e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SD KELAS II Ketut Yuning Jayasri Pucangan1, Ni Ketut Suarni2, Ni Wayan Arini3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected] 3
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan hasil belajar siswa kelas II, hubungan pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa kelas II dan hubungan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II SD di Desa Banjar Ambengan Kecamatan Banjar. Penelitian ini termasuk penelitian Expost-Facto. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD di Desa Banjar Ambengan Kecamatan Banjar, jumlah sampelnya 57. Teknik pengambilan sampel adalah sampling jenuh. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Jumlah kuesioner konsep diri sebanyak 22 butir, sedangkan jumlah kuesioner pola asuh orang tua sebanyak 25 butir. Data penelitian selanjutnya dianalisis dengan teknik statistik yaitu regresi sederhana dan regresi ganda dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara konsep diri dan hasil belajar siswa kelas II diperoleh Fhitung= 8,83 > Ftabel 3,15. Hubungan antara pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa kelas II dengan doperoleh Fhitung = 6,65 > Ftabel 3,15. Hubungan secara bersama-sama antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II dengan Fhitung = 8,02 > Ftabel 3,15. Ini berarti bahwa konsep diri dan pola asuh orang tua memiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil belajar. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri, pola asuh orang tua berhubungan secara siginifikan terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan Kecamatan Banjar secara terpisah maupun simultan. Kata kunci: Konsep Diri, Pola Asuh Orang Tua, Hasil Belajar Abstract This research aimed to determine the relationship betwaan self concept and learning outcomes grade II, the relationship between parenting parents and learning outcomes grade II, and the relationship between self concept and parenting parents toward learning outcomes elementary school grade II in the village of Banjar Sub-district Banjar Ambengan. This research is Expost-facto, the population of this study was a grade II elemetary school in the village of Banjar Sub-district Banjar Ambengan, with total sample was 57. Sampling Jenuh technique was used in this study. The data was taken using a questionnaire. Number of questionnaires for self concept was 23 points, while the number of questionnaires for parenting parents was also 25 points. The data were analysed by using a statistical technique that was simple regression and multiple regressions with SPSS. The result showed a relationship between self concept and learning outcomes Fcount = 8,83 > Ftable = 3,15. Relationship between parenting parents and learning outcomes Fcount =6,65 > Ftable = 3,15. Relations jointly between self concept and parenting parents toward learning outcomes Fcount = 8,02 > Ftable = 3,15. This means that self concept and parenting parents it has a significant relationship. Based on the findings above it could be concluded that self concept and parenting parents significantly the relationship toward learning outcomes grade II elementary school in the village of Banjar Sub-district Banjar Ambengan both separately and simultaneously. Keyword: self concept, parenting parents, learning outcomes
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENDAHULUAN Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini. Pendidikan masih menjadi salah satu bagian terpenting untuk memajukan Negara Indonesia. Sebuah pendidikan merupakan salah satu ujung tombak untuk kemajuan suatu Negara. Pendidikan memiliki peranan penting dan stategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam proses pendidikan tentu didalamnya menyangkut sebuah sekolah serta kegiatan belajar dan mengajar. Inti pokok dalam pendidikan adalah belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (dalam Budiarnawan, 2014: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika seorang anak secara terus menerus mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dalam pelajaran disekolah, maka minat anak untuk belajar akan berkurang dan hasil belajarnya pun akan ikut menurun. Selanjutnya yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menghasilkan generasi penerus yang berkualitas, yaitu dari hasil belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Hasil belajar adalah sekumpulan pengalaman yang diperoleh siswa yang terdiri atas tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar itu sendiri tidak hanya mencakup penguasaan materi