HAMBATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA UJUNGNEGORO KECAMATAN TULIS KABUPATEN BATANG TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ANISWATUN HIDAYAH NIM 11108147
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
MOTTO
Ø
Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Ø
Perhiasan terindah adalah kerendahan hati.
Ø
Kekayaan terbesar adalah kebijaksanaan.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya Persembahkan untuk : Ø
Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu menyayangi, mengarahkan dan memberikan yang terbaik untukku dari sejak lahir sampai sekarang.
Ø
Bapak Mahfud Ridwan dan ibu Nafisah yang selalu memberikan nasihatnasihatnya.
Ø
Bapak Drs.Juz`an.M.Hum yang sudah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran sampai skripsi ini selesai.
Ø
Untuk kakak-kakakku tersayang yang selalu memberi semangat dan motivasi.
Ø
Keponakan-keponakanku yang menjadikan hidupku penuh keramaian.
Ø
Adik-adikku di Edi Mancoro (d’iis, d’hasan, d’roni d’nida, d’sari, d’iin, d’risa) dan semuanya tanpa terkecuali.
Ø
Teman- temanku di Edi Mancoro baik santri putra maupun santri putri, terimakasih telah membuat hari-hariku penuh warna dan keceriaan.
Ø
Teman-teman PAI Kelas E Angkatan 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyinari dunia ini dan menunjukkan kepada kita jalan yang benar dan agama yang diridhoi Allah SWT. Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban penulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, jurusan tarbiyah (PAI), maka penulis membuat karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “HAMBATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA PADA MASYARAKAT NELAYAN
DI
DESA
UJUNGNEGORO
KECAMATAN
KANDEMAN
KABUPATEN BATANG TAHUN 2012”. Akhirnya dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua Prodi PAI STAIN Salatiga. 3. Bapak Drs. Djuz’an M.Hum selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan dengan penuh ketelitian, perhatian dan kesabaran.
4. Bapak Ibu dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Bpk K.H. Mahfudz Ridwan, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu mendo’akan dan senantiasa memberikan penyegaran rohani kepada penulis. 6. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu penulis baik yang berupa moral maupun materiil. Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali do’a kepada Allah SWT, semoga amal sholeh bapak, ibu, teman-teman dan semua pihak dapat diterima Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang mulia disisi-Nya. Amin. Penulis berkeyakinan, bahwa pembaa yang budiman akan mengadakan evaluasi-evaluasi dan kritikan seperlunya. Dimana penulis sendiri berkeyakinan dan menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh jadi kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap tulisan ini dapat menjadi sumbangsih yang sangat berguna, walaupun sangat sederhana, dan akhirnya penulis memanjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga amal hamba ini menjadi amal saleh yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, Penulis
Agustus 2012
ABSTRAK
Hidayah, Aniswatun. 2012. Hambatan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Pada Masyarakat Nelayan Di Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Djuz`an, M.Hum. Kata kunci: Hambatan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Nelayan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tentang hambatan pendidikan agama Islam dalam keluarga pada masyarakat nelayan di desa Ujungnegoro. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui peneli an ini adalah (1) apa hambatan pendidikan agama Islam dalam keluarga pada masyarakat nelayan di desa Ujungnegoro?, (2) bagaimana pandangan masyarakat desa Ujungnegoro tentang pendidikan agama Islam di keluarga nelayan desa Ujngnegoro?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengamatan dan observasi. Temuan dalam penelitian ini adalah pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan di desa Ujungnegoro terdapat banyak hambatan antara lain: faktor agama, faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor budaya. Dalam hambatan-hambatan tersebut banyak masyarakat yang kurang peduli akan pendidikan agama Islam dalam keluarga mereka. Contoh seperti faktor ekonomi, karena kepala keluarga yang harus mencari nafkah ke laut dan jarang sekali pulang jadi pantauan untuk pendidikan agama Islam juga kurang. Disamping itu juga karena kesibukan dari istri-istri nelayan yang harus bekerja juga menjadi pendidikan agama Islam dalam keluarganya juga kyrang. Berdasarkan pencarian data di desa Ujungnegoro tidak sedikit masyarakat yang peduli terhadap pendidikan agama Islam sehingga baik pendidikan formal maupun non formal dari masyarakat nelayan desa Ujungnegoro masih kurang. Demikian juga seperti budaya yang masih suka berfoya-foya masih melekat pada diri seorang nelayan. Berdasarkan hal tersebut harusnya dari para orangtua juga tidak boleh meninggalkan tanggungjawab mereka akan pendidikan agama Islam di keluarganya, meskipun kesibukan dari mereka tidak bisa ditinggalkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .........................................
iv
MOTTO .....................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .....................................................................................................
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR TABEL...............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
6
E. Penegasan Istilah ..........................................................................
7
F. Metode Penelitian ........................................................................
9
G. Sistematika Penulisan ..................................................................
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hambatan PAI Masyarakat Nelayan ..............
15
1. Masyarakat Nelayan ..............................................................
15
2. Hambatan Nelayan ................................................................
16
B. Masalah-masalah dalam pendidikan ...........................................
18
1. Hambatan Dasar Pendidikan Islam ......................................
18
2. Pendidikan Institusional ........................................................
20
3. Pendidikan Agama Islam ......................................................
21
C. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam......................................
24
D. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat
BAB III
Nelayan.................................................................................. ...
26
E. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................
29
F. Materi Pendidikan Agama Islam ................................................
31
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Ujung Negoro ......................................
34
1. Keadaan Geografis ................................................................
34
2. Kondisi Masyarakat UjungNegoro .......................................
37
B. Latar Belakang Desa UjungNegoro sebagai kawasan andalan .
47
1. Lokasi dan Kondisi Alam......................................................
47
2. Aktivitas Industri....... ............................................................
51
C. Profil Informan ............................................................................
52
BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Wawancara ......................................................................
56
B. Pembahasan ................................................................................
59
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
63
B. Saran ...........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan agama Islam menjadi topik utama dalam penulisan skripsi ini. Dunia pendidikan saat ini mendapat berbagai kritik karena belum mampu dalam menanggulangi berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Dunia pendidikan juga banyak dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat tidak mampu mencapai perubahan dalam kehidupan mereka. Ranah pendidikan yang notabennya merupakan kawah candradimuka masyarakat untuk mengetahui, membaca dan mengenal kepribadian dan kemampuan diri serta sampai dimana kompetensi dirinya dalam hidup ini sebenarnya adalah ranah ideal dan signifikan, tapi masalahnya ada pada gerak dan proses ranah itu sendiri yang belum efektif dan efisien bagi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang ada hanyalah proses transfer pengetahuan saja dan belum menyentuh akar yang lebih mendalam lagi, seperti panggilan kepribadian, potensi diri, dan mental yang sanggup menghadapi derasnya perputaran roda zaman. Masalah pendidikan semakin runyam dengan kondisi anak didik yang semakin sulit untuk di ingatkan dan tidak bernilai dalam tindak tanduknya (Sutrisno,2006:5-6). Seperti tawuran massal dan terjebak dalam praktik-praktik yang semakin menghancurkan moral-moral mereka. Seperti pemikiran Ahmad Wahib pada 27 April 1969 menulis :
Moral itu lebih banyak merupakan produk atau akibat daripada sebab. Karena itu, saya heran setiap mendengar pidato atau khotbah tokoh-tokoh islam yang tekanan pembicaraannya selalu pada moral, moral dan moral. Seolah-olah moral itu merupakan alat penyelesaian masalah. Masalah masyarakat. Moral adalah norma atau cita-cita dan bukan alat penyelesaian. Dia lebih banyak sebagai produk. Karena pidato-pidato tentang moral itu sama sekali tidak realistis. . . mereka butuh beras, butuh norma-norma. Mereka merinduka bagaimana masyarakat yang sekarang ini menjadi lebih adil, lebih makmur dan bukan orang-orang yang menyodorkan mimpi-mimpi yang indah-indah tentang masyarakat adil makmur, apalagi mereka yang hanya bisa bermimpi tentang moral. Moral bukanlah masalah yang berdiri sendiri. . . tergantung pada politik ekonomi dan sistem masyarakat tergantung pada moral (Soyomukti,2008:83-84). Seperti itulah kenyataanya. Di zaman orde baru pendidikan moral adalah pelajaran wajib dan mendapatkan prioritas utama. Sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, di tahun ajaran baru dilakukan penataran yang dianggap sebagai diklat moral dan mental. Di tengah-tengah kesulitan hidup dan ketertekanan ekonomis, jiwa mereka bukan dibangkitkan untuk menghadapi realitas objektif yang dapat dijelaskan sebab akibatnya, tetapi harus sadar bahwa ternyata segala sesuatu sudah diatur dan ditentukan sesuatu di luar diri mereka. Itu bukan hanya tidak memberi penjelasan terhadap sebab-sebab objektif kenapa masyarakat miskin dan dimiskinkan, tetapi mereka hanya tahu bahwa penyebab persoalan yang ada di dunia ini adalah karena kurangnya moral mereka, seperti setan juga dapat dijadikan pelarian untuk mencari kekayaan secara ajaib dan penuh dosa. Dari itu kemudian manusia hanya akan mengejar dunia saja tanpa melihat akibat yang akan dihadapinya ketika diakhirat nanti. Seperti lupa akan kewajiban mereka sebagai manusia yaitu beriman kepada Allah, yang seharusnya mereka
melaksanakan apaa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan Allah, karena masalah ekonomi maka sebaliknya mereka akan melaksanakan apa yang dilarang oleh Allah seperti meninggalkan sholat dan ibadah-ibadah lainnya. Melihat fenomena itu sangat memprihatinkan mengingat banyaknya masyarakat kita yang masih jauh memadai, terutama bagi masyarakat desa Ujungnegoro sangat banyak problem dalam pendidikan agamanya. Banyaknya masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan sehingga mereka kesulitan dalam memberikan dan mengontrol anak-anak mereka dalam pendidikan agama. karena pemahaman pentingnya pendidikan dari orang tua itu sendiri sangat rendah sehingga menjadikan proses belajar itu menjadi terhambat. Pusat-pusat pendidikan seperti madrasah yang letaknya tidak terlalu jauh pun kurang mereka perhatikan. Banyak dari keluarga di desa Ujungnegoro yang mensekolahkan anak-anak mereka ke sekolah umum meskipun jarak yang ditempuh lebih jauh dari madrasah yang sudah jelas pelajaran pendidikan agamanya lebih banyak. Hal itu juga terdorong oleh lemahnya pemahaman pendidikan agama dalam keluarga masyarakat nelayan desa ujung negoro kecamatan kandeman kabupaten batang. Dari statistik pendidikan yang terpampang di kantor kelurahan di Desa Ujungnegoro juga sangat kecil sekali masyarakatnya yang mengenyam pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat lanjutan. Masa seperti ini adalah masa yang sangat sulit bagi anak dan orang tua, karena telah terjadi perubahan yang sangat besar dalam kehidupan terutama pada diri anak. Banyak terjadi perubahan yang menyulitkan anak dalam memahami
hal-hal yang mendasar tentang diri manusia serta perubahannya. Orang tua mengalami kesulitan ketika menyampaikan hal tersebut kepada anaknya. Dalam kondisi seperti ini orang tua dituntut lebih cerdik dan bijaksana dalam mendidik anaknya mengenai nilai-nilai serta perasaan emosional yang mendasar. Karena kehidupan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam mempelajari emosi. Orang tua sangat berperan dalam menyampaikan pendidikan yang terbaik untuk anak, terutama pendidikan agamanaya karena zaman yang dihadapi sudah berbeda dengan zaman orang tuanya dulu. Hal itu tertuang dalam QS At Tahrim : 6
îps3 Í´¯»n=tB $pköŽn=tæ äou‘$yf Ïtø:$#ur ⨠$¨Z9$#$yd ߊqè%ur #Y‘$tR ö/ä3 ‹Î=÷d r&ur ö/ä3 |¡ àÿ Rr&(#þqè% (#qãZtB#uä tû ïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ ÇÏÈ tb râsD÷sム$tB tb qè=yèøÿ tƒur öN èd ttBr&!$tB ©! $#tb qÝÁ ÷ètƒ žw ׊#y‰ Ï© Ôâ Ÿx Ïî Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, perihalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S Al-Tahrim :6) Pendidikan agama Islam itu merupakan pendidikan yang sangat penting sekali, sehingga orang tua harus mampu mengarahkan pendidikan nya di bidang keagamaan. Seorang anak sejak dini harus mampu membaca Al-Quran, melakukan salat, puasa dan sebagainya semua itu tergantung kepada orang tua dalam mengarahkan dan membimbingnya. Sebagaimana dalam hadist:
ﻛﹸﻞﱡ: ﻠﱠﻢ ﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﱠﻠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﻮﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻗﹶﺎﻝﹶﻪﻨ ﺍﷲُ ﻋﻰﺿﺓﹶﺭﺮﻳﺮ ﻫ ﺍﹶﺑﹺﻰﻦﻋ )ﺭﻭﺍﻩ.ﺎ ﻧﹺﻪﺠﹺﺴﻤﻳ ﺍﹶﻭ ﻧﹺﻪﺮﺼﻨﻳ ﺍﹶﻭﺍﻧﹺﻪﻮﹺ ﺩﻬ ﻳﺍﻩﻮ ﻓﹶﺄﹶ ﺑﺓﻄﹾﺮﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻔ ﻋﻟﹶﺪﻮ ﻳﻟﹸﺪﻮﻣ (ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya : Dari Abu Hurairah r.a berkata : Bersabda Rasulullah Saw setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tua nya lah yang akan menjadikan ia sebagai yahudi, nasrani atau majusi.(H. R. Bukhari ). Dari hadist diatas jelas bahwa apabila orang tua mengajarkan dan membimbing anak dengan prinsip-prinsip iman dan islam maka anak akan tumbuh dan berkembang dalam akidah dan Islam, begitu juga sebaliknya, apabila orang tua tidak menanamkan prinsip-prinsip keagaman pada diri anak, maka nantinya ia akan tumbuh dengan mengikuti arah hidup yang berlaku dilingkungan sekitarnya. Dengan sendirinya anak akan mudah terpengaruh dan terjerumus kedalam hal-hal yang akan menyesatkannya, yang bisa berdampak negatif bagi kehidupan dan masa depannya. Hal-hal di atas merupakan arena terbaik untuk membekali mereka dari berbagai perubahan tatanan kehidupan baik saat ini maupun saat mendatang.
B. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah diatas penulis merujuk masalah sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi hambatan pendidikan agama islam di keluarga nelayan desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang tahun 2012?
2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang pendidikan agama islam di keluarga nelayan Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai masalah-masalah pendidikan agama islam dalam Keluarga Masyarakat nelayan (Kasus 10 keluarga nelayan di Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang ). Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan pendidikan agama Islam pada keluarga nelayan di desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang tahun 2012. 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang pendidikan agama Islam di keluarga nelayan Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran tentang pandangan pendidikan agama Islam pada keluarga nelayan di desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang pada khususnya dan pada masyarakat nelayan atau pesisir lain pada umumnya. b. Diharapkan juga dapat menjadi motivasi dalam mengembangkan metode pendidikan agama pada keluarga nelayan di Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. 2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan : a. Dapat memberikan masukan kepada para pendidik dan orang tua dalam pelaksaan pendidikan agama Islam dengan menggunakan metode yang inovatif dan variatif. b. Memberikan manfaat dan sumbangsih bagi proses pelaksaan dan pengembangan pendidikan agama terutama bagi penulis dan bagi masyarakat pada umumnya.
E. Penegasan Istilah Penegasan istilah dari judul “HAMBATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA UJUNGNEGORO KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2012” ialah sebagai berikut :
1. Hambatan Menurut Kamus Bahasa Indonesia hambatan adalah sesuatu perdebatan yang
masih
menimbulkan
suatu
masalah
yang
harus
dipecahkan
(Fajri,2002:671). Hambatan
adalah
masalah/hambatan/tantangan/kesulitan.
Yang
dimaksud dengan hambatan pendidikan agama islam disini adalah hambatan yang menjadi kendala dalam pelaksaan pendidikan agama di suatu keluarga masyarakat nelayan desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. Hambatan pendidikan agama islam adalah kendala-kendala yang menjadi penyebab terganggunya proses belajar terutama pada pendidikan agamanya yang penyebabnya adalah beberapa faktor tertentu, seperti ekonomi, motivasi, pembiayaan, pemahaman akan pentingnya pendidikan agama, keluarga dan lingkungan. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim sejati, bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya (Depag RI,1986:9).
3. Keluarga Menurut Abu Ahmadi keluarga adalah sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan di mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. 4. Masyarakat Nelayan Masyarakat nelayan adalah orang-orang yang tinggal disuatu tempat atau desa yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
F. Metode Penelitian a. Rancangan Penelitian Menurut Lexy metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,2002:3). Pendekataan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dengan metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan dapat juga melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia ini. Penulis dapat merasakn apa yang mereka alami dalam pergulatan dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin saja belum penulis ketahui sama sekali.
b. Subjek Penelitian Subjek yang penulis teliti adalah masyarakat Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. Sesuai dengan judul yang penulis ajukan, maka penulis mencari informasi dari anggota keluarga masyarakat nelayan desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang sebagai data primer penelitian. Karena data dan informasi yang penulis butuhkan adalah pendidikan agama di desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang, maka yang penulis teliti adalah Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. Subjek utama penelitian ini adalah keluarga masyarakat nelayan di desa Ujungnegoro. Di desa Ujungnegoro ada dua yang dikategorikan sebagai nelayan yaitu nelayan juragan (jurumudi) dan nelayan buruh. Karena kebanyakan di Ujungnegoro adalah nelayan buruh maka yang diteliti oleh penulis adalah nelayan buruh, dimana tempat tinggal mereka adalah rumah yang sederhana, yang terbuat dari dinding bambu, beratap genting dan didalamnya hanya ada perabotan yang sederhana. Penulis juga harus mencari data-data secara langsung atau langsung terjun ke lapangan. Maka penulis lebih memfokuskan pada keluarga nelayan desa Ujungnegoro dan tokoh masyarakat jika memang dibutuhkan. Sebagai acuan dalam menuliskan rumusan-rumusan masalah dan untuk memperlancar jalannya pembuatan skripsi ini.
Nelayan desa Ujungnegoro berbeda-beda jenisnya, ada nelayan laut dan nelayan tambak. Karena yang diteliti adalah nelayan laut, maka waktu yang dilakukan untuk mencari ikan pun bervariasi. Seperti juragan yang sudah mempunyai karyawan, mereka tidak harus susah payah pergi ketika hari masih gelap. Nelayan buruh yang pagi hari harus bersiap-siap untuk pergi melaut dan pulang ketika hari sudah petang. Yang terkadang sampai tiga hari bahkan satu bulan tidak pulang. Ketika pulangpun belum tentu uang yang mereka bawa bisa untuk mencukupi keluarga, tergantung dari hasil tangkapan ikan di laut. Dari situasi seperti itu maka penulis dalam penggalian data memerlukan waktu yang tepat untuk pengumpulan data dan informasi. Banyak nelayan yang ketika penulis melakukan penelitian tidak ada di rumah, maka penelitian pun sebagian dilakukan pada istri-istri nelayan. 1) Instrumen Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan sedikit kesulitan dalam menyusun instrumen penelitian, karena penelitian ini bersifat observasi, interview maka yang penulis butuhkan adalah alat tulis untuk mencatat data yang diambil dari observasi di masyarakat desa Ujungnegoro tentang stastik pendidikannya. 2) Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang bersifat kualitatif sumbernya cukup sebagian dari masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Pengumpulan data dilakukan menjadi 2 (dua), yakni : a) Data Primer, yang diperoleh dengan melakukan penelitian berupa wawancara dengan keluarga nelayan baik secara individual maupun bersama. Wawancara akan dihentikan jika informasi yang diperoleh sudah relatif sama dan ada pengulangan data. b) Data
Sekunder,
yang
diperoleh
melalui
data
kepustakaan,
pengumpulan data dari berbagai tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini. 3) Analisis Data Data dari penelitian ini akan dianalisa secara kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penulis memilih penelitian kualitatif yang digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu untuk menyesuaikan metode penelitian lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, dan metode ini juga menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Metode ini juga lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak keluarga nelayan di Desa Ujungnegoro. Kesimpulan dari hasil wawancara maka dapat diperoleh hasil penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada sehingga dapat
disimpulkan
apakah pendidikan agama islam di desa Ujungnegoro
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang bisa berjalan dengan baik atau tidak.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini disusun secara sistematika, halaman judul, halaman pengajuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, motto, abstrak, kata pengantar dan dafar isi. Pada bagian utama terdiri dari isi dan daftar pustaka. Adapun kerangka skripsi pada bagian utama dijabarkan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II Kajian Pustaka. Pembahasan ini menguraikan tentang : Tinjauan Umum Hambatan Pendidikan Agama Islam Masyarakat Nelayan, Masalahmasalah Dalam Pendidikan Agama Islam, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Dalam Masyarakat Nelayan, Tujuan Pendidikan Agama Islam, Materi Pendidikan Agama Islam. Bab III adalah Paparan Data dan Temuan Penelitian. Yang dibahas dalam bab ini yaitu Gambaran Umum Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang, Latar Belakang Desa Ujungnegoro Sebagai Kawasan Andalan.
Bab IV Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V Penutup. Dalam bab terakhir ini adalah membahas tentang kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pendidikan dan penutup sebagai kesempurnaan dalam skripsi ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hambatan Pendidikan Agama Islam Mayarakat Nelayan 1. Masyarakat Nelayan Masyarakat menurut Para ahli Sosiologi yang dikutip oleh Ari H. Gunawan sebagai berikut : a. Mac Iver dan Page mendefinisikan masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu berubah. b. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut masyarakat adalah tempat orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Gunawan, 2000:14). Dalam pengertian lain bahwa masyarakat atau disebut community (masyarakat setempat) adalah warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu negara. Apabila suatu kelompok itu baik besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa memenuhi kepentingan-kepentingan hidup bersama, maka kelompok tersebut masyarakat setempat (Soekamto, 1990:162). Masyarakat adalah pengemban tugas budaya, yang tidak sekedar sebagai tugas prakarsa pengalihan dari pengetahuan dan keterampilan ataupun pengalihan nilai-nilai budaya dan sosial melainkan tugas pengembangan budaya bagi peradaban
manusia yang semua ini diikhtiari melalui pendidikan. Pendidikan dijadikan sasaran karena secara hierarkis dapat diruntut pada sesuatu yang ideal yang kemudian disebut nilai-nilai, seterusnya menjadi landasan prinsip-prinsip moral. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak di kategorikan sebagai nelayan. Seperti istri, anak dan orang tua nelayan yang tidak aktif dalam operasi penangkapan ikan tidak dikategorikan sebagai nelayan. Ahli mesin dan ahli listrik yang bekerja di atas kapal penangkap dikategorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan ikan.
