PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS IBADAH SISWA KELAS VI MI DADAPAYAM 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ARIFATUR ROHMAH NIM 12507038
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS IBADAH SISWA KELAS VI MI DADAPAYAM 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ARIFATUR ROHMAH NIM 12507038
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Arifatur Rohmah
NIM
: 12507038
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
: PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG IBADAH
TUA
TERHADAP
SISWA
KELAS
AKTIVITAS VI
MI
DADAPAYAM 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 22 Februari 2010 Pembimbing
Fatchurrohman, M. Pd. NIP. 19710309 200003 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Arifatur Rohmah
NIM
: 12507038
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guu Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 15 Februari 2010 Yang Menyatakan
Arifatur Rohmah
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
(6 : ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ َاﻣَﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَھْﻠِﯿﻜُﻢْ ﻧَﺎرًا )اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Q. S. At-Tahrim: 6)
PERSEMBAHAN 1. Kedua orang tuaku, Bapak Riyono dan Ibu Zahroh. 2. Suamiku tercinta, Mas Pras. 3. Saudara-saudaraku, Dek Lia dan Mas Anang. 4. Bapak Dosen Pembimbing, Bapak Fatchurrohman. 5. Teman-temanku, Elisa dan Itsna.
ABSTRAK
Rohmah, Arifatur. 2010. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Aktivitas Ibadah Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Fatchurrohman, M. Pd. Kata Kunci : pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah . Di era globalisasi ini, banyak orang yang terlalu mengabaikan aktivitas ibadah sehari-hari sebagai penentu kehidupan kelak di akhirat. Hal ini tentunya tidak luput dari bimbingan orang tua, terutama bimbingan keagamaan yang tentunya berbeda-beda pada setiap individu. Di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, peneliti melihat adanya perbedaan keaktifan dalam melaksanakan ibadah sehari-hari antara siswa yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian tentang adanya pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa di madrasah ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010?, (2) Bagaimana aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010? Dan (3) Apakah bimbingan keagamaan orang tua mempengaruhi aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Intensitas bimbingan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010, (2) Aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 dan (3) Pengaruh antara bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian populasi, dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Data diambil dengan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa data tentang bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 adalah dalam kategori baik, aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 juga dalam kategori baik. Keduanya ditunjukkan dengan skor hasil angket yang memperlihatkan bahwa rata-rata responden memperoleh skor yang cukup tinggi. Hasil yang diperoleh adalah terdapat korelasi positif dan signifikan antara bimbingan keagamaan orang tua dengan aktivitas ibadah siswa, yang mengindikasikan adanya pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Untuk itu, hendaknya perlu ditingkatkan lagi bimbingan keagamaan orang tua, agar nantinya aktivitas ibadah siswa bisa meningkat pula sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan berkah rahmat Allah SWT, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
skripsi
ini
yang
berjudul
“PENGARUH
BIMBINGAN
KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS IBADAH SISWA KELAS VI MI DADAPAYAM 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010”, untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasi dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Fatchurrohman, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi ini. 3. Ibu Siti Fatonah, S.Pd, selaku Kepala MI Dadapayam 01. 4. Ibu Hanifiyah, S. Ag., Bapak Abdul Kharis, S. Ag., Ibu Afridah, S. PdI., Bapak Wan Ali, Bapak Hisbullah Syarif, S. PdI., Ibu Himatul Aliyah, selaku guru-guru MI Dadapayam 01. 5. Bapak Riyono dan Ibu Zahroh, orang tuaku. 6. Suamiku, Dwi Prasetyo Budi Utomo.
7. Teman-teman seperjuanganku. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan untuk mengungkapkan rasa terima kasih melainkan do’a, semoga amal baiknya diterima dan diridhoi oleh Allah SWT sebagai amal saleh. Penulis menyadari di dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Cukilan,
Februari 2010
Penulis
Arifatur Rohmah
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i LEMBAR BERLOGO ............................................................................ ii HALAMAN JUDUL ............................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN............................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6 D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 6 E. Manfaat penelitian ................................................................. 7 F. Definisi Operasional .............................................................. 7 G. Motodologi Penelitian ........................................................... 10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 17 A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua ......................................... 17 B. Aktivitas Ibadah ..................................................................... 30 C. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Aktivitas Ibadah Anak ............................................................ 36 BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................ 38 A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MI Dadapayam 01 ........... 38 B. Letak Geografis ...................................................................... 39 C. Visi dan Misi MI Dadapayam 01 ............................................ 39 D. Struktur Organisasi ................................................................. 40 E. Keadaan Guru, Siswa, dan Orang Tua..................................... 43 F. Sarana dan Prasarana .............................................................. 48 G. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di MI Dadapayam 01 ... 50 H. Kondisi Sosial dan Budaya Orang Tua Siswa ......................... 53 BAB IV ANALISIS DATA ..................................................................... 54 A. Penyajian Data........................................................................ 54 B. Analisis Data .......................................................................... 75 BAB V PENUTUP .................................................................................. 80 A. Kesimpulan ............................................................................ 80 B. Saran ...................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 82 LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................... 83
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 99
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 ……………………………………………….…………. 43
Tabel 2
Keadaan Siswa MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010…...……………. 45
Tabel 3
Keadaan Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010………….. 45
Tabel 4
Keadaan Orang Tua Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 …………………………………………………………...47
Tabel 5
Hasil Angket untuk Orang Tua Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 …………………………………………54
Tabel 6
Orang Tua Mengerjakan Shalat Subuh jika Waktu Shalat Pukul 04.15…………………………………………………………. 55
Tabel 7
Orang Tua Mengqadha Shalat……………………………………… 56
Tabel 8
Orang Tua Berdo’a Setelah Shalat ………………………………… 57
Tabel 9
Yang Dilakukan Orang Tua saat Anak Bermain pada Waktu Shalat……………………………………………………….. 57
Tabel 10
Yang Dilakukan Orang Tua jika Anak Tidak Mau Shalat…………. 58
Tabel 11
Orang Tua Melaksanakan Shalat Berjamaah Bersama Anak………. 59
Tabel 12
Orang Tua Melaksanakan Shalat Berjamaah meskipun Sedang Bekerja……………………………………………………... 59
Tabel 13
Orang Tua Menyimak Anak Membaca Al-Qur’an Secara Rutin…... 60
Tabel 14
Orang Tua Membaca Al-Qur’an Secara Rutin Setiap Hari……….. 61
Tabel 15
Orang Tua Membiarkan Anak Melewatkan Waktu Membaca Al-Qur’an…………………………………………………………... 61
Tabel 16
Orang Tua Mengajarkan Anak Mengaji……………………………. 62
Tabel 17
Orang Tua Mengingatkan Anak untuk Mengaji…………………… 63
Tabel 18
Orang Tua Memantau Perkembangan Mengaji Anak……………… 63
Tabel 19
Orang Tua (Ibu) Mengenakan Jilbab di Rumah dan
saat Bepergian……………………………………………………... 64 Tabel 20
Hasil Angket untuk Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010…………………………………………………………... 65
Tabel 21
Siswa Melaksanakan Shalat Subuh jika Waktunya Tiba Pukul 04.15………………………………………………………..... 66
Tabel 22
Siswa Membaca Do’a setelah Melakukan Shalat………………….. 67
Tabel 23
Alasan Siswa Melakukan Shalat…………………………………… 67
Tabel 24
Yang Dilakukan Siswa jika Waktu Shalat Tiba saat Ia Bermain…... 68
Tabel 25
Siswa Tetap Melaksanakan Shalat meskipun Sakit………………... 68
Tabel 26
Siswa Mengqadha Shalat…………………………………………... 69
Tabel 27
Siswa Melakukan Shalat Berjamaah……………………………….. 70
Tabel 28
Orang yang Pertama Kali Mengajarkan Siswa Shalat Berjamaah…. 70
Tabel 29
Siswa Membaca Al-Qur’an Secara Rutin………………………….. 71
Tabel 30
Keyakinan Siswa akan Kebenaran Membaca Al-Qur’annya……… 71
Tabel 31
Siswa Mengaji Setiap Hari…………………………………………. 72
Tabel 32
Orang yang Mengajari Siswa Mengaji……………………………... 73
Tabel 33
Alasan Siswa Mengaji……………………………………………… 73
Tabel 34
Alasan Siswa saat Tidak Mengaji………………………………….. 74
Tabel 35
Siswa Menutup Aurat di Sekolah dan di Rumah…………………... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Bagan Struktur Organisasi MI Dadapayam 01………….. 41
Gambar 2
Bagan Struktur Organisasi Komite MI Dadapayam 01 … 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Observasi ...................................................... 85
Lampiran 2
Pedoman Dokumentasi ................................................. 86
Lampiran 3
Angket untuk Orang Tua............................................... 87
Lampiran 4
Angket untuk Siswa ...................................................... 91
Lampiran 5
Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................... 95
Lampiran 6
Lembar Bimbingan Skripsi ........................................... 96
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam syari’at Islam, dipahami oleh umat Islam bahwa setelah menjalani kehidupan di dunia manusia akan menjalani kehidupan di akhirat. Manusia adalah makhluk Allah SWT. Ia dan alam semesta bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah SWT (Daradjat, 2008: 1). Firman Allah SWT:
(40 : اﻟﻠﱠﮫُ اﻟﱠﺬِي ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﺛُﻢﱠ رَزَﻗَﻜُﻢْ ﺛُﻢﱠ ﯾُﻤِﯿﺘُﻜُﻢْ ﺛُﻢﱠ ﯾُﺤْﯿِﯿﻜُﻢْ )اﻟﺮوم Artinya: “Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu kembali (di akhirat).” (Q. S. Ar-Rum: 40). (Departemen Agama RI, 2003: 326) Di dunia, manusia mengalami masa-masa sesuai usianya untuk melakukan segala perbuatan yang terdapat konsekuensi di akhirat. Jika melakukan perbuatan baik akan mendapatkan pahala dan bila melakukan perbuatan buruk akan mendapatkan dosa. Umat Islam juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan mempercayai akan adanya surga dan neraka.
Firman Allah SWT:
(ﻣَﺎ أُرِﯾﺪُ ﻣِﻨْﮭُﻢْ ﻣِﻦْ رِزْقٍ وَﻣَﺎ56)ِوَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ اﻟْﺠِﻦﱠ وَاﻹِﻧْﺲَ إِﻻﱠ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُون (58)ُ(إِنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ھُﻮَ اﻟﺮﱠزﱠاقُ ذُو اﻟْﻘُﻮﱠةِ اﻟْﻤَﺘِﯿﻦ57)ِأُرِﯾﺪُ أَنْ ﯾُﻄْﻌِﻤُﻮن Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh. (Q. S. Adz-Dzariyat: 56-58). (Departemen Agama RI, 2003: 417-418) Di era globalisasi seperti saat ini, banyak masyarakat yang terlalu mengagung-agungkan keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), teknologi baru dan peralatan canggih buatan manusia. Memang hal tersebut tidak ada salahnya. Namun, yang patut disayangkan adalah, karena terlalu memburu kesemuanya itu masyarakat seringkali mengesampingkan hal penting yang seharusnya diutamakan, yaitu aktivitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari yang akan menentukan kelak nasibnya di akhirat. Hal ini tentunya tidak luput dari bimbingan keagamaan yang diperoleh, terutama dari orang tua, sebagai sebagai buaian tempat anak melihat cahaya kehidupan pertama. Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan anak dan pendidikan-pendidikan yang akan diterimanya di sekolah dan masyarakat (Marimba, 1989: 59). Mengingat besarnya pengaruh dari peran orang tua dalam pendidikan anak, seyogyanya setiap orang tua bisa menciptakan pergaulan yang sesuai dengan syari’at Islam. Berkaitan dengan hal ini, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi :
ِﻛُﻞﱡ ﻣَﻮْﻟُﻮْدٍ ﯾُﻮْﻟُﺪُ ﻋَﻠﻰَ اﻟﻔِﻄْﺮَةِ ﻓَﺎَﺑَﻮَاهُ ﯾُﮭَﻮﱢدَاﻧِﮫِ اَوْ ﯾُﻨَﺼﱢﺮَاﻧِﮫِ اَوْ ﯾُﻤَﺠﱢﺴَﺎﻧِﮫ Artinya : “Setiap anak dilahirkan itu telah membawa fitrah dengan beragama (perasaan percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.” (Abdullah, 2007: 24). Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa fitrah anak akan diisi baik ataupun buruk, hanya orang tualah yang paling bertanggung jawab dapat tidaknya sang anak yang mereka lahirkan itu menjadi baik. Begitu pula sebaliknya, sang anak pun akan menjadi tidak baik apabila orang tua menelantarkan anaknya dengan tidak memberikan pendidikan keagamaan. Terdapat banyak kasus di media massa ataupun di media elektronik, yang mana orang tua sudah memberikan pendidikan keagamaan kepada anaknya, tapi kenyataannya pada usia dewasa mereka berubah keyakinan dari jalan hidupnya masing-masing. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan dari orang tua terkait dengan masalah keagamaan perlu mendapatkan perhatian yang khusus dan ditanamkan dengan baik dari orang tuanya, terutama pendidikan yang seharusnya ditanamkan pada usia dini agar sang anak dapat memiliki pendirian yang kokoh dalam keagamaan. Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan keagamaan anak, sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya. Semua pengalaman yang dilalui anak sejak kecil, baik yang disadari maupun yang tidak disadari ikut menjadi unsur yang menyatu dalam kepribadian anak. Oleh karena itu, orang tua sebagai tempat pertama kali manusia mendapatkan pendidikan harus mengambil peran penting dalam pendidikan ini, dengan
mengajarkan mereka akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan tujuan yang sebenarnya dari pendidikan (Athiyah, 1990: 1). Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya dari fitrah sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, di mana lingkungan keluarga merupakan pihak yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perkembangan anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya (Daradjat,
1995:
41).
