UPAYA GURU MENGATASI KESULITAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI KELAS 1 SDN 2 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH ERIS FENAWATY EFENDI KARIYADI PEMBIMBING I : Dra. Dajani Suleman, M.hum PEMBIMBING II : Dra.Hj. Pertiwi Laboro, M.Pd (Mahasiswa Program Studi S-1 PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan upaya guru mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa di kelas 1 SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis data secara kualitatif. Dalam penelitian ini dari jumlah siswa (27) orang siswa, 23 orang siswa atau 85% sudah mampu membaca permulaan dengan kategori baik dan sangat baik, sedangkan 4 orang siswa atau 15% tidak mampu dalam membaca permulaan. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan adanya upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa di kelas 1 SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango, upaya guru sudah dikatakan baik. Kata kunci : Guru, Kesulitan Membaca
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi. Sedangkan pembelajaran keempat aspek itu dilaksanakan secara terpadu. Membaca juga tidak mungkin terlepas dari persoalan Bahasa, sebab membaca merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa lainnya. Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah untuk kelas 1 SD dalam dalam Mulyadi (2009: 20). Menjelaskan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu: aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, aspek menulis. Keempat aspek kemampuan berbahasa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar, Lerner dalam Mulyadi (2009 : 21). Biasanya dalam pembelajaran guru hanya memberi contoh membaca dan siswa disuruh menirukan. Sehingga bagi siswa yang belum dapat membaca hanya sekedar mengingat ucapan guru tanpa memperhatikan rangkaian huruf yang ada. Ketika siswa disuruh membaca secara bergantian maka sering terjadi apa yang diucapkan oleh siswa tidak sesuai dengan rangkaian huruf yang dibaca. Apa yang diucapkan kadang-kadang keliru dengan bacaan di atasnya atau di bawahnya. Guru dalam mengajar cenderung menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses pendidikan tradisional sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh kurang maksimal. Selain itu guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca, hal ini sesuai pendapat Wina Sanjaya dalam Mulyadi (2009: 22) menyatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif serta pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak. Dengan kondisi yang demikian maka dapat dianalisis kekurangan dalam pembelajaran guna mengetahui hambatan yang ditemukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Karena banyaknya bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, guru juga kurang terbiasa menggunakan media-media pembelajaran yang bervariasi. Padahal seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas. Disini bisa terlihat siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama dalam kesulitan membaca permulaan. Dalam proses pendidikan tradisional, pendidik selalu menganggap siswa sebagai obyek yang tidak memiliki potensi apapun. Hal ini menyebabkan anak tidak terbiasa menghadapi
permasalahan yang muncul secara kritis, pada tahapan selanjutnya akan dipastikan terjadinya kegagalan akademik pasca proses pendidikan. Belajar di sekolah bagi anak didik bukan saja belajar tentang yang boleh dan tidak boleh, tetapi mereka belajar adanya pilihan nilai yang sesuai dengan perkembangan anak didik. Guru dalam mentransfer nilai tidak hanya diberikan dalam bentuk ceramah, tetapi juga terkadang dalam bentuk dan tindakan, sehingga suasana belajar tidak monoton dan terasa menyenangkan. Kemudian diharapkan mengikuti perkembangan metode pembelajaran mutakir untuk menggunakan media teknologi informasi dalam pembelajarannya, melalui alat teknologi ini pembelajaran yang efektif dan efisien dapat dicapai. Dengan demikian standar isi belumlah cukup, tetapi juga memerlukan guru-guru yang memiliki kompetensi dan profesionalitas. Sehingga upaya guru sangat menunjang untuk terciptannya semangat siswa dalam belajar. