MENINGKATKAN GERAK DASAR ROL DEPAN DENGAN METODE MODELING PADA SISWA KELAS IV SDN 4 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO
HADIJAH ABDULLAH UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN 2013 ABSTRAK HADIJAH ABDULLAH, “Meningkatkan gerak dasar rol depan dengan metode modeling pada siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan jumlah 26 siswa. Permasalahan rendahnya kemampuan gerak dasar rol depan pada siswa kelas IV sdn 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dalam pemecahannya peneliti menerapkan metode belajar modeling. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan menerakan metode modeling. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bahwa penggunaan metode modeling berdampak positif pada peningkatan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila, hal ini dapat dibuktikan yaitu dari observasi awal rata-rata nilai capaian siswa secara klasikal 52,15 menjadi 68,02 pada siklus I dan 79,73 pada siklus II atau 15,38% ketuntasan siswa pada siklus I menjadi 92,31% pada siklus II. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode modeling berdampak positif terhadap peningkataan kemampuan gerak dasar roll depan siswa kelas IV SDN 4 Kabila Bonebolango sehingga hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat dapat diterima. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Salah satu cabang olahraga yang dpat digunakan untuk meningkatkan kesehatan siswa baik secara mental maupun fisik adalah senam lantai. Pada senam lantai, siswa dilatih agar memiliki tubuh yang lentur dan kuat sehingga dapat melaksanakan aktivitas dan dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Senam – senam lantai memiliki nomor-nomor lainnya seperti senam aerobic, rol depan, rol belakang, kayang dan cabang-cabang lainnya. Rol depan merupakan suatu kegiatan dalam senam lantai yang berfungsi untuk membentuk badan yang kuat, terutama bagian punggung. Selain itu rol depan digunakan untuk melatih konsentrasi dan kemampuan siswa dalam menempatkan badanya setelah melakukan rol depan. Pada jenjang sekolah dasar pembelajaran senam lantai, khususnya pada materi rol depan dan rol belakang, kemampuan siswa perlu dikembangkan terutama pada teknik dasar melakukan gerakan dengan baik dan benar. Hal ini perlu dilakukan sejak dini agar siswa di sekolah dasar memahami teknik dasar dalam melakukan gerakan rol depan dan rol belakang sehingga menjadi dasar dalam pengembangan kemampuannya di sekolah lanjutan. Dari penganmatan awal di SDN 4 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, terlihat bahwa pada umumnya siswa belum dapat melakukan rol depan dengan baik. Dari 26 orang siswa terdapat 21 orang atau 80,77% dalam melakukan rol depan dengan kategori kurang, sedangkan 5 atau 19.23% ratarata dalam melakukan rol depan dengan kategori cukup. Dalam permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan gerak dasar roll depan pada SDN 4 Kabila khususnya siswa kelas IV masih dibawah ratarata dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Hal ini perlu dicari solusi untuk meningkatkan gerak dasar roll depan pada siswa tersebut, yaitu salah satunya perubahan penggunaan metode belajar dalam proses pembelajaran. Surakhmad ( 1961:24) mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993 : 2) memberikan pengertian bahwa “Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi”. Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selanjutnya akan melakukan pilihannya. Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang diformulasikan dalam judul “Meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Dengan Metode Modeling Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango” RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Apakah dengan metode modeling gerak dasar rol depan pada Siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango dapat ditingkatkan?
