Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIOPATIK PADA SISWA KELAS X DI SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA Yoga1, Wiyani2, Indriani3 INTISARI Latar Belakang : Siswa termasuk kedalam rentang usia remaja. Siswa dalam usia remaja merupakan masa mengembangkan identitas diri, jika gagal maka siswa akan mengembangkan perilaku menyimpang. Pada masa perkembangannya siswa (remaja) akan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan studi pendahuluan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta diketahui 10 dari 15 siswa pernah membolos dan 14 siswa dari 15 siswa mengatakan orang tua mereka tidak memberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan. Tujuan Penelitian : Diketahuainya Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Sosiopatik Pada Siswa Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan deskristif korelasional non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta berjumlah 105 orang. Data diambil menggunakan teknik Cluster Sampling dengan responden berjumlah 88 orang. Diolah dan dianalisis menggunakan analisis Chi Square dengan α=0,05 dan analisa keeratan menggunakan koefisiensi kontingensi. Hasil : Mayoritas pola asuh orang tua yang diterapkan masuk kedalam kategori pola asuh otoriter (53,4%) dengan perilaku sosiopatik mayoritas kedalam kategori perilaku sosiopatik biasa (63,6%). Hasil analisis diperoleh p value=0,01, dengan keeratan kategori rendah (koefisiensi kotingensi 0,35). Kesimpulan : Ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Kata Kunci : Pola asuh, Perilaku Sosiopatik, Siswa 1
Alumni mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Dosen Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 3 Dosen Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
CORRELATION BETWEEN PARENTING PARENTS WITH SOCIOPATHIC BEHAVIOR OF STUDENT IN TENTH GRADE IN SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA Yoga1, Wiyani2, Indriani3 ABSTRACT Background: Students are included into the adolescent age range. Students in adolescence is a period of developing a self-identity, if it fails then the student will develop deviant behavior. During the development of students (teenagers) will be influenced by many factors one of which is parenting parents. Based on preliminary studies in SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, 10 of 15 known the students ever truanted and 14 students from 15 said their parents do not give the freedom to do the activities. Objective: To identify correlation between Parenting Parents with Sociopathic Behavior of students in tenth grade in SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Methods: This study was a non-experimental deskristive correlation with cross-sectional design. Population of the study consisted of students in tenth grade in SMK BOPKRI 1 Yogyakarta totaled 105 people. The data were taken using a cluster sampling technique with respondents amounted to 88 peoples. Processed and analyzed using Chi Square analysis with α = 0.05 and analysis of closeness of correlation using the contingency coefficient. Results: The majority of parenting parents who applied in the category of authoritarian parenting (53.4%) with the majority sociopathic behavior in categories of sosiopatik usual behavior (63.6%). The results of the analysis obtained p value = 0.01, with the closeness in low category (kotingensi coefficient 0.35). Conclusion: There was correlation between parenting parents with sociopathic behaviors of students tenth grade in SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Keywords: Parenting, Sociopathic Behavior, Student 1
Nursing Students of Respati University Yogyakarta. The Lecturer Respati University of Yogyakarta 3 The Lecturer Respati University of Yogyakarta 2
PENDAHULUAN
ilmu sebagai siswa(2). Siswa adalah murid
Periode pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak ia lahir, tahun pertama, kedua hingga seterusnya. Salah satu periode yang akan dilewati oleh manusia
adalah periode
peralihan dan
perubahan, dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu fase remaja(1). Ada tiga fase-fase remaja berdasarkan rentang usianya, yaitu fase remaja awal (12-14), fase remaja tengah (15-17) dan fase remaja akhir (18-21) dan dalam fase ini juga merupakan masa dimana anak menuntut
(terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah), pelajar - untuk tingkat SMA(3). Oleh karena itu siswa SMA dalam tahap
perkembangannya
digolongkan
sebagai masa remaja. Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence
berasal
dari
bahasa
latin
adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Dalam artian luas adolescere
mencangkup
kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja apabila gagal dalam mengembangkan rasa identitas
maka
remaja
tersebut
akan
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
kehilangan arah, dampaknya mereka akan
15 siswa kelas XI secara acak, dengan
mengembangkan
menyimpang
komposisi 7 orang siswa dan 8 orang siswi.
