LOKAKARYA KONSULTASI PUBLIK BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON Tahun 2010
I.
Pendahuluan Saat ini Pemerintah Kota Cirebon, melalui Pokja Sanitasi Kota telah menyelesaikan Draft Buku Putih Sanitasi yang akan menjadi dasar dan acuan dimulainya penyusunan SSK / Strategi Sanitasi Kota. Buku putih Sanitasi ini merupakan gambaran awal didalam menyusun strategi sanitasi, juga merupakan dokumen yang mencerminkan karakteristik daerah dan kondisi sanitasi pada saat ini dan merupakan laporan data dan analisa dari kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi serta merupakan prioritas/arah pengembangan yang ditetapkan oleh pemerintah kota. Informasi data yang dimuat dalam Buku Putih Sanitasi sebagian besar merupakan potret sanitasi kota, sarana prasarana eksisting, cakupan dan tingkat pelayanan, informasi kelembagaan dan keuangan, arah pengembangan sanitasi, kebutuhan, peluang, dan analisa awal untuk penetapan area berdasarkan tingkat resiko dan zona sanitasi. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat, level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon Tahun 2010 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kota. Rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2010 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. Berdasarkan Rencana Kerja Pokja Sanitasi Kota Cirebon, maka diperlukan suatu pertemuan dalam bentuk Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi. Lokakarya ini sekaligus sebagai media sosialisasi dan diseminasi program PPSP kepada seluruh stakeholders pembangunan sanitasi di Kota Cirebon.
II. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota ini adalah :
Diseminasi program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) kepada seluruh SKPD dan stakeholders tentang penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota.
Merupakan forum penyepakatan kondisi sanitasi Kota Cirebon yang tercantum dalam draf Buku Putih. Konsultasi ini juga menjadi forum untuk menampung dan membahas nilai, harapan, ekspektasi para pemangku kepentingan pembangunan sanitasi. Semuanya harus segera ditangani di bawah koordinasi Pokja Sanitasi Kota.
Buku Putih Sanitasi Kota mendapatkan penilaian dari Tenaga Ahli KMW 2 PPSP dan PMU/PIU TTPS PPSP, sehingga memenuhi standar kualitas penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
III. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi ini adalah : Adanya masukan para pemangku kepentingan kota, untuk selanjutnya dimasukkan untuk penyempurnaan Buku Putih Sanitasi. Penyepakatan kondisi sanitasi kota yang tercantum dalam draf Buku Putih. Buku Putih dijadikan acuan, setidaknya selama 3 tahun ke depan, sebelum Buku Putih tersebut diperbarui (setelah melalui proses monitoring dan evaluasi). Adanya jaminan dukungan politis dari pimpinan daerah, dan agar Buku Putih ini mempunyai ‘nilai jual’ ke pihak di luar Pemerintah Kota.
IV. Metodologi Pelaksanaan Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi ini menggunakan metodologi sebagai berikut, yaitu : 1. Sambutan dan arahan Walikota dalam Pembangunan Sanitasi Kota, oleh Walikota. 2. Pemaparan kondisi umum sanitasi dan draft Buku Putih Sanitasi Kota, oleh Ketua Tim Teknis Pokja Sanitasi Kota 3. Pemaparan draf Buku Putih, oleh Pokja Sanitasi
4. Menghimpun masukan mengenai kondisi sanitasi untuk penyempurnaan data sanitasi kota; dan curah pendapat tentang nilai, harapan dan ekspektasi Pembangunan Sanitasi Kota yang harus segera dilakukan; V. Tempat, Waktu dan Tanggal Pelaksanaan Tempat pelaksanaan Acara Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi adalah di Aula Bappeda Kota Cirebon, Jl. DR. Cipto Mangunkusumo No. 99 Kota Cirebon. Dilaksanakan pada Hari Selasa, 26 Oktober 2010 dari Jam 08.30 s/d 12.30 WIB.
VI. Pelaksana Pelaksana Acara Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi ini adalah Tim Teknis Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Cirebon. VII. Biaya Biaya pelaksanaan Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota ini bersumber dari APBD Kota Cirebon Tahun Anggaran 2010.
