NILAI-NILAI PENDIDKAN ISLAM DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT JAWA DI DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan Islam Islam
Oleh : MOCH. AGUS HARIYANTO NIM. 11107062 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDKAN ISLAM AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Moch. Agus Hariyanto
NIM
: 11107062
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidkan Islam Agama Islam
Judul
: Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Tahun 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 16 September 2011 Pembimbing
Drs. Juz’an, M.Hum NIP. 19611024 198903 1 002
PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Moch. Agus Hariyanto
NIM
: 11107062
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidkan Islam Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16 September 2011 Yang menyatakan,
Moch. Agus Hariyanto
MOTTO
“ Jika ingin menuai benih kebahagiaan maka tebarkanlah benih kebaikan, kita mulai dengan menanam kebaikan mencabut rumputrumput ketamakan, benci dan iri hati, menyiraminya dengan kerendahan hati dengan memberi pupuk perilaku yang berbudi ” “Tetaplah semangat dan optimis dalam menjalani kehidupan ”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Tuhan Yang Maha Esa Untuk Bapak dan Ibuku Suratin dan Suprihati yang slalu memberikan do‟a Kedua adik ku Ely Ismawanti Dosen pembimbingku Drs. Djuz‟an, M.Hum. Sahabat-sahabatku Eko di savanna.com, Slamet, Tafrikan, Aan Gembus
KATA PENGANTAR
Bismillahir rahmanir rahim Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus. Skripsi yang berjudul “ Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Tahun 2011 ” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidkan Islam Islam( S.PdI ) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan Bagaimana bentuk prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang, nilai-nilai Pendidkan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa tersebut Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Yang terhormat Ketua STAIN Salatiga Bpk. DR.Imam Sutomo, M.Ag 2. Yang terhormat Bpk. Drs. Djuz‟an, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. yang terhormat Dra. Siti Asdiqoh, M.Si yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi masukan dan nasehat kepada penulis. 4. Ayahku tercinta Bpk. Suratin dan Ibuku tersayang Ibu Suprihati yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spi
5. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, khususnya Eko di savanna. com, Bpk Heri kepdes Dadapayam, Edi, Agus yusuf, Andi, REMAS At-Taqwa, Bpk Solikhin di SMK N 2 Salatiga, Anis seperti dulu dan Teman-teman seperjuangan yang tidak tersebut namanya satu persatu. Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan mendaptakan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak dikemudian hari. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.ya rabbal „alamin Salatiga, 16 September 2011 Penulis
Moch. Agus Hariyanto NIM 11107062
ABSTRAKSI
Hariyanto, Moch.Agus.2011. Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidkan Islam Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang, Apa nilai-nilai Pendidkan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa tersebut. Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari ananlisa data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi. Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap tradisi Adat Jawa di Desa Dadapayam relatif normal. Tradisi Pernikahan Adat Jawa merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan menurut warga masyarakat Dadapayam banyak sekali manfaatnya bagi perubahan hidup masyarakat juga merupakan sarana untuk memohon kesejahteraan agar Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rejeki dan keselamatan kepada masyarakat Nilai Pendidkan Islam dalam tradisi Pernikahan Adat Jawa adalah simbolik manusia dalam menjalani kehidupan sesuai norma yang berlaku serta menunjukan sikap yang harmonis tanpa memandang status sosial, karena dihadapan Tuhan semua manusia adalah sama. Nilai sosial pada Pernikahan Adat Jawa adalah bahwa perayaan tradisi tersebut akan mendatangkan suatu pengaruh yang kuat berkenaan dengan kehidupan sosial budaya. nilai religius pada tradisi Pernikahan Adat Jawa adalah untuk lebih meningkatkan Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diiberi berkah serta pertolongan di masa sekarang dan akan datang.
DAFTAR INFORMAN
1. Bapak Heri Purnomo Kepala Desa Dadapayam 2. Bapak Sri Darwati Tokoh Adat 3. Bapak Sulastri Tokoh Adat 4. Bapak Abdul Hadi Tokoh Agama 5. Bapak Sayudi Tokoh Agama 6. Bapak Suwarno Tokoh Agama 7. Bapak Nur Ahmadi Tokoh Pendidkan Islam 8. Bapak Ridwan Tokoh Agama 9. Bapak Bahri Tokoh Masyarakat 10. Bapak Mustain Tokoh Agama 11. Bapak Prayetno Tokoh Masyarakat 12. Bapak Muh. Anwar Tokoh Agama
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii KATA PENGANTAR .........................................................................................viii ABSTRAK ............................................................................................................. x DAFTAR INFORMAN ....................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Metode Penelitian ........................................................................... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 8 2. Kehadiran Peneliti .................................................................. 10 3. Lokasi Penelitian .................................................................... 10 4. Sumber Data ........................................................................... 10 5. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 11 6. Analisis Data .......................................................................... 13 7. Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 15 8. Tahap-tahap Penelitian ........................................................... 15 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prosesi Pernikahan Adat Jawa ……………………………….... 18 1.
Pengertian Pernikahan Adat Jawa…………………………. 18
2.
Tujuan Pelaksanaan Pernikahan Adat Jawa ………............. 18
3.
Prosesi Pernikahan Adat Jawa …………………………….. 20
B. Pendidkan Islam ……………………………………………….. 38 1.
Pengertian Pendidkan Islam ……………………………….. 38
2.
Dasar dan Tujuan Pendidkan Islam ……………………… . 40
3.
Unsur-unsur Pendidkan Islam ………………………………41
4.
Tri Pusat Pendidkan Islam …………………………….........42
5.
Bentuk-bentuk Pendidkan Islam ……………………………45
C. Hubungan antara Prosesi Pernikahan Adat Jawa dengan Pendidkan Islam …………………………………………………46 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Lokasi Penelitian………………………………………..47 1. Kondisi Sosial Kemasyarakatan …………………………….47 2. Kondisi Sosial Pendidkan Islam Masyarakat………………..48 3. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat……………………..51 4. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat………………………....51 B. Gambaran Lokasi Penelitian berdasarkan data Monografi …… 54 C. Temuan Penelitian …………………………………………… 1. Bentuk-bentuk prosesi pernikahan adat Jawa di desa
57
Dadapayam Kec. Suruh, Kab. Semarang …………….……..57 2. Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Tahun 2011 ………………………………………………… 67 BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………68 BAB V PENUTUP …………………………………………………………… 84 A. Kesimpulan ……………………………………………………...84 B. Saran …………………………………………………………… 87 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu bergaul dengan manusia lainnya, baik dalam rangka memenuhi kebutuhan lahiriah maupun batiniah. Hal ini merupakan bagian dari kebutuhankebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan juga keamanan. Oleh karena itu, antara melanjutkan keturunan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling memerlukan dan menimbulkan kelompok
ketergantungan
sehingga akan
yang saling berhubungan. Sebagai
makhluk
berbudaya dengan biologisnya manusia mengenal adanya perkawinan. Melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya. Dari status sendiri menjadi status berkeluarga dan oleh masyarakat diperlakukan sebagai anggota masyarakat secara penuh. Perkawinan
adalah
suatu
peristiwa
yang
secara
formal
mempertemukan sepasang mempelai atau sepasang calon suami-istri di hadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu. Kebanyakan orang hanya mengenal prosesi pernikahan yaitu siraman dan midodareni, padahal ada beberapa rangkaian prosesi lain yang tak kalah pentingnya, walaupun terkesan ribet dan njelimet.
Bagi orang Jawa adat dan budaya, perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan, yang dilaksanakan secara terhormat dan mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara tersebut biasanya diselenggarakan secara khusus dan disertai penuh kenikmatan. Masyarakat Jawa juga menggunakan benda-benda maupun tingkah-laku yang mempunyai kaitan makna khusus yang tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya itu bertujuan untuk menyatakan agar kedua pengantin senantiasa selamat dan sejahtera dalam mengarungi kehidupan bersama, terhindar dari segala rintangan, gangguan, dan malapetaka. Adat istiadat dan budaya inilah yang saling mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Jawa. Mereka hidup secara berdampingan dan penuh toleransi dengan peradaban yang berbeda-beda. Kita dapat melihat pada masyarakat Jawa yang saling bahu membahu untuk dapat lancarnya acara pernikahan. Orang Jawa juga slalu dikaitkan dengan Mistisisme. Menurut Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:749), “Mistisisme adalah ajaran yang menyatakan ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal manusia yang bersifat gaib. Meskipun tidak seluruhnya anggapan ini benar. Hal semacam ini dimaknai oleh masyarakat Jawa untuk mawas diri agar hidup itu selaras dengan alam, lingkungan bahkan kepada mahluk gaib yang ada di sekeliling kita. Orang Jawa melihat bahwa kebudayaan beserta adat istiadatnya itu merupakan rasa cinta manusia terhadap sang pencipta.
Menurut Koentjaraningrat (1984:5), “Kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia”. Wujud pertama sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto, wujud kedua bersifat tentang pola tingkah laku manusia dan bisa diobservasi, difoto dan didokumentasi. Sedangkan wujud ketiga adalah merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat, hal ini berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba.
Walaupun
demikian
masyarakat
Jawa
cenderung
mengaplikasi keyakinan ke arah mistis. Lain halnya dalam kehidupan masyarakat di desa Dadapayam kec. Suruh kab. Semarang, dari beberapa warga tidak menjalankan prosesi pernikahan adat Jawa yang sudah ada di masyarakat setempat, mereka beranggapan bahwa prosesi seperti itu sangat merepotkan dan terlalu banyak biaya. Sehingga faktor yang mempengaruhi mereka untuk tidak menjalankan adat tersebut karena kurang kesadaran dari pribadi, Pendidikan Islam yang rendah dan tidak adanya usaha untuk melestarikan budaya bangsa yang telah turun temurun.
Prosesi pernikahan adat jawa tersebut dimulai dengan acara siraman, yang dilakukan sebagai proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sebelum ijab kobul. Kemudian siraman oleh pemaes (penghias) yang dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Menginjak malam acara dilanjutkan dengan midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara yang dilakukan dirumah kediaman perempuan ini diadakan acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kobul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemua dengan pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan rangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Balangan Suruh, yaitu melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih akan kestiaannya berdua. 2. Wiji Dadi, mempelai laki-laki menginjak telor ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan membasahi kaki sang suami dengan air bunga. Proses seperti ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. 3. Pupuk, Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu lakilaki sebagai pertanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarganya. 4. Sinduran,
artinya
disini
berjalan
perlahan-lahan
dengan
menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarganya.
5. Timbang, kedua mempelai di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya. 6. Kacar-kucur, yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. 7. Dahar
Klimah,
saling
menyuapi
satu
sama
lain
yang
melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maun senang. 8. Mertui, orang tua mempelai perempuan menjemput orang tua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. 9. Sungkeman, kedua mempelai memohon doa restu dari kedua orang tua. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “ Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Tahun 2011”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang? 2. Apa nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan sebagai berikut: 1
Untuk mengetahui bentuk prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang
2
Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di masyarakat Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang
D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian, diharapkan nantinya dapat berguna yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah, Hasil penelitian ini dapat berguna untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di Indonesia. 2. Bagi Masyarakat, Sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan masyarkat agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan orangorang Jawa yang ada sampai saat ini.