seperti melakukan kriminalitas atau menutup
Dari kuesioner tersebut didapatkan data 10
diri (mengisolasi diri) dari masyarakat dan
dari 15 siswa memberikan informasi bahwa
perilaku menyimpang ini disebut juga
pernah
perilaku
(4)
sebagai perilaku sosiopatik .
melakukan
membolos
di
jam
pelajaran bahkan pernah membolos sekolah,
Para kaum sosiolog mengemukakan
dan pernah merusak fasilitas umum, dan 14
perilaku sosiopatik adalah tingkah laku yang
dari 15 siswa didapatkan informasi bahwa
berbeda dan menyimpang dari kebiasaan
orang
serta norma umum, yang pada satu tempat
kebebasan
dan waktu tertentu sangat ditolak, sekalipun
semua harus mendapatkan izin dari orang
tingkah laku tersebut berada di lain waktu
tua. Data tersebut sesuai dengan apa yang
dan
dijelaskan oleh Guru Bimbingan Konseling
tempat
yang
bisa
diterima
oleh
(5)
tua
mereka dalam
melakukan
kasus perilaku sosiopatik di tahun 2013 yang
Yogyakarta setiap tahunnya ada kejadian
diakibatkan dari pola asuh permisif dari
membolos sekolah, merokok di jam istirahat
orang tua adalah kasus cabe-cabean yang
dan melanggar aturan sekolah yang telah
melibatkan para remaja putri. Kasus cabe-
ditetapkan seperti tidak memakai kaos kaki,
cabean adalah istilah yang disandangkan
baju dikeluarkan, rambut siswi yang panjang
kepada remaja putri (ABG) usia SMP dan
tidak diikat dan
SMA yang terlibat dalam pergaulan malam
Bimbingan Konseling mengatakan untuk
Ketepatan
BOPKRI
1
rambut diwarnai. Guru
tindakan penyimpangan perilaku dari norma
asuh
memberikan
yang ada, setiap anak yang melanggar aturan
terhadap
kematangan
pihak sekolah akan memberikan sanksi,
perkembangan sosial. Kesalahan orang tua
mulai dari teguran, pernyataan lisan dan
dalam
dapat
tertulis, sampai dengan pemanggilan orang
mengakibatkan anak bertindak sehendak
tua siswa. Dari hasil studi pendahuluan
hati, tidak mampu mengendalikan diri, pola
tersebut peneliti menemukan kesenjangan,
hidup bebas bahkan nyaris tanpa aturan dan
bahwa ada siswa yang melanggar aturan-
(7)
akibat buruk lainnya . Pembahasan di atas
aturan yang ada baik di lingkungan sekolah
dapat menunjukkan, bahwa pola asuh orang
maupun diluar lingkungan sekolah namun
tua
dalam
mereka masih ada dalam kontrol orang tua
memberikan pengaruhnya terhadap proses
(demokratif), maka peneliti tertarik untuk
pembentukan perilaku anak, dalam hal ini
meneliti lebih lanjut mengenai hubungan
peneliti
pola asuh orang tua dengan perilaku
pengaruh
pola
SMK
kegiatan,
bahwa
terutama di seputar balapan liar dijalanan .
di
memberikan
masyarakat lainnya . Salah satu contoh
(6)
siswa
tidak
besar
menerapkan
memiliki
pola
peran
mengambil
asuh
penting
SMK
BOPKRI
1
Yogyakarta sebagai tempat penelitian.
sosiopatik pada siswa kelas X di SMK
Peneliti melakukan studi pendahuluan di SMK
BOPKRI
1
Yogyakarta
BOPKRI 1Yogyakarta.
berupa
pengambilan data dengan kuesioner kepada
TUJUAN
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
1. Tujuan Umum.
ISSN : 2088 - 8872
Kriteria inklusi pada penelitian ini, adalah :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan
a.
pola asuh orang tua dengan perilaku
Siswa kelas X yang bersekolah di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
sosiopatik pada siswa kelas X di SMK
b.