Keluarga
juga kerap
diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberikan kasih sayang. Keluarga merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber pendidikan nalar seorang anak, tempat ia menemukan tata nilai dan norma yang berlaku di masyarakat yang dilanjutkan dengan lingkungan masyarakat (www.tunas-cendekia.blogspot.com, 13 November 2009). Dari ketiga lingkungan tersebut dapat mempengaruhi serta dapat berperan aktif dalam aktivitas ibadah anak sebagai perwujudan insan beragama Islam. Sebagai contoh bimbingan keagamaan terhadap anak pada peserta didik yaitu terdapat di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang berdasarkan observasi penulis bahwa bimbingan keagamaan yang diterapkan di MI Dadapayam 01 tersebut yang notabene guru sebagai orang tua kedua, mereka sangat menekankan dalam bidang-bidang keagamaan. Hal itu juga tidak terlepas dari peran orang tua mereka sendiri yang berperan aktif dalam pendidikan anak, terutama yang berkaitan dengan masalah keagamaan, khususnya penekanan terhadap aktivitas ibadah mereka.
Dalam hal ini, penulis melihat adanya perbedaan keaktifan siswa dalam melaksanakan ibadah, yaitu ada sebagian siswa yang aktif mengaji dan ada pula yang tidak aktif mengaji, ada sebagian siswa yang aktif sholat berjamaah dan ada pula yang tidak aktif sholat berjamaah, dan ada siswa perempuan yang hampir selalu memakai jilbab dan ada pula yang tidak, ada siswa yang aktif membaca Al-Qur’an dan ada pula yang tidak Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti serta mengkaji lebih dalam lagi berkenaan dengan pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah seorang anak, dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Aktivitas Ibadah Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana intensitas bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 2. Bagaimana aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 3. Apakah bimbingan keagamaan orang tua mempengaruhi aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui intensitas bimbingan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006: 71). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh positif antara bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan follow up penggunaan informasi atau jawaban yang tertera/tertulis dengan jelas dalam kesimpulan penelitian (Arikunto, 2006: 61). Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan mampu menjadi referensi khususnya orang tua dalam melaksanakan bimbingan keagamaan pada anak sejak dini. 2. Salah satu bahan informasi ilmiah bagi orang tua sebagai penyelenggara pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya. F. Definisi Operasional Untuk
memperoleh
gambaran
yang
jelas
dan
menghindari
kesalahpahaman penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dijelaskan tentang istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian sebagai berikut: 1. Bimbingan Keagamaan Orang Tua Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”, yang berarti memberikan bantuan berupa mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir (Yusuf, 2008: 5). Keagamaan kata dasarnya adalah “agama” yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali (kepada Tuhan). Kata “agama” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Dan dalam penelitian ini, yang dimaksud penulis adalah agama Islam yang berarti agama yang mengimani satu Tuhan yaitu AllahSWT (www.wikipedia.co.id, 22 Maret 2010). Imbuhan ke-an dalam kata
“keagamaan” menyatakan hal yang disebut dalam kata dasarnya (Kusrini, 2008: 143). Jadi, keagamaan adalah hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah SWT dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bimbingan dalam hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah SWT dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut, yang mendorong anak atau siswa kelas VI MI Dadapayam 01 untuk rajin melaksanakan aktivitas ibadah sehari-hari. Orang tua adalah ayah ibu kandung (Sastrapraja, 1981: 470). Adapun orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah ibu kandung yang mempunyai peranan terhadap pendidikan keagamaan, terutama dalam hal ibadah dalam keluarga tanpa mengesampingkan guru dan pendidik lainnya. Jadi, bimbingan keagamaan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bantuan untuk mendorong anak atau siswa kelas VI MI Dadapayam 01 dalam hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah SWT dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut, oleh ayah dan ibu kandung mereka. 2. Aktivitas Ibadah Secara etimologis, aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity, dan bahasa Latin activitas, seakar dengan kata aksi dan aktus. Dalam
bahasa Indonesia, kata aktivitas dapat diterjemahkan dengan kata “kegiatan” (Bagus, 2000: 34). Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan anak yang mengacu pada proses ibadah. Dalam konteks hukum syari’at Islam, ibadah yang secara bahasa artinya taat, adalah aktivitas hubungan manusia sebagai hamba (bahasa Arab: ‘abdi atau ‘ibaad) dengan Allah SWT Sang Pencipta sebagai Dzat yang diibadahi (ma’buud). Allah SWT sebagai penentu syari’at Islam (musyarri’) telah menurunkan hukum-hukum yang sangat rinci tentang ibadah dan ini dapat dirujuk pada berbagai kitab fiqh yang membahas masalah-masalah ibadah seperti sholat, zakat, shaum (puasa), haji, dan lain-lain.
Inilah
yang
disebut
ibadah
secara
khusus.
Sedangkan secara umum, ibadah adalah adalah taat kepada segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Adapun aktivitas ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang mengacu pada perwujudan ketaatan siswa sebagai hamba Allah SWT Sang Pencipta sebagai Dzat yang diibadahi.
3. Siswa MI Dadapayam 01 Siswa berarti murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah atau bisa diartikan pelajar). Siswa yang dimaksud di sini adalah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
Jadi, yang dimaksud dengan pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 dalam judul penelitian ini adalah pengaruh dari bantuan berupa tuntunan keagamaan yang diberikan oleh orang tua kepada murid atau pelajar terhadap kegiatan anak yang mengacu pada wujud ketaatan manusia sebagai hamba dengan Allah SWT Sang Pencipta sebagai Dzat yang diibadahi pada murid kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. G. Metodologi Penelitian 1. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh tahun pelajaran 2009/2010 sejumlah 19 orang. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung mulai tanggal 29 Desember 2009 sampai dengan 29 Januari 2010. 3. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu titik perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 1998: 99). Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Bimbingan keagamaan orang tua (sebagai variabel bebas (x)) Indikator: 1) Memberikan teladan dan menasihati anak untuk melakukan shalat wajib tepat waktu. 2) Mengajak anak untuk shalat berjamaah. 3) Menemani anak membaca Al-Qur’an. 4) Menyuruh anak mengaji. 5) Memberikan teladan untuk menutup aurat. b. Aktivitas Ibadah (sebagai variabel terikat (y)) Indikator: 1) Melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya. 2)
Melaksanakan shalat berjamaah.
3)
Mengaji.
4)
Membaca Al-Qur’an secara rutin.
5)
Terbiasa menutup aurat.
4. Instrumen Penelitian Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini adalah : a. Angket Angket adalah suatu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain yang diberi tersebut
bersedia memberikan informasi sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2006: 136). Adapun pelaksanaannya dengan cara menyebarkan data pertanyaan kepada siswa dan orang tua siswa, dan masing-masing pertanyaan telah disediakan jawabannya untuk dipilih yang paling sesuai pendapat serta yang dianggap paling benar oleh responden. Dalam memberikan skor, penulis menggunakan skala semantik deferensial, yakni menggunakan jawaban antara dua kutub yang saling berseberangan (misalnya dari selalu, kadang-kadang, jarang sekali dan tidak pernah) dengan skor 4, 3, 2 dan 1 untuk jawaban a, b, c dan d (www.elearningindonusa.ac.id, 22 Maret 2009). Metode
ini
digunakan
untuk
memperoleh
atau
mengumpulkan data yang berhubungan dengan bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
b. Pedoman Observasi Pedoman observasi adalah pedoman yang digunakan dalam metode observasi, yakni pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Pedoman lobservasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati (Arikunto, 2008: 156-157). Dalam
penelitian ini, pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data, lalu ditulis secara sistematis terhadap masalah-masalah yang ada dalam proses bimbingan keagamaan siswa kelas VI MI Dadapayam 01, yaitu mengenai keaktifan siswa dalam menjalankan aktivitas ibadah. c. Pedoman dokumentasi Pedoman dokumentasi memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya (Arikunto, 2008: 158). Penulis menggunakan pedoman dokumentasi untuk memperoleh data tentang gambaran umum MI Dadapayam 01 dan orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01, berdasarkan kelompok pemeluk agama, mata pencaharian dan pendidikan orang tua. 5. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket, dengan menggunakan angket. b. Metode Observasi, dengan menggunakan pedoman observasi. c. Metode Dokumentasi, dengan menggunakan pedoman dokumentasi.
6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis catatan hasil penelitian untuk meningkatkan pemahaman tentang studi yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.
Dalam penelitian ini, disimpulkan data yang telah tersusun dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif, dengan rumus: 1. Frekuensi relatif/persentase (Sudijono, 1997: 39) P = f x 100% N Keterangan : P = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number of chases Penulis menggunakan rumus tersebut untuk menghitung frekuensi intensitas bimbingan keagamaan orang tua dan aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01. 2.
Korelasi product moment (Hartono, 2004: 76)
rXY =
N ∑XY – (∑X) (∑Y) { N ∑X² - (∑X)² } { N ∑Y² - (∑Y)² }
Penulis menggunakan rumus tersebut untuk mengetahui adanya korelasi antara bimbingan keagamaan orang tua dengan aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01. H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis menyusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Meliputi sub bab pertama: bimbingan keagamaan orang tua, terdiri dari pengertian bimbingan keagamaan orang tua, faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang, langkah-langkah pengembangan nilai-nilai keagamaan oleh orang tua dan tanggung jawab orang tua terhadap anak; sub bab kedua pembahasan tentang aktivitas ibadah, terdiri dari pengertian aktivitas ibadah, macam-
macam ibadah dan keluasan cakupannya, dan aktivitas ibadah dalam pandangan Islam.
BAB III HASIL PENELITIAN Meliputi sejarah berdiri dan perkembangan MI Dadapayam 01, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan orang tua, sarana dan prasarana, dan kondisi sosial budaya orang tua. BAB IV ANALISIS DATA Meliputi penyajian data dan analisis data. BAB V PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran. BAB AKHIR Meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran serta riwayat hidup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua 1. Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua Bimbingan menurut bahasa merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Secara harfiyah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer) (Yusuf, 2008: 5).
Sedangkan menurut istilah, terdapat banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli (Sukardi, 1995: 2), di antaranya adalah sebagai berikut: a. Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. b. Prayitno mengatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau kelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, yaitu: mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri, dan mewujudkan diri. c. Menurut Moh. Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Keagamaan kata dasarnya adalah “agama” yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali (kepada
Tuhan). Kata “agama” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Dan dalam penelitian ini, yang dimaksud adalah agama Islam yang berarti agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah SWT. (www.wikipedia.co.id, 22 Maret 2010). Imbuhan ke-an dalam kata “keagamaan” menyatakan hal yang disebut dalam kata dasarnya (Kusrini, 2008: 143). Jadi, keagamaan adalah hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah SWT dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial (www.wikipedia.co.id, 22 Maret 2010). Menurut Sastrapraja (1981: 470), orang tua adalah ayah ibu kandung. Aly (1999: 87) berpendapat bahwa orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara resmi anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah ibu dan ayahnya, dan dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan. Selanjutnya, Zakiah Daradjat (2008: 35) berpendapat bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Sedangkan Ahmad Tafsir (2004: 187) berpendapat bahwa orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak didik. Dari beberapa definisi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa bimbingan keagamaan orang tua adalah proses guiding, meliputi: “showing away” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instruction (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasihat) dalam hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah SWT dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut, oleh ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Seseorang
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT adalah dengan dianugerahinya fitrah untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Fitrah beragama ini merupakan kemampuan dasar yang
mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Akan tetapi, arah dan kualitas perkembangan beragama anak sangat bergantung pada proses pendidikan yang diterimanya. (www.newspaper.pikiranrakyat.com, 23 November 2009).
