NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : WIWIT ARIYANI NASIKHAH (11108004)
JURUSAN TARBIYAH PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : WIWIT ARIYANI NASIKHAH (11108004)
JURUSAN TARBIYAH PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Djuz`an, M.Hum DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudara WIWIT ARIYANI N Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Wiwit Ariyani Nasikhah
NIM
: 11108004
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN
TEGALREJO
KABUPATEN
MAGELANG TAHUN 2012
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga, Agustus 2012 Pembimbing Drs. Djuz`an, M. Hum. NIP. 19611024 198903 1 002
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
DISUSUN OLEH WIWIT ARIYANI NASIKHAH 11108004 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 1 September 2 012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
Ketua Penguji
Susunan Panitia Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Nafis Irkhami, M.Ag. M.A
Penguji I
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Penguji II
: Drs. Bahroni, M.Pd
Penguji III
: Drs. Djuz`an, M.Hum
Salatiga, 1 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Wiwit Ariyani Nasikhah
NIM
: 11108004
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,13Agustus 2012
Yang Menyatakan
Wiwit Ariyani Nasikhah 11108004
MOTTO
KEGAGALAN ADALAH AWAL DARI KESUKSESAN
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya Persembahkan untuk : Ø
Orang tuaku Bpk.Rusman dan Ibu Umaemah yang selalu menyayangi, mengarahkan dan memberikan yang terbaik untukku dari lahir sampai sekarang
Ø
Bapak Drs.Juz`an.M.Hum yang sudah membimbing dan mengarahkan sampai skripsi ini jadi
Ø
Buat mbah kakung putri terima kasih buat semuanya
Ø
Adik – adikku Khairul Anam dan Adnan Adi Ilmawan
Ø
Buat teman-temanku Khusni, Lina, A`ul, Yuni, Nyai (Ifah Fauzah), Evi, Firoh, Isna dan Ifa N.A
Ø
Teman- teman di Nurul Asna yang lainnya terima kasih buat dukungan selama ini
Ø
Teman-teman PAI Kelas A Angkatan 2008
Ø
Buat mbak Re, dan Evi Musrifah
Ø
Dan untuk seseorang yang spesial terima kasih buat dukungannya selama ini, sudah menemani dalam keadaan senang maupun susah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ritual Polo Kromo Di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun 2012” Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ritual Polo Kromo DI Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun 2012” Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga. 3. Drs, Djuz`an M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 6. Kepada Bapak Sudiyanto selaku Lurah Banyuurip beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di Kelurahan Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. 7. Segenap masyarakat telah bersedia memberikan informasi data tentang Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga,13 Agustus 2012 Penulis
ABSTRAK Nasikhah, Wiwit Ariyani. 2012. (Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. (I) Drs. Juz`an.M.Hum Penelitian ini merupakan upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekitar dan para pembaca di Desa Banyuurip. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah ritual Polo kromo di Desa Banyuurip yang berlangsung selama ini? (2) bagaimanakah nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo? (3) bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan islam dalam ritual Polo Kromo dalam kehidupan sehari-hari?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi pengembangan (research and develop). Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata di ambil dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Hasil yang diperoleh adalah: Ritual upacara Polo Kromo di Desa Banyuurip diadakan sesuai dari kemampuan pemangku hajat ada yang menjalankan ritual secara komplit namun ada pula yang hanya secara sederhana artinya tidak semua ritual dijalankan. Nilai-nilai pendidikan islam dalam ritual Polo Kromo antara lain : (1)Hubungan laki-laki dan perempuan diatur seperti fitrah manusia dan norma sosial (2) agama mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan sesuai dengan syarat nikah. (3) Adat Polo Kromo merupakan wujud paduan antara sosial dan agama (4) Tujuan Polo Kromo untuk mencapai hidup sejahtera di dunia dan akhirat (5) Adat Polo Kromo sebagai pendidikan bagi calon pengantin atau generasi muda Implementasi dalam kehidupan sehari-hari antara lain:a) Kewajiban suami mencari nafkah, suami sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan.b) Istri taat dan patuh terhadap suami. c) Adanya kewajiban hidup mandiri dengan penuh tanggung jawab dan bekerja sama, tanpa menggantungkan kepada orang tua lagi. d)Tetap berbakti kepada orang tua walaupun telah menikah dan memiliki keluarga. e) Orang tua memberikan perlindungan dan membimbing anaknya dalam membentuk rumah tangga pada awal-awal pernikahan.f) Kerukunan dan gotong royong dan saling membantu dalam hidup bermasyarakat. g) Menjaga nama baik keluarga bangsa dan negara. h) Menyatukan satu tekad untuk membentuk keluarga yang bahagia. i) Memberikan pendidikan dan contoh teladan
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................
iv
MOTTO.............................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................
x
HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR TABEL .........................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Fokus Penelitian ............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................
6
E. Penegasan Istilah ...........................................................................
6
F. Metode Penelitian ..........................................................................
7
1. Pendekatan dan jenis penelitian................................................
7
2. Kehadiran peneliti ....................................................................
8
3. Lokasi penelitian......................................................................
8
4. Sumber data .............................................................................
9
5. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................
9
6. Analisis Data ...........................................................................
10
7. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................
11
8. Tahap-Tahap Penelitian ...........................................................
13
9. Sistematika Penulisan ..............................................................
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Polo Kromo atau Pernikahan.......................................................
16
1. Pengertian Polo Kromo atau Pernikahan ..................................
16
2. Tata Cara Pernikahan dalam Islam ...........................................
21
3. Walimatul Ursy ........................................................................
25
4. Tahapan Prosesi Pernikahan .....................................................
26
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam .......................................................
41
1. Pengertian Nilai ....................................................................
41
2. Pengertian Pendidikan Islam .................................................
45
3. Tujuan Pendidkan Islam ........................................................
46
4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam...........................................
47
5. Tanggung Jawab Pendidikan Islam .......................................
49
6. Materi Pedidikan ...................................................................
51
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..............................................
55
1. Letak Geografis ........................................................................
55
2. Keadaan Penduduk ....................................................................
56
3. Keadaan Pendidikan ..................................................................
57
4. Keadaan Sosial Ekonomi ...........................................................
58
5. Keadaan Sosial Agama ..............................................................
58
6. Kegiatan Keagamaan .................................................................
59
7. Struktur Organisasi ....................................................................
60
B. Pemahaman Polo Kromo di Kalangan Masyarakat ........................
61
1. Pemahaman Polo Kromo..........................................................
61
2. Pelaksanaan Polo Kromo .........................................................
62
C. Temuan Prosesi Ritual Polo Kromo ...............................................
66
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Polo Kromo ..................................................................
80
B. Ritual yang Terdapat dalam Polo Kromo ..........................................
82
C. Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Polo Kromo ...........
89
D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Ritual Polo Kromo ........
94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
97
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam kewajaranya seorang manusia mempunyai rasa suka terhadap lawan jenis dan keinginan untuk memiliki seorang pendamping dalam hidupnya, maka manusia disebut mahluk sosial yang saling tolong menolong antara yang satu dengan yang lainnya. Hampir semua manusia mengalami satu tahap kehidupan yang namanya pernikahan. Menurut ajaran agama Islam menikah adalah menyempurnakan agama. Islam menjadikan pernikahan sebagai jalan terhormat untuk menghindari adanya perzinaan, dan Allah telah menjadikan aturan-aturan pernikahan sebagai salah satu sunnah-Nya dan sebagai salah satu cara menjaga kontinuitas keberadaan mahluk-mahluk-Nya di atas bumi dengan harapan bahwa hikmah pernikahan dapat mengantar manusia meyakini keesaan-Nya. Untuk mewujudkan pernikahan itu sendiri seseorang harus melalui proses yang sangatlah panjang, dimulai dengan pemilihan calon sampai menjaga rumah tangga. Salah satunya prosesi dalam Polo Kromo yaitu ritual yang dilaksanakan menjelang, sewaktu dan sesudah walimahan. Dalam pengertian bahasa jawa Polo memiliki arti woh sedangkan Krama sendiri memiliki arti tindak tanduk atau tingkah laku namun banyak masyarakat yang menyebut istilah rabi atau menikah dengan Polo Kromo. Dalam hal ini, Salim (1983:127) menyatakan bahwa Islam telah memberi petunjuk untuk
memilih masing-masing calon suami isteri, faktor utama ialah agama dan akhlak yang merupakan unsur perekat yang akan menjamin terjalinnya rasa tanggungjawab bersama terhadap Allah SWT, yang akan menentukan nasib seluruh anggota keluarga dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat. Agama dan akhlak inilah yang akan memadu kasih sayang yang kekal antara seorang pria dan wanita dalam membina rumah tangga bahagia sejahtera karena perkawinan itu dibalut oleh sandaran iman yang kuat dan kokoh. Bagi orang jawa adat dan budaya Polo Kromo merupakan suatu hal yang sangat penting. Dalam acara Polo Kromo sendiri terdapat berbagai ritual yang sering dilaksanakan di antaranya menjelang acara ijaban yakni prosesi srah-srahan peningset, pingitan, tarub, siraman, midodareni, nyantri dan pada hari-H saat upacara panggih seperti bertemunya pengantin, buncalan gantal, ngidak endok lan wijik sekar setaman, sinduran dan kacar kucur, bobot timbang dan dhahar saklimah, sungkeman, sedangkan ritual setelah walimahan yaitu mbesanan, sepasaran, pembubaran panitia dengan jenang sumsuman, lebih jelasnya akan dibahas lebih dalam di bab selanjutnya. Pada setiap ritual memiliki makna tersendiri dan mengandung nilainilai pendidikan Islam bagi pasangan pengantin baru yang akan menjalani rumah tangga dan membentuk keluarga baru, dengan adanya berbagai ritual yang telah dilaksanakan diharapkan menjadi bekal bagi suami maupun istri untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan selalu menjaganya untuk tetap menjadi keluarga yang harmonis mampu mengatasi berbagai permasalahan yang menimpanya dan diselesaikan dengan kepala dingin,
walaupun sudah menjadi nenek dan kakek diharapkan tetap saling mencintai seperti waktu masih menjadi pengantin baru. Dengan berkembangnya jaman dan banyak budaya barat yang masuk ke Indonesia maka budaya jawa semakin tidak dipahami oleh kalangan masyarakat luas khususnya bahasa jawa. Sungguh sangat memprihatinkan apabila ritual Polo Kromo yang diadakan bagi pasangan baru tidak mengerti arti dan nilai-nilai pendidikan Islam dari setiap ritual yang yang dijalankanya karena setiap daerah masing-masing mempunyai adat sendiri-sendiri yang satu sama yang lainya berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda pula antara mana yang baik dan mana yang buruk, umumnya masyarakat sangat menjaga adat dan tradisinya masing-masing, yang diwarisi dari generasi terdahulu dan perlu untuk dijaga sampai sekarang dan seterusnya. Lain halnya dalam kehidupan masyarakat di desa Banyuurip kec. Tegalrejo kab. Magelang, banyak ritual yang diadakan pada prosesi Polo Kromo. Dari masyarakat masih ada yang manjalankan ritual yang sudah ada dimasyarakat setempat namun ada pula
yang tidak menjalankan ritual
sepenuhnya beranggapan ritual seperti itu merepotkan, memerlukan banyak biaya dan kurang bermanfaat. Tujuan utama mangadakan ritual Polo Kromo adalah untuk mempertahankan kewarisan adat sehingga dapat memperoleh nilai-nilai adat budaya dengan upaya menciptakan kebahagiaan rumah tangga dan kesejahteraan lahir batin didunia dan akhirat. Dalam acara polo kromo terdapat berbagai ritual yang dijalankan dan dikemas sedemikian rupa agar
menarik
dan
indah
untuk
dikenang.
Namun
disayangkan
dalam
penyelenggaraan ritual polo kromo baik orang tua dari calon suami istri, pasangan calon suami istri itu sendiri dan tamu undangan biasanya tidak mengetahui dan memahami makna nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam ritual Polo Kromo tersebut. Mereka menganggap bahwa ritual-ritual tersebut hanya sebagai pelengkap dalam Polo Kromo. Penulis memilih desa Banyuurip sebagai lokasi penelitian karena mayoritas warga Banyuurip adalah muslim dengan aktifitas keagamaan yang sangat kental, adapun yang non Islam namun tidak berpengaruh terhadap berbagai aktifitas keagamaan yang berjalan di desa tersebut
misalnya
pengajian yang diadakan setiap satu minggu sekali dengan kegiatan barjanji, tahlilan, yasinan dan qur`anan kegiatan tersebut dilakukan oleh orang tua, dewasa juga remaja. Terdapat pula pengajian yang diadakan selapan sekali setiap hari sabtu wage dengan pindah antara mushola satu dengan yang lain dan setiap jum`at pahing sekali ada pengajian selapanan yang diadakan di masjid. Dengan aktivitas agama tersebut apakah menunjukan kadalaman pengetahuan tentang agama Islam dalam penyelenggaraan ritual Polo Kromo? Berdasakan hal diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM RITUAL
POLO
KROMO
MAGELANG TAHUN 2012.
DI
DESA
BANYUURIP
TEGALREJO
B. FOKUS PENELITIAN Beberapa fokus penelitian dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bagaimana ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang ? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang? 3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Polo Kromo dalam kehidupan masyarakat di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. 3. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam pada ritual Polo Kromo dalam kehidupan masyarakat di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritik dan praktis, adapun kegunaan secara teoritik adalah: 1. Menyumbangkan wacana dan informasi bagi semua lapisan masyarakat agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan orang Jawa sampai saat ini dalam ritual Polo Kromo adat jawa 2. Memperluas cakupan ilmu antropologi dalam kebudayaan khususnya jawa Adapun secara praktis memiliki kegunaan yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya umat muslim, agar mengetahui dan memahami serta mengimplementasikan nilai-nilai dalam ritual Polo Kromo.
E. Penegasan Istilah 1. Menurut Milton Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh Thoha (1996: 60) Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. 2. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkannilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-qur`an dan Hadis. ( Thoha, 1996: 99)
3. Ritual secara etimologi berarti perayaaan yang berhubungan dengan kepercayaan tertetu dalam masyarakat, secara terminologi ritual merupakan ikatan kepercayaan antar orang yang diwujudkan dalam bentuk nilai bahkan dalam bentuk tatanan sosial (sumber http//id shvoong com/social-sciences/counseling/2206664-pengertian-makna-ritualbudaya/#IXZZ1hjlAAsd) diakses 2 Februari 2012 4. Polo kromo sering disebut dengan pernikahan adalah suatu keharusan masyarakat untuk memelihara suku manusia dan untuk mnghasilkan ketenangan jiwa dan jalan menempatkan cinta –mesra antara seorang lakilaki dan wanita dan keluarga masing-masingnya. (Ash-Shiddieqy, 1975:423) Jadi nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Polo Kromo adalah suatu kEpercayaan tertentu tentang perayaan dalam masyarakat untuk melestarikan budaya tinggalan nenek moyang supaya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan ketuhanan Yang Maha Esa atau sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat dalam ritual pernikahan (Polo kPromo).