BOPKRI 1 Yogyakarta.
Kriteria ekslusi pada penelitian ini, adalah :
2. Tujuan Khusus.
a.
a. Diketahui pola asuh orang tua pada siswa
Bersedia menjadi responden.
Siswa tidak hadir/izin saat pengambilan data.
kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
b. Diketahui perilaku sosiopatik pada siswa
kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas
kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. c. Diketahui
sejauh
mana
dan
reliabilitas
dengan
bantuan
keeratan
komputerisasi menggunakan rumus Pearson
hubungan pola asuh orang tua dengan
Product Moment untuk uji validitas dan
perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di
rumus
SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
reliabilitas. Uji statistik yang digunakan
Alpha
Croanbach
untuk
uji
pada penelitian ini adalah uji statistik Chi
METODE PENELITIAN
square.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei 2014 di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang tercatat masih duduk di kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, pada tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi kelas X yaitu 105 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik Cluster Sampling berjumlah 88 siswa, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
HASIL PENELITIAN Hasil
yang
didapat
pada
penelitia
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perilaku Sosiopatik Pada Siswa Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
Tabel 4.2. Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta (n=88). Pola Asuh Otoriter Demokratis Permisif Total
Frekuensi 47 32 9 88
Sumber: Data primer diolah 2014
Presentase % 53,4 36,4 10,2 100
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 4.1 Krakteristik Orang Tua Siswa Kelas X berdasarkan Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu, Usia Ayah dan Usia Ibu di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. No 1
2
3
4
Karakteristik Pekerjaan Ayah Buruh Pendeta Petani PNS Swasta Wiraswasta Jumlah Pekerjaan Ibu Buruh IRT Pedeta Petani PNS Swasta Wiraswasta Jumlah Usia Ayah Dewasa Dini Dewasa Madya Dewasa Lanjut Jumlah Usia Ibu Dewasa Dini Dewasa Madya Dewasa Lanjut Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
19 2 2 7 16 42 88
21.6 2.3 2.3 8.0 18.2 47.7 100
6 48 2 2 7 6 17 88
6.8 54.5 2.3 2.3 8.0 6.8 19.3 100
16 70 2 88
18,2 79,5 0,3 100
51 36 1 88
58 40,9 1,1 100
Sumber: Data primer diolah 2014. Tabel 4.3. Perilaku Sosiopatik Pada Siswa Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta (n=88) Perilaku Sosiopatik Biasa Khusus Kriminal/pidana Total
Frekuensi 56 13 19 88
Persentase % 63.6 14.8 21.6 100
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 4.4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Sosiopatik Pada Siswa Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Perilaku sosiopatik Menjuruskr Biasa Khusus iminal/ pidana
Pola asuh
Total
2
F
%
F
%
F
%
f
%
Otoriter
32
36,4
8
9,1
7
8,0
47
53,4
Demokratis Permisif
22 2
25 2,3
4 1
6 6
36,4 10,2
56
63,6
13
6,8 6,8 21, 6
32 9
Total
4,5 1,1 14, 7
88
100
Sumber: Data primer diolah 2014.
19
P
12,62
0, 01
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
PEMBAHASAN
terdahulu dianggap baik untuk diterapkan kepada
1. Pola asuh orang tua siswa kelas X di SMK
anaknya, maka orang tua akan menerapkan pola
BOPKRI 1 Yogyakarta.
asuh yang sama seperti yang mereka terima
Hasil analisis data penelitian ini diketahui pola
terdahulu(12). Didukung juga oleh Supartini (2004)
asuh orang tua pada siswa kelas X di SMK
yang menyebutkan bahwa penerapan pola asuh
BOPKRI 1 Yogyakarta mayoritasnya adalah pola
pada anak dapat dipengaruhi oleh pengalaman
asuh
orang tua sebelum mengasuh anak(10).
otoriter
(53,4%).
