PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SDN KEDUNGGALAR 2 KABUPATEN NGAWI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL Muzaini Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penggunaan media pembelajaran film kartun dalam pembelajaran menulis narasi ini merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa di kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SDN Kedunggalar 2 pada tahap pramenulis, pemburaman (pengedrafan), perbaikan (perevisian),dan pemublikasian. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kedunggalar 2 Kabupaten Ngawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual berupa film kartun Adit dan Sopo Jarwo dalam pembelajaran menulis narasi di kelas V SDN Kedunggalar 2 terbukti berhasil meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Dilihat dari ketuntasan belajar, dengan penggunaan media belajar film kartun Adit dan Sopo Jarwo ini dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan dengan diindikasikan pada persentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 50% ketuntasan belajar pada refleksi awal menjadi 92,86% setelah pelaksanaan tindakan. Kata Kunci: peningkatan, kemampuan, menulis narasi, media audio visual Meskipun keterampilan menulis telah menjadi salah satu aspek dalam berbahasa yang telah dipelajari sejak tingkat Sekolah Dasar, namun pada kenyataannya masih sering dijumpai banyak siswa tingkat Sekolah Dasar yang masih kesulitan dalam menulis narasi secara baik dan benar. Mereka mengalami kesulitan dan terlihat kebingungan ketika akan memilih dan menghadirkan pengalaman nyata yang mereka miliki untuk dibuat menjadi satu bentuk tulisan narasi. Mereka juga mengalami kesulitan dalam menuangkan kejadian-kejadian dalam bentuk tulisan dan jika dipaksakan maka akan didapatkan hasil karangan yang dibuat oleh siswa terlihat tidak runtut dan
kejadian-kejadian yang mereka tuangkan dalam bentuk tulisan narasi sering terkesan melompat-lompat sehingga sulit ditangkap alur kejadian peristiwa yang disajikan dalam cerita tersebut. Selain itu, penelitian ini juga dilandasi atas beberapa anggapan bahwa pembelajaran menulis di tingkat Sekolah Dasar belum terlaksana dengan baik karena penggunaan metode, teknik, dan atau media pembelajaran yang kurang tepat dalam pengajaran bahasa Indonesia pada umumnya, sehingga atas beberapa alasan tersebut di atas mengakibatkan siswa tidak memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran menulis yang sedang berlangsung. Berdasarkan dari uraian di
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 60
atas itulah penulis merasa berkepentingan untuk melakukan penelitian terhadap peningkatan keterampilan menulis pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kedunggalar 2 Kabupaten Ngawi. Dari uraian tersebut secara singkat dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat tiga masalah dalam pembelajaran menulis narasi siswa SDN Kedunggalar 2 pada kompetensi dasar menulis pengalaman pribadi, yaitu: (1) siswa kesulitan mengingat kembali pengalamannya setelah melihat media visual film kartun anak-anak di rumahnya masing-masing, yang pernah mereka alami, (2) siswa kesulitan mengorganisasikan ingatan pengalaman mereka setelah melihat media visual film kartun anak-anak di rumahnya masing-masing untuk dijadikan bahan tulisan, dan (3) siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis narasi. Menguatkan alasan penelitian ini adalah pendapat Allen tentang hubungan antara media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang diulas oleh Ahmad Sudrajat. Dalam ulasan itu diterangkan secara rinci dan detail sehingga kelihatan secara jelas dan lugas hubungan antara media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran ditunjukkan bahwa penyampaian keterampilan persepsi motorik dan pengem-bangan sikap, opini dan motivasi pada media pembelajaran gambar bergerak memiliki pengaruh dan peranan yang tinggi terhadap pebelajar. Sedangkan pada media pembelajaran gambar diam (tidak bergerak) memiliki peranan yang rendah terhadap pebelajar (Sudrajad A.: 2008a).
