HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK BALITA DI PAUD FAIRUZ AQILA SOROGENEN II SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Disusun oleh: CENDY DWIKI PUTRI 070201167
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
THE RELATION BETWEEN PARENTS’ REARING PATTERN AND THE LEVEL OF AUTONOMY AMONG TODDLERS IN PAUD FAIRUZ AQILA SOROGENEN II SLEMAN YOGYAKARTA1 Cendy Dwiki Putri2, Tri Prabowo3 ABSTRACT Autonomy is a state in which one can stand on his or her own without being reliant to others. An autonomous child is a child who is capable of thinking and actualizing himself/herself. Indonesian Pediatric Association chapter East Java and the Health Office of Pasuruan Municipality held early detection of children development in Pasuruan city hall with the result stated that among children, the occurrence of normal development which is in line with their age as 53%, in challenged as 13%, and in deviant development as 34%. From the deviant development, 10% aims to children’s gross motor, 30% aims to children’s soft motor, 44% aims to verbal capacity, and 16% aims to autonomy in socializing. Moreover, one of determinant factor which establishes the level of children’s autonomy is parents’ rearing pattern. The aim of this research is to find out the relation between parents’ rearing pattern and the level of independency among toddlers. This is a non-experimental research with cross sectional time approach. The population of this research is 52 toddlers and their parents in PAUD Fairuz Aqila. The sample taking in this research employed total sampling. Based on data analysis using Kendall Tau technique, it is resulted the value of π = 0.352 and the value of p = 0.002 with error level 5%. Hence, Ho is rejected and Ha is accepted since the value of p is lower than 0.05 (0.002<0.05). The conclusion of this research is that there is a relation between parents’ rearing pattern and the level of autonomy among toddlers in PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta. It is suggested that parents apply good rearing pattern, so that it may foster children’s autonomy which is in line with their level of development. Kata kunci
: Pola Asuh Orang Tua, Tingkat Kemandirian, Anak Balita
Title of thesis Student, Nurse Education Program, Nursing Academy, ‘Aisyiyah School of Health Sciences, Yogyakarta Lecturer, Nurse Education Program, Nursing Academy, ‘Aisyiyah School of Health Sciences, Yogyakarta
Menurut
PENDAHULUAN
Soetjiningsih
(2000,
dalam
Indonesia
Supartini 2004), kebutuhan dasar ini dapat
Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya
dikelompokan menjadi tiga, yaitu asah,
Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas
asih dan asuh. Salah satu kebutuhan dasar
Kesehatan
menggelar
tumbuh kembang anak yang cukup penting
deteksi dini tumbuh kembang anak di Balai
dalam segi asih yaitu kemandirian anak
Kota Pasuruan. Deteksi dini tumbuh
(Nursalam, 2005). Erikson menyatakan
kembang anak itu berhasil memeriksa
kemandirian
2.634 anak dari usia 0 hingga 72 bulan.
melepaskan diri dari orang tua dengan
Hasil pemeriksaan tersebut, perkembangan
maksud untuk nenemukan dirinya melalui
anak ditemukan normal sesuai dengan
proses
usianya
merupakan
Ikatan
Dokter
Kota
Anak
Pasuruan
sebanyak
53%,
meragukan
adalah
mencari
usaha
identitas
untuk
ego,
yaitu
ke
arah
perkembangan
(membutuhkan pemeriksaan lebih dalam)
individualitas yang mantap dan berdiri
sebanyak
penyimpangan
sendiri. Kemandirian biasanya ditandai
perkembangan sebanyak 34%. Bagian dari
dengan kemampuan nenentukan nasib
penyimpangan
10%
sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur
terkena motorik kasar (seperti berjalan,
tingkah laku, bertanggung jawab, mampu
duduk),
menahan
13%
30%
dan
perkembangan,
motorik
halus
(seperti
diri,
membuat
keputusan-
menulis, memegang), 44% bicara bahasa
keputusan sendiri, serta mampu mengatasi
dan
masalah tanpa ada pengaruh dari orang
16%
sosialisasi
kemandirian.