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikarenakan menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan/tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Menurut Denzin dan Licoln 1987 yang dikutip Moleong (1987: 5)
menyatakan
bahwa
penelitian
kualitatif
adalah
penelitian
yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan diakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah fenomenologi, pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif bertumpu secara mendatar pada fenomenologi, peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitanya terhadap orangorang berada dalam situasi –situasi tertentu. ( Moleong, 2007: 17). 2. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan kualitatif maka mengumpulkan data sesuai informasi yang didapat berupa kata-kata dan dokumen yang disajikan dan digambarkan apa adanya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi. 3. Lokasi Penelitian Peneliti memilih Lokasi Penelitian di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Karena warga di desa tersebut mayoritas Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan diantaranya pengajian, yasinan, barjanji, dan qur`anan. Berbagai macam mata
pencaharian dari penduduknya, namun para warga masih melestarikan budaya adat jawa didalam pernikahan. 4. Sumber Data Menurut lofland yang dikutip Moleong (2007: 157) sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama adalah informasi yang diperoleh dari para informan yang dianggap penting, dan juga disertai dengan dokumentasi sabagai bukti bahwa penulis telah melakukan penelitian. Pengertian dari pengumpulan data itu sendiri adalah proses untuk menghimpun data yang harus diprhatikan (data apa yang dikumpulkan), relevan serta akan memberi gambaran dari aspek yang akan diteliti baik penelitian keputusan maupun penelitian lapangan. (Soeharto 1989: 156) 5. Prosedur Pengumpulan Data Menurut Soeharto (1989:156) ada dua cara yang perlu diperhatikan untuk mengumpulkan data antara lain: 1. Penelitian Kepustakaan a. Penelitian kepustakaan peneliti tahap awal yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjajagi ada tidaknya buku-buku atau sumber-sumber tertulis lainya yang relevan dengan judul. b. Menelaah isi buku yang harus diilakukan adalah menandai bab yang kiranya mempunyai kaitan langsung dengan isi judul c. Mengutip bagian penting yang berkaitan dengan isi judul.
2. Penelitian Lapangan Untuk penelitian lapangan ditempuh beberapa tahap : a. Menelaah bahan tertulis yang relevan dengan judul masalah. b. Melakukan survey pendahuluan. c. Menentukan alat pengumpulan data. Agar sebuah penelitian dapat disajikan secara sistematis maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data antara lain wawancara,observasi dan dokumentasi: a. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong 2007:186). Terwawancara adalah pengantin, dan masyarakat. b. Observasi Peneliti terjun langsung dalam melihat proses acara dari tahap demi tahap, memungkinkan melihat dan mengamati acara Polo Kromo mencatat peristiwa yang terjadi dan memahami dari setiap ritual yang dijalankan.
c. Dokumen Cara pengumpulan data dokumen bisa didapatkan dari foto setiap ritual yang dijalankan sebagai bukti telah malakukan penelitian pada masalah tersebut. 6. Analisis Data Didalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Moleong (2007: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Untuk mendapatkan data yang absah menurut Moleong (2007: 327). maka diperlukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan: a. Perpanjangan keikutsertaan Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi dalam waktu tertentu.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan kemudian menelaahnya pada suatu titik sehingga tampak salah satu faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. c. Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainya. d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Teknik
ini
dilakukan
untuk
membuat
agar
peneliti
tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan orang yang memiliki pengetahuan umum tentang apa yang sedang diteliti. e. Analisis Kasus Negatif Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. f. Pengecekan Anggota Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalm pemeriksaan derajat kepercayaan, dapat
diikhtisarkanya
bahwa
pengecekan
anggota
berarti
peneliti
mengumpukan yang memiliki pengetahuan yang mendalam untuk menjadi sumber data mengecek kebenaran data. g. Uraian rinci Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitianya sehingga uraianya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempt penelitian diselenggarakan. h. Auditing Adalah
konsep
bisnis
yang
dimanfaatkan
untuk
memeriksa
kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil . 8. Tahap-tahap Penelitian Tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut : a. Penelitian Pendahuluan Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan ritual polo kromo dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamya. b. Penelitian Desain Setelah mengetahui beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam ritual polo kromo berdasarkan buku-buku kemudian melakukan observasi dalam acara polo kromo dan wawancara langsung kepada orang yang terlibat dalam cara tersebut.
c. Penelitian Sebenarnya Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai ritual polo kromo dengan data yang diperoleh di lapangan. 9. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Memuat : Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data dan Tahap-tahap Penelitian).
Bab II Kajian Pustaka Kajian pustaka yang Memaparkan tentang: Pernikahan, (pengertian pernikahan, tata cara pernikahan dalam Islam, walimatul ursy, prosesi ritual polo kromo) Pendidikan Islam (pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, tanggung jawab pendidikan Islam, materi pendidikan).
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian Berisi : Gambaran umum Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang (letak geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, kegiatan keagamaan, dan struktur organisasi), pemahaman Polo romo, temuan prosesi Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
Bab IV Pembahasan Pelaksanaan Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Pelaksanaan polo kromo, ritual polo kromo, nilai-nilai pendidikan Islam dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
Bab V Penutup yang berisi : Kesimpulan, saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Polo kromo atau Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Pernikahan dalam bahasa arab berarti az-zawaj yang menunjukan dua perkara, dalilnya antara lain firman Allah SWT :
ÇÐÈ ôM y_ Íir㗠⨠qàÿ‘Z9$##sŒÎ)ur
“Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” ( QS at-Takwir: 7) Maksudnya adalah roh itu dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit dan hidup. Allah juga telah berfirman tentang nikmat yang dianugerahkan kepada orang mukmin.
ÇËÉÈ &ûüÏã A‘qçt¿2 O ßg»uZô_ ¨ry—ur (7psùqàÿóÁ ¨B 9‘çŽß4’n?tã tûüÏ«Å3 GãB
“Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS. AthThur :20) Secara umum zawaj diartikan pemilikan sesuatu melalui jalan yag disyariatkan dalam agama atau bisa juga diartikan suatu akad yang menghalalkan pergaulan dan pertolongan antara laki-laki dan wanita dan membatasi hak-hak serta kewajiban masing-masing mereka. Tujuannya
menurut tradisi manusia dan menurut syara` adalah menghalalkan sesuatu tersebut. Azzam dan Hawwas (2009: 35-36). Diantara fitrah manusia adalah adanya hubungan saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Hampir semua manusia mengalami satu tahap kehidupan yang namanya pernikahan, secara kodrati manusia diciptakan
berpasang-pasangan
dengan
harapan
mampu
hidup
berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapanpun manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan dan kehadiran orang lain. Pernikahan menurut Undang- Undang No. 1/1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanaan Yang Maha Esa. (Basyir, 2000:14) Pernikahan merupakan cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan bagi manusia untuk melakukan hubungan seksual secara sah antara laki-laki dan perempuan, serta cara mempertahankan keturunannya. Allah Ta`ala berfirman:
$ygy_ ÷ry— $pk÷]ÏB t, n=yz ur ;oy‰ Ïn ºur <§ øÿ¯R ` ÏiB /ä3 s)n=s{ “ Ï%©!$#ãN ä3 /u‘ (#qà)®?$#⨠$¨Z9$#$pkš‰r'¯»tƒ
¨b Î)4tP%tn ö‘F{ $#ur ¾ÏmÎ/ tb qä9uä!$|¡ s? “ Ï%©!$#©! $#(#qà)¨?$#ur 4[ä!$|¡ ÎSur #ZŽÏWx. Zw %y` Í‘ $uKåk÷]ÏB £] t/ur
ÇÊÈ $Y6ŠÏ%u‘ öN ä3 ø‹n=tæ tb %x. ©! $# Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak . Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)kamu saling meminta satu sama lain., dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (Q.S 4 an-nisa :1) Tujuan pernikahan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menyambung keturunan dalam naungan rumah tangga yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Allah telah mensyari`atkan pernikahan untuk kemaslahatan dan kemanfaatan hamba-hamba-Nya agar mereka dapat mencapai maksud-maksud yang baik dan tujuan yang mulia tujuan terpenting dari sebuah pernikahan ada dua yaitu memperoleh keturunan dan menjauhi keharaman. a. Tujuan pernikahan: 1. Tujuan pertama orang yang ingin menikah adalah memperoleh keturunan, menumbuh-kembangkan anak agar ia memiliki keturunan yang saleh yang mau beribadah kepada Allah SWT. 2. Tujuan kedua yakni menjauhi keharaman, sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa termasuk tujuan terpenting dari sebuah penikahan adalah menjaga diri dari perbuatan keji (zina) dan semua jenis pelacuran, jadi pernikahan itu tidak sekedar memenuhi keinginan syahwatdan kebutuhan biologis semata. (Kan`an, 2006: 21-28)
<Ù ÷èt/ 4’n?tã óO ßgŸÒ ÷èt/ ª! $# Ÿ@ žÒ sù $yJ Î/ Ïä!$|¡ ÏiY9$# ’n?tã šc
qãBº§qs% ãA %y` Ìh9$#
$yJ Î/ É= ø‹tóù=Ïj9×M »sà Ïÿ»ym ìM »tGÏZ»s% àM »ys Î=»¢Á 9$$sù 4öN ÎgÏ9ºuqøBr&ô` ÏB (#qà)xÿRr&!$yJ Î/ur
’Îû£` èd rãàf ÷d $#ur Æ
èd qÝà Ïèsù Æ
èd y—qà± èStb qèù$sƒrB ÓÉL»©9$#ur 4ª! $# xá Ïÿym
¨b Î)3¸x ‹Î6y™ £` ÍköŽn=tã (#qäóö7s? Ÿx sù öN à6 uZ÷èsÛ r&÷b Î*sù (£` èd qç/ÎŽôÑ $#ur Æì Å_ $ŸÒ yJ ø9$#
ÇÌÍÈ #ZŽÎ6Ÿ2
$wŠÎ=tã šc
%x. ©! $#
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri. ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(Q.S An-Nisa:34)
Menurut Ash-Shiddieqy (1975:423-424) “Di dalam syari`at perkawinan terdapat pengakuan bahwa manusia itu adalah manusia dan manusia itu lebih tinggi dari pada binatang, sebagaimana dalam perkawinan
itu
mengandung
usaha
mengekalkan
suku
manusia,
membentuk keluarga dan menyusun keluarga dengan keturunan yang memang dibangsakan kepadanya serta mengekalkan kehidupannya”.
Setiap remaja setelah memiliki kesiapan lahir batin hendaknya segera menentukan pilihan hidupnya untuk mengakhiri masa lajang. Oleh karena itu, barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia telah berusaha menyempurnakan agamanya dan berarti pula berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. b. Rukun dan Syarat nikah menurut syari`at Islam : 1) Rukun Nikah: a) Calon mempelai laki-laki dan perempuan. b) Wali dari calon mempelai perempuan. c) Dua orang saksi (laki-laki) d) Ijab dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya. e) Kabul dari calon mempelai laki-laki atau wakilnya. 2) Syarat Nikah a) Calon pengantin pria sebagai berikut: (1) Beragama Islam. (2) Terang prianya (bukan banci). (3) Tidak dipaksa. (4) Tidak beristri empat orang. (5) Bukan mahrom calon istri. (6) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri. (7) Mengetahui calon istri tidak haram dinikahinya.
(8) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. b) Calon Pengantin Wanita sebagai berikut : (1) Beragama Islam. (2) Terang wanitanya (bukan banci). (3) Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkanya. (4) Tidak bersuami dan tidak dalam iddah. (5) Bukan mahram calon suami. (6) Belum pernah dili`an ( sumpah li`an) oleh calon suami. (7) Terang orangnya. (8) Tidak sedang dalam ihram haji atau umroh. (Tim Penyusun Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), 2004: 21-22) 2. Tata Cara Pernikahan dalam Islam Polo kromo atau pernikahan adalah suatu gerbang untuk membentuk suatu keluarga yang harmonis maka seseorang perlu mengetahui beberapa tahap supaya kehidupan seseorang lebih terarah, tenang tenteram dan bahagia maka akan diuraikan serentetan tata cara yang perlu diketahui oleh calon pengantin, diantaranya : a. Menuju mahligai pernikahan Islam memandang pernikahan sebagai pernikahan yang kokoh dan menuntut setiap orang yang terikat didalamnya untuk memenuhi hak dan kewajiban yang berfungsi tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis tetapi jauh lebih penting adalah tujuan spiritualnya.
1) Tujuan pernikahan menurut pandangan Islam diantaranya adalah: a) Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW b) Pemeliharan moral, kesucian akhlak dan terjalinya ikatan kasih sayang diantara suami dan istri menuju keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. c) Menemukan kedamaian jiwa, ketenangan fikiran dan perasaan. d) Melangsungkan keturunan. 2) Anjuran nikah Pernikahan sangat diperintahkan dalam Islam, sebaliknya hidup membujang dikecam oleh Islam. 3) Mampu nikah Dalam ilmu fikih menyatakan bahwa orang muslim yang sudah mampu melaksanakan pernikahan, maka bagi mereka ada yang terkena hukum wajib nikah, meliputi : kematangan mental, kemampuan fisik, serta biaya untuk berumah tangga. Dimana untuk kemampuan segi ekonomi ini tidak berarti harus benar-benar mampu dalam masalah harta benda. Asalkan seseorang sudah memiliki pekerjaan walaupun penghasilanya belum terbilang cukup, tetapi mampu mendidik isteri dan anak serta sehat fisik dan psikisnya.
4) Kemudahan nikah Islam memberikan banyak kelonggaran dan kemudahan untuk terjalinnya sebuah pernikahan, mengingat pernikahan merupakan sunnah Nabi SAW dan kebutuhan fitrah manusia. b. Calon istri atau suami ideal 1) Memilih calon istri ideal Untuk memilih calon isteri ideal sebaiknya seseorang berusaha secara wajar tidak perlu berlebihan,minimal perlu dipertimbangkan dari segi agama, watak, tabiat dan akhlak serta yang lebih utama perlu disadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, mesti ada kekurangan maupun kelebihanya. 2) Kriteria calon isteri/suami Rasullullah menyarankan dalam hal memilih calon isteri dengan memberikan petunjuk empat kriteria yang harus dipenuhi yaitu a) Karena kekayaanya b) Karena keturunannya c) Karena kecantikannya d) Karena agamanya, itulah yang lebih baik Sebagaimana disebutkan dalam hadis :
ْﺗُﻨْﻜَﺢُ اﻟْﻤَﺮْ أَةُ ِﻻَرْﺑَﻊٍ ﻟِﻤَﺎ ﻟَﮭَﺎ وَﻟِﺤَﺴَﺒَﮭَﺎ وَﻟِﺠَﻤَﺎ ﻟِﮭَﺎوَﻟِﺪِﯾْﻨِﮭَﺎ ﻓَﺎﻇْﻔَﺮ (ﺑِﺬَاتِ اﻟﺪِّﯾْﻦِ ﺗَﺮِﺑَﺖْ ﯾَﺪَكَ )رواه اﻟﺒﺨﺎري و ﻣﺴﻠﻢ
Artinya : wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang mempunyai agama (jika tidak) kamu akan binasa.(HR.Bukhari Muslim) Dari keempat macam kriteria tersebut sesungguhnya faktor agama dan akhlak adalah merupakan ukuran pertama dan yang paling utama dibanding lainya. c. Tahapan prosesi pernikahan Pernikahan diatur melalui proses tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Memilih isteri yang baik, dengan kriteria yang telah diuraikan diatas. 2) Memberi kesempatan kepada laki-laki untuk melihat calon isteri. 3) Memberi kebebasan hak dan keleluasaan kepada wanita untuk memilih calon suami dan dibenarkan menolak laki-laki yang tidak dikehendaki. 4) Calon pengantin laki-laki wajib memberikan mahar/maskawin kapada calon isteri, menurut kemampuanya atau kesepakatan mempelai berdua. 5) Menyiarkan rencana pernikahnya kepada khalayak ramai dengan tujuan agar khalayak mengetahui serta untuk menghindari fitnah. 6) Mengadakan walimah (resepsi pernikahan ) sekalipun sederhana. (Tim Penyusun Badan Penasehati Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2007:3-6).
