KEMAMPUAN SISWA MENULIS PENGALAMAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS V SDN 2 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO GUSTINA DALI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd Wiwi T. Pulukadang, S.Pd. M.Pd ABSTRAK Gustina Dali. 2013. Kemampuan Siswa Menulis Pengalaman Menggunakan Pendekatan Komunikatif Pada Siswa Kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd dan pembimbing II Wiwi T. Pulukadang, S.Pd. M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana kemampuan siswa menulis pengalaman Menggunakan pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seluruh siswa kelas V. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa wawancara observasi serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mencapai kategori mampu sejumlah 21 dengan persentase 87.5% dan tidak mampu 3 orang atau persentase 12.5% Simpulan bahwa kemampuan siswa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bone Bolango meningkat. Kata Kunci : Kemampuan, Menulis pengalaman, Pendekatan Komunikatif PENDAHULUAN
Berdasarkan kenyataan yang ada menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa dalam satu kelas yang aktif saat mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa terbiasa hanya menerima pengetahuan dari guru, begitu juga yang terjadi di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Adapun hasi observasi tentang kemampuan menulis pengalaman masih tergolong rendah, hal ini sesuai dengan hasil capaian yang menunjukkan bahwa dari 24 siswa kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango, hanya 11 orang atau 45.33% yang mampu menulis pengalaman dengan baik dan benar. Sedangkan 13 orang atau 54.67% belum mampu menulis pengalaman dengan benar. KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Menulis pengalaman Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 203) bahwa menulis pengalaman merupakan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. menulis pengalaman mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. menulis pengalaman
merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa tulis. Menurut Nurgiyantoro (2001:191) bahwa menulis pengalaman merupakan kemampuan menggunakan pola-pola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 22) Bahwa menulis pengalaman ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturanaturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Menulis penagalaman merupakan proses kreatif dalam menuangkan gagasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Atar (2007: 14) bahwa menulis pengalaman adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga aspek utama yaitu: 1) adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. 2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomuikasikan. 3) adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa. Dalam kegiatan berbahasa, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis. Pengertian Menulis Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3) bahwa menulis pengalaman adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis pengalaman merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Keterampilan menulis pengalaman tidak mudah dimiliki dan memerlukan waktu yang lama untuk memperolehnya. Dengan menulis pengalaman seseorang dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya melalui bahasa tulis. Menulis pengalaman merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa selain menyimak, membaca, dan berbicara. Sebagai keterampilan, makna yang terkandung didalamnya tentunya tidak sekedar menulis tanpa isi, melainkan menulis dalam konteks yang teratur, sistmatis, dan logis. Mulyati (2007: 5.3) mengemukakan bahwa menulis pengalaman adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran dalam bentuk wacana atau karangan. Sedangkan menurut Semi (2007: 14) bahwa menulis pengalaman merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga asepk utama. Yang pertama, adanya tujuan yang hendak dicapai. Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan itu, yaitu berupa sistem bahasa. Wiyanto (2004:1-2) mengemukakan bahwa menulis pengalaman mempunyai dua kegiatan
utama. Kegiatan yang pertama adalah mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat, sedangkan yang kedua kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Tujuan Menulis Pengalaman Untuk mengetahui tujuan menulis pengalaman maka penulis mengutip teori yang diungkapkan oleh Semi (2007: 14) yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menceritakan sesuatu Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan Tujuan menulis pengalaman yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang memberi petunjuk atau pengarahan. 3. Untuk menjelaskan sesuatu Apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 4. Untuk meyakinkan Orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. 5. Untuk merangkum Biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan siswa sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah maupun para mahasiswa yang berada diperguruan tinggi. Manfaat Menulis pengalaman dan Langkah-Langkah Menulis Pengalaman Manfaat menulis pengalaman sebagai berikut. 1) Menulis pengalaman menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik merangsang pemikiran kita mengenai topic tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar. 2) Menulis pengalaman mengahasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis pengalaman merangsang pemikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya kita tidak mulai menulis. 3) Menulis pengalaman membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Ada kalanya kita dapat menjernihkan konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri, hanya karena kita menulis mengenai hal itu.
