HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN DISIPLIN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Hilva Eka Y Paputungan Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Pembimbing II
: Dra. Tuti Wantu M.Pd. Kons : Meiske Puluhulawa M.Pd ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 1 Kabila adalah rendahnya perilaku disiplin yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Anggota populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila, sedangkan yang menjadi anggota penelitian adalah 39 orang siswa yaitu 15% dari jumlah populasi. Dari hasil perhitungan diperoleh Yˆ 4,72 1,37 X .Hasil ini berarti bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan penurunan rata-rata sebesar 1,37 pada variabel Y. Dengan kata lain semakin tinggi pola asuh orang tua permisif maka akan semakin rendah disiplin siswa. Sebaliknya makin rendah pola asuh orang tua permisif maka makin tinggi disiplin yang dimiliki siswa. Dari hasil uji linieritas diperoleh F hitung sebesar -0,0069 dan Fdaftar (0,95)(26,11) = 2,57. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa persamaan regresi adalah tidak berbentuk linier. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,984 dengan koefisien determinasi r2 = 0,97. Hal ini berarti bahwa sekitar 97% variasi yang terjadi pada variable Y (disiplin siswa) dapat dijelaskan oleh variabel X (pola asuh orang tua permisif). Selanjutnya dari uji keberartian koefisien korelasi diperoleh t hitung = 29,92 dan t0,95)(37) = 1,68 Ternyata harga t hitung > t daftar, atau harga berada di luar daerah penerimaan , sehingga dapat disimpulkan bahwa ditolak dan menerima . Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango” dapat diterima. Jadi untuk meningkatkan disiplin siswa, sangat tepat jika orang tua menghindari penggunaan pola asuh permisif. Kata Kunci
: Pola Asuh Orang Tua, Permisif dan Disipin Siswa
1
Pada zaman globalisasi sekarang ini disiplin sangat dibutuhkan oleh seluruh kalangan untuk keberhasilan hidup, terlebih pada siswa atau peserta didik. Alasannya karena dengan disiplin maka siswa bisa terlatih untuk hidup lebih teratur atau terarah. Disiplin diperlukan juga untuk perkembangan dan pembentukan sikap anak. Dari beberapa abad yang lalu beberapa budaya menganut pola kedisiplinan yang keras (otoriter). Seiring dengan perkembangan zaman maka kedisiplinan tidak terlalu di paksakan karena gaya hidup semakin modern. Gaya hidup yang modern membuat siswa cenderung rentan terhadap perilaku-perilaku yang dianggap gaul seperti pelanggaran-pelanggaran dari tingkat ringan sampai tingkat tinggi, contohnya membolos, berkelahi, menyontek, datang terlambat ke sekolah dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Menurut Hurlock (1999:83) disiplin perlu untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat, sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin, dan menjadi orang yang baik penyesuainnya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima sebagai anggota kelompok sosial mereka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat diperlukan oleh siapapun terlebih siswa karena disiplinlah yang dapat mengajarkan siswa untuk berperilaku dengan baik. Disiplin juga dapat mempengaruhi perkembangan siswa karena apabila siswa tidak menerapkan sikap kedisiplinan maka di dalam melaksanakan tugas baik itu tugas pribadi ataupun tugas sekolah tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Asman (1996:36) disiplin mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yakni(1) keluarga, (2) rekan sebaya, (3) lingkungan sekolah, (4) media massa. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat pertama bagi anak untuk belajar dan berkembang sebagai manusia yang utuh dan makhluk sosial. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal
2
aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anakanaknya. Orang tua adalah pihak yang sering kali bersinggungan dengan seorang anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mulai sejak lahir sampai dewasa, orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam segala hal menyangkut perkembangan hidup anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu di lihat, di nilai, dan di tiru oleh anaknya, yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar di resapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuannya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Dalam mendisiplinkan anak, orang tua sering menerapkan
pola asuh
otoriter, demoraktis dan permisif. Dalam pola asuh permisif orang tua cenderung mendorong anak untuk bersifat otonomi,mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu kedisiplinan menjadi hal utama yang harus dimiliki seorang siswa, dapat dikatakan kedisiplinan merupakan hal yang urgen bagi siswa maka diharapkan dengan kedisiplinan siswa dapat bertanggung jawab terhadap kehidupannya serta mencapai keberhasilan hidup. Tetapi pada kenyataan masih banyak siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila. Kabupaten Bone Bolango
kurang memiliki
kedisiplinan, Ketidakdisiplinan ini di tunjukan siswa seperti sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, tidak mengikuti upacara bendera dan tidak berpakaian rapi. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan satu penelitian yang di formulasikan dalam judul “ Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Permisif dengan Disiplin Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila?. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui “Hubungan antara
3
pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango”.