3. Walimatul Ursy Di dunia ini masing-masing negara mempunyai adat-adat sendiri yang satu sama lainya berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda, umumnya masyarakat sangat menjaga adat tradisinya masing-masing yang diwarisi dari generasi ke generasi, yang selalu dipegang teguh dan dijaga bahkan menjadi kekayaan khasanah klasik umat yang berharga. Agama Islam mengajarkan, perkawinan merupakan peristiwa yang patut disambut dengan rasa syukur dan gembira, oleh karena itu Nabi mengajarkan agar peristiwa perkawinan dirayakan dengan sesuatu perhelatan atau walimah. a. Hukum Mengadakan Walimah Kebanyakan fuqoha berpendapat bahwa mengadakan walimah itu sunnah muakkad, sangat diutamakan. Imam Ahmad meriwayatkan, ketika Ali meminang Fatimah. Nabi mengatakan, “Perkawinan mesti dirayakan walimah.” (Basyir 2000: 49) b. Waktu Walimah Waktu mengadakan walimah amat bergantung kepada adat kebiasaan yang berlaku disuatu tempat pada suatu tempat tertentu, walimah dapat diadakan pada waktu akad nikah terjadi atau sesudahnya, dapat pula ketika sesudahnya terjadi persetubuhan suami istri.
c. Hukum menghadiri walimah Apabila hukum menyelenggarakan walimah adalah sunnah muakkad, hukum menghadiri walimah adalah wajib.Basyir, 2000: 50-51) Maksud dari walimah adalah mengundang orang untuk makan bersama atau memakan masakan dari yang punya hajat. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan atau juga sering dikenal dengan istilah Polo Kromo maka dengan pernikahan seseorang akan memperoleh kedamaian hidup, ketenangan serta mencapai tujuan berkeluarga yakni mencapai kualitas yang sakinah yang berpangkal pada cinta kasih yang tulus dan pada masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahanya sendiri-sendiri 4. Prosesi Ritual Polo Kromo Bagi orang-orang jawa yang akan menyelenggarakan pernikahan maka akan melakukan serentetan ritual Polo Kromo diantaranya dilaksanakan menjelang akad nikah, pada waktu pelaksanaan walimah, maupun sesudah walimah selesai, selebihnya akan dijelaskan sebagai berikut: a. Prosesi ritual menjelang akad nikah 1) Srah-srahan peningset Tanda cinta kasih pria kepada seorang gadis yang akan dinikahinya biasanya berupa cincin yang yang dikenal dengan nama Peningset, maksudnya adalah tanda pengikat. Yang diikat yakni
hati, lesan dan perbuatan keluarganya, bahwa setelah menerima peningset tersebut, maka mereka tidak boleh lagi menerima lamaran dari pihak lain. Untuk melaksanakan Srah-srahan Peningset ada yang dilakukan dalam suatu acara tersendiri, tergantung dari pihak calon mempelai laki-laki diberikan bersamaan saat acara melamar atau Upacara Malam Midodareni. Kapan acara ini dilaksanakan sesuai dengan kesepakat diantara kedua belah pihak keluarga besar yang akan saling berbesanan itu. Jenis Peningset yang utama adalah sepasang cincin untuk calon pengantin putra dan putri, cincin itu bentuknya bulat tanpa sambungan, sesuai dengan kemampuan pengantin putra dapat disediakan perhiasan lain seperti kalung, gelang dan anting. Perhiasan ini merupakan simbol bahwa seorang pria suka dengan isterinya mengenakan perhiasan yang bisa mempercantik dirinya. (Hariwijaya, 2004. 75-76) 2) Pingitan Kira-kira 7 hari atau sekarang lebih banyak dilakukan 3 hari sebelum hari pernikahan calon pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar dari rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya. Selama masa pingitan itu berlangsung calon pengantin perempuan membersihkan diri dan mempercantik dirinya untuk menghadapi prosesi panggih yang akan berlangsung.
Pingitan, seorang wanita remaja mulai dipingit yaitu dibatasi untuk keluar rumah apabila tidak diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan wanita tersebut. Pingitan, yaitu sebagai pengamanan sementara bagi kedua calon mempelai sebelum upacara
panggih.
(http//www.wonosari.com/6440-upacara-
pengantin-adat-jawa) Diakses 7 Juni 2012 3) Pemasangan Tarub Bagi orang-orang jawa yang akan menyelenggarakan pesta pernikahan selalu memasang tarub dan bleketepe. Sebagai simbol untuk menolak bala`. Tarub berasal dari bahasa Arab Taqorub yang berarti dekat. Tarub juga bisa berasal dari legenda Jaka Tarub – Nawang Wulan. Jaka Tarub adalah pemuda miskin yang berhasil mempersunting bidadari karena kecakapan dan siasat yang cerdik dan pintar. Tarub adalah membangun rumah-rumahan yang beratapkan daun pohon kelapa untuk acara pesta sedangkan bleketepe adalah anyaman yang terbuat dari daun kelapa. Pemasangan Tarub dan Bleketepe biasanya dilaksanakan pada tiga hari sebelum hari H itu berlangsung, pemasangan tarub dan bleketepe ini biasanya hanya dilaksanakan serangkaian puncak acara pernikahan itu. Tarub maksudnya ditata kereben murub yaitu bertata dihias dengan janur kuning, daun kelapa muda yang berwarna kuning. Dahan kapas dengan bungan dan buahnya melapangkan harapan
mudah-mudahan didalam hidup suami istri murah sandang. Tugas suami
terhadap
istri
adalah
nyandhangi
dan
nyandhingi.
Nyandhangi berarti memberi pakaian. Seorang suami berkewajiban memberikan sandang yang layak kepada istri semampunya. (Hariwijaya, 2004: 80-81). Sebagai visual perwujudan ritual doa kepada Yang Maha Kuasa, maka Upacara Pasang Tarub dan Bleketepe ini sulit terpisahkan dari budaya pengantin Jawa pada umumnya. Karena itu meskipun pesta perkawinan itu diselenggarakan di gedung, di rumah mereka tetap memasang tarub maupun bleketepe walaupun hanya secara simbolis. 4) Upacara Siraman Siraman berasal dari kata Siram yang artinya mandi. Acara ini diselenggarakan di rumah calon pengantin mempelai.
Siraman
yang merupakan mandi ritual sudah tentu dimaksudkan agar calon pengantin menjadi bersih secara spiritual dan berhati suci. Sebelum seorang gadis dan jejaka memasuki upacara ritual pernikahan, mereka harus menyucikan diri baik secara lahir maupun batin. Yang bertugas memandikan calon pengantin adalah para keluarga dan senior, jumlah yang melakukan siraman ini biasanya tujuh sampai sembilan orang, acara ini biasanya diselenggarakan setelah acara pemasangan bleketepe, sehari sebelum acara pernikahan dilangsungkan.
Khusus Upacara Adat pernikahan gaya Surakarta usai upacara siraman ada Upacara dodol dawet. Jual dawet ini simbol dari ungkapan kata kemruwet yang berarti penuh sesak. Maksudnya pada saat pesta pernikahan nanti diharapkan jumlah tamunya banyak seperti penuhnya dawet yang dijual saat itu. Warna merah pada gula jawa dan putih pada santan merupkan suatu simbol keberanian dan kesucian dan simbol bertemunya pria dan wanita, keberanian memasuki kehidupan baru harus dengan niat suci dan bersih. Ditempat yang telah disediakan sang ibu calon pengantin putri menjual dawet dengan dipayungi oleh sang ayah calon pengantin. Pembelinya adalah para tamu, yang terdiri dari keluarga besar dan kerabat dekat dengan menggunakan uang yang terbuat dari kreweng hasil penjualan dawet tersebut dikumpulkan dalam kantong kecil yang terbuat dari kain lalu disimpan ditempat beras. Ini sebagai simbol bahwa hasilnya agar dijadikan modal . (Hariwijaya, 2004:88-91) 5) Malam Midodareni Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari, acara ini selalu diselenggarakan malam hari dan umumnya seusai upacara siraman di pagi harinya. Sebagai sebuah acara tirakatan kesederhanaan menandai terselenggaranya Malam Midodareni. Di malam itu suasana harus benar-benar khidmat yaitu tidak boleh ada gamelan
yang
dibunyikan,
tidak
boleh
ada
tarian
dan
sebagainya.Upacara ini bertujuan agar calon mempelai mendapat restu dari bidadari, hingga dalam penampilan pada upacara inti kedua calon mempelai bisa tampil cemerlang. Upacara ini biasanya dilakukan dengan duduk bersama sambil membacakan do’a semoga jalannya upacara dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada acara midodareni juga biasanya dilakukan dengan tidak tidur semalam suntuk “lek-lekan” oleh para pinisepuh. Inti dari upacara midodareni adalah tebus kembar mayang. Kembar mayang ini terbuat dari bunga yang dirangkai dengan janur kuning dengan segala aksesorisnya yang disusun secara indah dan diberikan kepada calon pengantin wanita. 6) Nyantri Nyantri yaitu datangnya calon pengantin putra di rumah calon pengantin putri dengan diiringi pemuda pemudi, datangnya pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, atau dari itu, upacara nyantri diserahterimakan dari pengantin laki-laki kepada calon pengantin perempuan.(Sutawijaya,2001:8) Sewaktu rombongan keluarga temanten pria pulang dari upacara midodareni, calon penganten pria juga ikut diajak pulang.Tetapi, bila calon mempelai pria nyantri, maka dia ditinggal dirumah
calon
mertuanya.Tentu
nyantri
dibicarakan dan disetujui kedua pihak.
sebelumnya
sudah
Setelah
keluarganya
pulang,
ditengah
malam
dia
dipersilahkan masuk rumah untuk makan, tidak boleh ketemu calon istrinya dan sesudah itu diantar kekamar tidur untuk beristirahat. Setibanya pengantin putra, maka terus diserahkan kepada Bapak dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin putra diantarkan ke pondok yang telah disediakan yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan rumah pengantin putri. Pondokan telah disediakan makanan dan minuman sekedarnya dan setelah makan dan minum ala kadarnya maka pengantin putra menuju ke tempat pengantin putri untuk menemui para tamu secukupnya kemudian pengantin putra kembali ke pondokan untuk beristirahat. Jadi jangan sampai jauh malam, karena menjaga kondisi fisik seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00 harus sudah kembali ke pondokan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya agar jangan sampai pengantin menjadi sangat lelah karena kurang tidur. Nyantri dilaksanakan untuk segi praktisnya, mengingat besok pagi
dia
sudah
harus
didandani
untuk
pelaksanaan
kabul/pernikahan. (http//infopengantin.blogspot.com/2010/03/rangkaian-upacaraadat-pengantin-jawa-html) Diakses 7 juni 2012
ijab
b. Prosesi Ritual Panggih pada waktu Walimahan 1) Bertemunya Pengantin Kata Pengantin berasal dari bahasa jawa anti-anti artinya menunggu. Pengantin artinya orang yang menunggu-nunggu yaitu menunggu untuk dipertemukan dengan kekasih yang dicintainya. Upacara tahap ini merupakan upacara pertemuan seremonial antara
pengantin
putra
dengan
pengantin
putri,
yang
diselenggarakan sesudah upacara ijab, pada upacara inilah kedua pengantin putra dengan pengantin putri bertemu secara resmi dengan mengenakan busana pengantin, upacara ini bertujuan mempertemukan kedua pengantin di depan semua tamu undangan. Dalam hal ini Gertz (1982:68) menyatakan upacara “temon” diselenggarakan dirumah pengantin putri secara adat dianggap belum
pernah
bertemu
dengan
bakal
suami
dan
harus
menunggunya sampai suami datang untuk menjemputnya. 2) Bucalan Gantal Ketika kedua mempelai sampai pada tempat panggih, kedua mempelai siap-siap melakukan Upacara Bucalan Gantal. Ada empat buah gantal tersedia, masing-masing pengantin mendapat dua gantal yaitu Gantal Gondhang Asih dan Gantal Gondhang Telur, makna yang terkandung adalah bahwa kedua mempelai secara lahir dan batin telah menyatukan tekad dan rasa yang utuh untuk menghadapi suka-duka maupun pahit-getirnya kehidupan
berumah tangga. Maksudnya agar keduanya saling mengasihi dan memberi nasehat. Dalam acara uncal-uncalan gantal pada waktu pengantin bertemu, yang melempar gantal terlebih dahulu adalah pengantin lelaki, sebab yang melamar adalah pengantin putra. Pengantin wanita mengarahkan ke kaki pengantin putra sebagai perlambang tunduk pada sang suami. Sementara pengantin putra melempar ke arah jantung pengantin putri sebagai lambang kasih sayang, mereka dapat juga saling melempar lebih dahulu. Maksudnya bukan untuk mencari kemenangan kalau diantara mereka bertengkar, namun sebagai lambang bahwa diantara mereka harus saling berlomba memberikan jiwa-raga mereka atau saling berlomba untuk mendapat kemuliaan. 3) Ngidak Tigan dan Wijik Kembang Sekar Setaman Acara selanjutnya Upacara Ngidak Tigan atau injak telur dan Wiji Dadi atau Bibit Jadi. Hal ini merupakan perlambang bahwa pengantin lelaki harus dengan tepat dapat memecahkan telur pengantin putri sehingga
berhasil
menurunkan
benih dan
mendapatkan keturunan yang baik. Pengantin putra tetap berdiri dengan kaki diposisikan menginjak telur yang ditaruh diatas nampan, sementara pengantin wanita jongkok didepanya. Peristiwa ini memiliki banyak makna selain sebagai lambang peralihan dari masa lajang kedua pengantin yang akan memasuki
dunia kehidupan baru yang berat dan penuh tantangan, upacara ngidak tigan ini juga sebagai simbol pemecahan selaput dara pengantin putri oleh pengantin putra. Kewajiban suami istri secara biologis dalam melanjutkan keturunan. Pengantin pria menginjak sebuah telur ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki tersebut dibasuh oleh pengantin putri dengan air kembang, dan mengeringkan kaki pasanganya dengan handuk, baru kemudian dimasukkan kaki suaminya ke selop. Setelah itu pengantin putri sungkem ini sebagai lambang bakti seorang istri kepada suaminya. Dengan kaki yang sudah tercuci pengantin putra diharapakan bersih lahir batin. Dengan
mengulurkan
tangannya,
pengantin
putra
membangunkan pengantin putri yang masih jongkok. Ini bermakna bakti pengantin putri sangan dihargai oeh suaminya, sehingga ia mengangkat istrinya untuk berdiri sebagai mitra sejajar. 4) Sinduran dan Kacar Kucur Sepasang
pengantin
kemudian
saling
berdampingan,
pengantin putri di sebelah kiri dan pria sebelah kanan. Ibu pengantin putri mengenakan dan memegang sindur dari belakang, sementara ayahnya berada di depan pengantin berjalan pelan-pelan di depan. Dengan mengalungkan kain sindur di pundak mempelai ini sebagai simbol untuk menyatukan kedua mempelai menjadi
satu. Kedua kelingking sepasang mempelai itu saling bergandengan sementara tangan mereka memegang bahu ayah pengantin putri. Upacara pengalungan sindur bagi kedua mempelai ini tidak dilakukan dalam perkawinan adat Jawa gaya Yogja. Secara sederhana Sindur bisa berarti isin mundur atau malu bila mundur, maksudnya, walau badai kehidupan yang harus mereka hadapi sangat berat, kedua mempelai harus bersikap malu untuk mundur kalau harus berpisah. Selain itu kemul sindur memiliki makna yang cukup dalam yakni menyatu lahir batin dalam satu tujuan hidup, ibu yang ada dibelakang merestui pasangan itu. Acara berikutnya adalah upacara kacar kucur, upacara ini adalah merupakan lambang bahwa suami yang bertugas mencari nafkah untuk keluarga secara simbolik tengah menyerahkan hasil jerih payahnya pada istrinya. Pengantin putra berdiri di depan pengantin putri dalam posisi agakmenunduk lalu mengucurkan bungkusan Kacar Kucur itu ke dalam bentangan Sapu Tangan Tuak di atas pangkuan pengantin putri. Pengantin lelaki menumpahkan kantong berisi beras, kedelai, kacang uang dan sebagainya diterima oleh pengantin putri dengan tikar kecil sederhana di atas pangkuannya yang disangga dengan dua belah tangannyasesudah
menjadi
kosong,
oleh
pengantin
lelaki
dikebutkan sebagai bukti bahwa semuanya sudah ditumpahkan
kepada
pengantin
putri
maksudnya
adalah
sang
suami
berkewajiban memberikan penghasilan, rezeki berupa apa saja kepada sang istri. Sang istri dalam menerima rezeki dari suaminya diharapkan hidup cermat dan berhemat. Kacar kucur yang sudah ditumpahkan ke sapu tangan itu oleh sang sang istri kemudian dibungkus lalu diserahkan kepada ibundanya didampingi oleh suaminya 5) Bobot Timbang dan Dhahar Saklimah Acara selanjutnya adalah Bobot Timbang sebagai lambang bahwa kedua orang tua pengantin putri tidak membeda-bedakan antara anak sendiri dan menantu. Setelah itu diteruskan dengan acara Upacara Dhahar Saklimah, prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai agar bisa hidup rukun, saling mengisi dan tolong menolong. Bunga kasih yang diharapkan mampu menyatukan keduanya dalam suka duka, pengantin putra dan putri lalu saling menyuapi pasanganya sebanyak tiga kali. Bersuami istri hendaknya membangun keakraban lahir batin saling menerima apa adanya. 6) Adicara Sungkeman Upacara sungkeman dilangsungkan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti kepada kedua orang tua mereka, baik terhadap orang tua pengantin putri atau putra, sebelum melakukan sungkem pengantin putra melepas kerisnya
terlebih dahulu, sementara pengantin putri melepas selopnya. Sungkeman dimulai oleh pengantin putri kepada ayah dan ibu, setelah itu sungkem kepada ayah mertua dan ibu mertua kemudian disusul oleh pengantin putra mengikuti sungkem juga. (Hariwijaya, 2004:151-171) c. Prosesi Ritual Setelah walimahan selesai 1) Acara Mbesanan Setelah acara walimahan selesai di pihak pengantin perempuan kemudian pengantin diantar menuju kediaman lelaki untuk mengikuti serentetan acara yang telah disusun dengan diantar beberapa rombongan atau pengombyong yang ikut mengantarnya. Acara yang dilaksanakanpun tidak tentu harinya bisa saja setelah acara resepsi, setelah 2-3 hari atau kapan saja tidak terikat oleh waktu dan acaranya tidak serumit seperti prosesi yang dijalani pada walimahan di pihak perempuan karena ritual sudah dijalankan dan tidak harus dilakukan dua kali. Akan tetapi sekarang acara besan ini tidak ganti hari setelah acara resepsi selesai supaya waktunya tidak barengan dengan acara sepasaran. (Sutawijaya, 2001:33-34) Namun yang paling unik pada acara Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang ini adalah sewaktu pengantaran pengantin
diperjalanan apabila menemui
Jembatan Sungai atau sering disebut kretek yang pertama dilewati
ada seorang rombongan yang ditugasi untuk membuang ayam di Jembatan tersebut,
supaya selamat diperjalanan dari berangkat
sampai pulang kembali, itu naluri orang jaman dahulu akan tetapi masih dijalankan sampai sekarang. 2) Upacara Sepasaran Upacara Sepasaran atau disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersamasama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya hal ini tergantung dari pihak penyelenggara. Upacara sepasaran diselenggarakan oleh keluarga pengantin pria, biasanya diadakan 5 hari setelah upacara Panggih oleh karena itu sering disebut Upacara Sepasaran. Umumnya penyelenggaraan upacara ini tidak sebesar atau semeriah upacara panggih. Undangan hanya dikhususkan kepada keluarga dan kerabat dekat, serta para tetangga. Upacara sepasaran ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman temanten putri agar dapat hidup di lingkungan keluarga pria. Apabila setelah menikah kedua temanten itu akan
bertempat di keluarga pria, maka biasanya sekaligus boyongan atau pindahan rumah.