2. Hambatan Dalam kamus bahasa indonesia hambatan adalah rintangan/halangan. Hambatan adalah sesuatu yang menghalangi. Disini hambatan adalah sesuatu yang menghalangi proses berjalannya pendidikan agama islam pada keluarga nelayan di desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. Hambatan sudah pasti ada dalam suatu kehidupan masyarakat dan tidak akan lepas dari kehidupan. Karena dari suatu hambatan itulah manusia akan menjadi lebih bisa untuk mengambil hikmahnya. Dengan adanya hambatan atau rintangan manusia akan lebih bisa berfikir logis dan akan selalu mencari jalan keluar dari hambatan itu.
Hambatan juga merupakan suatu masalah atau persoalan. Persoalan atau masalah tidak hanya ada dalam diri pribadi. Tetapi dalam suatu keluarga, organisasi, masyarakat dan dalam suatu
lembaga pendidikan juga pasti
terdapat suatu masalah. Lebih spesifik lagi pendidikan yang bersifat keagamaan baik pendidikan dalam keluarga ataupun masyarakat. Dengan adanya persoalan atau masalah yang dihadapi merupakan suatu tantangan yang harus diatasi oleh manusia sebagai proses menuju kedewasaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya yang menjadi embrio dalam peningkatan kualitas manusia bermutu harus melalui jalur pendidikan. Sistem pendidikan bagi umat islam harus mengoperasikan bidang keagamaan, spiritual, sosial dan politik. Sistem nilai islam tersebut telah menciptakan beberapa perbedaan dasar antara sistem pendidikan islam dan modern baik di timur maupun di barat. Perbedaan yang menonjol antara keduanya pada sikap atau pandangan terhadap itu hidup sendiri, dimana islam menganggap bahwa hidup bukan suatu akhir dari segalanya tapi alasan-alasan untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual setelah hidup. Sedangkan dalam pandangan barat hidup kenikmatan di dalamnya adalah sebagai tujuan akhir hidup itu yang didukung oleh materi yang berkecukupan (Suwito, 2005: xiv-xv).
B. Masalah-Masalah Dalam Pendidikan Agama Islam 1. Hambatan Dasar Pendidikan Islam Ketertinggalan pendidikan Islam telah sedemikian parahnya. Yaitu masyarakat tidak memprioritaskan pendidikan agama karena pendidikan agama dianggap tidak bisa membantu mnyelesaikan masalah ekonomi mereka. Mereka tahu tentang agama hanya sekedarnya saja. Hal ini mengundang keprihatinan yang mendalam dan menyisahkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang melatar belakangi keadaan tersebut. Seperti; apakah karena adanya SDM ? ataukah karena adanya aspek-aspek yang terkait dengan
persoalan teologi dan kultur
masyarakat muslim Indonesia yang cenderung jumud dan ortodoks? Ataukah akibat dari problem strukturalis yang diskriminatif terhadap keberadaan pendidikan Islam yang lulusannya cenderung tidak produktif ? Atau mungkin karena akumulasi dari berbagai persoalan tersebut ? Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebenarnya pada masa lampau pendidikan Islam pernah menjadi tumpuan utama bagi masyarakatnya dan perkembangannya senantiasa seirama dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat pada masanya. Dalam catatan sejarah, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam bermula dari pengajian-pengajian di rumah-rumah penduduk yang dilakukan oleh para penyebar islam yang kemudian berkembang menjadi pengajian di langgar-langgar, masjid dan pondok
pesantren. Pendidikan Islam memang dapat diterima seiring dengan jalannya pertumbuhan Islam pada waktu itu. Demikian pula pada masa kolonial Belanda dan Jepang, sistim pendidikan Islam tetap bertahan dan dapat menyesuaikan dengan tuntutantuntutan kebutuhan. Namun, pasca era kemerdekaan sampai sekarang dinamika pertumbuhan sistim pendidikan Islam cenderung menurun dan kurang dapat mengimbangi kebutuhan obyektif masyarakat. Pada masa selanjutnya muncullah bentuk madrasah dan upaya untuk memasukkan materi pendidikan agama kedalam kurikulum pendidikan umum yang didirikan oleh kolonial Belanda. Pada masa selanjutnya, yakni ketika bangsa Indonesia memasuki alam kemerdekaan, maka bentuk-bentuk sistim pendidikan Islam baik pesantren, madrasah maupun disekolah-sekolah umum terus berlanjut, tetapi dengan perkembangan yang tampaknya menunjukkan ketertinggalan dari perkembangan masyarakatnya sendiri. Namun apapun yang terjadi, cara pandang yang terlalu merendahkan martabat pendidikan Islam jelas kontra produktif, apalagi hal yang menjadi tolak ukur adalah kemajuan di Barat. Ketertinggalan dalam pendidikan Islam haruslah dilihat sebagai tantangan. Orientasi ini menjadi demikian penting agar terhindar dari munculnya problem baru yang lebih serius. Artinya, apabila melihat ketertinggalan pendidikan Islam ini dengan rasa rendah diri, maka dengan sendirinya telah mengawali problem baru.
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai tantangan dalam pendidikan Islam, diantaranya: Pertama adalah pengembangan potensi manusia. Mengembangkan potensi manusia dalam pandangan pendidikan Islam merupakan tantangan yang bersifat holistik, berkesinambungan dan tanpa akhir. Kedua, membahas tentang kegagalan dari para pemikiran Barat dalam membangun konsep tentang sifat asal manusia yang tidak dipandu oleh wahyu. Ketiga, membahas tentang tantangan budaya fatalistik dari kaum muslimin sendiri. Keempat, membahas tentang munculnya ancaman di era abad 21, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perubahan sosial. Pada zaman sekarang banyak sekali masalah-masalah dalam pendidikan agama. Jumhur fuqaha sepakat bahwa hukum-hukum syariat Islam berkisar pada pemeliharaan lima permasalahan yang menjadi pangkal setiap cabang hukum yaitu pemeliharaan agama, pemeliharaan jiwa, pemeliharaan kekayaan,
pemeliharaan
kehormatan
dan
pemeliharaan
akal
(Abdurrahman,1995:77). 2. Problematika Institusional Kekinian Perubahan sosial yang terjadi secara simultan dalam masyarakat, pada gilirannya akan merangsang munculnya berbagai permasalahan dalam lembaga pendidikan Islam, diantaranya adalah problem lulusan LPI dengan tuntutan dunia industri, kualitas SDM dan lingkup LPI, masalah keilmuan Islam yang dilematis dan ambivalensi penyelenggaraan pendidikan Islam.
Semua hal tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang sangat penting untuk segera dicarikan solusinya. Namun, problem yang lebih mendasar untuk dipecahkan adalah dua persoalan terakhir, karena kedua persoalan itu dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam pada masa kini maupun masa datang. Apabila kedua problem tersebut kurang mendapat tanggapan dimungkinkan masa depan pendidikan Islam hanya tinggal nama, karena telah ditinggalkan oleh masyarakat yang aktif mengikuti perubahan. Masyarakat kurang berfikir dan kurang menyadari bahwa pendidikan agama bisa merubah nasib mereka, bisa merubah rantai kemiskinan. Dari pendidikan yang sederhana seperti itu saja mereka kurang memperhatikan. Yang menjadi hambatan dalam pendidikan agama di Ujungnegoro yaitu wawasan tentang pendidikan yang rendah, kurangnya kesadaran dari mereka akan pentingnya pendidikan agama, kurang adanya keberanian mental dari mereka dan juga karena pendidikan orangtua rendah sehingga kesadaran mereka dalam pendidikan agama juga rendah. 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan
adalah
proses
pembudayaan.
Sedangkan
proses
pembudayaan adalah dasar yang tepat untuk bagaimana menggambarkan manusia sebagai makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (Bahruddin,2007: 4).
Menurut Hasan Langgulung Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang-orang yang sedang dididik. Sedangkan menurut Ali Khalil Abul A’inain Pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu setiap falsafah yang dianut oleh setiap masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut oleh masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan denagn upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya (Abuddin Nata, 2010:28-29). Dari pengertian pendidikan diatas dapat dikatakan bahwa proses pendidikan masyarakat satu dengan masyarakat lain itu berbeda baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformalnya. Pendidikan formalnya seperti sesuai dengan falsafah yang dianut oleh masyarakat tersebut. Karena pendidikan sebagai fasilitator yang melayani manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Tetapi ideologi progresivisme yang menempatkan pendidikan hanya sebagai fasilitator yang melayani masyarakat tampaknya belum diterima dikalangan para ahli pendidikan pada umumnya. Jenis pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal ialah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang sistem pengajaran dan kurikulumnya sudah ditentukan oleh pemerintah. Model pendidikan seperti ini banyak ditemukan di daerah perkotaan baik yang
negeri maupun swasta. Pendidikan ini biasanya dimulai dari usia pra sekolah sampai perguruan tinggi. Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang diselenggarkan untuk pemenuhan ilmu, yang sistem belajar mengajar dan kurikulumnya tidak ditentukan oleh pemerintah tetapi di sesuaikan dengan kebutuhan siswa siswinya. Lulusan pendidikan ini tidak mendapatkan ijazah yang dimana ijazah tersebut nantinya dapat dipergunakan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan formal sebagai syarat untuk melamar pekerjaan. Akan tetapi hasil dari pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau pemerintah daerah yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Fungsi pendidikan nonformal adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan menggunakan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal itu sendiri meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya. Pendidikan agama islam tidak lagi hanya berarti pengajaran teologi atau pengajaran al Qur’an, hadits dan fiqh, akan tetapi mencakup arti pendidikan disemua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandangan islam. Akan tetapi Pendidikan Agama Islam adalah proses yang komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual, emosi dan fisik (Nizar, 2005:175). Sehingga seorang muslim disiapkan di sisi Tuhan sebagai hamba dan wakilNya di muka bumi.
C. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Islam telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam yang mendorongnya pada perilaku yang mengacu pada syariat Islam. Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan atas pemahaman tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individual maupun kolektif. Aspek keimanan dan keimanan menjadi landasan akidah yang mengakar dan integral, serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk
berpandangan kedepan, optimis, sungguh-sungguh dan berkesadaran. Aspek syariat telah menyumbangkan berbagai kaidah dan norma yang dapat mengatur perilaku dan hubungan manusia. Aspek penghambaan merupakan perilaku seorang manusia yang berupaya mewujudkan seluruh gambaran, sasaran, norma dan perintah syariat tersebut. Pendidikan merupakan sarana pengembangan kepribadian manusia agar seluruh aspek diatas menjelma dalam sebuah harmoni dan saling menyempurnakan. Lewat penjelmaan itu, seluruh potensi manusia dipadukan dan dicurahkan demi mencapai suatu tujuan. Segala upaya, perilaku dan getar perasaan senantiasa bertitik tolak dari tujuan tersebut (Nahlawi, 1995:34). Sebagaimana aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan agama islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah lagi programnya. Maka pendidikan agama islam sebagai usaha untuk mewujudkan insan kamil (manusia sempurna), muslim sejati dan semata-mata hidup untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Maka dasar ataupun landasan utama pelaksanaan pendidikan agama islam adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Sebagaimana yang tersirat dalam QS Asy Syuro ayat 52 :
ß` »yJ ƒM} $# Ÿw ur Ü= »tGÅ3 ø9$# $tB “ Í‘ô‰ s? |M Zä. $tB 4$tRÌøBr& ô` ÏiB %[n râ‘ y7 ø‹s9Î) !$uZø‹ym ÷rr& y7 Ï9ºx‹ x.ur :Þ ºuŽÅÀ 4’n<Î) ü“ ω öktJs9 y7 ¯RÎ)ur 4$tRÏŠ$t6Ïã ô` ÏB âä!$t± ®S ` tB ¾ÏmÎ/ “ ω ök¨X #Y‘qçR çm»oYù=yèy_ ` Å3 »s9ur ÇÎËÈ 5O ŠÉ)tGó¡ •B
Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuk dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS Asy Syuro :52) Tanpa adanya pendidikan agama islam, dari satu generasi ke generasi berikutnya, maka sudah pasti orang akan semakin jauh dari agama. Pendidikan agama memang diperlukan karena untuk mengembalikan fitrah manusia agar selalu berada pada jalan yang lurus.