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa angka
meragukan
dan
lain. Anak-anak
penyimpangan
yang
berkembang
perkembangan masih cukup besar di
dengan kemandirian secara normal akan
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
memiliki kecenderungan positif pada masa
rendahnya pengetahuan orang tua terhadap
depan. Dalam mengarungi kehidupan, anak
tahap perkembangan balita serta sikap dan
mandiri
keterampilan orang tua yang masih kurang
dalam menyelesaikan tugas anak tersebut
dalam hal
tidak
balitanya
pemantauan (Nadhiroh,
perkembangan 2007,
Deteksi
cenderung
bergantung
berprestasi
pada
karena
orang
lain.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak mandiri
Tumbuh Kembang Anak Pecahkan Rekor
akan
berpengaruh
negatif
terhadap
Muri, ¶ 1 dan 2, http://surabaya.detik.com,
perkembangan kepribadiannya sendiri. Jika
diperoleh 22 Januari 2011)
hal ini tidak segera diatasi, anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya.
Anak
akan
susah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Selain upaya dari pemerintah peran
sehingga ia memiliki kepribadian kaku.
serta keluarga juga sangat berpegaruh
Anak yang tidak mandiri juga akan
terhadap perkembangan kemandirian anak.
menyusahkan orang lain (Ma’ruf, 2007,
Salah satu faktor yang mempengaruhi
Agar
kemandirian anak adalah pola asuh yang
Anak
Mandiri,
6,
http://baitijannati.wordpress.com,
digunakan oleh orang tua guna membantu
diperoleh tanggal 15 Oktober 2010).
anak menuju kemandirian. Antara orang
Anak-anak yang tidak mandiri
tua yang satu dengan orang tua yang lain
cenderung tidak percaya diri dan tidak
menerapkan pola asuh yang berbeda-beda
mampu menyelesaikan tugas hidupnya
terhadap anaknya. Perbedaan pola asuh
dengan
tersebut
baik.
Akibatnya,
prestasi
pastinya
akan
menimbulkan
belajarnya bisa mengkhawatirkan. Anak-
dampak yang berbeda pula terhadap
anak seperti ini senantiasa bergantung pada
kemandirian anak. Sebagai contoh orang
orang lain; misalnya mulai dari persiapan
tua
berangkat sekolah, ketika di lingkungan
demokratis yaitu menerima anak dan
sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah,
melibatkan anak sepenuhnya maka akan
sampai dalam pola belajarnya. (Ma’ruf,
menumbuhkan seorang anak yang mandiri,
2007,
7,
tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan
http://baitijannati.wordpress.com,diperoleh
teman sebayanya, dan mau bekerja sama
tanggal 15 Oktober 2010).
dengan orang tuanya. Anak juga akan
Agar
Anak
Mandiri,
yang
menggunakan
pola
asuh
berhasil secara intelektual dan sosial, Salah satu kebijakan yang telah dilakukan pemerintah guna membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembanganya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan
dasar
serta
mengarungi hidup di masa dewasa adalah pendirian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Berbagai
ketentuan
tentang
pendidikan anak usia dini termuat dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menikmati
kehidupan
dan
memiliki
motivasi yang kuat untuk maju. Begitu juga
sebaliknya,
orang
tua
yang
menetapkan pola asuh otoriter yaitu orang tua
yang
selalu
menuntut
dan
mengendalikan anak semata-mata karena kekuasaan tanpa kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua arah, maka akan melahirkan
anak
yang
memiliki
kompetensi dan tanggung jawab sedang, cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki sikap spontanitas ( Hasan, 2010).
Murid di PAUD Faiuruz Aqila
perkembangan anaknya. Ibu yang bekerja
berasal dari latar belakang keluarga yang
tetap mengasuh anaknya ketika pulang dari
berbeda. Pada penelitian ini, penulis
bekerja
melihat secara kenyataan di lapangan
memanfaatkan
bahwa kemampuan antara murid yang satu
pembantu untuk mengasuh anaknya.
dengan murid yang lain berbeda-beda, ada murid yang bisa mengikuti kegiatan di sekolah dengan baik dan ada pula yang tidak. Bahkan, ada empat murid yang membolos karena tidak ditemani oleh orang tuanya.
