JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF JAKARTA Muhammad Nurwahidin Prodi Teknik Grafika Politeknik Negeri Media Kreatif e-mail :
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia Jakarta. Untuk mengungkap data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data angket dan observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 22. Untuk mengukur variabel pola asuh orang tua peneliti akan menggunakan indikator kesempatan berpendapat, hukuman bila salah, pujian jika benar, membimbing, dan menjelaskan alasan secara rasional. Sedangkan untuk mengukur variabel kemandirian peneliti akan menggunakan indikator kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, disiplin dan pandai bergaul. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa PoliMedia. Penelitian ini menggunakan tekhnik cluster random sampling. Dari sepuluh program studi yang ada di PoliMedia terpilihlah program studi Teknik Kemasan sebagai sampelnya. Jumlah responden ada 50 mahasiswa. Hasil penelitian ini adalah rata-rata responden memiliki tingkat pola asuh, Mean = 47,98 dan SD = 2,045. Responden memiliki kemandirian, Mean = 69,94 dan SD = 3,100. Karena semua nilai Mean berada di atas sedikit nilai tengah atau Median 48,0 untuk pola asuh dan 69,50 untuk kemandirian maka responden memiliki pola asuh dan kemandirian yang baik. Selanjutnya ada hubungan antara variabel pola asuh demokratis dengan kemandirian mahasiswa PoliMedia walaupun korelasinya sangat rendah yaitu 0,187. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberi sumbangan bagi pentingnya pola asuh orang tua yang benar sehingga bisa meningkatkan dan mengembangkan kemandirian mahasiswa dengan sebenar-benarnya mandiri. Kata kunci : pola asuh, kemandirian, mahasiswa 1. PENDAHULUAN Sebagai kaum intelektual, mahasiswa mempunyai peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, sebagai agent of change, sebagai agen perubahan, mahaiswa dituntut untuk berfikir kritis. Mahasiswa sebagai garda terdepan memperjuangkan hak-hak rakyat, mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang
tergerus oleh sekelompok kecil kaumelit yang hanya mementingkan kepentingan sendiri atau kelompoknya. Harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas dan komitmen tinggi terhadap kemajuan bangsa. Kedua, sebagai kontrol sosial, mahasiswa sebagai penengah antara pemerintah dengan masyarakat. Mahasiswa
Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
54
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
juga menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah selain juga mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, yang dibuat untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Ketiga, sebagai iron stock, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki akhlak mulai, berkarakter dan beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kontek tersebut maka peran dan fungsi mahasiswa menjadi sangat penting di tengah-tengah masyarakat kita. Salah satu yang menjadi masalah penting bagi mahasiswa dalam kontek menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter adalah kemandirian dan pola asuh orang tua. Apabila mahasiswa dididik dan dirawat oleh orang tua dengan baik maka akan tumbuh dan berkembang menjadi baik, dan sebaliknya bila mahasiswa dididik dan dirawat dengan tidak baik oleh orang tuanya maka mahasiswapun akan tumbuh tidak baik. Orang tua menjadi figur idola mahasiswa yang paling dekat sejak mahasiswa berusia dini. Hal ini karena pendidik utama dan utama adalah orang tua (ibu dan bapak yang melahirkan). Profesor sosiologi Sophia Catsambis (Bagus, 2016) dari Queens College, dalam sebuah laporan tahun 1998, membahas bukti bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan pada tingkat sekolah tinggi memiliki efek positif pada perilaku siswa dan sikap terhadap sekolah, dan prestasi akademik. Dia juga menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak memberikan efek yang sangat signifikan, dan bukti yang dikumpulkan sejauh ini cukup menjanjikan. Keterlibatan orang tua di sekolah tinggi termasuk penataan waktu kapan saat mengerjakan PR sekolah, kapan membantu orang tua mengerjakan tugas sehari-hari dirumah dan keterlibatan siswa dalam kegiatan sekolah memberikan dampak yang jauh lebih positif.