3. Bagi STAIN Salatiga, Untuk memperkaya perbendaharaan perpustakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman, penulis akan mengartikan beberapa kata yaitu: 1. Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) Yang penting atau berguna bagi kemanusiaan 2. Menurut Tim Dosen FIP(1998:02) menyatakan: Pendidikan Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untu membina kepribadianya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan menurut Sudirman Dkk (1991:04), “Pendidikan Islam berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. 3. Prosesi adalah arak-arakan, prosesi, pawai 4. Pernikahan adalah ketetapan untuk seorang laki-laki dan permpuan yang telah memenuhi syarat nikah untuk membentuk sebuah keluarga. 5. Adat Jawa adalah kebiasaan, peraturan yang dilakuakan oleh masayarakat Jawa
Jadi yang di maksud Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa adalah nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa sehingga mampu menjadikan manusia untuk lebih dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih baik untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. F. Metode Penelitian Metode penelitian di bagi menjadi delapan tahap, yaitu: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini penulis menitikberatkan pada “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di desa Dadapayam
Kecamatan
Suruh
Kabupaten
Semarang”,
dengan
menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Dengan demikian, “ Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic
atau
dengan
cara-cara
lain
dari
kualifikasi
(pengukuran)”(Djuanidi Ghani,1997:11). Dalam pendekatan kualitatif ini semua data diperoleh dalam bentuk kata-kata lisan maupun tulisan yang bersumber dari manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2000:4-8) menyatakan Ciri-ciri pendekatan kualitatif sebagai berikut: a. Mempunyai latar alamiah b. Manusia sebagai alat
c. Memakai metode kualitatif d. Analisa data secara induktif e. Lebih mementingkan proses daripada hasil f. Penulisan bersifat deskriptif g. Teori dari dasar (grounded thory) h. adanya “batas” yang ditentukan oleh “focus” i.
Adanya khusus untuk keabsahan data
j.
Desain yang bersifat sementara
k. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Untuk memperoleh data tentang “ Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang” diperlukan pengamatan yang mendalam. Oleh karena itu, kegiatan tersebut melalui pendekatan kualitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif. Menurut sumadi Suryabrata (1998:19), ” Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan)
mengenai
penelitian deskriptif
situasi
kejadian-kejadian”.
Sedangkan
tujuan
menurut Husain Umar (1999:29), ” Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat researh dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu”. Berdasarkan
pendapat
diatas,
pendekatan
kaulitatif
ini
dimaksudkan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang ada pada
saat penelitian berlangsung, yaitu tentang ” Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang”. 2. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen lengsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Sebuah desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Uniknya para warga masih melestarikan adat Jawa didalam pernikahan, hal ini juga menjadi alasan penulis untuk mengadakan penelitian di desa tersebut. 4. Sumber Data Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy Moleong (2000:112), ” Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari informan yang dianggap penting, selain itu data juga dihasilkan dari
dokumentasi yang menunjang. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kata-kata atau Tindakan Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain datadata tersebut berupa keterangan dari para informan dari beberapa pihak diantaranya: Pejabat desa, Tokoh Agama dan masyarkat yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan. b. Data Tertulis (Dokumentasi) Data yang berbentuk tulisan diperoleh dari pejabat desa dan dokumen-dokumen lain yang tentunya masih berkaitan dengan subjek penelitian. c. Foto Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh beberapa foto tentang ” Prosesi pernikahan adat Jawa yang ada di desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang”. 5. Prosedur Pengumpulan Data Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan seperangkat metode yang sesuai dengan objek dan karakteristik materal yang diangkat. Hal ini dimaksudkan agar sebuah metode penelitian rasional dan terarah maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini:
a. Observasi Menurut Hadari Nawawi (1990:100), “Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan percatatan secara
sisitematik
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”. Penulis berusaha mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari Jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.
Metode observasi digunakan untuk
mengamati Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Dadapayam, Suruh, Semarang. b. Wawancara atau Interviu Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Jadi, “Interviu adalah
usaha
mengumpulkan
informasi
dengan
mengajukan
pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula” (Hadari Nawawi, 1990:111). Ciri utamanya adalah kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dengan sumber informasi. Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa dari peneliti terhadap perangkat desa, para tokoh agama dan masyarakat di Desa Dadapayam, Suruh, Semarang.
c. Dokumen Dalam memperluas pengumpulan data, tehknik ini sangat dibutuhkan. Jadi, “Tehnik ini adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku berhubungan 1990:133).
tentang dengan Metode
pendapat, masalah ini
teori,
dalil/hukum-hukum
penyelidikan”(Hadari
digunakan
untuk
lebih
yang
Nawawi,
memperluas
pengamatan dan pengumpulan data terhadap sesuatu yang diselidiki oleh peneliti. 6. Analisis Data Menurut Noeng Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagi temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mancari makna”. Sedangkan Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001:192), “Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis”. Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:
a. Menetapkan fokus penelitian b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya d. Pengembangan
pertanyaan-pertanyaan
analitik
dalam
rangka
pengumpulan data berikutnya; dan e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, ” Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18). Dengan demikian,
penulis akan menunjukkan laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
ditentukan
dalam
menggunakan Kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Menurut Lexy J. Moloeng (2000:175-178) mengatakan, Pemeriksaan keabsahan data yaitu: a. Perpanjangan keikutsertaan b. Ketekunan pengamatan c. Triangulasi d. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi e. Analisis kasus negatif f. Kecakupan referensional g. Pengecekan anggota h. Uraian rinci i.
Auditing
8. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Tahap pra lapangan 1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian 3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: 1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian 3) Pencatatn data yang telah dikumpulkan c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan: 1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data d. Tahap penulisan laporan penelitian 1) Penulisan hasil penelitian 2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3) Perbaikan hasil konsultasi 4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian 5) Ujian munaqosah skripsi G. Sistematika Penulisan Dalam sistem pembahasan penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab yang berisi tentang keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti, penulis memberikan gambaran sebagai berikut: Adapun pembahasan dalam skripsi ini: Pada BAB I berisi Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah dan Metode Penelitian. Metode penelitian berisi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Pada BAB II berisi Kajian Pustaka, yang memuat: yang pertama adalah Prosesi pernikahan adat Jawa, Prosesi pernikahan adat Jawa itu sendiri mencakup: Pengertian pernikahan , Tujuan pernikahan, Bentuk –bentuk Prosesi pernikahan dan. Resepsi adat jawa. Pendidikan Islam, Pendidikan Islam itu sendiri mencakup: Pengertian Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, Unsur-unsur Pendidikan Islam, Tri Pusat Pendidikan Islam, Bentukbentuk Pendidikan Islam dan Hubungan antara Prosesi pernikahan dalam adat Jawa dengan Pendidikan Islam Pada BAB III berisi Paparan Data dan Temuan Penelitian yang mencakup: yang pertama tentang Kondisi Lokasi Penelitian yang meliputi kondisi social masyarakat, social pendidikan masyarakat, social keagamaan masyarakat dan kondisi social budaya masyarakat. Yang kedua adalah gambaran lokasi penelitaian berdasarkan data monografi. Yang ketiga adalah temuan penelitian tentang Bentuk –bentuk Prosesi pernikahan dan. Resepsi adat jawa. Sedangkan BAB IV berisi Pembahasan, BAB V berisi Penutup yang mencakup: Kesimpulan dan Saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prosesi pernikahan Adat Jawa 1. Pengertian pernikahan Hampir semua manusia mengalami satu tahap kehidupan yang namanya pernikahan. Dalam kutipan buku yang ditulis oleh Imam Sutardjo (2008:72),”Pernikahan merupakan sebuah fase peralihan kehidupan manusia dari masa remaja kemasa berkeluarga”. Menurut M.Hariwijaya (2004:1),” Pernikahan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa (laki-laki dan perempuan), menjadi sebuah keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama. Oleh karena itu pernikahan menjadi agung, luhur dan sakral”. Sedangkan menurut M.Afnan Chafidh (2006:88),” Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami istri dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan”. Jadi masyarakat Jawa sangat yakin bahwa dengan menikah manusia akan terhindar dari perzinaan dan hal ini merupakan suatu ibadah. 2. Tujuan pernikahan Orang Jawa sangat menjunjung tinggi nilai luhur budaya. Mereka juga menjalankan syariat yang diajarkan Agama tetapi untuk menentramkan batin dan mendekatkan diri pada Tuhan Sang Pencipta mereka
menjalankan tradisi yang diajarkan oleh para leluhur. Secara garis besar tujuan orang Jawa menikah yaitu: a. Sebagai ibadah Menurut Sulaiman (2003:45-47), ”Seseorang yang akan menikah harus mempunyai niat dan tujuan yang baik. Serta memiliki tanggung jawab yang besar”. Masyarakat jawa pada umumnya memandang pernikahan itu merupakan suatu keharusan jika orang itu sudah mempunyai niat dan mampu lahir dan batin. b. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi Masyarakat Jawa menganggap bahwa pernikahan merupakan suatu fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang. Seperti dikatakan oleh M. Hariwijya (2004:1),”Tujuan perkawinan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menyambung keturunan dalam naungan rumah tangga yang penuh kedamaian dan cinta kasih”. Dengan menikah sudah barang tentu manusia akan lebih hidup secara sistematis yang artinya memanfaatkan kehidupan ini sebaik-baiknya.
c. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur. Sasaran utama dari pernikahan di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Masyarakat Jawa memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. 3. Prosesi pernikahan adat Jawa Di Jawa Tengah, pernikahan merupakan ritual yang sangat penting sehingga sebelum diadakanya pesta perayaan pernikahan para keluarga dan kerabat sangat sibuk mempersiapkan segala kelengkapan dalam perayaang pernikahan tersebut. Upacara pernikahan merupakan kejadian yang sangat penting dalam suatu keluarga. Sudah berminggu-minggu sebelumnya keluarga mempelai wanita sibuk melakukan berbagai persiapkan untuk perayaan itu. Upacara ini bukan sekedar pesta, Tradisi seperti ini dianggap penting dan seolah-olah menjadi wajib oleh masyarakat Jawa dengan berbagai macam tujuan yang berbeda di seluruh Jawa Tengah. Jadi, “Semua kegiatan dilakukan oleh para kerabat, berbagai hidangan slametan, upacara siraman, upacara merias pengantin wanita (paes), perayaan midadareni pada malam menjelang hari pernikahan dan sebagainya, yang telah dideskripsi mengenai suatu pernikahan Di desa juga dijalankan pada pernikahan keluarga priyayi” (Koentjaraningrat, 1994:259). Agar upacara
berjalan mulus dan maksudnya dapat tercapai, Orang Jawa memberi sesaji kepada kekuatan tidak tampak yang ada di sekitar mereka. Inilah tahapan rangkaian prosesi dan resepsi upacara dalam pernikahan adat jawa: a. Tahapan Prosesi Pernikahan Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar, menentukan hari penentuan dan ijab qobul.seperti dikatakan oleh Sumarsono (2007:24-25) sebagai berikut: 1) Congkog Duta yang diutus menanyakan dan mencari informasi terhadap kondisi dan situasi calon besan, karena adanya rasa cinta dengan putrinya, yang sekarang akan dilamar. Tugas duta atau congkog yang utama ialah menanyakan apakah sekiranya anak putrinya masih single atau sudah ada pihak lain yang mengikat atau pepalang lain yang sudah menghadap ke sana. 2) Salar Utusan untuk minta jawaban dari pertanyaan pada waktu yang berlalu, dapat dilakukan oleh orang (duta) pertama atau orang lain. 3) Nontoni Acara dilakukan setelah pihak calon besan memberi lampu hijau artinya larnarannya diterima, pembicaraanbisa dilanjutkan. Di zaman sekarang acara nontoni ini dilakukan oleh orangtua sendiri
dengan mengajak saudara, bahkan calon pengantin prig ikut juga. Dalam acara ini calon pengantin putri secara tidak langsung "dipertontonkan" kepada calon mertua dan pengikutnya dengan cara menghidangkan minuman, atau diajak duduk bersama, sekaligus berkenalan dengan calon mertua dan peserta lain yang hadir. Dengan demikian hati orangtua dapat membaca secara hening tentang kepribadiannya, secara fisik dapat melihat tinggi rendah, raut muka, gerak-gerik dan lain-lain dari calon menantunya. 4) Nglamar Memantapkan pembicaraan serta menetapkan hari H, ten-tang rencana dan acara selanjutnya. Biasanya disertai wakil keluarga dan kerabat. Dalam acara ini diharapkan para pelaku yang ditugasi mampu menunjukkan sikap rendah hati, santun, meyakinkan, bahasa, sikap dan perbuatan yang mengesankan serta berbudi luhur yang bersusila. Setelah itu biasanya diadakan semacam ikatan dalam simbol-simbol tertentu yang terkenal dengan istilah peningset yang dipadukan dengan srah-srahan. 5) Srah-srahan Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir, untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti makna secara khusus, berupa cincin, seperangkat busana putri, perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
6) Peningsetan Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin. Tata cara pelaksanaan pemasangannya sesuai dengan adatyang berlaku yang penting ada saksi-saksinya. 7) Asok tukon Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan kepada keluarga pengantin putri. 8) Ijab Qobul Menurut Purwadi (2007:103-105), “Peristiwa paling penting dan paling utama sekaligus menjadi inti dari hajatan mantu adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan Naib dan para saksi dihadiri para pinisepuh serta para wali yang sudah disiapkan lahir batinnya di jauh waktu sebelumnya secara sacral”. Urutan acara pokok ijab qobul adalah sebagai berikut : a) Pembukaan b) Bacaan ayat suci al Qur'an dan Sariti Lawah c) Ucapan selamat datang d) Permohonan ijab dari keluarga calon pengantin putra e) Penerimaan dari keluarga calon pengantin putri f) Pelaksanaan ijab qobul oleh Naib g) Penyerahan mas kawin
h) Penandatanganan surat nikah i) Khotbah nikah dan doa j) Penutup Setelah ijab qobul selesai sebutan tidak lagi calon pengantin tetapi pengantin. Selanjutnya diadakan tasyakuran menyambut pengantin karena telah lulus melaksanakan akad nikah. Adapun I empat ijab qobul itu bisa di rumah calon pengantin putri dengan mendtangkan Naib yang disebut "ijab mudhun" atau "ijab ndongkel". Ada juga yang lebih praktis jika calon pengantin datang ke kantor KUA yang dikenal dengan "ijab munggah". b. Tahapan Resepsi Pernikahan Pada tahapan ini untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba saatnya. Sekurang-kurangnya ada lima atau enam tahapan: 1) Pasang Tratag dan Tarub Dengan pemasangan tratag lalu dilanjutkan dengan pasang tarub, pihak tuan rumah memberi tanda resmi adanya hajatan mantu kepada masyarakat. ” Tarub dibuat menjelang acara inti tiba. Karena banyak ragam yang harus dikemas berarti membutuhkan waktu agak panjang maka panitia dapat memperhitungkan kapan tarub akan dibuat, agar hasilnya dapat sempurna sehingga membuat suasana meriah tetapi tetap anggun. Ciri khasnya adalah dengan dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni dan barang-
barang lain tin tuk menambah suasana asri tarub tersebut ”(Sumarsono, 2007:28). 2) Kembar Mayang Dalam bukunya Sumarsono (2007:29) mengungkapkan, ”Dari kata "kembar" artinya sama dan "mayang" artinya bunga pohon jambe atau wring disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Pembuatannya biasanya diserahkan kepada sesepuh yang mengetahui akan hal itu. Benda-benda tersebut sekaligus untuk menghiasi panti/asasana wiwara digunakan dalam acara upacara panebusing kembar mayang dan pada waktu upacara panggih. Jika peresmian (pawiwahan) sudah selesai, biasanya kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut mempunyai maksud dan makna agar pengantin berdua selalu ingat asal-muasal hidup ini adalah dari bapak dan ibu sebagai perantara dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk membuat kembar mayang itu adalah sebagai berikut : a) Batang pisang panjangnya 2-3 nyari dua potong (untuk kembar mayang hiasan) biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. Adapun kembar mayang untuk tebusan, cukup 1,5 nyari saja juga dua potong. b) Bambu untuk penusuk (sujen) secukupnya. c) Janur kuning kurang lebih 4 pelepah.
d) Daun-daunan:
daun
kemuning,
beringin,
beserta
ranting-
rantingnya, daun apa-apa, daun girang, dan daun andong. e) Nanas dua buah, memilih yang sudah masak dan sama besarnya. f) Bunga melati, bunga kanthil dan bunga mawar merah putih. g) Kelapa muda dua buah dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tertumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar supaya kalau diletakkan tidak terguling, tetapi ada juga yang dibuatkan tiang penyangga tiga buah yang terbuat dari bambu”. 3) Pasang Tuwuhan (Pasren) Menurut Sumarsono (2007:29-31), ” Tuwuhan atau tumbuhtumbuhan yang melambangkan isi alam semesta. Dipasang di pintu masuk ke tempat peresmian atau tempat duduk pengantin. Petunjuk pembuatannya diserahkan kepada sesepuh yang dipercaya. Namun saat ini, seringkali diborongkan saja kepada dekorator, hanya pemasangan pertama dimulai oleh orang yang dituakan. Jenis tumbuhtumbuhan disesuaikan dengan keberadaan lingkungan setempat, sehingga antara tempat yang satu dan yang lain berbeda-beda, yang penting adalah harapan yang terkandung di dalamnya. Setiap jenis tumbuh-tumbuhan mengandung makna dan harapan. 1) Janur Harapannya pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Tuhan.
2) Daun keluwih Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin malah bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. 3) Daun beringin dengan ranting-rantingnya Diambil dari kata "ingin", artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu dapat terlaksana. 4) Daun alang-alang Mengandung arti agar dijauhkan dari segala halangan (alangan) aral yang melintang di sepanjang waktu. 5) Daun dadap serep Berasal dari suku kata "rep" artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. 6) Seuntai padi (pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin merunduk, diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya semakin ringan kaki dan tangannya selalu siap membantu sesamanya yang kekurangan. 7) Cengkir gadhing Air kelapa muda (banyu degan) adalah suci bersih, dengan lambang itu diharapkan cinta mereka tetap suci sampai di akhir hayat nanti.
8) Setundhun gedhang raja suluhan (setandan pisang raja) Semoga kelak mempunyai sifat-sifat seperti raja hambeg para marta mengutamakan kopentingan umum daripada kepenfingim pribadi. 9) Tebu wulung watangan (batang tebu hitam) Kemantapan hati (anteping kalbu) jika sudah mantap menjatuhkan pilihan "si dia" sebagai suami atau istri, diharapkan tidak tengok kanan-kiri lagi. 10) Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas) Tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan itu harapannya. 11) Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditabur di air dalam bokor) Harapannya hidupnya selalu cerah ibarat bunga di taman. Jenis atau macam tuwuhan itu dapat ditambah atau dikurangi tergantung kepada yang punya hajat mantu, tidak harga mati, yang penting mengandung makna dan arti”. 12) Siraman Alat dan perlengkapan selain uba rampe selamatan yang harus disiapkan adalah air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman terdiri dari mawar, melati, dan kenanga. Ditambahkan oleh Sumarsono (2007:31), ” Upacara siraman adalah sebagai persiapan lahir dan
batin bagi kedua talon pengantin sebelum menjalani upacara puncak perkawinan mereka”. 13) Adol Dhawet (Jual Dawet) Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapaknya. Pembeli para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rezeki yang datang. 14) Paes Paes atau rias dengan dipotong atau cukur, kerik, yaitu upacara, memotong rambut halus diatas kening (dikerik) yang dilakukan oleh juru paes. Istilahnya calon pengantin putri "dihalub-halubi", "dilakari", atau "dicengkorongi". Paes itu sesungguhnya mengandung makna luhur. Paes di tengah kening disebut "gajah". Binatang ini zaman dahulu adalah kendaraan para raja, maka diharapkan calon pengantin kelak memperoleh kedudukan luhur mulia.
Paes dekat paes gajah
disebut pengapit simbol sebagai biyung atau ibu, sedang simbol atau lambang bapak adalah paes panitis yang terletak dekat paes pengapit. Di dekat panitis, yaitu godhek keturunan.
mengandung arti
Setelah selesai di-halub-halubi calon pengantin lalu berdandan kemudian dipandu oleh juru rias menghadap para sesepuh dan pinisepuh serta para tamu lain untuk mohon doa restu. Sumarsono (2007:32-33) mengungkapkan,” Ada pula yang memberi makna gajah memiliki sepasang gading yang sama warnanya sama bentuknya, sama kuatnya. Selain memperindah penampilannya gading juga mempunyai fungsi untuk melindungi dari segala bahaya terhadap dirinya. Demikianlah bagi sepasang pengantin juga merupakan dua Wsatuan tunggal: tunggal cipta, tunggal rasa, dan tunggal karsa.