Hasil
penelitian
ini
mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian yang
Orang tua dalam penerapan pola asuh pada
dilakukan oleh Murtiyani (2011) bahwa pola asuh
anak juga tidak terlepas pada faktor status sosial
orang tua yang diterapkan pada remaja di RW V
ekonomi
Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo sebagian
didapatkan sebagian besar pekerjaan ayah pada
besar masuk kedalam kategori pola asuh otoriter (8).
siswa kelas X adalah wiraswasta (47,7%), buruh
Namun hasil penelitian ini juga memiliki perbedaan
(21,6%), swasta (18,2%), PNS (8%), pendeta
dengan hasil penelitian Wahyuni (2012) yang
(2,3%) dan petani (2,3%). Untuk karakteristik
dimana diketahui pola asuh orang tua pada remaja
pekerjaan ibu, mayoritas pekerjaan ibu siswa kelas
kelas X usia 15-16 tahun di SMA N 1 Payangan,
X adalah sebagai ibu rumah tangga (54,5%),
Gianyar,
kedalam
kemudian wiraswasta (19,3%), PNS (8%), swasta
kategori pola asuh demokratis(9). Dilihat dari
(6,8%), buruh (6,8%), pendeta (2,3%) dan petani
perbedaan penerapan pola asuh orang tua tersebut
(2,3%). Ada keterkaitan antara status sosial dan
pasti ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
ekonomi dengan cara orang tua dalam mengasuh
pemberian pola asuh, diantaranya ada perbedaan
anak, dimana keluarga dengan status ekonomi kelas
tingkat pendidikan orang tua, usia orang tua,
menengah ke bawah cenderung lebih keras dalam
keterlibatan ayah, pengalaman
pengasuhan dan sering menggunakan hukuman
sebelum mengasuh anak, stress orang tua dan
fisik dalam mengasuh anaknya. Sedangkan untuk
hubungan suami istri(10).
orang tua dengan kelas ekonomi menengah atau
Bali
mayoritasnya
masuk
Pola asuh otoriter yaitu orang tua yang
sedang
mereka(13).
keatas
lebih
Dari
hasil
cenderung
karakteritik
memberikan
menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa bantahan
pengawasan dan perhatian sebagai orang tua dan
dari anak. Orang tua dalam tipe ini berusaha
menerapkan kontrol lebih halus(14).
membuat anak mematuhi set standar perilaku dan
Pengaruh sosial ekonomi pada peran pola asuh
menghukum anak secara tegas jika melanggar(11).
orang tua karena keluarga dengan status sosial
Hal ini sesuai dengan hasil dari studi pendahuluan
ekonomi rendah biasanya mengalami tekanan
pada siswa kelas XI di SMK BOPKRI 1
dalam hal ekonomi sehingga mempengaruhi fungsi
Yogyakarta, bahwa 14 dari 15 siswa tidak
keluarga, dengan kondisi seperti itu orang tua
diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan,
sering mengalami stress dan depresi dan yang
semuanya harus mendapatkan izin dari orang tua
mengakibatkan sifat yang otoriter terhadap anak(15).
mereka. Penerapan pola pengasuhan seperti ini
Sejalan dengan Supartini bahwa dalam peran
dapat disebabkan karena adanya pengalaman di
pengasuhan ada faktor yang mempengaruhi yaitu
masa lalu. Hal ini didukung dengan pernyataan dari
stress orang tua(10).
Rahni (2010) bahwa pola asuh yang diterimanya
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
pendampingan dari orang tua ketika di rumah.
bahwa pola asuh merupakan suatu tindakan atau
Orang tua perlu untuk mengawasi dan mengontrol
interaksi orang tua dengan anak-anaknya dengan
lingkungan pergaulan anaknya agar tidak masuk
memberikan perhatian, peraturan, disiplin, serta
pada lingkungan pergaulan yang kurang baik,
hadiah atau hukuman. Pola asuh orang tua sangat
sesuai bahwa faktor eksternal mempunyai peran
berkaitan dengan pola asuh orang tua sebelumnya,
dalam perjalanan pembentukan perilaku sosial anak
status sosial ekonomi, usia orang tua.
yaitu
2. Perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di SMK
pembahasan mengenai perilaku sosiopatik peneliti
lingkungan
keluarga(16).
sosial
Dari
menyimpulkan bahwa perilaku sosiopatik adalah
BOPKRI 1 Yogyakarta. diketahui
bentuk tindakan atau aktivitas siswa dalam
mayoritas perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
SMK BOPKRI 1 Yogyakarta mayoritas ke kategori
norma atau aturan yang ada di lingkungan
perilaku
sekitarnya. Perilaku sosiopatik berkaitan dengan
Hasil
analisis
data
sosiopatik
penelitian
biasa
(63,6%).
