NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh: SILVANA DIAH NIM 111-11-200
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
ii
mOttO
beRSyuKuRLah dengan aPa yang Kamu miLiKi Saat ini KaRena itu Semua meRuPaKan titiPan daRi aLLah Swt JiKa Kita tidaK menSyuKuRinya maKa aLLah aKan mengambiLnya KembaLi
iii
iv
v
mOttO
beRSyuKuRLah dengan aPa yang Kamu miLiKi Saat ini KaRena itu Semua meRuPaKan titiPan daRi aLLah Swt JiKa Kita tidaK menSyuKuRinya maKa aLLah aKan mengambiLnya KembaLi
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan : 1.
Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini
2.
Kepada orangtua saya Bapak Mahmudi dan Ibu Siti Rohmiatun yang selalu banting tulang untuk pendidikanku, terimakasih telah memberikan yang terbaik untuk masa depanku dan kepada kakak ku Sulistiyani S.Pd.I serta kedua adikku tersayang Aji Firmansyah serta Novia Rahmadani yang telah memberikan motivasi setiap hari tanpa mengenal lelah
3.
Kepada Bapak Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A. Selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya, terimakasih telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini
4.
Kepada seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai macam ilmu pengetahuan telah saya dapatkan disini, semoga ilmu ini bermanfaat bagiku dan masyarakat
5.
Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011: Yogi, Hidayah, Miftach, Sinta, Rofiqoh, Cahyo dan yang tidak bisa disebutkan satupersatu, yang senantiasa memberikan semangat dan saling membantu demi keberhasilan kita bersama.
6.
Pembaca yang budiman
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini. Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati perkenenkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2.
Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3.
Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Progdi PAI.
4.
Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta membantu kelancaran penyusunan skripsi ini 5.
Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Seluruh warga masyarakat Dusun Kadipiro Desa KarangTengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hanya ucapan terima kasih yang bisa peneliti haturkan, semoga Allah membalas ketulusan mereka dan senantiasa memberikan kemudahan kepada kita semua.
viii
ix
ABSTRAK Diah, Silvana, 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan Di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Tradisi Brokohan Pada dasarnya setiap manusia ditakdirkan untuk memperoleh keturunan dari suatu perkawinan yang sah menurut agama Islam. Oleh karena itu diperlukan adanya keturunan yang nantinya akan menjadi generasi penerus baginya. Proses untuk memperoleh keturunan dapat melalui beberapa fase yaitu perkawinan, kehamilan dan kelahiran. Dalam Agama Islam hari kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu diperingati oleh umat Islam dan manusia harus selalu bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT masyarakat Jawa mengemasnya dalam bentuk tradisi Brokohan untuk menyambut kelahiran anak ke dunia ini. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Brokohan. Penelitian ini hadir untuk mengungkap nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Brokohan. Fokus Penelitian ini adalah: 1) Bagaimana sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 2) Bagaimana Prosesi Tradisi Brokohan yang ada di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 3) Nilai-nilai Pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi Brokohan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data serta menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro, merupakan warisan budaya turun-temurun dari nenek moyang dan merupakan ajaran Rasulullah SAW. Di dalam prosesi tradisi Brokohan terdapat ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari, ritual slametan Brokohan dan peletakan nasi Brokohan. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Brokohan adalah 1) nilai aqidah, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur bahwa segala nikmat pemberian Allah SWT 2) nilai ibadah yaitu doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT 3) nilai amaliah, masyarakat senantiasa bersadaqah 4) nilai ukhuwah Islamiyah, melibatkan banyak orang sehingga terjalin silaturahmi 5) nilai dakwah, menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang hadir
x
DAFTAR ISI LOGO…………………….………...………………………….………
i
HALAMAN JUDUL…….…………………………………………….
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …..……………............................
iii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ….......………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ….………...……………….
v
HALAMAN MOTTO …………………………….....…………………
vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR....…………………………………………........
viii
ABSTRAK….……...…………………………………………………...
x
DAFTAR ISI……………………………………….…………………...
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………......
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………
1
B. Fokus Penelitian………………………………..………......
5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………...
5
D. Kegunaan Penelitian……..…………………………………
5
E. Penegasan Istilah……………………………………………
6
xi
F. Metode Penelitian………………………………………..
7
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian…………
7
2. Kehadiran Peneliti……………………………………
8
3. Lokasi Penelitian……………………………………..
8
4. Sumber Data………………………………………….
8
5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………
9
6. Analisis Data………………………………………….
10
7. Pengecekan Keabsahan Data…………………………
11
8. Tahap - tahap Penelitian………………………………
12
G. Sistematika Penulisan…………………………….............
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Pendidikan Islam……………………………..
15
1. Pengertian Nilai……………………………………....
15
2. Pengertian Pendidikan Islam…………………………
17
3. Pengertian Nilai Pendidikan Islam…………………...
19
B. Konsep Ritual…………………………………………….
20
C. Penelitian Terdahulu………………………………………
29
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data…………………………………………….
32
1. Letak Geografis Dusun Kadipiro……………………
32
2. Keadaan Demografi…………………………………
33
3. Keadaan Sosial Budaya……………………………...
36
4. Kegiatan Keagamaan masyarakat…………………....
36
xii
B. Temuan Penelitian…………………………………………
38
1. Sejarah Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro…………
38
2. Prosesi Tradisi Brokohan………………………………
40
BAB IV TRADISI BROKOHAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM A. Pendahuluan…………………………………………………
47
B. Tradisi Brokohan: Ritual Kolektif…………………………..
48
C. Ritual Dalam Tradisi Brokohan……………………………..
49
1. Mendem Atau Mengebumikan Ari-Ari………………….
49
2. Ritual Slametan Brokohan………………………………
50
3. Peletakan Nasi Brokohan………………………………
54
D. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Brokohan…….
55
1. Nilai Aqidah…………………………………………….
55
2. Nilai Ibadah…….……………………………………….
57
3. Nilai Amaliah……………………………………………
59
4. Nilai Ukhuwah Islamiyah……………………………….
59
5. Nilai Dakwah……………………………………………
60
E. Kesimpulan…………………………………………………..
62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………
63
B. Saran………………………………………………………..
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Daftar Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin………. 31
Tabel II.
Daftar Pemeluk Agama……………………………………
32
Tabel III.
Daftar Mata Pencaharian Penduduk………………………
33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Daftar Nilai SKK Lampiran 3. Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Lampiran 5. Surat Pernyataan Penelitian Lampiran 6. Surat Tugas Pembimbing
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia ditakdirkan untuk memperoleh keturunan dari suatu perkawinan yang sah menurut agama Islam.Hal tersebut dilakukan karena adanya sebuah keinginan dari setiap individu baik itu laki-laki maupun perempuan untuk dapat memperoleh seorang keturunan yang berasal dari darah dagingnya sendiri. Hakikat dari sebuah perkawinan ialah untuk menjadikan dirinya sempurna karena telah memiliki seorang suami atau istri yang nantinya akan memberinya keturunan. Manusia tidak dapat menebak kapan ajal akan menjemputnya. Oleh karena itu diperlukan adanya keturunan yang nantinya akan menjadi generasi penerus baginya. Proses untuk memperoleh keturunan dapat melalui beberapa fase yaitu perkawinan, kehamilan dan kelahiran. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh masyarakat dengan cara melestarikannya. Ada cara-cara tertentu yang dimiliki setiap masyarakat untuk
memaksa warganyamelestarikan
kebudayaan yang di dalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat yang bersangkutan.
1
Mematuhi norma serta menjunjung tinggi nilai-nilai menjadi pentingdemi kelestarian hidup bermasyarakat. Dalam masyarakat yang sudah berkembang, khususnya di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, norma-norma dan nilai-nilai kehidupan dapat dipelajari melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun nonformal.Di samping pendidikan formal dan non formal tersebut, ada satu sarana sosialisasi bagi masyarakat yang disebut upacara tradisional.Penyelenggaraan upacara ini penting untuk pembinaan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.Salah satu fungsinya antara lainadalah sebagai penguat norma-norma, serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku turun-temurun (Purwadi, 2005:2). Menurut Koentjaraningrat (1984:5), kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu: (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan mempunyai berbagai bentuk dan beberapa unsur.Salah satu unsur diantara unsur-unsur atau nilai yang ada dalam kebudayaan adalah sistem religi atau kepercayaan.Dalam agama Islam, Nabi Muhamad SAW merupakan rosul pembawa ajaran Islam di muka bumi, sehingga hari kelahirannya diperingati oleh umat Islam, karena Nabi Muhamad SAW sebagai pembawa kebenaran. Selain itu dalam ajaran Islam disebutkan bahwa manusia harus selalu bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur
2
kepada Tuhan masyarakat Jawa mengemasnya dalam bentuk tradisi Brokohan untuk menyambut kelahiran anak ke dunia ini. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim:7). Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksud, tujuan dan nilai-nilai pendidikan Islam dari tradisi Brokohan untuk menyambut kelahiran anak kedunia yang telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dimana anggapan dari masyarakat setempat yang mayoritas beragama Islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi Brokohan tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
Dalam upacara brokohan, pada umumnya terdapat beberapa ritual. Keluarga menyelenggarakan kenduri dengan mengeluarkan sedekah atau sesaji yang berupa nasi ambeng (jawa, nasi yang ditanak pada periuk atau kuali hingga matang tanpa dikukus menggunakan dandang) yang disajikan bersamaan dengan urap sayuran komplit, jenang abang putih, jajan
3
pasarkomplit dan lain-lain. Sedekah atau sesaji tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri.Kenduri ini terutama dihadiri oleh ibu-ibu yang secara bersama-sama mendoakan ibu baru dan bayi yang baru lahir tersebut.