Para peneliti di Vanderbilt University melihat keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak membuat mereka lebih bangga dan meningkatkan perasaan positif pada diri siswa. Mereka mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik, tetapi juga merasakan kebanggaan dan prestasi pribadi ketika mereka menyelesaikan tugas. Disini peran orang tua tidak hanya membantu secara teknikal menyelesaikan soal dari sekolah tetapi juga membangun psikologi anak. Dengan dampak positif yang dihasilkan oleh pendidikan yang melibatkan orang tua, maka Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak-anak tidak bisa kita abaikan lagi bahkan mungkin orang tua perlu pendidikan tambahan untuk keperluan ini. Keluarga adalah bagian yang paling awal dalam memberikan banyak perlakuan kepada anak. Keluarga juga peran yang sangat penting bagi anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di lingkungan keluarga. Besarnya peluang dan kesempatan interaksi dalam keluarga akan sangat memengaruhi perkembangan anak. Hurlock (dalam Tridhonanto, 2014) mengatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan memengaruhi sikap anak dan prilakunya. Sikap orang tua sangat menentukan hubungan keluarga sebab sekali hubungan terbentuk, ini cenderung bertahan. Hendaknya orang tua juga bisa memahami anak dengan baik dan mengenali sikap dan bakatnya yang unik, mengembangkan dan membina kepribadiannya tanpa memaksanya menjadi orang lain. Di dalam berkomunikasi pada anak sebaiknya tidak mengancam dan menghakimi tetapi dengan perkataan yang mengasihi atau memberi motivasi agar anak mencapai keberhasilan dalam pembentukan karakter anak. Pola asuh yang baik akan membuat anak tidak hanya cerdas dalam intelektual namun juga berkarakter. Sebab karakter sebagai kepribadian khusus yang menjadi Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
55
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
pendorong dan penggerak. Apabila orang tua keliru dalam menerapkan pola asuh, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan menambah buruk perilaku anak. Untuk itu bagi para orang tua demi terwujudnya keinginan itu diperlukan pola dalam mengasuh dan mendidik buah hati kita sebab hanya dengan pola yang terbaik dan cocok untuk karakter si anaklah yang akan membuahkan hasil. Lingkungan sosial juga mempengaruhi karakteristik anak. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua mempengaruhi pembentukan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya jauh sebelumnya benih-benihnya sudah ditanamtumbuhkan ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara anak sewaktu ia masih kecil bagaimana diajarkan cara makan, bagaimana cara menjaga kebersihan, berdisiplin, diajar cara main dan bergaul dengan anak lain. Itulah sebabnya pola asuh yang diterapkan orang tua sangat penting dalam membentuk kepribadian anak sejak kecil hingga dewasa. Dari sini bisa terlihat bahwa pola asuh orang tua sangat penting dalam meningkatkan perkembangan kemandirian anaknya. Kemandirian merupakan hal penting bagi perkembangan anak dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah. Di dalam kemandirian anak akan memiliki rasa percaya diri, mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, mampu mengerjakan tugasnya sendiri, dan bisa memecahkan masalah yang sedang dihadapinya secdiri. Dari semua yang telah di sebutkan, itu sangat dibutuhkan dalam kesiapan belajar anak di sekolah. Hasil dari observasi penulis mengenai kemandirian mahasiswa PoliMedia masih
kurang, itu terbukti masih adanya : (1) mahasiswa yang masih banyak tergantung kepada orang tua (2) mahasiswa kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri (3) mahasiswa bersikap egois (4) kurangnya rasa kerja keras atau usaha dalam menyelesaikan tugas (5) mahasiswa memiliki rasa disiplin yang rendah (6) mahasiswa tidak pernah puas dengan yang dimilikinya (Observasi Februari, 2016) Terdapat banyak faktor yang diduga sebagai penyebab kemandirian, diantaranya adalah: (1) orang tua yang mempunyai kekhawatiran yang berlebihan terhadap anaknya (2) orang tua yang selalu menuruti keinginan anaknya (3) orang tua yang terlalu memanjakan anaknya (4) orang tua yang selalu melayani semua kebutuhan anaknya (5) orang tua yang tidak memberikan anak untuk kebebasan dalam bergaul di lingkungannya (6) adanya hubungan pola asuh yang tidak baik atau sesuai. Oleh karena itu, saat ini orang tua sangat membutuhkan pengetahuan tentang pola asuh agar tidak terjadinya penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut mendorong Penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta”. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia Jakarta ? 2. Bagaimana pola asuh orang tua mahasiswa PoliMedia Jakarta ? 3. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
56
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