3) Acara Jenang Sumsuman Setelah acara demi acara berlangsungdengan sukses, maka acara berikutnya adalah pembubaran panitia. Acara ini ditandai dengan sajian jenang sumsum atau jenang baning. Jenang sumsum atau jenang baning adalah bubur halus yang terbuat dari tepung beras dan diberi cairan gula kelapa, maka berakhirlah tugas seluruh panitia. Bubur sumsum halus ini adalah simbol dari permohonan agar sumsum tulang saraf tulang belakang yang kecapaian selama bertugas
membantu
tuan
rumah
menyelenggarakan
pesta
perkawinan itu segera bisa pulih kembali. Acara ini sekaligus sebagai ucapan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah merahmati semuanya sehingga tugas kepanitiaan itu berjalan dengan sukses. Jenang sumsuman ini biasanya dilakukan sekitar seminggu setelah usai perhelatan akbar itu berlangsung, karena tuan rumah perlu menghitung banyak hal mengenai penyelesaian sewa-menyewa, pinjam-meminjam dan memberesi semua alat-alat.
B. Nilai Pendidikan Islam 1. Nilai Menurut Thoha (1996:61) nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, buka fakta, tidak hanya persoalan benar dan
salah
yang
menuntut
pembuktian empirik,
melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Nilai juga diartikan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu yang bernilai itu berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan seharihari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
a. Ciri-Ciri Nilai Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986:20) adalah Sebagai berikut. 1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. 2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). 3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
b. Macam-Macam Nilai Nilai dapat dilihat dari sudut pandangan, yang menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai antara lain: 1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslaw yang dikutip oleh Thoha dapat dikelompokkan menjadi : a) Nilai biologis
b) Nilai keamanan c) Nilai cinta kasih d) Nilai harga diri e) Nilai jati diri Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan yakni akan tuntutan fisisk biologis, keamanan, cinta kasih harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri. 2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni : a) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi dan psikomotor. b) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestas, motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa Kualifikasi ini memudahkan kita untuk menyusun strategi pendidikan
nilai,
sebab sebagiannya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses psikologik. (Thoha, 1996:63) 3. Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu a) Nilai logika adalah nilai benar salah. b) Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah. c) Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut : a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. (http//download blogspot.com/2011/pengertian-nilai)
Berkaitan dengan hal tersebut, Daroeso (1985:20) menyatakan nilai itu sifatnya sama dengan ide, maka nilai itu abstrak, bahwa nilai itu tidak dapat ditangkap oleh panca indra yang dapat dilihat adalah obyek yang mempunyai nilai atau tingkah laku yang mengandung nilai. Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia karena itu nilai tersebut bersifat normatif merupakan keharusan untuk diwujudkan dalam tingkah laku kehidupan manusia. 2. Pengertian Pendidikan Islam Pengertian pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur`an dan hadist nabi. (Thoha, 1996: 99). Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah pendidikan yang berdasarkan atas al-quran dan sunnah rosulbertujuan untuk membantu perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pendidikan agama memang sangant penting dan strategis dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam tetapi hal ini baru sebagian dari kerangka Islam. Menurut
Achmadi (1987:10) pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya perilaku yang baik sesuai dengan norma Islam. Sedangkan pendidikan Islamdalam arti aktivitas non konseptual (fenomenal) adalah suatu peristiwa interaksi sosial antar manusia atau bertemunya manusia satu dengan lainnya baik seorang, dua orang atau lebih tanpa disengaja tetapi dampaknya dapat mengembangkan potensi manusia dalam segala aspeknya sesuai dengan ajaran Islam. Aktivitas pendidikan model ini biasanya terjadi di luar formal (di masyarakat dan keluarga) atau dimana saja seseorang tersebut bisa berinteraksi dengan orang lain (Yasin, 2008 :27). Sahabuddin menjelaskan bahwa : Pendidikan adalah kegiatan yang mengandung tanggung jawab untuk memanusiakan manusia, untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Tanggung jawab itulah yang mengharuskan pendidik mengatur dan mengarahkan kegiatan, memikirkan cara, alat dan metode yang akan digunakan dalam proses pendidikan, mengusahakan alat evaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan (Sahabuddin, 1985). Islam adalah “damai”, tenteram, atau agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan kitab suci Al-Qur’an Karim.( Tafsir, 1992) Jadi kata Islam dalam Pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tersebut, yaitu pendidikan yang berwarna (bernuansa) Islam
(Pendidikan Islami). (http//www.makalah-tujuan -pendidikan -Islam) diakses 4 Agustus. 3. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusi yang berahlak mulia dan beribadah kepada-Nya. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengembangkan potensipotensi, baik jasmani maupun rohani, emosional maupun intelektual serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusi yang berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah SWT. (Thoha, 1996:100). Menurut (Achmadi, 1987: 82) tujuan pendidikan adalah Perubahan yang diharapkan setelah subyek didik mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup. Menurut Omar Muhammad As-syaebani yang dikutip Achmadi (1987: 84-85) tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri: a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak b. Sifat menyeluruh yang mencakupsegala aspek pribadi(subyek didik) dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat
c. Sifat keseimbangan, kejelasan dan tidak adanya pertentangan antara unsur-usur dan pelaksanaanya d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanaan dalam perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan individu, masyarakat dan kebudayaan untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.
4. Prinsip – Prinsip Pendidikan Islam Tujuan dalam pendidikan Islam sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur`an dan as-sunnah. Ada lima prinsip dalam pendidikan Islam yaitu a. Prinsip Integrasi (Tauhid) Prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan dunia dan akhirat oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus di akhirat. b. Prinsip Keseimbangan Prinsip
ini
Keseimbangan
merupakan
konsekuensi
yang proposional antara
dari
prinsip
integrasi.
muatan rohaniah dan
jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu terapan, antara teoritik dan praktik dan antara nilai yang menyangkut aqidah, syari`at dan akhlak. c. Prinsip Persamaan dan Pembebasan Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid bahwa tuhan adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu dan bahkan smua mahluk hidup
diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah). Pendidikan Islam adalah satu upaya ntuk membebaskan manusia dari belenggu nafsu dunia pada nilai tauhid yang bersih dan mulia. d. Prinsip Kontinuitas dan Berkelanjutan Prinsip ini dikenal konsep pendidikan seumur hidup sebab di dalam Islam belajar adalah satu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir. e. Prinsip Kemaslahatan dan Keutamaan Jika ruh tauhid telah berkembang dalam sistem moral dan akhlak seseorang dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat atau berguna bagi kehidupan. (Roqib, 2009:32-33). 5. Tanggung Jawab Pendidikan Islam Dalam
upaya
mengoperasionalkan
serta
mengaktualisasikan
pendidikan ke dalam realitas yang mampu merangsang subyek didik dengan daya responsifnya untuk tercapainya kedewasaan dalam arti yang seluasluasnya sehingga mampu merealisasikan diri sebagai pribadi muslim. a. Keluarga dan Tanggung Jawab Pendidikan Keluarga (orang tua) sebagai manusia yang lebih dewasa adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak mereka, disana mereka mulamula menerima pendidikan baik langsung maupun tidak langsung. Di samping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia
terkecil dan alamiah, artinya secara alami yang di alami setiap kehidupan manusia. Karenanya keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi dan disanalah sisitem yang paling khusus dan tersendiri. b. Masyarakat dan Tanggung Jawab Pendidikan Masyarakat ikut pula memikul tanggung jawab pendidikan, sebab masalah dan persoalan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilainilai kebudayaan yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat bangsa itu sendiri. Nilai-nilai tersebut senantiasa berkembang dan berarti ia mengalami perubahan yang terjadi di masyarakat harus di ikuti oleh pendidikan agar sesuai dengan kondisi masyarakat dan tidak ketinggalan jaman c. Pemerintah dan Tanggung Jawab Pendidikan Pemerintah ditingkat pusat maupun daerah merupakan perwujudan masyarakat bangsa dan negara, pemerintah mengemban kepercayaan untuk mengelola segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.dan hal itu telah tercantumkan melalui pembangunan nasional yang telah menjadi haluan negara bagi pemerintah tersebut.
d. Diri Sendiri dan Tanggung Jawab Pendidikan Menurut Islam apabila manusi telah mencapai tingkat mukallaf maka ia menjadi bertanggung jawab sendiri terhadap mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam. (Achmadi, 1987: 110-136) 6. Materi Pendidikan Materi dalam pendidikan Islam dibagi menjadi tiga yaitu : a. Aqidah Menurut etimologi aqidah adalah keyakinan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Aqidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam, aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Allah. Tauhid menjadi inti rukun iman prima causa seluruh keyakinan. Secara sederhana sistematika aqidah Islam dapat dijelaskan sebagai berikut, kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima causa yakni asal yang pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan Islam maka rukun iman lainnya hanyalah akibat logis ( masuk akal ) saja penerimaan tauhid tersebut. Kalau orang yakin bahwa (1) Allah mempunyai kehendak, sebagai bagian dari sifatnya maka orang yakin pula adanya (para) (2) Malaikat yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat jibril kepada para rasul-Nya yang kini dihimpun dalam (3) Kitab-kitab suci namun perlu segera dicatat dan di ingat bahwa kiatab suci yang masih murni dan asli memuat kehendak Allah adalah al-
Qur`an. Kehendak Allah itu disampaikan kepada manusia melalui manusia pilihan tuhan yang disebut Rasullullahkonsekuensi logisnya adalah kita meyakini pula akan adanya (4) Rosul yang menyampaikan dan menjelaskan kehendak allah kepada manusia untuk dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan, hidup dan kehidupan ini akan berakhir pada suatu ketika sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kitab suci dan para rosul, akibat logisnya kiata yakin adanya (5) Hari Akhir tatkala seluruh hidup dan kehidupan seperti sekarang akan berakhir. Pada waktu itu kelak Allah akan menyediakan suatu kehidupan baru yang sifatnya baqa` (abadi) tidak fana (sementara) seperti yang kita lihat dan alami sekarang. Untuk mendiami alam baqa` kelak, manusi yang pernah hidup di dunia ini akan dihidupakan kembali oleh Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai keyakinan (aqidah) tingkah laku (syari`ah) dan sikap (akhlaknya) selama hidup di dunia yang fana. Yakin adanya hidup lain selain kehidupan sekarang dan dimintainya pertanggungjawaban manusia kelak, membawa konsekuensi pada keyakinan akan adanya (6) Kada dan Kadar yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia yang fana ini yang membawa akibat pada kehidupan di alam baqa` kelak. (Ali, 2008:199-201) b. Syariah Makna asal ayari`at adalah jalan ke sumber (mata) air. Secara harfiah adalah jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim sealain
aqidah (pegangan hidup), akhlak (sikap hidup) syari`at (jalan hidup) adalah satu bagian agama Islam. Menurut ajaran Islam ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap muslim, menurut Imama Syafi`i dalam ar-risalah syari`at adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia oleh karena itu, dalam praktik makna syari`at lalu disamakan dengan fiqih sebagai ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam bentuk suruhan, syari`at mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum syari`at adalah norma hukum dasar yag diwahyukan Allah yang wajib diikuti oleh orang Islam baik dalam berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam al-qur`an masih ada yang bersifat umum. Perlu dirumuskan lebih lanjut setelah nabi Muhammad wafat. Perumusan norma-norma hukum dasar ke dalam kaidah-kaidah yang lebih konkrit, memerlukan cara-cara tertentu. Muncullah ilmu pengetahuan yang khusus menguraikan syari`at. Dalam kepustakaan hukum Islam ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqih. Ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari syari`at. (Ali, 2008:235-237) c. Akhlak Secara etimologis akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi`at. Dalam kepustakaan akhlak diartikan sikap yang
melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin juga buruk. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Sedangkan perangai adalah sifat dan watak yang merupakan sifat bawaan seseorang, pembentukannya ke arah baik atau buruk ditentukan oleh berbagai faktor, terutama orang tua dalam keluarga. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif, negatif, mungkin baik atau buruk. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, akhlak dengan taqwa nanti merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakarkan, aqidah bercabang dan berdaun syari`ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunah qauliyah (sunnah dalam
bentuk
perkataan)
Rasullullah
diantaranya
adalah
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (Hadis Rawahu Ahmad). “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhaknya” (H.r. Tarmidzi) dan akhlak nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia disebut akhlak Islam karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam al-qur`an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. (Ali, 2008: 345-349)
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang dan masyarakatnya 1. Letak geografis Desa Banyuurip termasuk dalam wilayah kecamatan Tegalrejo yang tidak jauh dari kota Magelang. Dengan alat transportasi yang ada saat ini perjalanan menuju Kota Magelang dapat ditempuh berkisar 15 menit, dengan angkutan umum yang tersedia setiap saat. Desa ini memiliki luas 165,5 ha. Yang terdiri dari Pemukiman, sawah, ladang dll. Adapun batas-batas Desa Banyuurip sebagai berikut: Desa yang berbatasan dengan Desa Banyuurip adalah: a. Sebelah Utara Desa Banyuurip merupakan Desa Purwosari b. Sebelah selatan Desa Banyuurip merupakan Kota Magelang c. Sebelah Barat Desa Banyuurip merupakan Desa Ngasem d. Sebelah Timur Desa Banyuurip merupakan Desa Tampingan Pembagian wilayah Desa Banyuurip menjadi 5 dusun yaitu a. Dusun Plumbon b. Dusun Banyuurip I c. Dusun Banyuurip II d. Dusun Sorobayan e. Dusun Ngepos
2. Keadaan penduduk Dilihat dari segi jumlah penduduknya wilayah Desa Banyuurip mempunyai jumlah penduduk 3293 yaitu orang yang terdiri dari laki-laki 1594 orang dan perempuan 1699 orang. Untuk lebih jelasnya dapat diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dikutip dari data tahun 2012 sebagai berikut : Table 3.1 Jumlah penduduk di Desa Banyuurip berdasar jenis kelamin tahun 2012
NO
Dusun
JENIS
Jumlah
Jumlah
KELAMIN
KK
Anggota
L
P
Ket
KK
1
Plumbon
214
214
130
297
428
2
Banyuurip I
437
551
674
314
988
3
Banyuurip II
405
397
230
572
803
4
Sorobayan
353
346
209
490
699
5
Ngepos
185
191
110
265
375
1594
1699
1353
1938
3293
Jumlah
Dengan jumlah penduduk: a. Usia 0-14 tahun = 1582 jiwa b. Usia 15-49 tahun = 1374 jiwa c. Usia 50 keatas
= 334 jiwa
3. Keadaan pendidikan Pada desa Banyuurip ini meskipun Desanya tergolong besar namun masih ada yang hanya tamatan SD maupun tidak tamat SD akan tetapi pada jaman sekarang sudah banyak yang meneruskan hingga tamat SLTA. Data statistik kependidikan Desa Banyuurip berdasarkan data monografi 2012 adalah sebagai berikut : Table 3.2 Penduduk menurut Pendidikan Tahun 2012 NO
JENJANG PENDIDIKAN
JUMLAH
1
Tamat perguruan tinggi
84
2
Tamat SLTA
396
3
Tamat SLTP
735
4
Tamat SD
1457
5
Tidak Tamat SD
284
6
Belum Tamat SD
228
7
Tidak sekolah
109
Fasilitas pendidikan yang ada a. TPQ/TPA
= 9 Buah
b. TK/Playgroup
= 3 Buah
c. SLTA
= -
d. SLTP/MTS
= -
e. SD/MI
= 3 Buah
4. Keadaan sosial ekonomi Berikut akan disajikan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian. Table 3.3 penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2012
NO
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
1
Petani
405
2
Buruh Tani
249
3
PNS/TNI/ABRI
132
4
Buruh Bangunan
127
5
Pedagang
289
6
Pengusaha
21
7
Swasta
421
8
Lain-Lain
369
5. Keadaan Sosial Agama Masyarakat Desa Banyuurip berjumlah 3293 orang yang mayoritas Islam sejumlah 3284 orang, kemudian Kristen sejumlah 4 orang dan Katolik 5 orang. Sebagai masyarakat dengan penduduk mayoritas Islam, maka sangat wajar jika kegiatan kemasyarakatan diwarnai dengan kegiatan keIslaman. Orang non muslim yang tinggal di Banyuurip biasanya bukan asli dari Desa sini melainkan mereka pendatang dari luar daerah.