Pengertian ini sebaiknya diyakini oleh orang tua, baik oleh orang tua. Untuk memberikan pemahaman pada anak, harus disesuaikan dengan kondisi anak. Selain itu, perkembangan beragama seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (www.newspaper.pikiran-rakyat.com, 23 November 2009), yaitu:
a. Faktor internal, yakni faktor pribadi
Pada dasarnya, secara hakiki, setiap manusia memiliki pembawaan beragama (homo religious). Secara alamiah, mereka mempercayai suatu Dzat yang mempunyai kekuatan di luar dirinya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa memang secara
pembawaan seseorang sudah memiliki naluri untuk mengakui adanya nilai-nilai ketuhanan di dalam dirinya.
Pembawaan anak yang sudah ada secara alami, akan memiliki potensi untuk berkembang. Akan tetapi, perkembangan keagamaan anak akan terjadi jika mendapatkan stimulasi secara tepat yang memungkinkan fitrah itu berkembang sebaik-baiknya.
b. Faktor eksternal, yakni lingkungan tempat anak dibesarkan, yang terdiri dari tiga macam sebagai berikut: 1) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor eksternal utama yang ikut menentukan perkembangan keberagamaan seseorang. Bagaimanapun,
kedudukan
keluarga
dalam
pengembangan
kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah anak. (www.newspaper.pikiran-rakyat.com, 23 November 2009).
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. (Daradjat, 2008: 35).
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta terbiasa tinggal di rumah yang sama (Ahmadi, 1975: 95). Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberikan peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat. (Daradjat, 2008: 35). Pertama-tama yang diperintahkan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas.
Allah SWT berfirman:
(214 : وَأَﻧْﺬِرْ ﻋَﺸِﯿﺮَﺗَﻚَ اﻷَﻗْﺮَﺑِﯿﻦَ)اﻟﺸﻌﺮأ Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 214). (Departemen Agama RI, 2003: 300) Hal itu berarti di dalamnya terkandung makna akan pentingnya keluarga dalam memberikan pengaruh terhadap intensitas keberagamaan seseorang.
2) Lingkungan sekolah
Sekolah adalah tempat anak belajar. Di sekolah anak berhadapan dengan guru yang selalu berganti-ganti (Daradjat, 2008: 72).
Dalam ajaran Islam, terdapat penekanan bahwa tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam segala mata pelajaran. Ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam.
Di sekolah terdapat aturan-aturan tertentu. Sekolah mulai pada waktu yang ditentukan, dan selama waktu yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukarkan tempat, kecuali seizin gurunya (Daradjat, 2008: 73). Pendeknya, ia harus menyesuaikan
diri
dengan
peraturan-peraturan
yang
telah
ditetapkan.
Pada dasarnya, sekolah harus merupakan suatu lembaga yang
membantu
masyarakat,
bagi
tercapainya
cita-cita
khususnya
masyarakat
Islam,
keluarga dalam
dan
bidang
pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masyarakat. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang di dalamnya diajarkan pelajaran agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhannya bernafaskan Islam. Hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan (Daradjat, 2008: 73-74).
Dengan demikian, jelaslah bahwa kehidupan di lingkungan sekolah merupakan faktor penting yang menentukan keberagamaan seseorang, di samping faktor-faktor lain yang juga tidak dapat kita abaikan keberadaannya.
3) Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan makhluk yang bersifat individu dan sosial. Sifat kodrat membawa konsekuensi kepada manusia untuk selalu berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar dan membawa pengaruhnya kepada perilaku individu (Rahmat, 1991: 52). Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan, terutama menyangkut masalah pendidikan keagamaan seseorang. Secara sederhana, masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama (Daradjat, 2008: 44). Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Keberadaan
masyarakat
besar
pengaruhnya
terhadap
intensitas keberagamaan anak, terutama dipengaruhi oleh para pemimpin masyarakat/penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididik menjadi warga yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, anggota sepermainan, kelompok kelas maupun sekolahnya (Daradjat, 2008: 44). Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara.
Dengan demikian, keberadaan pemimpin masyarakat memangku tanggung jawab besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, terutama dalam bidang keagamaan, sebab tanggung jawab mendidik agama pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa, perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. (Daradjat, 2008: 45).
Firman Allah SWT:
َوَاﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮنَ وَاﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎتُ ﺑَﻌْﻀُﮭُﻢْ أَوْﻟِﯿَﺎءُ ﺑَﻌْﺾٍ ﯾَﺄْﻣُﺮُون (71 : ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ وَﯾَﻨْﮭَﻮْنَ ﻋَﻦِ اﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ )اﻟﺘﻮﺑﺔ Artinya: ”Orang mukmin, lelaki dan perempuan, sebahagiannya menjadi pemimpin bagi yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar.” (Q.S. At-Taubah: 71) (Departemen Agama RI, 2003: 158). 3. Langkah-langkah Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan oleh Orang Tua
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua bagi pengembangan
nilai-nilai
keagamaan
anak
antara
lain
(www.newspaper.pikiran-rakyat.com, 23 November 2009):
a. Memahami kondisi psikologis anak. Dengan demikian, penanaman nilai-nilai keagamaan disesuaikan dengan usia dan kondisi anak. Dalam hal ini, orang tua sebagai pembina pribadi yang pertama harus mengerti terlebih dahulu.
b. Untuk
memberikan
pembelajaran
keagamaan
kepada
anak,
sebaiknya dilakukan dan dicontohkan sendiri oleh orang tua. Contoh dan perilaku imitasi akan lebih mudah diikuti oleh anak. Tentunya orang tua harus memiliki kepribadian yang baik dan konsisten dalam menjalankan perilaku keagamaannya. c. Lebih awal pembelajaran agama diberikan, akan menciptakan jejak yang lebih kuat dan membekas bagi pembentukkan kepribadian keagamaan anak. d. Bersikap konsisten dan konsekuen, sehingga anak memiliki kejelasan nilai-nilai keagamaan yang harus dilakukannya.
4.
Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak Harus disadari bahwa hadirnya seorang anak secara intrinsik membawa tanggung jawab besar yang harus dipikul orang tua. Tanggung jawab tersebut berkenaan dengan upaya-upaya yang harus dipenuhi oleh orang tua untuk mengangkat dan mempertahankan martabat kemanusiaan (karamah insaniyah) anaknya (Saifullah, 2008: 163). Di sini, kita melihat ajaran-ajaran Islam yang secara spesifik menegaskan tugas dan kewajiban orang tua terhadap anaknya. Dalam Lubab al-Hadits (karangan as-Suyuthi) tercantumlah hadits:
ْاَﻛْﺮِﻣُﻮْا اَوْﻻَدَﻛُﻢْ وَاَﺣْﺴِﻨُﻮْا اَدَاﺑَﻜُﻢ Artinya: “Muliakanlah keturunanmu dan didiklah mereka dengan sebaikbaiknya”. Apabila bimbingan dan arahan yang digariskan oleh Islam ini bisa diimplementasikan secara konsekuen dan konkret, maka anak keturunan yang diperoleh akan memberikan kebahagiaan yang besar dan mudah dirasakan oleh pihak orang tua (Saifullah, 2008: 163). Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair: Banyak sekali nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, namun yang terbesar adalah anak yang cerdas.
Islam memerintahkan agar orang tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman Allah SWT:
(6 : ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ َاﻣَﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَھْﻠِﯿﻜُﻢْ ﻧَﺎرًا )اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Q. S. At-Tahrim: 6) (Departemen Agama RI, 2003: 448) Islam sangat memperhatikan soal pengangkatan martabat manusia. Sehubungan dengan hal ini, Islam melarang perbuatan zina karena zina dapat menimbulkan cacat moral abadi pada anak yang dihasilkannya. Masih sering kita dengar sebutan yang sangat merendahkan, seperti kata-kata “anak haram” dan “anak jadah” (Saifullah, 2008: 163). Dapat kita katakan bahwa martabat kemanusiaan (karamah insaniyah) merupakan tujuan moral utama dalam Islam, dan harus menjadi landasan setiap amal perbuatan seorang muslim. Mengingat pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, ayah dah ibu harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Orang tua dalam hal ini memegang peranan membentuk sistem interaksi intim dan berlangsung lama yang dibatasi oleh loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan penuh kasih sayang. Mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik dan membimbing perkembangannya, Nabi Muhammad SAW bersabda:
اَﻟْﻐُﻼَمُ ﯾَﻌِ ﱡ: َوَﻗَﺎلَ اَﻧَﺲٌ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎلَ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱡ ﺻَﻠﻰﱠ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ ﻖ ﻋَﻨْﮫُ ﯾَﻮْمَ اﻟﺴﱠﺎﺑِﻊِ وَﯾُﺴَﻤﱠﻰ وَﯾُﻤَﺎطُ ﻋَﻨْﮫُ اﻻَذَى ﻓَﺈِذَا ﺑَﻠَﻎَ ﺳِﺖﱠ ﺳِﻨِﯿْﻦَ اَدَبَ ﻓَﺈِذَا َﺑَﻠَﻎَ ﺗِﺴْﻊَ ﺳِﻨِﯿْﻦَ ﻋَﺰَلَ ﻓِﺮَاﺷَﮫُ ﻓَﺈِذَا ﺑَﻠَﻎَ ﺛَﻼَﺛَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﺿَﺮَبَ ﻟِﻠﺼﱠﻼَةِ ﻓَﺈِذَا ﺑَﻠَﻎ َﺳِﺘﱠﺔَ ﻋَﺸَﺮَ زَوﱠﺟَﮫُ اَﺑَﻮَهُ ﺛﻢُﱠ اَﺧَﺬَ ﺑِﯿَﺪِهِ وَﻗَﺎلَ ﻗَﺪْ اَدﱠﺑْﺘُﻚَ وَﻋﻠَﱠﻤَﺘُﻚَ وَاَﻧْﻜَﺤْﺘُﻚ ِاَﻋُﻮْذُ ﺑِﺎﷲِ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺘِﻚَ ﻓِﻲ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ وَﻋَﺬَاﺑِﻚَ ﻓﻲِ اﻷَﺧِﺮَة Artinya: “Anas mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi namanya dan disingkirkan dari segala kotoran. Jika ia telah berumur 6 tahun ia dididik beradab susila, jika ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah berumur 13 tahun dipukul agar mau sembahyang (diharuskan). Bila ia telah berumur 16 tahun boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabat tangan dengannya dan mengatakan, “saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah dari fintahan-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat….”