Dengan kesatuan hati dan
jiwanya diharapkan mampu mengatasi segala tantangan, godaan, dan hambatan dalam mengarungi samudra kehidupan di masyarakat. 15) Midodareni Sumarsono (2007:34) mengungkapkan, ” Midodareni dari asal kata "widodareni" (bidadari) lalu menjadi "midodareni" artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan upacara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara. Dalam dunia pewayangan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya. Dalam upacara ini dilangsungkan penebusan kembarmayang yang akan dijadikan sarana pawiwahan (pelantikan), pengantin berdua pada saatnya nanti”. Ditambahkan oleh Walter
L.W (1995:146), ” Ruangan kamar pengantin juga dihiasi bunga yang sangat harum”. 16) Selamatan (Selametan) Dengan mengundang para tetangga untuk
berdoa bersama
dalam rangka akan dilangsungkannya pawiwahan dan pahargyan pengantin pada waktunya nanti. Menurut tradisi tempat tertentu uba rampe selamatan terdiri dari sepasang tumpeng dilengkapi dengan nasi asahan. Ambengan beralaskan daun pisang raja, gudhangan, dan ingkung ayam. Setelah siap semuanya lalu didoakan oleh Rois dengan tijub mohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab qobul dan akad nikah. Selesai selamatan dilanjutkan tirakatan sekaligus menata ulang persiapan esok harinya dan atau menemani para pendekor, bahkan mungkin sudah ada para tamu yang datang untuk memberi doa restu. 17) Nyantri atau Nyantrik Menurut Danang Sutawijaya (2001:8), ” Yaitu datangnya calon pengantin pria beserta pengiringnya ke tempat calon pengantin putri. Pada tata cara ini diadakan upacara penyerahan dan penerimaan. Isi pokok penyerahan, yaitu calon pengantin putra mohon diijabkan”. Karena acara ijab
berlangsung esok
harinya maka calon pengantin putra ditempatkan di pemondokan bersama rombongannya, di rumah saudara atau tetangga atau di
hotel. Sebelum istirahat dipondokannya biasanya diadakan pertemuan perkenalan dengan sanak saudara atau sementara tamu yang kebetulan sudah hadir. 18) Upacara Panggih Menurut Sumarsono (2007:37-39), “ Banyak urut-urutan upacara yang harus dilakukan dalam acara ini jika memang dikehendaki, tetapi biasanya zaman sekarang hanya mengambil sepotong-potong saja sesuai dengan keadaan. Nama upacara, arti serta Nilai Pendidikan Islamnya adalah sebagai berikut : a) Liron kembar mayang Saling menukar kembar mayang antara calon pengantin putra dengan pengantin putri bermakna dan mempunyai tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. b) Gantal Daun sirih yang digulung kecil diikat benang putih ada dua macam, yaitu gantal putri disebut gondhang kasih dan gantal putra disebut gonthang tutor. Saling dilempar kepada pengantin yang satu dan yang lain dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu. c) Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d) Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor. e) Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). f) Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan berbahagia secara lahir batin. g) Masuk ke pasangan Bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. h) Sindur Sindur atau isin mundur artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Siap menghadapi tantangan hidup de ngan semangat berani karena benar seperti lambang warna kain sindur merah dan putih. Setelah melalui tahapan panggih seperti tersebut
di atas
pengantin diatar duduk di sasana riengga, di situ dilangsungkan tata adat Jawa. Acara ini pun bukan harga mati, tidak mengikat tergantung pada keadaan setempat :
1) Timbangan Upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat Bapak pengantin putri duduk di antara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, pengantin putri di kiri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masingmasing pengantin sudah seimbang”. 2) Kacar-kucur Menurut Imam Sutardjo (2008:82-85),” Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta. kelengkapannya. Mengandung makna kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya. Tetapi ada juga yang saling mengucurkan secara bergantian, ternyata pengaruh gender sudah masuk dalam upacara adat ini. 3) Dulangan Pengantin putra dan putri saling menyuapi. Mengandung kiasan laku memadu kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual)”. 19) Upacara Babak Kawah Menurut Danang Sutawijaya (2001:31-33),” Upacara ini khusus untuk kalangan keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung, ditandai dengan membagi harta benda dalam rupa kemasan yang berisi uang receh, beras kuning dan umbi-
umbian. Mengandung makna sebagai ungkapan syukur orangtua sudah dapat melaksanakan kewajibannya. Babak
artinya
membabat, sedang kazvah yaitu air ketuban yang keluar mengawali bayi lahir”. Babak kawak berarti membabat segala aral yang melintang yang menghadang di jalan pada awal perjalanan hidup dari pengantin. 20) Tumplek Punjen Dalam penjelasanya Sumarsono (2007:40), “Numplak artinya menumpahkan, punjen berbeda beban di atas bahu, Nilai Pendidikan Islamnya lepas sudah semua darma kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang punya hajat menantu terakhir (anak bungsu), berarti tidak akan bermenantu lagi. Pelaksanaannya membagi kantong-kantong kecil berisi uang receh, bumbu dapur, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak dan bunga setaman. fika dalam bokor masih bersisa, isinya hares ditumpahkan semua sampai habis. Maka tuntas sudah beban orangtua. Itulah Nilai Pendidikan Islamnya”. 21) Sungkeman Menurut
Purwadi
(2007:58-59),
“
Sungkeman
adalah
ungkapan bakti kepada orangtua, serta mohon doa restu. Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah menyentuh lutut orangtua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibunya
pengantin putra”. Pada waktu upacara Sungkeman keris pusaka yang dipakai oleh pengantin putra harus dilepas dahulu. 22) Kirab Menurut Sumarsono (2007:41-43), “ Ada dua macam jenis kirab, yaitu kirab kanarendran dan kirab hasatrian. Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedang setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan. Baik keluar maupun masuknya diawali oleh suba manggala, sementara di belakangnya berturut-turut adalah
satriya kembar, patah,
pengantin, pengamping (pengapit), juru rias, putri dhomas, para warga wandawa, besan, yang punya hajat, kakek-nenek (kalau masih ada). 23) Pahargyan / Pasamuan Sekurang-kurangnya ada tiga macam model: a) Cara "montoran" (acara selesai sehari) atau cara "climen" - Pagi pasang tarub sampai kurang lebih jam 11.00, - Dilanjutkan srah-srahan, - Ijab qobul, - Panggih bersamaan dengan panghargyan (tamu diundang tidak bersamaan dengan panggih) b) Pahargyan dengan ijab qobul dan panggih
Bila ijab qobul sudah terlaksana, maka pasangan pengantin lalu dibawa ke tempat istirahat masing-masing. Pengantin putra ke tempat istirahat putra, pengantin putri dibawa ke tempat istirahat putri. Mereka lalu mengenakan busana pengantin lengkap. Setelah selesai berbusana pengantin, maka pengantin putri lalu didudukkan di sasana rinengga menunggu pengantin putra datang. Begitu ada isyarat pongantin putra datang, maka pengantin putri menjemput dipintu sasana rinengga dan di situ panggih berlangsung dengan urutan acara sebagai berikut : - Pembukaan - Saling melempar gantal, menginjak telur, mencuci kaki, menginjak pasangan, terus menuju ke sasana rinengga Bacaan ayat suci al Qur'an - Sambutan selamat datang dari tuan rumah - Istirahat I - Sambutan dari wakil besan - Kirab kanarendran - Istirahat II - Kirab kasatriyan - Ular-ular - Doa penutup - Pengantin siap di tempat yang ditentukan menerima jabat tangan dari para tamu untuk berpamitan
c) Prasmanan Model ini disebut dengan pesta standing party, pesta berdiri, atau pesta adeg-adegan. Para tamu setelah berjabat tangan dengan pengantin dan kedua orangtua dari pengantin putra dan putri terus menuju ke tempat hidangan. Mereka kemudian bersantap secara santai tak terikat secara protokoler, dan dapat memilih tempat yang disukai”. B. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semakin banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu. Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, yang meliputi proses, cara dan juga perbuatan mendidik. (Depdiknas : 1993, 427). Menurut John Dewey yang dikutip oleh Abu Ahmadi (2001:69) “Pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia” Sedangkan Pendidikan Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba dihadapan khaliq-Nya. Dengan demikian fungsi utama Pendidikan Islam adalah mempersiapkan peserta didik sebagai generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ketengah masyarakat, sebagai akhir dari tujuan Pendidikan Islam. (Http://www.Pendidikan Islam.Net : Diakses 08 Juli 2011) Sedangkan
menurut
Marimba,
Pendidikan
Islam
merupakan
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani pada peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Ahmad Tafsir, 1990 : 6) Pengertian Pendidikan Islam itu sangat erat kaitannya dengan pengertian pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan Islam tidak dapat dilaksanakan tanpa ada pengajaran, dan pengajaran juga tidak akan berarti jika tidak diarahkan ketujuan Pendidikan Islam. Selain itu, Pendidikan Islam merupakan usaha pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut masalah citra dan nilai. Sedangkan pengajaran merupakan usaha mengembangkan kapasitas intelektual dan berbagai ketrampilan fisik. (Wiji Swr, 2006 : 23)
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Tujuan dari Pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Wiji Swr, 2006 : 32) Sedangkan tujuan dari Pendidikan Islam adalah membekali akal, dengan pemikiran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenai aqidah maupun hukum. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu dan membekalinya dengan pengetahuan. (Abdurrahman Al-Bagdadi, 1996) Menurut Abu Ahmadi (2001:99) ”Tujuan Pendidikan Islam ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Tujuan Pendidikan dalam GBHN tahun 1993 yang dikutip oleh Made Pidarta (1997:11) dalam GBHN itu dijelaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan sektor penusiandidikan ditujukan untuk
meningkatkan kualitas
manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, madiri, maju, tangguh, cerdas,
kreatif,
terampil,
berdisiplin,
beretos
kerja,
bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani-rohani.
profesional,
3. Unsur-unsur Pendidikan Islam Proses Pendidikan Islam melibatkan banyak hal yaitu: a. Subjek yang dibimbing (peserta didik). Menurut pengertian secara khusus, peserta didik dapat di artikan orang yang belum dewasa atau orang yang masih menjadi tanggungjawab pendidik (Sutari Imam Barnadib, 1982:39). Dalam hal ini Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah: 1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik. 2) Individu yang sedang berkembang. 3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. 4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri b. Orang yang membimbing (pendidik) Pendidik adalah tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnadib, 1982:38). Disisi lain Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Pendidikan Islam dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami Pendidikan Islamnya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan
Islam ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat. c. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan Pendidikan Islam. Pencapaian tujuan Pendidikan Islam secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat Pendidikan Islam. d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan Pendidikan Islam) e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi Pendidikan Islam) f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) g. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan Pendidikan Islam) 4. Tri Pusat Pendidikan Islam Faktor terpenting yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah lingkungan, meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap perkembangan kita, sebab bagaimanapun kita tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi pola pemikiran kita. Pada dasarnya lingkungan
mencakup lingkungan Pendidikan Islam, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses Pendidikan Islam(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan Pendidikan Islam. Secara umum fungsi lingkungan Pendidikan Islam adalah membantu kita dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya Pendidikan Islam yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan Pendidikan Islam yang optimal. a. Keluarga Keluarga merupakan lembaga Pendidikan Islam tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga Pendidikan Islam yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan Islam keluarga berfungsi: 1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak 2) Menjamin kehidupan emosional anak 3) Menanamkan dasar Pendidikan Islam moral 4) Memberikan dasar Pendidikan Islam sosial. 5) Meletakkan dasar-dasar Pendidikan Islam agama bagi anak-anak. b. Sekolah Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai
macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas Pendidikan Islam anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap Pendidikan Islam, diantaranya sebagai berikut; 1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 2) Sekolah memberikan Pendidikan Islam untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. 3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. 4) Di
sekolah
diberikan
pelajaran
etika,
keagamaan,
estetika,
membenarkan benar atau salah, dan sebagainya. c. Masyarakat Dalam konteks
Pendidikan Islam,
masyarakat
merupakan
lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan Islam yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari Pendidikan Islam sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh Pendidikan Islam tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam Pendidikan Islam yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan),
sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Jadi, Setiap pusat Pendidikan Islam dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan Pendidikan Islam, yakni: 1) pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya 2) pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan 3) pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan 5. Bentuk-bentuk Pendidikan Islam Bentuk-bentuk Pendidikan Islam meliputi prndidikan formal, nonformal, dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan Islam formal yang sering disebut Pendidikan Islam persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT. Pendidikan Islam nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan Islam informal adalah suatu fase Pendidikan Islam yang berada di samping Pendidikan Islam formal dan nonformal. Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisahpisahkan karena keberhasilan Pendidikan Islam dalam arti terwujudnya keluaran Pendidikan Islam yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.