VIII. Bahan dan Perangkat yang Diperlukan Bahan yang diperlukan adalah : Ringkasan draf Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon, ToR / Panduan pelaksanaan Acara Penggandaan Materi Presentasi dalam bentuk hard copy dan CD Perangkat yang diperlukan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Laptop Printer Infocus Spidol Metaplan Kertas Plano Lakban
IX. Peserta, Narasumber dan Pemandu Proses Peserta Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon adalah : A. Peserta: • Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait Pembangunan Sanitasi termasuk Camat dan Lurah
• • • • • • •
Tim Pengarah Pokja Sanitasi Tim Teknis Pokja Sanitasi Komisi DPRD, Para Pengusaha (CSR) Kepala instansi/lembaga daerah, Perguruan Tinggi/LSM/Ormas/Media Para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan sanitasi kota lainnya.
B. Nara Sumber: • Walikota sebagai Penanggung Jawab Pokja Sanitasi Kota Cirebon • Ketua Tim Pengarah / Tim Teknis Pokja sebagai penyampai kondisi umum Sanitasi dan draf Buku Putih Sanitasi. • Tenaga Ahli KMW 2 PPSP, untuk melakukan penilaian standar kualitas penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota. • PMU/PIU TTPS, untuk melakukan penilaian standar kualitas penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota.
C. Pemandu Proses: • PF PPSP Jawa Barat • CF PPSP Kota Cirebon • Pokja Sanitasi
X. Agenda Acara Waktu 08.30-09.00
Kegiatan
Narasumber
Registrasi Peserta
Panitia Sesi I
09.00-09.15
Pembukaan
MC
09.15-09.45
Arahan dan Sambutan Walikota selaku Penanggung Jawab Pokja Sanitasi Kota Cirebon sekaligus membuka acara
Walikota
09.45-10.30
Penyampaian materi ; Kondisi umum Sanitasi Kota dan pemaparan draft buku putih sanitasi kota .
10.30-11.00
Penilaian Draft Buku Putih Sanitasi oleh Tenaga Ahli KMW 2 PPSP
11.00-11.30
Penilaian Draft Buku Putih Sanitasi oleh PMU/PIU TTPS PPSP
11.30-12.30
12.30
Tanya Jawab dan Diskusi : Menghimpun masukan mengenai kondisi sanitasi dan curah pendapat tentang nilai, harapan dan ekspektasi Pembangunan Sanitasi Kota yang harus segera dilakukan; Tutup
Lampiran-lampiran 1. Notulensi Acara 2. Foto-foto kegiatan 3. Daftar hadir peserta
Ketua Tim Pengarah / Tim Teknis Pokja Sanitasi Tim KMW II PPSP Jabar, Banten, Bali, NTB
TTPS PPSP
Sekretaris Tim Teknis Pokja Sanitasi
Panitia
NOTULENSI ACARA Acara Hari/tanggal Waktu Tempat
: : : :
Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon Selasa / 26 Oktober 2010 09.00 s/d 12.30 WIB Aula BAPPEDA Kota Cirebon, Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo 99 Cirebon
Lokakarya Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon dibuka oleh Sekretaris Daerah Kota Cirebon (Drs. H. Hasanudin Manap, M.M) selaku Ketua Tim Pengarah Pokja Sanitasi Kota Cirebon pada pukul 09.30 wib. Lokakarya dihadiri oleh Kepala Bappeda Kota Cirebon selaku sekretaris Tim Pengarah Pokja Sanitasi Kota Cirebon, Ketua dan Sekretaris Tim Teknis dan anggota Tim Teknis Pokja Sanitasi Kota Cirebon, unsur dinas, badan dan lembaga, lurah, camat beserta para undangan lainnya. Agenda lokakarya konsultasi publik Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon adalah : sesi 1) presentasi draft Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon, sesi 2) tanggapan dari KMW II dan TTPS dan sesi 3) Tanya jawab dan input dari peserta lokakarya konsultasi publik.