4) Menulis pengalaman membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru; kita akan memahami banyak materi lebih baik dan menyimpannya lebih lama jika kita menulis tentang hal itu. 5) Menulis pengalaman menja dikan pikiran seseorang siap untuk melihat dan dievaluasi; kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih obyektif pada waktu kita menuliskannya. 6) Menulis pengalaman membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsurunsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga ia dapat diuji. Adapun langkah-langkah menulis pengalaman yaitu: 1. menyiapkan bahan dalam menulis pengalaman 2. menuangkan ide yang ada kaitannya dengan pengalaman 2.3 Pendekatan Komunikatif 2.3.1 Pengertian Pendekatan Komunikatif Menurrut Tarigan (2009: 3) bahwa pendekatan komunikatif adalah suatu strategi pembelajaran bahasa yang mengembangkan bahasa sasaran sebagai komunikasi berencana. Sedangkan Menurut Hairuddin, dkk (2008: 4.16) bahwa pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Nampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi , yakni sebagai sarana untuk komunikasi. Ini berbarti bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (Darmiyati Zuchdi, 1997:33-34) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa: a. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi pada fungsi komunikatif bahasa. b. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Tujuan Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementigkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menurut para ahli: Syafi’ie, (dalam Rahim, 2005:31) mengatakan bahwa karakteristik pendekatan komunikatif adalah: a. Komponen komunikasi bersifat kontekstual dari pada statis b. Kompetensi komunikasi bersifat kontekstual c.
Kompetensi komunikasi bersifat relative, bergantung pada aspek-aspek lain yang terkait, baik bersifat internal maupun eksternal.
d. Kompetensi komunikasi berkaitan dengan dikotomi kompetensi kebahasaan dan kompetensi performasi.
Karakteristik Pendekatan Komunikatif Agar dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan pendekatan komunikatif, maka setiap guru hendaknya memiliki Pemahami karakteristik pendekatan komunikatif sebagai berikut: a.
Siswa sentris; pengajaran ditekankan pada bahasa lisan, kegiatan berbahasa menyimak dan berbicara sangat diperhatikan tanpa melupakan kegiatan berbahasa membaca dan menulis.
b.
Menekankan pengajaran; pengajaran ditekankan pada bahasa lisan tanpa mengabaikan bahasa tulis, kegiatan berbahasa menyimak dan berbicara sangat diperhatikan tanpa melupakan kegiatan berbahasa membaca dan menulis.
c.
Bahasa mengajar: pengajaran ragam bahasa yang relevan dengan tuntutan komunikasi yang diperlukan siswa.
d.
Tujuan pengajaran: pengajaran menumbuhkan keterampilan berkomunikasi.
e.
Sikap terhadap kesalahan berbahasa: kesalahan berbahasa diterima sebagai suatu kegiatan yang wajar terjadi dalam proses belajar berbahasa.
f.
Sikap terhadap ragam bahasa: semua ragam bahasa dihargai, tidak melebih-lebihkan ragam baku.
Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberi latihan, antara lain: a.
Memberi informasi secara terbatas seperti mengidentifikasi gambar, menulis peristiwa itu terjadi baik itu peristiwa menyenangkan atau menyedihkan, dan menemukan informasi yang ditiadakan.
b.
Menceritakan pengalamannya, menemukan perbedaan dan menyusun kembali bagian – bagian cerita
c.
Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah; dan
d.