C. Hubungan antara Prosesi pernikahan dalam adat Jawa dengan Pendidikan Islam Hubungan antara Ritual pernikahan adat Jawa dengan Pendidikan Islam sebagai berikut: 1. Dengan adanya prosesi pernikahan adat Jawa kita termasuk melestarikan budaya serta memberikan tranformasi kebudayaan baru yang belum dikenal oleh masyarakat 2. Prosesi pernikahan adat Jawa merupakan simbolik tentang peraturan yang harus dijalankan yang artinya manusia dalam kehidupanya harus mematuhi segala peraturan yang telah ada dari Tuhan juga peraturan dari lingkungan sekitar. 3. Salah satu sarana untuk menjaga warisan budaya agar tidak diklaim oleh para penjajah budaya 4. Menikah merupakan kewajiban bagi manusia maka harus dijunjung tinggi dan hal ini merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan YME.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi lokasi Penelitian Peneliti akan menyajikan beberapa kondisi yang menggambarkan tentang fenomena sosial di lokasi penelitian sebagai berikut: 1. Kondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Dadapayam Dalam
sistem
budaya
Jawa,
terdapat
tuntutan
untuk
meminimalisasi kepentingan-kepentingan yang bersifat individu, hal ini sesuai dengan sistem budaya Jawa yang didasarkan pada semangat komunal atau kebersamaan. Harga seseorang sangat ditentukan oleh keberadaan atau sumbangannya pada kepentingan-kepentingan sosial, atau keterlibatannya dalam menciptakan harmoni sosial. Begitu juga dalam masyarakat Dadapayam sebagai masyarakat
jawa, sangat
memperhatikan kepentingan bersama dari pada kepentingan individu dengan mewujudkan hidup yang rukun, saling tolong-menolong dan saling menghormati sehingga tercipta suasana yang sejahtera dan hidup harmoni. Orientasi pada kondisi rukun tersebut sebagai bagian penting dalam sendi budaya Jawa, oleh sebab itu masyarakat Dadapayam menganggap seseorang yang tidak rukun dengan lingkungan sosialnya disebut sebagai wong ora lumrah (orang abnormal). Selain pentingnya sikap hormat, masyarakat Dadapayam juga sangat
memperhatikan konsep tulung-tinulung (saling menolong)
sehingga dikenal adanya ungkapan utang budi atau berhutang kebaikan. Penilaian utang budi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan utang materi. Oleh sebab itu, utang budi menjadikan dorongan bagi orang Jawa sedapat mungkin membalas kebaikan seseorang yang telah berbuat baik kepadanya. Disamping itu, kondisi sosialnya masyarakat Dadapayam sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama Islam yang di sampaikan oleh tokoh agama setempat, hal ini terbukti dengan adanya implementasi nilai-nilai ajaran Islam dalam menjalani kehidupan mereka. Seperti, setiap minggu sekali bagi bapak-bapak diadakan tahlilan yang dalam pelaksanaannya digilir pada setiap rumah yang ada di masyarakat Dadapayam, begitu juga halnya bagi Ibu-ibu setiap seminggu sekali mengadakan yasinan. Kegiatan-kegiatan
tersebut
merupakan
wujud
dari
rasa
kebersamaan dalam social kemasyarakatan, sehingga dalam kehidupan mereka yang memang pada hakikatnya sebagai orang jawa dengan sikap yang terbuka juga melaksanakan nilai-nilai religius keagamaan dengan tujuan terciptanya suasana sosial yang harmonis. 2. Kondisi Sosial Pendidikan Islam masyarakat Desa Dadapayam Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang bersifat dinamis dalam pengembangan kehidupan masyarakat atau suatu bangsa, disamping itu Pendidikan Islam juga bisa mempengaruhi setiap pola pikir individu untuk mengembangkan kemampuan mental, fisik, emosi, sosial dan etikanya. Dengan kata lain Pendidikan Islam sebagai kegiatan
dinamis yang bisa mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu seseorang. Pendidikan Islam mengandung tujuan untuk mengembangkan kemampuan sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai warga masyarakat atau warga negara. Kegiatan Pendidikan Islam merupakan bagian integral dari kebudayaan, kemasyarakatan dan peradaban manusia di seluruh dunia. Kebutuhan akan Pendidikan Islam di era teknologi dan informasi merupakan suatu keharusan yang selalu ingin dipenuhi oleh setiap masyarakat. Dalam hal Pendidikan Islam inipun masyarakat desa Dadapayam juga merespon secara aktif, hal ini dibuktikan dengan kesadaran mereka untuk tidak tertinggal dalam memenuhi akan kebutuhan Pendidikan Islam. Mereka sadar bahwa Pendidikan Islam merupakan bekal berharga dalam mengarungi kehidupan untuk selalu lebih baik. Dari data yang di dapatkan berdasarkan buku data dasar profil desa Dadapayam tahun 2011, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Dadapayam secara kuantitas tergolong masyarakat yang masih dalam tahap perkembangan terhadap Pendidikan Islam, jadi tidak bisa dikatakan maju dan rendah akan tetapi dalam posisi yang sedang di dalam tingkat Pendidikan Islam. Hal ini dibuktikan dengan penduduk yang tamat Sekolah Dasar sebanyak 789 orang, penduduk tamat Sekolah lanjutan tingkat pertama sebanyak 449 orang, penduduk tamat sekolah
lanjutan tingkat atas sebanyak 255 orang.. Selain itu, sebagian masyarakat desa Dadapayam ada yang telah mengenyam Pendidikan Islam di akademi dan perguruan tinggi, ada sebanyak 55 orang yang telah menamatkan Pendidikan Islamnya di pergururan tinggi (yaitu antara Diploma-Sarjana). Dari data tersebut, kita bisa mengukur bahwasannya masyarakat yang menempuh tingkat Pendidikan Islam formal tidak ada setengah dari jumlah penduduk yang tinggal di desa Dadapayam, meskipun demikian masih banyak penduduk yang berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menjadikan anak-anaknya agar bisa menempuh Pendidikan Islam yang dicanangkan pemerintah (formal) maupun non formal. Dalam Pendidikan Islam yang bersifat non formal, masyarakat Dadapayam
Kecamatan
Pendidikan
Islam
Suruh
yang
Kabupaten
diarahkan
Semarang
kepada
melakukan
mereka
yang
mengkonsentrasikan diri pada kajian-kajian agama yang bersifat nonReguler (tidak menggunakan kurikulum pemerintah). Pendidikan Islam ini biasanya dilakukan di TPA dan dirumah Kyai atau ustadz yang ada di sekitar wilayah desa Dadapayam. Ada juga yang menyekolahkan anaknya ke luar kota dengan menempuh Pendidikan Islam sekolah formal disertai bertempat tinggal di pondok pesantren sehingga sekaligus juga dapat mengenyam Pendidikan Islam keagamaan (non-formal).
3. Kondisi Sosial Keagamaan Desa Dadapayam Sebagaimana desa-desa yang ada di pulau Jawa pada umumnya, desa Dadapayam merupakan desa yang penduduknya mayoritas menganut agama Islam. Dari data yang di peroleh, bahwa jumlah masyarakat yang memeluk agama Islam sebanyak 5.828 Orang, dan masyarakat yang memeluk agama Kristen (Protestan) hanya 17 orang. Sedangkan untuk agama Hindu 5 orang, sedangkan Budha dan katolik tidak memiliki pemeluk di desa Dadapayam. Sebagai masyarakat dengan penduduk mayoritas Islam, maka sangat wajar jika kegiatan kemasyarakatannya banyak diwarnai dengan kegiatan ke Islaman. Hal ini terlihat dengan adanya kelompok Majelis Ta‟lim (Yasinan maupun tahlilan) dengan anggota sebanyak 3.220 orang. Jadi, kondisi sosial keagamaan dalam masyarakat Dadapayam sangat diwarnai
dengan
unsur-unsur
ajaran
Islam,
karena
mayoritas
penduduknya beragama Islam. Terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat mewujudkan keselarasan dan kerukunan hidup dalam masyarakatnya maupun keagamaannya. 4. Kondisi Budaya masyarakat Desa Dadapayam Dengan memegang teguh rasa persaudaraan didesa Dadapayam para warga masih melaksanakan beberapa adat istiadat Jawa yang telah turun temurun. Mereka meyakini hal itu akan dapat mendekatkan setiap komponen masyarakat tanpa membedakan status sosialnya dan juga
sebagai simbolik agar kita selalu dapat mendekatkan diri pada Tuhan semesta alam. Salah satu contoh adat Jawa yang masih lestari adalah model prosesi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa. Hal ini tak lepas dari kendala sebagian masyarakat yang masih melaksanakan prosesi pernikahan adat Jawa sesuai adat Keraton dan ada pula yang secara sederhana. Kendala-kendala tersebut disebabkan oleh beberapa Faktor seperti factor ekonomi masyarakat (mengingat masyarakat terbagi 3 tingkatan: atas, menengah dan bawah) dan SDM masyarakat yang rendah (menganggap tradisi seperi itu ribet dan ketinggalan jaman). Orang Jawa menganggap Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu bergaul dengan manusia lainnya, baik dalam rangka memenuhi kebutuhan lahiriah maupun batiniah. Hal ini merupakan bagian dari kebutuhan-kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan juga keamanan. Oleh karena itu, antara melanjutkan keturunan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling memerlukan dan ketergantungan sehingga akan menimbulkan kelompok yang saling berhubungan. Sebagai makhluk berbudaya dengan biologisnya manusia mengenal adanya Pernikahan. Melalui Pernikahan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya. Dari status sendiri menjadi status berkeluarga dan oleh masyarakat
diperlakukan sebagai anggota
masyarakat secara penuh. Pernikahan
adalah
suatu
peristiwa
yang
secara
formal
mempertemukan sepasang mempelai atau sepasang calon suami-istri di
hadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu. Jadi, “ Pernikahan menjadi sebuah perlambang yang sejak dulu dibatasi atau dijaga oleh berbagai ketentuan adat dan dibentengi oleh kekuatan hukum adat maupun kekuatan hukum agama” (Kartini Kartono, 1997:17). Bagi masyarakat desa Dadapayam yang masih mempertahankan adat dan budaya, Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan yang dilaksanakan dalam suatu upacara yang terhormat serta mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara tersebut biasanya diselenggarakan secara khusus, menarik perhatian dan disertai penuh kenikmatan. Selain itu, upacara ini juga menggunakan benda-benda maupun tingkah-laku yang mempunyai kaitan makna khusus yang tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya itu menurut warga desa Dadapayam bertujuan untuk menyatakan agar kedua pengantin senantiasa selamat dan sejahtera dalam mengarungi kehidupan bersama, terhindar dari segala rintangan, gangguan, dan malapetaka. Islam sebagai agama yang universal (rahmatan lil’alamin), memiliki sifat mudah beradaptasi untuk tumbuh di segala tempat dan waktu. Hanya saja pengaruh lokalitas dan tradisi dalam kelompok suku bangsa, diakui atau tidak, sulit dihindari dalam kehidupan masyarakat muslim. Namun demikian, sekalipun berhadapan dengan budaya lokal di dunia, keuniversalan Islam tetap tidak akan batal. Hal ini menjadi indikasi
bahwa perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya tidaklah menjadi kendala dalam mewujudkan tujuan Islam, dan Islam tetap menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan. Islam lahir di tanah Arab, tetapi tidak harus terikat oleh budaya Arab. Sebagai agama universal, Islam selalu dapat menyesuaikan diri dengan segala lingkungan sosialnya. Penyebaran Islam tidak akan terikat oleh batasan ruang dan waktu. Di mana saja dan kapan saja Islam dapat berkembang dan selalu dinamis, aktual, dan akomodatif dengan budaya lokal. Kreativitas yang diberikan oleh Allah Ta‟ala kepada manusia telah memberikan variasi perilaku keagamaan yang berbeda-beda antara umat yang satu dengan yang lainnya. B. Gambaran Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Monografi Bagaimana kondisi dan keadaan lokasi objek penelitian sehingga terwujud akan adanya kesesuaian antara realitas sosial dengan data yang menggambarkan tentang kondisi yang terjadi di lapangan, maka perlu untuk dideskripsikan profil objek penelitian berdasarkan data monografi desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2011 sebagai berikut: 1. Luas Dan Batas Desa Luas wilayah desa atau kelurahan Dadapayam adalah 846,680 Ha. Adapun secara geografis, Desa Dadapayam berbatasan dengan beberapa desa atau kelurahan disekitanya. Hal ini bersumber pada Buku Data Dasar Profil
Desa/Kelurahan
Dadapayam
Kec.