Sambutan dan Arahan Kepala Bappeda (Dr. H. Wahyo, M.Pd) selaku sekretaris Tim Pengarah Pokja Sanitasi : Menyampaikan gambaran program percepatan pembangunan sanitasi Kota Cirebon sebagai bagian dari program PPSP secara nasional dalam menyusun Buku Putih Sanitasi dan SSK yang meliputi 4 sub sektor yaitu : air bersih, air limbah, drainase dan persampahan. Buku Putih Sanitasi merupakan rangkuman dari kondisi eksisting sanitasi di Kota Cirebon sebagai bahan bagi penyusunan SSK Sanitasi erat kaitannya dengan prilaku masyarakat , misalnya pada zaman dahulu masyarakat tidak mau masuk asuransi atau program Keluarga Berencana. Tetapi dengan pendekatan dan tindakan pemerintah, program dapat dilaksanakan. Namun cara – cara pemerintah zaman dulu tidak bisa di tiru pada era reformasi dan demokratisasi sekarang. Kondisi sanitasi Kota Cirebon saat ini untuk air bersih misalnya masih tergantung sumber air baku nya kepada kabupaten kuningan, kondisi drainase yang tidak terpelihara karena kondisi bangunan yang lebih tinggi dari badan jalan, kondisi sampah yang menunpuk di TPS dan kondisi TPA yang masih open dumping.
Sesi Pembukaan oleh Sekretaris Daerah Kota Cirebon (Drs. H. Hasanudin Manap, MM) Acara hari ini merupakan agenda pemaparan draft Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon dan diberi masukan oleh para peserta undangan. Buku putih sanitasi dapat di analogikan sebagai databased kondisi sanitasi kota. Kota Cirebon sayangnya banyak memiliki databased yang kurang akurat antara satu dan lain dinas. Misalnya data penduduk miskin dari dinkes yang berjumlah kurang lebih 150 ribu orang dari total jumlah penduduk Cirebon yang 297 ribu orang. Artinya bila mengacu kepada data dinkes ini hamper 50% penduduk Cirebon adalah miskin. Berbagai program sudah digulirkan melalui berbagai sektor atau dinas , namun indicator keberhasilan program tersebut belum Nampak. Juga persoalan PNS yang masuk kategori miskin, padahal sudah mendapatkan kartu layanan askes. Sementara untuk uang kadeudeuh bagi PNS yang memasuki masa pension sekarang sudah ada lagi. Kondisi sanitasi di Kota Cirebon sendiri banyak memiliki peninggalan pemerintah hindia belanda pada masa penjajahan dulu yang biaya operasionalnya mencapai 20 juta per bulan dan masih laik pakai. Seperti stasiun pompa dan drainase, yang dapat mengantisipasi banjir dan genangan. Juga pembangunan sambungan rumah air limbah di sepanjang jalan cipto. Juga pembuatan lubang biopori melalui kantor Lingkungan Hidup. Untuk penanganan sampah, dimana pada 2012 TPA harus sudah sanitary landfill, pemkot Cirebon sudah berinisiatif untuk melakukan kerjasama dengan pemkab Cirebon dalam rencana pembuatan TPA regional. BPS – SSK , indikasi kegiatannya dapat diakomodir oleh RPJMD melalui KUA – PPAS-RKA dan DPA. Untuk ruang terbuka hijau, 30% dari wilayah kota yang menjadi alokasi kota dengan 205 kota dan 10% swasta. Pemkot Cirebon siap membantu PDAM melalui penyertaan modal
Sesi Presentasi draft Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon oleh Suwanti, ST selaku Sekretaris Tim Teknis Pokja Sanitasi Kota Cirebon Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Target MDGs Indonesia sampai tahun 2015 adalah penurunan setengah proporsi penduduk Indonesia yang belum memiliki akses air minum bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Penanganan sanitasi harus dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah Kota Cirebon berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kota Cirebon dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 2010-2014. Menindaklanjuti surat no.5383/Dt.6.03/09/2009 