Di beberapa daerah mungkin sesaji atau sedekah yang dikeluarkan berbeda-beda namun pada dasarnya adalah sama yaitu sebagai bentuk ucapan rasa syukur. Brokohan juga ada yan disertai dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an.Tujuan dari upacara brokohan ini pada dasarnya selain sebagai ucapan rasa syukur atas kelahiran bayi juga memiliki maksud agar bayi yang baru lahir tumbuh dengan kepribadian baik serta berguna bagi keluarga, agama dan negara.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut dalam penelitian ini, peneliti menngambil judul skripsi
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH
KECAMATAN
SEMARANG TAHUN 2015”
4
TUNTANG
KABUPATEN
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang menjadi topik permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarahtradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana prosesi tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro
Desa
Karangtengah
Kecamatan
Tuntang
Kabupaten
Semarang? 3. Apa nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui sejarah tradisi Brokohan di Dususn Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui prosesi tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 3. Untuk Mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
5
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi
Pemerintah,
Hasil
penelitian
ini
dapat
berguna
untuk
melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di Indonesia. 2. Bagi Masyarakat, Sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan masyarakat agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan orang-orang Jawa yang ada sampai saat ini. 3. Bagi IAIN Salatiga, Untuk memperkaya perbendaharaan perpustakaan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman, penulis akan mengartikan beberapa kata yaitu: 1. Nilai Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol dan pesan-pesan verbal maupun non
verbal.
Nilai
merupakan unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan (Liliweri, 2003:82).
6
2. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani (Gunawan, 2014:8). 3. Tradisi Istilah tradisi mengandung pengertian tentang adanya kaitan masa lalu dengan masa sekarang.Ia menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan wujudnya masih ada hingga sekarang (Syam, 2005:277). 4. Brokohan Brokohan itu asal katanya dari bahasa Arab yaitu” ﺑﺮﻛﺔbarokah” yang artinya adalah mengharapkan berkah dari Tuhan(Aizid, 2015:121) F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati ( Moleong, 2011:4). Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
7
peranan, nilai dan tindakan secara menyeluruh. Penelitian ini biasanya menggunakan metode yang biasanya dimanfaatkan oleh peneliti lain yaitu dengan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2011:11). Dalam penelitian kualitatif ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersikap deskriptif yang berada di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangatlah penting. Peneliti bertindak sebagai instrument langsung
sekaliguspengumpul data.
Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung ke lapangan sehingga mendapatkan data yang riil dan akurat. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.Sebuah Dusun yang tradisi Brokohannya masih begitu melekat.Alasan tersebutlah yang menjadikan penulis ingin melakukan penelitian di Dusun tersebut.
8
4. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis. 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode di antaranya: a. Metode Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Sudaryono,
2013:38).Metode
ini
penulis
gunakan
untuk
meperoleh data secara langsung tentang Tradisi Brokohan di Dusun
Kadipiro
Desa
Karangtengah
Kecamatan
Tuntang
Kabupaten Semarang 2015.Penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai keterkaitan antara nilai-nilai pendidikan Islam dengan tradisi Brokohan. b. Metode Wawancara Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Sudaryono, 2013:35).Jadi disini harus terjadi kontak langsung antar instrument dan peneliti pewawancara yaitu orang yang
9
mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai adalah orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. c. Metode Dokumentasi Dalam memperluas pengumpulan data, tehnik ini sangat dibutuhkan. Jadi, “Tehnik ini adalah cara pengumpulan data langsung dari tempat penelitian, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan (Sudaryono, 2013:41).Metode ini digunakan untuk lebih memperluas pengamatan dan pengumpulan data terhadap sesuatu yang diselidiki oleh peneliti. 6. Analisis Data Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Suprayogo dan Tobroni, 2001:192). Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi: a. Menetapkan fokus penelitian b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan data berikutnya e. Penetapan sasarn-sasaran pengumpulan data berikutnya
10
Setelah
data
terkumpul
maka
selanjutnya
adalah
tahap
menganalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi,“ Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18). Secara garis besar, teknik analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.Setelah data dirasakan cukup, selanjutnya data tersebut ditelaah dan diseleksi.Jika terdapat data yang tidak diperlukan, data tersebut direduksi.Setelah data baru hasil reduksi baik, selanjutnya ditarik kesimpulan, yang merupakan hasil akhir atau jawaban terhadap judul. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
ditentukan
dalam
menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dala latar penelitian. Menurut Moloeng (2011:327), pemeriksaan keabsahan data yaitu: a. Perpanjangan keikutsertaan b. Ketekunan pengamatan c. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
11
d. Analisis kasus negatif e. Kecakupan referensional f. Pengecekan anggota g. Uraian rinci h. Auditing 8. Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Tahap Pra lapangan 1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian 3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: 1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian 2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian 3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan: 1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data d. Tahap penulisan laporan penelitian 1) Penulisan hasil penelitian 2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3) Perbaikan hasil konsultasi 4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
12
5) Ujian munaqosyah skripsi G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,Metode
Penelitian
meliputi
Metode
Pemilihan
Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data serta Sistematika Penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam B. Konsep Ritual C. Penelitian Terdahulu BAB III HASIL PENELITIAN Pada bab ini berisi gambaran umum Dusun Kadipiro, Keadaan Sosial Masyarakat, serta Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro. BAB IV ANALISIS DATA Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan serta pembahasan
13
BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan saran.Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari. Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak
dapat disentuh oleh panca
indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang mengandung nilai tersebut.Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan dan konkret.Oleh karena itu masalah nilai bukan soal benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak, sehingga bersifat subjektif.Adapun dalam masyarakat yang dibahas adalah nilai inti (score value), nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang itu benar-benar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku (Munandar, 1995:25). Liliweri (2003:82) mendefinisikan nilai sebagai berikut, Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol dan pesan-pesan verbal maupun non verbal. Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
15
Menurut Sykur (1996:22-13) pengertian nilai dari segi filsafat dipahami dalam dua arti yaitu, yang pertama arti ekonomis yaitu yang berhubungan dengan kualitas atau harga suatu barang. Arti yang kedua yaitu tentang nilai-nilai Islami, ada dua cara untuk menentukan substansi nilainilai Islam; yang pertama lewat kajian ilmiah tentang sikap dan dan tingkah laku orang-orang muslim.Pendekatan nilai-nilai ajaran Islam semacam ini memang beguna untuk mengetahui sejauh mana seorang Muslim mengikuti ajaran.Cara kedua adalah merujuk kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi (2009:29). a. Nilai moral b. Nilai sosial c. Nilai undang-undang d. Nilai agama Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan, dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan fisik biologis, keamanan, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri. Menurut Thoha (1996:64) sumber nilai dalam kehidupan manusia yaitu, a. Nilai Illahi (nilai religi) yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Illahi. b. Nilai Insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup berkembang dari peradaban manusia.
Kedua nilai tersebut dilihat dari ruang lingkup hidup manusia sudah memadahi.Sebab, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
16
2. Pengertian Pendidikan Islam Definisi pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir (2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islamdalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang pendidikan yang berdasarkan Islam”. Pendidikan Islam menurut Gunawan (2014:8) adalah “suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani”.Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam. Pendidikan Islam menurutn Muhaimin (2009:14) adalah “sistem pendidikan yang dikembangkan dan dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam”. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan (2014:10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat aspek yaitu: 1. Tujuan Pendidikan jasmani ( al-ahdaf al jismiyah ). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh. 2. Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah wai ahdaf al diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan
17
dalam rangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan akhlak qur’ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perilaku perwujudan keagamaan. 3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebabsebabnya, dengan menelaah ayat-ayatnya (baik qauliyah dan kauniyah). 4. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat plural . Ke-empat tujuan pendidikan Islam ini harus diarahkan menuju pada kesempurnaan.Dan keempat tujuan ini tentu harus tetap dalam satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Pendidikan Islam dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah dan di masyarakat.Menurut Daradjat (2011:44) “masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan sangat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap
pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa yang ada didalamnya”.Lingkungan masyarakat juga merupakan tempat bergaul sekaligus menerima pendidikan social bagi setiap keluarga yang ada di dalamnya. Dan agama sebagai sumber sosial normatif dapat dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya 18
dengan aspek pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari. Biasanya melibatkan kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar jangkauan manusia. Oleh karena itu, secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan
manusia
bermasyarakat.Pembinaan
nilai
agama
dalam
masyarakat dapat dilihat dari akhlak keluarga yang berada di dalamnya. 3. Pengertian Nilai Pendidikan Islam Menurut Ardhana dalam (Muhaimin, 1993:124), kehidupan manusia tidak
lepas
dari
nilai,
dan
nilai
itu
selanjutnya
perlu
diinstitusikan.Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakikat pendidikan adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai. Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifatsifat atau hal-hal yang melekat dalam pendidikan Islam yang digunakan manusia sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT. Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur’an yang dapat dikembangkan untuk penerapan pendidikan Islam (Muhaimin, 2011:64) yaitu: a. Nilai Ibadah Penerapan dan pengembangan pendidikan Islam merupakan Ibadah. b. Nilai Ihsan 19
Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan karena Allah Swt. telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun. c. Nilai Kerahmatan Pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta. d. Nilai Amanah Pendidikan Islam adalah amanah dari Alah Swt. Sehingga, pengembangandan penerapannya dilakukan dengan niat, cara dan tujuan sebagaimana dikehendaki-Nya. e. Nilai Dakwah Pengembangan dan penerapan pendidikan Islam merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam. B. Konsep Ritual 1. Pengertian Ritual
Menurut Koentjaraningrat (1990:190) upacara ritual atau ceremony adalah “sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku di masyarakat dan berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi di dalam masyarakat yang bersangkutan”. Menurut
Winnick
dalam
(Syam,
2005:17)
ritual
adalah
“seperangkat tindakan yang dimantapkanmelalui tradisi. Ritus tidak sama dengan pemujaan, karena ritus merupakan tindakan yang bersifat keseharian”. Ritual dibagi menjadi dua yaitu dari segi tujuan (makna) dan cara (Djamari,
1993:http://blogspot.co.id/ritual-dan-institusiIslam.html
diakses pada Sabtu,16 Mei 2015, pukul 13:12) WIB. Dari segi tujuan ritual dibagi menjadi tiga yaitu:
20
a. Ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan. b. Ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan rahmat. c. Ritual yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan. Adapun dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Individual Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada yang dilakukan dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti meditasi, bertapa, dan yoga. b. Kolektif Ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti khotbah, salat berjamaah, dan haji.
Menurut Dhavamony dalam (Syam, 2005:19), ritual dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahanbahan yang bekerja karena daya-daya mistis. b. Tindakan religius, kultus para leluhur juga bekerja dengan cara ini. c. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pegertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upaca menjadi khas.