D. Pendidikan Agama Dalam Keluarga dan Masyarakat Nelayan Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama. Para sosiolog berpendapat bahwa asal-usul pengelompokkan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan. Akan tetapi asal-usul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama ini disebut keturunan dari kelompok itu. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dalam berbagai segi. Pertama, dari segi orang yang melangsungkan perkawinan yang sah serta dikaruniai anak. Kedua, lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak, namun tidak pernah menikah. Ketiga,
dari segi hubungan jauh antara anggota keluarga, namun masih memiliki ikatan darah. Keempat, keluarga yang mengadopsi anak orang lain (Suhendi, 2001:41) Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam keluarga terdapat hubungan fungsional di antara anggotanya. Yang perlu diperhatikan disini ialah faktor yang mempengaruhi hubungan itu, yaitu struktur keluarga itu sendiri. Struktur keluarga banyak menentukan pola hubungan dalam keluarga. Pada keluarga batih hubungan antara anggota mungkin saja lebih kuat karena terdiri dari jumlah anggota yang terbatas. Akan tetapi, pada keluarga luas, hubungan antaranggota keluarga sangat renggang karena terdiri dari jumlah anggota yang banyak dengan tempat terpisah. Dengan memperhatikan berbagai definisi di atas, Horton dan Hurt memberikan beberapa pilihan dalam mendefinisikan keluarga yaitu : 1.
Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama.
2.
Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan.
3.
Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak.
4.
Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak.
5.
Para anggota suatu komunitas yang biasanya mereka ingin disebut sebagai keluarga (Horton dan Hurt, 1996:267) Sejak dari dahulu sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan
pekerjaan turun temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Dalam masyarakat nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Walaupun demikian nelayan tetap bisa bertahan karena didorong
semangat hidup yang kuat dengan motto kerja keras agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Waktu yang dapat dimanfaatkan nelayan untuk melaut hanya 20 hari selama sebulan, sisanya mereka relatif menganggur. Berarti, waktu benarbenar dibutuhkan untuk pergulatan hidup sehingga tidak terpikirkan untuk duduk dibangku sekolah. Menjelang usia remaja anak-anak nelayan akan mengikuti ayahnya melaut sehingga mereka meninggalkan bangku sekolah. Oleh karena itu bagi anak-anak nelayan yang sudah menginjak usia remaja diharapkan telah selesai menempuh pendidikan dasar. Melalui pengalaman belajar anak nelayan yang diperoleh dari pendidikan dasar tersebut, akan membantu orang tua untuk memahami teknologi maju dan menyadarkan orang tua perlunya pendidikan untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan. Kenyataannya, pada usia meningkat remaja anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut, sehingga merka jarang yang sekolah. Kini harus dipahami bahwa kehidupan nelayan memerlukan perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang terbesar adalah bagaimana membangun kehidupan nelayan menjadi meningkat kesejahterannya. Besar kemungkinannya hal ini dapat dicapai melalui pendidikan yang akan mengangkat harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait dengan sumber daya kelautan dan pesisir. “Usaha ke arah ini haruslah bermuara pada peningkatan kemakmuran nelayan, terutama nelayan kecil dan petani ikan.
Pelaksanaan Pendidikan Agama dalam keluarga meliputi akidah, syariah, dan akhlak seperti disuruh belajar membaca Al Qur’an setelah maghrib, disuruh sholat, dan memasukkan nilai-nilai pendidikan agama islam seperti menyuruh sebelum makan harus membaa basmalah dan menyuruh pulang ketika hari sudah sore. Seperti itulah teori dalam pendidikan agama yang terjadi di keluarga muslim, seperti di desa Ujungnegoro sendiri. Dimana pendidikan itu dimulai dari pelajaran yang paling sederhana sekali yaitu seperti taharah/bersuci, tata cara berwudhu, tata cara sholat dan lain sebagainya. Dimana dalam hukum islam, bersuci dan seluk-beluknys bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena diantara syarat-syarat salat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan salat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis (Rasjid, 1989:13). Muatan-muatan dalam teori pendidikan agama dalam keluarga tercantum dalam buku fiqih.
E. Tujuan Pendidikan Agama Islam Karena pendidikan islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalu syariat islam. Konsep ketinggian dan keuniversalan pendidikan islam harus dipahami sebelum kita beranjak pada metode. Pengkajian alam semesta yang disertai pemahaman atas kejelasan landasan dan tujuan penciptaannya akan memperkuat keyakinan dan keimanan manusia atas keberadaan Allah.
Dalam memaknai tujuan hidup, manusia diberi kesempatan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan Allah melalui musnahnya kehidupan manusiawi ini. Dari situlah Allah menjadikan manusia dan semasta sebagai makhluk baru yang kemudian dihisab dan dibalas sesuai dengan amal perbuatan. Allah akan membalas jahannam dan kebaikan dengan kenikmatan abadi. Konsepsi tentang alam semesta memperjelas tujuan dasra keberadaan manusia dimuka bumi ini, yaitu penghambaan, ketundukan kepada Allah dan kekhalifahannya di muka bumi ini. Kesadaran akan tugas kekhalifahana dimuka bumi ini akan menjauhkan manusia dari sikap eksploitasi alam. Yang ada hanya sikap memakmurkan alam semesta melalui perwujudan ketaatan pada syari’at Allah. Tujuan peniptaan manusia yang sesuai dengan firman Allah QS adzDzariyat : 56 :
ÇÎÏÈ Èb r߉ ç7÷èu‹Ï9 žw Î)}§ RM} $#ur £` Ågø:$#àM ø)n=yz $tBur Artinya “Dan Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Jika tugas manusia dalam kehidupan ini begitu penting, maka pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana pun juga pendidikan Islam sarat dengan pengembangan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan agama Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun searah sosial (Nahlawi, 1995:116-117).
Itulah tujuan pendidiakan agama Islam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dimana dengan kesadaran manusia akan pentingnya pendidikan agama islam, manusia mampu menerapkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat membawa keselamatan bagi manusia baik keselamatan dunia maupun akhirat.
F. Materi Pendidikan Agama Islam Islam sebagai agama akhir yang tetap mutakhir, mempunyai sistem sendiri yang bagian-bagiannya saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk menapai tujuan. Materi pendidikan islam meliputi akhlaq, aqidah, dan syari’ah. Akhlaq adalah budi pekerti, perangi, tingkah laku atau tabiat yang kita ketahui maknanya dalam percakapn sehari-hari (Ali, 2008:346). Didalam Al Qur’an dan Al Hadis butir-butir akhlak sangat banyak sekali. Karena hanya dicantumkan beberapa contoh saja, seperti akhlak terhadap Allah, manusia dan lingkungan hidup. Akhlak terhadap Allah adalah mencintai Allah melebihi apa dan siapa pun juga, menjalankan semua yang diperintahkan dan menjauhi semua larangan-Nya, mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah, mensyukuri nikmat dan karunia Allah, bertawakal dan lain sebagainya. Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua: I. Akhlak terhadap manusia yang dapat dirinci menjadi: 1. Akhlak terhadap Rasulullah, antara lain mencintai Rasul dengan tulus dan mengikuti sunnahnya, menjadikan Rasul sebagai idola. 2. Akhlak terhadap Orang tua, antara lain mencintai mereka melibihi mencintai
kerabat sendiri, merendahkan diri kepada keduanya dengan perasaan kasih sayang, dan mendoakan keselamatan bagi keduanya. 3. Akhlak terhadap Diri Sendiri, antara lain memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, rendah hati dan lain sebagainya. 4. Akhlak terhadap Keluarga, Karib Kerabat, antara lain membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, aasaling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidika anak dengan kasih sayang, dan lain sebagainya. 5. Akhlak terhadap tetangga, antara lain saling mengunjungi, saling membantu, saling menghormati. 6. Akhlak terhadap Masyarakat, antara lain memuliakan tamu, saling menolong, saling menghormati nilai dan norma yang berlaku. II. Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan Hidup), antara lain sabar dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya dan sayang pada sesama makhluk (Daud, 2008:345-356) Akidah menurut etimologi adalah ikatan, angkatan. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena akidah adalah iman, maka akidah itu ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar.
Syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Maksudnya yaitu orang menggunakan kata itu untuk sebutan setapak menuju ke mata (sumber) mata air yang diperlukan manusia (untuk minum dan membersihkan diri). Syari’at ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap muslim. Menurut imam syafi’i, syari’at adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah manusia. Salah satu komponen operasional Pendidikan Islam sebagai sistem adalah materi, atau disebut kurikulum (Arifin, 1994:183). Materi-materi yang diuraikan Allah dalam kitab suciNya Al Qur’an menjadi bahan-bahan pokok yang disajkan dalam proses Pendidiakn lslam. Semua jenis ilmu yang dikembangkan para ahli pikir islam daribAl Qur’an adalah ilmu islam. Al-Farabi mengklasifikasikan ilmu-ilmu yang bersumber dari Al Qur’an yang selanjutnya disebut science (ilmu pengetahuan) meliputi ilmu bahasa, logika, sains persiapan yang terdiri dari ilmu (berhitung, geometri, optika), fisika (ilmu alam), dan ilmu kemasyarakatn terdiri dari yurisprudensi (hukum atau syari’ah).
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Ujungnegoro 1. Keadaan Geografis Pembahasan pada bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu 1) gambaran umum Desa Ujungnegoro, 2) latar belakang Desa Ujungnegoro sebagai kawasan andalan. Pembahasan pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Desa Ujungnegoro dengan memaparkan kondisi geografis dan kondisi masyarakat nelayan Desa Ujungnegoro. Uraian mengenai keadaan geografis mengungkapkan tentang letak geografis, batas wilayah, serta hal-hal lainnya yang termasuk dalam kondisi geografis Desa Ujungnegoro. Sementara itu, uraian mengenai kondisi masyarakat Desa Ujungnegoro memaparkan tentang masalah kependudukan yang meliputi aspek-aspek kependudukan, agama, matapencaharian, dan lainnya. Pembahasan kedua menguraikan mengenai latar belakang Desa Ujungnegoro sebagai kawasan andalan. Pada bagian ini akan diungkapkan tentang lokasi dan kondisi alam Desa Ujungnegoro, serta memaparkan tentang aktivitas pertanian, perikanan, dan industri di Desa Ujungnegoro. Mengingat Indonesia merupakan negara kepuluan yang terdiri atas beberapa pulau besar maupun kecil, sebagai negara Republik Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas bila dibandingkan dengan luas
daratannya. Melihat komposisi wilayah kepulauan Indonesia memiliki potensi yang cukup penting terutama potensi yang terkandung didalam laut, dimana memiliki kekayaan yang besar bukan hanya jenis ikan yang beragam, tetapi juga jenis hayati lain yang hidup diperairan Indonesia. Di Kabupaten Batang, diketahui bahwa ada begitu banyak peluang bagi nelayan karena melihat potensi alam yang dimana terdapat pantai sebagai tempat wisata, tetapi juga sebagai tempat mencari ikan dimana sebenarnya memberikan peluang bagi nelayan untuk menangkap ikan selain dari pekerjaan lain. Mengarah dari Batang yang dimana telah dibagi beberapa Kecamatan termasuk Kecamatan Kandeman Desa Ujungnegoro merupakan pusat penelitian bagi saya menyangkut persoalan tentang “Hambatan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Pada Masyarakat Nelayan Di Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang”, selain bekerja di sektor domestik seorang istri nelayan juga berperan di sektor publik dalam hal mencari
nafkah
tambahan
bagi
keluarga.