mata pelajaran saja, tapi mencakup kebiasaan, kesenangan, minat bakat, penyesuaian dengan lingkungan, keterampilan, keinginan serta cita-cita. Hal tersebut senada dengan pendapat Bloom (dalam Ruhimat, 2011: 140) menyebutkan, Tiga ranah hasil belajar yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu, pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi pelajaran yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Gagne (dalam Dahar, 2011: 118) menyatakan “ada lima kemampuan, ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda”. Lebih lanjut Gagne (dalam Aunurrahman, 2013: 47) menyimpulkan, Ada lima macam hasil belajar yaitu pertama, keterampilan intelektual atau pengetahuan yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. Kedua, Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu. Ketiga, informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu melalui kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. Keempat, keterampilan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerak-gerakan yang berhubungan dengan otot. Kelima, sikap yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan serta faktor intelektual. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disintesiskan bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik serta hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku namun, tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, maka hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. menurut Ruhimat (2011:140) menyatakan, Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu faktorfaktor yang berada di luar diri siswa. Yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
tergolong faktor internal adalah sebagai berikut. (a) Faktor fisiologi (b) Faktor psikologis (c) Faktor kematangan. Faktor eksternal ialah (a) faktor sosial (b) Faktor budaya (c) Faktor lingkungan fisik. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada bulan Januari 2017 di SD Negeri 1 Banjar dan SD Negeri 9 Banjar Desa Banjar Ambengan, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, diperoleh
fakta masih adanya hasil belajar siswa yang berada dibawah rata-rata. Berdasarkan pencatatan dokumen terhadap jumlah siswa kelas II dan hasil belajar siswa kelas II Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 yaitu sebanyak 57 orang yang masing-masing berjumlah 26 orang siswa di SD Negeri 1 Banjar dan 31 orang siswa di SD Negeri 9 Banjar. Hasil belajar siswa tersedia pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Data Hasil Belajar pada SD N 1 Banjar dan SD N 9 Banjar No Sumber KKM Jumlah Jumlah Siswa Nilai Populasi Siswa Pencapaian KKM Rata-rata Belum Mencapai Mencapai KKM KKM 1 SD N 1 Banjar 61 26 14 12 63 2 SD N 9 Banjar 61 31 11 20 73,36 Jumlah 57 25 32 Dari tabel hasil belajar tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah siswa 57 orang, yaitu 32 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang memperoleh nilai dibawah KKM berjumlah 25 orang. Dengan adanya 25 orang siswa yang belum mecapai KKM, sudah tentu ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar yang diperoleh tersebut. Banyak faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa. Terdapat dua faktor utama yang memengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berhubungan erat dengan segala kondisi siswa, meliputi kesehatan fisik, motivasi, kondisi emosional, konsep diri dan lain sebagainya. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri individu, berupa lingkungan sekolah, keluarga (meliputi cara mendidik anak atau pola asuh orang tua, hubungan orang tua dengan anak, hubungan dengan saudara serat cara membimbing anak dalam belajar) dan masyarakat. Fokus perhatian dalam penelitian ini terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar. Faktor internalnya berupa konsep diri. Belakangan ini konsep diri pada anak kerap mengarah pada konsep diri yang negatif, dimana anak lebih cenderung memandang dirinya sebagai orang yang kurang mampu
serta tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya. Seharusnya seorang anak mempunyai konsep diri yang positif dimana anak lebih tahu dan mengenal dirinya sendiri serta kemampuan yang ia miliki tanpa merasa ragu atau kurang percaya diri. Agustiani (2009: 138) menyatakan, Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalamanpengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Konsep diri individu ditanamkan sejak dari dini dan menjadi dasar yang memperngaruhi tingkah lakunya di kemudian hari. Senada dengan hal tersebut Hendra (dalam Budiarnawan, 2014: 3) menyatakan “konsep diri berkaitan dengan apa yang siswa rasakan seperti gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, dan perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri, meliputi kemampuan, karakteristik diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri”. Dengan konsep diri ini, siswa bercermin untuk mengukur, menilai maupun menakar mengenai yang telah dimilikinya. Konsep diri inilah yang nantinya akan 3