tanggal 10 September 2009, Pemerintah Kota Cirebon menyampaikan minat untuk mengikuti Program Nasional PPSP dengan surat Walikota Cirebon no.014/1491-Bappeda. Ditindaklanjuti dengan menetapkan Kota Cirebon sebagai salah satu kota dari 41 kota yang mengikuti Program PPSP tahun 2010 melalui surat Bappenas nomor: 7057/Dt.6.3/II/2009 tanggal 25 November 2009 dengan perihal Penetapan Kabupaten/Kota Program PPSP Tahun 2010. Berdasarkan Surat Edaran Mendagri nomor 050/2615/VI/Bangda mengenai Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Sanitasi di Daerah, Pemerintah Kota Cirebon membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Cirebon dengan Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor : 443.5.05/Kep.124-BAPPEDA/2010. Pada program ini Pemerintah Kota Cirebon menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi. Maksud : Buku Putih Sanitasi memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kota Cirebon saat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kota Cirebon. Tujuan : 1. Menggambarkan pemetaan situasi dan kondisi sanitasi Kota Cirebon berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition) 2. Menjadi panduan kebijakan Kota Cirebon dalam manajemen kegiatan sanitasi di Kota Cirebon Kondisi Umum Kota Cirebon : Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33º dan 6.41º Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur + 8 kilometer, dan dari Utara ke Selatan + 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut + 5 meter. Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di Wilayah Selatan kota. Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5 – 10 meter untuk dataran rendah dan mencapai 20 – 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya). Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air laut. Wilayah administrasi Pemerintah Kota Cirebon dengan luas 37,358 km2 dengan batas-batas : Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga Sebelah Timur : Laut Jawa Perkembangan jumlah penduduk Kota Cirebon selama 11 tahun terakhir (1997 – 2008) menunjukkan perkembangan yang cukup siginifikan. Selama sebelas tahun terakhir tersebut penduduk Kota Cirebon bertambah dari 253.547 jiwa menjadi 298.996 jiwa atau sebanyak 45 ribu jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk tahun 2008 adalah sebesar 8.003 jiwa/km2 atau 80 jiwa/hektar Kota Cirebon memiliki fasilitas yang cukup lengkap, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kelurahan, sementara fasilitas kesehatan lanjutan tersedia rumah sakit baik swasta maupun pemerintah hingga Rumah Sakit Pemerintah tipe B.
Bila dilihat dari jumlah seluruh Puskesmas (57 unit) maka akan tersedia 2 Puskesmas/Pustu/Pusling untuk setiap 10.000 penduduk Kota Cirebon. Sektor-sektor ekonomi Kota Cirebon yang berkembang lebih banyak terjadi pada bidang perdagangan dan jasa Kota Cirebon juga menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah Cirebon sehingga sering dijadikan tempat atau lokasi kantor-kantor cabang yang melayani seluruh Wilayah Cirebon (Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu) Selama periode tahun 2008, PDRB Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku mencapai Rp. 10,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 16,93 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 9,149 trilyun Selama tahun 2008 hampir semua sektor di Kota Cirebon mampu tumbuh positif kecuali sektor angkutan yang mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini disebabkan pada sub sektor angkutan laut mengalami penurunan jumlah barang yang dimuat dari pelabuhan Kota Cirebon.