Perilaku
sosiopatik adalah tingkah laku yang berbeda dan
stimulus
menyimpang dari kebiasaan serta norma umum,
pergaulan (pengaruh kawan sepermainan) dan
yang pada satu tempat dan waktu tertentu sangat
lingkungan sosial keluarga.
ditolak, sekalipun tingkah laku tersebut berada di
3. Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
lain waktu dan tempat yang bisa diterima oleh
sosiopatik pada siswa kelas X di SMK BOPKRI
(5)
atau
rangsangan
dari
lingkungan
masyarakat lainnya . Perilaku sosiopatik biasa
1 Yogyakarta.
merupakan istilah untuk perilaku-perilaku yang
Hasil analisis membuktikan ada hubungan pola
menjadi masalah atau merugikan dan destruktif
asuh orang tua dengan perilaku sosiopatik pada
bagi orang lain, akan tetapi tidak merasa merugikan
siswa kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta (p
diri sendiri. Perilaku sosiopatik biasa diantaranya
value=0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa pola
adalah membolos, berkelahi, keluyuran, merokok,
asuh yang diterapkan oleh orang tua mempunyai
suka
menyendiri
dan
menipu
(16)
.
Perilaku
peran dalam terbentuknya perilaku sosiopatik pada
sosiopatik biasa pada siswa juga disebabkan karena
siswa. Pola asuh yang kurang tepat dan tidak
sebagai remaja, siswa sedang mencari identitas diri.
mampu
Remaja selalu ingin diakui eksistensinya dan
menyebabkan
mereka mempunyai kebutuhan untuk diterima
melakukan perilaku sosiopatik.
dalam kelompok sehingga remaja akan cenderung
mengontrol
pergaulan
anak
menjadi
anak
dapat
terpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
mengikuti aturan main yang ada dalam kelompok
sebagian
termasuk untuk melakukan perilaku-perilaku yang
pengasuhan otoriter dan mempunyai perilaku
menyimpang seperti membolos, merokok ataupun
sosiopatik biasa (36,4%). Pola asuh otoriter
berkelahi. Hal ini didukung pendapat dari Ali
membuat adanya jarak antara orang tua dengan
(2011) menyebutkan remaja apabila gagal dalam
anak dan kurang hangat dibanding dengan orang
mengembangkan
remaja
tua tipe lainnya, dimana hal ini membuat anak
tersebut akan kehilangan arah, dampaknya mereka
cenderung melakukan perilaku - perilaku yang
rasa
identitas
maka
(4)
Siswa dalam tahap perkembangannya sebagai perlu
mendapatkan
pengawasan
siswa
mendapatkan
pola
menyimpang sebagai pelampiasan(11).
akan mengembangkan perilaku menyimpang .