Suruh
Kab.
Semarang,
Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Jawa tengah, 2011 yaitu:
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
3. Tingkat Pendidikan Islam Penduduk
(Badan
4. Prasarana Pendidikan Islam Formal
5. Jenis Bangunan Penduduk
6. Struktur Mata Pencaharian Penduduk
7. Jumlah penduduk berdasarkan Agama
8. Sarana Peribadatan
9. Sarana Transportasi
C. Temuan Penelitian
1. Bentuk-bentuk Prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Setelah terjun kelapangan di desa Dadapayam, Suruh, Semarang. Penulis menemukan perbedaan antara Prosesi dan Resepsi. Prosesi adalah acara dalam suatu pernikahan dari awal sampai akhir sedangkan Resepsi dalam suatu pernikahan adalah rangkain acara khusus untuk pengantin dari acara Ijab Qobul sampai sungkeman serta Penulis menemukan Bentuk-bentuk Prosesi pernikahan adat Jawa beserta nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual tersebut yang dibagi menjadi beberapa tahapantahapan.
Inilah tahapan rangkaian prosesi dan resepsi dalam pernikahan adat jawa: a. Tahapan Prosesi Pernikahan Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar, menentukan hari penentuan dan ijab qobul. Seperti di jelaskan oleh SW wawancara pada tanggal 10 juli 2011 jam 09.30 wib sebagai berikut: 1) Congkog Seseorang yang diutus menanyakan dan mencari informasi terhadap kondisi dan situasi calon besan, karena adanya rasa cinta dengan putrinya, yang sekarang akan dilamar. 2) Nontoni Setelah pihak calon besan memberi lampu hijau artinya larnarannya diterima, pembicaraanbisa dilanjutkan. Dalam acara ini calon pengantin putri secara tidak langsung "dipertontonkan" kepada calon mertua dan pengikutnya dengan cara menghidangkan minuman, atau diajak duduk bersama, sekaligus berkenalan dengan calon mertua dan peserta lain yang hadir. 3) Nglamar Pada acara ini adalah memantapkan pembicaraan serta menetapkan hari H, ten-tang rencana dan acara selanjutnya. 4) Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir seperti cincin, seperangkat busana putri, perhiasan, makanan tradisional, buahbuahan, daun sirih, dan uang. 5) Peningsetan Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin. Tata cara pelaksanaan pemasangannya sesuai dengan adapt yang berlaku yang penting ada saksi-saksinya. 6) Asok tukon Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan kepada keluarga pengantin putri. 7) Ijab Qobul Peristiwa paling penting dan paling utama sekaligus menjadi inti dari hajatan manta adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan Naib dan para saksi dihadiri para pinisepuh serta para wali yang sudah disiapkan lahir batinnya di jauh waktu sebelumnya secara sakral. Ditambahkan oleh Bhr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 10.45 Wib, ” Ijab qobul merupakan peristiwa penting dalam hajatan. dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak”.
Setelah ijab qobul selesai sebutan tidak lagi calon pengantin tetapi pengantin. Selanjutnya diadakan tasyakuran menyambut pengantin karena telah lulus melaksanakan akad nikah. b. Tahapan Resepsi Pernikahan Pada tahapan ini untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba saatnya. Sekurang-kurangnya ada lima atau enam tahapan:
1) Pasang Tratag dan Tarub Setelah pemasangan tratag lalu dilanjutkan dengan pasang tarub, pihak tuan rumah memberi tanda resmi adanya hajatan mantu atau pernikahan kepada masyarakat. Tarub dibuat menjelang acara inti tiba. Menurut A.H wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 11.00 Wib, ” Pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Adapun cirri khas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warnawarni, dan kadang disertai dengan ubarampe”.
2) Kembar Mayang Dari kata "kembar" artinya sama dan "mayang" artinya bunga pohon jambe atau wring disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Pembuatannya biasanya diserahkan kepada sesepuh yang mengetahui akan hal itu. Menurut Sltr wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 13.00 Wib, ” Kembar
artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe yang Secara umum adalah lambang kebahagiaan dan keselamatan”. Jika peresmian (pawiwahan) sudah selesai, biasanya kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau la tit mempunyai maksud dan makna agar pengantin berdua selalu ingat asal-muasal hidup ini adalah dari bapak dan ibu sebagai perantara dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk membuat kembar mayang itu Menurut Sltr adalah sebagai berikut : a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. b. Bambu untuk penusuk (sujen), secukupnya. c. Janur kuning, dan pelepah. d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta rantingrantingnya daun girang dan daun andong. e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya. f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih. g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah
3) Pasang Tuwuhan (Pasren) Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta. Dipasang di pintu masuk ke tempat peresmian atau tempat
duduk pengantin. Petunjuk pembuatannya diserahkan kepada sesepuh yang dipercaya. Namun saat ini, seringkali diborongkan saja kepada dekorator, hanya pemasangan pertama dimulai oleh orang yang dituakan. Jenis tumbuh-tumbuhan disesuaikan dengan keberadaan lingkungan setempat, sehingga antara tempat yang satu dan yang lain berbeda-beda, yang penting adalah harapan yang terkandung di dalamnya. Menurut Syd wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 15.00 Wib, ” Setiap jenis tumbuh-tumbuhan mengandung makna dan harapan diantaranya: a. Janur. Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. b. Daun kluwih. Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. c. Daun beringin dan ranting-rantingnya. Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana. d. Daun dadap serep. Berasal dari suku kata oerep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. e. Seuntai padi (pari sewuli). Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat. g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja). Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. h. Tebu
wulung
watangan
(batang
tebu
hitam).
Bermakna
kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanankiri lagi. i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas). Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan. j. Kembang setaman. Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman”.
4) Siraman Menurut Swr wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 16.00 Wib, ” Untuk siraman yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga”. Upacara siraman ini sebagai persiapan lahir dan batin bagi kedua talon pengantin sebelum menjalani upacara puncak perkawinan mereka.
5) Midodareni Midodareni artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan upacara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara. Jadi, ” Midodareni adalah membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari” Menurut Rdw wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 10.00 Wib.
6) Upacara Panggih Banyak urut-urutan upacara yang harus dilakukan dalam acara ini jika memang dikehendaki, tetapi biasanya zaman sekarang hanya mengambil sepotong-potong saja sesuai dengan keadaan. Nama upacara, arti serta Nilai Pendidikan Islamnya Menurut Sltr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 13.00 Wib, adalah sebagai berikut : a) Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan
cipta,
rasa
dan
karsa
untuk
bersama-sama
mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. b) Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c) Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor. d) Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). e) Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin. f) Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. g) Sindur Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar”. Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantara duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu:
1) Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang. 2) Kacar-kucur Pengantin
putra
mengucurkan
penghasilan
kepada
pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya. 3) Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual).
7) Sungkeman Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orangtua, serta mohon doa restu. Menurut Sltr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 13.00 Wib, “ Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah menyentuh lutut orangtua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemu dian kepada bapak dan ibunya pengantin putra”.
Pada waktu upacara Sungkeman keris pusaka yang dipakai oleh pengantin putra harus dilepas dahulu. 2. Nilai-nilai Pendidkan Islam Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Dadapayam, Kec. Suruh, Kab. Semarang Tahun 2011 Secara umum nilai-nilai
yang terkandung dalam prosesi
pernikahan adat Jawa sebagai berikut: a. Memberikan pelajaran agar dalam mengarungi kehidupan itu harus berhati-hati jangan sampai menyimpang dari norma-norma yang ada. b. Membersihkan diri lahir dan bathin c. Melatih diri dalam membina kerukunan dan kekompakan rumah tangga agar senantiasa hidup berbahagia dunia akhirat d. Mentransfer Budaya baru atau pewarisan Budaya kepada generasi muda e. Syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan. f. Agar kita hati-hati dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari segala yang merugikan diri kita. g. Mampu menguatkan mental manusia untuk berkumpul bermasyarakat dan menjaga keharmonisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara Pejabat desa, Tokoh Agama dan masyarkat yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan dokumen yang ada. Mengacu pada fokus peneltian dalam skripsi ini, maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa. Setelah terjun kelapangan di desa Dadapayam, Suruh, Semarang. Penulis menemukan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa dihubungkan dengan kajian teori, maka hasilnya sebagai berikut: A. Bentuk-bentuk Prosesi dan Resepsi Pernikahan Adat Jawa 1. Tahapan Prosesi Pernikahan Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar, menentukan hari penentuan dan ijab qobul. Seperti di jelaskan oleh SW wawancara pada tanggal 10 juli 2011 jam 09.30 wib sebagai berikut:
1) Congkog Seseorang yang diutus menanyakan dan mencari informasi terhadap kondisi dan situasi calon besan, karena adanya rasa cinta dengan putrinya, yang sekarang akan dilamar. Nilai pendidikan Islamnya adalah amanah yang harus disampaikan dan dilaksanakan. 2) Nontoni Setelah pihak calon besan memberi lampu hijau artinya larnarannya diterima, pembicaraanbisa dilanjutkan. Dalam acara ini calon pengantin putri secara tidak langsung "dipertontonkan" kepada calon mertua dan pengikutnya dengan cara menghidangkan minuman, atau diajak duduk bersama, sekaligus berkenalan dengan calon mertua dan peserta lain yang hadir. Nilai pendidikan Islamnya adalah ta‟aruf dari kedua belah pihak serta mewujudkan keakraban. 3) Nglamar Pada acara ini adalah memantapkan pembicaraan serta menetapkan hari H, ten-tang rencana dan acara selanjutnya. Nilai pendidikan Islamnya adalah bukti kesungguhan seseorang dalam menjalankan sunah Rasul. 4) Srah-srahan Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir seperti cincin, seperangkat busana putri, perhiasan, makanan tradisional, buahbuahan, daun sirih, dan uang. Nilai pendidikan Islamnya adalah
membantu meringankan beban pihak pengantin perempuan dalam kebutuhan dalam resepsi nanti. 5) Peningsetan Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin. Tata cara pelaksanaan pemasangannya sesuai dengan adat yang berlaku yang penting ada saksi-saksinya. Nilai pendidikan Islamnya adalah menguatkan kedua pengantin agar tetap pada pendirianya. 6) Asok tukon Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan kepada keluarga pengantin putri. Nilai pendidikan
Islamnya
adalah
sikap
tolong
menolong
untuk
meringankan beban. 7) Ijab Qobul Peristiwa paling penting dan paling utama sekaligus menjadi inti dari hajatan manta adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan Naib dan para saksi dihadiri para pinisepuh serta para wali yang sudah disiapkan lahir batinnya di jauh waktu sebelumnya secara sakral. Ditambahkan oleh Bhr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 10.45 Wib, ” Ijab qobul merupakan peristiwa penting dalam hajatan. dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan
orang tua kedua belah pihak”. Nilai pendidikan Islamnya adalah sumpah setia sehidup semati. Setelah ijab qobul selesai sebutan tidak lagi calon pengantin tetapi pengantin. Selanjutnya diadakan tasyakuran menyambut pengantin karena telah lulus melaksanakan akad nikah. 2. Tahapan Resepsi Pernikahan Pada tahapan ini untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba saatnya. Sekurang-kurangnya ada lima atau enam tahapan: 1) Pasang Tratag dan Tarub Menurut A.H wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 11.00 Wib, ” Pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Adapun cirri khas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warnawarni, dan kadang disertai dengan ubarampe” Nilai Pendidikan Islamnya Memberikan informasi atau pertanda akan adanya suatu hajatan. 2) Kembar Mayang Menurut Sltr wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 13.00 Wib, ” Kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe yang Secara umum adalah lambang kebahagiaan dan keselamatan”. Barang-barang untuk membuat kembar mayang itu Menurut Sltr adalah sebagai berikut :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. b. Bambu untuk penusuk (sujen), secukupnya. c. Janur kuning, dan pelepah. d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta rantingrantingnya daun girang dan daun andong. e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya. f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih. g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah” Nilai Pendidikan Islamnya memperindah suatu tempat agar tamu merasa nyaman. 3) Pasang Tuwuhan (Pasren) Menurut Syd wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 15.00 Wib, ” Setiap jenis tumbuh-tumbuhan mengandung makna dan harapan diantaranya: a. Janur. Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. b. Daun kluwih. Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin dan ranting-rantingnya. Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudahmudahan selalu terlaksana. d. Daun dadap serep. Berasal dari suku kata oerep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. e. Seuntai padi (pari sewuli). Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan. f. Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat. g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja). Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. h. Tebu
wulung
watangan
(batang
tebu
hitam).
