HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Milka Pratiwi Ayuba NIM : 111409017 Pembimbing I Ibu Dra. Rena L. Madina, M.Pd Pembimbing II Bapak Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi di SMK Negeri 1 Limboto adalah masih ada siswa yang memiliki konsep diri akademik negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Anggota populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto yang berjumlah 352 orang, sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah 15% dari jumlah populasi yaitu 53 orang siswa. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Ŷ = 44,79+0,58x, hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X (pola asuh orang tua) akan berakibat terjadinya peningkatan rata-rata 0,58 unit pada variabel Y (konsep diri akademik siswa). Dengan kata lain semakin baik pola asuh orang tua, semakin positif konsep diri akademik siswa. Sebaliknya semakin buruk pola asuh orang tua, semakin negatif konsep diri akademik siswa. Selanjutnya dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,57 dengan koefisien determinasi r2 = 0,3249. Hal ini berarti bahwa sekitar 32,49% variasi yang terjadi pada variabel Y (konsep diri akademik siswa) dapat dijelaskan oleh variabel X (pola asuh orang tua). Selanjutnya dari uji keberartian koefisien korelasi diperoleh thitung = 4,95 dan t(0,975)(51) = 2,00. Ternyata harga t hitung > ttabel, atau harga thitung berada diluar penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo” dapat diterima. Selanjutnya dikemukakan saran kepada (a) orang tua agar menerapkan pola asuh yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, agar dapat terbentuk konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa (b) saran bagi guru pembimbing agar memberikan layanan konseling kepada siswa yang masih memiliki konsep diri akademik negatif dengan maksud untuk menggali permasalahan yang dialami siswa terutama yang berkaitan dengan masalah akademiknya. Kata kunci : Pola Osuh Orang Tua, Konsep Diri Akademik Siswa
1
Pembentukan konsep diri (self concept) yang positif pada siswa tidak dapat ditinggalkan dan harus dilakukan secara terus menerus serta menyeluruh pada setiap tahapan perkembangannya. Menurut Gage dan Berliner (Machmud, 2009:17) untuk membantu siswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki, maka siswa perlu memiliki konsep diri yang positif, kuhususnya dala konsep diri akademik. Kusmono (Choerunnisa, 2010:21) berpendapat bahwa konsep diri akademik merupakan gambaran diri yang dimiliki siswa mencakup pikiran-pikiran dan perasaan mengenai penampilan diri, kepercayaan diri, kemandirian, keberanian diri, rasa bangga dan malu yang berkaitan dengan masalah akademik. Menurut Naurah (Machmud, 2009:22) konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan membuat siswa menggunakan segala potensi dan kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat
yang dapat
menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik yang positif sangat penting dimiliki oleh siswa
dalam proses pendidikan,
terutama berkaitan dengan kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Dalam melaksanakan tugasnya, SMK Negeri 1 Limboto tentunya mengaharapkan agar seluruh siswanya memiliki konsep diri akademik yang positif. Namun pada kenyataannya, masih dijumpai siswa-siswa yang memiliki konsep diri akademik yang negatif. Hal ini ditandai dengan adanya siswa yang tidak berani tampil mengeluarkan pendapat di depan kelas, bolos pada jam pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak tuntas pada beberapa mata pelajaran, bahkan ada siswa yang tidak naik kelas dan terpaksa dipindahkan ke sekolah lain. Data awal yang diperoleh peneliti selama kurang lebih tiga bulan melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) bahwa kurang lebih 25 % dari siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto cenderung memiliki konsep diri akademik yang negatif, disebabkan
2