menetukan perasaan siswa dalam merespon semua rangsangan yang ada untuk melakukan sesuatu. Menurut Budiarnawan (2014: 3) “perkembangan konsep diri seseorang sangat tergantung dari pengalaman dan pengetahuan seseorang. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan seseorang maka konsep dirinya akan berkembang ke arah yang positif dan produktif”. Lebih lanjut Nurkancana (dalam Budiarnawan, 2014: 3), “konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri”. Misalnya pendapat tentang apakah saya pandai, apakah saya pendiam, apakah saya disenangi orang dan sebagainya. Konsep diri tersebut terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Gunarsa (dalam Budiarnawan, 2014: 3) mengungkapkan bahwa “konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya”. Pendapat tersebut dimaksudkan bahwa seorang anak akan merasakan dirinya seperti apa yang telah dikatakan orang lain, misalnya dari orang tua, guru atau teman-temannya, apabila seorang teman mengatakan secara terus menerus bahwa anak tersebut “bodoh” maka lama kelamaan anak tersebut akan mempunyai konsep diri seperti itu. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, yang dimaksud dengan konsep diri adalah suatu penilaian, persepsi atau pandangan terhadap diri sendiri yang sangat kompleks yang berkaitan dengan prinsip dalam hidup, karakteristik fisik, sosial, psikologis, serta nilai. Pada dasarnya konsep diri memiliki aspek-aspek yang memengaruhi tingkah laku seseorang. Menurut Hult sebagaimana yang dikutip oleh Artatik, 2010 (dalam Saputra, 2013: 6-7) mengemukakan, konsep diri dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu 1) konsep diri akademis, 2) konsep diri sosial, 3) konsep diri fisik. Konsep diri akademis adalah cara pandang, cara menilai dan tingkat kepercayaan terhadap kemampuan dan prestasi akademiknya. Konsep diri akademis secara spesifik menguraikan tentang seberapa kemampuan kita dalam bidang-bidang tertentu seperti di bidang matematika, seni, berbahasa, dan lain-lain. Konsep diri sosial
adalah cara pandang, cara menilai sesuatu, dan tingkat kepercayaan terhadap pergaulan dan kerjasama dengan orang lain. Konsep diri sosial menguraikan tentang bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Konsep diri fisik adalah cara pandang, cara menilai sesuatu, dan tingkat kepercayaan terhadap bentuk fisik dan penampilannya. Adapun faktor eksternal berupa keluarga (meliputi pola asuh orang tua). Keluarga merupakan tempat yang paling utama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan. Sesuai dengan pendapat Choirul (dalam Faizal, 2015: 68) menyatakan “’rumah’ yang dalam istilah berikut disebut ‘keluarga’ merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya”. Selain pendidikan formal, pendidikan nonformal juga sangat penting diperoleh bagi anak. Pendidikan nonformal yang dimaksud salah satunya pendidikan yang diberikan oleh keluarga. Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga berupa pendidikan agama, bahasa, etika, pendidikan moral, kemandirian dan sebagainya. Semuanya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari belajar berbicara, merangkak, berjalan hingga anak beranjak dewasa dan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pendidikan dalam keluarga merupakan dasar perkembangan seorang anak mulai dari karakter hingga budi perkerti yang dimiliki seorang anak. Melihat keadaan seperti itu, adanya pola asuh yang diberikan orang tua juga memiliki peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan pendidikan anak di sekolah. Jenis-jenis pola asuh yang diterapkan oleh setiap orang tua tentu berbeda, yang memengaruhi perkembangan seseorang mulai dari usia anak-anak sampai dewasa. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa, keberhasilan keluarga dalam mendidik serta menanamkan nilai-nilai kebaikkan pada anak, sangat tergantung pada pola asuh orang tua. Cahyatni (dalam Budiarnawan, 2014: 4) menyatakan secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa 4
