (TLA) di kebun uji Sei Dadap berkisar 332.60 - 437.99 m2. TLA terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99, yaitu 437.99 m2. TLA terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99, yaitu 332.60 m2. Index luas permukaan daun (leaf area index) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total leaf area (TLA) dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI (leaf area index) dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman, jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. LAI mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan (Syukur et al., 1981). LAI tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap berkisar antara 4.76 - 6.26. LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.26, dan terendah terdapat pada persilangan 10 MA1613/99 yaitu 4.76 (Tabel 8). Leaf area index (LAI) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total LA dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman,
48
jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. Angka LAI pada kelapa sawit mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan. Tabel 9 memperlihatkan korelasi antar peubah vegetatif pada setiap pengamatan. Tinggi tanaman memiliki korelasi positif terhadap jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Lingkar batang memiliki korelasi positif terhadap panjang rachis, luas petiola, leaf area, total leaf area, dan leaf area index. Jumlah daun fronds (pelepah) memiliki korelasi negatif terhadap panjang rachis, luas petiola, dan leaf area, namun memiliki korelasi positif terhadap total leaf area dan leaf area index. Panjang rachis memiliki korelasi positif terhadap luas petiola dan leaf area. Luas petiola berkorelasi positif terhadap leaf area. Total leaf area memiliki korelasi positif terhadap leaf area index.
Tabel 9. Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif TG LB JD PR LP LA TLA
LB 0.226
JD PR 0.579** 0.447** -0.021 0.599** -0.525**
LP 0.708** 0.494** -0.419** 0.4514**
LA 0.573** 0.367** -0.580** 0.766** 0.603**
TLA -0.254 0.264* 0.763** -0.044 -0.043 0.079
LAI -0.254 0.264* 0.762** -0.044 -0.043 0.081 0.999**
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % Keterangan lain sama seperti Tabel 8. ** = berbeda nyata pada taraf 1 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index
Analisis Tandan Dari data sekunder yang didapatkan dari laboratorium analisis tandan diperoleh informasi mengenai berbagai peubah yang digunakan dalam analisis tandan suatu pohon. Peubah tersebut yaitu bobot tandan, % buah/tandan, % inti/buah, % daging/buah, % minyak/daging, dan % minyak/tandan. Data analisis
49
tandan berasal dari pengambilan tandan di kebun uji Sei Dadap. Hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 10. Rekapitulasi sidik ragam karakter generatif tanaman kelapa sawit di kebun Uji Sei Dadap secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan Karakter Bobot Tandan Buah/Tandan Daging/Buah Inti/Buah Minyak/Daging Minyak/Tandan
F-hitung P ** tn ** ** ** **
U ** ** ** ** ** **
Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % **= berpengaruh nyata pada taraf 1 %
KK (%) 8.72 2.19 1.99 7.44 2.71 4.43 KK = Koefisien Keragaman (%)
Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10, persilangan yang diamati berpengaruh nyata terhadap nilai bobot tandan, begitu juga dengan daging/buah, inti/buah, minyak/daging, dan minyak/tandan. Persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap buah./tandan yang dihasilkan. Ulangan (tahun pengamatan) memiliki pengaruh yang sangat nyata pada setiap karakter yang diamati. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan
tingkat
ketepatan
perlakuan
dalam
suatu
percobaan
dan
menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Berbagai karakter yang terdapat pada analisis tandan dibandingkan dengan persilangan yang ada. Nilai rataan karakter tandan pada berbagai persilangan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi bobot tandan terdapat pada hasil persilangan 11MA1559/99 yaitu 15.04 kg. Buah/tandan tidak berpengaruh nyata pada setiap persilangan tetapi rataan tertinggi pada persilangan 11MA1559/99 sebesar 60.88 persen. Daging/buah rataan tertinggi pada persilangan 9BA3954/98 yaitu sebesar 85.65 persen. Nilai rataan inti/buah tertinggi terdapat pada persilangan 4BB1240/99 sebesar 11.30 %, sedangkan terendah terdapat pada persilangan 14BB1420/99. Persilangan yang
50
memiliki rataan tertinggi pada minyak/daging adalah persilangan 4BB1240/99 sebesar 62.00 persen. Rataan tertinggi minyak/tandan terdapat pada persilangan 9BA3954/98 sebesar 30.13 persen. Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan
BT (%)
BPT (%)
DPB (%)
IPB (%)
MPD (%)
MPT (%)
1BB1058/99 3BB5036/98 4BB1240/99 5BB5462/98 6BA95/99 7BB1523/99 8MA1853/99 9BA3954/98 10MA1613/99 11MA1559/99 12MA1403/99 13MA3326/98 14BB1420/99 15BB1633/99 16BB1374/99 17BB5626/98 18BA75/99 19BA82/99 20BJ5652/98
12.33bcde 12.22cde 10.95defg 11.75cdef 12.66bcd 10.23efg 10.26efg 11.49defg 9.55g 15.04a 11.83cdef 11.78cdef 11.55defg 11.02defg 11.55defg 9.85fg 13.00abcd 14.45ab 13.72abc
60.14 59.99 59.28 59.98 60.22 59.56 58.84 60.75 59.66 60.88 59.36 59.59 58.65 60.07 59.73 58.90 60.11 60.61 60.10
75.86e 76.93cde 75.18e 79.75bc 84.82a 77.10cde 82.45ab 85.65a 77.61cde 79.42bcd 75.35e 83.44a 85.50a 84.10a 76.23de 82.60ab 83.32a 76.77cde 79.96bc
10.88a 10.18ab 11.30a 8.97bcd 6.36hijk 8.74cde 7.71defg 6.11jk 7.21fghij 9.09bc 8.56cde 6.62ghij 5.18k 6.23ijk 10.14ab 7.49efghi 7.64efgh 11.13a 8.29cdef
59.01abcd 59.83ab 62.00a 60.50ab 58.60bcde 55.30fg 59.28abcd 57.86bcdef 57.77bcdef 55.58efg 57.50bcdefg 56.21defg 51.36hi 55.31fg 48.96i 59.58abc 59.52abc 54.53gh 56.35cdefg
26.97bcd 27.72abcd 27.62abcd 28.94ab 29.95a 25.44d 28.80ab 30.13a 26.75bcd 26.87bcd 25.72cd 27.96abcd 25.82cd 27.98abc 22.34e 28.98ab 29.835a 25.46cd 27.10bcd
Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % BT = Bobot Tandan BPT = Buah/Tandan DPB = Daging/Buah IPB = Inti/Buah MPD = Minyak/Daging MPT = Minyak/Tandan Keterangan ini berlaku pula untuk tabel-tabel selanjutnya.
Karakter-karakter yang terdapat pada analisis tandan memungkinkan memiliki korelasi antar karakter. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lainnya. Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah secara nisbi terhadap peubah yang lainnya. Korelasi antar karakter yang diamati pada analisis tandan ditunjukkan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 karakter bobot tandan, buah/tandan, daging/buah, inti/buah,
dan
minyak/daging
memiliki
korelasi
yang
baik
terhadap
51
minyak/tandan. Bobot tandan dan inti/buah memiliki korelasi negatif terhadap minyak/tandan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bobot tandan dan inti/buah,
maka minyak/tandan
yang dihasilkan
akan
semakin
sedikit.
Buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi positif terhadap minyak/tandan. Korelasi tersebut menandakan bahwa semakin tinggi buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin meningkat. Tabel 12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan BPT 0.52094**
BT BPT DPB IPB MPD MPT
DPB -0.18810* -0.07497
IPB 0.49221** 0.30038** -0.82456**
MPD -0.34847** -0.08203 0.05956 -0.05923
MPT -0.19996* 0.24338** 0.60714** -0.42529** 0.74720**
Keterangan: * = berkorelasi nyata pada taraf 5 % ** = berkorelasi nyata pada taraf 1 %
Dari berbagai persilangan di kebun uji Sei Dadap dapat diketahui persilangan terbaik berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter yang diuji yaitu buah/tandan (X1), daging/buah (X2), inti/buah (X3), minyak/daging (X4), dan bobot tandan (X5). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter
yang
paling
berpengaruh/berkontribusi
besar
terhadap
nilai
minyak/tandan. Hasil best regression dapat dilihat pada Lampiran 5. Karakter dominan yang memberikan kontribusi terhadap minyak/tandan dilakukan dengan mencari nilai R2 pada setiap persilangan. Karakter diurutkan berdasarkan besaran kontribusinya terhadap minyak/tandan. Karakter dominan yang mempengaruhi minyak/tandan setiap persilangan ditunjukkan pada Tabel 13. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga faktor X1, X2, dan X4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Hal ini disebabkan nilai R2 yang dimiliki ketiga faktor tersebut hampir sama dengan nilai R2 yang dihasilkan dari kelima faktor, yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5. Ketiga faktor dominan yaitu X1, X2, dan X4 digunakan dalam penentuan persamaan regresi yang tepat dari
52
keseluruhan data yang ada menggunakan bantuan software Minitab 14. Persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y = - 54.3 + 0.469 X1 + 0.337 X2 + 0.466 X4 Keterangan: Y = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
X4 = minyak/daging buah
Tabel 13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19
1 X4 X4 X2 X4 X4 X4 X4 X1 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4
2 X1 X2 X4 X2 X2 X2 X2 X4 X1 X2 X2 X1 X1 X1 X2 X1 X2 X2 X2
Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
3 X2 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X1 X1 X2 X2 X2 X1 X2 X1 X1 X1
R2 99.7 99.7 99.7 99.5 99.8 99.5 99.3 99.8 99.3 99.1 99.7 99.7 99.3 99.6 99.5 99.6 99.8 98.3 99.6
X4 = minyak/daging buah
Melalui persamaan tersebut nilai persentase minyak dapat diketahui dengan memasukkan nilai rataan X1, X2, dan X4 untuk setiap persilangan. Nilai Y yang tinggi merupakan persilangan dengan rendemen minyak tinggi. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut terdapat pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persentase yang tinggi dari rendemen minyak/tandan yaitu sebesar 30.02 persen. Persilangan lainnya dengan rendemen yang baik adalah persilangan 6BA95/99 yaitu sebesar 29.84 % dan persilangan 18BA75/99 yaitu sebesar 29.7 persen.
53
Tabel 14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi Persilangan 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
X1 60.14 59.99 59.28 59.98 60.22 59.55 58.84 60.75 59.66 60.88 59.36 59.59 58.65 60.07 59.73 58.90 60.11 60.61 60.10
X2 75.86 76.93 75.18 79.75 84.82 77.10 82.45 85.65 77.61 79.42 75.35 83.44 85.50 84.10 76.23 82.60 83.32 76.77 79.96
X4 59.01 59.83 62.00 60.50 58.60 55.30 59.28 57.86 57.77 55.58 57.50 56.21 51.36 55.31 48.97 59.58 59.52 54.52 56.35
Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
Y 26.97 27.64 27.73 28.90 29.84 25.38 28.71 30.02 26.75 26.92 25.73 27.96 25.95 27.99 22.22 28.93 29.70 25.41 27.09 X4 = minyak/daging buah
Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease Penyakit tajuk (crown disease) atau kroonziekte merupakan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman belum menghasilkan berumur 1 - 3 tahun, tapi kadang-kadang gejalanya sudah mulai terlihat di pembibitan utama. Penyakit tersebut hanya bersifat sementara dan tidak mematikan karena 2 - 3 tahun kemudian tanaman sakit pada umumnya pulih sendiri. Tanaman yang sakit menjadi terhambat periode generatifnya (Turner, 1981). Penyakit tersebut disebabkan oleh faktor genetis (bawaan) yang diturunkan dari sifat pohon ibu dan bapak yang digunakan untuk menghasilkan bahan tanam, dan dikontrol oleh gen resesif tunggal (Corley dan Tinker, 2003). Gejala penyakit tajuk umumnya dijumpai pada tanaman yang berumur kurang dari 2 tahun setelah tanam dan akan hilang dari populasi pertanaman setelah tanaman berumur 4 tahun bergantung pada berat ringannya insiden penyakit tajuk tersebut.