kemandirian mahasiswa PoliMedia Jakarta ? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan tersebut diatas maka tujuan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia. 2. Untuk mengetahui pola asuh orang tua mahasiswa PoliMedia Jakarta. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia Jakarta. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi atau masukan dan menambah kajian ilmu bagi dosen dan orang tua dalam menjadikan anak mandiri. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menyumbangkan pemikiran kepada: a. Mahasiswa Memperoleh pola asuh yang baik dari orangtua maupun guru, serta dapat menjadi mandiri. b. Dosen Dosen sebagai figur yang penting di Perguruan Tinggi bisa memberikan teknik menangani mahasiswa yang tidak mandiri dengan cara yang relevan dalam proses belajar mengajar dalam upaya memberikan pembelajaran secara kondusif.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Djamarah Bahri Syaiful : 2014) pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk atau struktur yang tetap, maka hal itu semakna dengan istilah kebiasaan. Asuh yang berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih) supaya dapat berdiri sendiri, memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Menurut Anggraeni Reni (2012) pola asuh merupakan sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, pola asuh adalah model, sistem dan cara kerja untuk menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, dan melatih anak agar bisa mandiri, tumbuh serta bekembang secara sehat dan optimal dan memiliki rasa percaya diri. b. Macam-Macam Pola Asuh Menurut Al. Tridhonanto (2014) secara umum pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pola asuh orang tua: 1) Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting) Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
57
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
dituruti, biasanya di barengi dengan ancaman-ancaman. Idris H. Meity (2012) menjelaskan ciri-ciri pola asuh otoriter sebagai berikut: a) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua. b) Pengontrolan orang tua terhadap prilaku anak sangat ketat. c) Anak hampir tidak pernah diberi pujian. d) Orang tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan aspek-aspek sebagai berikut: a) Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilihmilih orang yang menjadi temannya. b) Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog, mengeluh, dan mengemukakan pendapat. Anak harus mengikuti kehendak orang tua tanpa perduli keinginan dan kemampuan anak. c) Orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuai dengan keinginan anak. d) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dalam bertindak dan menyelesaikan masalah. e) Orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
f) Orang tua menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus bertanggung jawab. 2) Pola asuh permisif (Permissive Parenting) Pola asuh ini kebalikan dari pola asuh otoriter dalam pola asuh permisif orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pengawasan yang cukup darinya. Adapun kecenderungan orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang di berikan oleh mereka. Menurut Wibowo Agus (2012) pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. b) Dominasi pada anak. c) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua. d) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua. e) Kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang, bahkan tidak ada. Menurut Al Tridhonanto (2014) pola asuh permisif menerapkan pola asuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut: a) Orang tua tidak perduli terhadap pertemanan atau persahabatan anaknya. b) Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya. Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
58
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
c) Orang tua tidak perduli terhadap pergaulan anaknya dan tidak pernah menentukan norma-norma yang harus diperhatikan dalam bertindak. d) Orang tua tidak perduli dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya. e) Ornag tua tidak perduli terhadap kegiatan kelompok yang diikuti oleh anaknya. f) Orang tua tidak perduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang dilakukannya. 3) Pola asuh demokratis (Authoritative Parenting) Pola asuh demokratis ini pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran. Menurut Idris H. Meity (2012) pola asuh ini adalah komunikasi atau musyawarah antara anak dan orang tua dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan anak. Jadi, anak bisa melakukan apa yang ia mau, namun orang tua tetap berperan sebagai pengarah dan pengontrol. Al Tridhonanto (2012) menjelaskan pola asuh demokratis memiliki ciriciri sebagai berikut: a) Anak di beri kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal. b) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut di libatkan dalam pengambilan keputusan. c) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak dengan cara yang lebih bersikap edukatif.
d) Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak raguragu mengendalikan mereka. e) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. f) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. g) Pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Masih menurut Al Tridhonanto (2012), pola asuh demokratis menerapkan pola asuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut: a) Orang tua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak. b) Orang tua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. c) Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk. d) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak. e) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. f) Orang tua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak. g) Orang tua hangat dan berupaya membimbing anak. h) Orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan. i) Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga. Dan orang tua menghargai disiplin anak. 2.2. Hakikat Kemandirian a. Pengertian Kemandirian Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
59
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
Menurt Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Sementara kemandirian merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian sebagai kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri sendiri dalam berbagai hal (Hasan 2002). kemandirian adalah sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka. Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, dan kompeten (Mohammad Mustari & Taufik Rahman : 2014) Bachrudin Musthafa (dalam Hasan : 2002), mengartikan kemadirian dengan kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, kemandirian adalah individu mampu berdiri sendiri, mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain dan mampu mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. b. Indikator Kemandirian Menurut para ahli dalam Yamin Martinis dan Sanan Sabri (2013) bahwa kemandirian dapat dilihat dari: 1) Kemampuan fisik 2) Percaya diri 3) Bertanggung jawab 4) Disiplin 5) Pandai bergaul 6) Saling berbagi 7) Mengendalikan emosi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian
Ada sejumlah mempengaruhi kemandirian, yaitu:
faktor yang perkembangan
1)
Gen atau keturunan orang tua. Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya melainkan sifat orang tuanya itu muncul dalam cara-cara orang tua mendidik anaknya. 2) Pola asuh orang tua. cara-cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang atua mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangana anak. Demikian juga, orang tua yang sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anaknya. 3) Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
60
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan kemandirian. 4) Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarkhi struktur sosial, kurang terasa aman atau bahkan mencekam, dan kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan-kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, mengahrgai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hirarkhis akan merangsang dan mendorong bagi perkembangan kemandirian (Asrori : 2009) c. Kerangka Berpikir Thalib dalam Djamarah Bahri Syaiful (2014) bahwa tanggung jawab orang tua itu diantaranya, bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan anak dengan lemah lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, membimbing dan melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah perbuatan dan pergaulan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno (pornoaksi, pornografi, pornowicara), menempatkan dalam lingkungan yang baik, mendidik bertetangga dan bermasyarakat. Abdullah Nashih Ulwan dalam Djamarah Bahri Syaiful (2014), mengatakan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak adalah tanggung jawab pada aspek pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan rasio (akal),
pendidikan kejiwaan, pendidikan sosial, dan pendidikan seksual. Berdasarkan pengamatan sementara, mahasiswa di PoliMedia masih kurang memliki rasa kemandirian di dalam kegiatan belajar selama di sekolah. Hal ini terlihat dari cara siswa belajar, berperilaku dan bersosialisasi di sekolah yang masih kurang percaya diri. Hal ini bisa terjadi, karena masih banyak orang tua yang menerapkan pola asuh yang salah terhadap anak. Dengan cara memanjakan anak secara berlebihan sehingga membuat anak selalu memiliki rasa ketergantungan terhadap orang tuanya. Karena perlakuan orang tua terhadap anak akan memengaruhi sikap anak dan prilakunya. Peran orang tua sangat menentukan hubungan keluarga sebab sekali hubungan terbentuk, ini cenderung bertahan. Orang tua berkewajiban memahami anak dengan baik dan mengenali sikap dan bakatnya yang unik, mengembangkan dan membina kepribadiannya tanpa memaksanya menjadi orang lain. Di dalam berkomunikasi pada anak sebaiknya tidak mengancam dan menghakimi tetapi dengan perkataan yang mengasihi atau memberi motivasi agar anak mencapai keberhasilan dalam pembentukan karakter anak. Atas dasar pemikiran di atas diduga terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian mahasiswa PoliMedia. Dengan demikian kerangka berfikir penelitian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. kerangka berpikir
Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
61
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
d. Hipotesis Berdasarkan latarbelakang, tinjauan teori dan kerangka berfikir di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia Jakarta.”
