MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PENGUMUMAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SDN 2 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO SRI NOVIANTI TONUO NIM. 151 409 199
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dr. Yusuf Jafar, M.Pd Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd. ABSTRAK Sri Novianti Tonuo. 2013. “Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengumuman Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango.Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Yusuf Jafar, M.Pd dan pembimbing II Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah Kemampuan Menulis Pengumuman dapat ditingkatkan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango?” . Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan yang dilaksanakan dalam dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap siklus terdiri dari persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisi dan refleksi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kemampuan siswa menulis pengumuman dari observasi awal sejumlah siswa yang mampu 8 orang atas sebesar 30.77 pada siklus I meningkat menjadi 20 orang siswa atau sebesar 76,92% dan pada siklus II mengalami peningkatan melebihi indicator capaian sejumlah 24 orang siswa atau sebesar 92,30%. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis pengumuman pada siswa Kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Kata Kunci : Menulis Pengumuman, Pendekatan Kontekstual. PENDAHULUAN Dari tes tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa belum mampu menulis pengumuman. karena perbedaan yang sudah dituliskan dan disebutkan siswa belum tepat sehingga tidak mudah untuk dipahami. Perolehan nilai rata-rata kelas yang seharusnya mencapai nilai di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas IV SDN 2 Tapa mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni 70 dan pada kenyataannya hanya mencapai 8 orang atau 30.77% siswa memperoleh nilai 70 ke atas. Sedangkan 18 orang atau 69.23% siswa kelas IV SDN 2 Tapa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia.
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoretis Kemampuan Menulis Menurut Nurgiyantoro (2001: 191) “Menulis merupakan kemampuan menggunakan polapola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Sedangkan menurut
Tarigan
(dalam
Wulan
2010:
23)
“Menulis
atau
mengarang
adalah
proses
mengembangkan suatu bahasa atau sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca”. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Menurut Atar (2007: 14) “Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga aspek utama yaitu: 1) adanya tujuan atau maksdu tertentu yang hendak dicapai. 2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomuikasikan. 3) adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa. Santosa, dkk (2005: 25) mengemukakan bahwa “Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan)”. Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Selanjutnya Tarigan (dalam Hasanah Izzul, 2009: 19) mengembangkan bahwa “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambaga grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan Lodo (dalam Semi Atar, 2007: 14) mengatakan bahwa “Menulis adalah menempatkan simbol -simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol simbol grafiknya”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Menulis sebagai proses berpikir untuk mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam bentuk tulis. Tujuan Menulis Menurut Brata. (2010) bahwa “Tujuan menulis adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikian rupa meningkatkan kemampuan menulis”. Secara umum tujuan pembelajaran
keterampilan
menulis,
yaitu
siswa
mampu mengkomunikasikan
ide
atau
gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imajinasi, dan aspirasi. Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis semakin menempati kedudukan yang sentral di dalam kehidupan modern. Tanpa budaya
menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus sehingga manusia akan terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis, yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imajinasi, dan aspirasi. (http://www.google.com). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar seseorang mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Manfaat Menulis Sedangkan menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan menulis yaitu: 1. Peningkatan kecerdasan. 2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3. Penumbuhan keberanian. 4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa manfaat menulis adalah mempu meningkatkan kecerdasan, membantu memcahkan masalah, menuangkan gagasan atau ide, dapat mengembangkan imajinasi, meningkatkan kreatif dalam menulis. Jenis-Jenis Menulis Jenis-jenis tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat: eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, Weayer (dalam Tarigan, 2008:28) 1) Eksposisi (Paparan) Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu ,mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 2) Deskripsi (Perian) Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi istilah, deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. 3) Narasi (Kisahan) Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
4) Argumentasi (Bahasan) Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat membangun suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis menulis meliputi Eksposisi (Paparan), Deskripsi (Perian), Narasi (Kisahan), dan Argumentasi (Bahasan). Proses Menulis Menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.15) bahwa proses yang dilalui dalam menulis meliputi: 1) Pra Menulis Langkah-langkah
pra
menulis
meliputi
topik,
mempertimbangkan
tujuan
menulis,
mempertimbangkan audience, mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan. 2) Saat menulis Langkah-langkahnya meliputi kalimat pertama, menjabarkan draf kasar membacakan jabaran draf. 3) Mengoreksi Tahap meliputi melengkapi draf, mengurutkan kembali, mengurangi, menjelaskan, menambah contoh. 4) Mengedit Meliputi penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan. 5) Mempublikasikan Meliputi pengumpulan karya siswa dan penggolongan bentuk publikasi. Proses menulis mengajak kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Jika sebuah peristiwa buruk terjadi, kita diajak untuk mencari penyebabnya. Dari penyebab yang satu akan mengarah pada penyebab lainnya. Sampai akhirnya kita diajak untuk menemukan penyebab yang paling mendasar dari semua penyebab yang ada. Dengan menemukan penyebab yang paling mendasar ini kita akan mengetahui persoalan secara menyeluruh. Proses menulis meliputi mencari,
mengembangkan,
membuktikan,
dan
menuangankan
gagasan.