Indonesia istilah pola asuh terdiri dari dua kata yaitu kata “pola” dan “asuh”. Pola berarti corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Pola asuh ini dapat didefinisikan sebagai “pola interaksi antara anak dengan orang tua, yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan non-fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang dan sebagainya” (Wibowo, 2012: 112). Selain itu, Dariyo (dalam Ulfiani, Dkk., 2015: 121) mengemukakan “pengasuhan orang tua adalah upaya aktif orang tua dalam mendidik, mengajar, membina dan mengarahkan sikap, perilaku, perbuatan maupun tindakan anak-anak agar sesuai dengan nilai-nilai, etika dan norma sosial masyarakat”. Syamsu Yusuf (dalam Wibowo, 2016: 41), mendefinisikan “pola asuh orang tua sebagai pola sikap dalam mendidik dan memberikan pelakuan terhadap anak”. Selain itu menurut Gunarso (dalam Wibowo, 2016: 41) “pola asuh orang tua sebagai metode atau cara yang dipilih orang tua dalam mendidik anak-anaknya”. Di samping itu, pola asuh orang tua juga berarti suatu kegiatan interaksi antara orang tua dengan anak dengan cara merawat, memberi kasih sayang, membimbing atau mengarahkan, serta memberikan nilai-nilai kebaikkan. Semuanya dilakukan orang tua, agar anaknya tumbuh dengan sehat dan berkembang secara mandiri. Untuk itu, pola asuh orang tua merupakan faktor terpenting dalam membangun kepribadian anak, watak, perilaku, kecerdasan emosional, konsep diri, dan menanamkan nilai-nilai kepada anak agar nantinya dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disintesiskan bahwa pola
asuh orang tua adalah suatu cara orang tua untuk menjaga, merawat dan mendidik anak dengan membentuk interaksi antara orang tua dan anak, yang bertujuan untuk membangun kepribadian anak, kecerdasan emosional anak, membentuk watak, serta memenuhi kebutuhan fisik yang meliputi (makan, minum, dan lain-lain) dan juga non-fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang dan sebagainya. Nantinya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan tumbuh serta berkembang secara optimal. Setiap orang tua tentu memiliki pola asuh terhadap anaknya yang berbedabeda. Ada beberapa jenis pola asuh yang tepat diterapkan dan ada pula yang tidak tepat untuk diterapkan dalam mengasuh anak. Menurut Agus, 2007 (dalam Wibowo, 2012: 112), “Saat ini sebagian besar orang tua memiliki pola asuh yang unik, dimana mereka berkecenderungan agar anaknya menjadi ‘be special’ dari pada ‘be average or normal’. Mereka merasa malu jika anaknya hanya memiliki kecerdasan paspasan”. Keinginan orang tua yang demikian sebenarnya tidak salah, namun perlu diingatkan bahwa seorang anak dilahirkan dengan kekurangan atau kelebihan yang berbeda-beda, serta setiap anak memiliki sifat dan keunikannya masing-masing. Tidak baik apabila orang tua selalu menuntut anak-anaknya setara dengan anak-anak yang lain, baik dari segi sifat, kemampuan dan kepribadian. Hasil penelitian Rohner (dalam Wibowo, 2016: 42) yang menggunakan teori PAR (Parental Acceptanc-Rejection Theory) menyimpulkan bahwa “pola asuh orang tua, baik yang menerima (acceptance) atau yang menolak (rejection) anaknya, akan mempengaruhi pekembangan emosi, perilaku, sosial-kognitf, dan kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa kelak”. Pola asuh orang tua dengan tipe menerima (acceptance) akan membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya. Pola asuh yang menolak (rejection) dapat membuat anak merasa tidak diterima, tidak disayang, dikucilkan, bahkan merasa dibenci oleh orang tuanya. Dalam penelitian ini memfokuskan pada teori PAR (Parental Acceptanc5
Rejection Theory), yaitu pola asuh (acceptance) menerima anaknya dan pola asuh (rejection) menolak ananknya. Dengan demikian konsep diri serta pola asuh orang tua yang dimiliki anak berpengaruh bagi kelangsungan hidup seorang anak tersebut terutama dalam dunia pendidikan. Jika seorang anak mempunyai konsep diri yang salah, maka anak itu akan membawa konsep tersebut hingga dewasa, yang nantinya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anak di sekolah. Disamping itu pula sebuah pola asuh yang diterapkan dalam keluarga sangat berperan penting bagi pendidikan serta hasil belajar yang diterima anak di sekolah. Berdasarkan uraian di atas serta banyaknya permasalahan yang muncul, maka dipandang perlu untuk meneliti adanya hubungan konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar SD Kelas II di Desa Banjar Ambengan, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: untuk mengetahui hubungan antara konsep diri terhadap hasil belajar siswa kelas II SD di Desa Banjar Ambengan dan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II SD di Desa Banjar Ambengan. Serta untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II SD di Desa Banjar Ambengan Kecamatan Banjar.