oleh kurangnya kontrol dari orang tua, orang tua yang broken home, serta orang tua yang terlalu memanjakan anaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh orang tua yang dibangun dengan anak sangatlah penting. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. Penelitian ini dikhususkan pada seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Sehingga judul penelitian ini adalah “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Akademik Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo”. Berdasarkan uraian di atas dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu : a. Masih terdapat siswa yang memiliki konsep diri akademik yang negatif b. Masih terdapat orang tua siswa yang menerapkan pola asuh yang tidak baik c. Diduga terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik. Secara praktis hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi lingkungan akademis dan peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. Hipotesis penelitian ini adalah “terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo”. Kajian Teori Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. William D. Brooks (Rakhmat, 2005:99) mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have drived from
3
experiences and our interaction with others”. Artinya,
konsep diri adalah
pandangan dan perasaaan individu tentang diri sendiri. Menurut Hardy dan Hayes (Saam dan Sri, 2012:85) konsep diri tersusun atas dua aspek, yaitu citra diri (selfimage) dan harga diri (self-esteem) dilukiskan secara sederhana, misalanya : saya seorangg mahasiswa, tinggi badan 160 cm ; sedangkan harga diri merupakan deskripsi diri secara lebih mendalam karena sudah terdapat penilaian terhadap diri sendiri. Misalnya : saya adalah mahasiswa yang berprestasi baik, ulet dan keluarga saya menghargai prestatsi yang saya capai. Menurut Shavelson (Saam dan Sri, 2012:88), struktur konsep diri secara hirarki terdiri dari empat peringkat yaitu : a. Pada peringkat pertama disebut konsep diri umum yang merupakan cara individu dalam memahami dirinya secara keseluruhan. b. Pada peringkat kedua adalah konsep diri akademik dan non akademik. c. Pada perigkat ketiga adalah sub area dari konsep diri akademik dan non akademik d. Peringkat keempat dari struktur konsep diri adalah penilaian tingkah laku dalam situasi spesifik pada masing-masing sub area dari konsep diri. Gage dan Berlinger (Saam dan Sri, 2012:88) mengatakan bahwa secara hirarki konsep diri terdiri dari tiga peringkat, yaitu : a. Peringkat pertama adalah konsep diri general (global). Konsep diri global merupakan sikap dan keyakinan individu dalam memahami keseluruhan dirinya yang sudah melekat dalam dirinya dan sudah menjadi inti kepribadian bagi tiap individu. b. Peringkat kedua adalah konsep diri mayor, merupakan cara individu memahami aspek sosial, fisik, dan akademis dirinya. c. Peringkat ketiga adalah konsep diri spesifik. Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya terhadap setiap jenis kegiatan dalam ketiga aspek konsep diri mayor. Konsep diri mayaor dan konsep diri spesifik lebih mudah diubah, karena merupakan tanggapan individu terhadap dirinya sendiri dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
4
Jadi dapat disimpulkan bahwa, konsep diri merupakan pandangan atau persepsi individu terhadap diri sendiri. Konsep diri diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang berarti dalam kehidupan seseorang, seperti orang tua. Konsep diri bersegi banyak, terdiri dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan akademik. Konsep diri yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai konsep diri akademik Menurut Deaux (Machmud, 2009:18) konsep diri akademik adalah salah satu komponen konsep diri yang secara khusus berkaitan dengan masalah akademik. konsep diri akademik bukan merupakan sesuatu yang dibawa individu sejak lahir, namun konsep diri akademik terbentuk bersamaan dengan kematangan yang dicapai, baik dalam kognitif, emosi, maupun sosial. Skaalvik (Machmud, 2009:17) merumuskan bahwa konsep diri akademik merupakan perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh. Menurut Naurah (Machmud, 2009:22) konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan membuat siswa menggunakan segala potensi dan kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat yang dapat menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik adalah seluruh gambaran yang dimiliki siswa mengenai kemampuannya dalam bidang akademik. Konsep diri akademik tdak dibawa individu sejak lahir, namun terbentuk bersamaan dengan kematangan yang dicapai oleh individu. Konsep diri akademik juga turut mempengaruhi prestasi akademik. Menurut Jersild (Choerunnisa, 2010:47) komponen konsep diri akademik mencakup tiga hal yang dapat dijelaskan sebagai beikut : a. Perseptual component Perseptual component, merupakan gambaran individu tentang penampilan serta konsep yang ia berikan kepada orang lain yang meliputi kemampuan
5