Entah karena ceritanya yang ringan dan lucu atau mungkin desain kartunnya yang menarik sehingga banyak kalangan dari usia anak-anak sampai dewasa menyukai film kartun. Bahkan di setiap sudut halaman sekolah dengan mudah dijumpai sekumpulan anak-anak yang sedang asyik mengobrol menceritakan film kartun anak-anak yang barusan ditontonnya pada salah satu stasiun televisi swasta. Seakan-akan mereka begitu bisa menyatu dengan jalan cerita film- film kartun anak-anak dan mampu hanyut dalam menceritakan kembali isi cerita dalam film kartun anak-anak tersebut. Selain itu cerita pada setiap episode yang disuguh- kan di dalam audio visual sarat akan pesanpesan kebaikan. Cerita semacam ini tepat untuk dikonsumsi bagi anak-anak usia Sekolah Dasar, sehingga atas beberapa pertimbangan itulah penulis memilih media audio visual sebagai media belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi melalui media audio visual.Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan peningkatan keterampilan menulis narasi pada tahap pramenulis, tahap pengedrafan/pemburaman, tahap perevisian/perbaikan, dan tahap pemublikasian.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 61
METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan PTK dipilih karena beberapa alasan, yaitu: (1) penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas ini dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran termasuk pembelajaran menulis narasi, (2) penelitian ini dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran menulis narasi dan meningkatkan hasil belajar dengan alternatif penggunaan media belajar yang lebih kondusif dalam pembelajaran menulis narasi siswa kelas V Sekolah Dasar, (3) bentuk kajian yang dilakukan di kelas bersifat refleksif oleh guru untuk meningkatkan kemampuan rasional dalam melaksanakan tugas memperbaiki praktik pembelajaran dilakukan dalam konteks alamiah yaitu untuk mengkaji permasalahan faktual dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi, (4) penelitian ini dilaksanakan bersama kepala sekolah dengan rekanrekan guru yang lain di SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi, baik dalam menyusun perenca- naan, pelaksanaan maupun pengambilan kesimpulan terhadap proses pembelajaran menulis narasi melalui media audio visual berupa film kartun Adit dan Sopo Jarwo.Pelaksanaan penelitian tindakan direncakan melalui beberapa tahap yang berlangsung dalam bentuk siklus, yang dikembangkan berdasarkan desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini pada hakekatnya berupa perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat
terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi. Sekolah ini beralamatkan desa Kedunggalar Kecamatan Kedunggalar. SDN Kedunggalar 2 terletak di tengahtengah pemukiman penduduk yang pada umumnya berprofesi sebagai petani. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014 sampai dengan 31 Mei 2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 20113/2014 berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 3 siswa perempuan 11 siswa laki-laki. Seluruh siswa dilibatkan dalam kegiatan penelitian, karena mengikuti konteks alamiah pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Pertimbangan pemilihan kelas ini karena peneliti mengajar di kelas ini. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran sebelumnya siswa kelas V SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi memperoleh nilai yang tidak tuntas pada pembelajaran menulis narasi. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilalui, yang meliputi (1) langkah persiapan penelitian (2) penetapan target penelitian dan(3) pelaksanaan penelitian.Persiapan penelitian tindakan kelas meliputi kegiatan pengidentifikasian masalah yang terdapat di kelas, penganalisaan tingkat keseriusan masalah, pemilihan masalah yang dipecahkan, dan penetapan kriteria keberhasilan pemecahan masalah yang dipilih.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 62
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas senantiasa diawali dengan penelitian awal (preleminary studies).Pada penelitian ini tindakan awal dilakukan secara kooperatif antara peneliti, kepala sekolah dan guru-guru yang lain di SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi. Untuk itu diawal perencanaan tindakan diperlukan kesepahaman antara peneliti dengan rekan-rekan seprofesi untuk menyamakan pemahaman dan penyikapan terhadap pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan di SDN Kedunggalar 2 tentang pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media film kartun Adit dan Sopo Jarwo.Pada tahap ini ada lima kegiatan yang dilakukan yakni (1) melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan guruguru yang lain tentang perencanaan jadwal pelaksanaan penelitian, (2) melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan guru-guru yang lain untuk memperluas wacana tentang materi pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V, (3) menetapkan rencana pembelajaran, (4) simulasi pembelajaran dan, (5) penilaian pada rencana pembelajaran. Sebagai dasar penyusunan rencana tindakan siklus berikutnya, peneliti perlu menetapkan target pencapaian penelitian berdasarkan pada hasil observasi pembelajaran menulis narasi melalui media film kartun Adit dan Sopo Jarwo. Target pencapaian hasil penelitian yang ditetapkan dalam pembelajaran menulis ini secara individual adalah ≥ 70, sedangkan ketuntasan secara klasikal peneliti menetapkan prosentase sebesar 85 %.