CARA PEMECAHAN MASALAH Untuk meningkatkan gerak dasar rol depan, diupayakan melalui metode modeling. Hal ini dipilih sebagai salah satu upaya meningkatkan gerak dasar rol depan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan ruangan latihan 2) Guru memulai pelajaran sesuai urutan yang telah ditetapkan dalam RPP 3) Guru menjelaskan gerak dasar rol depan 4) Guru memrintahkan salah seorang siswa menjadi model untuk ditiru oleh teman-temannya, pemilihan ini berdasarkan hasil observasi awal. Atau menggunakan model partisan atau model simbolis dll. 5) Guru mengamati siswa dalam memperhatikan temannya melakukan gerak dasar roll depan 6) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak dasar roll depan 7) Guru memberikan penguatan. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan menerakan metode modeling. MANFAAT PENELITIAN a. Bagi Guru : Akan mengetahui pembelajaran bervariasi, memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran dapat diatasi oleh guru. b. Bagi Siswa : Memberikan sumbangsi yang baik dalam mengembangkan kemampuannya dalam penguasaan roll depan c. Bagi Sekolah : Diharapakn dapat menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan bagi mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran penjaskes. d. Bagi Peneliti : Dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang penetapan strategi pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran penjasorkes dalam hal ini gerak dasar rol depan KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN KAJIAN TEORI Hakekat Senam Istilah senam berasal dari Bahasa Inggris “Gymnastic” dalam bahasa aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani “Gymnos” yang berarti telanjang, sedangkan tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan,
kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Agus Mahendra, 2001: 9). Senam adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga kebugaran jasmani. Senam ini memiliki beberapa jenis, yakni senam dasar, senam lantai, senam ketangkasan, dan senam irama. Tujuan senam di sekolah, adalah untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan dibuat untuk membuat mengencangkan dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, pinggang, lengan, dan kaki. (Edy Sih Mitranto dan Slamet, 2010:43) Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004:14), senam ialah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motorability). Menurut Imam Hidayat, Pieter Panggabean dan Imam Soeyoedi yang dikutip oleh Mahmudi Sholeh (1992:8) senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut tentang hakikat senam maka dapat disimpulkan bahwa senam merupakan latihan tubuh yang disusun secara sistematis, berencana dan diawali oleh gerakan dasar yang membangun pola gerak lokomotor sekaligus manipuatif dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Selain itu senam juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Manfaat senam menurut Agus Mahendra (2001:12) terdiri dari dua bagian, yaitu : 1) Manfaat Fisik : Melalui barbagai kegiatan anak yang terlibat dalam senam akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya, koordinasinya, kelincahannya, serta keseimbangannya. Apalagi jika ditekankan pada kegiatan yang menurut sistem kerja jantung dan paru (cardiovasculer system) program senam akan menyumbang bagi perkembangan fisik yang seimbang; 2) Manfaat mental dan sosial Ketika mengikuti program senam, siswa dituntut untuk berfikir sendiri tentang perkembangan keterampilannya. Untuk itu, siswa harus mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah gerak. Dengan demikian, siswa akan berkembang kemampuan mentalnya. Dengan demikian, senam bermanfaat secara fisik maupun mental. Manfaat senam secara fisik dapat meningkatkan daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, kelincahan, serta keseimbangan, sedangkan manfaat senam secara
mental dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa untuk berfikir kreatif mengenai pemecahan masalah gerak. Hakekat Senam Lantai Senam lantai merupakan salah satu bagian dari enam macam kelompok senam. Senam itu sendiri terdiri dari senam artistik, senam ritmik sportif, senam akrobatik, senam aerobic sport, senam trampolin, dan senam umum. Senam lantai sendiri termasuk ke dalam kelompok senam artistik di mana senam artistik ini menurut Agus Mahendra (2001:12) merupakan penggabungan antara aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dan gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat tertentu. Efek artistiknya dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Menurut Wuryati Soekarno (1986:110), “Senam dengan istilah lantai, merupakan gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di atas lantai dengan beralaskan matras sebagai alat yang dipergunakan”. Berdasarkan materi yang ada dalam latihan senam lantai, keterampilan tersebut di atas terbagi ke dalam unsur gerakan yang bersifat statis (diam ditempat) dan dinamis (berpindah tempat). Keterampilan senam lantai yang bersifat statis meliputi: kayang, sikap lilin, splits, berdiri dengan kepala, berdiri dengan kedua tangan dan lain sebagainya. Sedangkan keterampilan senam lantai yang bersifat dinamis meliputi; guling depan, guling belakang, guling lenting, meroda dan lain sebagainya. Bentuk latihan senam lantai itu sendiri