tampil atau berbicara di depan kelas serta memperoleh perhatian dari temanteman atau guru sehubungan dengan penampilan dirinya. b. Conceptual component Conceptual component adalah gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya yang berbeda meliputi pandangan dirinya tentang kemampuan dan ketidakmampuan, kepercayaan diri dan kemandirian. c. Attitudinal component, adalah sikap-sikap yang dimiliki individu mengenai dirinya terhadap keberartian diri dan bagaimana ia memandang dirinya dengan rasa bangga dan malu terhadap prestasi akademiknya. Konsep diri akademik juga terdiri dari beberapa aspek, menurut Frey dan Carlock (Machmud, 2009:19) aspek-aspek konsep diri akademik terdiri dari pengetahuan, harapan, serta penilaian individu. Aspek-apek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengetahuan Pengetahuan yang dimaksud meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademik, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai dan sebagainya. Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya b. Harapan Ketika individu memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di masa yang akan datang. c. Penilaian individu Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari, misalnya saya lamban, tidak menarik, dan sebagainya, sehingga akan timbul perasaanperasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Saam dan Sri faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut (2012 : 96 - 98) :
6
a. Peranan keluarga Dalam pembentukan konsep diri peranan orang tua sangat penting. Cara orang tua mengasuh anaknya akan berpengaruh terhadap anak dalam menilai dirinya. Jika anak dapat pengalaman baik dalam keluarga, maka ia akan dapat mengembangkan dan menilai dirinya secara baik pula. Kehangatan dalam keluarga berperanan penting bagi perkembangan konsep diri anak. b. Peranan kelompok teman sebaya Kelompok teman sebaya merupakan arena bagi anak untuk belajar menerima dan diterima teman-temannya. Anak yang ditolak cenderung untuk mengekspresikan perasaan yang kurang positif terhadap orang lain, hal ini merupakan salah satu tanda mentalnya tidak sehat. Respon anak terhadap teman-teman dalam kelompoknya bermacam-macam, sebagian besar tergantung pada pengalaman masa kecil yang diperoleh di rumah. Orang tua yang dapat menciptakan rasa kehangatan bersama anaknya memungkinkan anak mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang menyenangkan dan dapat meningkatkan interaksi yang berhasil dengan teman-temannya. c. Peranan harga diri Sifat-sifat tertentu yang dihasilkan oleh harga diri akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Apabila seseorang memiliki taraf harga diri yang tinggi, maka ia akan dapat menyusun konsep diri yang positif yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Jadi dapat dikatakan bahwa harga diri yang tinggi akan menimbulkan pertumbuhan konsep diri yang positif. Selanjutnya menurut Marsh (Machmud, 2009:20) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri akademik yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Internal, yaitu meliputi keyakinan, kompetensi personal, dan keberhasilan personal. b. Faktor ekstrenal, yaitu lingkungan keluarga ; ada kaitan yang positif antara keyakinan orang tua dengan keyakinan anak terhadap kemampuannya, iklim kelas ; konsep diri akademik yang positif lebih ditemukan pada siswa-siswa yang menekankan kerjasama dan saling tergantung diantara mereka
7
dibandingkan dengan siswa-siswa dalam kelas yang lebih menekankan kompetesi, guru ; dorongan dari guru dan pemberian otonomi yang lebih besar terhadap siswa berhubungan dengan konsep diri akademik yang positif, teman sebaya, dan kurikulum. Menurut Wahyuning, dkk (2003:162) pola asuh dapat di artikan sebagai seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan kepada anak. Pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh terhadap anak, yaitu berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan,
mendorong
keberhasilan,
melindungi,
maupun
sosialisasi
yaitu
mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat. Menurut Diana Baumrind (Desmita, 2008:144-145) terdapat tiga tipe pengasuhan orang tua pada anak yaitu pola asuh otoritatif atau demokratis, otoriter, dan permisif yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pola asuh otoritatif (authoritative parenting) Pola asuh otoritatif juga sering disebut pola asuh demokratis adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati
pemikiran,
perasaan,
serta
mengikutsertakan
anak
dalam