Desa
Ujungnegoro
juga
menunjukkan adanya peluang besar bagi nelayan untuk mencari nafkah sebagai penangkap ikan. Dalam buku catatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang & BAPEDA Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (2011), secara geografis wilayah Kabupaten Batang terletak pada posisi koordinat antara : a. 5020’ - 6021’ Lintang Selatan dan
b. 10507’ - 106022’ Bujur Timur Selanjutnya
secara
administratif,
wilayah
Desa
Ujungnegoro
mempunyai batas batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Laut Jawa b. Sebelah Selatan : Desa Juraga c. Sebelah Barat : Desa Depok d. Sebelah Timur : Desa Karanggeneng Wilayah Desa Ujungnegoro terletak pada ketinggian rata-rata 15,66 meter di atas permukaan laut (mdpl) yaitu pada sepanjang pantai yang terbentang di Desa Ujungnegoro. Berdasarkan administrasi pemerintahannya, Kabupaten Batang pada tahun 2012 terdiri dari 5 pedukuhan, dengan luas wilayah kurang lebih 579,000 Ha. Desa Ujungnegoro adalah salah satu Desa yang berada di Batang bagian utara. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi, kawasan Desa Ujungnegoro memiliki posisi penting dan menguntungkan. Sebagian wilayahnya berbatasan dengan laut, yakni Laut Jawa. Secara administratif kawasan Desa Ujungnegoro termasuk dalam wilayah Kabupaten Batang tepatnya di Kecamatan Kandeman (merupakan pemekaran dari Kecamatan Tulis mulai tahun 2007). Luas wilayah Desa Ujungnegoro adalah 579,000 Ha yang terbagi dalam 4 Dukuh. Keadaan alamnya bervariasi dari dataran pantai sampai berbukit terjal dengan kemiringan >40%.
Tabel I Luas wilayah dan pembagian daerah administrasi Di desa ujungnegoro tahun 2012 No
Dukuh
Luas Area
1
Ujungnegoro
200,000 Ha
2
Rowokudo
75,000 Ha
3
Gadangan
150,000 Ha
4
Sumur
125,000 Ha
5
Perkebunan
29,000 Ha
Jumlah
550,500 Ha
Sumber : Kantor Kepala Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman(2012)
2. Kondisi Masyarakat Desa Ujungnegor a. Kondisi Penduduk Penduduk di Desa Ujungnegoro mayoritas suku jawa, dimana masyarakat tersebut masih sangat kental dengan adat istiadat yang turun temurun masih melekat hingga saat sekarang ini. Hubungan kekerabatan yang sangat erat antara penduduk yang satu dengan yang lain, menimbulkan adanya rasa solidaritas antara penduduk cukup baik, hal ini merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam menunjang kerjasama dan menjalin hubungan dalam proses kehidupan bermasyarakat. Desa Ujungnegoro merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kandeman yang mulai berkembang dengan pesat, dengan jumlah penduduk 6.898 jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak 3.448 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3.450 jiwa, disini
diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Tabel II Distribusi Penduduk Desa Ujungnegoro Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
3.448
Perempuan
3.450
Total
6.898
Sumber : Kantor Kepala Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman(2012)
Berkaitan dengan tema dalam penelitian ini, maka pembahasan selanjutnya penulis akan memberikan gambaran kondisi umum kehidupan masyarakat Desa Ujungnegoro yang meliputi perkembangan penduduk, pendidikan, dan mata pencahariannya. Kemajuan suatu daerah juga dapat dilihat dari faktor jumlah penduduk, kualitas penduduk atau sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah dapat dikelola dengan baik apabila sumber daya manusianya memiliki kualitas yang baik. Suatu daerah dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai akan mengalami kemajuan yang cepat dan begitu juga sebaliknya. Pendapat ini didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat dengan segala kemampuannya merupakan pelaksana pembangunan di daerahnya. Demikian halnya, potensi alam di Desa Ujungnegoro memiliki kekhasan morfologi tersendiri baik dari perbukitan, daratan hingga pantai.
Pantai Desa Ujungnegoro memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu terletak di bawah sebuah bukit, dan tidak begitu jauh dari pusat kota. Desa Ujungnegoro sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alamnya, seperti perikanan ataupun pertaniannya dapat dimanfaatkan dengan baik apabila memiliki penduduk yang sumber daya manusianya berkwalitas. Tahun 2012 jumlah penduduk Desa Ujungnegoro mencapai 6,898 jiwa. Peningkatan rata-rata perkembangan pada tahun 2001-2007 sebesar 0,75%. Jumlah penduduk Desa Ujungnegoro yang tercantum dalam tabel tersebut merupakan jumlah secara keseluruhan yang di dalamnya termasuk orang-orang produktif yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga kerja serta penduduk tidak produktif. Selain itu, tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Ujungnegoro mengalami peningkatan dan penurunan dalam setiap tahunnya. Sebab lainnya yakni adanya warga di Desa Ujungnegoro yang datang dan pindah, kelahiran, dan kematian. Jumlah tersebut merupakan angka yang cukup besar sehingga dapat dijadikan sebagai modal sumber daya manusia dalam proses pembangunan Desa Ujungnegoro. Tetapi, permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah besarnya jumlah penduduk tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada di daerah Desa Ujungnegoro dilihat dari berbagai aspek.
Kebutuhan akan penyediaan lapangan pekerjaan adalah hal utama yang harus lebih diperhatikan. Dengan wilayah yang bervariasi mulai dari dataran, pantai, sampai bukit. Hal ini pulalah yang kemudian menjadi salah satu faktor munculnya berbagai industri dan pertambangan. Kawasan Desa Ujungnegoro merupakan daerah pesisir pantai, sehingga memungkinkan masyarakat bekerja sebagai nelayan. Dari banyaknya unit penangkapan ikan laut menurut jenisnya di Desa Ujungnegoro yaitu nelayan payang, pukat pantai, jaring hanyut, jaring angkat, bagan tancap, bagan perahu, dan nelayan pancing. Selain itu masyarakat Desa Ujungnegoro memiliki mata pencaharian di bidang lainnya, di antaranya adalah pedagang sayuran, kebutuhan rumah tangga dan barang Jasa meliputi tukang cukur, jahit, kayu, las, penata rambut, dan mekanik. PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang meliputi guru, dan ABRI. Dari pertanian, masyarakat Desa Ujungnegoro bertani padi, ketela pohon, kacang tanah, kacang panjang, kacang hijau, kelapa, kopi, dan lain-lain. b. Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan bahwa selain kondisi keadaan alam, keadaan penduduk, dan mata pencaharian. Di Desa Ujungnegoro juga dilengkapi oleh beberapa fasilitas atau berupa sarana dan prasarana umum, dan tentunya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat nelayan di Desa Ujungnegoro antara lain sarana
peribadatan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana umum lainnya, dan pengelola sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel III Distribusi Fasilitas atau Sarana dan Prasarana Umum di Desa Ujungnegoro No Fasilitas Umum
Jumlah
1
Masjid
2
2
Posyandu
3
3
TK
1
4
SD
2
5
MI
2
6
SMP/MTs
1
7
SMA
-
8
Lapangan Olahraga : Sepak Bola
1
Bulutangkis
-
Total
13
Sumber : Kantor Kepala Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman(2012)
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan beberapa potensi terkait dengan sarana dan prasarana umum di Desa Ujungnegoro, mungkin salah satunya adalah pada lapangan olahraga dimana terdapat 2 (dua)
lapangan yaitu sepak bola dan bukutangkis, diman kedua jenis olahraga tersebut
banyak
ditekuni
dan
digemari
oleh
masyarakat
Desa
Ujungnegoro. Selain itu dibidang prestasi kedua jenis olahraga tersebut telah memperoleh beberapa piala dari pertandingan baik itu tingkat desa maupun sampai kepada tingkat kecamatan. c. Potensi Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan adanya sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, karena Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman merupakan bagian dari Kota Batang, maka perkembangan ekonominya sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dari Batang itu sendiri. Adapun hasil produksi perikanan di Desa Ujungnegoro yang terdiri dari dua bentuk yakni penangkapan langsung dilaut lepas dan sistem pengolahan ikan. Sebagian besar hasil tangkapan para nelayan dan hasil pengolahan ikan dijual, baik itu melalui pedagang besar maupun langsung dipasarkan sendiri. d. Pendidikan Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya serta kualitas intelektual masyarakatnya, salah satu bentuk usaha
dalam
pengembangan
sumber
daya
manusia
ini
adalah
meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat yang ada di Desa Ujungnegoro merupakan bagian dari tuntutan yang telah dikemukakan
sebelumnya mengingat bahwa pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi masa depan yang baik untuk setiap orang. Kenyataannya tingkat pendidikan yang ada di Desa Ujungnegoro tidak seperti yang diharapkan sebab di desa tersebut hanya memiliki sarana pendidikan sampai tingkat SMP saja selain itu juga masyarakat yang ada di desa tersebut tidak mementingkan dunia pendidikan. Ini dapat dilihat dengan tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap atau memadai pada desa tersebut. Seperti terlihat pada tabel 4 (empat) distribusi penduduk Desa Ujungnegoro berdasarkan fasilitas atau sarana prasarana umum, di mana hanya terdapat dua SD, dua MI dan satu TK, bahkan
lembaga-lembaga
pendidikan
tersebutpun
belum
mampu
menampung peserta didik secara maksimal. e. Agama dan Kepercayaan Sedangkan bidang keagamaan dari penduduk di Desa Ujungnegoro dan Kabupaten Batang sebagian besar beragama Islam (lihat tabel 4.3). Tabel IV Jumlah pemeluk agama di Kabupaten Batang tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4.