(Daradjat, 2008: 37-38)
Tanggung jawab orang tua terhadap anak sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya. c. Memberikan pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan yang seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya. d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim. (Daradjat, 2008: 38) Dalam pandangan Islam, seorang anak terlahir mempunyai arti cukup penting. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat menyukai hadirnya seorang anak ke tengah dunia. Dalam Tanbih al-Ghafilin disebutkan sabda Nabi: Seorang anak yang lahir dari kalangan umatku lebih aku sukai ketimbang dunia dan seluruh isinya. (Saifullah, 2008: 163-164)
B. Aktivitas Ibadah
1. Pengertian Aktivitas Ibadah Secara etimologis, aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity, dan bahasa Latin activitas, seakar dengan kata aksi dan aktus. Dalam bahasa Indonesia, kata aktivitas dapat diterjemahkan dengan kata “kegiatan”. (Bagus, 2000: 34). Dalam filsafat, aktivitas diartikan sebagai suatu hubungan khusus manusia dengan dunia, suatu proses yang dalam perjalanannya manusia menghasilkan kembali dan mengalihwujudkan alam, karena ia membuat dirinya sendiri subyek aktivitas dan gejala-gejala alam aktivitas (Bagus, 2000: 35). Dalam psikologi, aktivitas adalah suatu konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan sekitarnya. Aktivitas psikis merupakan hubungan khusus dari benda hidup dengan lingkungan. (Bagus, 2000: 56). Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
c.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang lahir maupun yang batin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. (www.hayatulislam.net, 15 November 2009). Ketika menafsirkan Surah Al-Fatihah, Muhammad Abduh berkata,
‘ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai pucaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap yang kepadaNya ia tunduk’. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah juga berupaya menjelaskan cakupan dan bentuk-bentuk ibadah. Menurutnya, ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah, dalam bentuk ucapan dan perbuatan lahir dan batin, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran dalam berucap, penunaian amanah, berbakti kepada ibu bapak, silaturrahim, dan lain-lain. (Rahman, 2008 : 34-35). Menurut Syamsi (2007: 192-193), ibadah dalam Islam tidaklah sebatas pada aktivitas-aktivitas ritual semata, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Melainkan semua aksi, baik lahir maupun batin, jika dilakukan untuk mencari keridhaan Ilahi serta dilakukan sesuai dengan aturannya, dikategorikan ibadah dalam Islam. Sebuah misi yang agung, yang mana misi itu disimpulkan dalam sebuah kata ibadah, yaitu inti dari aksi-aksi manusia yang dikenal sebagai ‘abid’. 2. Macam-macam Ibadah dan Keluasan Cakupannya
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang tampak pada lisan dan anggota badan yang lahir dari hati, seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an, shalat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya (www.tarbiyah.net, 19 November 2009). Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau sesuatu yang membantu qurbah (www.tarbiyah.net, 19 November 2009). Bahkan dapat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai untuk taat kepadaNya, seperti tidur, makan, minum, jual beli, bekerja mencari nafkah, menikah dan sebagainya. Karenanya, ibadah itu tidak terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal saja, namun juga aktivitas keseharian pun dapat bernilai ibadah (www.tarbiyah.net, 19 November 2009).
Menurut Muhammad Al-Khaththath, ibadah dibagi menjadi tiga (www.www.hayatulislam.net, 15 November 2009), yaitu: a. Ibadah qalbiyah, yaitu ibadah yang berkaitan dengan hati. Contohnya adalah rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), dan raghbah (senang). b.
Ibadah lisaniyah qalbiyah, yaitu ibadah lisan dan hati. Contohnya adalah membaca tasbih, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati.
c. Ibadah badaniyah qalbiyah, yaitu ibadah dengan badan/fisik dan hati. Contohnya adalah shalat, zakat, puasa, haji dan jihad. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia di dunia sebagai makhluk Allah SWT yang paling sempurna. Allah SWT berfirman:
(ﻣَﺎ أُرِﯾﺪُ ﻣِﻨْﮭُﻢْ ﻣِﻦْ رِزْقٍ وَﻣَﺎ56)ِوَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ اﻟْﺠِﻦﱠ وَاﻹِﻧْﺲَ إِﻻﱠ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُون (58)ُ(إِنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ھُﻮَ اﻟﺮﱠزﱠاقُ ذُو اﻟْﻘُﻮﱠةِ اﻟْﻤَﺘِﯿﻦ57)ِأُرِﯾﺪُ أَنْ ﯾُﻄْﻌِﻤُﻮن (56-58 : )اﻟﺬارﯾﺖ Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh.” (Q. S. Adz-Dzariyat: 56-58) (Departemen Agama RI, 2003: 417-418)
3. Aktivitas Ibadah dalam Pandangan Islam Menurut Quthb (2005: 288) dalam bukunya Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, di dalam konsep Islam tidak ada satupun aktivitas manusia yang terlepas dari makna ibadah, atau yang tidak menjadi tuntutan perwujudan makna ibadah. Manhaj Islam seluruhnya adalah bertujuan merealisasikan makna ibadah, sejak awal hingga akhir. Tidak ada satupun aspek kehidupan, baik dalam tata hukum, tata ekonomi, hukum pidana, hukum perdata, hukum keluarga, ataupun peraturan-peraturan lainnya dalam Islam yang terlepas dari makna ibadah. Tidak ada satupun sasaran melainkan untuk mengimplementasikan makna ibadah dalam kehidupan manusia. Tidaklah aktivitas hidup manusia itu memiliki makna seperti ini, untuk merealisasikan tujuan ini (yang menurut batasan Al-Qur’an merupakan tujuan keberadaan manusia) kecuali apabila
aktivitasnya ini sesuai dengan manhaj Rabbani, yang dengan demikian sempurnalah pengesaannya terhadap Allah dalam uluhiyah dan mengakui keesaanNya dalam ubudiyah (Quthb, 2005: 289). Kalau tidak demikian, maka aktivitas itu keluar dari ibadah, karena ia keluar dari ubudiyah, yakni, keluar dari tujuan keberadaan manusia sebagaimana yang diinginkan oleh Allah, yaitu keluar dari din Allah. Macam-macam aktivitas manusia yang oleh para fuqaha disebut dengan ‘ibadah’ dan mereka khususkan dengan cirinya itu (tidak sebagaimana pengertiannya menurut konsep Islam) apabila dikembalikan pada tempatnya di dalam Al-Qur’an, maka akan tampaklah suatu hakikat yang jelas yang tidak dapat dilupakan, yaitu bahwa ibadah itu tidak pernah terpisah dan terlepas dari aktivitas-aktivitas lain yang oleh para fuqaha disebut dengan istilah ‘muamalah’. Pembagian seperti ini di dalam perjalanannya menjadikan sebagian orang memahami, bahwa mereka sudah menjadi muslim apabila sudah menunaikan aktivitas ibadah (sesuai dengan hukum-hukum Islam). Sedangkan, mereka melakukan aktivitas muamalah menurut sistem lain yang bukan dari Allah, melainkan dari Tuhan lain yang mensyari’atkan untuk mereka sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah di dalam urusan kehidupan ini (Quthb, 2005: 289). Menurut Al-Maududi (1975: 105), aspek ibadah dalam agama Islam terdiri dari dua macam, yaitu: a. Aspek ritualistik
Ibadah, kendati berasal dari bahasa Arab, namun sudah menjadi istilah umum dan masuk dalam bahasa Indonesia. Ibadah adalah penghambaan diri dalam arti dan hakikatnya. Artinya, ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT, yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya atau dengan kata lain segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta. Adapun ibadah secara khusus biasa dikaitkan dengan amal perbuatan yang bersifat ritual yang mempunyai pola dan tata cara yang baku sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ibadah seperti ini sering disebut saja dengan ibadah. Yang termasuk dalam aspek ritualistik ibadah di antaranya adalah: 1) Shalat 2) Zakat 3) Puasa 4) Membaca Al-Qur’an 5) Haji b. Aspek konsekuensional Aspek konsekuensnional adalah aspek yang menjelaskan efek dari ajaran Islam terhadap etos kerja, hubungan interpersonal, kepedulian terhadap orang lain dan sebagainya. Yang termasuk dalam aspek konsekuensional ini di antaranya adalah:
1) Bersikap ramah terhadap orang lain 2) Menjunjung tinggi norma C.
Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Aktivitas Ibadah Anak Ibadah mencakup semua macam ketaatan yang tampak pada lisan dan anggota badan yang lahir dari hati, seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an, shalat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Keaktifan seseorang dalam melaksanakan ibadah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) faktor internal, yakni naluri keberagamaan yang dimiliki sejak lahir dan faktor eksternal yakni faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di antara faktor-faktor tersebut, lingkungan keluarga adalah faktor eksternal yang pertama kali berada di dekat anak. Bagaimanapun, kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah anak. Dan tentunya, kedua orang tuanya, yakni ayah dan/atau ibu yang membesarkannya, adalah orang yang paling bertanggug jawab terhadap perkembangan anak, termasuk dalam hal ini adalah perkembangan pada segi keagamaan yang menyangkut keaktifan anak dalam melaksanakan aktivitas ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian, bimbingan keagamaan yang diberikan oleh orang tua akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas ibadah anak. Semakin tinggi intensitas bimbingan keagamaan yang diberikan, tentunya semakin tinggi pula aktivitas ibadah yang dilaksanakan anak.
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MI Dadapayam 01 Madrasah Ibtidaiyah Dadapayam 01 adalah salah satu lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang berada di bawah naungan Departemen Agama Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. MI Dadapayam 01 didirikan pada tahun 1954 sebagai
yang didirikan oleh pemerintah, dengan Bapak
Samingun sebagai kepala sekolah pertama pada waktu itu. Dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun sejak berdirinya, sekolah ini tampak mengalami peningkatan dan kemajuan, baik jumlah siswa maupun penambahan gedung untuk kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut: 1. Jumlah siswa dari tahun pelajaran 2004/2005 sampai tahun pelajaran 2009/2010. a. Tahun pelajaran 2004/2005 berjumlah 115 siswa. b. Tahun pelajaran 2005/2006 berjumlah 119 siswa. c. Tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 119 siswa. d. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 122 siswa. e. Tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 124 siswa. 2. Jumlah kelulusan siswa kelas VI dari tahun pelajaran 2004/2005 sampai tahun pelajaran 2008/2009 memenuhi target mencapai 100%. 3. Jumlah ruang belajar di MI Dadapayam 01 memiliki 6 ruang belajar sampai saat ini. B. Letak Geografis Letak geografis yang dimaksud di sini adalah letak atau tempat MI Dadapayam 01 berada dan melakukan kegiatannya sebagai lembaga
pendidikan formal. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2009, diperoleh data mengenai letak geografis sekolah yang digunakan sebagai data untuk penelitian. MI Dadapayam 01 menempati tanah dan gedung milik sendiri. Tepatnya di Dusun Jambe, Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 50776. Sekolah ini berada di daerah lintasan pedesaan dengan jarak ke pusat kecamatan sepanjang 8 kilometer dan jarak ke pusat kabupaten sepanjang 35 kilometer. Luas tanah yang ditempati adalah 2000 m2, luas bangunan sekolah 450 m2 dan luas halaman 597 m2. C. Visi dan Misi MI Dadapayam 01 1. Visi MI Dadapayam 01: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Cerdas, berpengetahuan luas dan terampil. c. Mempunyai pikiran kritis dan taktis. d. Jujur dan bertanggung jawab.
2. Misi MI Dadapayam 01 a. Menjadikan siswa belajar efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. b. Membina keimanan.
c. Pengembangan intelektual dan keterampilan. d. Pelayanan KBM dan mengarahkan siswa menerima pelajaran. e. Menyatukan madrasah dan masyarakat. D. Struktur Organisasi Mengenai struktur organisasi MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh, kiranya tidak berbeda dengan struktur organisasi lain pada umumnya, yaitu tentang pembagian wewenang serta tanggung jawab pengurus organisasi. Agar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan hasil baik dan mempermudah peran guru dalam membantu kepala sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan program yang telah ditentukan, maka harus ditunjang dengan adanya organisasi yang teratur.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat struktur organisasi MI Dadapayam 01 tahun pelajaran 2009/2010 sebagai berikut:
Kepala Sekolah Dewan Komite
Siti Fatonah
Guru Kls. 1
Guru Kls. II
Guru Kls. III
Guru Kls. 1V
Himatul Aliyah
Hisbullah Syarif
Wan Ali
Afridah
Guru Kls. V Abdul Kharis
Guru Kls. VI
Guru Mapel B. Inggris
Hanifiyah Arifatur
Gambar 1. Struktur Organisasi MI Dadapayam 01 (Dokumen Sekolah)
Pelindung 1. Joko Cahyono 2. Ali Azhar
Penasihat 1. KH. Tohasyim 2. Musyafa’
Gambar 2. Struktur Organisasi Komite MI Dadapayam 01 ( Dokumen Sekolah )
E. Keadaan Guru, Siswa dan Orang Tua 1. Keadaan Guru. Guru merupakan unsur penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ), di mana peran guru sebagai pendidik dan pembimbing yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan pembentukan pribadi peserta didiknya. Adapun jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh terdiri dari : a. Satu kepala sekolah b. Enam guru kelas c. Satu guru Bahasa Inggris d. Satu penjaga sekolah Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel berikut : Tabel 1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
No.
Nama Guru
Pendidikan
Status
1.
Siti Fatonah, S.Pd
S1 (BK)
Kepala Sekolah
2.
Hanifiyah, S. Ag
S1 (PAI)
Guru Kelas
3.
Abdul Kharis, S. Ag
S1 (PAI)
Guru Kelas
4.
Afridah, S. PdI
S1 (PAI)
Guru Kelas
5.
Wan Ali
SMA (IPS)
Guru Kelas
6.
Hisbullah Syarif, S. PdI
S1 (PAI)
Guru Kelas
7.
Himatul Aliyah
SMA (IPS)
Guru Kelas
8.
Arifatur Rohmah, A. Ma
9.