Kajian Teori Menurut Hurlock. (1999: 82) Konsep populer dari “disiplin” adalah sama dengan “hukuman” menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang dewasa yang berwewenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Menurut Anonimous ( dalam Maria, 2005: 140) menjelaskan disiplin mendorong, membimbing serta membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhannya dan mengarjakan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Menurut Mulyasa (2009: 191). Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Dalam Dictionary of Education (1973: 186) dikemukakan bahwa discipline (school) adalah the maintenance of conditions conducive to the efficient achievement of the school’s functions. Berdasarkan definisi tersebut, disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Menurut Taufik (2005:7) mengemukakan bahwa makna dari istilah disiplin sangat beragam, tergantung pada kontex yang dihubungkan dengan istilah tersebut., Webster, misalnya yang
mengemukakan definisi tentang
disiplin, antara lain: 1) latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau keadaan serba teratur dan efisien; 2) pengendalian diri dan perilaku yang
4
tertib; 3) penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan kontrol; 4) perlakuan yang menghukum dan atau memperbaiki; dan 5) suatu cabang ilmu pengetahuan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin itu merupakan upaya pembentukan perilaku atas dasar pembiasaan dengan penggunaan waktu yang teratur, pemberian motivasi yang positif, serta menghindari penguasaan diri yang negatif. Menurut Hurlock (1999: 82) Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai
dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan didalam kelompok budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar anak bagamana berperilaku dengan cara
yang
sesuai
dengan
standar
kelompok
sosial,
tempat
mereka
diidentifikasikan. Unsur-unsur Disiplin Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur–unsur disiplin adalah sebagai berikut : a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Ciri-ciri Kedisiplinan Menurut Suwanto (2010: 48) ciri-ciri anak disiplin yaitu: (1) selalu tepat waktu, (2) selalu menjalankan tugas, (3) selalu menaati peraturan dengan baik. Pentingnya Disiplin Sekolah
5
Menurut Mulyasa (2009: 192) akhir-akhir ini banyak perilaku negetif peserta didik yang melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melaggar tata tertib, melanggar norma agama, kriminal dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Kenakalan remaja dapat dinyatakan dalam batas wajar, apabila perilaku itu dilakukan dalam rangka mencari identitas diri dan tanpa membawa akibat yag membahayakan kehidupan orang lain atau masyarakat. Banyaknya perilaku negatif dan penyimpangan di sekolah menunjukan pentingnya disiplin sekolah. Fungsi Disiplin Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalah sebagai berikut: a. Menata kehidupan bersama Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadang-kadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur. b. Membangun kepribadian Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
6
c. Melatih kepribadian yang baik Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama. d. Pemaksaan Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. e. Hukuman Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan. f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah,
7
yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kedisiplinan Disiplin dalam penerapannya tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya. Asman 1996:36 (http://one.indoskripsi.com/:faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin. html) diakses 2 Maret 2013 pukul 10.00 wita. mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain institusi keluarga, rekan sebaya, lingkungan sekolah dan media massa. a. Keluarga Orang tua adalah yang terpenting dalam sebuah keluarga. Mereka memainkan peranan utama dalam mencorak nama depan keluarga. Anak-anak ibarat kain putih dan orang tua yang menjadi pengarahnya. b. Rekan Sebaya Rekan dan kawan adalah orang tua kedua bagi seorang siswa. Pengaruh rekan sebaya mampu mencorakkan sikap dan tingkah laku siswa, lebih-lebih lagi mereka yang tergabung dari pergaulan siswa lainnya dan yang mengalami masalah keluarga. Siswa mengganggap peraturan dan tata tertib sekolah sebagai sesuatu yang remeh dan tidak perlu dipatuhi. Mereka akan membentuk kumpulan sendiri yang akan mengadakan peraturan sendiri. Dari sini, awal timbulnya masalah disiplin seperti perkelaian antar siswa dan lain sebagainnya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah
adalah
rumah kedua para siswa, begitu juga dengan para
pendidik yang menjadi orang tua siswa disekolah. Tugas guru semakin berat pada era globalisasi. Disamping sebagai pendidik, guru juga menjadi role model kepada siswa. Kegagalan guru mendidik akan menjurus ke arah masalah siswa. d. Media Massa Media masa dapat dikategorikan kedalam dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik. Kedua media ini banyak mempengaruhi siswa. Golongan
8
remaja khususnya siswa mudah meniru dan mengikuti berbagai adegan perlakuan negative yang di tayangkan dalam berbagai media. Mereka ingin tahu dan mencoba sendiri apa yang dilihat dan dibaca. Pengertian Orang Tua Menurut Hurlock (1999: 34) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orangtua kerena setiap keluarga memiliki kondisikondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Pengertian Pola Asuh Menurut Ormrod (2008: 94). Pola Asuh adalah pola perilaku umum yang digunakan orangtua dalam mengasuh anak-anaknya. Menurut Dariyo (2007: 206). Pola asuh terbagi 3 macam yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisf. a. Pola asuh otoriter Dalam pola ini orangtua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan, maupun kehendak orangtua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orangtua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orangtua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka seringkali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik dan membantahnya. b. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis ialah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orangtua. Baik orangtua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan.
9
c. Pola Asuh Permisif Sebaliknya dengan tipe pola asuh ini, orangtua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orangtua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga. Dengan demikian orangtua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orangtua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak. Dari berbagai jenis pola asuh peneliti tertarik mengambil pola asuh permisif, dikarenakan fenomena sekarang ini terlalu banyak orangtua yang terlalu memberikan kebebasan sehingga berdampak kepada kedisiplinan anak. Pola asuh permisif adalah orang tua berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukan kekuasaan, (Widyarini Nilam, :2003:11). Menurut Wangi (2005: 36). Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dan dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh yang lemah, orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu yang anak sukai, orang tua hanya memberikan fasilitas sedangkan orang tua tidak tau fasilitas itu digunakan untuk hal kebaikan atau
10
tidak, jika anak melakukan kesalahan orang tua tidak banyak
memberikan
hukuman.
Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak Menurut Djamarah (2004: 29) tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dengan Disiplin Siswa di Sekolah Menurut Djamarah (2004: 26), disiplin anak tidak lepas dari pola asuh orang tua yang baik kepada anak, oleh karenanya kemampuan orang tua dalam mengawasi maupun membimbing anak sangatlah penting. Terlebih pada anak yang memasuki masa remaja dan masih perlu diberikan arahan dan bimbingan. Orang tua harus mampu melihat perkembangan anak, utamanya tentang kedisiplinan anak di rumah, sekolah dan di masyarakat. Begitu juga apabila orangtua memberikan pola asuh permisif maka anak tidak akan patuh dan tidak akan disiplin, jadi semakin tinggi pola asuh permisif yang diberikan orangtua maka disiplin anak akan semakin rendah.