remaja
besar
dan
Pada penelitian ini didapatkan karakteristik usia ibu siswa kelas X untuk mayoritas berada pada
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
usia
dewasa
dini
yaitu
58%,
sedangkan
ISSN : 2088 - 8872
otoriter dan pola asuh demokratis, dan pada
karakteristik usia orang tua siswa kelas X, dimana
perhitungan
usia ayah mayoritas berada pada usia dewasa
sosiopatik 56 dari 88 siswa melakukan perilaku
madya yaitu 79.5%. Usia dewasa dini (18-40
sosiopatik biasa, berarti terdapat siswa dari
tahun) merupakan usia reproduksi, terdapat peran
pengasuhan orang tua yang demokratis masuk
pada masa ini antara lain peran sebagai pasangan
kedalam jumlah siswa yang melakukan perilaku
hidup
selalu
sosiopatik biasa. Dari keeratan hubungan antara
memberikan waktu untuk mendidik dan merawat
dua variabel yang kategorinya rendah dan adanya
anak, namun berbeda halnya dengan usia madya
selisih yang dekat mengenai jumlah siswa dengan
(usia
pengasuhan otoriter dan pengasuhan demokratis
dan
sebagai
40-60
orang
tahun)
tua
disamping
yang
mengalami
dan
analisis
terbentuknya
perilaku
penurunan fisik, intelektual dan psikologis, pada
dapat
fase usia ini akan mengalami perbedaan fungsi
sosiopatik tidak hanya dipengaruhi oleh pola asuh
(1)
diartikan bahwa
univariat
perilaku
peran . Dari uraian tersebut jelas bahwa usia orang
saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain
tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak,
seperti usia orang tua, pendidikan orang tua,
karena setiap tahap perkembangan mempunyai
pengalaman sebelum menikah, stress yang dialami
peran masing-masing, semakin tua usia orang tua
orang tua, keterlibatan ayah dalam pemberian
maka perannya berbeda pula dari usia sebelumnya
pengasuhan dan hubungan suami istri antara kedua
dan semakin kecil perbedaan usia antara orang tua
orang tua(10), ditambah dengan adanya pengaruh
dan anak, maka semakin kecil pula perbedaan dan
eksternal dari individu (siswa/remaja) yaitu bisa
perubahan
dari pengaruh kawan sepermainan, lingkungan
budaya
dalam
kehidupan
mereka
sehingga akan membuat orang tua lebih memahami tentang anaknya.
Dari hasil tabulasi silang antara pola asuh orang
Siswa yang sedang pada masa peralihan sebagai remaja
tentunya
pendidikan dan penggunaan waktu(16).
memerlukan
tua dengan perilaku sosiopatik didapatkan bahwa
pengertian,
ketiga pola asuh tersebut menghasilkan siswa yang
pemahaman bisa berupa pola pengasuhan yang
melakukan perilaku sosiopatik yang menjurus
tepat dari orang tuanya. Peran perkembangan yang
kearah kriminal/pidana dengan selisih yang dekat,
harus diemban pada masa remaja adalah pencarian
kemudian dari data skoring pola asuh dapat dilihat
identitas dan jati dirinya. Pola pengasuhan yang
bahwa terdapat beberapa individu (siswa) yang
tidak tepat akan tidak mendukung perkembangan
mendapatkan hasil skoring yang sama dari ketiga
remaja tersebut dan nantinya akan membuat remaja
pola asuh, hal ini menandakan bahwa penerapan
(4)
kehilangan arah . Hasil penelitian ini juga
salah satu pola asuh oleh orang tua akan diketahui
nilai
menghasilkan individu yang terlepas dari perilaku
koefisien kontingensi sebesar 0,35. Hasil tersebut
sosiopatik dan tidak semua orang tua dalam
menunjukkan keeratan hubungan pola asuh orang
mengasuh anaknya murni hanya menggunakan satu
tua dengan perilaku sosiopatik pada siswa kelas X
pola asuh saja. Penjelasan ini didukung oleh Dariyo
di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta kategori rendah.
(2004) yang menyatakan bahwa ada yang namanya
Selain itu berdasarkan hasil penelitian ini juga
pola asuh situsional, dimana orang tua tidak hanya
dapat dilihat hasil perhitungan dan analisa univariat
menerapkan salah satu tipe pola asuh tertentu.
pola asuh orang tua, terdapat jumlah selisih yang
Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola
cukup dekat antara siswa yang mendapat pola asuh
asuh secara fleksibel, luwes dan disesuaikan
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat
Pihak sekolah dengan orang tua bersama-
(17)
itu
.
sama menciptakan pola asuh yang mendukung
Penelitian
ini
menghasilkan
nilai
yang
pembentukan
perilaku
yang
misalnya
value<0,05) yang berarti ada hubungan yang positif
memberikan pola asuh yang fleksibel, luwes
antara variabel bebas dan terikat, yang artinya
dan disesuaikan degan situasi dan kondisi yang
bahwa pola pengasuhan orang tua memiliki andil
berlangsung pada saat itu, agar nantinya
dalam terbentuknya perilaku sosiopatik, namun
perilaku menyimpang (sosiopatik) pada anak
masih ada faktor internal dan eksternal lainnya
bisa dicegah dan bahkan bisa di kendalikan.