dapat dipisahkan dalam beberapa kelompok, ditinjau dari tempat (diam ditempat) dan bergerak. Kelompok senam yang bergerak terdiri dari bergerak ke depan misalnya guling depan, lompat harimau, handspring, macam-macam kip, walk over muka, round off, salto. Sedangkan untuk yang bergerak ke belakang misalnya guling belakang, stut, walk over/be, hands spring dan salto. Sedangkan bentuk–bentuk latihan senam lantai menurut Agus Mahendra (2000: 44-56) terdiri dari beberapa keterampilan diantaranya: (a) Lenting tengkuk.;(b). Lenting kepala (Head Spring). (c) Gerakan berguling ke depan dilanjutkan lenting tengkuk atau kepala, (d) Berdiri tangan (Handstand). (e) Berguling ke belakang diteruskan dengan meluruskan kedua kaki serentak ke atas (Back Extention); (f) Salto bulat ke depan; (g) Meroda (Raslag / cart wheel). Hakekat Kemampuan Dasar Rol Depan Senam meruapakan kegiatan kebugaran tubuh yang dapat dilakukan oleh semua orang, termasuk siswa. Senam mulai dibiasakan pada siswa sejak duduk di sekolah dasar. Hal dimaksudkan agar anak terbiasa melakuakn aktivitas olahraga, terutama senam. Menurut Wikipedia (2008:1) bahwa senam ialah suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik. Bentuk modern dari senam
ialah : palang tak seimbang, balok keseimbangan, dan senam lantai. Salah satu gerakan senam lantai yang perlu dipahami oleh siswa adalah teknik dasar gerakan rol depan. Berdasarkan unsur gerakan dari senam lantai, roll depan merupakan jenis gerakan senam yang dilakukan dengan mengguling. Menurut Suwandi dkk bahwa Guling depan dilakukan dengan cara berguling ke arah depan. Badan dibentuk seperti bulatan supaya mudah berguling. Cara melakukan guling depan meliputi beberapa tahap. Tahapan dalam guling depan meliputi sikap awalan, gerakan, dan sikap akhiran. (Suwandi, Fendi Fengky Bamar Oktanto & Masturi, 2010:33) Sedangkan Suyati & Agus Margono (2000: 101-102) membedakan gerakan roll depan menjadi dua macam yaitu, “(1) Guling depan dengan tungkai bengkok dan (2) guling depan tungkai lurus”. Rol depan atau guling depan menurut Ranupraja (2008:10-11) adalah guling yang dilakukan ke depan. Adapun langkah-langkah untuk melakukan guling kedepan adalah sebagai berikut: (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan; (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku kesamping, masukan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu ke matras; (5) bergulinglah ke depan; (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak. Sedangkan langkah guling belakang bulat yaitu sebagai berikut (1) jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada; (2) guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga; (3) bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakan kaki untuk dijatuhkan ke belakang kepala; (4) jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala; (5) dorong lengan ke atas; (6) jongkok dengan lengan lurus ke depan. Kongo (2007:2) mengemukakan bahwa rol depan merupakan salah satu konsentrasi. Rol depan dilakukan dengan cara : (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan, (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku ke samping, masukkan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu di atas matras; (5) bergulinglah ke depan (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rol depan adalah kegiatan untuk melatih kekuatan tubuh dengan melakukan kegiatan bergulingan ke depan melalui serangkaian teknik yang berurutan dan terstruktur dengan baik. Lebih lanjut Hermawan (2005:45) mengemukakan bahwa gerakan rol depan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia. Manfaat tersebut adalah (1) melatih kekuatan tubuh, terutama tangan dan punggung; (2) meningkatkan konsentrasi; (3) meningkatkan kelenturan tubuh; (4)
membiasakan diri untuk melakukan teknik-teknik gerakan rol depan dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gerakan rol depan (guling ke depan) merupakan serangkaian gerakan yang berurutan dan terstruktur dengan baik yang mempunyai manfaat penting bagi kesehatan tubuh dan pikiran manusia. Untuk menghasilkan roll Depan yang baik, ada beberapa teknik yang harus diperhatikan, berikut adalah gerakan-gerakan yang harus diperhatikan ,menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1991 : 105) : 1) Sikap permulaan : Jongkok kedua kaki agak di buka, kedua tumit di angkat, kedua telapak tangan di letakkan pada matras, kedua tangan lurus sejajar bahu. 2) Gerakannya : Angkat pinggul ke atas hingga kedua lutut lurus dan berat badan berada pada kedua tangan, sambil membengkokkan kedua sikut ke samping memasukkankepala ke antara dua tangan sampai seluruh pundak kena pada matras dan pinggul di dorong ke depan pelan-pelan. Kemuadian teruskan badan berguling ke depan pada saat punggung terasa mengenai matras, segera kedua lutut di lipat dan kedua tangan memeluk lutut. Dengan demikian badan berguling ke depan bulat hingga jongkok kembali. 3) Sikap akhir : Jongkok, Kedua tumit di angkat, kedua tangan lurus ke depan serong ke atas, kemudian berdiri tegak
Gambar 2. 1. Gerak Dasar Rol Depan Diadaptasi dari : moszez.blogspot.com/2013/01/teknik-senam-roll-depan.html