Bermakna
kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanankiri lagi. i.
Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas). Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j.
Kembang setaman. Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman”
4) Siraman Alat dan perlengkapan selain uba rampe selamatan yang harus disiapkan adalah air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman terdiri dari mawar, melati, dan kenanga. Ditambahkan oleh Sumarsono (2007:31), ” Upacara siraman adalah sebagai persiapan lahir dan batin bagi kedua calon pengantin sebelum menjalani upacara puncak perkawinan mereka”. Sedangkan Menurut Swr wawancara pada tanggal 11 Juli 2011 jam 16.00 Wib, ” Untuk siraman yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga” Jadi, antara teori dan temuan data dilapangan sama. Nilai Pendidikan Islamnya membersihkan diri dari segala bentuk dosa yang sudah dilakukan dimasa lalu dan menjalankan dengan kehidupan yang baru. 5) Adol Dhawet (Jual Dawet) Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapaknya. Pembeli para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Menurut N.A wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 09.00 Wib, ” Penjual dawet adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting”.
Upacara ini Nilai Pendidikan Islamnya adalah bentuk harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rezeki yang datang. 6) Paes Paes atau rias dengan dipotong atau cukur, kerik, yaitu upacara, memotong rambut halus diatas kening (dikerik) yang dilakukan oleh juru paes. Istilahnya calon pengantin putri "dihalubhalubi", "dilakari", atau "dicengkorongi".
Paes itu sesungguhnya
mengandung makna luhur. Paes di tengah kening disebut "gajah". Binatang ini zaman dahulu adalah kendaraan para raja, maka diharapkan calon pengantin kelak memperoleh kedudukan luhur mulia. Paes dekat paes gajah disebut pengapit simbol sebagai biyung atau ibu, sedang simbol atau lambang bapak adalah paes panitis yang terletak dekat paes pengapit. Di dekat panitis, yaitu godhek mengandung arti keturunan. Setelah selesai di-halub-halubi calon pengantin lalu berdandan kemudian dipandu oleh juru rias menghadap para sesepuh dan pinisepuh serta para tamu lain untuk mohon doa restu. Sumarsono (2007:32-33) mengungkapkan,” Ada pula yang memberi makna gajah memiliki sepasang gading yang sama warnanya sama bentuknya, sama kuatnya. Selain memperindah penampilannya gading juga mempunyai fungsi untuk melindungi dari segala bahaya terhadap dirinya. Demikianlah bagi sepasang pengantin juga
merupakan dua Wsatuan tunggal: tunggal cipta, tunggal rasa, dan tunggal karsa. Dengan kesatuan hati dan jiwanya diharapkan mampu mengatasi segala tantangan,
godaan,
dan hambatan dalam
mengarungi samudra kehidupan di masyarakat. Nilai Pendidikan Islamnya agar memperindah penampilan dan diberikan keselamatan dalam kehidupan. 7) Midodareni Sumarsono (2007:34) mengungkapkan, ” Midodareni dari asal kata "widodareni" (bidadari) lalu menjadi "midodareni" artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan upacara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara. Dalam dunia pewayangan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya. Dalam upacara ini dilangsungkan penebusan kembar-mayang yang akan dijadikan sarana pawiwahan (pelantikan),
pengantin berdua
pada saatnya nanti”. Ditambahkan oleh Walter L.W (1995:146), ” Ruangan kamar pengantin juga dihiasi bunga yang sangat harum”. Menurut Rdw wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 10.00 Wib, ” Midodareni adalah membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari” . Jadi, antara teori dan temuan data dilapangan banyak kesamaan. Nilai Pendidikan Islamnya adalah agar pengantin selalu berbahagia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
8) Upacara Panggih Menurut Sumarsono (2007:37-39), “ Banyak urut-urutan upacara yang harus dilakukan dalam acara ini jika memang dikehendaki, tetapi biasanya zaman sekarang hanya mengambil sepotong-potong saja sesuai dengan keadaan. Nama upacara, arti serta Nilai Pendidikan Islamnya adalah sebagai berikut : 1) Liron kembar mayang Saling menukar kembar mayang antara calon pengantin putra dengan pengantin putri bermakna dan mempunyai tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. 2) Gantal Daun sirih yang digulung kecil diikat benang putih ada dua macam, yaitu gantal putri disebut gondhang kasih dan gantal putra disebut gonthang tutor. Saling dilempar kepada pengantin yang satu dan yang lain dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu. 3) Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya. 4) Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
5) Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). 6) Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung
harapan
mudah-mudahan
keluarga
yang
mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan berbahagia secara lahir batin. 7) Masuk ke pasangan Bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. 8) Sindur Sindur atau isin mundur artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar seperti lambang warna kain sindur merah dan putih. Setelah melalui tahapan panggih seperti tersebut
di atas
pengantin diantar duduk di sasana riengga, di situ dilangsungkan tata adat Jawa. Acara ini pun bukan harga mati, tidak mengikat tergantung pada keadaan setempat : a)
Timbangan Bapak pengantin putri duduk di antara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, pengantin putri di kiri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin
putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang”. b)
Kacar-kucur Menurut Imam Sutardjo (2008:82-85),” Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta. kelengkapannya. Mengandung makna kaum pria bertanggung
jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
Tetapi ada juga yang saling mengucurkan secara bergantian, ternyata pengaruh gender sudah masuk dalam upacara adat ini. c)
Dulangan Pengantin putra dan putri saling menyuapi. Mengandung kiasan laku memadu kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual)”. Uaraian diatas sama persis dilapangan.
9) Sungkeman Menurut Purwadi (2007:58-59), “ Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orangtua, serta mohon doa restu. Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah menyentuh lutut orangtua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibunya pengantin putra”. Menurut Sltr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 13.00 Wib, “ Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah menyentuh lutut orangtua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada
bapak dan ibunya pengantin putra”. Nilai Pendidikan Islamnya adalah wujud penghormatan kepada kedua orangtua yang telah memberikan cinta kasihnya dari kecil hingga dewasa. 10) Kirab Menurut Sumarsono (2007:41-43), “ Ada dua macam jenis kirab, yaitu kirab kanarendran dan kirab hasatrian. Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedang setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan.
Baik keluar maupun
masuknya diawali oleh suba manggala, sementara di belakangnya berturut-turut adalah satriya kembar, patah, pengantin, pengamping (pengapit), juru rias, putri dhomas, para warga wandawa, besan, yang punya hajat, kakek-nenek (kalau masih ada). Sedangkan Menurut Sltr wawancara pada tanggal 12 Juli 2011 jam 13.00 Wib,” Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedang setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan”. 11) Pahargyan / Pasamuan Sekurang-kurangnya ada tiga macam model: a) Cara "montoran" (acara selesai sehari) atau cara "climen" -
Pagi pasang tarub sampai kurang lebih jam 11.00,
-
Dilanjutkan srah-srahan,
-
Ijab qobul,
-
Panggih bersamaan dengan panghargyan (tamu diundang tidak bersamaan dengan panggih)
b) Pahargyan dengan ijab qobul dan panggih Bila ijab qobul sudah terlaksana, maka pasangan pengantin lalu dibawa ke tempat istirahat masing-masing. Pengantin putra ke tempat istirahat putra, pengantin putri dibawa ke tempat istirahat putri. Mereka lalu mengenakan busana pengantin lengkap. Setelah selesai berbusana pengantin, maka pengantin putri lalu didudukkan di sasana rinengga menunggu pengantin putra datang. Begitu ada isyarat pongantin putra datang, maka pengantin putri menjemput dipintu sasana rinengga dan di situ panggih berlangsung dengan urutan acara sebagai berikut : -
Pembukaan
-
Saling melempar gantal, menginjak telur, mencuci kaki, menginjak pasangan, terus menuju ke sasana rinengga Bacaan ayat suci al Qur'an
-
Sambutan selamat datang dari tuan rumah
-
Istirahat I
-
Sambutan dari wakil besan
-
Kirab kanarendran
-
Istirahat II
-
Kirab kasatriyan
-
Ular-ular
-
Doa penutup
-
Pengantin siap di tempat yang ditentukan menerima jabat tangan dari para tamu untuk berpamitan
c) Prasmanan Model ini disebut dengan pesta standing party, pesta berdiri, atau pesta adeg-adegan. Para tamu setelah berjabat tangan dengan pengantin dan kedua orangtua dari pengantin putra dan putri terus menuju ke tempat hidangan. Mereka kemudian bersantap secara santai tak terikat secara protokoler, dan dapat memilih tempat (duduk) yang disukai”. B. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam prosesi pernikahan adat Jawa Secara umum nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa sebagai berikut: a. Memberikan pelajaran agar dalam mengarungi kehidupan itu harus berhati-hati jangan sampai menyimpang dari norma-norma yang ada. b. Membersihkan diri lahir dan bathin c. Melatih diri dalam membina kerukunan dan kekompakan rumah tangga agar senantiasa hidup berbahagia dunia akhirat d. Mentransfer Budaya baru atau pewarisan Budaya kepada generasi muda e. Syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.