3.4 jumlah sosial agama di Desa Banyuurip tahun 2012. No
Agama
Jumlah
1.
Islam
3284
2.
Kristen
4
3.
Katolik
5
6. Kegiatan keagamaan Warga Desa Banyuurip mayoritas beragama Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan yang diadakan oleh bapak-bapak, kegiatan ibu-ibu muda maupun remaja yang hampir dilaksanakan setiap hari, diantaranya yasinan, barjanji, qur`anan adapula pengajian selapanan yang dilaksanakan setiap jumat pahing, dan muslimatan desa yang dilaksanakan setiap hari sabtu wage, sehingga tidak pernah lepas dari balutan kegiatan keagamaan Islam, adapun yang beragama kristen akan tetapi tidak ada kegiatan yang diadakan di desa Banyuurip sehingga tidak mempengaruhi aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh orang muslim. Meskipun mayoritas beragama Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan akan tetapi masih ada juga yang Islam awam, artinya mereka hanya mengikuti agama secara turun temurun yang dibawa oleh keluarga, bisa dibilang hanya ikut-ikutan saja tanpa mengerti ajaran dan hukum yang ada didalamnya hanya mengatasnamakan Islam sebagai agama mereka. Contohnya saja pada bulan puasa masih ada saja yang tidak menjalankan puasa padahal mereka juga orang Islam dengan namun
tidak menjalankan kewajiban tersebut, contoh lain lagi masih ada saja orang-orang yang tongkrong dipinggir jalan pada saat memasuki waktu shalat, tanpa bergegas untuk membubarkan diri yang didominasi oleh kaum pria. 7. Struktur Organisasi KEPALA DESA SUDIYANTO
SEKRETARIS DESA H. MAHMUDIYONO
KEP. SEKSI PEMR YUSUF ADI
KEP. SEKSI PEMBANGUNAN SUDIYANTO
KEP. SEKSI KESRA MARSUDI
KAUR UMUM ENY TRI LAKSONO W
KAUR KEUANGAN LILIK MARYANA
B.Temuan Pelaksanaan Polo Kromo
KEPALA DUSUN
PLUMBON
BANYUURIP 2
BANYUURIP I
SOROBAYAN
NGEPOS
NUR HARIS
MUH KLASIN
MA’ARIF
SOLEH
ROHMADIN
B. Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang 1. Pemahaman Ritual Polo Kromo Di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Menurut SY yang ditemui pada 30 Juni 2012 pada jam 15.00 sebagai orang tua pengantin dari EN dan ED Polo Kromo sama saja artinya dengan pernikahan hanya saja orang-orang tua jaman dahulu sering menggunakan kata tersebut yang diambil dari bahasa Jawa Kawi tingkatanya lebih tinggi dari krama alus, sedangkan menurutnya pernikahan itu sendiri adalah ikatan lahir dan batin antara seorang lakilaki dengan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami istri. Pelaksanaan acara Polo kromo menurut RM sebagai tokoh masyarakat yang ditemui pada 29 Juni 2012 jam 19.30 hajat pernikahan di Desa Bayuurip biasanya dilangsungkan sesuai dari pemangku hajat, dalam pelaksanaan acara walimah tidak harus besar dan mewah namun tetap sakral. Kebanyakan pelaksanaannya diselenggarakan dengan kesederhanaan kecuali bagi orang-orang yang mempunyai dana lebih atau orang terpandang di desa, akan tetap menggelar ritual secara komplit. Menurut H.K sebagai tokoh agama yang ditemui pada 29 Juni 2012 jam 16.00 mengenai pemahaman nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo menurutnya jaman sekarang sudah banyak masyarakat yang tidak mengerti arti dari ritual tersebut meskipun
orang-orang sering menghadiri acara walimahan, biasanya datang hanya memenuhi kewajiban menghadiri acara walimahan. Didalam adat Polo Kromo terdapat ritual-ritual yang dilaksanakan akan tetapi pernikahan akan tetap sah meskipun tanpa menggunakan ritual adat tersebut, pada jaman sekarang sudah tidak mengetahui arti setiap ritual yang dijalankan meskipun mereka tidak mengetahui maksudnya tetapi mereka telah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti bentuk kewajiban seorang suami mencari nafkah untuk keluarganya dan istri memanfaatkan hasilnya demi keluarga. Lain lagi menurut H. SA yang ditemui 1 Juli 2012 jam 14.00 kebanyakan orang tidak mengetahui maksud dari ritual Polo Kromo tersebut termasuk dari pengantin, orang tua maupun tamu undangan kecuali bagi orang-orang yang telah mendalami tentang tata cara upacara pernikahan namun bagi yang tidak tau hanya dianggap sebagai tradisi yang biasa dilaksanakan pada walimahan. 2. Pelaksanaan ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip, Tegalrejo Magelang. Mengenai pelaksanaan Polo Kromo dijelaskan mengenai bentukbentuk ritual ada yang dilaksanakan sebelum akad, sewaktu Upacara Panggih dan sesudah walimah selesai. a. Menjelang akad nikah yaitu: 1) Srah-srahan peningset 2) Pingitan 3) Tarub
4) Siraman 5) Midodareni 6) Nyantri b. Prosesi Ritual Panggih pada waktu Walimahan 1) Bertemunya pengantin 2) Buncalan Gantal 3) Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman 4) Sinduran lan Kacar Kucur 5) Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah 6) Sungkeman c. Prosesi Ritual Setelah Walimahan Selesai 1) Upacara Mbesan 2) Upacara Sepasaran 3) Acara Jenang Sumsuman Tidak semua warga setempat menjalankan prosesi ritual pernikahan komplit seperti yang telah dijelaskan diatas, jika ada biasanya yang menjalankan ritual komplit tersebut merupakan orang-orang yang memiliki dana lebih atau yang terpandang di desanya, contohnya saja pemangku hajatnya dari bapak lurah, pedagang ataupun dari keluarga pengusaha yang telah sukses . Jadi pelaksanaan ritual tersebut tergantung kesadaran dari masing-masing orang dari pemangku hajat.
Acara walimahan biasa dipandu seorang pembawa acara dengan susunan sebagai berikut : a. Pembukaan b. Atur Pasrah Pengantin Sambutan ini disampaikan oleh wakil keluarga pengantin pria, juru bicara keluarga besan menyerahkan pengantin pria untuk dapat menjadi suami yang baik, ia juga menyampaikan terima kasih atas sgala keramahan tuan rumah dan hidangannya, serta memohon maaf atas segala kekurangan dan tingkah laku pengiring yang kurang berkenan. c. Atur panampi Atur panampi merupakan jawaban tuan rumah atas seluruh isi sambutan juru bicara pengantin pria. Karenanya, di dalamnya disampaikan kesediaan keluarga untuk menerima anak menantu dan mendidiknya ke arah kebaikan, ucapan terima kasih kepada seluruh pengiring pengantin, dan ungkapan “sama-sama” atas permohonan maaf mereka. Selain itu disampaikan pula kesediaan keluarga pengantin putri untuk memenuhi undangan sepasaran keluarga pengantin pria. d. Upacara Panggih Acara ini paling penting karena dipertemukannya kedua pengantin dan menjalankan ritual panggih pernikahan, didalamnya juga terdapat serangkaian acara diantaranya:
yang
1) Bacaan ayat suci al-qur`an Untuk mengharapkan berkah dari Allah SWT setelah acara dibuka maka dilanjutkan dengan bacaan ayat-ayat suci al-qur`an. 2) Atur Pambagyo Harjo Ucapan selamat datang merupakan sambutan dari tuan rumah yang diwakili oleh juru bicara. Sambutan meliputi selamat datang kepada para tamu, ucapan terima kasih atas kehadiran mereka, dan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penyelenggaraan resepsi pernikahan. Selain itu ucapan terima kasih terhadap kerabat, tetangga dan segenap pihak yang membantu terselenggaranya resepsi. 3) Mauidzotul Hasanah Pesan atau nasehat pernikahan yang dismpaikan oleh seorang mubaligh atau pemuka agama sebagai bekal bagi kedua mempelai untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. Biasanya diteruskan dengan doa untuk mendapatkan barokah dari Allah dan memohon restu dari tamu yang dipandu oleh seorang kyai. 4) Istirahat Pada acara ini biasanya para tamu mendapakan jamuan makanan dari pemangku hajat untuk menikmati hidangan sejenak.
5) Penutup Sebelum acara resepsi ditutup, pembawa acara meminta perias temanten untuk memandu kedua pengantin dan rombongannya menuju pintu keluar (masuk). Acara ditutup dan para tamu undangan menyalami pengantin dan keluarga sambil berjalan ke pintu.
C. TEMUAN PROSESI RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG Pelaksanaan Polo Kromo di Desa Banyuurip sama halnya dengan desa-desa sekitar kecamatan Tegalrejo Magelang setelah penentuan hari H ditentukan kedua belah pihak dari calon pengantin putra maupun putri serta persyaratan administrasi yang dibutuhkan oleh KUA ( Kantor Urusan Agama) terpenuhi maka pelaksanaan akad nikah baru dilaksanakan di kediaman rumah pengantin perempuan ataupun di masjid setempat dengan dinikahkan oleh seorang kyai ataupun petugas dari KUA. Kemudian baru diteruskan acara walimah atau resepsi dengan berbagai ritual pada Upacara Panggih. Setelah terjun ke lapangan di Desa Banyuurip, Tegalrejo Magelang. Penulis menemukan perbedaan antara pernikahan KM dengan CG dan pernikahan EN dengan ED rangkaian acara yang berbeda tersebut tidak mengurangi kesakralan prosesi pernikahan antar keduanya, perbedaan tersebut tersebut dipicu dari kemampuan dana pemangku hajat.
1. Prosesi resepsi antara KM dengan CG Acara resepsi pernikahan atau Polo Kromo antara KM dengan CG dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2012 di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Acara Walimatul Ursy dimulai jam 10.00 WIB dan selesai jam 12.00 WIB dengan dipandu oleh pembawa acara Bapak Rifai dan susunan acaranya: a. Pembukaan b. Atur pasrah penganten c. Atur panampi d. Upacara Panggih dengan Ritual : Bertemunya Pengantin, Buncalan Gantal, Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman (wiji dadi), Sinduran lan Kacar kucur, Pangkon Timbang lan Dhahar Saklimah, Sungkeman. e. Pembacaan ayat suci al-qur`an f. Atur Pambagyo Harjo g. Istirahat h. Mauidlzothul Hasanah i.
Penutup (11.30) Setelah peneliti melihat prosesi pernikahan KM dan CG maka
didapatkan informasi dari KM yang ditemui pada tanggal 26 Juni 2012, ritual-ritual yang dilakukan mulai awal hingga akhir:
a. Ritual menjelang akad nikah 1) Srah-srahan Peningset Pemberian peningset sudah diberikan bersamaan dengan waktu lamaran yang dilaksanakan satu bulan sebelum acara resepsi diadakan, berupa sejumlah uang, cincin emas, seperangkat alat sholat dan al-qur`an. 2) Pingitan Pingitan dimulai sejak tiga hari oleh calon pengantin putri sebelum acara akad nikah dilaksanakan. 3) Tarub Acara pasang tarub bersamaan dengan pemasangan tratak dilaksanakan tanggal 14 Juni 2012, pada hari itu juga tetangga sekitar sudah mulai memasak didapur mempersiapkan untuk malam hari menggelar kiriman do`a, atau orang sekitar menyebutnya dengan gendurenan yang diundangpun biasanya keluarga, kerabat dan tetangga sekitar. 4) Siraman Pada pernikahan KM dan CG tidak ada Upacara Siraman, karena untuk menghemat biaya. 5) Midodareni Pada acara midodareni ini bersamaan kedatangan calon pengantin laki-laki yang diantar oleh beberapa orang yang masih menjadi keluarganya, dan dihadiri oleh tetangga-tetangga secara
umum diadakan slametan dengan makan bersama dan lek-lekan sampai larut malam. 6) Nyantri Pada malam hari sebelum akad nikah digelar calon pengantin laki-laki sudah datang, Nyantri dilaksanakan untuk segi praktisnya, mengingat pagi harinya calon pengantin sudah harus didandani untuk pelaksanaan ijab kabul. Juga untuk keamanan pernikahan, kedua calon mempelai sudah berada di satu tempat. b. Prosesi Ritual Panggih pada Waktu Resepsi 1) Bertemunya Pengantin Upacara tahap ini pertemuan antara pengantin putra dengan pengantin putri sesaat setelah akad nikah selesai, Kedua pengantin bertemu dengan mengenakan busana kebaya warna silver dengan sangat anggun dan di depan pengantin wanita ada dua gadis kecil yang disebut patah dengan membawa kipas. 2) Buncalan Gantal Kedua penganten bertemu dan berhadapan langsung pada jarak sekitar dua atau tiga meter, Yang digunakan untuk buncalan yaitu daun sirih digulung dan diikat benang putih kemudian saling dilempar
oleh
masing-masing
pengantin,
pengantin
putri
melempar kearah kaki pengantin putra sementara pengantin putra melempar ke arah jantung pengantin putri.
3) Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman Upacara Ngidak Tigan diawali dengan juru paes mengambil telur didalam bokor, telur yang digunakan pada acara ini adalah telur ayam kampung, telur dipecahkan dengan kaki kanan pengantin putra kemudian pengantin putri segera membasuh kaki pengantin putra menggunakan air yang telah diberi bunga. 4) Sinduran lan Kacar Kucur Prosesi ini menyampirkan kain sindur yang berwarna merah ke pundak kedua mempelai (memperlai putra di sebelah kanan) oleh bapak dan ibu mempelai putri. Dan berjalan perlahan-lahan menuju pelaminan, Paling depan di awali bapak mempelai putri dan ibu mengiringi dari belakang dengan memegangi kedua ujung sindur. Sedangkan
Kacar
Kucur
caranya
pengantin
pria
menuangkan isi dari kantong yang berupa beras, uang, kacang dan kedelai kepada istrinya. Pengantin wanita menerimanya dengan kain yang sudah disediakan dan diletakkan di pangkuannya. 5) Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah Jalan upacara ini ayah Pengantin putri duduk diantara kedua pegantin, Pengantin putra duduk di atas kaki kanan ayah pengantin putri sedangkan pengantin putri duduk di kaki sebelah kiri, lalu ayahnya mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat.
6) Sungkeman Sepasang pengantin melakukan sungkem kepada kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin putri kemudian kepada orang tua pengantin putra . Pada waktu sungkem (menghormat dengan posisi jongkok , kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang di-sungkemi), keris yang dipakai pengantin pria dilepas dulu dan dipegangi oleh perias, sesudah selesai sungkem keris dikenakan kembali. c. Prosesi ritual setelah walimah selesai 1) Upacara Mbesan Biasanya acara mbesan ini dilangsungkan setelah acara panggih selesai namun apabila rumah pengantin putra masih satu daerah dengan pengantin putri. Pada acara mbesan KM dan CG pengantin diantar ke rumah pengantin putra bersamaan dengan acara sepasaran dikarenakan berbeda kota dan perjalanan yang ditempuh lumayan jauh. Acara sepasaran ini dilakukan untuk mendekatkan diri antara keluarga pihak laki-laki dan perempuan. 2) Upacara Sepasaran Acara ini diadakan setelah lima hari dari pelaksanaan upacara panggih disebut juga dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin
putri secara bersama-sama, namun acara ini tidak selengkap yang diadakan di tempat pengantin putri . 3) Acara Jenang Sumsuman Bersamaan dengan pembubaran panitia pernikahan juga diadakan acara jenang sumsuman yang digelar dipihak pengantin putri. Dari keluarga pemangku hajat membuatkan
jenang
sumsuman untuk dimakan oleh orang-orang yang sudah membantu acara hajatan. Akan tetapi lain halnya dengan pernikahan ED dan EN yang melakukan prosesi pernikahan dengan berbagai ritual didalamnya secara komplit dan masih menjunjung tinggi nilai budaya yang ditinggakan oleh nenek moyang. d. Prosesi resepsi antara ED dan EN Yang ditemui pada tanggal 2 Juli 2012 jam 15.00 EN sebagai pengantin putri, menuturkan tanggal 19 malam di rumahnya diadakan kiriman doa atau gendurenan yang dihadiri oleh keluarga, kerabat dan tetangga sekitar karena prosesi akad nikah akan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2012. Sedangkan acara walimah EN dengan ED digelar pada tanggal 23 Juni 2012 di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Acara Walimatul Ursy dimulai jam 09.30 WIB – selesai, dengan dipandu oleh pembawa acara Bapak Catur dengan susunan acaranya :
1) Pembukaan 2) Atur pasrah penganten 3) Atur panampi 4) Upacara Panggih dengan Ritual : Bertemunya Pengantin, Buncalan Gantal, Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman (wiji dadi), Sinduran lan Kacar kucur, Pangkon Timbang lan Dhahar Saklimah, Sungkeman. 5) Pembacaan ayat suci al-qur`an 6) Atur Pambagyo Harjo 7) Istirahat Selanjutnya didapatkan berbagai ritul-ritual yang dilaksanakan pada acara tersebut dari awal hingga akhir. a. Menjelang Akad Nikah 1) Srah-Srahan Peningset Pada saat lamaran dari pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu kepada calon mempelai putri sebagai peningset yaitu berupa cincin emas dan sejumlah uang, kemudian barang lainnya diberikan bersamaan dengan acara walimah diantaranya berupa pakaian, sandal, perlengkapan makeup, buah-buahan (pisang, anggur, apel dan jeruk), dan sejumlah makanan (jadah, wajik, jenang).
2) Pingitan Saat menjelang akad nikah dilakukan prosesi pingitan, tepatnya tiga hari sebelum akad nikah digelar, selama itu calon mempelai putri dilarang berpergian dan tidak boleh bertemu dengan calon mempelai putra. 3) Tarub Pemasangan tarub diawali dengan pemasangan tratak dan bleketepe dipintu masuk halaman depan rumah. 4) Siraman Sebelum acara siraman dimulai terlebih dahulu perias mempersiapkan sejumlah barang yang dibutuhkan untuk siraman, seperti air untuk mandi yang diambilkan dari tujuh mata air yang berbeda, gayung, kursi, kembang setaman, handuk dan kendi, terlebih dahulu calon pengantin putri sungkem kepada orang tuanya barulah acara siraman dilaksanakan, yang pertama memandikan adalah kedua orang tua pengantin, selanjutnya nenek lalu paman dan bibinya, dan terakhir adalah perias. Upacara ini digelar pada malam hari sebelum diadakan upacara panggih pada siang harinya. Setelah prosesi siraman selesai diteruskan dengan prosesi adol dawet, dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris", jual dawet ini dilakukan dihalaman rumah, keluarga dan kerabat sebagai
pembeli dawet dengan pembayaran menggunakan kreweng (pecahan genteng). 5) Midodareni Sebenarnya Midodareni ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Akan tetapi pada pernikahan EN dan ED akad nikah sudah dilaksanakan terlebih dahulu pada hari rabu, namun acara ini tetap berlangsung dengan sakral. Pada malam tersebut, calon mempelai putri dirias sebagaimana layaknya. Setelah menerima doa restu dari para hadirin, calon mempelai putri diantar kembali masuk ke dalam kamar pengantin, beristirahat buat persiapan upacara esok hari. Sementara para pini sepuh, keluarga dan kerabat masih melakukan lek-lekan. 6) Nyantri Dikarenakan prosesi akad nikah dengan digelarnya acara walimah berbeda hari maka calon pengantin putra datang pagipagi tanpa melakukan prosesi nyantri. b. Prosesi Ritual Panggih pada Waktu Walimah 1) Bertemunya Pengantin Upacara ini merupakan acara paling penting dan merupakan puncak dari seluruh upacara pernikahan karena
disinilah perhelatan dilangsungkan dengan ditemukannya kedua pengantin setelah dirias dengan memakai baju kebesarannya. Dalam Upacara ini pengantin putra dengan pengantin putri dipertemukan akan tetapi pengantin putri lebih dulu datangnya duduk di kursi yang telah disediakan barulah pengantin putra datang terus dipertemukan dengan pengantin putri yang dipandu oleh perias kemudian pranata cara mempersilahkan tamu undangan untuk berdiri semuanya dengan maksud supaya memberi do`a kepada kedua pengantin agar perjalanannya nanti menjadi keluaraga yang Sakinah Mawaddah Warahmah. 2) Buncalan Gantal Mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan.Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke kaki mempelai putra. 3) Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman Upacara ini mempelai pengantin putra menginjak telur ayam kampung hingga pecah lalu
mempelai pengantin putri
membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk.
4) Sinduran lan Kacar Kucur Setelah acara wiji dadi (injak telur), ibu pengantin putri memasang selendang (sindur) menutupi pundak kedua pengantin. Selendang berisi kedua mempelai lalu ditarik oleh ayahanda dan didorong oleh ibu, ayahanda pengantin putri mendahului berjalan dimuka menuju kursi pengantin Pemberian kacar-kucur dari pengantin putra kepada pengantin putri berupa: kacang, keledai, beras, yang dikucurkan oleh mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai putri sudah disiapkan sapu tangan yang besar. Lalu kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan. 5) Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah Kedua mempelai duduk dipangkuan bapak mempelai putri. Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri dan mempelai putra dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Kemudian
dilanjutkan
Dhahar
Saklimah
dengan
disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat yang datang, sepasang pengantin makan bersama, saling menyuapi. Pengantin putra menyuapi kepada istrinya, sesudah itu ganti sang
istri menyuapi suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. 6) Sungkeman Kedua pengantin minta doa restu dari kedua orang tua, pertama kepada orang tua pengantin wanita, dan selanjutnya kepada orang tua pengantin pria. Kedua pengantin berjongkok dan menyembah orang tua mereka. Para orang tua menerima sungkem kedua mempelai mengan mengulurkan tangan kanan untuk dijabat dan dicium, sedangkan tangan kiri mengelus kepala pengantin. Kegiatan memohon doa restu ini disebut sungkeman. Selama sungkeman, perias mengambil dan menyimpan keris yang dipakai pengantin pria dan dipakaikan kembali setelah sungkeman selesai. c. Prosesi ritual setelah walimah selesai 1) Upacara Mbesan Biasanya acara Mbesan ini dilangsungkan setelah acara Panggih selesai pengantin diantar ke rumah pengantin putra untuk melaksankan walimah disana namun karena rumah ED berbeda kota maka acara mbesan dilangsungkan dengan prosesi ngunduh mantu. 2) Upacara Sepasaran Acara ini diselenggarakan setelah lima hari perhelatan pernikahan dilangsungkan, yang diselenggarakan oleh pengantin pihak putra namun tidak sebesar atau semeriah Upacara Panggih.
Akan dilangsungkan
tetapi
pada
bersamaan
pernikahan
EN
dengan ngunduh
dan mantu
ED
ini
dipihak
pengantin putra jadi pengantin dan keluarga datang 2 hari sebelum acara ngunduh mantu
digelar,
barulah kerabat
pengantin
perempuan yang lainnya datang pada acara ngunduh mantu tersebut. 3) Acara Jenang Sumsuman Setelah acara demi acara terlaksana sukses maka dilaksanakan acara terakhir yakni pembubaran panitia dengan suguhan jamuan makanan berupa jenang sum-suman dan makan bersama biasa diadakan pada malam hari.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Polo Kromo atau pernikahan termasuk salah satu ibadah, bukan hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologis saja, tetapi juga untuk memulai kehidupan baru yang penuh hikmah dengan pasangan hidupnya, dan menyambung keturunan dalam naungan rumah tangga yang penuh kedamaian. Menurut ajaran agama Islam, menikah adalah menyempurnakan agama. Oleh karena itu, barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia telah berusaha menyempurnakan agamanya dan berarti pula berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. Hajat pernikahan di Desa Banyuurip masih diselenggarakan sesuai dengan kemampuan pemangku hajat, pelaksanaan hajat tidak harus besar dan mewah seperti di gedung-gedung besar karena suksesnya sebuah acara belum tentu dari pesta pernikahan yang mewah dan meriah akan tetapi kesakralan dan
kekhidmatan
pelaksanan
yang
diselenggarakanya.
Kebanyakan
pelaksanaan Polo Kromo diselenggarakan dengan kesederhanaan namun masih menjunjung tinggi nilai ritual yang terkandung didalamnya akan tetapi ada juga yang masih melaksanakan ritual secara komplit.
Mendasar pada paparan hasil penelitian mengenai Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang sebelum akad nikah di mulai maka ada tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dan calon mbesan membicarakan hari lamaran, dan penentuan hari ijab qobul, setelah ditentukan barulah pihak calon pengantin putra dan pengantin putri memenuhi persyaratan administrasi yang dibutuhkan oleh KUA (Kantor Urusan Agama) maka barulah dilaksanakan prosesi akad nikah, yang menikahkan bisa kyai ataupun petugas dari KUA. Setelah prosesi akan nikah biasanya dilanjutkan dengan upacara panggih yaitu suatu upacara pertemuan pengantin putra dengan putri, dimana pengantin putri datang dan duduk di kursi pelaminan lebih dulu kemudian pengantin putra datang dan dipertemukan antara keduanya yang di pandu oleh perias barulah pranata cara mempersilahkan tamu undangan untuk berdiri dengan maksud supaya memberikan doa kepada kedua pengantin agar perjalanan hidupnya diberikan kelancaran serta menjalankan ritual seperti balangan suruh, ngidak tigan lan wijik sekar setaman, sinduran lan kacarkucur, bobot timbang lan dhahar saklimah, dan sungkeman. Hajat pernikahan dilakukan berdasarkan adat kedua mempelai, lazimnya pesta pernikahan diadakan oleh pihak perempuan. Pada dasarnya Jawa memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal budaya, salah satunya adalah ritual Polo Kromo namun sayang sekali budaya yang begitu menarik dan menyimpan banyak nilai tidak mampu merasuk hati generasi penerus bangsa untuk memaknai nilai yang terkandung pada ritual tersebut. Akibatnya,
semakin hari nilai ritual Polo Kromo semakin tidak dipahami nilai yang terkandung di dalamnya.
B. Ritual yang Terdapat dalam Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Bendasarkan pada contoh pelaksanaan Polo kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang terdapat beberapa ritual yang dilaksanakan, ritual dalam Polo Kromo di Desa Banyuurip adalah sebagai berikut: 1. Menjelang Akad Nikah a. Srah-Srahan Peningset Biasanya srah-srahan peningset ini diberikan oleh pihak calon pengantin putra kepada calon pengantin putri sebagai simbol asok tukon yang diberikan identik dengan cincin emas, sejumlah uang dan beberapa bingkisan seperti mukena, alquran bisa juga ditambah pada waktu upacara panggih sebagai hantaran seperti pakaian, sandal, perlengkapan make-up, buah-buahan, dan makanan lain. Untuk melaksanakan Srah-srahan peningset ada yang dilakukan dalam suatu acara tersendiri atau digabung dengan acara lainya, antara lain saat bersamaan dengan acara melamar, tukar cincin, upacara malam midodareni atau menjelang saat pernikahan. Acara ini biasanya dilaksanakan sesudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga pengantin.
b. Pingitan Prosesi pingitan ini dilakukan dari pihak pengantin putri 3 hari sebelum akad nikah digelar, calon pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar rumah untuk berpergian dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya, namun pada dasarnya pingitan ini dilaksanakan karena orang tua mengkhawatirkan apabila tidak ada prosesi pingitan calon mempelai putri akan diculik oleh orang lain maupun kabur dari rumah, apabila pernikahan ini dari proses perjodohan. Selama masa pingitan berlangsung calon pengantin perempuan membersihkan diri dan mempercantik dirinya untuk menghadapi prosesi panggih yang akan berlangsung. c. Tarub Upacara pasang tarub diawali dengan pemasangan bleketepe (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri, pemasangan bleketepe. Hiasan tarup terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang memiliki nilai-nilai simbolik. d. Siraman Upacara ini terlebih dulu dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin, kemudian baru dimandikan oleh orang tua dilanjutkan pini sepuh lainya dengan jumlah yang memandikan biasanya tujuh sampai sembilan orang,
kemudian calon mempelai putri dihanduki dan dibopong oleh ayahnya menuju kamar pengantin. Bagi pengantin yang memakai adat Surakarta, acara kemudian dilanjutkan dengan dodol dawet. Ditempat yang disediakan, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". Jual dawet ini dilakukan dihalaman rumah. Pembelinya adalah para tamu yang terdiri dari keluarga besar dan kerabat dekat dengan menggunakan uang yang terbuat dari kreweng yaitu pecahan genteng. Uang kreweng hasil penjualan dawet tersebut dikumpulkan dalam kantong kecil yang terbuat dari kain. e. Midodareni Midodareni berasal dari kata widodara yang berarti bidadari, kisah ini berasal dari legenda Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Jaka Tarub adalah seorang manusia biasa yang berhasil memepersunting bidadari setelah berhasil mencuri selendang sang bidadari yang telah mandi. Suatu hari ketika Nawang Wulan berhasil menemukan selendang, ia pun kembali ke khayangan. Namun sebelum kembali ia berjanji akan menjenguk ke bumi tepat di malam midodareni. Legenda bidadari turun dari khayangan kini sekarang menjadi mitos di Jawa. Konon di malam midodareni meski hanya berdandan sederhana calon pengantin putri akan tampil cantik.