Menyusun informasi seperti kelas sebagai konteks sosial yaitu akan diajak diskusi atau diadakan simulasi dan bermain peran. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk akting, tetapi dapat juga dalam bentuk debat. Setiap guru hendaknya memahami karakteristik pendekatan komunikatif atau pendekatan
pragmatik, sebagai berikut: 1) Siswa sentris; pengajaran didasarkan pada minat, kebutuhan, dan lingkungan siswa, 2) Penekanan pengajaran; pengajaran ditekankan pada bahasa lisan tanpa mengabaikan bahasa tulis, kegiatan berbahasa membaca dan menulis, 3) Tujuan pengajaran;bahan pengajaran ragam bahasa dan struktur bahasa yang relevan dengan tuntutan komunikasi yang diperlukan siswa, 4) Sikap terhadap kesalahan berbahasa; kesalahan berbahasa diterima hal yang wajar, sebagai bagian yang wajar terjadi dalam proses belajar bahasa. 5) Sikap terhadap ragam bahasa; semua ragam bahasa dihargai, tidak melebih-lebihkan ragam baku. Evaluasi Dalam Pembelajaran Menulis Pengalaman dengan Pendekatan Komunikatif
Untuk mengevaluasi pembelajaran bahasa seharusnya dilaksanakan secara holistik (menyeluruh), dengan kriteria: a. Baik pembelajaran maupun tes (alat ukur) berupa membuat judul, kapan perisitwa itu terjadi dan dengan siapa anda pada saat peristiwa itu terjadi. b. Butir-butir tes seharusnya tidak hanya bebas dari bahasa kultural, tetapi juga harus menekankan kaidah-kaidah penggunaan bahasa. c.
Siswa harus diberikan kesempatan, baik dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam mengerjakan tes, menggunakan bahasa dan tidak hanya mengenal bahasa indonesia yang baik dan benar.
d. Tes-tes yang diadakan harus dapat menolong meningkatkan program pembelajaran bahasa, sebagai alat diagnostic, dan menyatakan secara tidak langsung metode-metode pembelajaran yang berhasil. Secara sistematis penilaian hasil belajar bahasa Indonesia dibedakan antara aspek yang dinilai, bentuk penilaian, dan pelaksanaan. 1) Aspek yang dinilai a) Keterampilan berbahasa b) Penguasaan struktur dan kosa kata c) Sikap berbahasa 2) Bentuk penilaian a) Ter tertulis b) Tes lisan c) Penilaian perbuatan 3) Pelaksanaan penilaian a) Tes tertulis di kelas dilaksanakan sesudah KBM berlangsung. Tes lisan di kelas di laksanakan selama KBM berlangsung. b) Penguasaan di laksanakan di luar kelas, sebagai tugas rumah. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Komunikatif 1) kelebihan Diantara kelebihan pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa sebagai berikut: a) Pendekatan ini lebih relevan bagi pelajar, dalam rangka menggunakan bahasa daripada pendekatan lainnya. b) Lebih memberikan motivasi pada pelajar untuk menggunakan bahasa dan pelajar lebih banyak berusaha untuk mencapainya. c) Tidak membuang waktu dan tenaga dalam rangka mempelajari seluruh sistem bahasa. d) Dalam jangka waktu yang panjang pendekatan ini mempersiapkan pelajar dengan keterampilan yang tepat guna menguasai bahasa pada situasi yang sesungguhnya. 2) Kelemahannya a) Pendekatan ini menuntut seorang pengajar yang profesional dan sangat berkompeten di bidangnya. Dia harus tahu, kapan dan bagaimana cara membantu pelajar, harus
enerjik dan memiliki kepercayaan diri yang kuat terhadap penguasaan bahasa asing yang dipelajari. b) Pendekatan ini tidak menawarkan pada guru untuk menggunakan buku teks secara mutlak, guru harus memilih, menyelaraskan dan harus menemukan materi yang akan diberikan. c) Pendekatan ini sulit untuk dievaluasi d) Karena pendekatan ini muncul guna menyingkirkan pendekatan yang sudah ada, maka mungkin dalam penerapannya akan menemukan banyak kendala dan tantangan khususnya dari pada senioran yang sangat fanatik terhadap metode atau pendekatan yang sudah mereka kuasai sejak puluhan tahun lamanya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seluruh siswa kelas V. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa wawancara observasi serta dokumentasi.
PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango merupakan lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa sekolah dasar. SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango dinilai telah mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan standar minimal yang ditentukan pemerintah. Adapaun hasil penelitian dapat didisekripsikan sebagai berikut: 4.1.1 Temuan Umum Temuan umum dalam penelitian ini adalah berupa hasil pembelajaran menulis pengalaman
menggunakan
pendekatan
komunikatif.
Dengan
menggunakan
pendekatan
komunikatif siswa lebih mampu dalam kegiatan menulis pengalaman. Pada saat menulis pengalaman siswa terlihat lebih aktif dan lebih konsentrasi dalam kegiatan menulis pengalaman. Kegiatan menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif memiliki kelebihan dan kelemahana. Diantara kelebihan tersebut antara lain a) Pendekatan ini lebih relevan bagi pelajar, dalam rangka menggunakan bahasa daripada pendekatan lainnya. b) Lebih memberikan motivasi pada pelajar untuk menggunakan bahasa dan pelajar lebih banyak berusaha untuk mencapainya. c) Tidak membuang waktu dan tenaga dalam rangka mempelajari seluruh sistem bahasa. d) Dalam jangka waktu yang panjang pendekatan ini mempersiapkan pelajar dengan keterampilan yang tepat guna menguasai bahasa pada situasi yang sesungguhnya. Sedangkan kelemahan yang ditemuai dalam pembelajaran menulis pengalaman menggunakan majalah adalah a) Pendekatan ini menuntut seorang pengajar yang profesional dan sangat berkompeten di bidangnya. Dia harus tahu, kapan dan bagaimana cara membantu pelajar, harus enerjik dan memiliki kepercayaan diri yang kuat terhadap penguasaan bahasa asing yang
dipelajari. B) Pendekatan ini tidak menawarkan pada guru untuk menggunakan buku teks secara mutlak, guru harus memilih, menyelaraskan dan harus menemukan materi yang akan diberikan. C) Pendekatan ini sulit untuk dievaluasi d) Karena pendekatan ini muncul guna menyingkirkan pendekatan yang sudah ada, maka mungkin dalam penerapannya akan menemukan banyak kendala dan tantangan khususnya dari pada senioran yang sangat fanatik terhadap metode atau pendekatan yang sudah mereka kuasai sejak puluhan tahun lamanya. Beradasrkan temuan tersebut, maka dapat disimpulakn bahwa penggunaan pendekatan komunikatif dapat menambah kemampuan siswa dalam menulis pengalaman. 4.1.2 Temuan Khusus Adapun temuan khusus penelitian tentang kemampuan siswa menulis pengalaman melalalui pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Tapa Timur Kabupaten Bone Bolango dilakukan dalam melalui wawancara guru dan siswa. Untuk lebih jelasnya tentang hasil wawancara antara guru dan siswa dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Wawancara dengan Guru Apakah siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis pengalaman? Kemukakan pendapat bapak/ibu? Siswa merasa senang menulis pengalaman. Setelah itu mereka dijelaskan terlebih dahulu. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menulis pengalaman? Sulit, misalnya pada kejadian dijalan mereka bertemu penabrak sepeda, jadi itu menjadi pemikirannya. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi pembelajaran menulis pengalaman? Dalam pembelajaran, misalnya siswa belajar dalam penjelasan materi. Dalam pembelajaran materi itu ada yang sulit tidak diketahui Selanjutnya apa saja kendala yang dihadapi siswa dalam menulis pengalaman? Kendala, siswa tidak memahami waktu penjelasan guru, siswa yang tidak paham, diberikan pengulangan. Apa solusi bapak terhadap siswa belum bisa menulis pengalaman? Solusinya, misalnya di dalam menulis pengalaman siswa diberi penjelasan tentang materi apa yang bisa dipahami oleh siswa tersebut. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis pengalaman melalui pendekatan Komunikatif? Misalnya siswa dipanggil untuk ditanya/diwawancarai apakah siswa itu mampu berkomunikasi dengan melalui pengalaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, tentang pembelajaran menulis pengalaman melalui pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat dikatakan belum maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini karena masih adanya masalah dan kendalan yang ditemui guru dalam mengajarkan menulis pengalaman melalui pendekaan komunikatif. 2. Hasil Wawancara dengan Siswa Adapun temuan umum penelitian tentang kemampuan siswa menulis pengalaman melalalui pendekatan komunikatif di kelas V SDN 2 Tapa Timur Kabupaten Bone Bolango dilakukan dalam melalui wawancara dengan siswa. Untuk lebih jelasnya tentang hasil wawancara antara dengan siswa dapat digambarkan sebagai berikut:
Apakah kamu senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi Menulis pengalaman? Senang, alasan menceritakan kembali pengalaman masa lalu, dapat mengingat kemabli pengalaman lalu. Sebelum belajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif, apakah yang kamu rasakan selama proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis pengalaman? Karena mendapat pelajaran, dan bisa bercerita di depan kelas sehingga teman dapat dengar. Setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran pendekatan Komunikatif , apakah kamu semakin senang belajar materi bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis pengalaman? Karena dengan menceritakan pengalaman kita bisa menginga pengalaman lalu Pertanyaan selanjutnya ketika guru sedang menjelaskan materi menulis pengalaman menggunakan melalui pendekatan komunikatif. Apakah perhatian kamu semakin terpusat/fokus dalam pelajaran tersebut? kemukakan alasanmu?! Merasa senang, karena belum tentu pengalaman saya sama dengan orang lain. Setelah kamu belajar menggunakan pembelajaran Komunikatif, Apakah keinginan kamu untuk belajar menulis pengalaman semakin bertambah? kemukakn alasanmu? Karena pengalaman itu menyenangkan Apakah kalian senang menulis pengalaman dengan pembelajaran melalui komunikatif? Merasa senang. Apakah dengan pendekatan Komunikatif kalian merasa lebih mudah dalam menulis pengalaman? Iya merasa lebih mudah. Yang berikut dengan pendekatan komunikaitf apakah kalian lebih mudah mendapatkan idea tau gagasan dalam menulis pengalaman? Iya, karena guru menjelaskan memakai komunikasi yang jelas, karena lebih banyak pengetahuan Dengan pembelajaran melalui pendekatan Komunikatif. Apakah kalian lebih berani mengemukakan pendapat? Iya. Apakah kalian merasa percaya diri ketika menulis pengalaman dengan pembelajaran melalui pendekatan komunikatif? Iya, merasa percaya diri. Berdasrkan hasil wawancara dengan siswa kelas V SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan komunikatif dalam menulis pengalaman dapat dikatakan antusias dalam menulis dan menceritakan kembali pengalaman mereka. Namun dalam hal ini masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menulis pengumuman. 3. Hasil Observasi Siswa Kegiatan observasi dilakukan oleh guru dan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap pelaksanaan menulis pengalaman dapat dideskripsikan berdasarkan hasil setiap siswa sebagai berikut: 1. Awal Saputra Yusuf. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77.
2. Fadli Suleman. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 3. Fadel Eraku. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77. 4. Fayed Iftar Alghifari. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 5. Moh. Ridwan Rasyid. Berdasarkan hasil penilaian, ia belum bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis belum sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria kurang mampu dengan perolehan nilai 66.67. 6. Rahman Abdjul.
Berdasarkan hasil
penilaian,
ia sudah
bisa
menulis
pengalaman
menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 7. Rais Ridwan Latif. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 8. Rendi Hidayat. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88.
9. Marwan
Kaluku.