Apabila dalam penerapan setiap siklusnya belum mencapai target tersebut maka akan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya sampai target tercapai. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual berupa film kartun Adit dan Sopo Jarwo dalam pembelajaran menulis narasi di kelas V SDN Kedunggalar 2 terbukti berhasil meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Peningkatan kemampuan menulis narasi siswa secara kualitatif pada tahap pramenulis ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas siswa pada fokus pembelajaran dalam mengidentifikasi tema, mengidenti-fikasi topik, memilih judul, mengidentifikasi gagasan pokok dan menyusun kerangka karangan yang merujuk pada alur cerita film kartun Adit dan Sopo Jarwo yang diputarkan pada tahap pramenulis. Pada tahap pemburaman, peningkatan kemampuan menulis narasi siswa tercermin dengan peningkatan aktivitas siswa pada fokus pembelajaran dalam mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat siswa pada tahap pramenulis menjadi buram karangan narasi yang disesuaikan dengan alur cerita film kartun Adit dan Sopo Jarwo yang diputarkan pada tahap pemburaman. Sedangkan pada tahap perbaikan, peningkatan kemampuan menulis narasi siswa ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas siswa pada fokus pembelajaran dalam memperbaiki buram narasi dengan cara menyesuaikan pada alur cerita film kartun Adit dan Sopo Jarwo yang telah diputarkan pada tahap perbaikan.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 63
Dilihat dari ketuntasan belajar, dengan penggunaan media belajar film kartun Adit dan Sopo Jarwo ini dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan dengan diindikasikan pada persentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 50% ketuntasan belajar pada refleksi awal menjadi 92,86% setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Dengan hasil tersebut, target penelitian dengan ketuntasan belajar sebesar 85% secara klasikal telah tercapai dan pembelajaran ini dinyatakan telah tuntas dalam satu siklus. Secara lebih terperinci perkembang-an peningkatan keterampilan menulis narasi siswa SDN Kedunggalar 2 dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 1 Keterampilan Menulis Narasi Siswa Saat Kondisi Awal dan Siklus I
50-59
Ketercapaian Kondisi Awal 1
Siklus I 1
2
60-69
6
0
3
70-79
6
6
4
80-89
1
5
5
90-100
0
2
14
14
No
Nilai
1
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki nilai 50-59 pada refleksi awal sebanyak 1 anak tidak berubah jumlahnya pada siklus 1. Siswa yang memiliki nilai pada rentangan 60-69 pada refleksi awal sebanyak 6 anak menjadi tidak ada pada siklus I. Kemudian siswa yang memiliki nilai 70-79 pada refleksi awal sebanyak 6 anak tetap jumlahnya pada siklus I. Siswa yang memiliki nilai pada rentang nilai 80-89 pada refleksi awal hanya 1 anak menjadi 5 anak. Sedangkan pada rentangan nilai 90-100 pada refleksi awal tidak satupun anak yang mendapatkan nilai pada rentang itu, pada siklus I ada 2 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai tersebut. Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan ini, peneliti dan teman sejawat mendiskusikan dan membahas secara kritis dan seksama hasil-hasil pengamatan maupun data penunjang lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan. Hal-hal yang dibahas dan didiskusikan, yaitu (1) tindakan yang telah dilakukan, (2) perbedaan antara perencanaan tindakan dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, (3) kendalakendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran dan mencari
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 64
solusinya, dan (4) melakukan interprestasi, pelaksanaan dan penyimpulan data yang diperoleh.Hasil refleksi ini memberi masukan bagi peneliti untuk menentukan sikap bagi pelaksanaan siklus berikutnya. Selain itu, hasil ini dijadikan dasar untuk menyusun rencana pembelajaran berikutnya sebagai tindakan perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Tindakan akan berhenti apabila telah mencapai indikator hasil pembelajaran yang telah ditetapkan.Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan berhasil atau tidak dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tahap refleksi dilaksanakan setiap berakhirnya satu tindakan. Pada tahap ini, hasil observasi yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam diskusi adalah : (1) menganalisis pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil dengan pedoman penilaian sebagai berikut: A = baik sekali jika nilai = 85100, B = baik jika nilai = 75-84, C = cukup jika nilai = 65-74, D = sedang jika nilai = 55-64, E = kurang jika nilai = kurang dari 55, (2) menyintesis hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil, (3) memaknai hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil, (4) menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dari segi proses