(http://prosesmenulis.com) Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa proses menulis adalah pra menulis, saat menulis, mengoreksi, mengedit, mempublikasikan, mencari, mengembangkan, membuktikan, dan menuangkan gagasan. Pengertian Pengumuman Menurut Mulyati (2007:1.3). Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan seseorang adalah menggunakan pengumuman. Menurut Pateda dan Pulubuhu (2005: 229) adalah surat terbuka yang ditempelkan di papan pengumuman atau surat kabar yang ditujukan kepada khalayak untuk diketahui. Pengumuman biasanya dikeluarkan oleh dinas atau jawatan, termasuk kalangan perguruan dan persekolahan.
Menurut Sumirat (2010:56) menyatakan bahwa pengumuman adalah surat yang disampaikan kepada umum, sekelompok khalayak harus diketahui siapa dan berapa jumlah pembacanya, dan siapa pun berhak membaca, namun tidak semua pembaca itu berkepentingan. Senada dengan Pardjimin (2005:47) juga mengemukakan bahwa pengumuman merupakan pesan atau informasi yang disampaikan kepada orang banyak/khalayak masyarakat, biasanya pengumuman hanya menyampaikan pesan atau informasi yang menyangkut khalayak ramai. Berdasarkan kedua uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengumuman adalah proses penyampaian informasi kepada seseorang baik bersifat individu maupun kelompok sesuai dengan keadaan yang dialami. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengumuman sebagai surat yang yang berisi pengumuman mengenai sesuatu hal yang perlu diketahui oleh seluruh anggota atau warga suatu unit. Jenis-jenis Pengumuman 1. Pengertian Pengumuman Resmi Menurut Prihatini (1999: 106) bahwa pengumuman resmi ialah pengumuman yang dikeluarkan untuk dipergunakan dalam kepentingan yang bersifat resmi, baik yang dikeluarkan perorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi yang isinya bersifat formal”. Beberapa contoh pengumuman resmi ialah pengumuman penerimaan pegawai, pengumuman hasil (laba) pengumuman tata tertib di sekolah, pengumuman kegiatan lomba di sekolah, dan sebaginya. Pengumuman resmi dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintahan. 2. Pengumuman Tidak Resmi Pengumuman tidak resmi adalah pengumuman yang dikeluarkan oleh pribadi yang ditujukan kepada masyarakat umum ataupun suatu lembaga ditujukan ke masyarakat (Prihatini 1999: 107). Pengumuman tidak resmi hanyalah sebagai kepentingan pribadi. Beberapa contoh pengumuman tidak resmi antara lain pengumuman kehilangan, pengumuman duka cita, pengumuman berniaga, dan sebagainya. Pengumuman tidak resmi di keluarkan oleh perorangan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis jenis pengmuman meliputi pengumuman resmi ialah pengumuman yang di keluarkan untuk dipergunakan dalam kepentingan yang bersifat resmi, baik yang dikeluarkan perorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi yang isinya bersifat formal dan Pengumuman tidak resmi hanyalah sebagai kepentingan pribadi. Komponen-Komponen Pengumuman Resmi Menurut Pateda dan Pulubuhu (2005: 229) bagian-bagian surat pengumuman adalah sebagai berikut : 1) Bagian kepala. 2) Bagian isi 3) Bagian kaki. Bahasa Pengumuman Resmi Menurut Soedjito dan Solehan (1999: 30), bahasa baku ialah bahasa yang diakui benar menurut kaidah yang sudah dilazimkan. Bahasa baku dapat dilihat dari ejaan, kalimat, dan pilihan kata(diksi).