21
d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. 2. RitualSlametan Menurut Geertz (1981:11) “di pusat keseluruhan sistem agama Jawa, terdapat suatu ritus yang sederhana, formal, jauh dari keramaian dan dramatis itulah slametan”. Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara keagamaan yang paling umum di dunia, ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta di dalamnya.Slametan adalah ritus bagi mereka yang hidup (Beatty, 2001:42). Menurut Khalil (2008:278) penertian slametan adalah,“salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di dalam masyarakat Islam Jawa yaitu upacara ritual komunal yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang”. Slametan diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka. Menurut Aizid (2015:83) pengertian slametan adalah, kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah maupun di desa. Saat pelaksanaan slametan, sejumlah orang duduk melingkar di atas tikar untuk berdoa bersama. Selesai berdoa dilanjutkan makan bersama hidangan yang telah disiapkan, selain itu tuan rumah juga sudah menyiapkan bungkusan yang dibagi-bagikan kepada orang-orang yang hadir. Bungkusan tersebut berisi nasi beserta lauk-pauk dan makanan kecil.
22
Kebanyakan slametan diselenggarakan di waktu malam, segera setelah matahari terbenam dan sembahyang magrib telah dilakukan oleh mereka yang mengamalkannya.Jika menyangkut kelahiran atau kematian, maka peristiwa itu sendirilah yang menentukan waktunya. Menurut Gerrtz (1981:38)Slametan terbagi dalam empat jenisyaitu: a. yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan atau lingkaran hidup ( kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian). b. yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam (Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya). c. yang ada sangkutannya dengan integrasi sosial desa (bersih desa). d. yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap, tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami seseorang (pindah tempat, ganti nama, sakit). Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun halus (suatu keadaan yang disebut slamet) ( Beatty, 2001:43).
Suatu ciri yang menonjol dalam kajian antropologi mengenai ritual di tempat-tempat lain di Indonesia adalah unsur eksplisit slametan yakni perlunya menyatakan dengan jelas maksud slametan dan mengucapkannya dengan tegas makna setiap unsur. Tamu yang hadir tidak bersifat pasif melainkan menjadi saksi yang mengabsahkan maksud tuan rumah. Persetujuan mereka diperlukan dan setiap kalimat pernyataan simbolik diikuti oleh ucapan “Ya” bersama-sama (Beatty, 2001:47). Mirip dengan apa yang dikemukakan Woodward (1988:80), bahwa ucapan “Amin” yang mengikuti setiap kalimat doa dalam bahasa Arab”mentransformasikan doa individual menjadi doa kolektif.
23
Interpretasi terhadap slametan yang sudah memiliki formulasi tertentu dalam sambutan-sambutan upacara menyelimuti posisi dan motivasi yang beraneka ragam.Dari sini ada dua titik garis ekstrim, yakni mistikal dan santri, dengan mayoritas terletak di antara keduanya.Adalah kaum mistik yang bergerak lebih jauh dalam mengembangkan gagasan dan penerjemahan yang berkenaan dengan simbol-simbol slametan (Khalil, 2008:280).
3. Brokohan Brokohan atau Barokahan merupakan salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur dan sukacita karena proses kelahiran berjalan
lancar.
“ﺑﺮﻛﺔBarokah”
Brokohan
berasal
dari
bahasa
Arab
yaitu
yang maknanya mengharapkan berkah (Aizid,
2015:121) dantelah mengalami perubahan menurut lidah orang Jawa. Firman Allah SWT dalam Q.S. An Nahl:78
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalamkeadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”(Q. S. An Nahl ayat 78).
24
4. Dasar Hukum Pelaksanaan Tradisi Brokohan
Artinya: Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" (QS. Ali ‘Imran:36).
ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻲ ُﻏ َﻼ ٌم ﻓَﺄَﺗَﯿ َ ﻲ ْﺖ ﺑِ ِﮫ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ ُﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ َﺴ ﱠﻤﺎه إِﺑ َْﺮا ِھﯿ َﻢ ﻓَ َﺤﻨﱠ َﻜﮫُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮ ٍة َو َد َﻋﺎ ﻟَﮫُ ﺑِ ْﺎﻟﺒَ َﺮ َﻛ ِﺔ Artinya: “Anakku telah lahir, maka aku bawa kepada Nabi saw. Maka beliau memberinama kepadanya dengan nama Ibrahim, lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma dan dido’akan dengan barakah. (HR. Bukhari dari Abu Musa r.a.)
ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻲ اﻟﻠﱠ ْﯿﻠَﺔَ ُﻏ َﻼ ٌم ﻓَ َﺴ ﱠﻤ ْﯿﺘُﮫُ ﺑِﺎﺳ ِْﻢ أَﺑِﻲ إِﺑ َْﺮا ِھﯿﻢ
Artinya: “Semalam telah lahir anakku laki-laki,lalu aku beri nama dia dengan nama kakekku, Ibrahim. (HR. Muslim dari Anas)
25
ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﯾُ َﻌ ﱢﻮ ُذ ْاﻟ َﺤ َﺴ َﻦ َو ْاﻟ ُﺤ َﺴﯿ َْﻦ َوﯾَﻘُﻮ ُل إِ ﱠن َ ﻧﱠﺒِ ﱡﻲ ت ﱠ َ ْﺤﺎ َ أَﺑَﺎ ُﻛ َﻤﺎ َﻛ َ ﯿﻞ َوإِﺳ َ ﺎن ﯾُ َﻌ ﱢﻮ ُذ ﺑِﮭَﺎ إِ ْﺳ َﻤﺎ ِﻋ ِﷲ ِ ق أَ ُﻋﻮ ُذ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤﺎ ﺎن َوھَﺎ ﱠﻣ ٍﺔ َو ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َﻋ ْﯿ ٍﻦ َﻻ ﱠﻣ ٍﺔ ٍ َاﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ ِﺔ ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َﺷ ْﯿﻄ Artinya: “Adalah Rasulullah saw memohon perlindungan bagi Hasan dan Husen (cucu beliau) dan bersabda: Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohonkan perlindungan bagi Isma’il dan Ishaq sebagai berikut: A’udzu bikalimatillahit taam mati min kulli syaithani wa hammatin wamin kulli ‘ainiammatin. (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).
ت ﱠ ﺎن َوھَﺎ ﱠﻣ ٍﺔ َو ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﻋ ْﯿ ٍﻦ َﻻ ﱠﻣ ٍﺔ ِ ُﻋﻮ ُذ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤﺎ ٍ َﷲِ اﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ ِﺔ ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َﺷ ْﯿﻄ Artinya: “Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna dari seluruh syaitan, segala macam gangguan dan penggoda yang jahat. a. Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam sebagai berikut: 1. Dengan adanya tradisi Brokohan kita termasuk melestarikan budaya serta memberikan transformasi kebudayaan baru yang belum dikenal oleh masyarakat. 2. Salah satu sarana untuk menjaga warisan budaya agar tidak diklaim oleh para penjajah budaya.
26
b. Pengaruh Positif Pelaksanaan Tradisi Brokohan Pengaruh positif bagi kehidupan bermasyarakat di Dusun Kadipiro, yaitu: 1. Masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan selal bersukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. 2. Terjalin kehidupan yang rukun antar umat Islam. 3. Adanya rasa kebersamaan yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. c. Hikmah Pelaksanaan Tradisi Brokohan 1. Takwa Kepada Allah SWT Makna pertama yang dapat dipetik dari tradisi Brokohan adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, dalampraktiknya, terdapat kegiatan doa bersama untuk mendoakan bayi dan ibu baru serta doa keselamatan untuk semua orang yang hadir. Selain itu, karena tradisi brokohan dilaksanakan setelah prosesi kelahiran bayi, maka slametan ini dapat dikatakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran yang selamat. 2. Kebersamaan dan Gotong-royong Makna lain yang dapat dipetik dari tradisi brokohan ini adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong-royong. Hal ini disebabkan slametan brokohan melibatkan orang banyak meliputi pemuka agama, dukun bayi, sanak saudara dan
27
tetangga sekitar yang bekerja sama dan bergotong- royong, mulai dari persiapan sampai akhir acara. 3. Kepedulian terhadap masyarakat sekitar 4. Melestarikan budaya Tradisi brokohan merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi
yang
masih
dilaksanakan
di
Dusun
Kadipiro
DesaKarangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dengan dilaksanakannya tradisi ini, budaya akan terus dilestarikan. Orang-orang yang hadir dalam tradisi ini dapat menceritakan dan mencontokannya kepada anak dan cucu mereka kelak. C. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Widi Agung Prasetyawan (2010), dengan judul “Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Hindu : StudiTentang
Perilaku
Keagamaan
Masyarakat
Islam
di
GununggangsirBejiPasuruan” . Pada penelitian tersebut dijelaskan Budaya Brokohan merupakan peninggalan agama Hindu yang diubah menjadi budaya sesuai ajaran agama Islam. Hal ini ditujukan untuk menciptakansuasana Islami yang mengarah pada ketauhidan. Awalnya budaya Brokohan adalah budaya Hindu berupa sesaji dikirimkan ke candi sebagai ungkapan syukur atas anugerah yang diberikan berupa seorang bayi lahir dengan selamat serta sempurna. Pada ritual
28
keagamaan ini banyak pembacaan mantra-mantra agama Hindu yang dipimpin
oleh
sesepuh
desa.
Namun
keadaan
masyarakat
Gununggangsir sekarang sudah berubah dan mayoritas beragama Islam, ritual Brokohan mengalami pergeseran seperti digantinya mantra-mantra agama Hindu menjadi bacaan-bacaan ayat suci AlQur'an dan ditutup dengan do'a menurut agama Islam. Selain itu juga, sesaji tetap ada tetapi tidak sebesar pada masa Hindu melainkan sesuai kemampuan ekonominya. Dan melahirkan bayi dilaksanakan di dalam rumah tidak lagi di candi. Letak perbedaan penelitian adalah fokus penelitian yang lebih mengarah pada proses akulturasi tradisi Brokohan menyangkut sesaji dan mantra-mantra Hindu menjadi bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an sehingga tidak terfokus pada nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi tersebut. 2. Penelitian skripsi oleh Retna Wahyu Kinasih (2013) dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Upacara-upacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita di Dusun Sojomerto Kidul DesaSidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang”. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul, hanya sedikit perbedaan dari sajian atau perlengkapan dengan daerah lain. Bagi orang yang memiliki
29
dana lebih biasanya pelaksanaan upacara kelahiran itu dilaksanakan secara komplit. Tetapi kebanyakan dari masyarakat Dususn Sojomerto lebih memilih untuk melakukan selamatan secara sederhana. Letak perbedaan penelitian adalah pada tujuan penelitian yang bertujuan untuk meneliti semua nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita dan tidak hanya pada satu jenis upacara saja. Sehingga tradisi brokohan tidak dibahas secara lebih mendalam.