maupun hasil. Dari hasil refleksi tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan keberhasilan tindakan. Dengan catatan jika masih diperlukan tindakan maka hasil refleksi digunakan untuk menyusun rencana tindakan berikutnya. Namun, jika tujuan pembelajaran sudah tercapai maka hasil refleksi hanya akan digunakan untuk memberikan rekomendasi bahwa penelitian tersebut telah dianggap cukup dan tidak perlu Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana pembelajaran menulis narasi melalui penggunaan media belajar audio visual telah mempertimbangkan komponen kurikulum dan tahapantahapan menulis. Komponen kurikulum dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SDN Kedungga-lar 2 sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran, dan indikator seperti yang tercantum dalam silabus yang telah dikembangkan sedemikian rupa untuk keperluan tindakan pembelajaran ini. Tahap-tahap menulis yang dimaksudkan adalah tahap pramenulis, tahap pemburaman, tahap perbaikan, dan tahap pemublikasian. Kedua hal ini telah disatukan dalam rencana tindakan pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, dari sisi tujuan dan prosedur pembelajaran, hasil dan temuan penelitian ini sangat relevan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahasa Indonesia tingkat Sekolah Dasar.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 65
Proses pembelajaran merupakan langkah-langkah untuk memberi pengalaman nyata kepada siswa dalam perjalanan mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara aktif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis (Depdiknas, 2008:107). Hal ini senada dengan pendapat Syarif, dkk. yang menyatakan bahwa menulis bertujuan menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima oleh orang lain (Syarif, dkk., 2009:6). Selain itu, secara khusus pula tujuan pembelajaran dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional melalui standar kompetensi, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. Dari standar kompetensi yang harus dikuasai tersebut ditetapkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran menulis yaitu, menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan (Depdiknas, 2008:118). Hal-hal yang sudah tersebut di atas merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis narasi. Dalam temuan penelitian ini siswa setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran melalui (1) menghadirkan pengalaman pribadi melalui menyaksikan pemutaran film kartun Adit dan Sopo Jarwo, (2) mengidentifikasi tema, topik, judul, dan
gagasan utama cerita narasi, (3) menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya menjadi draft/buram karangan narasi, (4) mendiskusikan masing-masing kekurangan draft narasi dengan teman kelompok diskusinya dan kemudian memperbaiki draft narasi tersebut menjadi draft yang lebih lengkap dan baik isinya, (5) mendiskusikan dan memperbaiki kesalahan penulisan ejaan, kesalahan pemilihan kata dan kalimat, dan (6) saling berbagi tulisan narasi dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sangat relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SDN Kedunggalar 2 Kabupaten Ngawi. Kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media belajarr audio visual ini merupakan pengembangan penggunaan media belajar gambar berseri yang sudah sering digunakan sebagai media pembelajaran menulis narasi. Penggunaan media belajar audio visual juga dapat menjadi wacana baru dalam pendidikan untuk menekan kegiatan pembelajaran konvensional seperti pembelajaran berupa ceramah, mencatat materi pelajaran tanpa memberi pengalaman praktis kepada siswa, maka penggunaan media belajar audio visual dalam penelitian ini juga memberi pengalaman nyata kepada siswa untuk menghadirkan pengalaman secara langsung, lalu siswa merekam dan menuliskannya kembali menjadi karangan narasi. Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama proses pembelajaran terhadap aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran maupun pada produk
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 66
siswa di akhir pembelajaran berupa karangan narasi. Pada umumnya aktifitas siswa dapat terkelola dengan baik berkat penggunaan media belajar audio visual ini. Sedangkan pada produk siswa berupa karangan narasi beberapa aspek yang dinilai meliputi kesesuaian judul, kelengkapan isi, pemilihan ragam kata dalam bahasa Indonesia, pemilihan kalimat, dan kerapihan penyajian. Pada akhir pembelajaran dilaksa-nakan refleksi untuk merenungkan terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Refleksi diarahkan untuk memperkuat temuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi konsep yang kuat terhadap penulisan narasi. Konsep yang dapat diterima siswa dalam pembelajaran meliputi apa itu tulisan narasi, bagaimana menyusunnya, dan bagaimana mempublikasikannya. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran audio visual yang digunakan dalam tindakan pembelajaran ini terbukti mampu merangsang dan meningkatkan minat siswa menulis narasi siswa SDN Kedungga- lar 2. Hal ini sejalan dengan pendapat I Wayan Santyasa yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalur- kan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa I. W., 2007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sangat relevan dengan penggunaan media pembelajaran film kartun Adit dan Sopo Jarwo.