a) Ejaan Dalam menulis pengumuman masih banyak kesalahan dalam penulisannya, terutama yang berhubungan dengan penggunaan ejaan, dalam pemakaian huruf, penulisan kata depan. b) Kalimat Penggunaan kalimat dalam menulis pengumuman juga harus diperhatikan, kalimat dalam pengumuman hendaknya ditulis singkat, jelas, dan tegas. Selain itu, pengumuman harus menggunakan kalimat efektif. Menurut Prihadi (2005: 7), kalimat yang efektif adalah bahasa yang dapat mewakili pikiran penulis sehingga pembaca dapat menangkap isi pengumuman dengan mudah”. c) Pilihan Kata Bentuk dan pilihan kata juga sangat penting dalam penulisan pengumuman. Menurut Keraf (2002: 87), ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar,seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosakata seseorang. Berdasarkan teori tersebut bahwa bahasa pengumuman resmi merupakan ejaan, kalimat, pilihan kata. Bahasa pengumuman ini dilaksanakan bersama dengan kegiatan pembelajaran menulis pengumuman. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Pendekatan Kontekstual Menurut Aunurrahman (2012:17) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengontruksi pengetahuan sendiri, maka setiap siswa harus memiliki kemampuan memberdayakan fungsi-fungsi psikis yang dimilikinya. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 62) pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sanjaya (2006:6) menyatakan bahwa kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada siswa secara penuh dalam pembelajaran untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Zahorik (dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut: a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah ada dimiliki oleh siswa. b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus. c.
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: a) menyusun konsep sementara, b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain, c) merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. Menurut Mulyasa, 2006:219) bahwa ada perbedaan pokok antara pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran yang konvensional. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual menurut Muslich (2007:4 ) : 1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningfull learning). 3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). 4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group). 5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other together). 6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together). 7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). Wahyuni dan Ibrahim (2012: 62-65) menyebutkan 7 prinsip dalam menerapkan pendekatan kontekstual yaitu sebagai berikut: a)
Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru.
b)
Bertanya (Questioning) Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar member siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi dan penjelasan.
c)
Menemukan (Inkuiri) Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut di dapat melalui siklus menyusun dugaan., menyusun hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Di dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganilisis bukti, mengevaluasi ide dan proposisi, merefleksi validitas data, memproses, membuat kesimpulan.
d)
Masyarakat belajar (Learning Community) Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat dan bekerja sama untuk membangun pengetahuan dengan teman dalam kelompoknya.
e)
Permodelan (Modeling) Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikirm bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa.
f)
Refleksi (Reflection) Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personalsiswa sendiri. Di dalam refleksi, siswa menelaah suatu kejadian, kejahatan, dan pengalaman serta berpikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaimana merasakan dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru tersebut.
g) Penilaian Autentik (Authentic Assesment) Penilaian autentk sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai berbagai metode penilaian alternative. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa
dapat
mendemonstrasikan
kemampuannya
untuk
menyelesaikan
tugas-tugas,
memecahkan masalah, atau mengekpresikan pengetahuannya dengan cara menyimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyatadi luar lingkungan sekolah. Langkah-Langkah Pendekatan Kontekstual Menurut Muslich (2007: 413) bahwa langkah-langkah pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. 2) Lakukan sejauh mungkin kegiatan penemuan untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. 6) Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kontekstual yaitu dapat mengembangkan pemikiran anak, menciptakan belajar siswa secara bermasyarakat (berkelompok-kelompok), dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual Menurut Muslich (2007: 415) bahwa pendekatan kontekstual memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1) Kelebihan a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Pembelajaran Menulis Pengumuman Melalui Pendekatan Kontekstual Pemecahan masalah menulis pengumuman merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, siswa harus dilatih menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan masalah soal, siswa perlu memahami proses penyelesaian masalah dan terampil dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Mengajarkan penyelesaian masalah cerita kepada peserta didik memungkinkan peserta didik itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Untuk menyelesaikan masalah, seseorang harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya dan kemudian menggunakannya dalam situasi baru. 2) Kelemahan a. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pendekatan kontekstual guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri.
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Merupakan Salah satu sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango yang di pimpin oleh ibu Hj. Roslina Podungge, S.Pd dari tahun 2005 sampai dengan sekarang. Sekolah ini didirikan pada tahun 1952 dengan luas bangunan 476 M2 dan luas tanah 1.036 M2. SDN 2 Tapa terletak di jalan Irigasi Desa Kramat dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan jalan irigasi, sebelah timur berbatasan dengan kantor cabang dinas, sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk.
PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada
proses
tindakan
siklus
I
ini
dilakukan
kegiatan
pembelajaran
meningkatkan kemampuan menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual.
dengan
Tabel 1: Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengumuman Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango Siklus I
No
1
2
3
4
Kriteria Aspek yang dinilai Kepala pengumuma, Nomor Mampu Pengumuman, Rincian isi Kurang mampu pengumuman, Tempat dan tanggal Pengumuman, pihak yang mengeluarkan Tidak mampu pengumuman Mampu Bahasa/ejaan Kurang mampu Tidak mampu Mampu Proses keterlibatan Kurang mampu Tidak mampu Mampu Kerja sama Kurang mampu Tidak mampu
Keterangan : M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu Dengan
melihat
Jumlah Siswa 20 3
Persentase 76.92% 11.11%
3
11.53%
20 3 3 20 3 3 20 3 3
76.92% 11.11% 11.53% 76.92% 11.11% 11.53% 76.92% 11.11% 11.53%
Rumus : Nilai = hasil
tabel tersebut diatas dapat dijabarkan
X 100% tentang
kemampuan
menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dibandingkan dengan observasi awal hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : dari 26 orang siswa pada aspek kepala pengumuma, nomor pengumuman, rincian isi pengumuman, tempat dan tanggal pengumuman, pihak yang mengeluarkan pengumuman yang mampu hanya ada 20 orang atau 79,92 % siswa yang kurang mampu 3 orang siswa atau 11,53% dan yang tidak mampu hanya ada 3 orang siswa atau 11,53%, pada aspek bahasa/ejaan yang mampu 20 orang siswa atau 79,92% yang kurang mampu 3 orang siswa atau 11,53 % dan yang tidak mampu 3 orang siswa atau 11,53%, selanjutnya pada aspek proses keterlibatan yang mampu 28 orang atau 79,92 % siswa yang kurang mampu 3 orang siswa atau 11,53% dan yang tidak mampu hanya ada 3 orang siswa atau 11,53% dan pada aspek kerja sama 20 orang atau 79,92 % siswa yang kurang mampu 3 orang siswa atau 11,53% dan yang tidak mampu hanya ada 3 orang siswa atau 11,53%.
Tabel 2 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I No I 1. 2. II 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. III 23 24
Aspek Yang Diamati PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dalam karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksnakan pembelajaran yang bersifat kontektual Melaksanakan pembalajarn yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaa positif Melaksanakan pembalajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pemebelajaran Menunjukka sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakn tindak lanjut dengan memberikan arahan Total Presentase (%)
Kwalifikasi P1 P2 √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ 22 91.66
√ √ 22 91.66
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui dari 24 aspek yang diamati dalam aktivitas guru hanya 22 aspek yang terlaksana atau sebesar 91.66% sementara masih ada 2 aspek lagi yang belum terlaksana. Analisis Dan Refleksi Peneliti bersama guru pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses tindakan yang dituangkan secara jelas dan lengkap kelembar pengamatan. Pada pelaksanaan tindakan siklus I guru mengamati secara rutin dan sistematis dengan menggunakan lembar pengamatan yang di sediakan. Lembar pengamatan berfungsi untuk mencatat seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung data di gunanakan sebagai bahan diskusi dalam refleksi. Adapun kesimpulan hasil refleksi antara peneliti dan guru pengamat berupa peningkatan kemampuan menulis pengumuman dengan menggunakan pendekatan kontekstual
telah
memenuhi standar keberhasilan dan sekalipun masih terdapat beberapa hal yang masih belum
terpenuhi dalam pembelajaran siklus I. Oleh karena itu, pembelajaran meningkatkan kemampuan menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual akan dilaksanakan pada tindakan siklus II. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Tindakan siklus II ini dilakukan peneliti berdasarkan hal-hal yang kurang pada siklus I yang didasarkan pada hasil refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Tabel 3 : Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengumuman Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango Siklus II
No
1
2
3
4
Kriteria Aspek yang dinilai Kepala pengumuma, Nomor Mampu Pengumuman, Rincian isi Kurang mampu pengumuman, Tempat dan tanggal Pengumuman, pihak Tidak mampu yang mengeluarkan pengumuman Mampu Bahasa/ejaan Kurang mampu Tidak mampu Mampu Proses keterlibatan Kurang mampu Tidak mampu Mampu Kerja sama Kurang mampu Tidak mampu
Keterangan : M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu
Dengan
melihat
Jumlah Siswa 24 2
Persentase 92.30% 7.70%
0
0%
24 2 0 24 2 0 24 2 0
92.30% 7.70% 0% 92.30% 7.70% 0% 92.30% 7.70% 0%
Rumus : Nilai =
hasil