Giman
DII (PGMI)
Guru Bahasa Inggris
MI
Penjaga Sekolah
( Dokumen Sekolah )
2. Keadaan Siswa Di antara unsur-unsur yang penting di dalam proses kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah siswa. Siswa merupakan subyek dalam dunia pendidikan yang kelak akan diarahkan oleh para pendidik menuju terbentuknya kepribadian dan kedewasaan yang diharapkan. Di MI Dadapayam 01 Kecamatan suruh untuk tahun pelajaran 2009/2010 memiliki sejumlah 124 siswa yang terdiri dari : a. Kelas I berjumlah 24 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7 perempuan. b. Kelas II berjumlah 23 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 perempuan. c. Kelas III berjumlah 21 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 perempuan. d. Kelas IV berjumlah 18 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 10 perempuan. e. Kelas V berjumlah 19 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 perempuan. f. Kelas VI berjumlah 19 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 perempuan.
Selanjutnya, dapat dilihat pada tabel keadaan siswa sebagai berikut : Tabel 2 Keadaan Siswa MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Jenis Kelamin No
Kelas
Jumlah L
P
1
I
17
7
24
2
II
10
13
23
3
III
10
11
21
4
IV
8
10
18
5
V
6
13
19
6
VI
6
13
19
57
67
124
Jumlah ( Dokumen Sekolah )
Untuk responden dalam penelitian, terdiri dari siswa-siswi kelas VI MI Dadapayam 01 tahun pelajaran 2009/2010 sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel 3 Keadaan Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Nama Siswa
Jenis Kelamin
No.
NIS
1.
1080
Aamfaris Nurmuasyim
L
2.
1058
Ahmad Saerozi
L
Tempat/Tgl Lahir Kab. Smg, 07-06-1999 Kab. Smg,
Alamat Jambe, Dadapayam Jambe,
Agama Islam Islam
3.
1052
Ali Murtadlo
L
4.
1068
Atik Mustanganah
P
5.
1077
Fitri Ari Fiana
P
6.
1079
Ika Khirfiyah
P
7.
1038
Khoirul Fatihin
L
8.
1082
Maslikhatur Rohmah
P
9.
1054
Mawaddatur Rohmah
P
10.
1059
M. Alwi Faihsanurrohim
L
11.
1049
M. Sa’dulloh
L
12.
1026
Mu’azizah Sulistyaningrum
P
13.
1075
Ngatikul Masrifah
P
14.
1074
Siti Arifah
P
15.
1078
Siti Khumaeroh
P
16.
1063
Siti Maslikhatul Chomaeroh
P
17.
1072
Umi Khilmiyah
P
18.
1110
Sri Rahayu
P
19.
1053
Ulfa Nurolita
P
(Dokumen Sekolah)
13-07-1998 Kab. Smg, 06-11-1998 Kab. Smg, 12-05-1998 Kab. Smg, 15-09-1998 Kab. Smg, 08-05-1998 Kab. Smg, 17-06-1997 Kab. Wonosegoro, 10-10-1998 Kab. Smg, 14-03-1998 Kab. Smg, 23-11-1999 Kab. Smg, 14-07-1999 Kab. Smg, 31-03-1998 Kab. Smg, 15-05-1997 Kab. Smg, 04-10-1998 Kab. Smg, 24-07-1997 Kab. Smg, 14-09-1998 Kab. Smg, 27-07-1999 Subik, 1708-1998 Kab. Smg, 10-11997
Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Gumul, Gilirejo Blimbing, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
3. Keadaan Orang Tua . Untuk mengetahui keadaan orang tua siswa kelas VI ( responden ) di MI Dadapayam 01, dapat kita lihat sebagai berikut : Tabel 4 Keadaan Orang Tua Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Ayah
Ibu
No.
Alamat Nama
1. 2. 3.
Ihwanudin Supoyo Slamet Nur Chalim
Pendidikan
Pekerjaan
Nama
Pendidikan
Pekerjaan
MA
Petani
Umi Maskanah
MA
Pedagang
MI
Petani
Ti’ah
MI
Petani
MI
Petani
Jumirah
MI
Petani
4.
Kurdi
MI
Petani
Rohmah
MI
Petani
5.
Zukain
MTs
Petani
Mukhayaroh
MI
Petani
6.
Rofingi
MI
Petani
Romsiyati
MI
Pedagang
7.
Kamin
MI
Petani
Munafiah
MI
Petani
8.
Purwadi
MI
Petani
Sri Makhmiyati
MI
Pedagang
9.
Ahmad Panut
MTs
Petani
Nurbaiti
MI
Pedagang
10.
Marjani
MI
Sopir
Kristiyani
MI
Petani
11.
Muhsinin
MI
Petani
Umi Hanafiyah
MTs
Petani
12.
Lilis Handoyo
MI
Petani
Mutasabikhah
MTs
Petani
13.
Muh. Bani
MI
Petani
Khanafiyah
MI
Petani
14.
Fatkhuroji
MA
Petani
Siti Zuhriyah
MI
Petani
15.
Bero
MI
Petani
Sutini
MI
Petani
MI
Petani
Wasilah
MI
Petani
MTs
Petani
Solihatun
MI
Petani
MTs
Petani
MI
Petani
16. 17.
Muh. Slamet AlMutoyib
18.
Ihwani
MI
Petani
Sri Hartatik
19.
Arif Nuryadi
MI
Petani
Suhti
Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Gumul, Gilirejo Blimbing, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam Jambe, Dadapayam
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
F. Sarana dan Prasarana Proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan tentunya tidak akan berhasil tanpa didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana yang telah dimilki MI Dadapayam 01 adalah sebagai berikut : 1. Gedung Sekolah, terdiri dari : a. Enam ruang kelas. b. Satu ruang guru c. Satu ruang kepala sekolah d. Satu UKS e. Satu perpustakaan f. Satu musholla g. Dua WC h. Satu ruang dapur 2. Perlengkapan gedung, terdiri dari : a. Perabot kantor terdiri dari : 1) Delapan buah meja guru 2) Delapan buah kursi guru 3) Dua buah almari kayu 4) Satu set meja dan kursi tamu 5) Satu unit komputer 6) Satu buah tape recorder 7) Satu buah jam dinding
b. Perabot kelas terdiri dari : 1) Sembilan puluh buah meja murid 2) Enam puluh buah kursi murid 3) Tiga puluh buah bangku murid 4) Enam buah almari kayu 5) Enam buah papan data siswa 6) Enam buah jam dinding 7) Enam buah papan tulis. c. Alat-alat olah raga terdiri dari : 1) Empat raket badminton 2) Dua buah bola voli 3) Lima buah bola kasti 4) Dua buah bola sepak 5) Satu set tiang loncat tinggi 6) Satu buah net 7) Satu set perlengkapan tenis meja
G. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di MI Dadapayam 01 1. Bentuk Proses belajar Mengajar di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh terdiri dari : a. Kegiatan Intrakurikuler. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang materinya disesuaikan dengan pedoman KTSP tahun 2006. Hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan ujian UAN/UAM materinya mengacu pada pedoman KTSP. b. Kegiatan kokurikuler. Kegiatan kokurikuler adalah suatu kegiatan belajar yang memiliki jadwal di luar jam pelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan agar peserta didik lebih mendalami dan memahami materi yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler, seperti les untuk siswa kelas VI dalam rangka pendalaman materi agar siswa siap menghadapi UAN dan UAM. c. Kegiatan Ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di luar jam pelajaran terjadwal, bertujuan mendorong pembinaan sikap diri peserta didik. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pramuka 2. Kaligrafi
3. Baca Tulis Al-Quran 4. Seni Baca Al-Qur’an 5. Sepak bola
2. Metode Mengajar Dalam suatu kegiatan belajar mengajar, metode mengajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan metode mengajar yang bervariasi, siswa diharapkan akan dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Demikian pula MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh berusaha untuk dapat menerapkan metode-metode yang dapat diterima oleh peserta didik sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Adapun metode-metode yang digunakan oleh para guru di MI Dadapayam 01 adalah sebagai berikut : a.
Metode ceramah
b.
Metode Tanya jawab
c.
Metode penugasan
d.
Metode demonstrasi
e.
Metode eksperimen
f.
Metode drill
g.
Metode diskusi
3. Sistem Evaluasi Evaluasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar mengajar. Dengan evaluasi, kelemahan dan kekurangan yang menurunkan prestasi belajar dapat diatasi dan ditindaklanjuti. Adapun sistem evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan di MI Dadapayam 01 adalah sebagai berikut : a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif yaitu suatu evaluasi yang diberikan kepada siswa dengan maksud untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta sebagai umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilaksanakan setelah pencapaian satu kompetensi dasar dalam pembelajaran. b. Evaluasi Sumatif Semester Evaluasi sumatif semester adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir semester, baik semester gasal maupun genap. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menentukan hasil belajar peserta didik. Hasil semester I dan II atau akhir pelajaran sebagai lapaoran kepada orang tua dan penentuan kelulusan bagi peserta didik. c. Ujian Akhir Nasional ( UAN ) / Ujian Akhir Madrasah ( UAM ) Yaitu ujian akhir yang diberikan pada akhir jenjang pendidikan, khusus bagi kelas VI ( enam ). Evaluasi ini dimaksudkan untuk penentuan kelulusan bagi peserta didik.
H. Kondisi Sosial Budaya Orang Tua Siswa Orang tua siswa kelas MI Dadapayam 01 memiliki latar belakang yang hampir sama dalam pendidikan dan mata pencahariannya. Untuk pendidikan, hampir semua orang tua siswa adalah lulusan MI, meskipun ada juga yang lulus MTs dan MA. Sebagian besar orang tua bermata pencaharian petani. Namun ada juga, meskipun sangat sedikit jumlahnya, orang tua siswa ada juga yang memiliki pencaharian sebagai pedagang dan sopir. Dalam hal keyakinan, semua orang tua siswa kelas MI Dadapayam 01 memeluk agama Islam. Untuk bimbingan keagamaan orang tua terhadap anaknya, sebagian besar orang tua sudah mengerti tentang ajaran Islam untuk diajarkan kepada anaknya, apalagi di Desa Dadapayam, tepatnya di Dusun Jambe, terdapat pondok pesantren “Roudlotul Qur’an” yang didirikan oleh Bapak KH. Tohasyim Al Hafidz yang berdiri sebagai sebuah lembaga pendidikan Agama Islam non formal. Para orang tua selain mengajarkan ilmu agama di rumah, biasanya mereka juga menyuruh anaknya untuk mengaji di pondok pesantren tersebut untuk mengkaji ilmu agama lebih mendalam. Para orang tua pun kebanyakan dulunya mengaji di pondok pesantren itu, sehingga meskipun mayoritas lulusan MI, ilmu agama mereka tidak kalah dengan orang-orang yang tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi dari mereka.
BAB IV ANALISIS DATA
A. Penyajian Data Dari sejumlah 19 siswa, diberikan sejumlah 19 angket untuk 19 siswa dan 19 angket untuk 19 pasang orang tua siswa (1 angket untuk ayah dan ibu) dari siswa kelas VI MI Dadapayam 01. Penelitian ini bersifat deskriptif. Objek penelitian yang akan digambarkan adalah pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh tahun pelajaran 2009/2010. 1. Hasil Angket untuk Orang Tua Siswa Tabel 5 Hasil Angket untuk Orang Tua Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Jawaban Pertanyaan Nomor: No. Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15
1
B
D A C C C B D D
C
B
D
C
A
D
2
A
A B A A A A A A
A
A
A
A
A
B
3
B
D B C D C C D B
D
B
D
D
C
D
4
A
A A A A A B B A
A
B
A
A
B
B
5
A
A B B A A B C A
A
B
B
B
C
A
6
B
C A D B A A C B
D
C
B
B
A
C
7
A
B C B A C A A A
A
B
A
D
A
C
8
D
B C D C C B C D
D
A
D
D
C
D
9
D
B B C B A B B C
D
A
B
A
C
A
10
A
A A B A A A B A
A
A
B
B
A
A
11
C
D C D D B A D D
B
A
B
A
A
B
12
B
B C A B A A B B
B
A
A
A
A
B
13
A
A B A A B A A A
B
A
A
A
A
A
14
B
C C B A C B D D
A
A
B
B
A
A
15
B
B B A B A A B C
B
B
B
A
C
A
16
A
B B C A C A A A
A
B
A
A
A
B
17
B
A B A B A C B B
B
A
A
C
A
C
18
C
C B B C B B C B
A
C
B
C
B
B
19
B
B A A B A B A C
B
B
B
A
B
A
Dalam
memberikan
bimbingan
kepada
anaknya,
orang
tua
memberikan teladan dan menasihati anak untuk melakukan shalat wajib tepat waktu, seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 6 Orang Tua Mengerjakan Shalat Subuh jika Waktu Shalat Pukul 04.15 No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Pukul 04.15
5
37%
b.