Peran guru sebagai evaluator guru melaksanakan penilaian terhadap aktivitas siswa, kemampuan siswa, keberanian siswa. Penampilan siswa selama proses pembelajaran sehingga menghasilkan nilai proses dan melaksanakan penilaian produk dari hasil tulisan siswa. Hasil perbaikan siswa serta penilaian hasil belajar berupa karangan narasi, semua kegiatan evaluasi berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa dalam belajar menulis narasi. Hasil evaluasi juga digunakan sebagai data penelitian terhadap hasil pembelajaran dengan menggunakan media belajar film kartun Adit dan Sopo Jarwo. Peran guru sebagai administrator. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak lepas dari kegiatan administrasi. Kegiatan yang dilakukan sebagai bukti fisik melaksanakan pembelajarn berupa silabus, RPP, daftar hadir siswa atau presensi, jurnal pembelajaran, catatan data-data hasil pembelajaran proses, daftar nilai, pembagian nama-nama siswa dalam kelompok, catatan keberhasilan dan refleksi setiap kegiatan pembelajaran, catatan siswa yang harus melaksanakan remedial atau pengayaan serta soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari siswa. Semua kegiatan tersebut dilaksa-nakan oleh guru untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam kegiatan ini data di atas merupakan data penelitian dan instrumen penelitian. Guru yang baik jika pelaksanaan pembelajarannya dilengkapi dengan administrasi yang lengkap pula.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 67
Peran guru sebagai pelopor penelitian apabila guru sebagai pengajar sekaligus melaksanakan penelitian tindakan kelas maka guru harus rajin mencatat menulis laporan sebagai hasil karya tulis yang bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi profesional guru, peningkatan SDM dan peningkatan mutu pendidikan yang dimulai dari guru. Belajar bermakna apabila siswa mendapat pengalaman nyata maka dalam rangkaian proses belajar terdapat pengetahuan nyata melalui penayangan audio visual yang disajikan melalui LCD Proyektor, mengidentifikasi unsurunsur cerita, berdiskusi, menanggapi, menyampaikan ide, dan mempublikasikan hasil karangan. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil paparan data dan temuan penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Kedunggalar 2, Kabupaten Ngawi dapat ditingkatkan melalui penggunaan media film kartun Adit dan Sopo Jarwo. Peningkatan keterampilan menulis narasi tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan tindakan dalam satu siklus tindakan. Peningkatan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) siswa mampu mema- hami konsep hubungan antara tema, topik, judul, dan gagasan utama yang terdapat dalam suatu karangan narasi, (2) siswa mampu mengidentifikasi dan menentukan tema, topik, judul, dan gagasan utama yang sesuai dengan isi tulisan, dan (3) siswa mampu menyusun kerangka karangan berdasarkan tema, topik, judul, dan
gagasan utama sebagai pijakan awal untuk dikem-bangkan menjadi buram karangan narasi. Selain pada peningkatan keteram-pilan menulis narasi juga terjadi peningkatan kualitas proses dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan: (1) siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengamati dan mencermati tayangan media belajar audio visual serta paparan tentang konsep tema, topik, judul, dan gagasan utama yang ditayangkan melalui LCD Proyektor, (2) siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikan, (3) siswa mempunyai perhatian yang tinggi dalam memperhatikan penjelasan guru, (4) kesungguhan dan ketekunan siswa dalam menyusun kerangka karangan narasi, (5) kreativitas siswa dalam mengiden- tifikasi tema, topik, judul, dan gagasan utama yang sesuai dengan alur cerita film kartun Adit dan Sopo Jarwo, (6) semangat bekerjasama siswa dalam mendiskusikan tema, topik, judul, dan gagasan utama yang sesuai, dan (7) keberanian siswa untuk menanyakan dan mengaktualisasikan dirinya terhadap penjelasan guru. Berdasar temuan penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, disampaikan saran-saran sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru bahwa di dalam menyelenggarakan pelaksanaan pembelajaran sebaiknya, (1) menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga dapat merangsang anak agar lebih fokus