X 100%
tabel tersebut diatas dapat dijabarkan
tentang
kemampuan
menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : dari
26 orang siswa
pada aspek kepala pengumuma, nomor
pengumuman, rincian isi pengumuman, tempat dan tanggal pengumuman, pihak yang mengeluarkan pengumuman yang mampu hanya ada 24 orang atau 92,30 % siswa yang kurang mampu 2 orang siswa atau 7,70% dan yang tidak mampu 0%, pada aspek bahasa/ejaan yang mampu 24 orang siswa atau 92,30% yang kurang mampu 2 orang siswa atau 7,70 % dan yang tidak mampu 0%, selanjutnya pada aspek proses keterlibatan yang mampu 24 orang atau 92,30 % siswa yang kurang mampu 2 orang siswa atau 7,70% dan yang tidak mampu hanya 0% dan pada aspek kerja sama 24 orang atau 92,30 % siswa yang kurang mampu 2 orang siswa atau 7,70% dan yang tidak mampu 0%.
Table 4 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
No I 1 2
II 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21. 22. III 23 24
Aspek Yang Diamati PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksnakan pembelajaran yang bersifat kontektual Melaksanakan pemebalajarn yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaa positif Melaksanakan pemebalajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pemebelajaran Menunjukka sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Melakukan refleksi atau membuat rangkuman Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman Melaksanakn tindak lanjut dengan memberikan arahan Total Presentase (%)
Kwalifikasi P1 P2 √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ 24 100
√ √ 24 100
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 24 aspek yang diamati dalam dalam kegiatan guru semua terlaksana dengan baik atau presentase sebesar 100%. Analisis dan Refleksi Adapun refleksi pembelajaran pada siklus II yaitu penggunaan pendekatan kontekstual yang ditandai dengan indikator sebagai beikut; 1. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih aktif. 2. Terlaksananya aspek-aspek dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3. Adanya peningkatan keaktifan aktivitas dan hasil kemampaun siswa yang dapat dilihat dari lembar observasi dan evaluasi. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut, maka jelaslah bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan menulis
pengumuman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango khususnya dalam mengajarkan materi tentang menulis pengumuman melalui pendekatan kontekstual meningkat. 2. Penelitian tindakan kelas ini dengan hipotesis yang berbunyi “Jika guru menggunakan pendekatan kontekstual maka kemampuan dalam menulis pengumuman pada siswa kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat. 3. Dari hasil analisis data dalam bab sebelumnya kemampuan belajar menulis pengumuman siswa melalui pendekatan kontektual dapat meningkat dari observasi awal sejumlah siswa yang mampu 8 orang atas sebesar 30.77 pada sisklus I meningkat menjadi 20 orang siswa atau sebesar 76,92% dan pada siklus II mengalami peningkatan melebihi indicator capaian sejumlah 24 orang siswa atau sebesar 92,30%. Saran Berdasarkan beberapa simpulan tersebut dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada guru agar dapat meningkatkan profesionalnya dalam menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi pengumuman. 2. Diharapkan kepada guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas yang serupa untuk pokok-pokok bahasan yang lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembalajaran. Bandung: Alfabeta. Http://Prosesmenulis.Com diakses tanggal 15 juli 2013 Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Muda, Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Reality Publisher. Mulyasa E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pemendu Matematika SD. Yogyakarta: PPPG Matematika. Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII SMP dan MTS. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pateda Mansoer dan Pulubuhu Yennie. 2005. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Viladan. Prihadi. 2005. Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Prihatini, Nuki.1999. Bahasa Indonesia MTS/SMP. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Puspitasari Dewi dan Hardini Isriani. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, dan Implemnetasi). Yogyakarta: Familia. Soedjito dan Solehan TW. 1999. Surat-Menyurat Resmi dalam Bahasa Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sumirat. 2010. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Depdiknas. Wahyuni Sri dan Ibrahim Syukur. 2012. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter. Bandung: Refika Aditama. Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.