Gambar 2. 2. Pembelajaran Gerak Rol Depan Diadaptasi dari: 58.65.245.246/file/ba_digital/penjasorkes.../Materi_modul.11 Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh murid-murid SD pada waktu melakukan berguling ke Depan ,menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1991 : 106) antara lain adalah: 1) Tidak mengangkat pinggul ke atas sehingga kedua lutut tetap tertekuk. 2) Tidak membengkokkan siku ke samping tapi ke belakang, hingga sulit untuk memasukkan kepala ke antara keduatangan dan tidak membawa berat badan ke depan. 3) Sebelum seluruh pundak mengenai matras sudah melompat atau menolakkan kaki ke atas, akibatnya punggung jatuh ke matras 4) Pada waktu memasukkan kepala ke antara kedua tangan, pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan, dan tangan tidak menahan. Hakekat Metode Modeling Dalam Jurnal INOVASI Volume 5, nomor 1, Maret 2008 ISSN 1693-9034 Surakhmad (1961:24) dalam Asry Syam mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993 : 2) memberikan pengertian bahwa “Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi”. Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selajutnya akan melakukan pilihannya. (Asry Syam, 2008:5) Modeling sangat berperan dalam pengembangan dan perubahan banyak tingkah laku manusia. Ia mengemukakan tiga akibat utama modeling yang masingmasing mempunyai implikasi yang penting dalam praktek. Pertama, adalah perolehan respon-respon baru atau keterampilan performansi itu semua akkibat belajar dengan mengamati, menunjuk untuk pengintegrasian pola-pola tingkah
laku baru berdasarkan atas pengamatan pada suatu contoh. Misalnya belajar keterampilan dalam olahraga, khususnya pada cabang olahraga permainan. Kedua, adalah suatu hambatan pada respon takut yang terjadi apabila tingkah laku siswa terhambat. Dalam hal ini medeling yang melaksanakan respon takut yang terkadang tidak menderita konsekuensi negatif atau sebenarnya mendapatkan konsekuensi positif. Ketiga, adalah mempermudah terjadinya respon dalam hal mana suatu modeling memberikan bagi orang-orang lain untuk berusaha menandingi. Akibatnya dapat mempertinggi tingkah laku yang telah dipelajari individu. Misalnya modeling anak usia belasan tahun yang mempunyai keterampilan olahraga yang bagus. Siswa lain yang melihat advertensi tersebut mungkin akan mengikuti untuk mencobanya. Dalam penggunaan tiga tipe modeling tersebut siswa harus benar-benar peka terhadap berbagai kesempatan yahg tepat untuk memberikan bantuan melalui modeling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan siswa. Pemberian modeling pada umumnya ditampilkan dalam dua cara yaitu siswa sendiri yang bertindak sebagai model atau orang lain seperti teman siswa bertindak sebagai model, kedua model simbolis yang ditampilkan melalui alat peraga. (Bandura dalam, Daruma 1993 : 2).
Pelaksanaan Modeling Pada dasarnya prosedur dalam penggunaan modeling ini melewati empat tahap yaitu: a. Asesement : Pada tahap ini guru berusaha menggali masalah siswa, kelebihan, kelemahan, aktivitas, perasaan, pikiran dan nilai-nilai yang diamati oleh siswa b. Goal Setting : Pada tahap ini guru melakukan kontrak dengan siswa untuk mencapai tujuan, mengurutkan tujuan khusus, merinci dan merupakan tujuan perubahan tingkah laku yang ingin dicapai bersama siswa. c. Implementasi Teknik : Pada tahap ini guru menemukan dan memilih teknik khusus yang sesuai dengan masalah yang dialami. d. Evaluasi dan terminasi : Pada tahap ini guru berusaha memantau perubahan tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaan metode ini hendaknya ditampilkan secara utuh dengan memperlihatkan baik keseluruhannya maupun bagian-bagiannya. Kelebihan dari modeling sebagai teknik dalam pengubahan tingkah laku ialah dengan cepat dan mudah anak dapat mengamati suatu model tingkah laku yang diperlukan tanpa belajar. Sehingga jelaslah bahwa metode modeling adalah cara yang dalam fungsinya merupakan cara mengajar yang efektif agar siswa mampu melakukan semua latihan yang diberikan serta dapat mendemonstrasikan gerak dasar senam lantai khususnya dalam gerak dasar rol depan. (Jurnal INOVASI Volume 5, Nomor 1, Maret 2008 ISSN 1693-9034). Modeling merupakan bagian dari teori belajar sosial yang dikembangkan menjadi teori kognitif dan sosial dan diperkenalkan oleh Bandura pada tahun 1985. Teori ini memandang bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia dibentuk melalui suatu model. Dengan kata lain seorang dapat belajar melalui pengamatan dan peniruan terhadap tingkah laku orang lain atau vicarious conditioning. Misalnya dalam pembelajaran seorang siswa tersebut akan cenderung meniru perilaku temannya dan memodifikasi perilakunya, dengan tujuan untuk mendapat pujian, modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi. Dalam teori belajar sosial bandura menekankan belajar melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain yang disebut belajar, yaitu belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang, dan akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya akan matang karena telah melihat pengalamanpengalaman yang dicoba oleh orang lain. Konsepbelajar observasional memperhatikan bahwa seseorang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang dipelajari, oleh karena itu perlu diperhatikan, agar siswasiswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengamati model – model perilaku yang baik atau yang kita inginkan. Dan mengurangi kesempatankesempatan untuk melihat perilaku-perilaku yang tidak baik.