Selain itu, terdapat anak
yang telah berusia dua tahun tetapi kemampuan yang mereka miliki masih seperti anak yang berumur satu tahun. Hasil wawancara dengan enam orang ibu yang mempunyai anak di PAUD tersebut didapatkan bahwa empat anak yang
berumur
4
hingga
5
tahun
mempunyai kemandirian yang meragukan karena
anak
belum
bisa
melakukan
aktivitasnya secara mandiri. Seperti ketika makan anak masih di bantu/disuapi oleh ibunya, mandi dan berganti baju anak belum bisa melakukan sendiri bahkan ketika sekolah dan di tinggal oleh ibu anak masih menangis. Pola asuh yang ditepakan oleh orang tua pun berbeda-beda. Pada PAUD Fairuz Aqila peran pengasuhan anak dilakukan oleh ibu. Sekitar 80% ibu yang memiliki anak di PAUD tersebut sibuk dengan aktivitasnya yaitu bekerja, sedangkan 20% ibu berada dirumah dan mengawasi
pertumbuhan
dan
dan
hanya jasa
5% baby
ibu
yang
sitter
atau
Macam-macam pola asuh yang berbeda yang digunakan oleh orang tua akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak. Hal tersebut mendorong penulis untuk
mengadakan
penelitian
tentang
hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita di PAUD tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen yang termasuk dalam desain studi korelasional. Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan variabel
terikatnya
adalah
tingkat
kemandirian anak balita. Selain variabel bebas dan variabel terikat terdapat pula variabel pengganggu dalam penelitian ini yaitu intelegensi, kebudayaan, usia anak, urutan kelahiran anak dan jumlah anak dalam keluarga. Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah seluruh murid di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta yang berjumlah 63 orang dan 63 orang tua dari murid tersebut. Metode pengambilan sampel dengan teknik total sampling atau
sampel jenuh yaitu teknik pengambilan
timur dari PAUD tersebut berbatasan
sampel
langsung dengan rumah warga.
dengan
anggota
menggunakan
semua
(Sugiyono,
2006).
populasi
Responden
dalam
penelitian
Jumlah responden dalam penelitian ini
hubungan pola asuh orang tua dengan
adalah 52 murid dan 52 orang tua dari
tingkat kemandirian adalah anak usia balita
murid tersebut. Karena terdapat 5 murid
yaitu anak yang berusia 1-5 tahun dan
yang menolak untuk diobervasi dan 6
orang tua dari anak tersebut yang berada di
orang tua yang tidak mengembalikan
PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman
kuesioner.
Yogyakarta. Karakteristik responden anak
Alat
yang
digunakan
untuk
balita meliputi usia, jenis kelamin urutan
mengetahui pola asuh yang digunakan oleh
kelahiran anak dan jumlah anak dalam
orang tua berupa kuesioner tertutup yang
keluarga. Sedangkan karakteristik orang
terdiri dari 21 item pertanyaan sedangkan
tua meliputi usia, tingkat pendidikan dan
untuk tingkat kemandirian anak balita juga
pekerjaan.