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Sugiyono (2012) meneliti adalah mencari data yang teliti atau akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrument penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan modelmodel matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. 3.2 Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan pemahaman proposal ini maka penulis memberikan definisi operasional variabel sebagai berikut : a. Variabel (X) adalah pola asuh orang tua, yaitu bagaimana cara kerja, sistem orang tua untuk menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, dan melatih anak agar bisa mandiri, tumbuh serta bekembang secara sehat dan optimal dan memiliki rasa percaya diri. Untuk mengukur variabel ini menggunakan indikator kesempatan berpendapat, hukuman bila salah,
pujian jika benar, membimbing, dan menjelaskan alasan secara rasional. b. Variabel (Y) adalah kemandirian, yaitu bagaimana individu dapat terlihat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain dan mampu mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. Untuk mengukur variabel ini menggunakan indikator kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, disiplin dan pandai bergaul. 3.3 Rancangan Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau independen adalah sebagai stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat atau dependen adalah sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei. b. Melakukan survei c. Studi pustaka d. Pengambilan sampel e. Pembuatan angket f. Wawancara dan dokumentasi g. Pengolahan data. h. Analisis data i. Pelaporan 3.4 Pengambilan Populasi dan Sampel Husaini Usman (1998) berpendapat bahwa populasi merupakan semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
62
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
objek yang lengkap dan jelas. Sugiyono (2012) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa PoliMedia. Sampel (Sugiyono : 2012) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampelnya adalah mahasiswa Teknik Kemasan PoliMedia dengan jumlah 50 mahasiswa. 3.5 Metode dan Instrumen Metode pengumpulan data ialah cara atau teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan dan mengumpulkan data atau informasi sebanyak-banyaknya dan cara yang paling relevan dengan masalah yang diangkat serta bisa dipertanggungjawabkan atas data tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, yaitu: a. Metode Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas,
sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu melalui pos. Menurut Sugiyono dalam bukunya dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat. Angket atau kuesioner ini akan diberikan kepada mahasiswa Teknik Kemasan PoliMedia Semester II dan IV. b. Metode Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan peribadi. Dalam melakukan wawancara, perlu membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, kamera, dan note book untuk membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut: 1) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
63
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
adalah benar dan dapat dipercaya. 3) Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. c. Metode Dokumentasi Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi objektif siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa, guru (sebagai pendidik) meliputi nama, jenjang pendidikan dan jabatan, sarana dan prasarana serta struktur organisasi. Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
3.6 Teknik Uji Instrumen Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh dengan kemandirian anak mahasiswa maka penulis menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Untuk mencari hubungan antara satu variabel bebas (pola asuh orang tua) dengan variabel terkait (kemandirian) untuk dianalisis. Korelasi Product Moment adalah Korelasi hubungan antara variabel penelitian yang ditunjukkan dengan skor koefisien korelasi.