Desa Banjar Ambengan yang berjumlah 57 orang. Teknik yang digunakan adalah teknik sampling jenuh, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 57 orang. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kuesioner dan pencatatan dokumen. Dalam penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan, instrument yang digunkan adalah kuesioner konsep diri, kuesioner pola asuh orang tua dan pencatatan dokumen. Kuesioner konsep diri ini dibuat sendiri berdasarkan teori Hultt (dalam Artatik, 2010) yang terdiri dari aspek konsep diri akademik, konsep diri sosial dan konsep diri fisik, yang berguna untuk mengukur sejauh mana konsep diri yang dimiliki siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Jumlah item kuesioner ini awalnya yaitu 30 item, setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka jumlah item kuesioner konsep diri yaitu 22 item. Kuesioner yang digunakan dalam mengukur konsep diri ini menggunakan kuesioner pola Likert. Kuesioner pola asuh orang tua ini dibuat sendiri berdasarkan teori PAR (dalam Wibowo, 2016) yang terdiri dari aspek pola asuh acceptance (menerima) dan pola asuh rejection (menolak), yang berguna untuk mengukur sejauh mana hubungan pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Jumlah item kuesioner ini awalnya yaitu 30 item, setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka jumlah item kuesioner pola asuh orang tua yaitu 25 item. Kuesioner yang digunakan dalam mengukur pola asuh orang tua ini menggunakan kuesioner pola Likert. Pencatatan dokumen ini digunakan untuk meakukan pengumpulan data terhadap hasil belajar siswa kelas II. Untuk memeroleh skor atau nilai dari variabel terikat (Y) dilakukan perhitungan nilai ulangan akhir semester genap. Dalam melakukan analisis data dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang dilakukan yakni: (1) tahap analisis deskriptif data, (2) tahap pengujian persyaratan analisis, (3) tahapan pengujian hipotesis. (1) Analisis deskriptif dilakukan untuk
METODE Penelitian ini merupakan penelitian Expost-facto, karena upaya pendekatan terhadap gelaja penelitian dilakukan secara wajar apa adanya tanpa melakukan manipulasi terhadap gelajara yang diteliti. Secara sederhana penelitian expost-fakto menunjuk pada perlakukan atau manipulasi variabel bebas (variabel zX) sudah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD di 6
mengetahui tinggi rendahnya konsep diri, pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Data yang telah diperolah dari penelitian dideskripsikan menurut masing-masing variabel, yaitu skor variabel konsep diri (X1), skor variabel pola asuh orang tua(X2), dan hasil belajar kelas II(Y). selanjutnya dicari harga rerata (M), standar deviasi (SD), modus (Mo) dan median (Me) setiap variabel yang diteliti. (2) uji prasyarat analisis ini akan diadakan analisis untuk menguji normalitas sebaran data, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS, dengan kriteria jika p (probabilitas frekuensi) < 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika p > 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. Uji linearitas data dan keberartian regresi, Kriteria yang digunakan adalah: (1) uji liniearitas, jika F hitung < F Tabel, maka dinyatakan bahwa bentuk regresinya tidak linier, dan sebaliknya jika F hitung > F Tabel, maka dinyatakan bahwa bentuk regresinya linier, (2) uji keberartian arah
regresi, jika F hitung > F Tabel maka arah regresinya dinyatakan berarti, dan sebaliknya jika F hitung < F Tabel dinyatakan bahwa arah regresinya tidak berarti. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS, dan uji multikolinearitas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dan patokan nilai VIF (varians inflation factor) serta koefisien korelasi antar variabel bebas. (3) pengujian hipotesis dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil penelitian memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varian, skor minimum, skor maksimum dan rentangan dari data konsep diri, pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa kelas II. Hasilnya disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Konsep Diri (X1), Pola Asuh Orang Tua (X2) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II(Y) di Desa Banjar Ambengan Variabel Statistik
Konsep Diri
Pola Asuh Orang Tua
Hasil Belajar Siswa Kelas II
N Rata-rata