30
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Letak Geografis Dusun Kadipiro Dusun Kadipiro merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Adapun dusun-dusun yang berbatasan dengan dusun Kadipiro adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Getas b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Beran c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kauman Lor d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karanganyar Luas Dusun Kadipiro kurang lebih 17 ha, yang terdiri dari tanah sawah, tanah pekarangan, tanah pemukiman, jalan, serta sungai (Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah). Menurut data monografi Januari 2015, jumlah penduduk Dusun kadipiro adalah 815 jiwa, dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut: 2. Keadaan Demografi a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Menurut data statistik tahun 2015, jumlah penduduk Dusun Kadipiro adalah 815 jiwa, dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:
31
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No
RT
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
RT.001
127
145
272
2
RT.002
56
63
119
3
RT.003
101
104
205
4
RT.004
43
41
84
5
RW.005
60
75
135
Jumlah RW : 006
387
428
815
Jumlah Total
387
428
815
Sumber :Data Demografi Desa Karangtengah b. Agama Masyarakat Dusun Kadipiro mayoritas penganut agama Islam, beberapa warga ada yang menganut agama lain. Agama yang dianut oleh masyarakat Dusun Kadipiro adalah sebagai berikut :
32
Tabel2 Data Pemeluk Agama No
RT
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Jumlah
1
01
216
42
5
9
272
2
02
101
16
2
119
3
03
182
22
4
04
84
5
05
122
4
5
4
JUMLAH
705
81
14
15
4
205 84 135
Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah c. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Berdasarkan mata pencaharian penduduk Dusun Kadipiro, sebagian besar adalah karyawan swasta.Karena di dekat dusun tersebut terdapat pabrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
33
Tabel 3 Data Mata Pencaharian Penduduk No
Pekerjaan
LK
PR
Jumlah
78
85
163
109
109
1
Belum/Tidak Bekerja
2
Mengurus Rumah Tangga
3
Pelajar/Mahasiswa
58
68
126
4
Pensiunan
2
1
3
5
Pegawai Negeri Sipil
7
2
9
Tentara Nasional 6
Indonesia
4
4
7
Perdagangan
1
1
2
8
Petani/Pekebun
25
21
46
9
Karyawan Swasta
116
65
181
10
Karyawan BUMN
1
11
Buruh Harian Lepas
41
12
1 46
87
Guru
1
1
13
Bidan
1
1
14
Perangkat Desa
1
15
Wiraswasta
53
28
81
JUMLAH
387
428
815
Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah
34
1
3. Keadaan Sosial Budaya Pola sosial yang sekarang berkembang di wilayah Dusun Kadipiro adalah kehidupan masyarakat pedesaan.Artinya, budaya dan nilai-nilai tradisi masih terjaga.Masyarakat di Dusun Kadipiro memiliki sifat bergotong-royong yang tinggi. Sifat seperti ini, merupakan peran serta masyarakat dalam pembangunan sehingga hal ini sebagai modal yang besar bagi efisiensi dan produktivitas yang lebih terarah dan terencana untuk bersama-sama dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang di wilayah Dusun Kadipiro. Aspek pemberdayaan mayarakat khususnya masyarakat lokal harus menjadi prioritas dalam pengembangan sosial budaya masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat yang utama adalah mengembangkan dan mempertahankan sikap parsitipatif masyarakat dalam proses pembangunan. 4. Kegiatan Keagamaan Masyarakat Sebagian besar masyarakat Dusun Kadipiro beragama Islam. Sehingga ada banyak kegiatan yang dilaksanakan disisni (Sumber: Data Masyarakat Dusun Kadipiro). Kegiatan tersebut adalah: a. Kegiatan Yasinan (pembacaan Surat Yasiin dan tahlil) setiap hari Kamis atau malam Jum’at Kegiatan ini dihadiri oleh para Bapak dan ibu.Tempat pelaksanaan kegiatan ini di rumah warga secara bergiliran. b. Kegiatan Yasinan Remaja Masjid
35
Selain Kegiatan para Bapak dan Ibu, Remaja Masjid juga melaksanakan Kefiatan membaca QS.Yasiin dan tahlil.Bedanya untuk tempat biasanya Remaja Masjid lebih memilih di masjid. Hal ini dikarenakan para remaja tidak ingin merepotkan tuan rumah dengan menyiapkan hidangan dan jamuan bagi mereka. c. Kegiatan Mujahadah Kegiatan mujahadah ini diikuti oleh para orangtua terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu.Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis yaitu malam Jum’at Kliwon dan bertempat di masjid.Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 20.00 – 11.30 WIB. d. Fatayat Ibu-ibu Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi dan diikuti oleh ibu-ibu. Biasanya bertempat dari satu dusun ke dusun lain, karena fatayat ini merupakan kegiatan dalam lingkup Desa. e. Pengajian pada peringatan hari tertentu Biasanya di Dusun ini rutin dilaksanakan baik pengajian lingkup Dusun maupun pengajian akbar untuk memperingati hari-hari tertentu. Misalnya isra’ mi’raj, Maulud Nabi dan lainlain. f. Kegiatan TPA Bagi anak-anak yang duduk di SD-SMP, mereka di beri tambahan pelajaran mengenai agama Islam di TPA setiap sore
36
hari.Pelaksanaannya dari hari Senin - Jum’at, di Masjid. Di sini mereka belajar membaca iqra dan Al-Qur’an, menghafal bacaan shalat dan doa sehari-hari, belajar ilmu tajwid dan mendengarkan kisah-kisah teladan dari 25 Nabi. g. Shalawatan Setiap hari Senin malam, para remaja masjid membaca shalawat di masjid bersama-sama dan kegiatan ini dilaksanakan di masjid. B. Temuan Penelitian 1. Sejarah Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro merupakan tradisi yang turuntemurun yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu.1Tradisi Brokohan sudah ada sejak dahulu dan dilaksanakan pada saat bayi telah lahir yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena bayi dan ibu selamat.Bersyukur artinya mengucapkan terima kasih (syukur) kepada Allah SWT atas nikmat yang diterima. Tradisi brokohan merupakan tradisi yang tidak diketahui kapan pastinya tradisi ini dimulai.2Masyarakat Jawa terkenal dengan keteguhannya dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi nenek moyangnya. Setelah Islam masuk, para ulama seperti walisongo memodifikasi kebudayaan yang berbau mistik dengan tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tradisi Jawa mengenai kelahiran 1 2
Wawancara dengan ibu Turmiyati pada hari senin, 8 Juni 2015 Pukul 19.30 WIB Wawancara dengan Bapak Karmin Sahri pada hari Selasa, 9 Juni 2015 Pukul 13.00WIB
37
seorang anak misalnya, sebenarnya sudah berlangsung sejak lama.Lalu oleh walisongo diubahlah kebiasaan tersebut menjadi sebuah tradisi yang Islami.Brokohan artinya meminta doa dan keberkahan. Maksudnya
ialah
(mengebumikan)
serangkaian
acara
slametan
ari-ari,
mulai dan
dari
mendhem
peletakan
nasi
slametanbrokohanke tempat ari-ari ditanam. Pelaksanaan tradisi Brokohan sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim, sebab asal-usul tradisi ini sebenarnya meniru kebiasaan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana acara “Brokohan” setiap bayi yang baru lahir kemudian oleh Rasulullah SAW didoakan.Doa merupakan salah satu komponen paling penting dalam Islam dan sebagai perisai orang-orang mukmin. Tak terkecuali bagi sang bayi, sangat dianjurkan untuk didoakan agar ia memperoleh kebaikan dalam beragama Islam dan kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya. Istri Rasulullah SAW, Aisyah r.a. menuturkan: “Setiap bayi yang dihadapkan kepada Rasulullah SAW, maka beliau menyuapinya dengan kurma yang sudah dikunyah, dan mendoakannya dengan keberkahan” (HR. Abu Daud). Pelaksanaan Tradisi Brokohan di dusun Kadipro didasari dengan nilai-nilai agama yang kuat, karena disamping mmelaksanakan sunnah dari Nabi Muhammad SAW, dalam pelaksanaan tradisi
38
Brokohan ini juga membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa lainnya.3 2. Waktu Pelaksanaan Tradisi Brokohan Pelaksanaan tradisibrokohan yaitu pada sore hari setelah bayi lahir.Begitu bayi sudah dibawa pulang dari bidan atau rumah sakit.Prosesi brokohan ini dilakukan saat bayi berusia satu hari.4Tetapi jika bayi lahir pada pagi hari maka pelaksanaan tradisi ini dimulai saat itu juga sampai siang hari.Waktu pelaksanannya berdasarkan waktu kelahiran bayi tersebut. 3. Prosesi Tradisi Brokohan Adapun serangkaian prosesi atau tahapan dalam pelaksanaan tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: a. Mendhem(Mengebumikan) Ari-ari Dalam tradisi Islam, semua yang termasuk bagian tubuh manusia dianjurkan untuk dikubur atau dikebumikan. Masyarakat muslim Jawa meyakini bahwa tradisi mendhem ari-ari termasuk salah satu hal yang patut diutamakan. Sebab, mengebumikan ari-ari dapat disamakan dengan mengubur orang yang meninggal. Dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sajian yang harus disediakan. Sajian untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan tidak sama. Untuk bayi laki-laki sajian yang digunakan adalah ayam betina yang belum pernah kawin, sedangkan untuk bayi 3 4
Wawancara dengan Ibu Sunarti pada hari Selasa, 9 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB Wawancara dengan Bapak Deni Hariyanto ada hari Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
39