Pukul 04.30
9
47%
c.
Pukul 05.00
5
16%
d.
Pukul 05.30
0
0%
Jumlah
19
100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa orang tua beragam dalam waktu melaksanakan shalat Subuh, yaitu 37% sangat tepat waktu, 47% tepat waktu, 16% kurang tepat waktu dan 0 % tidak tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua menjalankan shalat Subuh dengan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat menjadi teladan yang baik bagi anakanaknya. Untuk kemudian, ketepatan waktu dalam melaksanakan ibadah shalat dapat diketahui dari intensitas orang tua dalam mengqadha shalat, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 7 Orang Tua Mengqadha Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Tidak pernah
10
53%
b.
Jarang sekali
3
16%
c.
Kadang-kadang
6
31%
d.
Selalu
0
0%
19
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa 53% orang tua tidak pernah mengqadha shalat, 16% jarang sekali, 31% kadang-kadang dan 0% atau tidak ada sama sekali orang tua yang selalu mengqadha shalat. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua sangat memperhatikan pentingnya melaksanakan shalat dengan tepat waktu.
Kemudian, orang tua juga memberikan teladan kepada anak dengan berdo’a setelah shalat, dapat kita lihat dalam tabel berikut: Tabel 8 Orang Tua Berdo’a Setelah Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
9
47%
b.
Kadang-kadang
8
42%
c.
Jarang sekali
2
11%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Terlihat jelas dalam tabel di atas, bahwa 47% orang tua selalu berdo’a setelah shalat, 42% kadang-kadang, 11% jarang sekali dan 0% tidak pernah berdo’a. Kemudian, orang tua juga membimbing anak dengan waktu bermain dan waktu shalatnya, seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 9 Yang Dilakukan Orang Tua saat Anak Bermain pada Waktu Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Menasihati baik-baik untuk segera shalat
9
47%
b.
Menyuruh shalat sambil memberi hadiah
4
21%
c.
Marah-marah
3
16%
d.
Menghukum
3
16%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa orang tua menasihati anaknya jika bermain di waktu shalat sebanyak 47%, menyuruh shalat sambil memberi hadiah sebanyak 16%, marah-marah sebanyak 16% dan menghukum dengan persentase 16% juga. Kemudian, bimbingan keagamaan orang tua juga terlihat saat orang tua memperlakukan anak jika ia tidak mau shalat, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10 Yang Dilakukan Orang Tua jika Anak Tidak Mau Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Menasihati baik-baik agar mau shalat
6
58%
b.
Menyuruh shalat sambil memberi hadiah
8
16%
c.
Marah-marah
3
26%
d.
Menghukum
2
0%
19
100%
Jumlah
Dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jika anaknya tidak mau shalat, 58% orang tua akan menasihati, 16% menyuruh shatlat sambil memberi hadiah, 26% marah-marah dan 0% menghukum anaknya. Ini menunjukkan bahwa orang tua tidak terlalu arogan dalam mendidik anaknya, sehingga anak merasa nyaman dalam bimbingan orang tua. Di samping mendidik dan memberi teladan anak untuk senantiasa shalat tepat waktu, orang tua juga mendidik anak dengan mengajak anak untuk terbiasa melaksanakan shalat secara berjamaah, dapat kita lihat dalam tabel berikut:
Tabel 11 Orang Tua Melaksanakan Shalat Berjamaah Bersama Anak No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
8
42%
b.
Kadang-kadang
6
31%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah
2
4%
19
100%
Jumlah
Dalam tabel di atas dapat kita lihat bahwa 42% orang tua selalu melaksanakan shalat berjamaah bersama anak, 31% kadang-kadang, 16% jarang sekali dan 2% tidak pernah melaksanakan shalat berjamaah bersama anaknya. Dengan demikian, sebagian besar orang tua mendidik anaknya dengan selalu mengerjakan shalat secara berjamaah. Kemudian, orang tua juga menerapkan shalat berjamaah dalam kehidupan sehari-hari meskipun saat waktu shalat kebetulan bersamaan dengan waktu bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12 Orang Tua Mengerjakan Shalat Berjamaah Meskipun sedang Bekerja No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a.
Segera shalat berjamaah
8
42%
b.
Menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat berjamaah Segera shalat sendiri
6
31%
1
6%
c.
d.
Menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat sendiri Jumlah
4
21%
19
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas orang tua, yakni 42% responden menganggap shalat berjamaah sangat penting, dengan mereka memilih untuk segera melaksanakan shalat bejamaah, 31% menganggap penting dengan memilih untuk menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat berjamaah, 6% menganggap kurang penting dengan memilih untuk segera shalat sendiri dan 21% menganggap tidak penting dengan memilih untuk menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat sendiri. Selanjutnya, orang tua juga membimbing anak dengan menemani anak membaca Al-Qur’an, dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 13 Orang Tua Menyimak Anak Membaca Al-Qur’an Secara Rutin No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
7
37%
b.
Kadang-kadang
5
26%
c.
Jarang sekali
4
21%
d.
Tidak Pernah
3
16%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa 37% orang tua selalu menyimak secara rutin anaknya setiap hari, 26% kadang-kadang, 21% jarang
sekali dan 16% tidak pernah sama sekali dan membiarkan anaknya membaca Al-Qur’an sendiri. Di samping menemani anak secara langsung, orang tua juga membimbing anaknya dengan memberikan teladan secara langsung dengan membaca Al-Qur’an setiap harinya, dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 14 Orang Tua Membaca Al-Qur’an Secara Rutin Setiap Hari No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
9
47%
b.
Kadang-kadang
8
42%
c.
Jarang sekali
2
11%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Kemudian, orang tua juga memperhatikan waktu membaca Al-Qur’an anak dengan memantau keteraturan anak dalam membaca Al-Qur’an setiap harinya, seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 15 Orang Tua Membiarkan Anak Melewatkan Waktu Membaca Al-Qur’an No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Tidak pernah
8
42%
b.
Jarang sekali
6
31%
c.
Kadang-kadang
3
16%
d.
Selalu
2
4%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa 42% orang tua memantau anak dengan tidak pernah membiarkan anaknya melewatkan waktu membaca Al-Qur’an setiap harinya, 31% jarang sekali, 16% kadang-kadang dan 4% selalu membiarkan anaknya. Selanjutnya orang tua juga membimbing anaknya untuk mengaji dengan caranya masing-masing, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 16 Orang Tua Mengajarkan Anak Mengaji No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Dengan diajari sendiri
7
36%
b.
Dengan dititipkan guru ngaji
8
42%
c.
Dengan ditipkan Bapak/Ibu Guru di sekolah
2
11%
d.
Dengan disuruh belajar sendiri
2
11%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa orang tua mengajari anak untuk mengaji dengan cara yang berbeda-beda. 36% dengan diajari sendiri, 42% dengan dititipkan guru ngaji, 11% dengan dititipkan Bapak/Ibu Guru di sekolah dan 11% dengan disuruh belajar sendiri. Bukan hanya itu, orang tua membimbing anak untuk mengaji dengan memperhatikan waktu mengaji anak, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 17 Orang Tua Mengingatkan Anak untuk Mengaji No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
6
31%
b.
Kadang-kadang
8
42%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah
2
11%
19
100%
Jumlah
Dapat kita lihat dari tabel di atas bahwa 31% orang tua selalu mengingatkan
anaknya
untuk
mengaji,
42%
hanya
kadang-kadang
mengingatkan, 16% jarang sekali dan 11% bahkan tidak pernah mengingatkan mengaji anaknya. Dalam mengaji, tentunya anak akan menunjukkan perkembangan tertentu dalam bidang pengetahuan dan pengamalan ajaran agama. Dalam hal ini, orang tua pun memantau perkembangan anak dalam mengaji, dapat kita lihat dalam tabel berikut: Tabel 18 Orang Tua Memantau Perkembangan Mengaji Anak No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
7
37%
b.
Kadang-kadang
5
26%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah
4
21%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, kita melihat bahwa 37% orang tua selalu memantau perkembangan mengaji anak, 26% kadang-kadang, 16% jarang sekali dan 21% tidak pernah sama sekali. Orang tua, terutama
ibu,
dalam kehidupan keseharian
juga
membimbing anak dengan memberikan teladan untuk menutup aurat. Hal ini terlihat dalam tabel berikut: Tabel 19 Orang Tua (Ibu) Mengenakan Jilbab di Rumah dan Saat Bepergian No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
7
37%
b.
Kadang-kadang
6
31%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah
3
16%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa ibu sebagai orang tua 37% selalu mengenakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari, 31% kadang-kadang, 16% jarang sekali dan 16% tidak pernah. Hal ini menunjukkan akan besarnya perhatian orang tua demi mendidik anaknya untuk menjalankan ajaran agama Islam dengan baik. Dari beberapa tabel di atas, tentunya masih belum cukup valid untuk mengetahui hasil penelitian yang diinginkan, untuk itu penulis data dengan skor angket yang diberikan untuk siswa kelas VI MI Dadapayam 01.
2. Hasil Angket untuk Siswa Tabel 20 Hasil Angket untuk Siswa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
Jawaban Pertanyaan Nomor: No. Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15
1
D
C B C D B D D A
C
D
A
D
D
A
2
A
A B A B A A A A
A
A
A
A
B
A
3
D
C C B D C C D A
D
D
A
D
C
A
4
A
A B A A A A A A
A
A
A
A
B
B
5
B
A C B A A B A A
B
A
A
A
B
A
6
B
A A B C B B A A
A
C
B
A
B
C
7
B
A A A B A C A B
C
A
A
A
B
A
8
C
C B B B C A B B
B
D
C
B
C
A
9
C
B C B C C A B A
A
B
C
A
C
B
10
B
A A A A A C A C
A
A
A
A
A
B
11
A
B A B C B B A A
B
B
A
B
B
C
12
B
B B A A A A B A
A
B
B
A
B
A
13
A
A A A A A B A A
A
A
A
A
A
A
14
B
B A B C A B C A
A
B
B
B
B
A
15
A
B B A B A A B A
B
B
A
B
A
A
16
B
A B A A A A A A
B
A
A
A
A
A
17
B
A A B B A A B A
A
B
B
A
A
A
18
C
A B A C C A C B
B
C
A
D
D
B
19
B
B B C B A A B B
B
B
A
B
A
B
Dalam melaksanakan aktivitas ibadah, siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 tergolong baik, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan. Aktivitas ibadah yang dilakukan oleh siswa salah satunya adalah shalat. Dalam hal ini, siswa melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya, dengan contoh shalat Subuh jika waktunya tiba pada pukul 04.15, dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 21 Siswa Melaksanakan Shalat Subuh jika Waktunya Tiba Pukul 04.15 No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
04.15
5
26%
b.
04.30
9
47%
c.
05.00
3
16%
d.
05.30
2
11%
19
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel di atas dapat kita ketahui bahwa 26% siswa sangat tepat waktu menjalankan shalat, 47% cukup tepat waktu, 16% kurang tepat waktu dan 11% tidak tepat waktu. Kemudian, siswa juga membaca do’a setelah melakukan shalat, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22 Siswa Membaca Do’a setelah Melakukan Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
6
31%
b.
Kadang-kadang
6
31%
c.
Jarang sekali
5
27%
d.
Tidak pernah
2
11%
19
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 31% siswa selalu berdo’a setelah melakukan shalat, 31% kadang-kadang, 27% jarang sekali dan 11% tidak pernah berdo’a seusai shalat. Selanjutnya, ketika ditanyakan alasan melakukan shalat pun jawaban siswa juga beragam, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 23 Alasan Siswa Melakukan Shalat No. a. b. c. d.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT Karena ikut-ikutan orang tua
10
53%
5
26%
Karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua Karena takut dimarahi oleh orang tua
3
16%
1
5%
19
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 53% siswa melakukan shalat karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT, 26% karena ikut-ikutan orang tua,
16% karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua dan 5% karena takut dimarahi oleh orang tua. Kemudian, saat waktu shalat tiba sedangkan siswa sedang bermain, siswa juga segera melaksanakan shalat, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 24 Yang Dilakukan Siswa jika Waktu Shalat Tiba saat Ia Bermain No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Segera shalat
9
47%
b.