Korelasi product moment adalah salah satu rumus mencari hubungan antara variabel yang dirumuskan oleh Karl Pearson. Ketentuan dan cara perhitungan korelasi ini adalah sebagai berikut: a. Datanya berbentuk skala/rasio b. Data telah diuji normalitas dan homogenitas datanya c. Kriteria: 0,00-0,19 korelasi sangat rendah 0,20-0,39 korelasi rendah 0,40-0,59 korelasi sedang 0,60-0,79 korelasi tinggi 0,80 korelasi sangat tinggi Sebelum data dianalisis, penulis melakukan uji instrumen penelitian, uji homogenitas, dan uji linearitas.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Instrumen Penelitian Dan Ujicoba Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam: 1. Skala Pola Asuh Demokratis Skala ini merupakan adaptasi dari skala yang dikembangkan oleh Al Tridhonanto (2012). Adaptasi dilakukan dengan menterjemahkan dan menyesuaikan item-item dengan hasil elisitasi agar skala ini lebih sesuai dengan keadaan mahasiswa di PoliMedia. Skala ini berbentuk skala Likert dengan empat skor pilihan jawaban berkisar dari 1 sampai dengan 4. Skala pola asuh demokratis ini terdiri dari lima indikator yaitu : 1. Adanya kesempatan bagi mahasiswa untuk berpendapat 2. Hukuman diberikan akibat perilaku salah 3. Memberi pujian/hadiah pada perilaku yang benar 4. Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak pada mahasiswa 5. Orang tua memberikan penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
64
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
Pada tabel berikut disajikan kisi-kisi dari dua instrumen penelitian untuk uji coba : Tabel 2.Contoh pernyataan Skala Pola Asuh Demokratis :
2.
Skala Kemandirian Skala ini merupakan adaptasi dari skala yang dikembangkan oleh Yamin Martinis dan Sanan Sabri (2013). Adaptasi dilakukan dengan menterjemahkan dan menyesuaikan item-item agar skala ini lebih sesuai dengan keadaan mahasiswa di PoliMedia. Skala ini berbentuk skala Likert dengan empat pilihan jawaban skor berkisar dari 1 sampai dengan 4. Skala persepsi ini terdiri dari tiujuh indikator yaitu 1) Kemampuan fisik 2) Percaya diri 3) Bertanggung jawab 4) Disiplin 5) Pandai bergaul 6) Saling berbagi 7) Mengendalikan emosi
Tabel 3. Contoh pernyataan Skala Kemandirian :
4.2 Prosedur Pengumpulan Data Penelitian Dalam tahap pengambilan data yang sesungguhnya, peneliti meminta bantuan ketua kelas untuk mendampingi penyajian kuesioner pada mahasiswa/mahasiswi di kelas. Data diambil di dalam kelas langsung. Pengambilan data dilaksanakan secara bergantian antar satu mahasiswa dengan mahasiswa lain dan satu program studi dengan program studi lain dalam waktu yang berbeda-beda serta dilakukan langsung oleh peneliti dengan didampingi ketua kelas masing-masing program studi. Mahasiswa/i diminta mengisi semua pertanyaan yang ada dalam instrumen tersebut dan dipersilahkan menanyakan halhal yang belum jelas kepada peneliti mengenai item-item tersebut sehingga peneliti yakin mahasiswa/i benar-benar paham dengan apa yang ditanyakan. Peneliti menunggu hingga semua mahasiswa/i selesai menjawab pertanyaan. Sebelum menyusun dan memodifikasi kuesioner, penulis melakukan kegiatan elisitasi yaitu studi lapangan wawancara langsung untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pola asuh orang tua dan kemandirian mahasiswa/i yang sesungguhnya di rumah. Kegiatan ini berlangsung sekitar setengah bulan. Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
65
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
Setelah melakukan elisitasi, alat ukur kemudian disusun dan diuji cobakan. Pada awalnya pengumpulan data dilakukan untuk menguji coba semua skala pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Skala pengukuran disajikan kepada mahasiswa/i dari program studi periklanan semester I (satu). Setiap subyek dalam tahap uji coba ini mengisi dua skala pengukuran. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2016. Kuisioner diberikan pada 50 mahasiswa/i untuk dua skala pengukuran. Sebagai responden uji coba adalah mahasiswa/i yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian, sedangkan tahap pengambilan data yang sesungguhnya dilakukan pada bulan Agustus 2016, dengan jumlah sampel 50 mahasiswa/i. 4.3 Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap Skala Pola Asuh Demokratis dengan 26 butir item, dan Skala Kemandirian dengan 30 butir item, Skala Orientasi Tujuan dengan 30 butir item yang dikenakan pada 50 mahasiswa/i dengan ciri-ciri sama dengan sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun pernyatan dari masing-masing skala tersebut, terdapat di Lampiran A. Berdasarkan hasil uji coba instrumen menggunakan perhitungan Alpha Cronbach diperoleh hasil butir item yang valid yaitu skala pola asuh demokratis 13 butir, dan skala kemandirian 19 butir. Jumlah keseluruhan butir item valid 32 butir. Dengan pertimbangan bahwa responden penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang melakukan proses belajar mengajar dan demi efektifitas pengisian untuk menghindari kesalahan, supaya dapat menjawab secara optimal dan sungguhsungguh tidak asal-asalan, maka butir item dibuat sesedikit mungkin namun mewakili masing-masing indikator dan mempunyai validitas muatan faktor yang paling tinggi.
Adapun pernyataan-pernyataan dari skala yang valid tersebut, terdapat di Lampiran B. Item-item sengaja digugurkan untuk mendapatkan item-item terbaik, yang muatan-muatan faktornya tertinggi. Berikut ini adalah tabel hasil uji coba instrumen masing-masing alat ukur penelitian setelah diuji reliabilitas Alpha maupun validitas konstruk menggunakan analisis faktor. Tabel 4. Ringkasan data hasil uji coba Skala Pola Asuh Demokratis
Reliabilitas skala Pola Asuh Demokratis: Cronbach’s Alpha=0,773 Tabel 5.Ringkasan data hasil uji coba Skala Kemandirian
Reliabilitas skala Cronbach’s Alpha = 0,596
Kemandirian:
Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
66
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
Seluruh laporan analisis uji coba alat ukur penelitian dengan SPSS 22,0 dengan analisis faktor untuk mengukur validitas instrumen dan menetapkan bobot faktor di atas 0,50 serta mengukur reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha di atas 0,70 (Sitinjak & Sugiarto, 2005) dapat diperiksa di Lampiran C. Setelah instrumen penelitian memenuhi syarat valid serta reliabel maka selanjutnya disusun dan dirapikan dengan penyebaran butir-butir pernyataan seperti disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 6. Penyebaran butir skala pola asuh demokratis
Tabel 7. Penyebaran butir skala kemandirian
4.4 Uji Normalitas Data Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah dua variabel normal atau tidak. Suatu distribusi dikatakan normal jika taraf signifikansi ≥ 0,05 sedangkan sebaliknya jika taraf signifikansinya ≤ 0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Uji normalitas dilakukan dua kali yaitu pertama
uji normalitas variabel pola asuh demokratis dan yang kedua uji normalitas variabel kemandirian. Data tersebut dihitung menggunakan SPSS 22,0 yaitu uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS 22,0 diperoleh hasil nilai taraf signifikansi variabel pola asuh demokratis 0,68. Adapun variabel kemandirian diperoleh hasil nilai taraf signifikansi 0,117. Sesuai dengan kaidah bahwa suatu distribusi dikatakan normal jika taraf signifikansi ≥ 0,05 sedangkan sebaliknya jika taraf signifikansinya ≤ 0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pola asuh demokratis berdistribusi normal karena diperoleh hasil 0,117 ≥ 0,05. Demikian pula variabel kemandirian berdistribusi normal karena diperoleh hasil 0,68 ≥ 0,05. 4.5 Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang liner atau tidak secara signifikan. Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas adalah jika nilai probabilitas ≥ 0,05 maka hubungan antara variabel X dan Y linear. Sedangkan jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hubungan antara variabel X dan Y adalah tidak normal. Hasil uji linearitas dengan menggunakan bantuan SPSS 22,0 diperoleh nilai probabilitas 0,563. Sesuai kaidah jika nilai probabilitas ≥ 0,05 maka hubungan antara variabel X dan Y linear. Sedangkan jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hubungan antara variabel X dan Y adalah tidak normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil uji linearitas terhadap variabel pola asuh demokratis dengan variabel kemandirian linear karena nilai probabilitas 0,563 ≥ 0,05.
Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
67
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
4.6 ANALSIS KORELASI Di bawah ini dipaparkan data lapangan yang bersumber dari variable manifest (indikator-indikator pengukuran) yang diukur melalui dua instrumen penelitian sebagai berikut: Gambaran Mean (M), dan Standar Deviasi (SD) untuk setiap variabel yang diteliti dalam penelitian ini, penulis laporkan pada tabel 4.1. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pola asuh, Mean = 47,98 dan SD = 2,045. Data selanjutnya menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian, Mean = 69,94 dan SD = 3,100. Karena semua nilai Mean berada di bawah sedikit nilai tengah atau Median 48,0 untuk pola asuh dan 69,50 untuk kemandirian maka responden memiliki pola asuh dan kemandirian yang rendah. Rincian data Mean dan Standar Deviasi ada pada Tabel 8. Tabel 8. Mean, Standar Deviasi, dan korelasi variabel penelitian
Untuk menguji apakah ada hubungan antara variabel pola asuh demokratis dengan kemandirian digunakan analisis korelasi dengan bantuan SPSS 22,0. Berdasarkan kaidah jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. jika nilai probabilitas ≥ 0,05 maka hasilnya signifikan. Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh nilai probabilitas korelasi sebesar 0,187. Berdasarkan kaidah maka nilai 0,187 ≥ 0,05 hal ini berarti bahwa ada hubungan antara variabel pola asuh demokratis dengan kemandirian mahasiswa walaupun korelasinya sangat rendah.
5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pola asuh orang tua mahasiswa PolaMedia cukup baik yaitu 47,98. 2. Tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia baik yaitu 69,94. 3. Ada hubungan antara variabel pola asuh demokratis dengan kemandirian mahasiswa PoliMedia walaupun korelasinya sangat rendah yaitu 0,187 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : a. Orang tua perlu menerapkan pola asuh demokratis kepada anakanaknya. b. Perlu ditingkatan kembali sikap kemandirian para mahasiswa PoliMedia. c. Untuk peneliti selanjutnya bisa juga menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali perilaku pola asuh orang tua mahasiswa PoliMedia dan tingkat kemandirian mahasiswa PoliMedia.
DAFTAR PUSTAKA Al. Tridhonanto, 2014, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Djamarah, Bahri Syaiful, 2014, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-1, Edisi Revisi. Anggraeni, Reni, 2012, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Usia 4-6 Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
68
JURNAL KREATOR e-ISSN : 2548-9542
Muhammad Nurwahidin
Tahun, Jakarta Barat: PT Mapan, Cet. Ke-2 Idris, H. Meity, 2012, Pola Asuh Anak, Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media, Cet. Ke-1 Wibowo, Agus, 2012, Pendidikan Karakter Usia Dini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1 Alwi, Hasan, et. al. 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Wiyani, Ardy Novan, 2014, Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. Ke-1 Mohammad, Mustari, dan Taufik Rahman, 2014, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta: PT Raja Persada, Cet. Ke-1 Yamin, Martini, dan Sanan Sabri Jamilah, 2013, Panduan PAUD, Ciputat: Referensi, Cet. Ke-1 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-14 Husaini, Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, 1998, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-2 http://dbagus.com/pentingnya-peran-orangtua-dalam-pendidikan-anak-anak, Bagus, 3 Maret 2016
Volume 03 Nomor 01 Januari 2016
69