diukur dengan menggunakan kuesioner pra
tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
skrining perkembangan (KPSP). Proses
berikut:
pengolahan data dalam penelitian ini
Tabel 4.1 Karakteristik Anak Balita di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta Maret 2011
meliputi editing, coding, scoring dan tabulating. Sedangkan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Kendall Tau. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita dilakukan di PAUD Fairuz Aqila yang terletak di Dusun Sorogenen II RT 05/02 Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. PAUD Fairuz Aqila berada ditengah perkampungan warga Sorogenen II, dengan batas wilayah bagian selatan berbatasan dengan kebun, sebelah utara berbatasan dengan jalan umum yang sering digunakan oleh warga, sebelah selatan dan
Masing-masing
Karakteristik responden Anak Balita Usia 1-2 Tahun 2-3 Tahun 3-4 Tahun 4-5 Tahun Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Urutan Kelahiran Tunggal Sulung Bungsu Jumlah Anak Satu Dua Tiga Empat
karaktersitik
F
%
1 8 18 25
1,9 15,4 34,6 48,1
22 30
42,3 57,7
28 10 14
53,8 19,2 26,9
28 21 2 1
53,8 40,4 3,8 1,9
Tabel 4.2 Karakteristik Orang Tua di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta Maret 2011 Karakteristik responden Orang Tua
F
Table 4.5 Hasil Uji statistik No 1 2
%
Variable Penelitian P.A Kemandirian
1 1,000 -
2 0,352 1,000
PEMBAHASAN
Usia 20-30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun Tingkat Pendidikan SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 Tingkat Pendidikan Swasta Wiraswasta Guru TNI PNS Satpam Perawat IRT BUMN
30 17 4 1
57,7 32,7 7,7 1,9
2 32 1 2 6 8 1
3,8 61,5 1,9 3,8 11,5 15,4 1,9
20 4 6 4 3 1 1 12 1
38,5 7,7 11,5 7,7 5,8 1,9 1,9 23,1 1,9
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yaitu sebanyak 25 anak (48,1%).Tahap ini dimulai ketika anak berusia 1 sampai 3 tahun. Saat anak memasuki usia 1 sampai 3 tahun, anak sudah mulai mempunyai kemandirian
dalam
melakukan
tugas
seperti bermain, berjalan, berbicara yang berhubungan
dengan
lingkungannya.
(Hidayat, 2007). Responden
terbanyak
dalam
penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita
Tabel 4.3 Distirubusi Pola Asuh Orang Tua di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta Maret 2011 Pola Asuh Demokratis Otoriter Permisif Jumlah
F 26 17 9 52
% 50,0 32,7 17,3 100
Tabel 4.4 Distirubusi Tingkat Kemandirian Anak Balita di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II SlemanYogyakarta Maret 2011 Kemandirian Sesuai Meragukan Penyimpangan Jumlah
F 24 15 13 52
% 46,2 28,8 25,0 100
adalah
anak
yang
berjenis
kelamin
perempuan yaitu sebanyak 57,7%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil studi mengenai perkembangan anak perempuan dan anak laki-laki yang dilakukan oleh Junge
pada
tahun
2005
di
Jerman,
dipaparkan bahwa terdapat perbedaan kecil di
antara
keduanya.
Anak
laki-laki
tampaknya membutuhkan perhatian lebih banyak,
sebaliknya
anak
perempuan
terlatih untuk lebih mandiri. Responden
anak
balita
sesuai
dengan urutan kelahiran adalah anak tunggal 53,8%, anak sulung 19,2% dan
anak bungsu 26,9%. Anak tunggal lebih
Berdasarkan table 4.2 didapatkan
mandiri dibandingkan dengan anak sulung
bahwa sebagian besar responden dalam
dan anak bungsu hal tersebut tidak sesuai
penelitian ini adalah orang tua yang
dengan teori yang telah diungkapkan oleh
berusia 20-30 yaitu sebanyak 57,7% Usia
Supartini (2004) yang menyatakan anak
antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun
tunggal akan lebih bergantung dan tidak
untuk laki-laki mempunyai alasan kuat
mandiri
dalam kaitannya dengan kesiapan menjadi
karena
anak
tunggal
tidak
mempunyai teman bicara dan beraktivitas
orang tua (Supartini,2004)
kecuali dengan orangtuanya.
tingkat pendidikan orang tua (ibu)
Sebagian besar responden dalam
dalam penelitian hubungan pola asuh
penelitian ini adalah keluarga dengan
orang tua dengan tingkat kemandirian anak
jumlah anak sebanyak satu orang yaitu
balita adalah SMA yaitu sebanyak 32
53,8%, dari 53,8% terdapat 28,9% anak
orang
memiliki
Bagaimanapun
tingkat
perkembangan
yang
dengan
persentase pendidikan
61,5%. dan
sesuai dengan tahap perkembangannya.
pengalaman orang tua dalam perawatan
Keluarga kecil memungkinkan orang tua
anak akan mempengaruhi kesiapan mereka
untuk
dalam menjalankan peran pengasuhan.
memperlakukan
anak
secara
demokratis dan anak didorong untuk
(Wong, 2001)
memegang peran yang dipilihnya sendiri
Sebagian besar pekerjaan orang tua
sehingga anak cenderung berprestasi dan
(ibu) dalam penelitian ini adalah sebagai
mandiri (Hurlock, 2000).