57 80,73
57 92,09
57 81,23
Median Modus Simpangan Baku Varians Rentangan Minimun Maksimum
76,72 69,03 0,98 0,97 45 106 62
93,23 85,08 0,73 0,54 39 73 111
85,67 94,3 1,04 1,01 38 60 97
Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Liliefors Significance Correction) yang dikenakan terhadap skor
Hasil Belajar Siswa Kelas II (Y), Konsep Diri (X1) dan Pola Asuh Orang Tua (X2). Diperoleh hasil sebagai berikut tersedia pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) pada Taraf Signifikansi α=0,05 Variabel K-S Sig. Keterangan
7
Hasil Belajar Kelas II Konsep Diri
Siswa
Pola Asuh Orang Tua
1,087
0,188
Normal
0,893
0,402
Normal
0,576
0,894
Normal
Berdasarkan Tabel 3 nilai probabilitas untuk semua variabel di atas 0,05 (hasil belajar kelas II sebesar 0,188, konsep diri sebesar 0,402, dan pola asuh orang tua sebesar 0,894). Ini berarti skor hasil belajar siswa kelas II, konsep diri dan pola asuh orang tua di Desa Banjar Ambengan berdistribusi normal. Uji linearitas garis regresi dimaksudkan untuk mengetahui keberartian koefisien arah regresi dari model linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian liniaritas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Hasil analisis uji linieritas garis regresi menunjukan bahwa untuk semua hubungan variabel, Linierity dibawah 0,05(p<0,05) yaitu X1Y sebesar 0,002 dan X2Y sebesar 0,031. Dengan demikian, hubungan antara konsep diri, pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan mempunyai hubungan yang linear, sehingga dapat disintesiskan bahwa analisis uji regresi dapat dilanjutkan. Selanjutnya dilihat apakah koefisien arah regresi berarti atau tidak. Uji ini dilakukan untuk menaksir apakah ada hubungan yang berarti antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan hasil uji keberartian regresi diketahui nilai probabilitas linierity untuk semua pasangan variabel bebas dan variabel terikat lebih besar dari 0,05(p>0,05) yaitu X1Y=0,104 dan X2Y= 0,968. Hal ini berarti koefisien arah regresi berarti. Dengan kata lain, terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel bebas dan terikat. Uji multikolineritas dikenakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan korelasi yang cukup tinggi antar variabel bebas yaitu skor konsep diri (X1), dan pola asuh orang tua (X2). Jika nilai VIF di sekitar angka 1 atau memiliki toleransi mendekati
1, maka dikatakan tidak terjadi masalah multikolineritas. Setelah diadakan analisis dengan SPSS terlihat bahwa nilai VIF antara variabel konsep diri terhadap hasil belajar siswa adalah 1,006 dan variabel pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa adalah 1,006, dari hasil analisis diatas, nilai VIF dan Tolerance mendekati 1, hal ini berarti seluruh data bebas dari gejala multikolineritas dan memenuhi uji prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis pertama alternatif (Ha) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan konsep diri terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Hipotesis pertama nihil (Ho) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan konsep diri terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Uji hipotesis pertama dilakukan dengan teknik regresi sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil perhitungan didapat koefisien korelasi R sebesar 0,372 yang berarti memiliki nilai korelasi hubungan cukup kuat antara konsep diri terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Untuk mengetahui koefisien korelasi X1Y signifikan maka dilakukan analisis perhitungan, diperoleh rhitung>rtabel atau 0,372 lebih besar daripada 0,05, sehingga nilai rhitung signifikan. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disintesiskan bahwa korelasi antara X1 dan Y adalah signifikan. Dengan kata lain bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Berdasarkan perhitungan didapatkan kontribusi sumbangan variabel sebesar 13,8 %. Hipotesis kedua alternatif (Ha) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di 8