Modeling juga merupakan sebuah bentuk pembelajaran pengetahuan, keterampilan pengetahuan tertentu yang bisa ditiru dan diamati oleh siswa dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau sumber belajar yang ada. Sehingga modeling dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana siswa mendengarkan atau mengamati suatu model atau tiruan obyek dengan maksud untuk latihan dan meningkatkan kemampuannya. Dalam modeling atau pemodelan model memegang peranan penting dalam proses pemblejaran. Peranan pokok tingkah laku yang dijadikan model adalah menyampaikan informasi kepada pengamat. Gredler (1991 dalam Rutamanan, 2005 : 59) Mencatat ada 3 peranan atau fungsi dari tingkah laku model yaitu (1) sebagai pembangkit tingkah laku sosial (2) memperkuat atau memperlemah kemampuan menahan diri terhadap reformasi tingkah laku tertentu, efek inhibisi terjadi kalu individu menahan diri untuk tidak melakukan tingkah laku yang dimodelkan, setelah melihat kosekuensi negative. Sebaliknya efek inhibisi melemahkan sikap menahan diri untuk menampilkan tingkah laku tertentu dan (3) menyampaikan pola perilaku yang baru Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bias ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-langkah cara menggunakan neraca O’haus dengan demonstrasi sebelum siswanya melakukan suatu tugas tertentu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bias ditunjuk untuk memodelkan suatu pengalaman diketahuinya. Ada enam jenis modeling yaitu : 1. Modeling Langsung Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki oleh klien melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru atau teman sebayanya. 2. Modeling Simbolis Model yang disajikan melalui material tertulis, rekaman, audio atau video, film atau slide. 3. Modeling Diri sendiri Modeling diri sendiri sebagai prosedur dimana klien melihat dirinya sendiri sebagai model yaitu melakukan tingkah laku yang menjadi tujuan yang diinginkan klien berlatih dengan sebuah tipe. 4. Modeling Partisan Suatu cara yang efektif untuk menyediakan testing kenyataan yang tepat. Yang menyediakan pengalaman kreatif bagi perubahan. 5. Modeling tersembunyi Dimana seseorang/perorangan atau kelompok membayangkan suatu model perlakuan tingkah laku melalui instruksi-instruksi 6. Modeling kognitif
Suatu prosedur dimana konselor menunjukan orang apa yang dikatakan pada diri mereka sendiri selagi melakukan tugas disamping melihat model, siswa juga dilatih untuk mengahasilkan instruksi diri sendiri, pancarkan selagi pelaksanaan tugas. Woolfolk (1998 dalam Ratumanan, 2005:59) mengemukakan beberapa tahap pemodelan antara lain : 1. Tahap atensi, pada umumnya siswa memberikan perhatian pada model – model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat dan popular. 2. Tahap Retensi, agar dapat meniru perilaku suatu model, seseorang harus mengingat perilaku yang diamatinya. Mengingat hal tersebut termasuk menggambarkan tindakan-tindakan dari model dengan berbagai cara. 3. Tahap produksi, kekurangan dari perilaku yang ditiru seseorang hanya akan dapat diketahui apabila ia diminta untuk menampilkan perilaku tersebut. Agar seseorang dapat memproduksi perilaku model dengan lancer dan mahir, maka diperlukan latihan berulang-ulang, dan umpan balik terhadap perilaku yang ditirunya. 4. Tahap motivasi dan penguatan, penguatan memeganng peranan penting dalam pembelajaran melalui pengamatan. Bila seseorang memperoleh penguatan pada saat meniru model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi perilaku tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode modeling adalah cara pembelajaran yang menunjukan sebuah model atau cara melalui peragaan yang dapat diamati dengan jelas oleh siswa, kemudian siswa mengikuti gerakan yang diperagakan oleh guru. HIPOTESIS TINDAKAN Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. INDIKATOR KINERJA Apabila 75% meningkat kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango maka peneletian ini dinyatakan selesai. METODE PENELITIAN RANCANGAN DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN Rancangan Penelitian Rencana penelitian dilaksanakan di SDN 4 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bonebolango
Karakteristik Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siswa Kelas IV (empat) berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan rata-rata umur 9 – 11 tahun. VARIABEL PENELITIAN Input Input yaitu proses sebelum pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari siswa, guru, menyiapkan bahan pelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sumber belajar, media, dan prosedur evaluasi serta lingkungan belajar. Proses Proses berupa tindakan-tindakan yang dilakukan beserta perangkat pendukung yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya yaitu meningkatkan gerak dasar roll depan dengan metode modeling. Output Output yaitu hasil kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar roll depan akan mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tahap Perencanaan Pada tahap ini yang dilakukan sehubungan dengan penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi Masalah Dalam mengidentifikasi masalah peneliti menyusun skenario pembelajaran berdasarkan masalah dan sistimatis. 