Visi dan Misi Kota Cirebon”Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia menuju Kota Cirebon yang Sejahtera di Tahun 2013 Secara Berkelanjutan” Meningkatkan kualitas SDM Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota dan pelestarian keseimbangan lingkungan Meningkatkan profesionalisme aparatur dan revitalisasi kelembagaan pemerintah kota yang efektif dan efisien menuju pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme Meningkatkan keamanan dan ketertiban umum Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan prasarana ekonomi, serta produktifitas ekonomi yang berdaya saing tinggi Melestarikan dan mengembangkan budaya dan pariwisata yang bertumpu pada nilainilai dan budaya cirebonan Meningkatkan kemitraan dan optimalisasi kerjasama pemerintah dengan lembaga lainnya Peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga di tingkat yang paling bawah Kondisi Umum Sanitasi Kota Cirebon Dari pemeriksaan 67.506 KK, yang memiliki jamban sebanyak 62.391 KK (92,42%) dengan kriteria jamban sehat 58.009 KK (92,98%) Akses Air Bersih bersumber dari ledeng 75,89%, sumur pompa tangan (SPT) 8,12%, sumur gali 14,1% dan lainnya 1,88% Dari pemeriksaan 55.791 rumah, yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 32.456 rumah (58,17%) dan yang tidak memenuhi syarat 23.335 rumah (41,83%) Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Penyakit-penyakit akibat sanitasi buruk (tahun 2008) Diare : 22.771 orang Demam Berdarah : 329 kasus TB Paru : 413 orang Pola hidup masyarakat
Air limbah rumah tangga, secara umum dibuang menggunakan septic tank, tapi belum dengan sistem komunal, masih ada beberapa yang melakukan BABS Sampah, masih mengandalkan sarana TPS yang ada, belum melakukan pemilahan sampah, beberapa wilayah masih membuang sampah ke badan air penerima Drainase, masyarakat masih menganggap drainase merupakan urusan Pemkot, kesadaran untuk merawat dan memelihara masih kurang
Kuantitas dan kualitas air PDAM Kota Cirebon memiliki 2 buah sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yaitu : Sumber air I, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan Sumber air II, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan yang berjarak 50 meter dari sumber air I Limbah Cair Rumah Tangga Dengan asumsi produksi limbah cair rumah tangga rata-rata per hari adalah 40 gr/org/hari maka pada tahun 2008 diperkirakan produksi limbah cair per hari sebanyak 12 m3 Penanganan air limbah Off-site : IPAL - kolam oksidasi Kesenden, Ade Irma N, Perumnas Utara dan Perumnas Selatan On-site : konvensional dan johkasou (kantor PDAM dan Rusunawa Dukuh Semar)
Limbah Padat (Sampah) Dari catatan DKP, data volume sampah yang dibuang di TPA Kopiluhur bulan Maret 2010, diperkirakan menghasilkan sampah yang berasal dari permukiman, jalan dan pasar serta daerah industri sebesar 728 m3/hari Sistem pengolahan sampah Open dumping Drainase Lingkungan Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur dan termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan 1.766 mm per tahun dan hari hujan 133 hari. Dengan ketinggian rata-rata 5 m dpl serta kondisi saluran yang kurang terawat menyebabkan Kota Cirebon berpotensi terjadi genangan Secara umum genangan yang terjadi di Kota Cirebon bukan diakibatkan oleh limpasnya air sungai akan tetapi karena terhambatnya aliran air drainase lingkungan Permasalahan Kesadaran masyarakat Kota Cirebon untuk memilah sampah masih kurang Masih ada masyarakat yang membuang sampah ke badan air penerima Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi Masih ada masyarakat yang membakar sampah Visi Sanitasi : Terwujudnya pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon menuju masyarakat sejahtera Misi Sanitasi : 1.Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pembangunan sarana prasarana air bersih, air limbah, drainase dan persampahan 2.Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi, pemberdayaan, kesetaraan gender dan kebersamaan dalam pembangunan sanitasi 3.Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. 4.Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Peta Area Beresiko