Berdasarkan hasil penilaian,
ia sudah
bisa menulis
pengalaman
menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 10. Marawati Tamrin. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 11. Anggriani Butolo. Berdasarkan hasil penilaian, ia belum bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis belum sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria tidak mampu dengan perolehan nilai 55.56. 12. Anisa Saskia Ibrahim. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77. 13. Dea Alvianita Sunati. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77. 14. Fadilah S. huntua. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77. 15. Firawati Panigoro. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan
penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 77.77. 16. Hikmah Gani. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 17. Rayhandani Limonu. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. 18. Yolanda Rahmatia Karim. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 88.88. 19. Miranti Sukran Radjak. Berdasarkan hasil penilaian, ia belum bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis belum sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria kurang mampu dengan perolehan nilai 66.67. 20. Aprilia Nur Alisa Rahim. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. 21. Sintia A. Habie. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. 22. Delvi Regina. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan
huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. 23. Nurindah Kamaru. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. 24. Sri Wahyuni P. Akase. Berdasarkan hasil penilaian, ia sudah bisa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif. Peneliti mengamati bahwa pengalaman yang ditulis sudah sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi penilaian, baik dari segi penulisan 500 kata, penggunaan huruf kapital, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, kebermaknaan penuturan. Dari semua aspek yang diamati, ia tergolong kriteria mampu dengan perolehan nilai 100. Berdasarkan hasil capaian setiap siswa, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif berdasarkan hasil observasi yang berkategori mampu (M), kurang mampu (KM) dan tidak mampu (TM) dapat disajikan sebagai berikut: 1) aspek hubungan kalimat dengan gambar kriteria mampu mencapai 20 orang atau 83.33%, kurang mampu sejumlah 4 orang atau persentas 16.67%. 2) aspek penggunaan huruf kriteria mampu mencapai 20 orang atau 83.33%, kurang mampu sejumlah 4 orang atau persentas 16.67%. 3) Aspek penggunaan tanda titik 6 orang mampu atau 25%, 13 orang kurang mampu atau 54.17% dan 5 orang tidak mampu atau 20.83%. Berdasarkan hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menindaklanjuti pembelajaran perlu ditekankan kepada siswa mengenai perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Kurangnya keberanian siswa mengeluarkan pendapat dalam menyampaikan hasil menulis pengalaman karena kegiatan masih didominasasi oleh siswa belum memiliki kosakata yang cukup dalam menulis pengalaman. Pada kegiatan pelaporan hasil atau presentasi masih ada beberapa siswa kurang berani mengeluarkan pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini guru harus selalu memberi semangat agar dapat membangkitkan keberanian siswa. Pada kegiatan pembelajaran siklus I masih ada beberapa siswa yang ragu-ragu menggunakan alat peraga, hal ini karena siswa belum terbiasa menggunakan pendekatan komunikatif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini guru berusaha untuk meningkatkan keberanian siswa menggunakan pendekatan komunikatif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang di SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bone Bolango dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pengalaman menggunakan pendekatan komunikatif di kelas V meningkat. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara dan observasi, hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang mencapai kategori mampu sejumlah 21 dengan persentase 87.5%, kurang mampu 2 orang atau persentase 8.33 dan 1 orang tidak mampu atau 4.17%. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman dengan menggunakan pendekatan komunikatif. 2. Bagi Guru Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran menulis pengalaman. Penggunaan pendekatan komunikatif dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis pengalaman. 3. Bagi Siswa 1) Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar. 2) Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar sehingga dapat memperolehkemampuan belajar yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA. Budi Setya Eka. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Metode Karya Wisata Siswa Kelas X Ma Al Asror Tahun 2006. Semarang: UNM. Darmiyati Zuchdi. 1997. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Secara Holistic. Cakrawala Pendidikan No. I, tahun XVI, februari 1997. Yogyakarta: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IKIP Yogyakarta. Depdiknas, 2009. Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Sekolah Dasar Kelas 1, 2, 3. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen pendidikan Dasar dan Menegah. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya. Hairuddin, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Hardini Isriani dan Puspitasari Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia. Hamid, Darmadi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Rahim, Farida 2005. Pengajaran Membaca Sekolah Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Rahmanto.1997. Metode Pengajaran Sastra Yogyakarta: Kanisius. Semi, Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung Angkasa. Silvester, Niko dan Alexander, Rafa. 2004. Panduan Menulis Fiksi untuk Pemula. Jakarta: Platinum. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Suparno dan Yunus Mohamad, 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan Henry Guntur. 2009. Staregi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. . 2011. Prinsip-Prinsip dasar Sastra. Bandung: Angkasa Wiyanto, Asnul. 2004. Menulis Paragraf. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.