2. Mempersiapkan Administrasi pembelajaran Peneliti mempersiapkan sarana/media pembelajaran, rencana pembelajaran bahan ajar serta mencakup metode/teknik mengajar yang disiapkan secara matang. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan skenario yang telah dikembangkan pada langkah perencanaan yang diterapkan dalam setiap siklus. Pemantauan dan Evaluasi Observasi dilakukan pada proses penelitian berlangsung mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi antara siswa dengan guru yang dilakukan pada tahap proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dengan menggunakan lembar observasi. Evaluasi dilakukan untuk mengukur kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau tanggapan siswa dalam hal ini penerapan metode modeling untuk meningkatkan gerak dasar rol depan dengan menggunakan format evaluasi yang telah dibuat. Untuk dapat mengetahui hasil pembelajaran
yang telah diberikan, maka diberikan penilaian standar dengan menggunakan penilaian kuantitatif dengan interval 0 - 100 yang dirinci sebagai berikut : Interval
Kualifikasi
86 - 100
Sangat Baik
71 - 85
Baik
56 - 70
Cukup
41 - 55
Kurang
< 40
Sangat Kurang
Refleksi dan Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap pemantauan dan hasilnya digunakan untuk merefleksi diri apakah siswa dapat melakukan teknik daar rol depan pada senam lantai melalui media pembelajaran seperti apa yang diharapkan oleh peneliti. Hasil analisis akan digunakan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 26 orang, terdiri 11 orang laki-laki, dan 15 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus tiga kali tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan siklus, peneliti bersama guru mitra melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk memperoleh data awal tentang kemampuan dasar rol depan siswa yang dapat dijadikan dasar penelitian. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian, baik observasi awal dan hasil tindakan setiap siklus di deskripsikan sebagai berikut : DESKRIPSI HASIL TINDAKAN A. PELAKSANAAN OBSERVASI AWAL Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa 1) Pendahuluan (a) Siswa berbaris dan berdoa’a (b) Siswa melakukan pemanasan (c) Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti - Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan.
2.
- Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. - Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. - Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar 3) Penutup - Siswa berbaris seperti semula - Siswa melakukan Pendinginan - Berdo’a dan bubar. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek – aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh guru mitra belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3 (hasil Observasi awal Pengamatan Guru). 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posisi Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil observasi awal menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 52,15. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Observasi Awal
KKM = 75 KLASIFIKASI JML PERSENTASE NILAI 1. 86 - 100 Sangat Baik 2. 71 - 85 Baik 3. 56 - 70 Cukup 5 19,23% 4. 41 - 55 Kurang 21 80,77% 5. < 40 Sangat Kurang JUMLAH 26 100% Berdasarkan tabel 1. tersebut dapat dilihat bahwa : 21 orang atau 80.77 % dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Kurang 5 orang atau 19,23% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori cukup Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai acuan keberhasilan dalam penelitian ini, yakni 75% siswa dapat melakukan teknik dasar rol depan dengan kategori baik, maka penelitian ini dinyatakan selesai. Dari data observasi awal tersebut kemampuan siswa dalam teknik dasar rol depan masih jauh dari indicator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian, perlu ditingkatkan melalui pemberian tindakan yaitu Siklus I dengan menggunakan metode Modeling. No
INDIKATOR
PELAKSANAAN SIKLUS I Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa a. Pendahuluan Siswa berbaris dan berdoa’a Siswa melakukan pemanasan Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan. Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras
Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar c. Penutup Siswa berbaris seperti semula Siswa melakukan Pendinginan Berdo’a dan bubar. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek – aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh guru mitra belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3 (hasil Observasi awal Pengamatan Guru). b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posis Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil siklus I menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 67,87. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I KKM = 75 No
INDIKATOR
KLASIFIKASI NILAI
1. 2. 3. 4. 5.