pegawai swasta (38,5%). Pada budaya
Berdasarkan table 4.3 sebagian
timur peran pengasuhan lebih banyak
besar responden dalam penelitian ini
dipegang oleh ibu. Perubahan status istri
memiliki tingkat kemandirian yang sesuai
atau ibu sebagai wanita karir dapat
dengan
perkembangannya yaitu
mempengaruhi tugas ini. Ibu yang terlalu
sebanyak 24 anak dengan persentase
sibuk dengan karir seringkali menitipkan
sebesar 46,2%. Dorongan belajar secara
anak pada lembaga-lembaga pengasuhan
mandiri pada anak sudah muncul sejak usia
anak
tahap
dini, bahkan sejak di dalam kandungan.
Berdasarkan tabel 4.4 Sebagian
Semua anak memiliki dorongan untuk
besar responden di PAUD Fairuz Aqila
selalu
macam
menerapkan pola asuh demokratis yaitu
yang
sebanyak 26 orang dengan persentase
dibutuhkan untuk menjadi manusia yang
50,0%. Orang tua tipe demokratis akan
utuh.
menerima
meningkatkan
pengetahuan
dan
segala
keterampilan
dan
melibatkan
anak
sepenuhnya. Orang tua ini memiliki tingkat
(0,002<0,05) sehingga dapat disimpulkan
pengendalian
bahwa hipotesis diterima. Hasil penelitian
yang
mengharuskan
tinggi
anak-anaknya
dan
bertindak
ini
menunjukan
ada
hubungan
yang
pada tingkat intelektual dan sosial sesuai
bermakna secara statistik antara pola asuh
dengan usia dan kemampuan mereka.
orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian
Selanjutnya untuk membuktikan
Anak Balita Berdasarkan
hasil
kendall tau didapatkan
koefisien Kendall Tau ( ), dilakukan uji
statistik
sebesar 0,352
dengan taraf signifikansi 0,002. Hal ini berarti bahwa hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita dalam
kategori
koefisien
rendah
korelasi
(0,200-0,399)
sebesar
0,352
menunjukan angka korelasi yang positif artinya semakin baik pola asuh yang diterapkan oleh orang tua (demokratis) maka tingkat kemandirian anak semakin baik (sesuai dengan tahap perkembangan) dan semakin buruk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua (permisif) maka semakin buruk pula tingkat kemandirian
Untuk mengetahui hipotesis ditolak diterima
maka
dengan menggunakan uji Z. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Z hitung sebesar 3,7 lebih besar daripada Z tabel sebesar 1,96 (3,7>1,96). Berdasarkan hasil uji Z hitung dapat disimpulkan bahwa korelasi
Kendall
Dengan
demikian
( )
Tau
dapat
signifikan. disimpulkan
bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak balita di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Tim Pustaka Familia (2006) yang menyatakan bahwa secara sederhana sebenarnya hampir semua kemampuan yang dimiliki oleh anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang
anak (penyimpangan).
atau
Sleman Yogyakarta.
besarnya
taraf
signifikansi (p) dibandingkan dengan taraf kesalahan 5% (0,05). Jika p lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika p lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil uji statistik memberikan nilai p 0,002 lebih kecil dari 0,05
tuanya dan faktor lingkungan lainnya walaupun
terdapat
sebagian
yang
ditentukan secara genetis. Dalam hal kemandirian, lingkungan
peran lebih
pola besar
asuh
dan
dibandingkan
dengan pengaruh genetis. Hal tersebut diperkuat juga oleh pernyataan
Tedjasaputra
yang
mengungkapkan bahwa bisa saja anak
berpembawaan
mandiri
tidak
dalam proses persalinan, ibu dianjurkan
mandiri karena sikap orang tua yang selalu
ditemani suami dan begitu bayi lahir suami
membantu dan melayani mereka. Untuk
diperbolehkan
mengajarkan anak menjadi mandiri, sangat
langsung
penting bagi orang tua untuk tidak
bonding attachment. Keterlibatan ayah
memberikan bantuan dan perlindungan
dalam pola pengasuhan lebih diartikan
yang berlebihan kepada anak. Menurut
pada tercapainya keseimbangan antara
Rifameutia,
kedua
bantuan
menjadi
berlebihan
bisa
untuk
setelah
orang
menggendong
ibunya
tua
dalam
melakukan
memenuhi
mensugesti anak bahwa ia tidak mampu
kebutuhan anak. Selain keterlibatan ayah,
melakukan sesuatu sendiri (Arbya, 2011,
pendidikan dan pengalaman orang tua
Membentuk Kemandirian Anak, ¶ 3,
dalam mengasuh anak merupakan faktor
http://mamahebat.wordpress.com,
yang
diperoleh 30 Maret 2011)
pengasuhan orang tua.