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif, untuk itu yang terpenting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Dalam hal ini bukan hanya guru yang menjadi motifator siswa, peran orang tua seharusnya memperhatikan dan mengamati secara cermat untuk bisa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajarnya. Kebanyakan orang tua menuntut anak agar gemar membaca, menulis, dan lain-lain, tetapi mereka seakan-akan tidak tahu bahwa minat tersebut tidaklah tumbuh dengan sendirinya. Lingkungan amat berpengaruh dalam memunculkan minat belajar pada anak. Untuk itulah peran orang tua amat penting. Kebanyakan anak mulai belajar membaca ketika berumur lima atau enam tahun. Memang beberapa anak belajar lebih cepat dibandingkan dengan dengan anak-anak lainnya, anak baru bisa dikatakan mengalami kesulitan membaca ketika mereka berusia tujuh atau delapan tahun, karena biasanya pada umur-umur tersebut anak sudah bisa membaca secara mandiri, tanpa bantuan orang lain. Tanda-tandanya tidaklah terlalu sulit apabila pada orang tua dan guru memperhatikan mereka secara cermat. Misalnya, apabila anda memberikan sebuah buku yang tidak mungkin akan membuat cerita berdasarkan gambar-gambar yang ada di buku tersebut yang mana antara gambar dan ceritanya tidak memiliki kaitan. Di bawah ini akan dijelaskan tentang suatu metode yang digunakan oleh seorang guru agar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa. Metode yang digunakan dinamakan dengan metode VAKT. Cara-cara dengan menggunakan metode VAKT : 1.
Siswa dilatih dengan mengenalkan huruf, suku kata, lalu berlanjut dengan
kata yang
terdiri dari dua suku kata, dan seterusnya. Guru juga bisa membuatkan huruf dari lilin warna-warni agar ia lebih bersemangat untuk belajar.
2.
Kemudian Lakukan metode dikte. Cobalah untuk mendiktekan suatu kata atau kalimat kepada siswa/peserta didik dan biarkan ia menuliskannya. Atau lakukan sebaliknya, biarkan siswa mendikte dan guru
yang menulis. Lalu mintalah siswa itu untuk
membacakannya kembali. 3.
Guru mengajak siswa untuk membaca suatu wacana yang sumbernya bisa dari buku bacaan atau buku cerita bergambar. Kemudian lakukan tanya-jawab mengenai wacana tersebut.
4.
Guru dapat memberikan tugas yang melatih rangsang visualnya.misalnya dengan gambar yang berwarna-warni tentang hal apapun kemudian biarkan siswa membaca dan menulis tentang gambar tersebut. Ini akan sangat mudah melatih kemampuan visual peserta didik. Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas penulis memandang perlu untuk menyusun dan melakukan penelitian studi kasus dengan judul: ” Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Di Kelas 1 SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango” PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Upaya Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia dalam Kamus Bahasa (Departemen Pendidikan Nasional 2008 : 1451), upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan. Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Dalam dunia sains upaya dinamakan juga dengan usaha dengan kata lain upaya adalah usaha, beberapa para ahli berpendapat bahwa upaya sama dengan dengan usaha, inilah pendapat dari para ahli tentang usaha dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga disimpulkan bahwa upaya adalah usaha yang memiliki proses dalam penyelesaiannya, sedangkan upaya guru adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
2.2
Pengertian Guru Dalam sebuah pendidikan guru merupakan komponen terpenting seperti yang diucapkan oleh mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Fuad Hasan, 2009 : 66 (dalam Ahmad Rizali) mengatakan “ jangan terlalu ribut soal kurikulum dan sistemnya, itu semua bukan apa-apa justru pelaku-pelaku itulah yang lebih penting diperhatikan”. Sebagai mantan menteri pendidikan beliau sadar betul bahwa kualitas guru justru menjadi permasalahan pokok pendidikan. Karena itulah sebagai seorang guru harus terus berupaya atau berusaha agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajarannya pun dapat dicapai. 2.2.1 Upaya Guru Melalui Pendekatan Visual