perempuan sajiannya adalah ayam jantan yang belum pernah kawin. Perlengkapan yang harus disediakan dalam pelaksanaan mendhem ari-ari adalah5: 1. Bunga 7 rupa atau kembang setaman 2. Minyak wangi (baru) 3. Kunyit 4. Garam (sebaiknya yang sudah mempasir) 5. Benang putih dan jarum jahit (benang sebaiknya satu gulung) 6. Kemiri, ikan asin 7. Sirih yang digulung dan diikat dengan benang 8. Uang logam recehan (beberapa keping) 9. Alat tulis (buku dan pensil) 10. Kertas (bertuliskan nama bayi, Tanggal lahir, Nama orangtua, Asmaul Husna dam Ayat Kursi) Setelah ari-ari dicuci bersih, kemudian ari-ari dibungkus dengan kain putih dan dimasukkan ke dalam kendil yang terbuat dari tanah liat yang ada atau mempunyai tutup.Setelah ari-ari dimasukkan ke dalam kendil kemudian dimasukkan semua peralatan tadi.Setelah itu kendil yang terbungkus kain putih ditanam di halaman ataudi dalam rumah dengan kedalaman secukupnya agar tidak dibongkar anjing atau kucing.Untuk 5
Wawancara dengan Ibu Darti pada hari Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
40
menghindari gangguan dari binatang tersebut maka sebaiknya tempat tersebut diberi pagar.Selama 40 hari tempat ditanamnya ariari tersebut diberi lampu (jaman dahulu menggunakan lampu teplok) agar terang. Biasanya yang menanam ari-ari adalah dukun bayi, jika tidak boleh dilakukan oleh ayah dari bayi tersebut.Setelah ari-ari ditanam kemudian dilanjutkan dengan membaca Al Fatihah, QS.An-nas, Qs. Al Falaq dan QS.Al-Ikhlas. b. Slametan Brokohan Slametanbrokohan biasanya dihadiri oleh Pemuka Agama sebagai pemimpin doa, dukun bayi, tetangga sekitar khususnya ibuibu dan sanak saudara. Dalam slametan brokohan ini makanan yang biasanya disajikan adalah:6 1) Jenang merah-putih Jenang disini diartikan sebagai bubur.Warna merah putih memiliki arti agar anak ini kelak selalu ingat dan hormat kepada kedua orangtuanya. 2) Nasi ambeng Nasi ambeng adalah berupa nasi putih yang diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di sekelilingnya. Lauk pauk dapat berupa perkedel, ikan asin, urap, telur rebus dan tempe goreng. 3) Jajan pasar
6
Wawancara dengan Ibu Siti Kholifatun pada hari Kamis, 11 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
41
Jajan Pasar disini diartikan seperti kue-kue manis dan makanan ringan lainnya yang dibeli di pasar. 4) Ingkung Ingkung adalah satu ekor ayam jantan jawa utuh yang dimasak. Sedangkan untuk perlengkapannya yaitu: 1) Kembang brokohan Bunga ini biasanya banyak dijual di pasar.Dan terdiri dari bberapa macam jenis bunga. 2) daun sirih 3) kinang dan gambir Padaprinsipnya bentuk sajian dan perlengkapan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.Slametan ini biasanya dimulai dengan membaca doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Doa yang biasanya diucapkan dalamslametan brokohan yaitu:7 1) QS. Al-Fatihah 2) QS. Al-Insyiroh 3) QS. Al Qadr 4) Doa Keselamatan 5) Shalawat Nabi Setalah itu dilanjutkan dengan makan bersama hidangan yang telah didoakan dan disediakan oleh tuan rumah. Jika memungkinkan biasanya tuan rumah juga menyiapkan hidangan yang akan dibawa pulang para tamu dengan memasukkan hidangan 7
Wawancara dengan Bapak Mahmudi pada hari Kamis, 11 Juni 2015 Pukul 20.00 WIB
42
ke dalam besek.Besek yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu. C. Peletakan Nasi Brokohan Setelah Slametan brokohan selesai, nasi brokohan dan kembang brokohan yang telah didoakan bersama-sama diletakkan di atas daun pisang dan dibagi menjadi 3 bagian8: 1. Bagian pertama diletakkan di bawah tempat tidur sang bayi dan si ibu baru. 2. Bagian kedua diletakkan di tempat pencucian ari-ari sang bayi. 3. Bagian ketiga diletakkan di tempat ari-ari di tanam. Hal ini dilakukan karena ketiga rangkaian prosesi brokohantersebut saling berkaitan satu sama lain.Biasanya sajian atau perlengkapan yang digunakan di dalam selamatan brokohan terbagi menjadi 2, yaitu kalangan biasa
dan
kalangan
menengah
ke
atas.
Untuk
kalangan
biasaperlengkapannya seperti yang telah disebutkan di atas, sedangkan untuk kalangan atas selain perlengkapan tersebut di tambahkan pula perlengkapan sebagai berikut9: 1. Kelapa Warna putih dari kelapa diyakini sebagai “sperma” atau benih laki-laki dari bapak. 2. Gula Jawa Gula Jawa berwarna merah, diyakini sebagai “sel telur” yaitu benih perempuan dari ibu. 8 9
Wawancara dengan Ibu Sulimah pada hari Jum’at, 12 Juni 2015 pukul 13.00 WIB Wawancara dengan Ibu Ratni pada hari Sabtu, 13 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
43
3. Dawet Makna dari dawet yaitu, santan (sperma Ayah), gula jawa (sel telur ibu) dan cendol (butir-butir kehidupan). 4. Telur Bebek Makna dari penggunaan telur bebek adalah, kulit telur bebek berwarna biru. Sehingga telur bebek menggambarkan langit biru atau kuasa dari langit. Melalui sajian dan perlengkapan yang digunakan dalam slametan brokohantersebut, seluruh orang yang hadir ingin mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran bayi dan menganggap bahwa Allah telah merestui pasangan suami istri untuk memiliki keturunan.Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah hanya dilaksanakan oleh masyarakat yang beragama Islam. Hal ini dikarenakan Tradisi Brokohan merupakan kebiasaan
yang dicontohkan oleh Rasululah
SAW. Selain itu pada saat pelaksanaannya, di dalamnya terdapat pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan dipimpin oleh pemuka agama secara langsung.10
10
Wawancara dengan Ibu Sarwiyani pada hari Minggu, 14 Juni 2015 Pukul 18.30 WIB
44
BAB IV TRADISI BROKOHAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan Masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang KabupatenSemarang merupakan daerah yang masih kental dengan tradisinya.Bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara dan tradisi, baik yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia maupun yang berkaitan
dengan
aktivitas
kehidupan
(Jamil,
2002:131).Upacara
tradisional adat Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman hidup lahir batin.Dengan mengadakan upacara tradisional, masyarakat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dalam
berbagai
kesempatan,
upacara
tradisional
memang
dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang.Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh sesepuh dan pinisepuh masyarakat.Upacara tradisional juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal (Purwadi, 2005:5). Pergantian waktu dan perubahan fase kehidupan merupakan saatsaat yang perlu dicermati.Untuk itu mereka mengadakan “upacara peralihan” yang berupa slametan, makan bersama (kenduri) dan
45
sebagainya (Koentjaraningrat, 1982:243).Upacara-upacara ini menekankan kesinambungan dan identitas yang mendasari semua segi kehidupan dan transisi serta fase-fase khusus yang dilewatinya (Geertz, 1981:48).Salah satu tradisi yang berkaitan dengan siklus kehidupan yaitu kelahiran dan masih dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kadipiro adalah tradisi Brokohan.Tradisi Brokohan adalah warisan nenek moyang secara turuntemurun dan merupakan satu dari banyak tradisi yang harus dilestarikan. Pada bab ini akan diuraikan lebih jelas mengenai ritual dalam tradisi brokohan dan nilai-nilai pendidikan Islam yang ada di dalamnya. B. Tradisi Brokohan: Ritual Kolektif Tradisi Brokohanmerupakan salah satu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1984:5).Dalam kepercayaan lama, tradisi brokohan ini dilakukan dengan mengadakan sesaji, tentu dengan hal tersebut diharapkan orang yang melaksanakan tradisi ini senantiasa dalam keadaan selamat.Tradisi brokohan merupakan salah satu bentuk ritual kolektif karena dilakukan oleh banyak orang.Masyarakat dari berbagai kalangan turut berpartisipasi dalam setiap ritual dan berperan penting demi pelaksanaan acara ini.Tradisi Brokohan termasuk dalam ritual yang didefinisikan oleh Winnick dalam Syam (2005:17) yaitu “seperangkat tindakan yang selalu melibatkan agama, yang dimantapkan melaui tradisi dan bersifat keseharian”. Untuk itu mereka mengadakan “upacara peralihan” yang berupa slametan, makan bersama (kenduri) dan sebagainya (Koentjaraningrat,
46
1982:243).Upacara
peralihan
(ritesof
passage)
orang
Jawa
menggambarkannya sebagai sebuah busur, mulai dari gerak-gerik isyarat kecil tak teratur yang melingkungi kelahiran, sampai kepada pesta dan hiburan besar yang diatur rapi pada khitanan dan perkawinan dan akhirnya upacara-upaca kematian yang hening dan mencekam perasaan. Tradisi Brokohan termasuk Ritualyang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan, yaitu kelahiran.( Geertz, 1981:38). C. Ritual Dalam Tradisi Brokohan Tradisi brokohan yang terdiri dari beberapa ritual dan dilaksanakan di Dusun Kadipiro menggambarkan ciri-ciri yang mirip dengan daerah lainnya di Jawa. Ada slametan, ada sesaji, sambutan (yang disampaikan oleh yang mewakili tuan rumah, bukan tuan rumah sendiri sebagaimana ditemukan di daerah lain), dan doa-doa (Beatty, 2001:42). Di dalam tradisi Brokohan terdapat tiga ritual, yaitu ritual mendhem (mengebumikan) ariari, ritual slametan brokohan dan ritual peletakan nasi brokohan . 1. Mendhem (Mengebumikan) Ari-ari Ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari biasanya dilaksanakan segera setelah bayi dilahirkan.Walaupun bayi dan ibu baru masih berada di rumahsakit atau bidan, tali pusar dan tembuni dibawa pulang oleh kerabat dan ayah kandung si bayi. Sesampainya di rumah ari-ari tersebut dicuci dan ayah sang bayi bertugas menggali lubang untuk mengebumikan ari-ari tersebut. Perlengkapan yang menunjang terlaksananya ritual ini disiapkan langsung oleh dukun bayi.