Rekomendasi Air bersih : ketersediaan infrastruktur air bersih yang memadai agar dapat meningkatkan cakupan pelayanan keseluruh wilayah Kota Cirebon menekan angka kebocoran air bersih dan memaksimalkan penggalian sistem air baku Air limbah : Sistem komunal untuk pengelolaan limbah cair Mengembangkan sistem sanimas Mewajibkan RS untuk membangun IPAL untuk mereduksi limbah cair sebelum dibuang ke saluran drainase Persampahan : Peningkatan kualitas sistem pemrosesan akhir sampah pembebasan lahan perluasan TPA, review DED TPA, rehabilitasi TPA Menyiapkan SOP Persampahan Menyediakan sarana dan prasarana pengolahan persampahan peralatan penunjang TPA Drainase : Menyusun DED Menyusun rencana induk sistem drainase kota Studi kelayakan sistem drainase kota Rehabilitasi dan normalisasi saluran drainase
Sesi Tanggapan KMW II oleh Dang Uro Winara selaku team leader KMW II Buku putih sanitasi pertama kali disusun dan diujicobakan di Banjarmasin dengan outline yang belum baik. Khusus untuk saat ini, Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon dinilai sudah sangat baik disusun oleh Pokja Sanitasi. Namun proses perbaikan harus selalu dilaksanakan sebagai bagian dari kebutuhan updated databased pemerintah kota. Yang perlu dipikirkan sekarang untuk proses perbaikan adalah bagaimana tampilan buku putih sanitasi kota Cirebon ini terlihat lebih menarik dengan sajian peta, gambar, tabel dan grafik. Harapan kedepan adalah munculnya Buku Putih Sanitasi tingkat kelurahan/desa Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon sudah mengikuti Format review yang dilakukan oleh KMW II Agar pokja Sanitasi dapat secara bertahap melalkukan perbaikan terhadap substansi Buku Putih Sanitasi, khususnya terkait hasil studi EHRA sebagai bagian data primer. Direkomendasikan pula kerjasama dengan perguruan tinggi. Sesi tanggapan TTPS Ibu Roza / PIU kelembagaan Buku putih belum menyebutkan mekanisme monev Buku Putih Sanitasi harus diperjelas bagian operator dan regulator nya Bpk Aldi / PMU Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon cukup lengkap dan lugas dari sisi data sekunder. Harus ada kesepakatan data sebagai baseline data sanitasi Kota Cirebon Cakupan TPS bisa digambarkan Data sampah diperjelas Drainase data genangan Hasil EHRA belum keluar Media mapping sudah cukup baik, namun perlu diperjelas bagian mana yang bisa diajak kerjasama.
Sesi Diskusi dan Tanya Jawab dipandu oleh Suwandi, ST selaku sekretaris Tim Teknis Pokja Sanitasi Kota Cirebon Lurah Pekalipan Masalah drainase di jalan, khususnya daerah perkotaan yang meliputi wilayah pertokoan dimana buangan air limbah langsung ke jalan. Hal ini menyebabkan banyaknya genangan air di RW 02, 07, 10. Hotmik jalan juga memperparah genangan karena buangan air yang tidak tersalur. Drainaase di stasiun parujakan dan limbah gerbong Kereta Api dan pembangunan rel double track tidak memperhatikan analisis mengenai dampak lingkungan nya. Selanjutnya diharapkan ada program seperti santri raksa desa dan program kali bersih. Lurah Drajat Beliau sangat mendukung penyusunan buku putih sanitasi, namun dalam pemaparan beberpa titik genangan tidak tersampaikan. Misalnya di jalan kesambi apabila hujan maka akan terjadi genangan. Untuk pengelolaan drainase dan air limbah. Sepanjang kalisuba dan kali tanjung ada usaha kecil pengolahan tempe yang menghasilkan air limbah dan dibuang ke kali. Juga masih ditemukan jarum suntik buangan RS Ciremai Lurah Pekalangan Drainase di perkampungan khususnya pada tingkat RW sudah memiliki program masing – masing melalui program bantuan RW BPPMPKB. Namun banyak saluran drainase ditutupi bangunan rumah. Lurah Pekiringan Adanya penggunaan lahan ruang terbuka hijau lapangan bola dan alur sepanjang sungai, juga diperlukan penataan bagi masyarakat yang memiliki bangunan sepanjang bantaran kali. Kedalaman kali, lebar kali harus selalu didata oleh dinas PU.
Tanggapan Kantor Lingkungan Hidup Untuk limbah yang dibuang oleh rumah sakit, sudah ada pemilahan terlebih dahulu dan untu limbah berbahaya seperti B3 ini pemusnahannya sudah dikerjasamakan dengan pihak ke tiga. KMW II Direkomendasikan adanya buku putih sanitasi tingkat kelurahan yang di integrasikan dengan pronangkis PNPM Mandiri Perkotaan. Penataan sanitasi juga tidak mungkin dilakukan tanpa penataan ruang yang baik. BPS tingkat kota adalah makro system databased sedangkan untuk tingkat kelurahan adalah mikro system databased.