Metode ini menggunakan metode bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata diajarkan secara utuh. Peninjauan anak dengan pendekatan visual karena anak di sekolah ini sulit dalam membaca pendekatan ini merupakan alternatif yang sangat menarik buat anak tersebut karena mereka lebih tertarik belajar dengan melihat gambar. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa dan kelas menjadi hidup, Slameto, 2010 : 99. Selain usaha dan upaya dari guru tidak lupa juga upaya orang tua siswa itu sendiri, jika orang tua dan guru saling melengkapi dalam pembinaan anak dan diharapkan ada saling pengertian dan kerja sama yang erat antar keduannya dalam usaha mencapai tujuan bersama yakni kesejahteraan jiwa anak dalam mengatasi kesuliatan belajarnya, Utami Munandar, (2010 : 59). 2.2.2 Upaya Guru Dengan Menggunakan Metode Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam membaca permulaan pada anak sekolah dasar. Menurut Alim dan Purwanto, 2011 : 24 (dalam Rahmiyati) metode membaca permulaan terdiri dari 3 metode yaitu : a. Metode eja atau bunyi adalah belajar yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan Harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode eja dimulai dengan pengenalan huruf atau abjad dari A-Z. Dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
b. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. c. Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun yang dipakai dalam metode global ini adalah kalimat. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat dibawah gambar. Metode global dapat diterapkan dengan tanpa menggunakan gambar. Selanjutnya siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf. 2.2.3 Upaya Guru Dengan Pengajaran Remidial Istilah pengajaran remidial pada membaca menuju pada kegitan remidiasi. Membaca yang terjadi atau dilakukan di luar kelas reguler Dechant, 2006 : 54 (dalam M.Shodiq), Pengajaran remidial membaca berisikan berbagai kegiatan remidial yang diperuntukan bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan yang secara umum pelaksanaanya diluar jam pelajaran. Dan dilaksanakan oleh guru kelas sesuai dengan kesulitan aspek membaca. Tujuan pengajaran secara remidial dalam membaca permulaan pada siswa yang mengalami kesulitan ini memberikan kecakapan bentuk dan bunyi huruf serta mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna. Sehingga akan memudahkan siswa untuk mengikuti pengajaran membaca lanjut. 2.3
Pengertian Membaca Membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar Lerner, 2012 : 158 (dalam Mulyono Abdurrahman.) 2.3.1 KesulitanMembaca Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar. Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancer atau ragu-ragu dalam membaca, membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata, penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca tersentak-sentak,
kesulitan memahami, tema paragraf atau cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, serta pola membaca yang tidak wajar pada anak.
2.3.2
Karakteristik kesulitan membaca Ada empat kelompok karakteristik kesulitan membaca, yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala serba aneka, Mercer, 2012 : 162 (dalam Mulyadi)
2.4
Tujuan Membaca A. Tujuan Membaca Rivers dan Temperly, 2009 : 5 (dalam Nurhayati Pandawa) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu: 2.5
Membaca Permulaan Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas satu SD, yaitu
pada saat berusia enam tahun. Meskipun demikian ada anak yang sudah belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru membaca pada usia tujuh atau delapan tahun, Mulyono Abdurrahman (2012 :159)
2.5.1 Kesulitan membaca permulaan Kesulitan membaca permulaan menjadi penyebab utama kegagalan anak di sekolah. Hal itu terjadi karena membaca permulaan merupakan satu bidang akademik dasar selain menulis dan berhitung. Kemampuan membaca permulaan merupakan kebutuhan dasar, karena sebagian informasi di sajikan dalam bentuk tertulis dan hanya di peroleh melalui membaca. Sunardi, 2010 (dalam artikel tarmizi ) 2.6
Kajian Yang Relevan
Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya yang pernah dilakukan oleh Mulyadi (2009) yakni tentang “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali” fokus perbedanya terletak pada cara guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan, penelitian yang disusun oleh Mulyadi merupakan suatu penelitian tindakan kelas sedangkan jika dibedakan dengan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif tentang “Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Di Kelas 1 SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango” dengan menggunakan metode yang beragam. 3.1
Latar Penelitian