Klasifikasi Agama Islam Kristen Hindu Budha
Jumlah 579,000 -
Sumber : Data Monografi Desa Ujungnegoro,
Data tahun 2009 tersebut dapat mewakili bidang keagamaan di daerah Desa Ujungnegoro, karena untuk tahun-tahun selanjutnya jumlah penganut agama tidak ada perubahan yang signifikan. Masyarakat Desa Ujungnegoro dikenal memiliki nilai religius yang cukup tinggi. Penerapan nilai-nilai religius tersebut tidak hanya dilakukan dalam bidang peribadatan saja, tetapi juga diterapkan dalam keseharian masyarakatnya. Banyaknya lembaga pendidikan yang didasarkan pada agama khususnya agama Islam, merupakan bukti lain tingginya nilai-nilai religius masyarakat Desa Ujungnegoro. Masyarakat
Desa
Ujungnegoro
memiliki
dua
sarana
peribadatan yaitu Mesjid, dimana masyarakat Ujungnegoro mayoritas atau 99,9% menganut agama islam, pada setiap kegiatan keagamaan salah satunya majelis ta’lim masyarakat desa tersebut aktif dalam melakukan setiap kegiatan, karena menurut mereka bahwa agama dan kepercayaan merupakan
unsur yang paling utama yang harus
dijalankan dalam kehidupan masyarakat. f. Mata Pencaharian Masyarakat yang ada di Desa Ujungnegoro pada umumnya bermata pencaharian pada sektor perikanan. Sebagai masyarakat yang banyak menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian sebagai nelayan, secara mutlak kondisi eknominya banyak dipengaruhi oleh sektor kelautan sebagai pencari nafkah, kehidupan masyarakat Ujungnegoro berdasarkan
ekonomi nelayan sering mengalami ketidakseimbangan karena tingkat penghasilan yang tidak menentu, diakibatkan oleh harga jual hasil perikanan yang kadang-kadang stabil dan kadang-kadang sangat rendah. Tabel V Distribusi Penduduk Desa Ujungnegoro Berdasarkan Pekerjaan (usia 10 tahun ke atas) No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Nelayan
500
2
Pertanian
451
3
Pertambangan
1
5
Perdagangan
44
6
Supir
17
7
Keuangan
12
9
Tukang Jahit
2
Total
1.027
Sumber : Kantor Kepala Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman(2012)
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa masyarakat Desa Ujungnegoro pada umumnya menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian sebagai nelayan, secara mutlak kondisi ekonominya banyak dipengaruhi
oleh
sektor
kelautan,
kehidupan
masyarakat
Desa
Ujungnegoro sering mengalami ketidakseimbangan karena tingkat
penghasilan yang tidak menentu diakibatkan oleh harga jual hasil tangkapan yang terkadang stabil dan sangat rendah. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembangunan di suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh pembangunan di suatu daerah banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Dengan kata lain pendidikan merupakan tolok ukur dari pembangunan yang terjadi pada suatu wilayah, sehingga pendidikan perlu ditingkatkan agar lebih baik lagi. Desa Ujungnegoro memiliki perhatian yang cukup tinggi dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Usaha tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Penambahan sarana dan prasarana pendidikan ini tidak lepas dari adanya peningkatan jumlah penduduk, sehingga fasilitas pendidikan pun harus mengalami pertambahan. Dari data yang diperoleh tahun 2003 fasilitas pendidikan yang terdapat di Desa Ujungnegoro, adalah sebagai berikut: Tabel VI Jumlah satuan pendidikan formal No 1 2 3 4
Jenjang Pendidikan PAUD TK SD SLTP Jumlah
Jumlah 1 1 2 4
Sumber : Monografi Desa Ujungnegoro, Ujungnegoro dalam angka 2012
Tabel VII Jumlah sekolah pendidikan agama No.
Jenjang Pendidikan
Jumlah
1
Roudlotul Athfal (RA)
1
2
Madrasah Ibtidaiyah (MI)
2
3
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
1
4
Madrasah Aliyah (MA)
-
Jumlah
4
Sumber : Monografi Desa Ujungnegoro, Ujungnegoro dalam angka 2012
Adanya peningkatan fasilitas pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal itu sangat penting, karena pendidikan merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar dalam pembangunan suatu daerah. Jumlah siswa masyarakat Desa Ujungnegoro yang mengenyam pendidikan dari sekolah taman kanakkanak sampai sekolah lanjutan atas, setiap tahunnya mengalami naik turun yang tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah jumlah siswa di Desa Ujungnegoro pada kurun waktu 2003-2005.
B. Latar Belakang Ujungnegoro Sebagai Kawasan Andalan 1. Lokasi dan Kondisi Alam Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batang keadaan topografi Desa Ujungnegoro merupakan daerah dataran rendah, dengan ketinggian 0-200 dari permukaan laut. Dengan curah hujan pada tahun
2000 adalah 1.456 mm/ tahun. Selain terdapat kegiatan penambangan batu, Desa Ujungnegoro juga terkenal akan perikanan. Hal tersebut didukung karena letak Desa Ujungnegoro yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Sehingga, banyak hasil-hasil laut yang dapat dikembangkan seperti ikan asin, terasi, kerupuk ikan, dan lainnya. Potensi alam Desa Ujungnegoro yang begitu melimpah dapat memberikan pilihan bagi masyarakatnya untuk menentukan mata pencaharian yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Seperti sekarang ini di pantai Ujungnegoro akan dibangun PLTU, meskipun ada pihak yang masih kontra dengan pembangunan PLTU tersebut tetapi banyak juga pihak yang mendukungnya. Karena dengan pembangunan PLTU tersebut akan banyak masyarakat desa Ujungnegoro yang bisa ikut kerja. Sehingga akan mengurangi pengangguran masyarakat Ujungnegoro dan memberikan berkah bagi masyarakat karena memberikan lahan pekerjaan baru, yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain dari hasil batuan yang dapat dimanfaatkan, wilayah Desa Ujungnegoro dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan tegalan. Namun persawahan dan tegalan saat ini telah berubah menjadi lokasi pemukiman dan sebagian lahan digunakan untuk membangun pabrik-pabrik di Desa Ujungnegoro. Sekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri 1.372 hektare meliputi sebagian Kecamatan Kandeman yaitu Desa Ujunegoro jenis industri yang dikembangkan adalah industri pembuatan terasi. Desa Ujungnegoro
memiliki wilayah bervariasi dari dataran pantai sampai berbukit terjal. Areal perbukitan oleh masyarakat digunakan sebagai perkampungan, dan tegalan. Sebagian dari luas wilayah kecamatan ini sudah dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk pemukiman. Untuk areal sawah dan ladang meliputi 14 % dari luas wilayah kecamatan. Sekitar. sementara itu sisanya sekitar 5 % dari luas wilayah kecamatan dimanfaatkan untuk lain-lain, seperti jalan raya, saluran irigasi, pertokoan, dan lain-lain. sebagian besar lokasi industri bercampur dengan perumahan penduduk. Para pengusaha telah membeli lahan pemukiman penduduk untuk dijadikan perusahaan atau pabrik. Di Desa Ujungnegoro, sebagian besar pembuatan terasi terkonsentrasi di Desa Desa Ujungnegoro, yaitu sepanjang lokasi industri ini bercampur dengan perumahan penduduk. Pada perkembangannya khususnya para petani harus menghadapi tantangan baik di bidang ekonomi maupun pengolahan lahan. Hal tersebut dikarenakan telah masuknya modal asing yang akan mendirikan industri di tanah pertanian. Selain itu para petani harus menghadapi tanah yang akan mereka jual akibat adanya pembangunan industri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah untuk mendirikan industri. Pantai Desa Ujungnegoro memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, baik secara ekologis, ekonomis, maupun sosial. Secara ekologis, pantai Desa Ujungnegoro merupakan ekosistem yang dapat memberikan jaminan terhadap keberlangsungan daur makanan, terutama pada fungsi pantai sebagai bentuk kehidupan laut, seperti ikan,
udang, kepiting, dan sebagainya. Secara ekonomi, pantai Desa Ujungnegoro memiliki peranan yang sangat penting, baik dalam menunjang mata pencaharian penduduk (sebagai nelayan), maupun sebagai sumber pendapatan asli daerah. Dari sisi sosial, Desa Ujungnegoro ini merupakan salah satu pintu gerbang bagi terjadinya hubungan komunikasi, perdagangan, dan kehidupan sosial lainnya yang melibatkan masyarakat luar dengan masyarakat asli daerah. Wilayah pesisir Desa Ujungnegoro mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Potensi-potensi tersebut antara lain potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang meliputi perikanan, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pariwisata, industri, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi potensi pesisir untuk pengembangan wilayah memang sangat menjanjikan bila dilakukan secara optimal. Sehingga dalam pembangunan wilayah tersebut, harus didukung oleh faktor- faktor lain seperti pengembangan sosial dan ekonomi daerah, kualitas sumber daya manusia, serta pemanfaatan lingkungan fisik alam secara efektif. Pengembangan wilayah pesisir Desa Ujungnegoro diharapkan mampu menjadi motor penggerak bagi pendapatan asli daerah. Akan tetapi seiring dengan jalannya pembangunan maka akan terjadi perubahan terhadap fisik lingkungan yang mengubah tatanan ekosistem kawasan tersebut, baik dari segi hidrologi, vegetasi, dan kemampuan atau daya dukung tanah. Selain itu pengaruh atau perubahan sosial dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar juga akan berubah.
2. Aktivitas Industri Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang banyak dilirik masyarakat sebagai sarana untuk berusaha dalam menghadapi era otonomi daerah. Pertumbuhan industri Batang bagian utara lebih didominasi kegiatan pertanian, perikanan, ekonomi industri, dan perdagangan jasa, beberapa jenis dan bentuk industri. Jenis industri tersebut tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Batang, baik yang berada tidak jauh dari kota Batang, maupun agak jauh dari kota Batang. Sebelum ada bangunan industri, sebagian besar dari luas wilayah Desa Ujungnegoro digunakan sebagai tempat berladang ataupun bertani. Pada waktu itu penduduk Desa Ujungnegoro mempunyai kegiatan yang dominan di bidang perikanan dan pertanian. Pada masa pembangunan, lahan-lahan kosong bekas persawahan yang tidak produktif berubah menjadi kawasan industri. Makin lama jumlah bangunan industri makin bertambah. Menurut data dari Kantor Desa Ujungnegoro tahun 2007 perusahaan yang terdaftar yaitu :
Tabel VIII Kegiatan industri Desa Ujungnegoro No.
Jenis Industri
Jumlah
1
Wisata Bahari
1
2
Penggilingan Padi
3
3
Pengolahan Rebon
15
4
Pelelangan Ikan
1
Jumlah
20
Sumber : Data desa Ujungnegoro Salah satu sasaran lokasi industri adalah daerah di sebelah pesisir pantai yaitu di Desa Ujungnegoro. Kegiatan industrinya seperti kegiatan wisata pantai, pengolahan terasi, penggilingan padi, kegiatan nelayan (TPI), dan lain-lain. Berdirinya industri-industri di Desa Ujungnegoro ditanggapi secara positif oleh masyarakat setempat.
C. Profil Informan Untuk mengetahui beberapa kondisi keluarga nelayan di wilayah Desa Ujungnegoro maka penulis melakukan wawancara secara langsung dengan beberapa nelayan di desa tersebut. Ada beberapa informan yang dimintai informasi berkaitan dengan hambatan pendidikan agama Islam di Desa Ujungnegoro diantaranya : Informan 1 : Kaliri (52 tahun)
Bapak Kaliri adalah seorang nelayan yang memiliki anggota keluarga berjumlah enam orang, diantaranya istri, seorang anak perempuan, menantu dan dua orang anak. Sudah menjadi hal yang umum di daerah Ujungnegoro orangorang sepuhnya hanya mengenyam pendidikan sampai SD, begitu juga Bapak Kaliri. Anak perempuan semata wayangnya pun hanya saampai SD. Tetapi cukup membanggakan karena kedua cucunya masing-masing duduk di bangku SMK dan yang satu masih di SD. Informan 2 : Tarno (50 tahun) Bapak Tarno adalah seorang nelayan yang harus meninggalkan keluarga selama berbulan-bulan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Beliau tinggal bersama sepuluh anggota keluarga, yaitu istri, anak, menantu dan cucunya. Semua anaknya sekarang bekerja sebagai buruh dan seorang anak laki-lakinya mengikuti jejak sang ayah sebagai nelayan. Informan 3 : Nur (49 tahun) Ibu Nur juga tidak beda jauh dengan ibu Nur yang harus ikut berperan ganda, selain sebagai seorang istri juga harus menjadi orang yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Beliau tinggal bersama empat orang anak dan seorang cucu. Semua anaknya hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SD. Beliau juga harus ikut bekerja untuk menutup kebutuhan selama suami pergi melaut.