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 68
dalam mengikuti proses pelaksanaan pembelajaran dengan antusias tanpa tekanan, (2) mengoptimalkan penggunaan alat-alat hasil perkembangan teknologi informasi untuk merancang dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas, (3) meningkatkan kemampuan diri untuk menggunakan alat-alat hasil perkembangan teknologi informasi agar dapat mengembangkan dan merancang pembelajaran yang lebih bermutu dan beragam dengan menggunakan alat-alat hasil perkembangan teknologi informasi, (4) mendekatkan materi pembelajaran pada konteks yang lebih akrab dan dekat dengan diri siswa, dan (5) memadukan tahapan menulis dengan media pembelajaran dalam merancang rencana pembelajaran menulis. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada kepala sekolah bahwa di dalam mengelola lembaga pendidikan pada bidang akademis sebaiknya, (1) mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk menguasai penggunaan alat-alat hasil perkembangan teknologi informasi sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih optimal di kelas, (2) memprioritaskan dalam membuat rencana anggaran untuk pengadaan alatalat hasil perkembangan teknologi informasi sehingga para guru dapat memanfaatkannya untuk proses pembelajaran di kelas, (3) mendorong guru untuk merancang pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan alat-alat hasil perkembangan teknologi informasi, dan (4) menganjurkan kepada para guru
agar memasukkan tahapan-tahapan menulis dalam pembelajaran menulis. Seperti yang telah dipahami keterampilan menulis pengalaman sebagai bagian dari menulis narasi merupakan keterampilan dasar yang sangat menunjang pengembangan keterampilan menulis jenis lainnya. Oleh karena itu kepada penyusun kurikulum disarankan agar: (1) mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran menulis tulisan, (2) menyertakan perangkat dasar pembelajaran menulis narasi dalam bentuk instrumen menulis, sehingga siswa dan guru memiliki arah yang sama dalam memahami hakekat proses dan hasil kegiatan menulis narasi tersebut, dan (3) menekankan orientasi evaluasi pembelajaran menulis narasi pada proses dari pada hasil sehingga proses belajar lebih ditekankan pada bagaimana cara menulis tulisan dan bukan semata-mata bagaiman hasil menulis tulisan. Penelitian tindakan ini merupakan langkah awal pencarian alternatif dengan menggunakan media pembelajaran untuk memecahkan permasalahan pembelajaran menulis narasi di Sekolah Dasar. Latar belakang dan subjek penelitian terbatas pada siswa kelas V SDN Kedunggalar 2. Dengan demikian disarankan kepada peneliti lain untuk menindaklanjuti hasil dan temuan penelitian ini dengan cara: (1) memperluas jangkauan latar dan subjek, (2) memperdalam analisa menyangkut komponen-komponen pembelajaran yang lain, dan (3) melakukan penelitian serupa dalam konteks pembelajaran menulis jenis karangan yang lainnya sebagai upaya
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 69
mendeskripsikan sebuah pendekatan dan strategi pembelajaran dalam menulis. DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, S., dkk. 2001. Menulis I. Buku Materi Pokok. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Burhan Nurgiantoro. 2005. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi ketiga. Yogyakarta: PT BPFE. Charlie, L. 2006. Jadi Penulis Ngetop itu Mudah. Bandung: Nexx Media Inc. Depdiknas. 2009. Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Lampiran 1 Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Hedge, Tricia. 1988. Resourse Books for Teachers. Series editor Alan Moley. New York: Oxford University Press. Kurniawan, E. & Mutaqimah E. 2009. Penilaian. Modul Suplemen KKG-BERMUTU. Jakarta: Dirjen PMPTK, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Depdiknas. Mistar, J. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Suparno, & Muhammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Buku Materi Pokok PGSD Modul 1-6. Jakarta:UT.
Santyasa. I. W.- Landasan Konseptual Media Pembelajaran.Workshop Media Pembelajaran bagi GuruGuru SMA Negeri Banjar Angkan (Online http://file.upi.edu/Direktori/FIP/J UR._PEND._LUAR_SEKOLAH, diakses 17 Maret 2014) Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa: Depdiknas.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 70