pengambilan keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan dasar harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial. b. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) Pola asuh otoriter merupakan suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batasan-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter juga cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan-keputusan, memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang
8
menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. c. Pola asuh permisif (permissive parenting) Gaya pengasuhan ini dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu : pertama, pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Kedua, pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anakanak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive-indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah. Gunarsa dan Yulia (2008:144) juga mengungkapkan faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu : a. Pengalaman masa lalu dengan pola asuh atau sikap orang tua mereka. Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung mengulangi pola asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya. Namun sebaliknya, orang tua cenderung pula tidak mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan manfaatnya. b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Contohnya, orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam kehidupan mereka atau segi rohani. Hal ini tentunya akan berpengaruh dalam usaha orang tua dalam mendidik anaknya. c. Tipe kepribadian orang tua. Contohnya, orang tua yang selalu cemas dapat mengakibatkan sikap yang terlalu melindungi terhadap anak. Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal, sedangkan konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan dirinya dan mengatasi masalahnya, melalui hubungan face to face atau melalui media, baik secara perorangan maupun
9
kelompok (Yusuf dan Juntika, 2009:82). Peranan bimbingan dan konseling sangat tepat untuk membantu pembentukan konsep diri akademik yang positif di dalam diri siswa, sebab melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dapat dibantu dalam mengembangkan diri dan mengatasi masalahnya, baik dalam bidang akademik, sosial-pribadi, karir, maupun keluarga. Alur kerangka berpikir secara praktis mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Indikator : 1. Sulit mengeluarkan pendapat 2. Bolos pada jam pelajaran tertentu 3. Tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru 4. Tidak naik kelas
Permasalahan: Konsep Diri Akademik Negatif
Konsep Diri Akademik Positif
Pola Asuh Orang Tua
Konsep Diri Akademik
Konsep Diri Akademik Negatif
Penyebab : 1. Kurangnya kontrol dari orang tua 2. Orang tua yang terlalu memanjakan anaknya 3. Ada orang tua yang broken home
10
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu suatu metode yang secara sistematis menggambarkan tentang hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan yakni dari bulan April sampai bulan Juni 2013. Tempat penelitian yaitu di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Variabel X peneletian ini adalah pola asuh orang tua dan variabel Y adalah konsep diri akademik siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto yang berjumlah 352 orang, sedangkan sampel penelitian berjumlah 53 orang, yaitu 15% dari jumlah populasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket. Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang pola asuh orang tua dan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu di uji validitas dan reliablitas. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas data dan uji hipotesis. Hasil Penelitian Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel X (pola asuh orang tua)
diperoleh skor tertinggi sebesar 152 dan skor terendah 85.
Sedangkan skor rata-rata X = 119,12 dan standar deviasi sebesar 16,17. Untuk variabel Y (konsep diri akademik siswa) diperoleh skor tertinggi sebesar 154 dan skor terendah 82. Sedangkan skor rata-rata X =112,94 dengan standar deviasi sebesar 16,30. Untuk pengujian normalitas data Berdasarkan kriteria pengujian tersebut ternyata dipeuntuk variabel X diperoleh ²hitung < ²tabel yaitu -82,27 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X (pola asuh orang tua) berdistribusi normal. Untuk variabel Y (konsep diri akademik) diperoleh ²hitung < ²tabel yaitu -42 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel Y (konsep diri akademik) berdistribusi normal.