47
Ritual mendhem(mengebumikan) ari-ari ini merupakan perkara yang serius.Tali pusar dan tembuni yang keluar dianggap sebagai adik spiritual sang bayi sedangkan air ketuban yang mendahuluinya (terpancar ke atas) dianggap sebagai abang spiritualnya. Selama tiga puluh lima hari pertama mereka ini tinggal di dekat sang bayi untuk melindunginya dari penyakit, yang pertama penyakit dari bumi, sedang yang kedua penyakit yang datang dari langit( Geertz, 1981:59). Jika bayi itu laki-laki, tali pusar dan tembuni dikubur di depan rumah, jika perempuan dikubur di belakang rumah. Sebuah lampu kecil digantung dan dibiarkan menyala disana selama tiga puluh lima sampai empat puluh hari untuk mencegah gangguan roh-roh jahat. 2. Ritual Slametan Brokohan Setelah ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari selesai, kemudian dilanjutkan
dengan ritual slametan brokohan. Di sekitar kelahiran
terdapat empat slametan utama dan berbagai slametan kecil, yaitu tingkeban (slametan pada bulan ketujuh kehamilan), slametan brokohan( pada kelahiran bayi itu sendiri), slametan pasaran( lima hari setelah kelahiran), slametan pitonan (tujuh bulan setelah kelahiran). Ritual slametan kelahiran waktunya ditetapkan menurut peristiwa kelahiran tersebut( Geertz, 1981:38). Jika bayi lahir pada waktu
siang
hari,
maka
ritual
ini
dilaksanakan
setelah
maghrib.Slametanbrokohan ini dihadiri oleh kaum wanita (tetangga sekitar), sanak saudara dan pemuka agama. Penyelenggaraan slametan
48
memiliki
kegunaan
yang
lebih
luas.
Antara
lain,
slametan
meningkatkan rukun di antara peserta ritual (Geertz, 1960:66). Rukun yang berarti harmoni sosial maupun pembentukan harmoni itu merupakan nilai sosial yang penting dalam kehidupan desa.Dalam slametan,
rukun
ditingkatkan
melalui
berbagai
sarana
yaitu
keikutsertaan dalam acara.Partisipasi bermakna “ikut merasakan bersama” kesenangan pada saat itu, bantuan biaya dan tenaga dalam pelaksanaan ritual slametan. a. Pola Slametan Semua wanita yang diundang adalah tetangga-tetangga dekat, karena dalam slametan ini tuan rumah mengundang semua yang tinggal paling dekat dengan rumahnya. Dasar penentuan jarak (dekat dari rumah ke segala arah) , keluarga atau bukan, teman atau bukan semua yang tinggal di situ harus datang. Mereka diundang oleh utusan tuan rumah (seringkali anaknya sendiri) dalam waktu lima atau sepuluh menit sebelum slametan dimulai, dan harus segera datang serta membatalkan apa saja yang sedang mereka lakukan. Begitu tiba, setiap tamu yang hadir duduk melingkar diatas
tikar yang telah disiapkan. Di tengah tikar tesebut
diletakkan
hidangan
beserta
seluruh
bahan
upacara
atau
perlengkapan yang dibutuhkan.Bila semua undangan sudah hadir dan sekeliling tikar sudah penuh maka acara tersebut segera dimulai.Di dalam ritual ini yang pokok adalah pembacaan doa (donga) yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki
49
pengetahuan tentang Islam, apakah modin atau kiai (Jamil, 2002:131).Doa tersebut bertujuan untuk mendoakan sang bayi dan memanjatkan syukur kepada Allah Swt. Pertama, pemuka agama mengantarkan maksud dan tujuan upacara sesuai dengan pesan yang punya hajat atau sahibul hajat yaitu pelaksanaan slametanbrokohan ini bertujuan untuk bersyukur kepada Allah Swt karena kelahiran selamat dan menyambut kehadiran keluarga baru. Dilanjutkan dengan membaca surat AlFatihah sebanyak tiga kali, surat Al-Insyroh tiga kali,Surat Al-Qadr tiga kali, dan doa keselamatan. Acara dilanjutkan dengan bacaan barzanji. Pemimpin doa dengan caranya yang khas membaca shalawatan. Acara ini ditutup dengan doa yang dipimpin oleh pemimpin doa (Mbah Modin). Salah satuciri slametan yang menonjol dalam kajian antropologi adalah bagian doa dalam bahasa Arab yang tidak dimengerti, sehingga para tamu yang diundang hanya mengucapkan “Amin” di setiap doa.Karena sakralnya ritual ini, para tamu yang terdiri dari tetangga dan keluarga dekat harus melakukannya dengan khusyuk dan khidmad. Di kalangan muslim yang taat beragama, ritual ini diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan Shalawat Nabi. Tapi di kalangan masyarakat yang kurang taat dalam beragama, acara ini digunakan sebagai alasan untuk mengadakan lek-lekan dan keplek sampai pagi (Jamil, 2002:105).Setelah selesai, acara makan dimulai,
setip
orang
mengambil
50
sendiri
makanan
dari
tempatnya.Tuan rumah berdiri, menyuruh hadirin mencicipi semua hidangan. Ia sendiri tidak makan, karena ini slametan untuk istri dan anaknya yang baru lahir.Selain itu, terdapat seperangkat makanan yang dihidangkan bagi para peserta ritual ini, serta makanan yang dibagikan kepada hadirin yang datang secara merata, dan dimasukkan ke dalam tas kresek yang berisi berkatyang berarti rahmat , suatu kata yang berasal dari bahasa Arab, Baraka (Beatty, 2001:46) untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing. Sebagai pertanda akan pulang maka mbah Modin mengucapkan bacaan Allahumma Shalli’ala SayyidinaMuhammad (semoga
Allah
memberikan
keselamatan
pada
baginda
Muhammad). Sembari bersalaman dengan tuan rumah, merka mengatakan kabulo khajate (semoga hajatnya terlaksana). Mbah Modin pulang paling belakang. Dengan penuh kesungguhan tuan rumah pun mengatakan matur nuwun rawuhipun (terima kasih atas kehadirannya). Setelah itu, upacara pun selesai. b. Makna Simbolisme Dalam bentuknya yang khas, makanan inti atau sesaji dalam tradisi brokohanadalah nasi ambeng, ingkung dan ditambah ubarampe(peralatan upacara) yang lain. Macam-macam hidangan yang disajikan dalam ritual slametan tergantung pada jenis dan tujuan slametan itu sendiri.Seringkali ada sebuah kerucut yang terbuat dari nasi yang ditempatkan pada sebuah tampah bambu.Contoh
singkat
yang
51
berkaitan
dengan
simbolisme
berkenaan dengan gagasan dan penerjemahan simbol-simbol slametan salah satunya adalah sajian yang digunakan dalam ritual slametan brokohan yaitu kelapa yang berwarna putih diyakini sebagai unsur laki-laki, gula jawa berwarna merah yang diyakini sebagai unsur perempuan (Khalil, 2008:280).Jumlah undangan yang
mengikuti
slametan
brokohan
disesuaikan
dengan
kesanggupan tuan rumah dalam menyediakan makanan dan tingkat pentingnya slametan tersebut. 3. Peletakan Nasi Brokohan Ritual selanjutnya adalah peletakan nasi brokohan.Yang bertugas melaksanakan ritual ini adalah dukun bayi, sehingga tidak memerlukan bantuan orang banyak.Nasi brokohan ini terdiri dari nasi beserta laukpauk, beralaskan daun pisang dan terdapat kembang brokohan di atasnya.Sebelum peletakkan, nasi brokohan ini telah didoakan bersama-sama terlebih dahulu.Tempat-tempat yang diberi nasi brokohan juga memiliki alasan tersendiri menurut kepercayaan masyarakat Dusun Kadipiro.Tempat tidur bayi dan ibunya diberikan nasi brokohan yang telah didoakan agar bayi tersebut terhindar dari segala macam gangguan. Tempat pencucian ari-ari agar tempat tersebut tidak dimasuki roh jahat dan tempat ditanamnya ari-ari agar tidak diganggu oleh binatang seperti anjing dan kucing Dengan pola ritual seperti ini, nilai-nilai Pendidikan Islam ada dalam pelaksanaan tradisi Brokohan.
52
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan Nilai- nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, yaitu: 1. Nilai Aqidah Nilai aqidah merupakan pokok atau dasar-dasar manusia dalam hidup di dunia.Iman memiliki arti keyakinan bahwa Allah SWT yang berkuasa atas segala sesuatu.Sebagaimana dalam pelaksanaan tradisi Brokohan memiliki tahapan acara yang bernuansa Islami.Pada acara pembukaan, pembawa acara mengawalinya dengan pembacaan basmalah bersama-sama yang bertujuan agar prosesi ritual dapat berjalan lancar. Masyarakat Dusun Kadipiro yang sampai saat ini masih melaksanakan tradisi brokohan berkeyakinan bahwa di dalam tradisi ini banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya, seperti nilai aqidah yang diwujudkan masyarakat dengan enam rukun iman. Penerapan rukun iman dalam nilai aqidah tersebut adalah: a. Iman Kepada Allah Menanamkan keyakinan kepada orangtua baru pada khususnya dan masyarakat Dusun Kadipiro pada umumnya bahwa yang memberikan rezeki yaitu keturunan baru adalah Allah SWT dan merupakan nilai aqidah dalam tradisi Brokohan. Masyarakat meyakini bahwa tradisi Brokohan merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa yang memberikan
53
keselamatan dalam proses kelahiran sehingga bayi dan ibunya selamat adalah Allah SWT.Islam telah menganjurkan kepada umat manusia untuk berdoa kepada Allah SWT ketika ingin meminta sesuatu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-Mu’min ayat 60,
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Kuakan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". b. Iman Kepada Rasul Tradisi brokohan juga merupakan kebiasaan yang telah dilakukan dan diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Sehingga
tradisi ini merupakan sunnah rasul yang lebih utama dilaksanakan.
ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻲ ُﻏ َﻼ ٌم ﻓَﺄَﺗَﯿ َ ﻲ ْﺖ ﺑِ ِﮫ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ ُﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ َﺴ ﱠﻤﺎه إِﺑ َْﺮا ِھﯿ َﻢ ﻓَ َﺤﻨﱠ َﻜﮫُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮ ٍة َو َد َﻋﺎ ﻟَﮫُ ﺑِ ْﺎﻟﺒَ َﺮ َﻛ ِﺔ Artinya: “Anakku telah lahir, maka aku bawa kepada Nabi saw. Maka beliau memberinama kepadanya dengan nama Ibrahim, lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma dan dido’akan dengan barakah. (HR. Bukhari dari Abu Musa r.a.)