Acara ini diselenggarakan malam hari usai upacara siraman. Sebagai sebuah acara tirakatan, dengan kesederhanaan. f. Nyantri Nyantri merupakan datangnya calon pengantin putra pada malam harinya di rumah calon putri sebelum pagi harinya diadakan prosesi ijab kabul. Tentu nyantri sebelumnya sudah dibicarakan dan disetujui kedua pihak, untuk segi praktisnya, mengingat besok pagi sudah harus didandani untuk pelaksanaan ijab kabul dan panggih supaya tidak kecapean saat melaksanakan upacara panggih. Juga untuk keamanan pernikahan, kedua calon mempelai sudah berada disatu tempat. 2. Prosesi Ritual Panggih pada Waktu Resepsi a. Bertemunya Pengantin Upacara tahap ini merupakan upacara pertemuan antara pengantin putra dengan pengantin putri yang diselenggarakan pada saat acara panggih, kedua mempelai mengenakan busana pengantin kebesarannya yang menjadi terlihat semakin anggun dan wibawa dengan
pakaian
yang
dikenakannya,
upacara
ini
bertujuan
mempertemukan kedua pengantin di depan semua tamu undangan. b. Buncalan Gantal Buncalan adalah kegiatan saling melempar antar pengantin yang hendak dipertemukan dengan menggunakan gulungan daun sirih, pada jarak kurang lebih lima langkah masing-masing mempelai saling
melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan. Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Di Banyuurip balangan yang digunakan adalah daun sirih yang diisi gambir dan kapur sirih dan diikat benang. c. Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman Pada acara ngidak tigan mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah, lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Usai pengantin putra menginjak telur, pengantin putri kemudian mencuci dan mengeringkan kaki pasanganya. d. Sinduran dan Kacar Kucur Pada acara ini sepasang pengantin saling berdampingan, pengantin putri di sebelah kiri dan putra disebelah kanan, kemudian ibu pengantin putri mengenakan dan memegangi sindur dari belakang, sementara ayahnya ada di depan pengantin berjalan pelan-pelan menuju ke pelamian. Dengan mengalungkan kain sindur di pundak kedua mempelai sebagai simbol untuk menyatukan kedua mmpelai menjadi satu dengan jari kelingking mempelai saling bergandengan. Kacar-kucur ini dilakukan dengan cara pengantin putra menumpahkan kantong yang berisi beras, kacang, uang dan sebagainya diterima oleh pengantin putri dengan sapu tangan
sederhana diatas pangkuanya yang disangga dengan dua belah tangannya sesudah menjadi kosong oleh pengantin putra kantong dikebutkan sebagai bukti bahwa semuanya sudah ditumpahkan kepada pengantin putri. e. Bobot Timbang dan Dahar Saklimah Tahap berikutnya adalah bobot timbang dengan tata caranya ayah pengantin putri duduk di pelaminan dengan posisi lutut tegak siku-siku kemudian pengantin putri duduk di paha kaki kiri ayahnya, dan pengantin putra duduk di kaki kanan ayahnya. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, pak) kata sang ibu. "Podo-podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Acara dilanjutkan dengan upacara dhahar saklimah dengan cara kedua pengantin saling menyuapi. f. Sungkeman Sepasang pengantin melakukan sungkem kepada kedua belah pihak orang tua, mula-mula kepada orang tua pengantin putri kemudian kepada orang tua pengantin putra. Sungkem adalah merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua serta memohon restu untuk berumah tangga. Pada waktu sungkem (menghormat
dengan
posisi
jongkok,
kedua
telapak
tangan
menyembah dan mencium lutut yang di sungkemi), keris yang dipakai
pengantin putra dilepas dulu dan dipegangi oleh perias, sesudah selesai sungkem keris dipakai kembali. 3. Prosesi Ritual setelah Resepsi selesai a. Upacara Mbesan Setelah acara walimahan selesai biasanya di pihak pengantin perempuan kemudian dilangsungkan dengan acara mbesan yaitu pengantin diantar menuju kediaman lelaki dengan diantar beberapa rombongan atau pengombyong yang ikut mengantarnya. Namun acara ini dilaksanakan apabila jarak rumah pengantin putra dengan putri dekat atau masih dalam satu daerah. Acara ini untuk mendekatkan hubungan kekeluargaan antar kedua belah pihak. Namun yang paling unik pada acara Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang ini adalah sewaktu pengantaran pengantin
di perjalanan apabila menemui
jembatan sungai atau kretek yang pertama dilewati ada seorang rombongan yang ditugasi untuk membuang ayam di jembatan tersebut tanpa memasukan unsur kemusrikan didalamnya,
supaya selamat
diperjalanan dari berangkat sampai pulang kembali, itu naluri orang jaman dahulu akan tetapi masih dijalankan sampai sekarang. b. Upacara Sepasaran Upacara Sepasaran ini biasanya diadakan 5 hari setelah upacara panggih. Umumnya penyelenggaraan acara ini tidak semeriah
upacara panggih di pengatin putri, hanya dikhususkan kepada keluarga dan kerabat dekat serta para tetangga. c. Acara Jenang Sumsuman Setelah semua acara berlangsung dengan sukses maka acara berikutnya adalah pembubaran panitia di tempat pengantin putri, yang di tandai dengan dibuatkan jenang sumsuman yaitu bubur halus yang terbuat dari tepung beras dan diberi cairan gula kelapa, maka berakhirlah seluruh tugas panitia, jenang sumsuman yang dibuat oleh pemangku hajat simbol agar sumsum tulang belakang yang kecapaian selama bertugas membantu pemangku hajat kemarin segera bisa pulih kembali. Acara ini bisanya dilakukan sekitar seminggu setelah perhelatan berlangsung karena tuan rumah perlu menghitung banyak hal mengenai sewa-menyewa, pinjam-meminjam dan memberesi semua alat-alat.
C. Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Magelang Di dalam ritual Polo Kromo juga mengandung nilai-nilai pendidikan yang mengambil dari ajaran agama Islam 1. Menjelang akad nikah a. Srah-srahan Peningset Acara Srah-srahan ini dimaksudkan ketika seseorang sudah menerima lamaran dari pria yang akan menikahinya maka dari pihak
perempuan tidak boleh menerima pria lain apabila ada yang menanyakannya dan mengajak menikah. Secara garis besarnya memiliki makna sebagai tanda pengikat, yang diikat yakni hati, lesan dan perbuatan keluarga untuk tidak menerima lamaran dari orang lain b. Pingitan Seorang wanita remaja mulai dipingit yaitu dibatasi untuk keluar rumah apabila tidak diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan wanita sebagai pengamanan sementara bagi calon mempelai sebelum upacara panggih. c. Tarub Dalam makna yang luas pemasangan tarub ini dimaksudkan supaya calon pengantin mengerti bahwa setiap orang berkewajiban mewujudkan kesejahteraan, pelindungan pengayoman dan kesejukan kepada rakyat yang disimbolkan dengan memberikan sandang yang layak kepada istri sesuai dengan kemampuanya. d. Siraman Makna upacara ini, secara simbolis merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin bagi calon mempelai yang dilakukan dirumahnya. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para pinisepuh. Sedangkan adol dawet ini sebagai simbol bahwa hasilnya agar dijadikan modal, maksudnya agar kedua mempelai dalam mengarungi bahtera kehidupan rezekinya lancar dan tidak mengalami kesulitan.
Dan agar upacara pernikahan yang akan dilangsungkan dikunjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. e. Midodareni Upacara ini bertujuan agar calon mempelai mendapat restu dari bidadari, hingga penampilan upacara inti calon mempelai bisa tampil cemerlang f. Nyantri Untuk segi praktisnya, mengingat besok pagi sudah harus didandani untuk pelaksanaan ijab kabul dan panggih supaya tidak kecapean saat melaksanakan upacara panggih. Juga untuk keamanan pernikahan, kedua calon mempelai sudah berada disatu tempat. 2. Prosesi ritual panggih pada waktu walimahan a. Bertemunya pengantin Upacara tahap ini merupakan upacara pertemuan antara pengantin putra dengan pengantin putri yang diselenggarakan pada saat acara panggih agar kehidupannya mendatang selalu baik. b. Buncalan gantal Adapun makna yang terkandung didalamnya adalah kedua mempelai secara lahir batin telah menyatukan tekad dan rasa untuk menghadapi suka duka maupun pahit getirnya kehidupan berumah tangga dan membuang kejelekan masing-masing pasangan
c. Ngidak tigan lan wijik sekar setaman Upacara ngidak tigan sebagai simbol pemecahan selaput dara pengantin putri oleh pengantin putra sehingga berhasil menurunkan benih dan mendapatkan keturunan yang baik. Sedangkan sebagai lambang bakti seorang istri kepada suaminya dengan kaki yang sudah tercuci pengantin putra diharapkan bersih lahir batin. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. d. Sinduran lan kacar kucur Secara sederhana sindur bisa berarti isin mudur atau malu bila mundur maksudnya walau badai kehidupan yang harus mereka hadapi sangat berat kedua mempelai harus bersikap malu untuk mundur kalau harus berpisah. Kemudian dilanjutkan Kemudian dilanjutkan dengan kacarkucur, upacara ini merupakan lambang bahwa suami yang bertugas mencari nafkah untuk keluarga, secara simbolik tengah menyerahkan hasil jirih payahnya pada istrinya. e. Bobot timbang lan dhahar saklimah Acara ini sebagai lambang bahwa kedua orang tua pengantin putri tidak membeda-bedakan antara anak sendiri dan menantu. Dilanjutkan prosesi dhahar saklimah yang memiliki makna kedua mempelai agar bisa hidup rukun, saling mengisi dan tolong menolong, mampu bersatu dalam keadaan suka dan duka, bersuami
istri hendaknya membangun keakraban lahir batin saling menerima apa adanya. f. Sungkeman Upacara sungkeman dilangsungkan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti kepada kedua orang tua mereka baik terhadap orang tua pengantin putri atau putra. 3. Prosesi ritual setelah walimah selesai a. Upacara mbesan Untuk mendekatkan hubungan silaturahim antara kedua pihak pengantin putra dan pengantin putri. b. Upacara sepasaran Upacara ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman temanten putri agar dapat hidup di lingkungan temanten pria apabila setelah menikah nantinya kedua temanten itu akan bertempat di keluarga pria, maka biasanya sekaligus dengan boyongan. c. Acara jenang sumsuman Dan acara ini sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah merahmati semuanya sehingga tugas kepanitiaan berjalan dengan sukses.
D. Implementasi Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Pada Ritual Polo Kromo
Dalam Kehidupan Masyarakat Di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Penulis akan memaparkan beberapa hal mengenai implementasi nilainilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo bagi pengantin, orang tua dan masyarakat. Dalam acara Polo Kromo terdapat ritual jawa yang terjaga secara turun temurun, akan tetapi generasi sekarang kurang mengetahui makna dan arti yang terkandung dalam ritual yang dijalankan pada prosesi pernikahan tersebut. Kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui nilai yang terkandung di dalam setiap ritual yang di gelar, kecuali bagi orang-orang yang telah mendalami tentang tata cara upacara pernikahan, bagi mereka yang tidak mengetahui hanya dianggap sebagai tradisi yang biasa di atur oleh pranata cara pada waktu walimah. Meskipun masyarakat banyak yang tidak tau namun dalam kehidupan sehari-hari mereka telah mengimplementasikan nilai pendidikan tanpa disadari karena mereka menyadari akan hak dan kewajiban sebagai suami maupun istri. Diharapkan bagi pasangan suami istri mengerti, mengetahui serta melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab mereka, seperti suami bekerja sebagai upaya mencari nafkah dan diberikan kepada istri, istripun menyadari kewajibanya untuk patuh dan tunduk kepada sang suami.
Warga Banyuurip yang mayoritas muslim mereka berbekal ilmu agama, pengetahuan dan nesahat yang diberikan orang tua, serta cara mendidik yang diterapkan orang tua kepada anaknya, maka pasangan pengantin baru akan menerapkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Polo Kromo tanpa mereka sadari bahwa mereka melakukan kewajiban dan hak itu sesuai dengan ritual yang telah dijalani seperti: 1. Suami mencari nafkah untuk istri, istri memanfaatkan nafkah tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan yang diperlukan. 2. Istri patuh terhadap suami dan bisa melayani suami dengan baik. 3. Saling menjaga kehormatan keluarganya. 4. Secara bersama-sama menghadapi manis getirnya kehidupan meskipun menghadapi masalah yang berat. 5. Menyatukan tekad meskipun banyak perbedaan yang terjadi dalam kehidupan 6. Adanya keinginan untuk hidup mandiri untuk membentuk keluarga sendiri tanpa bergantung dari orang tuanya. 7. Jika ada masalah berusaha menyelesaikan dengan bermusyawarah antara suami dan istri mencari jalan yang terbaik bagi keduanya tanpa menguntungkan salah satu pihak. 8. Tetap menjalin hubungan yang baik terhadap kedua belah pihak orang tua, keluarga besar dan masyarakat, serta berusaha memberikan yang terbaik dengan bersikap yang baik pula meskipun sedang terjadi perselisihan.
9. Memberikan pendidikan dan contoh teladan yang baik kepada anak-anak agar menjadi anak yang soleh serta berguna bani Bangsa. Ditinjau dari pelaksanaan ritual Polo Kromo sebagaimana yang terjadi dalam prosesi pernikahan KM dengan CG dan pernikahn EN dan ED menurut penulis merupakan perpaduan dari tradisi adat jawa dengan ajaran agama Islam. Meskipun kebanyakan masyarakat Banyuurip secara langsung tidak mengetahui makna yang terkandung dalam setiap ritual namun secara tidak sadar mereka mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing sebagai suami istri.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dan berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan mengenai: 1. Pelaksanaan ritual Polo Kromo Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip diadakan sesuai dengan kemampuan dari pemangku hajat yaitu : a. Ritual dilaksanakan secara komplit b. Ritual dillaksanaan secara sederhana Kedua ritual tersebut meliputi: a. Prosesi ritual menjelang akad nikah 1) Srah-srahan Peningset 2) Pingitan 3) Tarub 4) Siraman 5) Midodareni 6) Nyantri b. Prosesi ritual panggih pada waktu walimahan 1) Bertemunya pengantin
2) Buncalan Gantal 3) Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman 4) Sinduran lan Kacar Kucur 5) Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah 6) Sungkeman c. Prosesi setelah ritual waliamahan selesai 1) Acara mbesanan 2) Acara Sepasaran 3) Acara jenang sumsuman . 2. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang disajikan dibawah ini: a. Menjelang Akad Nikah 1) Srah-srahan Peningset Mengandung nilai kesetiaan, karena sebagai tanda pengikat, yang diikat hati dan perbuatan keluarga untuk tidak menerima lamaran dari orang lain. 2) Pingitan Mengandung nilai keamanan, karena untuk menjaga kehormatan calon pengantin wanita atau sebagai pengamanan sementara bagi calon mempelai.