mempengaruhi
terbentuknya
perilaku
2.
menerapkan
baik,
signifikan dan positif dimana nilai p-value 0,01 (p-
yang
dengan
siswa
atau
Bagi Institusi Pendidikan UNRIYO.
sosiopatik tersebut. Serta penerapan pola asuh yang
Sebagai tambahan dan sumber referensi
tepat tidaklah harus dengan penerapan satu pola
atau literatur berkaitan dengan pola asuh dan
asuh, pemberian ketiga bentuk pola asuh pada anak
perilaku sosiopatik pada siswa remaja yang
baik itu pola asuh demokratis, permisif maupun
dijadika bahan ajar untuk dosen dan bisa
otoriter bisa diterapkan dan disesuaikan dengan
dijadikan bahan pendidikan kesehatan saat
situasi dan kondisi yang terjadi.
dilapangan oleh kalangan mahasiswa. 3.
KESIMPULAN
Bagi Penelitian Selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu
Berdasarkan analisis data penelitian yang telah
untuk mengembangkan penelitian dengan tema
dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini
yang sama atau bisa dengan menambahkan
adalah sebagai berikut:
variabel faktor-faktor lain yang mempengaruhi
1.
Pola asuh orang tua pada siswa kelas X di
terbentuknya perilaku sosiopatik, faktor-faktor
SMK
yang tidak ikut diteliti pada penelitian ini maka
2.
BOPKRI 1 Yogyakarta mayoritas
kedalam kategori pola asuh otoriter (53,4%).
sebaiknya diikut sertakan dalam penelitian
Perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di SMK
selanjutnya.
BOPKRI 1 Yogyakarta mayoritas kedalam
3.
kategori perilaku sosiopatik biasa (63,6%).
DAFTAR PUSTAKA
Ada hubungan pola asuh orang tua dengan
1.
perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di SMK 2.
BOPKRI 1 Yogyakarta (p value=0,01). 4.
Keeratan hubungan pola asuh orang tua dengan
3.
perilaku sosiopatik pada siswa kelas X di SMK BOPKRI
1
Yogyakarta
kategori
rendah
(koefisien kontingensi sebesar 0,35).
4. 5.
SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran
6.
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1.
Bagi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. 7.
Hurlock,
E.B. 2012. Psikologi Perkembangan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga Gunarsa, S. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka Ali, M. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Akasara Kartono, K.Dr. (2013). Patologi Sosial (jilid 1). Jakarta: Rajawali Pers Irawan, Dhani. (2013). Internet.Orang Tua Yang Permisif Membuat Tren Cabe-cabean Menjamur. http://news.detik.com. 19 Desember 2013 Surbakti, M. (2009). Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
8.
9.
10. 11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Murtiyani, N. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Jurnal. Akademi Keperawatan Wahyuni, Kamesa. (2012). “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Emosional Remaja Kelas X (Usia 15-16) di SMA N 1 Payangan, Gianyar, Bali”. Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Papalia, D.E, Sally, W.O, Rust, D.F. (2009).Human Development: Perkembangan Manusia Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika Rahni, S. 2010. Hubungan PolaAsuh Orang Tua dan Peran Kelompok Sebaya Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SLTP Negeri 1 Gamping Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada Yogyakarta Nasution, H. (2012). Internet. Pola Asuh Orang Tua. Tersedia dalam: http://11006nh.blogspot.com/2012/06/poaasuh-orang-tua.html. 19 Desember 2013 Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mubarak, WI dan Chayatin N. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Fitriah, Ida. (2010). “Perilaku Sosiopatik pada Kalangan Mahasiswa Muslim Falkutas Ilmu Sosial dan Humaniora di Universitas Islam Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Islam Yogyakarta Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia
ISSN : 2088 - 8872