54
2. Nilai Ibadah Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah yang harus taat, tunduk dan patuh kepada Allah.Kataatan, ketundukan dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariat Islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara total kepada Allah sebagai pengakuan akankelemahan dan keterbatasan manusia di hadapan Allah. Secara umum Ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.Ibadah mahdhah atau yang bersifat khusus merupakan ibadah yang ditentukan syariat, contohnya wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.Sedangkan ibadah ghairu mahdhah merupakan ibadah yang bersifat umum. Dengan kata lain semua amalan yang ditujukan kepada Allah SWT juga disebut dengan ibadah mahdhah. Contohnya bersyukur, tolong-menolong dan lainlain.Dalam perspektif Islam, membagi-bagikan makanan seperti acara kenduri dan slametan dan termasuk tradisi brokohan tergolong dalam sedekah. Pelaksanaan tradisi brokohan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas beribadah masyarakat, karena pada dasarnya dalam pelaksanaan tradisi brokohanini masyarakat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan membaca shalawat
55
Nabi. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dan shalawat Nabi tersebut sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, dan mendoakan agar bayi
yang
baru
lahir
kelak
menjadi
anak
yang
berguna.Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.AdzDzariyat ayat 56.
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 3. Nilai Amaliah Dalam pelaksanaan tradisi brokohan, masyarakat senantiasa meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah.Untuk keluarga yang sedang berbahagia karena kehadiran anggota keluarga baru, mereka menyediakan makanan untuk sajian brokohan seperti nasi ambeng, jenang merah putih, jajan pasar dan ingkung. Mereka juga menyediakan nasi yang ditempatkan ke dalam besek untuk dibagikan kepada orang-orang yang hadir dengan ikhlas sebagai ungkapan terima kasih atas doa yang diberikan untuk si bayi. Untuk masyarakat dan tetangga sekitar mereka telah ikhlas mendoakan dan membantu menyiapkan hidangan dan perlengkapan untuk keperluan tradisi brokohan tersebut. Apabila seseorang
mengeluarkan
shadaqah
yang
dilandasi
dengan
keikhlasan maka Allah SWT akan melipat gandakan rezekinya, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 261
56
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki.dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. 4. Nilai Ukhuwah Islamiyah Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi Brokohan, tentunya melibatkan banyak orang dan di dalamnya terjadi interaksi antar individu .Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan seluruh individu yang terlibat.Menjadikan masyarakat Dusun
Kadipiro
bahagia.Masyarakat
sesantiasa ikut
hidup
terlibat
rukun, mulai
tentram dari
dan
persiapan
perlengkapan, mempersiapkan hidangan sampai pada tahap pelaksanaan tradisi tersebut.Silaturahmi yang begitu erat dapat terlihat saat acara selesai, orang-orang masih sibuk membersihkan tempat acara, perlengkapan yang dipakai dan sebagainya. 5. Nilai Dakwah Dalam pelaksanaan tradisi ini, dihadiri oleh sanak saudara, pemuka agama, dukun bayi dan ibu-ibu yang merupakan tetangga sekitar.Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut serta.Sehingga secara tidak langsung tradisi brokohan ini menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
57
termasuk anak-anak. Menjadikan tradisi brokohan tersebut
mereka mengetahui bahwa
mengandung nilai-nilai pendidikan
Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Fushshilat ayat 33.
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat ayat 33). E. Kesimpulan Ketika Islam datang tradisiBrokohan merupakan salah satu tradisi yangtetap dilaksanakan, salah satunya adalah di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.Hanya isinya diubah sesuai dengan unsur-unsur dari ajaran Islam.Maka terjadilah Islamisasi
Jawa
(keyakinan
dan
budaya
Jawa)
(Jamil,
2002:104).Pendekatan terhadap Islam Jawa menurut Roibin (2009:145) dibagi menjadi dua bagian pertama, Islam dan Jawa dipahami sebagai dua kekuatan yang saling berhadapan.Kedua, Islam dan Jawa dipahami sebagai sinkretis, yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa berkembang secara bersama-sama, saling mengisi dan memaknai.Antara ajaran dan tradisi lokal saling menyapa. Model kedua inilah menurut Woodward sebagai masa depan agama, karena dianggap sebagai agama yang kreatif dan dinamis. Hubungan antara budaya Jawa dengan Islam dalam aspek kepercayaan dan ritual menunjukkan secara jelas baik secara langsung maupun tidak langsung dan memang telah terjadi sebagai suatu upaya
58
untuk
mengakomodasikan nilai-nilai pendidikan Islam dengan budaya
Jawa. Salah satunya melalui tradisi brokohan yang di didalamnya memuat ritual-ritual dengan warna Islami.Upaya ini masih terus berproses sampai saat ini.Sebagian dari nilai pendidikan Islam telah menjadi bagian dari budaya Jawa.
59
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, berkaitan dengan kepercayaan dan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat. Sebagaimana telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan fokus masalah, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: A. Kesimpulan 1. Sejarah tradisi Brokohan adalah tradisi turun temurun dan sudah ada sejak dahulu. Tradisi Brokohan ini bertujuan untuk menyambut kelahiran bayi dan mensyukuri karunia Allah SWT karena kelahiran tersebut selamat. Tradisi ini adalah meniru kebiasaan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 2. Dalam prosesi tradisi Brokohan banyak ritual yang dijalankan, yaitu ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari, ritual slametan Brokohan dan ritual peletakan nasi brokohan. Dalam setiap pelaksanaannya, ritual tersebut memiliki tatacara masing-masing meliputi makna dan perlengkapan yang harus dipersiapkan. 3. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalamtradisi Brokohan adalah sebagai berikut: a. Nilai Aqidah, yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa yang memberikan segala nikmat hanyalah Allah SWT dan tidak ada
60
yang lain, dan tradisi ini merupakan ajaran Rasulullah SAW yang harus diterapkan dalam kehidupan. b. Nilai Ibadah, yaitu dalam pelaksanaan tradisi brokohan terdapat pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan shalawat Nabi yang dapat meningkatkan kualitas beribadah masyarakat. c. Nilai Amaliah, tradisi Brokohan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah, baik tuan rumah maupun masyarakat
yang turut hadir dan berpartisipasi
dalam acara tersebut. d. Nilai Ukhuwah Islamiyah, partisipasi masyarakat yang berbaur menjadi satu mewujudkan rasa kebersamaan dan mempekuat tali silaturahmi antar umat beragama. e. Nilai Dakwah, pelaksanaan tradisi brokohan melibatkan banyak orang sehingga secara tidak langsung tradisi ini menyampaikan ajaran Islam dalam bentuk budaya kepada masyarakat yang hadir. B. Saran Pada akhir penulisan ini penulis berharap penelitian tentang nilainilai pendidikan Islam dalam tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan topik masalah.Sehingga mendapat gambaran yang lengkap mengenai ritual dalam tradisi Brokohan tersebut yang berupa upacara adat turun temurun dari nenek moyang dalam skala yang lebih luas. Dari hasil penelitian ini saya mengharapkan pada masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah, agar tetap menjaga, melestarikan dan mempertahankan
61
tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai pendidikan Islam dapat terus di lestarikan dari generasi ke generasi. Sebagai generasi muda dan penerus berkepribadian muslim, dengan sendirinya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab akan kelangsungan agama, umat maupun masa depan bangsa, demi tegaknya ajaran agama Islam.
62
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2015. Islam Abangan Dan Kehidupannya. Yogyakarta: DIPTA. Al Qur’an Terjemah. 2007. Departemen Agama RI. Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama Di Jawa Suatu Pendekatan Antropologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Djamari, 1993. (online), (http://blogspot.co.id/ritual-dan-institusi Islam.html, diakses 16 Mei 2015. Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Pustaka Jaya. Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jamil, Abdul dkk. 2002. Islam Dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa. Malang:UIN Malang Press Kinasih, Retna Wahyu. 2013. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Upacaraupacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Skripsi ridak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Koentjaraningrat.1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia. Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.
63
Milles, Mattew B dkk.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT UI press. Moleong, Lexy.J.2011. .Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Muhaimin & Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis danKerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: PT Trigenda Karya. Muhaimin. 2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nawawi, Imam. 2005. Terjemahan Hadits Arba’in dan Maknanya. Solo: Smart Media. Pranoto, Tjaroko HP Teguh. 2009. Tata Upacara Adat Jawa. Yogyakarta: Kuntul Press. Prasetyawan, Widi Agung. 2010. Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Hindu: Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam di Gununggangsir Beji Pasuruan. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Ushuludin dan Filsafat: UIN Sunan Ampel Surabaya. Purwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Roibin.2009. Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer. Malang:UINMalang Press. Sarjono. 2005. Nilai-nilai Dasar Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam, Vol. II (2):137. Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Alaska.
64
Sudaryono, Gaguk Margono, & Wardani Rahayu. 2013. Pengembangan InstrumenPenelitian Pendidikan. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Sulaeman, Munandar. 1995. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT ERESCO. Suprayoga, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Syukur, F dkk.1996. Formulasi Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Woodward, Mark. R. 1999. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: LKis.
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Silvana Diah
Tempat/tanggal lahir
: Kabupaten Semarang, 20 juli 1992
Nim
: 111 11 200
Alamat
: Dusun Kadipiro RT/RW, 03/06, Desa Karangtengah Kec. Tuntang, Kab. Semarang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan
: 1.
SDN Karangtengah 01
2.
SMPN 3 Tuntang
3.
SMK Negeri 1 Salatiga
4.