86 - 100 71 - 85 56 - 70 41 - 55 < 40
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
JML 8 18
PERSENTASE 0% 30,77% 69,23% 0% 0%
JUMLAH RATA-RATA
26
100% 68,02
Berdasarkan tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa : - 8 orang atau 30,77 % dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Baik - 18 orang atau 69.23% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Cukup 3. Analisis dan Refleksi Dari data siklus I di atas kemampuan siswa dalam teknik dasar rol depan masih jauh dari indikator keberhasilan yang ditetapkan. Yaitu jumlah siswa mencapai nilai KKM ada 4 siswa atau 15,38%. Hal ini jika mengacu pada indikator kinerja 75% masih jauh dari harapan. Dengan demikian, peneliti bersama guru mitra melanjutkan tidakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II. SIKLUS II Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa 1) Pendahuluan - Siswa berbaris dan berdoa’a - Siswa melakukan pemanasan - Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti - Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan. - Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. - Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. - Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar 3) Penutup
- Siswa berbaris seperti semula - Siswa melakukan Pendinginan - Berdo’a dan bubar. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek – aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh peneliti belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Terdapat pada lampiran 9 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posis Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil data siklus II menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 79,80. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II KKM = 75 No
INDIKATOR
1. 2. 3. 4. 5.
86 - 100 71 - 85 56 - 70 41 - 55 < 40
KLASIFIKASI NILAI
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang JUMLAH
JML
PERSENTASE
4 22
15,38% 84,62% 100%
26
Berdasarkan tabel 3. tersebut dapat dilihat bahwa : 4 orang atau 15.38% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori sangat baik 22 orang atau 84,62% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Baik 3. Analisis dan Refleksi Dari data siklus II bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yang dijadikan sebagai acuan kriteria ketuntasan 24 siswa atau 92,31, %, sedangkan jumlah siswa yang tidak mencapai nilai KKM ada 2 siswa atau 7,69% tetapi sudah masuk dalam kategori baik dalam melakukan gerak dasar roll depan. Dengan demikian peneliti bersama guru mitra mengakhiri penelitian ini. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang meliputi hasil peningkatan kemampuan Teknik Dasar Rol Depan terhadap metode modeling diperoleh gambaran sebagai berikut : Dari data hasil observasi awal terlihat kemampuan siswa dalam melakukan rol depan pada senam lantai secara klasikal masih dalam kategori kurang diperoleh nilai rata-rata secara klasikal 52,15. Untuk itu tindakan dilanjutkan ke siklus I dengan pelaksanaan tindakan melalui metode modeling. Pertemuan siklus I (satu) dilaksanakan tindakan pembelajaran yang dilakukan dalam tiga kali tindakan. Yaitu pada tindakan ke empat dilakukan evaluasi belajar dalam hal ini kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan, dari hasil analisis data evaluasi diketahui bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan siswa dalam melakukan dasar rol depan hingga nilai rata-rata secara klasikal mencapai 68.02 yaitu jumlah siswa yang masuk dalam kategori cukup naik secara signifikan yaitu dari 5 siswa pada observasi awal menjadi 18 siswa pada siklus I demikian halnya dengan jumlah siswa yang berkategori baik yaitu terjadi peningkaatan akan tetapi persentase siswa yang mencapai nilai KKM belum sesuai harapan yaitu hanya 15,38% atau hanya 4 siswa. Dengan demikian peneliti bersama guru mitra melanjutkan tindakan siklus II (dua). Siklus II dilaksanakan tiga kali tindakan pembelajaran dengan nilai rata-rata secara klasikal mencapai 79,73, yaitu pada siklus I kemampuan Dasar Rol Depan siswa pada siklus I sebesar 68,02 naik menjadi 79,73 pada siklus II atau naik sebesar 11,71. ketuntasan kemampuan siswa dalam melakukan dasar rol depan secara klasikal dari 15.38% pada siklus I meningkat menjadi 92.31.46% pada siklus II atau naik sebesar 76.93%, dan hal ini telah mencapai indikator Kinerja yaitu 75% yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti bersama guru mitra mengakhiri penelitian ini. Dalam proses belajar mengajar selama penelitian ini, yaitu menggunakan metode modeling dalam meningkatkan kemampuan Teknik dasar roll depan pada siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango, meskipun penggunaan metode ini berdampak positif terhadap peningkatan keterampilan
siswa diharapkan dalam menggunakan suatu metode harus diikuti dengan penjelasan dan peragaan sehingga siswa lebih dapat memahami materi atau suatu keterampila yang harus dikuasai. Dengan adanya peningkatan kemampuan Teknik Dasar Roll Depan Melalui Metode Modeling Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang telah diajukan yang berbunyi “Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat” dapat diterima. Untuk lebih jelas berikut ini tabel dan diagram peningkatan pada setiap siklus penelitian : Tabel. 1. Peningkatan keterampilan roll depan pada setiap siklus JUMLAH SISWA MENCAPAI NILAI NO.