54
Kepekaan penyakit tajuk sangat ditentukan oleh orijin zuriat. Zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin La Me dan Yangambi mempunyai tingkat insiden panyakit tajuk yang rendah, sedangkan zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin Bah Jambi, Dolok Sinumbah, dan Marihat lebih peka terhadap penyakit tajuk (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Penyakit tajuk ditandai dengan munculnya pelepah muda yang bengkok kira-kira di pertengahan panjang pelepah, dan daun tidak membuka sempurna. Pada daun tombak yang belum membuka sempurna (pupus) terlihat pembusukan jaringan anak-anak daun, berwarna cokelat, menyebar dari bagian tengah yang menyebabkan anak-anak daun menjadi terputus-putus. Gejala serangan penyakit tajuk pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan Pada daun yang tidak membuka seringkali terdapat pembusukan, bercakbercak dan ditumbuhi berbagai jamur saprofitik atau patogenik lemah yang memperberat kerusakan jaringan (Purba, 2009). Beberapa faktor pendorong terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan kondisi fisiologi khususnya beberapa aspek nutrisi (Purba, 2009): a. Tanaman-tanaman yang dipupuk N berat cenderung lebih rentan dan kerusakan lebih berat. b. Pada defisiensi hara Mg, kasusnya lebih berat. c. Serangan beberapa genera jamur seperti Aspergillus, Fusarium, Phytophthora, Colletotrichum, dan Pestalotiopsis ikut memperberat kerusakan pada pelepah sakit.
55
Insiden penyakit tajuk cukup berpengaruh terhadap capaian produksi tandan buah segar (TBS) terutama pada tanaman muda berumur 4 - 6 tahun. Penyakit tajuk kronis dapat menurunkan produksi TBS sampai 70 - 80 persen. Semakin kecil persentase tanaman yang terkena penyakit tajuk kronis tersebut akan semakin kecil kerugian (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Crossing plan produksi benih harus dilakukan seketat mungkin untuk pengurangan insiden insiden penyakit tajuk, dengan cara tidak memproduksi zuriat-zuriat yang banyak terkena penyakit tajuk meskipun dengan produksi yang tinggi. Gejala penyakit tajuk diamati pada tiga tempat berbeda, yaitu pembibitan, Blok 2005 Afdeling II, dan Blok 2007 Afdeling I. Pada pembibitan terdapat 4 227 tanaman yang diamati dengan 46 persilangan. Serangan penyakit tajuk pada pembibitan sangat tinggi. Serangan tertinggi terdapat pada persilangan 16BB15/06 (63.75 %), kemudian disusul dengan persilangan 3BA86/05 (44.47 %), 58MA05/05 (32.50 %), 31BA66/05 (31.25 %), 17BA87/05 (29.63 %), 57MA02/06 (27.59 %), 54BB26/06 (23.33 %), 35BA62/06 (21.33 %), 36BA30/06 (20.00 %), dan 66BB09/06 (20.00 %) (Lampiran 6). Di Blok 2005 Afdeling II pengamatan dilakukan pada MA 18 S, MA 19 S, dan MA 20 S. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangan penyakit tajuk hanya terdapat pada MA 18 S dengan serangan tertinggi pada persilangan 1BB05/03 (1.91 %). Pada MA 18 S dan MA 20 S tidak terdapat gejala serangan penyakit tajuk (Lampiran 7). Di Blok 2007 Afdeling I pengamatan dilakukan pada MA 21 S, MA 22 S, dan MA 23 S. Serangan penyakit tajuk hanya tampak pada MA 21 S dengan persentase serangan tertinggi terdapat pada persilangan 63BJ18/2004 (30.77 %) dan 68BB08/2005 (27.27 %). Pada MA 22 S dan MA 23 S tidak terdapat gejala serangan CD (Lampiran 8). Penyakit tajuk yang menyerang ketiga lokasi tersebut memiliki tetua yang berbeda sehingga penelusuran perlu dilakukan untuk mengetahui tetua yang paling dominan dalam mewariskan penyakit tersebut. Persilangan yang terserang penyakit tajuk dikelompokkan berdasarkan tetua dan grandparents (orijin) dari persilangan tersebut. Hasil pengelompokan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelusuran tetua sebagai tetua betina, dan penelusuran tetua sebagai jantan.