S1 Jurusan Tarbiyah PAI IAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya:
Penulis
Silvana Diah Nim.11111200
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
:………………………
Jenis Kelamin
:………………………
Waktu Pelaksanaan
:………………………
B. Panduan Wawancara 1. Bagaimana sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang? 2. Apa tujuan diadakan ritual tradisi brokohan di dusun Kadipiro? 3. Kapan tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dilaksanakan? 4. Siapa saja yang terlibat dalam Tradisi Brokohan? 5. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Brokohan yang ada di Dusun Kadipiro? 6. Doa apa saja yang dibaca dalam ritual tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro? 7. Apa saja sesaji dan perlengkapan yang ada dalam tradisi Brokohan? 8. Adakah nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro? 9. Apa pengaruh positif dari pelaksanaan tradisi brokohan? 10. Apakah hikmah dari adanya tradisi Brokohan bagi masyarakat Dusun Kadipiro? Keterangan: X
: Peneliti
Y
: Responden
HASIL WAWANCARA
C. Identitas Responden Nama
: Turmiyati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 8 Juni 2015, Pukul 19.30 WIB
D. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Turmiyati, Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro merupakan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Tradisi Brokohan sudah ada sejak dahulu dan dilaksanakan pada saat bayi telah lahir ke dunia yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena bayi dan ibunya selamat. Di dalam tradisi Brokohan ini terdapat tiga ritual yang harus dilaksanakan dan berkaitan satu sama lain. Ritual tersebut yaitu ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari, ritual slametan brokohan dan ritual peletakan nasi Brokohan. Dalam pelaksanannya biasanya orang-orang yang terlibat adalah pemuka agama, dukun bayi,ibu-ibu yng merupakan tetangga sekitar dan sanak saudara. Tradisi Brokohan memuat nilai pendidikan Islam yang bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya adalah meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, karena masyarakat yakin bahwa yang memberikan segala nikmat adalah Allah SWT.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Karmin Sahri
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 9 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB
B. Hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Karmin Sahri, menurut beliau tidak ada yang mengetahui kapan tradisi Brokohan dimulai. Masyarakat Jawa termasuk salah satunya masyarakat Dusun Kadipiro terkenal dengan keteguhannya dalam nenpertahankan dan melestarikan tradisi peninggalan nenek moyangnya. Brokohan atau Barokahan artinya meminta doa dan keberkahan. Meminta keberkahan kepada Allah SWT agar anak yang baru lahir kelak menjadi anak yang berguna. Pelaksanaan tradisi Brokohan sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim, sebab asal-usul tradisi ini sebenarnya meniru kebiasaan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Masyarakat Jawa terkenal dengan keteguhannya dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi nenek moyangnya. Setelah Islam masuk, para ulama seperti walisongo memodifikasi kebudayaan yang berbau mistik dengan
tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Tradisi Jawa mengenai kelahiran seorang anak misalnya, sebenarnya sudah berlangsung sejak lama.
Lalu oleh walisongo
diubahlah kebiasaan tersebut menjadi sebuah tradisi yang Islami.
Brokohan artinya meminta doa dan keberkahan. Maksudnya ialah serangkaian acara mulai dari mendhem (mengebumikan) ari-ari, slametan dan peletakan nasi slametan brokohan ke tempat ari-ari ditanam.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Sunarti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 9 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB
B. Hasil Wawancara Pelaksanaan Tradisi Brokohan di dusun Kadipiro didasari dengan nilainilai agama yang kuat, karena di samping melaksanakan sunah dari Nabi Muhammad SAW, dalam tradisi Brokohan ini juga membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan ayat-ayat lainnya. Pelaksanaan tradisi brokohan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas beribadah masyarakat, karena pada dasarnya dalam pelaksanaan tradisi brokohan ini masyarakat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan membaca shalawat Nabi. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dan shalawat Nabi tersebut sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT. Orang-orang yang terlibat dalam prosesi brokohan yaitu Pemuka Agama, dukun bayi, ibu-ibu tetangga sekitar dan sanak saudara dekat. Tradisi Brokohan meliputi serangkaian kegiatan dari mendhem (mengebumikan ari-ari), slametan Brokohan dan peletakan nasi brokohan di tempat-tempat tertentu.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Deni Hariyanto
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 10 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
B. Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan bapak Deni Hariyanto, biasanya yang melaksanakan prosesi tradisi Brokohan dalam ritual mendhem (mengebumikan ari-ari) adalah dukun bayi. Waktu pelaksanaan tradisi brokohan yaitu pada sore hari setelah bayi lahir. Begitu bayi sudah dibawa pulang dari bidan atau rumah sakit. Prosesi brokohan ini dilakukan saat bayi berusia satu hari. Tetapi jika bayi lahir pada pagi hari maka pelaksanaan tradisi ini dimulai saat itu juga sampai siang hari. Waktu pelaksanannya berdasarkan waktu kelahiran bayi tersebut. Dalam
pelaksanaan
tradisi
brokohan,
masyarakat
senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk keluarga yang sedang berbahagia karena kehadiran anggota keluarga baru, mereka menyediakan makanan untuk sajian brokohan seperti nasi ambeng, jenang merah putih, jajan pasar dan ingkung.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Darti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 10 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
B. Hasil Wawancara Masyarakat muslim Jawa meyakini bahwa tradisi mendhem ari-ari termasuk salah satu hal yang patut diutamakan. Sebab, mengebumikan ari-ari dapat disamakan dengan mengubur orang yang meninggal. Dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sajian yang harus disediakan. Sajian untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan tidak sama. Untuk bayi laki-laki sajian yang digunakan adalah ayam betina yang belum pernah kawin, sedangkan untuk bayi perempuan sajiannya adalah ayam jantan yang belum pernah kawin. Perlengkapan yang harus disediakan dalam pelaksanaan mendhem ari-ari yaitu bunga 7 rupa atau kembang setaman, minyak wangi (baru), kunyit, garam (sebaiknya yang sudah mempasir), benang putih dan jarum jahit (benang sebaiknya satu gulung), kemiri, ikan asin, sirih yang digulung dan diikat dengan benang, uang logam recehan (beberapa keping), alat tulis (buku dan pensil), kertas (bertuliskan nama bayi, tanggal lahir, ama orangtua, Asmaul Husna dam Ayat Kursi). Dalam pelaksanaan tradisi ini, dihadiri oleh sanak saudara, pemuka agama, dukun bayi dan ibu-ibu yang merupakan tetangga sekitar. Sehingga secara tidak
langsung tradisi brokohan ini menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Siti Kholifatun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 11 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
B. Hasil Wawancara Dalam slametan brokohan ini hidangan yang biasanya disajikan dan harus ada yaitua Jenang abang putih. Jenang disini diartikan sebagai bubur. Warna abang putih memiliki arti agar anak ini kelak selalu ingat dan hormat kepada kedua orangtuanya. Nasi ambeng adalah berupa nasi putih yang diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di sekelilingnya. Lauk pauk dapat berupa perkedel, ikan asin, urap, telur rebus dan tempe goreng. Jajan pasar disini diartikan seperti kue-kue manis dan makanan ringan lainnya yang dibeli di pasar. Ingkung adalah satu ekor ayam jantan jawa utuh yang dimasak. Sedangkan perlengkapannya yaitu kembang brokohan, ini biasanya banyak dijual di pasar. Dan terdiri dari beberapa macam jenis bunga, daun sirih, kinang dan gambir. Hikmah yang dapat dipetik dari tradisi brokohan ini adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong-royong. Hal ini disebabkan slametan brokohan melibatkan banyak orang.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Mahmudi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 11 Juni 2015 Pukul 20.00 WIB
B. Hasil Wawancara Bentuk sajian dan perlengkapan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu. Slametan Brokohan biasanya dimulai dengan membaca doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Doa yang biasanya diucapkan dalam slametan brokohan yaitu QS. AlFatihah, QS. Al-Insyiroh, QS. Al Qadr, Doa Keselamatan, Shalawat Nabi. Setalah itu dilanjutkan dengan makan bersama hidangan yang telah didoakan dan disediakan oleh tuan rumah. Jika memungkinkan biasanya tuan rumah juga menyiapkan hidangan yang akan dibawa pulang para tamu dengan memasukkan hidangan ke dalam besek. Besek yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu. Tradisi brokohan merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang masih dilaksanakan di Dusun Kadipiro sehingga dengan dilaksanakannya tradisi ini, budaya dapat terus dilestarikan.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Sulimah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 12 Juni 2015 Pukul 13.00 WIB
B. Hasil Wawancara Setelah Slametan brokohan selesai, nasi brokohan dan kembang brokohan yang telah didoakan bersama-sama diletakkan di atas daun pisang dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian pertama diletakkan di bawah tempat tidur sang bayi dan si ibu baru, bagian kedua diletakkan di tempat pencucian ari-ari sang bayi, bagian ketiga diletakkan di tempat ari-ari di tanam. Hal ini dilakukan karena ketiga rangkaian prosesi brokohan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hikmah yang dapat diambil dari tradisi Brokohan adalah
ketakwaan
kepada
Allah
SWT.
Sebab,
dalam
pelaksanaannya, terdapat kegiatan doa bersama untuk mendoakan bayi dan ibu baru serta doa keselamatan untuk semua orang yang hadir. Selain itu, karena tradisi brokohan dilaksanakan setelah prosesi kelahiran bayi, maka tradisi ini dapat dikatakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran yang selamat.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Ratni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 13 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
B. Hasil Wawancara Biasanya sajian atau perlengkapan yang digunakan di dalam selamatan brokohan terbagi menjadi 2, yaitu kalangan biasa dan kalangan
menengah
ke
atas.
Untuk
kalangan
biasa
perlengkapannya seperti yang telah disebutkan di atas, sedangkan untuk kalangan atas selain perlengkapan tersebut di tambahkan pula perlengkapan lain yaitu kelapa, warna putih dari kelapa diyakini sebagai “sperma” atau benih laki-laki dari bapak. Gula Jawa,
warna merah, diyakini sebagai “sel telur” yaitu benih
perempuan dari ibu. Dawet, makna dari dawet yaitu, santan (sperma ayah), gula jawa (sel telur ibu) dan cendol (butir-butir kehidupan). Telur Bebek, makna
dari penggunaan telur bebek
adalah, kulit telur bebek berwarna biru. Sehingga telur bebek menggambarkan langit biru atau kuasa dari langit.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama
: Sarwiyani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 14 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB
B. Hasil Wawancara Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah hanya dilaksanakan oleh masyarakat yang beragama Islam. Hal ini dikarenakan
Tradisi
Brokohan
merupakan
kebiasaan
yang
dicontohkan oleh Rasululah SAW. Selain itu pada saat pelaksanaannya, di dalamnya terdapat pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan dipimpin oleh pemuka agama secara langsung. Tradisi Brokohan memiliki pengaruh positif bagi kehidupan bermasyarakat di Dusun Kadipiro, yaitu masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan selalu bersukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Salah satu hikmah dari tradisi Brokohan adalah kepedulian terhadap orang lain. Hal ini dapat dilihat dari pembagian nasi kedalam besek kepada orangorang yang hadir dan tetangga sekitar.
DOKUMENTASI
1. Perlengkapan Ritual Mendhem (mengebumikan) ari-ari
2. Ritual Mendhem (mengebumikan) ari-ari
3. Ritual Slametan Brokohan
4. Ritual Peletakan Nasi Brokohan