11
Berdasarkan analisis regresi yang telah dilakukan peneliti diperoleh persamaan regresi Ŷ = 44,79 + 0,58x . Hasil perhitungan persamaan regresi ini mengandung makna bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada variabel pola asuh orang tua maka akan diikuti oleh peningkatan pada variabel konsep diri akademik siswa. Untuk uji linier adalah sebesar 0,49 dan harga Fhitung uji keberartian sebesar 24,83. Berdasarkan kriteria pengujian untuk uji linearitas Fdaftar diperoleh dari F² ≤ F² (1 )(k - 2), (n - k). Jika digunakan taraf nyata = 0,05 maka Fdaftar (1 - 0,05) (35 2) (53 - 35) = (0,95) (33,18) = 1,89. Ternyata harga Fhitung lebih kecil dari Fdaftar yaitu 0,49 < 1,89 sehingga dapat disimpulkan bahhwa persamaan regresi ini benar-benar linier. Untuk uji keberartian persaam regresi, harga F daftar diperoleh dari F² ≥ F² (1-)(1, n - k) dengan taraf nyata = 0,05 maka Fdaftar (1 – 0,05) (1, 53 - 35) = (0,95) (1, 18) = 4,41. Ternyata harga Fhitung lebih besar dari Fdaftar yakni 24,83 > 4,41 sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan regresi ini benar-benar linier dan berarti. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,57 dengan koefisian determinasi sebesar r² = 0,3249. Selanjutnya dari perhitungan keberartian koefisien korelasi diperoleh harga thitung sebesar 4,95. Pada taraf kepercayaan = 0,01 dari daftar distrbusi t diperoleh t (0,995)(51) = 2,66 dan pada taraf kepercayaan = 0,05 diperoleh t (0,975)(51) = 2,00. Ternyata harga t hitung lebih besar dari tdaftar, atau harga thitung berada diluar penerimaan H0. Pembahasan Dengan memperhatikan hasil analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. hasil perhitungan persamaan regresi diperoleh suatu hubungan regresi yaitu Ŷ = 44,79 + 0,58x hal ni mengandung makna bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Dengan kata lain 12
semakin baik pola asuh orang tua, maka pembentukan konsep diri akademik pada siswa akan semakin positif. Sebaliknya makin buruk pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap anak, maka akan semakin negatif pembentukan konsep diri akademik pada siswa. Konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu
menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan
membuat
siswa
menggunakan segala
potensi dan
kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat yang dapat menyebabkan proses pembelajaran terganggu, Naurah (Machmud, 2009:22). Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri akademik yaitu pola asuh orang tua. Pola asuh yang ditearpkan orang tua terhadap anak berbeda-beda, ada orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif namun dari ketiga pola asuh tersebut, pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling baik diterapkan terhadap anak. Anak yang di asuh dengan pola asuh demokratis harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial. Berbeda dengan anak yang di asuh dengan pola asuh yang kurang baik seperti pola asuh permisif dan otoriter. Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anakanak lain. Peranan bimbingan dan konseling di sekolah sangat tepat untuk membantu pembentukan konsep diri akademik yang positif pada siswa. Layanan bimbingan dan konseling ini, siswa dapat membantu siswa untuk mengatasi masalah yang dialami sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.
13
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo” dapat diterima. Dengan persamaan regresi Ŷ = 44,79 + 0,58x, hal ini berarti bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Dengan memperhatikan tingkat kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 32,49%, hal ini menunjukkan bahwa masih 67,51% variasi yang terjadi pada konsep diri akademik siswa dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran kepada orang tua agar menerapkan pola asuh yang baik terhadap anaknya. Pola asuh yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan anak, dalam hal ini orang tua harus memahami kapan seorang anak diperlakukan secara otoriter, demokratis, maupun permisif agar dapat terbentuk konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa. Selanjutnya saran kepada guru agar mengarahkan dan membimbing siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan potensinya seoptimal mungkin sehingga konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa dapat terwujud. Bagi siswa yang masih memiliki konsep diri akademik negatif, perlu diberikan layanan konseling dengan maksud untuk menggali permasalahan yang dialami siswa terutama yang berkaitan dengan masalah akademiknya.
DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Frisca, Choerunnisa. 2010. Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa SMKN 8 Bandung. Skrispsi. Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
14
Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih D.Gunarsa. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia. Gunawan, Adi W. 2010. Hypnotherapy For Children Cara Mudah dan Efektif Untuk Menerapi Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Machmud, Renny. 2009. Perbedaan Konsep Diri Akademis Ditinjau Dari Gaya Kelekatan Siswa. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Maurice. 2000. Cara-cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ. Bandung : Kaifa. Munjidah. 2009. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kreatifitas Verbal Siswa SMAN 05 Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta : Rajawali Press. Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Wahyuning, Wiwit, Jash, Metta Rachamdiana. 2003. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
15