KEGIATAN
RATA2
1. 2. 3.
Observasi Awal Siklus I Siklus II
52,15 68,02 79,73
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
SK (< 40)
68.02
K (41 - 55)
C (56 - 70)
B (71 - 85)
21 0
5 18
0 8 22
SB (86 - 100)
JML
4
79.73
52.15
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Peningkatan keterampilan roll depan pada setiap siklus PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil data observasi awal terlihat bahwa pengetahuan awal siswa dalam materi senam lantai khususnya teknik dasar rol depan masih dalam kategori kurang, akan tetapi setelah diberikan tindakan selama dua siklus terjadi peningkatan yaitu dari observasi awal nilai ratarata siswa secara klasikal 52.15 menjadi 68.02 pada siklus I dan 79.73 pada siklus II dengan persentase ketuntasan mencapai 92.31% dari jumlah siswa. Maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil capaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas, bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi Jika
26 26 26
metode Modeling diterapkan maka kemampuan teknik dasar rol depan pada senam lantai siswa kelas 4 SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan mengalami peningkatan dapat diterima. 2. Peningkatan kualitas kemampuan guru dalam meningkatkan keterampilan teknik gerak dasar rol depan di ikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa, baik secara kalsikal maupun individu setiap siswa. SARAN Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas di SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan kemampuan siswa maka setiap guru harus menerapkan tahapan-tahapan pembelajaran secara sistematis dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 2. Setiap tenaga pengajar yaitu guru pendidikan jasmani dan kesehatan olahraga dalam meningkatkan keterampilan rol depan harus sesuai tahapan-tahapan pembelajaran pada senam lantai. 3. Penelitian tindakan kelas ini harus dilaksanakan dan digunakan sebagai refleksi bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Aip Syarifuddin & Muhadi. 1991. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Asry Syam,2008. Peningkatan Keterampilan Menggiring Bola Pada Permainan Sepak Bola Melalui Metode Modeling. INOVASI Volume 5, nomor 1, Maret 2008 ISSN 1693-9034. Universitas Negeri Gorontalo Daruma, Abd,Razak, 1993. Modeling sebagai teknik pengubah tingkah laku. Ujung Pandang Komda IPBI Eka Pribadi, Ono Sudiana & H.D. Lukman. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira. Indra, Setiadi 2006. Kemampuan dalam melakukan senam lantai. Bandung : Rosdakarya Imam Hidayat, 1981. Senam dan metodik 1a : buku guru untuk SGO. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kongo, Agus 2007. Teknik dasar Senam Lantai. Jakarta : Pustaka jaya Mahendra, Agus. 2000. Senam. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Mahendra, Agus, 2001. Pembelajaran Senam di FPOK. Bahan Ajar. Bandung FPOK UPI. Mahendra, Agus, 2004. Teori dan Pembelajaran Senam Untuk Mahasiswa Bandung : FPOK UPI. Mahmudi Sholeh. 1992. Olahraga Pilihan Senam. Jakarta: Depdikbud Margono, Agus. 2011. Senam. Surakarta: UNS Press.
Muhammad Danupraja, 2006. Metode Mengajar yang Efektif. Bandung : Alfabeta Ranupraja, 2008. Senam Lantai. Jakarta : Balai Pustaka Ratumanan, T.G. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Dengan Setting Kooperatif (Model PISK) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SLTP di Kota Ambon. Desertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya. Soekarno, Wuryati. 1986. Teori dan Praktek Senam Dasar. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Suyati & Agus Margono. 2000. Teori dan Praktek Senam I. Surakarta: UNS Press. Surakhmad, Winarno. 1994. Metode dan Tekhnik dalam bukunya Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik., Bandung: Tarsito,.