3) Tarub Mengandung nilai optimisme, karena melambangkan harapan mudah-mudahan suami istri murah sandang pangan untuk mewujudkan kesejahteraan hidupnya. 4) Siraman Mengandung nilai kesucian karena upacara ini melambangkan pembersihan diri dari dosa serta sifat-sifat yang kurang baik yang harus dilebur sebelum upacara akad berlangsung. Sedangkan adol dawet termasuk dalam nilai optimisme karena sebagai simbol supaya kehidupan rumah tangga rizkinya lancar. 5) Midodareni Mengandung nilai keindahan, karena untuk mendapat restu putri dari surga yang sangat cantik dan sangat harum baunya sehingga bisa tampil cemerlang dalam upacara panggih..
6) Nyantri Mengandung nilai keamanan, karena dari segi praktisnya untuk keamanan pernikahan kedua calon mempelai sudah berada disatu tempat. b. Prosesi Ritual Panggih pada waktu Resepsi 1) Bertemunya Pengantin Mengandung nilai optimisme supaya dalam kehidupannya pengantin selalu diberikan kebaikan dalam menjalani hidupnya.
2) Buncalan Gantal Mengandung nilai kesucian karena merupakan sikap untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dari masing-masing pasangan. 3) Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman Mengandung nilai kualitas, karena mereka tidak lagi menjadi gadis dan jejaka untuk menghasilkan keturunan yang baik sesuai dengan syariat islam. Wijik sekar setaman mengandung nilai kepatuhan sebagai lambang bakti istri kepada suami. 4) Sinduran lan KacarKucur Mengandung nilai kegigihan, melambangkan bahwa kelak jika hidup berumah tangga akan menghadapi berbagai persoalan dan cobaan hidup, harus tetap tabah dan mempertahankan rumah tangganya, sedangkan kacar-kucur termasuk dalam nilai tanggung jawab karena pengantin putra sebagai simbol bertanggung jawab memberi nafkah keluarganya. 5) Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah Mengandung nilai keadilan karena orang tua tidak boleh membeda-bedakan antara anak sendiri dan menantu, bersikap adil terhadap keduanya. Sedangkan dhahar saklimah termasuk dalam nilai kerukunan karena simbol dhahar saklimah melambangkan meskipun sepiring berdua yang terpenting kerukunan tetap selalu terjaga.
6) Sungkeman Mengandung nilai kepatuhan karena melambangkan ucapan terimakasih atas segala perhatian, asuhan, dan bimbingannya sejak masih dalam kandungan sampai berumah tangga.
c. Prosesi Ritual Setelah Walimah Selesai 1) Upacara Mbesan Mengandung nilai kekeluargaan karena untuk mendekatkan hubungan kedua belah pihak pengantin putra dan putri. 2) Upacara Sepasaran
Mengandung nilai teladan karena untuk memberikan gambaran agar dapat beradaptasi di lingkungan keluarga suaminya, bagaimanapun keadaannya.
3) Acara Jenang Sumsuman Mengandung nilai syukur karena acara ini simbol rasa syukur kepada Allah karena telah diberi kelancaran dalam melaksanakan hajat pernikahan.
C. Implementasi Nilai Pendidikan Islam pada Ritual Polo Kromo dalam kehidupan masyarakat di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang, yakni:
a. Kewajiban suami mencari nafkah, suami sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan. b. Istri taat dan patuh terhadap suami. c. Adanya kewajiban hidup mandiri dengan penuh tanggung jawab dan bekerja sama, tanpa menggantungkan kepada orang tua lagi. d. Tetap berbakti kepada orang tua walaupun telah menikah dan memiliki keluarga. e. Orang tua memberikan perlindungan dan membimbing anaknya dalam membentuk rumah tangga pada awal-awal pernikahan. f. Kerukunan dan gotong royong dan saling membantu dalam hidup bermasyarakat. g. Menjaga nama baik keluarga bangsa dan negara. h. Menyatukan satu tekad untuk membentuk keluarga yang bahagia. i.
Memberikan pendidikan dan contoh teladan yang baik kepada anakanak agar menjadi anak yang soleh serta berguna bani Bangsa.
B. Saran-Saran Diharapkan studi tentang Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada makna ritual pernikahan yang berupa Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ritual Polo Kromo yang terkandung dalam ritual tersebut. Untuk itu pengharapan penulis sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan tata cara pernikahan masyarakat diharapkan tidak hanya tau tetapi paham maksud dan nilai yang terkandung di dalamnya, juga diterapkan dalam kehidupan berumah tangga. 2. Upacara ritual Polo Kromo perlu untuk dilestarikan, karena didalamnya
memuat nilai-nilai pendidikan yang tinggi. Setiap prosesi dan ritual dalam upacara adat pernikahan jawa memiliki makna yang baik. Terlepas dari ada tidaknya hukum ritual upacara adat pernikahan Jawa dalam agama, tetapi dengan melestarikan budaya tersebut maka akan melestarikan budaya negara kita yang kaya akan kebudayaan.
lampiran Hasil Wawancara
Kepada
: Tokoh Mayarakat
Nama
: Bpk. Rusman
Tanggal
: 29 Juni 2012
Jam
: 19.30
PERTANYAAN 1. Apa yang dimaksud dengan Polo Kromo ? 2. Apa saja Ritual dalam Polo Kromo dan apa artinya ? 3. Bagaimana pelaksanaan Polo Kromo di Desa Banyuurip ?
JAWABAN 1. Biasane cah lanang wadon sing wes duwe pacar njuk runtang runtung cah loro kan ora apek nek didelok tonggo yo lingkungan barang, daripada nimbulke fitnah luweh apek di dadeke nganten wae, wong nikah yo termasuk sunnah nabi, jan-jane Polo Kromo ki artine yo nikah kui. 2. Ritual nikah ki akeh mbak, ana sing dijalani sakdurunge akad, pas walimah yo ono saklebare walimah ki yo jeh ono a. Prosesi sakdurunge walimah 1. Srah-srahan Peningset : Srah-srahan ki podo wae karo bayar tukon, biasane sakdurunge nikah ono rembug tuo seko pihak sing lanang nakoke nang sing wedok bar kui gek dibayar tukoni, nek nang daeah kene ki yo tergantung kemampuane to mbak, bedo-bedo le nukoni ning biasane tetep gowo seperangkat alat sholat karo ditambah lian-
liane gawe nunjukke nak calon sing lanang ki ngajak serius ben ora dilamar karo wong liyo.
2. Pigitan : Jaman mbiyen ki biasane 7 dino ning saiki ki gur 3 dino mbak do ora betah yae nak kesuen, pingitan ki gawe pengamanan sementara samare ndak melarikan diri opo meneh nek dijodohke karo sing ra dikarepke. 3. Tarub Pemasangan tarub ditandai pemasangan tratak direwangi tonggo teparo nandake nak wes bebojon ki karo tonggo tetep kudu gotong royong mbak. 4. Siraman Jaman saiki siraman wes jarang ning yo jeh ono siji loro sing jalanke acarane walimah yo mesti meriah gedhen gawe simbol ngresi`i awak sakdurunge waimah digelar. 5. Midodareni Secara umume ngancani sing arep dadi nganten malam terakhir bujang, nang acara iki tonggo teparo do lek-lekan. 6. Nyantri Intine nyantri ben ora telat tekone pas acara akad nikah. b. Prosesi ritual pada upacara panggih 1. Bertemunya pengantin Asline ngantene bar dipingitora ketemu, njuk ditemokke nanggo rasukan kebaya didandani ben ketok gagah karo ayu, seko acara iku penjalukkane karo Allah ben uripe apek. 2. Buncalan Gantal Buncalan gantal ki podo wae karo balagan suruh (godong suruh) istilah jawane gabungan seko kesusu lan weruh njuk dadi suruh amarga nganten selak pengen ketemu, sing lanang mbandem nang
arah jantung sing wedok nandake cintane, nak sing wedok nang arah pahane sing lanang artine wong wedok ki kudu patuh karo sing lanang. 3. Ngidak Tigan lan Wijik Sekar Setaman Acara iki nandake pecah pamor sing wedok (kegadisane) ben duwe keturunan sing apek, nek wijik sekar setaman nandakke dadi wong wedok ki kudu patuh karo sing lanang. 4. Sinduran lan Kacar Kucur Sinduran ki lak ngantene dikalungke selendang nang nganten njuk digendong karo bapakne sing duwe arti wong tuo ki tetep ngowei arahan karo anakke sing wes nikah. Nek kacar kucur ki nyuntak beras sing wes ditadai karo nganten sing wedok artine dadi wong lanang ki kudu nduweni tanggung jawab ngowei nafkah marang anak lan bojone. 5. Bobot Timbang lan Dhahar Saklimah Dadi wong tuo ki ora entuk mbedak-mbedake antarane anakke dewe karo mantune, mantu ki yo dianggap koyo anak`e dewe, bedo meneh karo dhahar saklimah wong sek wes nikah ki mesti enek susah senenge yo dirasake bareng-bareng digambarke lewat dhahar saklimah kasarane sing pentig mangan bareng urep tentrem marang keluargane. 6. Sungkeman Meski wes nikah tapi tetep cok njaluk do`a karo wong tuo ben uripe diwei kelancaran marang gusti Allah. c. Prosesi setelah upacara walimah selesai 1. Upacara Mbesan Mbesan ki gawe nyedakke hubungan kekeluargaan seko pihak sing wedok kro sing lanang.
2. Upacara Sepasaran Nang prosesi sepasaran nganten wedok diboyong gowo nang sing lanang. 3. Acara Jenang Sumsuman Syukuran amarga wingi pas acara walimah wes diwei kelancaran marang gusti Allah..
3.Pelaksanaan Polo Kromo Hajat
pernikahan
nang
njurip
biasane
tergantung
seko
kemampuane sing duwe gawe, walimahan ki jane ora kudu geden yo mewah sing mesti tetep sakral. Nek sing acara walimahe geden ki biasane sing duweni dana akeh utawa kaya pak lurah njuk sing do bakul-bakul wes sukses kui.
Kepada
: Tokoh Agama
Nama
: Bpk. H. Kurdi
Tanggal
: 29 Juni 2012
Jam
: 16.00
Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan Polo Kromo ? 2. Menurut anda apakah pengantin, orang tua dan tamu undangan mengetahui nilai yang terkandung di dalam ritual tersebut? 3. Apakah mereka dapat mengimplementasikan maksud dari ritual tersebut?
Jawaban 1. Polo kromo ki asline podo artine karo nikah yaiku penyatuan insan manusia lewat akad nkah ben dadi pasangan sing sah lan halal, njuk biasane nang acara walimah ki ono ritual-ritual sing dilakoni ning asline yo gur gawe simbol, meski ora dilakoni yo tetep sah nikahe sing penting lak akad nikahe. 2. Jaman saiki wes do ora ngerti nok, padahal ki jane do kerep nekani acara walimahan, ning lak gur sekedar nekani undangan walimah do ora gagas tekan artine. 3. Saiki wong njurip akeh sing ora ngerti maksude paling-paling sing ngerti ki gur siji loro ning meski ora ngerti tetep do sadar opo sing dadi hak ro kewajibane contone wae wong lanang kerjo golek nafkah kan wes duwe tanggungan anak bojone.
Kepada
: Tokoh Agama
Nama
: Bpk. H. Slamet Achjari
Tanggal
: 29 Juni 2012
Jam
: 16.00
Pertanyaan 1. Menurut anda apakah pengantin, orang tua dan tamu undangan mengetahui nilai yang terkandung di dalam ritual Polo Kromo? 2. Apakah mereka dapat mengimplementasikan maksud dari ritual tersebut?
Jawaban 1. Masyarakat saiki wes do ora ngerti maksude ritual gon nikah kecuali pancen sing wes mendalami tata cara upacara nikah (permadani) contone pranata cara gon walimah mesti luweh ngerti ketimbang wong biasa, ning masyarakat sing do ora ngerti artine paling yo gur dianggep tradisi sing wes diatur karo pranata cara. 2. Meski akeh-akehe do ora ngerti artine nikah nanging wes do diterapke nang kehidupane soale hak lan kewajiban sing lanag karo sing wedok ki wes diajarke nang agama islam.
Kepada
: Pengantin
Nama
: Endang Nurwiyanti dan Eko Dono Hadi Saputra
Tanggal
: 2 Juli 2012
Jam
: 16.00
Pertanyaan 1. 2. 3. 4.
Bagaimana acara pernikahan anda kemarin? Apa saja ritual yang dilakukan pada pernikahan anda kemarin? Apakah anda mengetahuinama dan nilai yag terkandung didalamnya? Apakah nantinya nilai yang ada pada ritual, akan anda terapkan dirumah tangga anda?
Jawaban 1. Alhamdulillah lancar sesuai harapan, tamune yo akeh sing iso teko meski kesel tapi yo tetep seneng. 2. Akeh dek, pas walimah ki ono sungkeman, balangan suruh, nyuntak beras, njuk pae gendong kae, tapi sakdurunge ki yo ono siraman, adol dawet ning jane ki podo wae karo sing do nikahan liane, opo sing dikon karo periase teko manut kan ibue perias sing luweh ngerti ketimbang aku. 3. Sitik-sitik ngerti jenenge tapi nek nilai sing terkandung akeh sing ora ngerti paling sing ngerti ki gur nyuntak beras artine bojoku ngowei nafkah, njuk sungkeman ki mohon restu marang wong tuo, nek mbesanan kae gawe nyedakke hubungan keluarga gonku karo gon masku paling kui liane akeh sing ora ngerti 4. Insyalloh iya, gek berusaha dadi istri sing apek iso nyenengke bojone nglakoni opo kewajibane koyo to nyiapke kebutuhane bojoku, kan wong lanang ki seneng nek bojone manut opo sig dikarepke, tapi jenengane nikah kadang mesti ono masalah tapi insyaallah diselesaikan dengan cara yang baik.
Kepada
: Pengantin
Nama
: Chusna Mabruroh dan Cahyo Gunawan
Tanggal
: 2 Juli 2012
Jam
: 16.00
Pertanyaan 1. 2. 3. 4.
Bagaimana acara pernikahan anda kemarin? Apa saja ritual yang dilakukan pada pernikahan anda kemarin? Apakah anda mengetahuinama dan nilai yag terkandung didalamnya? Apakah nantinya nilai yang ada pada ritual, akan anda terapkan dirumah tangga anda?
Jawaban 1. Nikahanku ki sederhana tapi yo tetep nyenengke wong iso bebrayan karo wong sing tak senengi. 2. Opo yo mbak, pokoe sakdurunge akad ki tonggo-tonggo do tarub masang tratak bar kui mbengine ono gendurenan sing teko yo lumayan akeh, pas mbengi kui ki bojoku yo teko wong omahe kan adoh ijabe kae ndilalae yo gasek. Nek pas walimah kae ki yo acarane koyo gon lian-liane nak mantu. 3. Akeh-akehe orang ngerti, paling ki sing ngerti gur suami mncari nafkah ngono wae. 4. Ya, harapane ki dikaruniai anak nek sholeh, intine yang baiklah.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama
: Wiwit Ariyani Nasikhah
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Magelang, 25 April 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Banyuurip Tegalrejo Magelang
Latar Belakang Pendidikan Formal 1997- 2002
: MI Yakti Banyuurip, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang
2002 - 2005
: MTs Yakti, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang
2005 - 2008
: MAN MAGELANG , Kab. Magelang
2008 - Sekarang
: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Salatiga)
Banyuurip,13Agustus 2012
Wiwit Ariyani Nasikhah 11108004