56
Pada penelusuran tetua yang digunakan sebagai betina didapatkan persentase parent female (PF) dan grandparent female (GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terserang penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua betina atau tetua jantan tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak mewariskan penyakit tajuk pada keturunannya. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO6203D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (50 %), diikuti dengan BO2942D (32.14 %), BJ5696D (30.77 %), BO6391D (28.07 %), MA1314D (25.76 %), BO4685D (22.96 %). BO4685D mewariskan penyakit tajuk pada 8 persilangan sehingga lebih luas dampaknya, disusul dengan BO2490D (6 persilangan), BO5436D (5 persilangan), BO5449D (5 persilangan), dan BO5530D (4 persilangan). Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai betina, maka DS155D × DS155D
paling banyak
mewariskan penyakit tajuk pada 6 keturunan dan 9 persilangan, PA131D × PA131D (5 keturunan dan 18 persilangan), TI221D × GB30D (4 keturunan dan 11 persilangan), BJ169D × BJ169D (2 keturunan dan 10 persilangan), BJ7D × BJ7D (2 keturunan dan 5 persilangan). Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu DA115D × DA115D (50 %), DS29D × BJ129D (32.14 %), dan BJ169D × BJ169D (21.51 %). Orijin dan tetua sebagai betina yang mewariskan penyakit tajuk dapat dilihat pada Tabel 15. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO2942D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (32.14 %), diikuti dengan BO4685D (31.42 %), BJ5696D (30.77 %), dan BO2600D (26.71 %). BO5462D banyak digunakan sebagai tetua, yaitu pada 7 persilangan, diikuti BO2235D (6 persilangan), BO5530D (6 persilangan), BO3505D (5 persilangan), BO2587D (5 persilangan).
57
Tabel 15. Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk Orijin Jantan
Betina
Keturunan
BJ 169 D
B J169 D
BJ 7 D
BJ7D
DA 115 D DS 139 D
DA 115 D DS 139 D
DS 155 D
DS 155 D
DS 25 D DS 27 D DS 29 D MA 284 D
DS 29 D GB 30 D BJ 129 D MA 284 D
PA 131 D
PA 131 D
TI 221 D
GB 30 D
Keterangan:
BO 4685 D BO 4687 D MA 1314 D BO 4298 D BO 6203 D BO 1176 D BO 2600 D BO 3505 D BO 3517 D BO 3528 D BO 3544 D BO 6391 D BO 1373 D BO 3858 D BO 2942 D BO 2235 D BO 2490 D BO 5436 D BO 5449 D BJ 5641 D BJ 5585 D BO 2587 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5696 D
∑ Persilangan 8 2 3 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 6 5 5 1 1 3 3 4 1
% PF
% GPF
22.96 11.81 25.76 17.15 50.00 1.25 6.35 3.75 1.25 2.35 16.16 28.07 9.09 13.46 32.14 5.00 10.48 8.75 4.39 13.72 5.13 3.31 11.34 12.28 30.77
21.51 20.30 50.00 1.25
7.60
9.09 13.46 32.14 5.00
7.98
10.78
PF = Parents Female GPF = Grandparents Female
Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai jantan, maka DS155D × DS155D
paling banyak
mewariskan penyakit tajuk pada 8 keturunan dan 17 persilangan, TI221D × GB30D mewariskan penyakit tajuk pada 9 keturunan dan 27 persilangan, DS139D × DS139D mewariskan penyakit tajuk pada 2 keturunan dan 3 persilangan. Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu BJ169D × BJ169D (31.42 %),
DS29D × BJ129D (32.14 %) dan TI221D × GB30D
(13.76 %). Orijin dan tetua sebagai jantan yang mewariskan penyakit tajuk disajikan pada Tabel 16.
58
Tabel 16. Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk Betina BJ 169 D BJ 7 D DS 139 D
Orijin Jantan BJ 169 D BJ 7 D DS 139 D
DS 155 D
DS 155 D
DS 27 D DS 29 D MA 284 D
GB 30 D BJ 129 D MA 284 D
PA 131 D
PA 131 D
TI 221 D
GB 30 D
Keterangan:
Keturunan
∑ Persilangan
BO 4685 D BO 4298 D BO 1176 D BO 2587 D BO 3505 D BO 3510 D BO 3513 D BO 3517 D BO 3523 D BO 3528 D BO 6391 D BO 3544 D BO 3858 D BO 2942 D BO 2235 D BO 5449 D BJ 5696 D BO 2587 D BO 2600 D BO 3528 D BO 3544 D BO 3858 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5641 D BJ 5585 D
2 1 2 1 5 2 2 1 3 1 1 2 2 1 6 1 1 5 4 1 1 1 7 6 1 1
PM = Parents Male GPM = Grandparents Male
% PM 31.42 17.59 14.29 10.00 10.58 9.55 1.85 0.00 8.18 1.28 0.00 10.34 4.39 32.14 10.95 6.67 30.77 10.22 26.71 7.89 4.00 5.26 12.06 15.16 13.72 5.13
% GPM 31.42 17.59 13.67
6.82
4.39 32.14 10.95 11.64
13.76