Informan 4 : Cariyah (49 tahun) Ibu Cariyah adalah seorang kepala rumah tangga ketika sang suami pergi melaut selama berbulan-bulan. Tugas ganda harus beliau lakukan karena memang kondisi ekonomi yang menuntut sang suami harus meninggalkan keluarganya selama berbulan-bulan ketika sedang melaut. Termasuk mendidik anak-anaknya. Informan 5 : Teguh (48 tahun) Bapak Teguh adalah seorang nelayan yang mempunyai seorang istri dan empat orang anak. Namun bapak Teguh sedikit lebih memungkinkan untuk memantau keluarganya termasuk pendidikan keluarganya, karena beliau adalah seorang nelayan santrang (satu minggu atau dua minggu pulang) ahal ini memungkinkan beliau untuk bisa memantau keluarganya. Informan 6 : Musareh (43) Ibu Musareh juga tidak jauh beda dengan ibu Nur dan ibu Cariyah yang harus berperan ganda dan harus bertanggungjawab atas pendidikan anak-anaknya. Ibu musareh mempunyai tiga anak dan tinggal bersama anaknya karena anak pertamanya sudah pisah dan tinggal bersama suaminya. Dua anaknya hanya mengenyam pendidikan sampai SMP, dan yang paling kecil masih dibangku SD. Beliau bekerja sebagai tukang sayur keliling untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Karena tidak mungkin kalau hanya mengandalkan hasil dari suaminya yang jarang sekali dirumah karena harus menangkap ikan dilaut dan satu bulan bahkan dua bulan baru pulang.
Informan 7 : Sumantri/wage (40) Ibu Sumantri, seorang istri nelayan yang tinggal bersama seorang ibu dan tiga anaknya, dimana masing-masing anaknya bisa sekolah sampai SMK dan yang paling kecil masih SD. Keseharian ibu sumantri adalah buruh memetik bunga melati yang berada dipesisir pantai Ujungnegoro. Akan tetapi meski anakanak beliau bisa mengenyam bangku SMK, untuk pendidikan agamanya beliau masih kurang memperhatikan. Informan 8 : Darsonah (55) Untuk membantu suaminya yang pergi melaut, ibu Darsonah yang tinggal bersama dua anaknya dan dua cucu, beliau harus bekerja sebagai buruh serabutan. Jika ada orang yang membutuhkan, maka ibu Darsonah bisa bekerja. Tetapi kalau sedang tidak ada, maka beliau hanya dirumah ikut mengurus cucunya yang masih kecil. Anak-anak ibu Darsonah hanya bisa mengenyam bangku SD adan SMP, setelah lulus SMP anak keduanya yang ikut melaut seperti ayahnya. Untuk pendidikan, ibu Darsonah sangat tidak memperhatikan. Apalagi untuk urusan pendidikan agamanya, karena bagi beliau yang penting hanya mencari uang dan bisa untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Informan 9 : Carodah (35) Ibu Carodah tinggal bersama seorang anaknya. Kesehariannya memetik bunga melati, mengurus rumah tangga dan anak semata wayangnya yang duduk di bangku SD. Dimana untuk pendidikan agama ibu carodah akan mengajarkan
kepada anaknya sebisa mungkin, agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang tidak baik. Informan 10 : Kastinah (47) Ibu Kastinah adalah seorang istri nelayan sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya adalah sama seperti ibu sumantri yaitu memetik bunga melati. Untuk membantu suaminya beliau akan bekerja apa saja dari pada harus berdiam diri di rumah. Ibu Kastinah tinggal bersama empat anaknya diantaranya tiga lakilaki dan satu perempuan. Masing-masing dari mereka hanya tamat SD dan yang terakhir tamat SMP. Setelah lulus sekolah mereka bekerja seperti ayahnya sebagai nelayan. Untuk pendidikan agamanya mereka sangat kurang sekali karena tidak arahan dari orang tua dan tanpa adanya kesadarn dari keduanya baik dari orang tua maupun anak itu sendiri. Bagi mereka yang penting adalah mencari uang dan bisa makan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan temuan data lapangan dalam bentuk deskripsi mengenai Hambatan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Pada Masyarakat Nelayan di Desa Ujungnegoro. Penulisan ini akan memberikan pemahaman secara lebih mendalam tentang apa saja hambatan yang dihadapi dan bagaimana pandangan masyarakat nelayan tentang pendidikan agama Islam. A. Hasil Wawancara Dari beberapa informan diatas, penulis mendapatkan beberapa informasi seputar bagaimana tingkat kepedulian mereka dengan pendidikan agama islam keluarganya. Adapun beberapa hasil wawancara terangkum sebagai berikut : “Meskipun kondisi saya tidak bisa memantau keluarga secara penuh, tapi untuk urusan pendidikan agama saya sangat menegaskan terhadap keluarga untuk mengutamakannya, yaaaaah.... meski dengan kondisi biaya yang terbatas tapi saya ingin keluargaku terutama cucu-cucuku bisa tumbuh menjadi anak yang tahu agama.” (Wawancara dengan Bapak Kaliri, tanggal 28 Juni 2012) Apa yang disampaikan bapak Kaliri adalah sebuah respon positif terhadap pendidikan keluarganya terutama pendidikan agama Islamnya. “...Tugas dari anak laki-laki adalah membantu ayahnya menangkap ikan di laut. Karena itu memang pekerjaan yang mereka tangani adalah yang berkaitan dengan kenelayanan, kalau untuk anak laki-laki yang belum dapat diajak melaut, diberi tugas untuk membersihkan berbagai peralatan melaut seperti membersihkan jaring dari kotoran-kotoran selepas digunakan oleh bapaknya untuk menangkap ikan, atau membereskan dan membersihkan perahu setelah digunakan berlayar menangkap ikan, jadi bagi kami karena kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk
meluangkan waktu untuk belajar yaaa untuk masalah pendidikan agama mereka pun tidak begitu bagus...” (Wawancara dengan Ibu Cariyah, tanggal 28 Juni 2012)
Ibu Cariyah tidak begitu respons terhadap pendidikan agama keluarganya karena keadaan ekonomi yang membuatnya tidak ada waktu untuk berfikir ke arah pendidikan. “...Kalau saya ya ingin sekali anak-anak saya itu bisa mengaji, sholatnya rajin. Anak-anak saya tidak mau pergi ke mushola untuk belajar ngaji, ya mau gimana lagi saya sudah pernah menyuruh tapi mereka tidak mau, mereka lebih memilih untuk bermain di rumah. Ya sudah saya tidak mau memaksa mereka. Karena saya juga tidak begitu mengerti tentang pendidikan agama, yang penting kami bisa makan, gitu aja. Jadi pendidika mereka tidak begitu bagus bahkan sangat kurang..” (Wawancara dengan Ibu Nur, tanggal 29 juni 2012)
Ternyata ibu Nur lebih menyerahkan masalah pendidikan agama keluarganya kepada anggota keluarga, dengan ketidakmauan dari anak-anaknya ibu nur hanya pasrah.. “... Kalau menurut saya pendidikan agama itu penting, tapi kondisi mengatakan lain. Saya dan keluarga harus memenuhi kebutukan yang memang kondisinya sulit, minimal anak-anakku sudah pernah saya suruh ngaji meski semuanya tidak sampai lulus, tapi buat saya itu sudah cukup menjadi modal untuk mereka. Saya akui pendidikan agama mereka paspasan tetapi itu tadi karena kami harus beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Jadi pendidikan agama bagi kami ya... yang penting tidak buta-buta banget dengan agama lah.....” (Wawancara dengan Pak Tarno, tanggal 29 juni 2012)
Hal itu cukup membuktikan bagaimana kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama keluarganya.
“.... Jujur, untuk pendidikan agama keluarga saya serahkan sepenuhnya kepada masing-masing anggota keluarga. Dari empat anak saya ternyata punya kemampuan masing-masing dalam agama. Anak pertama saya cenderung santai dengan rutinitas keagamaan. Anak kedua saya sekarang sudah mulai ikut melaut sama seperti saya. Anak ketiga saya alhamdulillah mau ke musholla untuk sekedar shalat maghrib. Dan anak yang terakhir ternyata tekun sekali dengan kegiatan keagamaan. Bukan hanya sekedar shalat maghrib tapi hampir lima waktu dia laksanakan bahkan kadang ikut bantu ngajar ngaji juga. Naah... itu semua karena mereka sendiri yang mengarahkan, mereka mau taat agama ya karena mereka sendiri, begitupun sebaliknya....” (Wawancara dengan Pak Teguh, tanggal 29 juni 2012) Ketaatan keluarga dalam kegiataan keaagamaan di keluarga Bapak Teguh ternyata karena kemauan mereka sendiri tanpa ada bimbingan dan arahan dari sang kepala keluarga. “.... Harapanya si untuk pendidikan agama keluarga bisa baik, tapi gimana ya mbak, keluarga saya sudah pada sibuk ngurus kebutuhan masingmasing. Saya sendiri yang seharusnya bisa membimbing keluarga dalam pendidikan agamanya juga ternyata harus sibuk sendiri dengan aktifitas saya sebagai pedagang sayur keliling. Tapi meskipun pendidikan kami sangat kurang tapi alhamdulillah shalat kami juga tidak lalai, memang kalau harus sekolah di madrasah kami terlalu repot mbak.... makanya kami beribadah ya yang umum-umum saja.....” (Wawancara dengan Ibu Musareh, tanggal 29 juni 2012)
Aktifitas keagamaan keluarga ibu Musareh tetap berjalan meski dengan pendidikan agama yang pas-pasan. “.....Saya ingin keluarga saya menjadi keluarga yang tahu dan mengerti agama meskipun dengan kondisi yang pas-pasan. Alhamdulillah anak saya bisa bersekolah di TK Islam. Kalau bapaknya pulang juga sering memberikan pengertian-pengertian tentang agama kepada keluarga. Saya ingin keluarga khususnya anak saya tidak seperti anak-anak yang lain. Makanya saya suruh anak saya untuk mau sekolah di TK Islam dulu sebelum masuk SD. Memang anak saya tidak ke MI tapi itu karena jarak yang lebih jauh dibanding SD....” (Wawancara dengan Ibu Carodah, tanggal 29 juni 2012)
“.... Ya pengennya si keluarga semua pintar agama, Cuma gimana ya mbak... wong waktu saja pas-pasan untuk aktifitas harian. Akhirnya ya untuk masalah pendidikan belum bisa kami perhatikan secara penuh....” (Wawancara dengan Ibu Darsonah, tanggal 29 juni 2012) Ibu darsonah kurang bisa memperhatikan masalah pendidikan agama keluarga karena murni faktor kesibukan untuk memenuhi kebutuhan. “...Alhhamdulillah mbak ya, keluarga sedikit-sedikit sudah tahu agama. bukan nya anak-anak yang banyak mengarahkan tetapi karena kemauan dari anak-anak untuk belajar.....” (Wawancara dengan Ibu Sumantri, tanggal 29 juni 2012) Untuk keluarga ibu Sumantri, pendidikan agamanya lumayan bagus. Ini semua karena kemauan anak-anak untuk bisa mengaji agama. “..... Ah..... tidak tahu mbak, buat saya yang terpenting bapak’nya anak-anak bisa memenuhi kebutuhan keluarga..... ingin sich lihat anak-anak taat agama, tapi ya.... lihat saja lah....” (Wawancara dengan Ibu Kastinah, tanggal 29 juni 2012)
B. Pembahasan Dari hasil penelitian diatas didapatkan bahwa respon keluarga nelayan terhadap pendidikan agama masih kurang. Meskipun orang tua mereka ingin anak-anakanya lebih mendalami pendidikan agama islam namun karena banyaknya aktivitas melaut untuk membantu ekonomi keluarga jadi pendidikan mengenai agama islam menjadi terhambat. Dari beberapa sample informan yang telah diwawancarai diperoleh kejelasan bahwa pendidikan agama islam dalam keluarga nelayan memang kurang. Terlihat jelas dari sepuluh sample informan terdapat satu keluarga yaitu keluarga bapak kaliri yang tetap berusaha mengutamakan pendidikan agama islam
di keluarganya, tidak perduli dengan kesibukannya melaut. Meskipun tidak setiap hari dirumah tetapi bapak kaliri tetap menghimbau kepada istrinya untuk selalu membimbing dan memantau anak dan cucu-cucunya untuk taat beribadah. Jadi tidak ada hambatan bagi keluarga bapak kaliri dalam pendidikan agamanya. Akan tetapi berbeda dengan keluarga nelayan yang lain, dimana mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan. Mereka hanya bisa memberi perintah dan ketika si anak tidak melaksanakan perintah itu, mereka hanya pasrah tanpa ada tindakan lain. Karena hanya pengetahuan pendidikan agama yang sekedarnya saja yang membuat orangtua tidak mampu dalam mendidik anak-anaknya dalam urusan agama. Itu menjadi salah satu hambatan dalam pendidikan agama di keluarga nelayan desa Ujungnegoro selain kesibukan aktivitas melautnya. Disamping itu juga kesadaran anak untuk belajar kurang, contoh dalam kegiatan keagamaan seperti berjanji atau dhibaan, sekolah madrasah diniyah dan mengaji al-Qur’an setelah sholat maghrib dimushola. Akan tetapi pada dasarnya dari semua orangtua tidak ingin pendidikan agama di keluarganya itu terbengkalai karena sesungguhnya mereka tahu bahwa pendidikan agama adalah sangat penting untuk kehidupan selanjutnya yaitu kehidupan di akhirat. Akan tetapi pemikiran mereka berubah ketika mereka dihadapkan dengan keadaan-keadaan yang tidak mereka inginkan, salah satunya yaitu keadaan ekonomi yang lemah. Seketika itu anggapan mereka berubah. Mereka lebih
memikirkan
kelangsungan hidupnya, dan
mereka
mulai
beranggapan bahwa pendidikan tidak begitu penting terutama pendidikan agama islam. Mereka kurang begitu paham bahwa sebenarnya pendidikan agama juga bisa merubah nasib mereka, bisa merubah kemiskinan terutama di keluarga nelayan desa Ujungnegoro. Kurangnya kesadaran dan pemahaman dari orangtua, kurangnya kesadaran dari si anak, kurangnya mentalitas dari anak dan kurangnya fasilitas, Itulah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di keluarga nelayan desa Ujungnegoro. Selain faktor ekonomi juga terdapat faktor agama, mayoritas masyarakat di desa Ujungnegoro adalah Islam. Hanya saja Islam mereka bisa dikatakan masih abangan, jadi mereka masih sering melakukan larangan apa yang di larang oleh agama
Islam.