3.1.1 Karakteristik Penelitian SDN 2 Suwawa secara resmi didirikan tahun 1980 dengan nama SDN 2 Boludawa. SDN 2 Suwawa adalah sekolah dasar yang yang tepatnya berada di kompleks mesjid jami bone bolango desa boludawa kecamatan suwawa Kab Bone Bolango. SDN 2 Suwawa dimata orang tua siswa dan masyarakat sekitar masih tergolong baik. SDN 2 Suwawa dipimpin oleh Ibu Maryam Ilahude A. Ma. Pd yang baru menjabat sejak tahun 2010 hingga sekarang. Sekolah ini memiliki gedung permanen yang berada di lingkungan sendiri hanya berseblahan dengan SDN 1 Suwawa. Keadaan gedung sekolah sangat baik, memiliki 6 ruang kelas, 3 kantin dan, 1 Ruang guru dan 1 ruang kepala sekolah, 1 perpustakaan, 1 ruang kesehatan, dan 2 toilet unruk guru dan siswa. Adapun bangunan yang mengelilingi sekolah SDN 2Suwawa yaitu: sebelah timur : rumah-rumah penduduk, barat : SDN 1 Suwawa. Kondisi lingkungan sekolah sangat baik, aman, dan tertata rapi serta nyaman. Di sekolah SDN 2 Suwawa memiliki tenaga pengajar sebanyak 9 orang dan administrasi 1 orang. Jumlah siswa di SDN 2 Suwawa Setiap tahunnya berubah-ubah, hal ini dikarenakan adanya murid yang pindah sekolah. Jumlah siswa secara keseluruhan saat ini di sekolah berjumlah 174 siswa. 3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan dokumen yang diperoleh dari hasil wawancara, dan observasi. 3.3 Kehadiran Peneliti Peneliti sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data, selain itu peneliti mengamati secara langsung subyek. Dan bukan hanya sekedar mengamati tetapi berperan sebagai partisipan secara penuh guna kepentingan peneliti, agar mendapatkan data yang akurat. Sebagian dibantu oleh guru yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi 3.4 Data Dan Sumber Data Pengambilan data dilakukan selama peneliti berada di sekolah dalam waktu tiga bulan, sumbernya berasal dari guru kelas siswa itu sendiri informan memberikan sedikit data siswa yang bermasalah dalam hal belajar, dari sinilah peneliti mencari lebih detail data-data subyek sehingga menemukan dua sampel untuk mempermudah dan memperbanyak informasi tentang subyek. 3.5
Prosedur Pengumpulan Data
1.
Observasi Kegiatan ini dilakukan sebagai suatu langkah awal dalam mengumpulkan data umum.
Objek penelitian yaitu dengan mengamati secara langsung situasi dan kondisi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan tetap focus pada subjek yang dikaji, dalam hal ini yakni upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca siswa di SDN 2 Suwawa Kab. Bone Bolango. 2.
Wawancara
Dengan melalui teknik yang digunakan ini peneliti mengadakan wawancara atau berupa dialog dengan responden atau pihak-pihak yang terkait misalnya kepala sekolah, guru dan siswa-siswa tentang upaya mengatasi kesulitan membaca siswa kelas 1 SDN 2 Suwawa Kab. Bone Bolango dengan pendekatan visual berdasarkan format wawancara. 3.
Dokumentasi
Dengan adanya dokumentasi ini sangat membantu dalam penelitian, karena informasi yang akan didapat dan diterima , akurat serta terpercaya. Dokumentasi ini dapat berupa foto atau video pada saat guru sedang mengajar dan melakukan remidial pada siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan di kelas 1 SDN 2 Suwawa ini. 3.6
Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian dan bimbingan tidak hanya dilakukan sekali atau duakali tetapi peneliti harus melakukannya berkali-kali dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Dalam kasus ini selain mengumpulkan data dan informasi tentang subyek dilakukan pula pencarian teori-teori yang berkaitan erat dengan kasus yang dihadapi oleh peneliti. peneliti menggunakan strategi dan upaya guru untuk mengatasi kesulitan membaca. 3.7
Analisis Data
Menurut Ardhana (2010) menjelaskan bahwa analisis adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Tehnik analisis data kualitatif dilakukan dari sebelum penelitian, selama penelitian, dan sesudah penelitian. Miles dan huberman (2010) menyatakan analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu : a. Reduksi data Reduksi data berarti merangkum,memilih hal yang pokok,memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Data-data yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang masih berupa tulisan-tulisan yang belum baku atau data mentah. Dimana data-data tersebut direduksi dan dirangkum, dicari hal-hal yang fokus pada materi penelitian yaitu tentang : a.
Bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa di SDN 2 Suwawa ?
b.
Bagaimana implementasi penggunaan metode-metode pada siswa di SDN 2 Suwawa ?
c.
Bagaimana perkembangan siswa di SDN 2 Suwawa setelah menggunakan metode dan bimbingan dengan remidial ?
b. penyajian data
Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat. Bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainnya. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. c. Penarikan kesimpulan dan verivikasi Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya. 3.8 Tahap-Tahap Penelitian 3.8.1 Penelitian Pendahuluan a. Observasi Sebelum melakukan penelitian , peneliti melihat atau mengobservasi masalah apa yang terjadi di lapangan. Disini peneliti menemukan masalah tentang siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan di SDN 2 Suwawa Kab.Bone Bolango.
b. Wawancara Setelah menemukan permasalahan, peneliti menginterview subyek yang bermasalah disini bisa terlihat sejauh mana masalah yang dihadapi subyek. Yang diwawancarai adalah guru, siswa dan orang tua siswa. Sehingga upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa di SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolango, bisa teratasi. c. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Karena penelitian tentang kesulitan siswa peneliti mencari upaya guru yang paling tepat dalam mengatasi kesulitan subyek atau siswa. 3.8.2 Pengembangan Desain Dalam tahap pengerjaan lapangan ini Peneliti mengumpulkan data dengan observasi dan wawancara disertakan dengan dokumen-dokumen untuk keabsahan data selama pengerjaan lapangan berlangsung. 3.8.3
Penelitian Sebenarnya Dalam melakukan analisis data peneliti menggunakan instrumen berupa tes tertulis, pada awal dan akhir penelitian. 3.8.4 Penulisan Laporan
Dalam menuliskan laporan peneliti menyesuaikan sesuai hasil observasi, wawancara, yang di lakukan peneliti . 4.1
Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Suwawa Kab. Bone Bolango di kelas 1 dengan
jumlah siswa 27 orang, laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan 13 orang. Adapun penelitian ini mengenai upaya seorang guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Hasil penelitian ini diperoleh dari : Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin 19 Mei 2013. Peneliti mengobservasi serta mewawancarai guru, siswa dan wali orang tua yang bersangkutan. Bukan hanya itu peneliti juga melihat proses belajar mengajar guru kelas 1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh data pada kegiatan ini, guru mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan RPP, Media, Metode yang sudah dibuat. Peneliti mengamati siswa yang sedang menerima materi pelajaran. Saat proses pembelajaran dimulai siswa sangat menikmati pelajaran ini, guru memulai pembelajaran dengan baik, walaupun kondisi guru kelas 1 pada saat itu sedang tidak terlalu baik. Tetapi tidak mengurangi semangat siswa kelas untuk belajar. 4.2 Upaya Yang Dilakukan Guru Selain metode VAKT melalui pendekatan visual (gambar) guru kelas 1 SDN 2 Suwawa Kab.Bone Bolango, mengupayakan pembimbingan seusai jam pelajaran yakni remidal. Hanya untuk siswa-siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Disamping itu guru berkonsultasi terus menerus dengan orang tua/wali dari siswa-siswa ini tentang perkembangan anaknya sejauh ini. Adapun faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa yakni faktor dari dalam diri dan faktor dari luar (lingkungan dan keluarga). Faktor dari dalam diri siswa biasanya berhubungan dengan tidak adanya kemauan siswa untuk belajar, rasa malas dan gangguan psikis anak sedikit terganggu. Sedangkan faktor dari luar hampir keempat siswa yang berkesulitan ini adalah korban anak-anak yang broken home, sebagian besar dari mereka hanya tinggal dengan wali bukan orang tua melainkan dari nenek, pekerjaan orang tua pun hanya sebagian besar bertani. Hal inilah yang membuat siswa-siswa ini kurang diperhatikan oleh orang tua asuh/orang tua siswa itu sendiri.
PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di SDN 2 Suwawa Kab. Bone Bolango tentang upaya guru mengatasi siswa yang berkesulitan membaca permulaan, sudah diupayakan dengan baik, dan hasilnya pun sudah baik karena dari 27 siswa kelas 1, 23 orang siswa atau 85% sudah mampu membaca dengan baik, sedangkan 4 orang siswa atau 14,8% tidak mampu membaca permulaan. Membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar . sehingga disimpulkan bahwa seorang guru haruslah tak henti-hentinya membimbing siswa yang berkesulitan membaca. kreativitas seorang guru sangatlah dibutuhkan dalam masalah yang seperti ini. Siswa juga harus diberikan motifasi yang mendorong, untuk seorang guru haruslah berkonsultasi dengan orang tua siswa, bagaimana pun caranya agar terjalin kerja sama yang baik. Alasanya karena dari permulaan membaca inilah semua mata pelajaran berasal, untuk bisa memahami mata pelajaran yang lainnya.
5.2
Saran 1. Guru harus lebih kreatif lagi dalam mencari model, metode, dan media belajar yang bisa menciptakan suatu pembelajaran yang digemari oleh siswa, terutama pada siswa yang berkesulitan membaca permulaan 2. Guru dan orang tua harus menjalin kerja sama agar siswa nantinya dapat termotivasi dengan sebaik-baik berkat dorongan yang keras dari guru dan orang tuanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman Mulyono.2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ardhana.
2010.
Teknis
Analisis
data
dalam
penelitian
.
(online).
Dapat
diakses
:
http//prabowosetiyobudi.files.wordpress.com.2012/06/analisis-data-vita.doc Bahri Saiful.2011.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Bungin Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : raja grafindo persada Jauhari Heri.2009.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : UNG Press. Mulyadi. 2009. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas 1 SDN Senden Kecamatan Selo Kab. boyolali . Surakarta : Program Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret.pdf Munandar Utami.2010. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT Gramedia Pandawa Nurhayati. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta : DEPDIKNAS Purwanto Ngalim. 2005. Ilmu pendidikan islam dan teorotis praktis. Bandung : Rosda Karya Rahayu Linda. 2009. Meningkatkan minat membaca pada anak yang mengalami kesulitan membaca melalui permainan konstruktif. Pdf Rahmiyati. 2011. Profil kesulitan belajar membaca permulaan pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan pada kelas satu sekolah dasar di kecamatan bukit intan kota pangkal pinang. Pdf dapat di akses melalui : http//Rahmiati/2011/depository.upi.edu Resmini, Dkk.2009.Membaca Dan Menulis Di SD .Bandung : UPI Press. Resmini, Hartati.2008. Kapita Selekta Bahasa Indonesia. Bandung : UPI Press. Rizali Ahmad Dkk, 2009 . Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional . Jakarta : Grasindo Saripun Aip, Dkk . 2009. Praktis Belajar Fisika. Jakarta : Visindo Media Persada Shodiq M, 2006 . Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yogjakarta : Pustaka Pelajar Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarmizi.
2010. Kesulitan
Siswa Membaca
Permulaan. Wordpress.
(online) dapat
diakses
http://tarmizi.wordpress.com/2010/11/21/kesulitan-siswa-membaca-permulaan/ diakses 27 maret 2013) Zakiyah Dkk, 2006 . ilmu pendidikan islam. Jakarta : Bumi aksara