f. Agar kita hati-hati dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari segala yang merugikan diri kita. g. Mampu menguatkan mental manusia untuk berkumpul bermasyarakat dan menjaga keharmonisan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan: Bentuk-bentuk prosesi pernikahan adat Jawa di desa Dadapayam, Suruh, Semarang beserta nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi dan resepsi pernikahan adat Jawa tersebut diantaranya: a. Tahapan Prosesi Pernikahan 1) Congkog Nilai pendidikan Islamnya adalah amanah yang harus disampaikan dan dilaksanakan. 2) Nontoni Nilai pendidikan Islamnya adalah ta‟aruf dari kedua belah pihak serta mewujudkan keakraban. 3) Nglamar Nilai pendidikan Islamnya adalah bukti kesungguhan seseorang dalam menjalankan sunah Rasul. 4) Srah-srahan Nilai pendidikan Islamnya adalah membantu meringankan beban pihak pengantin perempuan dalam kebutuhan dalam resepsi nanti. 5) Peningsetan
Nilai pendidikan Islamnya adalah menguatkan kedua pengantin agar tetap pada pendirianya. 6) Asok tukon Nilai pendidikan Islamnya adalah sikap tolong menolong untuk meringankan beban. 7) Ijab Qobul Nilai pendidikan Islamnya adalah sumpah setia sehidup semati. b. Tahapan Resepsi Pernikahan 1) Pasang Tratag dan Tarub Nilai Pendidikan Islamnya adalah menginformasikan kepada seluruh warga bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan 2) Kembar Mayang Nilai Pendidikan Islamnya adalah lambang kebahagiaan dan keselamatan dan Benda-benda tersebut sekaligus untuk menghiasi panti/asasana 3) Pasang Tuwuhan (Pasren) Nilai Pendidikan Islamnya adalah symbol agar ketika sudah menjadi keluarga nanti bisa hidup bahagia, panjang umur dan lancer rejekinya. 4) Siraman Nilai Pendidikan Islamnya adalah kesiapan pasangan lahir bathin dalam menempuh hidup baru
5) Adol Dhawet (Jual Dawet) Nilai Pendidikan Islamnya adalah sebuah harapan agar nanti pada saat resepsi banyak tamu dan rezeki yang datang 6) Paes Nilai Pendidikan Islamnya adalah Dengan kesatuan hati dan jiwa diharapkan mampu pengantin dapat mengatasi segala tantangan, godaan,
dan hambatan dalam mengarungi samudra kehidupan di
masyarakat 7) Midodareni Nilai Pendidikan Islamnya adalah dengan wajah cantik denagn rias ala pengantin merupakan wujud kebahagian karena akan menempuh hidup baru 8) Upacara Panggih Nilai Pendidikan Islamnya adalah bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan, semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor, Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan berbahagia secara lahir batin dan pantang menyerah atau pantang
mundur.
Siap
menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani. 9) Sungkeman Nilai Pendidikan Islamnya adalah ungkapan bakti kepada orangtua, serta mohon doa restu
10) Kirab Nilai Pendidikan Islamnya adalah memberikan contoh bahwa kehidupan itu banyak sekali yang dapat membuat bahagia. Maka kita harus bisa mepertahankan kebahagian itu B. Saran Diharapkan studi tentang Prosesi pernikahan adat Jawa perspektif Pendidikan Islam didesa Dadapayam, Suruh, Semarang ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada makna prosesi pernikahan adat Jawa perspektif Pendidikan Islam yang berupa Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi pernikahan adat Jawa tersebut. Untuk itu pengharapan penulis sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah bersama warga masyarakat
diharapkan terus
melestarikan kebiasaan orang-orang tua yang sudah turun-temurun sebagai sarana yang efektif bagi penduduknya untuk berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menimbulkan kesatuan. 2. Pelaksanaan bentuk tradisi yang ada di Desa Dadapayam, Suruh, Semarang bukan dilaksanakan guna menyimpang dari syariat Islam, melainkan sebagai sarana untuk pelestarian budaya adapt istiadat. Oleh karena itu warga masyarakat desa Dadapayam diharapkan mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam setiap tradisi. 3. Kewajiban bagi setiap generasi adalah untuk mempersiapkan generasi penerus lebih berkualitas, dan pada saatnya nanti generasi penerus benar-
benar siap mengambil alih dan meneruskan tugas serta peranan generasi sebelumnya 4. Saran kepada peneliti lain yang hendak meneliti obyek yang sama yaitu nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Prosesi pernikahan adat Jawa supaya mengambil tema yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah khasanah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. 1997. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa. Jakarta: PT.Pradnya Paramita Chafidh, Muhammad Afnan dan A. Ma‟ruf Asrori. 2006. Tradisi Islami Panduan Prosesi Kelahiran, Perkawinan dan Kematian. Surabaya: Khalista Ghani, Djunaidi. 1997. Dasar-dasar Pendidikan Kualitatif: prosedur, tehnik dan teori. Surabaya: PT.
Bila Ilmu
Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyartakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya Hariwijaya, Muhammad. 2004. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa. Yogyakarta: Hanggar Kreator Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Milles, Mattew B. dkk. 1992. Analisis data Kualitatif. Jakarta: PT. UI Press Moleong, Lely J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Muhadjir, Noeng.
1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin. Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Partokusumo, Karkono Kamajaya. 1995. Kebudayaan Jawa Perpaduanya dengan Islam. Yogyakarta: Ikatan Penerbit Indonesia Purwadi. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta:Panji Pustaka Sudirman Dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Sutardjo, Imam. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta:Universitas Sebelas Maret Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Yogyakarta: PT. Buku Kita Sutawijaya, Danang. 2001. Upacara Penganten Tatacara Kejawen. Semarang: PT. Aneka Ilmu Susetya,
Wawan.
2007.
Ular-Ular
Manten:
Wejangan
Perkawinan
Adat
Jawa.Yogyakarta: Narasi Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Sulaiman. 2002. Bekal Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press Syam, Muhammad Noor Dkk. 1988. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Tim Penyusun FIP. 1998. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Tim penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka Umar , Husain. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Moch. Agus Hariyanto
NIM
: 11107062
Tempat/Tgl.lahir
: Salatiga, 19 Desember 1988
Alamat
: Klaseman RT 09 RW 02 Salatiga
Pendidikan
:
1. TK Tarbiyatul Islam (1994-1996) 2. SD Negeri Mangunsari 03 (1996-2001). 3. SMP Negeri 05 Salatiga (2001-2004). 4. SMK Negeri 02 Salatiga (2004-2007)
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 11 Juli 2011
JAM
: 10.00 wib
Narasumber
: Sri Darwati
Penulis
: Pertama kali yang dilakukan menurut Ibu adalah Siraman. Apa Siraman itu dan kapan dilaksanakan?
Narasumber
: Siraman dilakukan sehari sebelum ijab kabul dan memiliki makna sebagai proses pembersihan jiwa raga. Ada 7 Pitulungan
(penolong) yang melalukan proses siraman, dalam artian ada 7 orang yang akan menyiram calon pengantin. Airnya merupakan campuran kembang setaman atau disebut Banyu Perwitosari, jika memungkinkan diambil dari 7 mata air. Diawali oleh orangtua calon pengantin, lalu diakhiri dengan sang calon pengantin memecahkan kendi.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 11 Juli 2011
JAM
: 11.00 wib
Narasumber
: Abdul Hadi
Penulis Narasumber
: Menrurut bapak apa maksud dari pemasangan tarub? : Pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Adapun cirri khas
tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna warni, dan kadang disertai dengan ubarampe.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 11 Juli 2011
JAM
: 12.00 wib
Narasumber
: Sulastri
Penulis
: Apa yang dimaksud Kembar mayang dan bagaimana bentuknya?
Narasumber
: Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru
Dewandaru, bentuknya sebagai berikut: h. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. i.
Bambu untuk penusuk (sujen), secukupnya.
j.
Janur kuning, dan pelepah.
k. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta Ranting-rantingnya, daun girang dan daun andong. l.
Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
m. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih. n. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah Penulis
: Adakah makna dibalik kembar mayang?
Narasumber
: Secara umum adalah lambang kebahagiaan dan keselamatan.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 11 Juli 2011
JAM
: 15.00 Wib
Narasumber
: Sayudi
Penulis
: Dari beberapa hiasan yang ada di Tuwuhan pasti mempunyai
makna, menurut bapak apa maksud dari dari Tuwuhan? Narasumber
:
k. Janur. Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. l.
Daun kluwih. Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
m. Daun beringin dan ranting-rantingnya. Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana. n. Daun dadap serep. Berasal dari suku kata oerep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. o. Seuntai padi (pari sewuli). Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya p. Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
q. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja). Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. r. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam). Bermakna kemantapan hati s. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas). Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. t. Kembang setaman. Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 11 Juli 2011
JAM
: 16.00 Wib
Narasumber
: Suwarno
Penulis
: Apa yang harus disiapkan dalam Siraman?
Narasumber
: Untuk siraman yang harus disiapkan berupa air bunga setaman,
yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 12 Juli 2011
JAM
: 09.00 Wib
Narasumber
: Nur Ahmadi
Penulis
: Apa yang dimaksud jual dawet ?
Narasumber
: Penjual dawet adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi
oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng).Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 12 Juli 2011
JAM
: 10.00 Wib
Narasumber
: Ridwan
Penulis
: Apa yang dimaksud midodareni?
Narasumber
: midodareni adalah membuat keadaan calon pengantin seperti
bidadari.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 12 Juli 2011
JAM
: 13.00 Wib
Narasumber
: Sulastri
Penulis
: Menurut ibu bagaimana tata urutan upacara panggih?
Narasumber
: Tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
h) Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk bersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. i) Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu. j) Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor. k) Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). l) Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin. m) Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
n) Sindur Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar. Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantara duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu: 4) Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang. 5) Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
6) Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Penulis
: Bagaimana cara sungkeman?
Narasumber
: Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah menyentuh lutut orangtua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian
kepada bapak dan ibunya pengantin putra Penulis
: Apa yang dimaksud kirab?
Narasumber
: Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedang setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 12 Juli 2011
JAM
: 09.00 Wib
Narasumber
: Bahri
Penulis
: Apakah simbolik sebuah tradisi itu ?
Narasumber
: Tradisi Jawa itu sangat luhur, semua ritual yang dilakukan adalah
wujud kehati-hatian dalam menjalani hidup
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 12 Juli 2011
JAM
: 14.00 Wib
Narasumber
: Muh. Anwar
Penulis
: Bagimana pendapat anda mengenai perkembangan adat Jawa?
Narasumber
: Adat istiadat Jawa sampai sekarang masih lestari walaupun ada sebagian wilayah Jawa, adat istiadat dari nenek moyang telah
dihapus dan berganti dengan gaya hidup yang serba modern. Saya meyakini Masyarakat Asli Jawa masih memegang teguh tradisi yang telah ada. Saya jadi membayangkan nasib budaya kita 10 tahun kedepan?kita tunggu saja. Tapi saya yakin ragam budaya yang ada di Indonesia tetap utuh sampai kapanpun.
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 15 Juli 2011
JAM
: 10.00 Wib
Narasumber
: Prayetno
Penulis
: Apa yang harus dilakukan agar adat istiadat budaya Jawa tidak
hilang? Narasumber
: Yang pertama dilakukan adalah Menjaga dan merasa memiliki
spenuh jiwa dan yang kedua adalah kita sebagai orang tua perlu mendidik para generasi muda agar cinta berbudaya dan melestarikanya . Menjaga disini dalam arti siap membela jika adat istiadat kita diklaim oleh bangsa lain
TRANSKIP WAWANCARA
TGL
: 18 Juli 2011
JAM
: 11.00 Wib
Narasumber
: Heri Purnomo
Penulis
: Bagimana pendapat anda jika adat budaya Jawa diklaim oleh
bangsa asing? Narasumber
: Wujud kecintaan kata terhadap bangsa ini. Maka yang harus kita lakukan adalah merebut kembali adat budaya tersebut. Kita siap berperang melawan kecurangan.