Bermain dulu, baru shalat
6
31%
c.
Kalau sudah disuruh Bapak/Ibu baru shalat Terus bermain
2
11%
2
11%
19
100%
d.
Jumlah
Dengan melihat tabel di atas, ternyata 47% siswa memilih untuk segera shalat, 31% bermain dulu, baru shalat, 11% melakukan shalat kalau sudah disuruh Bapak/Ibu dan 11% terus bermain. Kemudian, siswa juga tetap melaksanakan shalat meskipun sedang sakit, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 25 Siswa Tetap Shalat meskipun Sakit No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
6
31%
b.
Kadang-kadang
8
42%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah Jumlah
2
11%
19
100%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 31% siswa selalu melaksanakan shalat meskipun dalam keadaan sakit, 42% kadang-kadang, 16% jarang sekali dan 11% tidak pernah sama sekali melakukan shalat pada saat sakit. Selanjutnya, siswa menjaga ketepatan waktu shalatnya dengan tidak sering mengqadha shalat, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 26 Siswa Mengqadha Shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Tidak pernah
12
63%
b.
Jarang sekali
5
26%
c.
Kadang-kadang
2
11%
d.
Selalu
0
0%
19
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa 63% siswa tidak pernah mengqadha shalat, 26% jarang sekali mengqadha, 11% kadangkadang dan 0% atau tidak ada sama sekali yang selalu mengqadha shalat. Selain memperhatikan ketepatan waktunya, siswa juga melakukan shalat secara berjamaah, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 27 Siswa Melakukan Shalat Berjamaah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
9
47%
b.
Kadang-kadang
8
42%
c.
Jarang sekali
2
11%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa 47% siswa selalu mengerjakan shalat secara berjamaah, 42% kadang-kadang, 11% jarang sekali dan 0% atau tidak ada sama sekali yang tidak pernah melaksanakan shalat berjamaah. Siswa mengetahui pentingnya shalat berjamaah biasanya dari orang tuanya, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 28 Orang yang Pertama Kali Mengajari Siswa Shalat Berjamaah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Orang tua
14
74%
b.
Guru mengaji
4
21%
c.
Bapak/Ibu Guru di sekolah
1
5%
d.
Teman
0
0%
19
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel di atas dapat kita ketahui bahwa 74% anak pertama kali diajari shalat berjamaah oleh orang tuanya, 21% oleh guru mengajinya, dan 5% oleh Bapak/Ibu Guru di sekolahnya. Selain shalat, aktivitas ibadah yang dilakukan siswa adaah membaca Al-Qur’an secara rutin, dapat dlihat pada tabel berikut: Tabel 29 Siswa Membaca Al-Qur’an Secara Rutin No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
7
37%
b.
Kadang-kadang
9
47%
c.
Jarang sekali
3
16%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 37% anak selalu membaca AlQur’an secara rutin, 47% kadang-kadang, 16% jarang sekali dan 0% atau tidak ada sama sekali yang tidak pernah membaca Al-Qur’an. Untuk kebenaran akan cara membaca Al-Qur’an, keyakinan siswa bermacam-macam, sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel 30 Keyakinan Siswa akan Kebenaran Bacaan Al-Qur’annya No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Sangat yakain
7
37%
b.
Yakin
7
37%
c.
Kurang yakin
2
11%
d.
Tidak yakin
3
15%
Jumlah
19
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 37% siswa sangat yakin akan kebenaran bacaan Al-Qur’annya, 37% yakin, 11% kurang yakin dan 15% tidak yakin akan kebenaran bacaannya. Selanjutnya, siswa juga melaksanakan kegiatan mengaji, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 31 Siswa Mengaji Setiap Hari No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
12
63%
b.
Kadang-kadang
3
16%
c.
Jarang sekali
4
21%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa 63% siswa selalu mengaji setiap hari, 16% kadang-kadang, 21% jarang sekali dan 0% tidak pernah mengaji. Dalam mengaji, kebanyakan siswa diajari oleh orang tuanya, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 32 Orang yang Mengajari Siswa Mengaji No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Orang tua
10
53%
b.
Guru ngaji
6
31%
c.
Bapak/Ibu Guru di sekolah
3
16%
d.
Teman
0
0%
19
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel, dapat kita ketahui bahwa 53% siswa diajari mengaji oleh orang tua, 31% oleh guru ngaji, dan 16% oleh Bapak/Ibu Guru di sekolah. Selanjutnya, alasan siswa untuk mengaji pun beragam, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 33 Alasan Siswa Mengaji No. a. b. c. d.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT Karena ikut-ikutan teman
9
47%
7
37%
Karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua Karena takut dimarahi orang tua
2
11%
1
5%
19
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 47% alasan siswa mengaji adalah karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT, 37% karena ikut-ikutan
teman, 11% karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua dan 5% karena takut dimarahi orang tuanya. Terkadang siswa juga tidak berangkat mengaji dan tentunya alasan mereka pun beragam, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 34 Alasan Siswa saat Tidak Mengaji No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Karena sakit
11
58%
b.
Karena lelah
5
26%
c.
Karena orang tua sedang tidak di rumah Karena malas
0
0%
3
16%
19
100%
d.
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 58% alas an siswa untuk tidak mengaji adalah karena sakit, 26% karena lelah, dan 16% karena malas. Kemudian, dapat diketahui bahwa siswa terbiasa menutup aurat dengan melihat tabel berikut: Tabel 35 Siswa Menutup Aurat di Sekolah dan di Rumah No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
13
68%
b.
Kadang-kadang
4
21%
c.
Jarang sekali
2
11%
d.
Tidak Pernah
0
0%
19
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 68% siswa selalu menutup aurat, baik di sekolah maupun di rumah, 21% kadang-kadang dan 11% jarang sekali. B. Analisis Data Untuk mengatahui data mengenai pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01, diperoleh data salah satunya dari hasil angket yang diberikan untuk nantinya diisi oleh orang tua siswa dan siswa sebagai responden. Dalam hal ini, penulis memberikan skor pada tiap item dari setiap pertanyaan yang diajukan, dengan pedoman pemberian skor adalah jawaban (A) diberikan skor 4, jawaban ( B ) skor 3, jawaban ( C ) skor 2 dan jawaban (D) skor 1. Dari hasil angket untuk orang tua, diketahui terdapat 1 responden dengan skor 58, 1 responden dengan skor 57, 1 responden dengan skor 56, 1 responden dengan skor 55, 1 responden dengan skor 52, 1 responden dengan skor 51, 2 responden dengan skor 50, 3 responden dengan skor 48, 1 responden dengan skor 43, 1 responden dengan skor 42, 1 responden dengan skor 41, 1 responden dengan skor 40, 1 responden dengan skor 37, 1 responden dengan skor 32, 1 responden dengan skor 30 dan 1 responden dengan skor 27. Total skor yang diperoleh oleh responden adalah 865. Skor rata-rata yang diperoleh orang tua siswa kelas VI MI Dadapayam 01 adalah 45,5 dari skor maksimum 60. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan orang tua siswa dalam kategori baik. Sedangkan dari hasil angket untuk siswa, hasil perolehannya adalah 1 siswa memperoleh skor 59, 3 siswa memperoleh skor 57, 2 siwa memperoleh
skor 54, 3 siswa memperoleh skor 53, 1 siswa memperoleh skor 52, 4 siswa memperoleh skor 48, 1 siswa memperoleh skor 43, 2 siswa memperoleh skor 40 dan 2 siswa memperoleh skor 31. Total skor yang diperoleh siswa adalah 926. Skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas VI MI Dadapayam 01 adalah 48,7 dari skor maksimum 60. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas ibadah siswa dalam kategori baik. Selanjutnya, kita lakukan perhitungan untuk memperoleh rXY, dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel kerja yaitu dengan memasukkan skor dari kedua variabel X dan Y, untuk mencari ∑X, ∑Y, X2, Y2 dan ∑XY, sebagaimana disajikan di bawah ini. Tabel 36 Perhitungan Skor Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua ( variabel X ) terhadap Aktivitas Ibadah ( variabel Y ) siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
X
Y
X2
1
Nomor Responden 1
32
31
1024
961
992
2
2
58
57
3364
3249
3306
3
3
30
31
900
961
930
4
4
55
57
3025
3249
3135
5
5
50
53
2500
2809
2650
6
6
41
48
1681
2304
1968
7
7
48
52
2304
2704
2496
8
8
27
40
729
1600
1080
No.
Y2
XY
9
9
42
43
1764
1849
1806
10
10
56
54
3136
2916
3024
11
11
37
48
1369
2304
1776
12
12
51
53
2601
2809
2703
13
13
57
59
3249
3481
3363
14
14
43
48
1849
2304
2064
15
15
48
53
2304
2809
2554
16
16
52
57
2704
3249
2964
17
17
48
54
2304
2916
2592
18
18
40
40
1600
1600
1600
19
19
50
48
2500
2304
2400
Jumlah
865
926
40.907
46.378
43.403
Setelah diketahui nilai masing-masing responden kedua variabel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembuktian dengan menggunakan rumus korelasi product moment. rXY=N ∑XY – (∑X)(∑Y) { ( N∑X2 ) – ( ∑X)2 } { (N∑Y2 - (∑Y) 2 } =
19 x 43403 – ( 865) x ( 926 ) { (19 x 40907 ) – ( 865 )2 } { 19 x 46378 ) – ( 926 )2
=
824.657 – 800.990 ( 777.233 – 748.225 ) ( 881.182 – 857.476 )
=
23.667 ( 29.008 ) ( 23.706 )
=
23.667 987.663.648
=
23.667 26.223,34
= 0,902
Jadi , hasil rXY hitung adalah 0,902. Jika kita lihat tabel nilai-nilai r product moment, ternyata r tabel dengan jumlah N = 19 dengan dua variabel yang dikorelasikan, maka df (degrees of freedom)nya adalah 17, diperoleh dari penghitungan number of chases (19) dikurangi banyaknya variabel yang dikorelasikan (2) (Hartono, 2004: 79).
Dalam tabel nilai korelasi
product moment (Hartono, 2004: 236) dengan df 17 dan taraf signifikan 1%, r tabelnya adalah 0,575. Oleh karena r hitung lebih besar dari pada r tabel, maka kita dapat menyimpulkan bahwa variabel x ( bimbingan keagamaan orang tua ) memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan variabel y ( aktivitas ibadah ). Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi positif atau korelasi yang berjalan searah. Hal ini
mengindikasikan bahwa bimbingan keagamaan orang tua memiliki pengaruh positif terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah diadakan analisis tentang pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah pada siswa MI Dadapayam 01, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Intensitas
bimbingan
keagamaan
orang
tua
siswa
kelas
VI
MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 adalah dalam kategori baik. 2. Aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 adalah dalam kategori baik. 3. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara bimbingan keagamaan orang tua dengan aktivitas ibadah siswa, yang mengindikasikan pengaruh positif bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
di
atas,
perlu
kiranya
penulis
menyampaikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hendaknya orang tua meningkatkan intensitas bimbingan keagamaan kepada putra-putrinya dengan cara mengajarkan dan memberikan teladan melaksanakan shalat, membaca Al-Qur’an, menutup aurat dan lain sebagainya. 2. Hendaknya siswa lebih aktif dalam melaksanakan aktivitas ibadah. 3. Hendaknya semua pihak yang terkait mengetahui adanya pengaruh positif bimbingan keagamaan orang tua terhadap aktivitas ibadah siswa, untuk kemudian menyikapinya dengan menambah kegiatan-kegiatan positif yang berhubungan dengan bimbingan keagamaan orang tua dan aktivitas ibadah siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adil Fathi, Knowing Your Child, Solo: Samudra, 2007. Ahmadi, Abu, Pengantar Sosiologi, Semarang: Toha Putra, 1975. Ali, M. Syamsi, Nuim Hidayat dan Ivan Satria, Dai Muda di Newyork City, Jakarta: Gema Insani, 2007. Al-Maududi, Abul A’la, Prinsip-prinsip Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1975. Aly, Heri Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos: 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet. XII, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Athiyah, M. al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990. Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VII, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. ______________, Pendidikan Agama dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Depag RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Diponegoro, 2003. Hartono, Statistik untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Offset, 2004. Kusrini, Bahasa Indonesia SMP Kelas VII, Jakarta: Yudhistira, 2008. LN., Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AlMa’arif, 1989. Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Jilid 6, Jakarta: Gema Insani, 2008. Rahman, M. Fauzi, Haid Menghalangi Ibadah? No Way!, Bandung: Mizan, 2008. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991.