Pemuka-pemuka
agama
juga
kurang
dalam
mengajak
masyarakatnya dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh agama Islam. Seperti contoh lewat ceramah-ceramah, pengajian, siraman rohani untuk mendukung pentingnya pendidikan agama Islam bagi keluarga. Faktor sosial juga menjadi salah satu hambatan dalam pendidikan agama Islam pada keluarga nelayan di desa Ujungnegoro. Dimana perilaku sosial masyarakat nelayan sangat berpengaruh pada pendidikan agamanya. Masyarakat nelayan pada umumnya punya ikatan yang kuat, dalam tanda petik adalah “saling mencontoh” kehidupan sehari-hari masyarakat yang lain. Mereka menyimpulkan bahwa pendidikan agama bukan sesuatu yang penting karena masyarakat lain pun bisa hidup dengan baik tanpa tingkat pendidikan agama yang tinggi. Faktor budaya juga menjadi salah satu hambatan dalam pendidikan agama Islam di keluarga nelayan desa Ujungnegoro. Masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir terkenal dengan kehidupan yang keras, karena mereka tinggal di daerah yang panas sehingga tingkat emosinya pun tinggi. Kebanyakan dari
masyarakat nelayan kurang bisa
mengendalikan emosinya sendiri, sehingga
perilaku yang negatif pun tidak dapat dihindari. Seperti berfoya-foya, minumminuman keras sudah membudaya di lingkungan masyarakat nelayan. Dari beberapa pemaparan di atas dapat digambarkan juga bahwa pendidikan agama dalam masyarakat nelayan di Desa Ujungnegoro sangat tergantung pada peran sang ibu. Hal ini disebabkan karena intensitas seorang kepala keluarga sangat jarang dalam konteks interaksi dalam sebuah keluarga. Seorang kepala keluarga dalam masyarakat nelayan harus keluar rumah seharian penuh untuk mencari penghasilan di laut, bahkan untuk buruh nelayan (kursin, cakalang), mereka harus meninggalkan rumah berbulan-bulan. Dengan kondisi yang seperti inilah yang menjadikan pendidikan dalam masyarakat nelayan kurang. Dari beberapa faktor hambatan pendidikan agama Islam diatas yang menjadi alasan utama adalah kondisi ekonomi yang memaksa mereka harus berorientasi pada materi yaitu bagaimana mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga. Karena fokus orientasi materi inilah kemudian mengabaikan beberapa hal penting yang lain terutama masalah pendidikan agama. Di sinilah kemudian seorang ibu dituntut untuk aktif dalam mendidik keluarga mereka, baik pendidikan formal maupun nonformal (madrasah).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai temuan di Desa Ujungnegoro dalam masalah pendidikan agama Islam, maka temuan tersebut dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan, maka dari itu akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Hambatan yang dihadapi masyarakat nelayan di Desa Ujungnegoro adalah karena faktor ekonomi. Artinya, karena waktu mereka banyak tersita untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akhirnya kondisi seperti itulah yang mengakibatkan proses pengsosialisasian pendidikan agama bagi masyarakat nelayan di Desa Ujungnegoro menjadi rendah. Faktor agama, faktor sosial dan faktor budaya juga menjadi hambatan dalam pendidikan agama Islam pada masyarakat desa Ujungnegoro. 2. Masyarakat memandang, untuk pendidikan agama Islam di Desa Ujungnegoro masih lumayan kurang. Meskipun secara kuantitas bahwa Ujungnegoro adalah desa yang warga masyarakatnya pemeluk Islam semua, namun untuk tingkat ketaatan terhadap agama masih sangat kurang. Ini karena konsentrasi warga yang harus fokus kepada pemenuhan kebutuhan materi.
B. Saran Dari beberapa kesimpulan di atas dapat dilihat bagaimana fenomena pendidikan agama islam di daerah masyarakat nelayan Ujungnegoro. Dengan peliknya masalah ekonomi dan tingginya mobilitas aktifitas pekerjaan ternyata berimbas kepada respons warga terhadap pendidikan agama keluarga. Setelah melihat fenomena tersebut maka penulis selanjutnya akan merumuskan beberapa rekomendasi dan saran sebagai solusi terhadap permasalahan-permasalahan di Desa Ujungnegoro tersebut. Adapun saran dan rekomendasi dirumuskan sebagai berikut : 1. Oleh karena tidak dapat mengikuti pendidikan formal maupun agama secara penuh, khusus bagi anak putus sekolah, sebaiknya anak nelayan yang putus sekolah memasuki sekolah non formal yang disediakan dan dibina oleh tokoh masyarakat bekerjasama dengan pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan dasar bagi anak nelayan. 2. Para tokoh nelayan menginginkan perlunya merancang bentuk pendidikan yang memungkinkan anak nelayan dapat sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nelayan itu sendiri, dan sekaligus dapat membantu orang tuanya bekerja di laut. 3. Masyarakat nelayan memiliki sifat khusus yang memungkinkan anak tidak dapat sekolah karena lebih banyak membantu orang tua kelaut. Selain itu rendahnya tingkat pengetahuan membuat rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan tidak adanya
perencanaan pengelolaan keuangan yang baik untuk masa depan, dan tidak terpacunya
kreativitas
karena
kepasrahan
dan
terbatasnya
wawasan
meningkatkan taraf hidup mereka sendiri 4. Pemerintah perlu turun tangan untuk memotivasi masyarakat nelayan perduli terhadap anak didik yang drop out, dengan cara menunjukan keberhasilan pendidikan akan meningkatkan taraf hidup generasi penerus. 5. Perlu dicari jalan keluar untuk meningkatkan fasilitas sekolah, yang kemungkinan besar dapat diatasi melalui program perduli sekolah nelayan. 6. Para tokoh nelayan diikut sertakan dalam merancang bentuk pendidikan yang memungkinkan anak nelayan dapat sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nelayan itu sendiri 7. Perlu adanya formulasi dan pembukaan peluang ekonomi yang lebih memungkinkan bagi para nelayan. Di samping mereka harus memenuhi kebutuhan hidup tetapi tetap bisa memperhatikan masalah pendidikan agama islam keluarganya. 8. Perlu direspons kebutuhan keterampilan khusus bagi anak perempuan nelayan yang memacu terbantuknya pembentukan sikap mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Butanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: PT.Raja Grahafindo Persada. Ahmadi, Abu. 1985. Pengantar Sosiologi. Solo:Ramadhani. An Nahlawi, Abdurrahaman, 1995, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press. Daud, Mohammad Ali. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depag RI. 1986. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah SD. Jakarta: Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Fauzi, Muhammad. 2007. Agama Dan Realitas Sosial Renungan Dan Jalan Menuju Kebahagiaan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidika. Jakarta: Rineka Cipta. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2193300-dasar-dasar-pendidikanagama-islam/#ixzz1ypLgugQs (diakses pada 24 juli 2012) J. Goode, Willam. 2002. Sosiologi Keluarg. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kaplan, David.1999. Teori Buday. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Soekamto, Soejono. 1990, Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Soyomukti, Nurani, 2008, Pendidikan Berperspektif Globalisas. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Sutrisno. 2006. Revolusi Pendidikan Di Indonesia. Yokyakarta: Ar-Ruzz.
PEMERINTAH KABUPATEN BATANG KECAMATAN KANDEMAN
DESA UJUNGNEGORO Alamat : Ds. Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang 51261
SURAT KETERANGAN PENELITIAN Nomor : 474.4/ /VIII/2012 Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Jabatan Alamat
: KABASIR : Kepala Desa Ujungnegoro : Dk. Gadangan Ds. Ujungnegoro Kec. Kandeman Kab. Batang
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa : Nama Tempat/Tanggal Lahir NIM Jurusan/Progdi Perguruan Tinggi Alamat
: Aniswatun Hidayah : 31 Agustus 1989 : 11108147 : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam : STAIN Salatiga : Jl. Syekh Maulana Maghribi Rt. 3/2 No. 14 Ds. Ujungnegoro Kec. Kandeman Kab. Batang
Bahwa nama tersebut di atas benar-benar telah melaksanakan Penelitian di Ds. Ujungnegoro Kec. Kandeman Kab. Batang, guna menyelesaikan skripsi dengan judul “Hambatan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Pada Masyarakat Nelayan Di Desa Ujungnegoro Kabupaten Batang Tahun 2012”. Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk digunakan sebagaimana mestinya. Kepada pihak-pihak yang berkepentingan diucapkan terimakasih. Dikeluarkan di : Ujungnegoro Tanggal : 8 Agustus 2012 Kepala Desa Ujungnegoro
KABASIR