Desa Banjar Ambengan. Hipotesis kedua nihil (Ho) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan teknik regresi sederhana, dengan bantuan SPSS. Dari hasil perhitungan didapat koefisien korelasi R sebesar 0,329 yang berarti memiliki nilai korelasi hubungan yang cukup kuat antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan, untuk mengetahui koefisien korelasi X2Y signifikan maka dilakukan analisis perhitungan Berdasarkan perhitungan, diperoleh rhitung > rtabel atau 0,329 lebih besar dari pada taraf signifikansi 0,05, sehingga rhitung signifikan. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disintesiskan bahwa korelasi X2 dan Y adalah signifikan dan terdapat hubungan yang positif pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Berdasarkan perhitungan didapatkan kontribusi sumbangan variabel sebesar 10,8%. Hipotesis ketiga alternatif (Ha) menyatakan bahwa secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan teknik regresi ganda yang dilanjutkan mencari korelasi berganda dan kemudian dilakukan uji signifikansi R dengan rumus F. Berdasarkan hasil perhitungan didapat koefisien korelasi secara bersamasama antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas II di Desa Banjar Ambengan sebesar 0,479 yang berarti memiliki korelasi atau hubungan cukup kuat, untuk mengetahui koefisien ini signifikan atau tidak, maka dilakukan uji F. Dari perhitungan didapat nilai Fhitung sebesar 8,042. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel, pada Tabel didapat nilai kritis sebesar 3,15 untuk dk penyebut = 54 dan dk pembilang = 2 pada taraf kesalahan 5%. Karena nilai Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel maka dapat disintesikan bahwa korelasi X1 dan X2
terhadap Y adalah signifikan. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti hipotesis penelitian (Ha) diterima. Secara bersama-sama kedua variabel tersebut memiliki sumbangan variabel kontribusi sebesar 0,230 atau 23,0%. Adanya hubungan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa tidak luput dari faktor yang memengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memengaruhi hasil belajar ialah konsep diri. Terlihat bahwa konsep diri yang dimiliki siswa sudah mengarah pada konsep diri yang positif dengan demikian hasil belajar yang diperoleh cukup baik. Melalui konsep diri siswa bercermin untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri serta nantinya dapat menentukan perasaan siswa dalam merespon untuk melakukan sesuatu. Temuan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hendra (dalam Budiarnawan, 2014: 3) menyatakan “konsep diri berkaitan dengan apa yang siswa rasakan seperti gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, dan perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri, meliputi kemampuan, karakteristik diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri”. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja yaitu konsep diri, melainkan juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pola asuh orang tua. Dapat terlihat bahwa setiap orang tua tentu memiliki pola asuh yang diterapkan dirumah, adapun jenis-jenis pola asuh yang sering diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh menerima (acceptance) anaknya atau pola asuh menolak (rejection) anaknya. Seperti yang dikemukakan Rohner (dalam Wibowo, 2016: 42) menggunakan teori PAR (Parental Acceptanc-Rejection Theory) yang menyimpulkan bahwa “pola asuh orang tua, baik yang menerima (acceptance) atau yang menolak (rejection) anaknya, akan mempengaruhi pekembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa kelak”. Berdasarkan paparan tersebut, Faktor lain yang mempengaruhi hasil 9
belajar siswa adalah pola asuh orang tua. Dengan demikian kontribusi konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar SD kelas II di Desa Banjar Ambengan dapat disimpulkan kedua faktor tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap hasil belajar siswa. Artinya, semakin positif konsep diri yang dimiliki anak serta semakin orang tua menerapkan pola asuh yang menerima anaknya maka hasil belajar siswa akan lebih optimal. Temuan dalam penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Budiarnawan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada. Hal ini mencerminkan konsep diri yang dimiliki siswa sudah terbentuk dengan baik begitu juga dengan pola asuh orang tua telah mengarah pada perkembangan yang baik sehingga mampu memeroleh hasil belajar yang baik pula. Melalui paparan tersebut, dapat dijadikan salah satu alternative sebagai upaya dalam mengembangkan konsep diri yang positif dan mengembangkan pola asuh orang tua yang menerima (acceptance) anaknya. Mengembangkan konsep diri dalam diri siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu percaya pada kemampuan sendiri, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, dan bersikap tenang dalam segala hal. Dengan pola asuh yang tepat, maka perkembangan anak akan dapat tumbuh dengan optimal, cara untuk mengembangkan pola asuh orang tua yang menerima (acceptance) anaknya bisa dimulai dari cara mendidik, membimbing dan pengasuhan anak dirumah. Bagi guru, untuk mengembangkan konsep diri dan pola asuh orang tua, dengan cara lebih memerhatikan orang tua dalam menerapkan pola asuh yang diterapkan dirumahnya, secara tidak langsung konsep diri siswa akan mengarah pada konsep diri yang positif.
Banjar Ambengan, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,372, nilai probabilitas 0,004 dan sumbangan variabel kontribusi sebesar 13,8%. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar SD kelas II di Desa Banjar Ambengan, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,329, nilai probabilitas 0,013 dan sumbangan variabel kontribusi sebesar 10,8%. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar SD kelas II di Desa Banjar Ambengan, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,479, nilai probabilitas 0,001 dan sumbangan variabel kontribusi sebesar 23,0%. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Orang tua siswa diharapkan selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anak dan memberikan bimbingan kepada anak, sehingga anak memiliki konsep diri yang positif dan memperoleh hasil belajar yang baik, karena keberhasilan siswa dalam belajar sangat bergantung dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Sehingga harapan siswa dan orang tua dapat terwujud. (2) Siswa disarankan supaya tetap menanamkan konsep diri yang positif, baik di dalam maupun di luar sekolah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih optimal. (3) Guru disarankan hendaknya berusaha untuk mengetahui jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dan meningkatkan bimbingan kepada siswa agar memiiki konsep diri yang baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. (4) Kepala sekolah disarankan untuk dapat memberikan kebijakan dan masukan kepada pihak sekolah untuk memperhatikan pola asuh yang diterapkan kepada siswa sehingga konsep diri siswa membaik dan hasil belajar siswa lebih optimal. (5) Peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan pembuktian-pembuktian lebih mendalam dengan mengambil populasi dan sampel yang lebih besar.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri terhadap hasil belajar SD kelas II di Desa
DAFTAR RUJUKAN
10
Agung, A. A. (2016). Statistika Dasar Untuk Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Tabanan Tahun Pelajaran 2012/2013". Program Studi Administrasi Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4 (hlm 6).
Agung, A. A. (2015). Statistika Inferensial Disertai Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Aunurrahman. (2013). Pembelajaran. ALFABETA.
Belajar dan Bandung:
Faizal, M. (2015). Membangun Indonesia Yang Kuat Dari Keluarga "Indonesia Strong From Home". Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang, Volume 1, Nomor 1 (hlm 68).
Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Cetakan Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Ruhimat, T. (2012). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Aziz. S. (2015). Pendidikan Keluarga Konsep dan Strategi. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Gava Media. Budiarnawan, A. (2014). "Hubungan Antara Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Desa Selat". Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2, Nomor 1 (hlm 2--3).
Ulfiani Rahman, M. A. (2015). "Hubungan Antara Pola Asuh Permesif Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa". Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Volume 2, Nomor 1 (hlm 121).
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Wibowo, A. (2016). "Hubungan Lingkungan Kampus, Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta". Universitas Negeri Jakarta, Volume 16, Nomor 1 (hlm 41--42).
Suputra, E. (2013). "Kontribusi Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar, dan Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar
Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Dahar, W. R. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
11