Dengan
demikian dapat di duga terdapat hubungan pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa di sekolah. Sehingga secara teoritis semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tua tentang disiplin maka anak akan menjadi disiplin. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis regresi diperoleh Yˆ
4,72 1,37 X . Hasil ini
mengandung makna bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan penurunan rata-rata sebesar 1,37 pada variabel Y. Hal ini berarti jika terjadi perubahan pada variabel pola asuh orang tua permisif, maka diikuti perubahan pada variabel disiplin siswa.
11
Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel pola asuh orang tua permisf (X) dan disiplin siswa (Y) diperoleh koefisien r = 0,984 dan
= 0,97.
Uji signifikan koefisien korelasi memperoleh hasil perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 29,92. Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t (0,95)(37)=1,68. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar, atau harga bahwa
berada di luar daerah penerimaan ditolak dan menerima
, sehingga dapat disimpulkan
.
Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa hipotesis yang berbunyi hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dapat diterima. Pembahasan Pola asuh yang baik akan berpengaruh pada kedisiplina siswa, orang tua adalah pondasi utama dalam membentuk pribadi anak. Pola asuh terbagi atas 3 macam yaitu pola asuh permisif, otoriter, dan demokratis. Menurut Dariyo (2004:97) pola asuh permisif yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak, anak cenderung bertindak semena-mena tanpa pengawasan orang tua anak bebas melakukan apa saja yang dia inginkan. Dari sisi lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan yang berlaku. Jadi kesimpulannya semakin besar pemberian pola asuh permisif orangtua maka semakin rendah disiplin anak tersebut. Sehingga pola asuh permisif tidak tepat digunakan orangtua dalam mendidik dan mendisiplinkan anak karena pola asuh ini lebih cenderung memiliki sisi negatif daripada sisi positif, seperti apabila orangtua memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada anak tapi anak tersebut menyalah gunakan kepercayaan untuk kepentingan pribadi dengan tidak disiplin. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel X pola asuh orang tua permisif dengan variabel Y disiplin siswa adalah sebesar 0,984
12
dengan r2 = 0,97. Ini berarti bahwa 0,97 atau (97%) variasi yang terjadi pada disiplin siswa dipengaruhi oleh pola asuh orang tua permisif, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdesain oleh peneliti. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yaitu ““terdapat hubungan antara pola asuh orangtua permisif dengan disiplin di SMP Negeri I Kabila Kabupaten Bone Bolango” dapat diterima. Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. a. Diharapkan kepada siswa untuk lebih disiplin karena disiplin sangat penting agar siswa bisa terlatih untuk hidup lebih teratur b. Diharapkan kepada orang tua untuk menghindari pola asuh yang permisif agar siswa dapat meningkatkkan disiplin dengan baik, dan orang tua harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa, baik dari faktor lingkungan maupun keluarga.
13
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk. 2002. Psikologi Sosial.: Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga.: Jakarta: PT Rineka Cipta Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama Hurlock, Elizabeth. 1999. Perkembangan Anak: Jakarta: PT Erlangga Maria J. Wanta, 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Depdiknas: Jakarta Mulyasa.2009, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi aksara Ormrod, Jeanne Ellis, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Erlangga Riduwan. 2005. Belajar Muda Penelitian Untuk Guru, Kariyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : PT Alfabeta Suwanto, dkk.2010. Ayo Belajar di Sekolah:Yogyakarta: PT Kanisius Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Taufik, G. 2005: Penerapan Disiplin di Sekolah Terhadap Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: IKIP Tu’u Tulus . 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta. PT Grasindo.
14
Wangi, Putri Pandan. 2005, Mendidik Anak Prasekola. Yogyakarta: PT Damar Pustaka Widyarini, Nilam. 2003. Relasi Orang Tua dan Anak. :PT Elex Media Kumputindo Walgito Bimo. 2010. Bimbingan dan konseling. Yogyakarta: PT C.V Andi Offset Online http://one.indoskripsi.com/:faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin. Di akses 2 Maret 2013 Pukul 10.00 Wita.
15