Saifullah, KH. Badri Mashduqi, Kiprah dan Keteladanan, Jakarta: Pelangi Aksara, 2008. Sastrapraja, M., Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1981. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 1997. Sukardi, Dewa Ketut, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. www.elearningindonusa.ac.id, Membuat Kuesioner, oleh J. Hardjono, diakses 22 Maret 2010. www.hayatulislam.net, Ibadah dalam Syari’at Islam, oleh Muhammad alKhaththath, diakses 15 November 2009. www.newspaper.pikiran-rakyat.com, Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan, oleh Elia Daryati, diakses 23 November 2009. www.tarbiyah.net, Ibadah: Pengertian, Macam dan Keluasan Cakupannya, oleh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, diakses 19 November 2009. www.tunas-cendekia.blogspot.com, Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Keluarga, oleh Astuti Widyasari, diakses 13 November 2009. www.wikipedia.co.id, Agama dan Macamnya, diakses 22 Maret 2010.
Lampiran 1 Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
1.
Pelaksanaan proses belajar mengajar di MI Dadapayam 01 a. Bentuk proses belajar mengajar di MI Dadapayam 01 b. Metode mengajar di MI Dadapayam 01 c. Sistem evaluasi di MI Dadapayam 01 2.
Keadaan sosial budaya orang tua siswa MI Dadapayam 01
3.
Sarana penunjang pembelajaran di MI Dadapayam 01
Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
1.
Sejarah berdiri MI Dadapayam 01
2.
Letak geografis
3.
Struktur Organisasi MI Dadapayam 01
4.
Daftar Guru dan Siswa MI Dadapayam 01
5.
Tabulasi perkembangan jumlah siswa MI Dadapayam 01
Lampiran 3 Angket untuk Orang Tua
ANGKET UNTUK ORANG TUA
A. Petunjuk Pengisian 1. Tulislah identitas Bapak/Ibu dengan lengkap. 2. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pertanyaan di bawah ini. 3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat sesuai dengan kenyataan yang Bapak/Ibu alami. 4. Untuk Bapak/Ibu menjawab soal nomor 1 s.d. 14. pertanyaan nomor 15 khusus dijawab oleh Ibu.
B. Identitas 1. Bapak a. Nama
: …………………………………………………….
b. Alamat
: …………………………………………………….
c. Jenis kelamin : ……………………………………………………. d. Pekerjaan
: …………………………………………………….
2. Ibu a. Nama
: ……………………………………………………..
b. Alamat
: ……………………………………………………..
c. Jenis kelamin : ……………………………………………………. d. Pekerjaan
: …………………………………………………….
C. Pertanyaan 1. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengajarkan anak untuk mengaji? a. Diajari sendiri b. Dititipkan guru ngaji c. Dititipkan Bapak/Ibu Guru di sekolah d. Disuruh belajar sendiri 2. Jika sudah saatnya mengaji, apakah Bapak/Ibu selalu mengingatkan anak untuk segera mengaji? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 3. Jika waktu shalat Subuh tiba pukul 04.15, kapan Bapak/Ibu melaksanakannya? a. 04.15 b. 04.30 c. 05.00 d. 05.30 4. Apakah Bapak/Ibu menyediakan waktu untuk menyimak anak saat membaca Al-Qur’an setiap hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 5. Apakah Bapak/Ibu selalu bersama dengan anak untuk melaksanakan shalat berjamaah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah
6. Apakah Bapak/Ibu pernah mengqadla shalat? a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Kadang-kadang d. Selalu 7. Apakah Bapak/Ibu selalu berdo’a setelah melakukan shalat? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 8. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan jika anak tidak berangkat mengaji? a. Menasihati baik-baik untuk berangkat mengaji b. Menyuruh mengaji sambil memberi hadiah c. Marah-marah d. Menghukum 9. Apakah Bapak/Ibu selalu memantau perkembangan mengaji anak? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 10. Jika Bapak/Ibu sedang bekerja, sedangkan waktu shalat telah tiba, apakah yang Bapak/Ibu lakukan? a. Segera shalat berjamaah b. Menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat berjamaah c. Segera shalat sendiri d. Menyelesaikan pekerjaan dulu, lalu shalat sendiri 11. Apakah Bapak/Ibu membaca Al-Qur’an secara rutin setiap hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah
12. Apakah Bapak/Ibu pernah membiarkan anak untuk melewatkan waktu membaca Al-Qur’an? a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Kadang -kadang d. Selalu 13. Apabila waktu shalat tiba, sedangkan anak Bapak/Ibu sedang bermain, apakah yang Bapak/Ibu lakukan? a. Menasihati baik-baik untuk segera shalat b. Menyuruh shalat sambil memberi hadiah c. Marah-marah d. Menghukum 14. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan jika anak tidak mau shalat? a. Menasihati baik-baik agar mau shalat b. Menyuruh shalat dengan memberi hadiah c. Marah-marah d. Menghukum 15. Untuk Ibu, apakah Ibu selalu mengenakan jilbab di rumah dan saat bepergian? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah
Lampiran 4 Angket untuk Siswa
ANGKET UNTUK SISWA
A. Petunjuk Pengisian 1. Tulislah identitasmu dengan lengkap. 2. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pertanyaan di bawah ini. 3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat sesuai dengan kenyataan yang kamu alami.
B. Identitas 1. Nama
: …………………………………
2. Alamat
: …………………………………
3. Jenis Kelamin
: …………………………………
4. Sekolah/Kelas
: …………………………………
C. Pertanyaan 1. Apabila waktu shalat
Subuh tiba
melaksanakannya? a. 04.15 b. 04.30 c. 05.00 d. 05.30 2. Siapakah yang mengajarimu mengaji? a. Orang tua b. Guru mengaji c. Bapak/Ibu Guru di sekolah d. Teman
jam 04.15,
kapan kamu
3. Apakah kamu selalu menyediakan waktu untuk membaca Al-Qur’an setiap hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 4. Apakah kamu selalu melaksanakan shalat berjamaah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 5. Apakah kamu selalu membaca do’a setelah melakukan shalat? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 6. Apakah kamu selalu mengaji setiap hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 7. Mengapa kamu melaksanakan shalat? a. Karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT b. Karena ikut-ikutan orang tua c. Karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua d. Karena takut dimarahi orang tua 8. Apabila waktu shalat tiba, sedangkan kamu sedang bermain, apa yang kamu lakukan? a. Segera shalat b. Bermain dulu, baru shalat
c. Bermain dulu, kalau sudah disuruh Bapak/Ibu baru shalat d. Terus bermain 9. Siapakah yang pertama kali mengajari kamu untuk shalat berjamaah? a. Orang tua b. Guru ngaji c. Bapak/Ibu Guru di sekolah d. Teman 10. Mengapa kamu mengaji? a. Karena ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT b. Karena ikut-ikutan teman c. Karena ingin mendapatkan pujian dari orang tua d. Karena takut dimarahi orang tua 11. Apakah kamu yakin bahwa cara membaca Al-Qur’an kamu sudah baik dan benar? a. Sangat yakin b. Yakin c. Kurang yakin d. Tidak yakin 12. Untuk siswa laki-laki, apakah kamu menutup aurat setiap hari? Untuk siswa perempuan, apakah kamu mengenakan jilbab di sekolah dan di rumah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 13. Apakah biasanya alasan kamu saat tidak berangkat mengaji? a. Karena sakit b. Karena lelah c. Karena orang tua sedang tidak di rumah d. Karena malas
14. Jika kamu sedang sakit, apakah kamu tetap melaksanakan shalat? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 15. Apakah kamu sering mengqadla shalat? a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Kadang-kadang d. Selalu
Lampiran 5 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
DEPARTEMEN AGAMA MADRASAH IBTIDAIYAH DADAPAYAM 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Nomor: 008 / MI.D1 / II / 2010
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Fatonah, S. Pd
NIP
: 197905092005012004
Jabatan
: Kepala MI Dadapayam 01
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa: Nama
: Arifatur Rohmah
NIM
: 12507038
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/S1 PGMI
Mahasiswa tersebut benar-benar telah mengadakan penelitian untuk memperoleh data-data guna melengkapi penyusunan skripsi dari tanggal 29 Desember sampai dengan 29 Januari 2010 di Madrasah Ibtidaiyah Dadapayam 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Demikian, surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Dadapayam, 15 Februari 2010 Kepala MI Dadapayam 01
SITI FATONAH, S. Pd NIP. 197905092005012004
Lampiran 6 Lembar Bimbingan Skripsi
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Arifatur Rohmah NIM
: 12507038
Judul : Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Aktivitas Ibadah Siwa Kelas VI MI Dadapayam 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 No.
Hari/Tanggal
1.
Minggu, 29 November 2009
Isi Bimbingan
Paraf
a. Pada kajian pustaka, tambahkan sub bab ‘faktor-faktor keberagamaan seseorang’ dan ‘tanggung jawab orang tua’! b. Pada metode penelitian, sampel dihilangkan saja, karena termasuk penelitian populasi. c. Untuk indikator variabel penelitian masih terlalu luas cakupannya. Ganti dengan kalimat-kalimat khusus! d. Pada metode pengumpulan data, tidak usah menggunakan metode wawancara, karena dengan metode dokumentasi, observasi dan angket saja sudah cukup. e. Pada teknik analisis data gunakan referensi dengan
pengarang
statistik
untuk
pendidikan, misalnya: Anas Sudijono, Nana Sudjana, Hartono, dll. f. Gunakan referensi buku Psikologi untuk menjabarkan kajian tentang ‘bimbingan’! 2.
Sabtu, 26 Desember 2009
a. Pada
pendahuluan,
pernyataan
bahwa
‘manusia hidup dalam 3 alam’ harus ada referensinya. b. Dalam hipotesis penelitian perlu diberi penjelasan akan adanya pengaruh ‘positif’. c. Pada metode observasi dlakukan untuk mengetahui kegiatan siswa di sekolah. d. Dalam kajian pustaka, perlu diuraikan tentang ‘faktor internal dan eksternal’ yang mempengaruhi keberagamaan seseorang. e. Dalam menulis arti ayat Al-Qur’an atau hadits, tulislah dengan huruf italic dan dengna 1 spasi! f. Pada angket harus diseimbangkan antara pertanyaan dengan jawaban, kemudian untuk memberikan pertanyaan kepada orang tua siswa lebih baik menggunakan ‘Bapak/Ibu’, bukan ‘Anda’.
3.
Minggu, 11 Januari 2010
a. Untuk soal angket yang menanyakan tempat responden melaksanakan ibadah diganti saja dengan pertanyaan lain, karena dalam ibadah pada
dasarnya
persoalan
tempat
tidak
menjadi masalah. b. Jangan membuat pilihan jawaban pertanyaan angket yang tidak mungkin dipilih oleh responden. c. Untuk jawaban dengan poin tertinggi pada pertanyaan tentang ‘alasan mengaji dan shalat’ lebih baik dengan jawaban ‘ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT’, bukan karena melaksanakan kewajiban. 4.
Kamis, 11 Februari 2010
a. Penulisan angka pada awal kalimat harus dengan huruf, misalnya ‘enam’ , bukan 6. b. Kalimat ‘sedikit banyak’ dalam sub bab ‘kondisi sosial budaya orang tua siswa’ kurang efektif. Ganti dengan kalimat lain! c. Pada sub bab saran, karena bimbingan keagamaan orang tua sudah baik, maka jangan diberikan saran ‘untuk menyadari…’, tapi ‘untuk meningkatkan…’. d. Lengkapi skripsi dengan lampiran-lampiran!
Dosen Pembimbing
Fatchurrohman, M. Pd. NIP. 19710309 200003 1 001
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Arifatur Rohmah
NIM
: 12507038
Tempat/tanggal lahir
: Semarang, 24 Agustus 1986
Alamat
: RT 027 RW 006 Dsn Banjaran Gunung Ds. Cukilan Kec. Suruh Kab. Semarang 50776
Riwayat Pendidikan
: SDN Cukilan 01 lulus tahun 1998 SLTPN 03 Salatiga lulus tahun 2001 SMUN 03 Salatiga lulus tahun 2004 DII STAIN Salatiga lulus tahun 2007
Pekerjaan
: Wiraswasta
Lokasi Kerja
: Dusun Banjaran Gunung, Desa Cukilan, Kec. Suruh Kab. Semarang
Nama Suami
: Dwi Prasetyo Budi Utomo
Demikian riwayat hidup penulis, dibuat dengan sebenar-benarnya.
Cukilan, 24 Februari 2010
Penulis