dapat
mempengaruhi
pola
Orang tua yang
Pola asuh sendiri dipengaruhi oleh
mempunyai latar belakang pendidikan
beberapa faktor yaitu seperti usia orang
yang tinggi akan lebih memperhatikan
tua, keterlibatan ayah, pendidikan orang
segala perubahan dan setiap perkembangan
tua,
yang terjadi pada anak dan umumnya
pengalaman
sebelumnya
dalam
mengasuh anak, stres orang tua serta
mereka
mengetahui
hubungan suami-istri. Tujuan undang-
pengasuhan
yang
undang perkawinan salah satunya adalah
diterapkan
sesuai
memungkinan pasangan untuk siap secara
perkembangannya. Sebaliknya orang tua
fisik dan psikososial dalam membentuk
yang
rumah tangga. Usia antara 17 tahun untuk
pendidikan yang rendah dalam pengasuhan
wanita dan 19 tahun untuk laki-laki
anak pada umumnya orang tua kurang
mempunyai alasan kuat dalam kaitannya
memperhatikan tahap perkembangan anak
dengan
(Nuraeini, 2006)
kesiapan
menjadi
orang
tua.
mempunyai
bagaimana
baik
yang
dengan
latar
harus tahap
belakang
Apabila terlalu muda dan terlalu tua
Stres yang dialami oleh ayah atau
mungkin tidak dapat menjalankan peran
ibu atau keduanya akan mempengaruhi
pengasuhan
kemampuan orang tua dalam menjalankan
tersebut
secara
optimal
(Supartini, 2004). Pendekatan
peran
terutama
dalam
yang
kaitannya dengan strategi koping yang
digunakan dalam hubungan ayah dan bayi
dimiliki dalam menghadapi permasalahan
baru
dengan
anak. Walaupun demikian, kondisi anak
hubungan antara ibu dan bayi sehingga
juga dapat menyebabkan stres pada orang
lahir,
sama
muktahir
pengasuhan,
pentingnya
tua.
Faktor
terakhir
dapat
ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan.
mempengaruhi pola asuh orang tua adalah
Lingkungan pertama yang memiliki andil
hubungan suami-istri. Hubungan yang
terbesar membentuk kepribadian mandiri
kurang harmonis antara suami dan istri
anak adalah lingkungan keluarga. Cara
akan berdampak pada kemampuan mereka
orang tua mengasuh dan mendidik anak
dalam
sangat
menjalankan
yang
perannya
sebagai
berperan
dalam
pembentukan
orang tua dan merawat serta mengasuh
kepribadian anak. Namun dengan adanya
anak dengan penuh rasa bahagia karena
era yang semakin modern seperti saat ini
satu sama lain dapat saling memberi
ternyata
dukungan dan menghadapi segala masalah
membangun kemandirian anak terutama
dengan koping yang positif (Supartini,
untuk keluarga yang memiliki tingkat
2004).
ekonomi menengah ke atas. Biasanya para Pada
bahwa
penelitian
sebagian
ini
besar
didapatkan orang
tua
orang
terdapat
tua
ekonomi
kendala
dikeluarga menengah
ke
untuk
dengan
status
atas
dalam
menerapkan pola asuh demokratis yaitu
pengasuhan anak lebih mempercayakan
sebesar 50,0%, 36,5% dari penerapan pola
pada jasa baby sitter (pengasuh anak atau
asuh tersebut membentuk kemandirian
pembantu). Hal ini disebabkan oleh karir
anak
tahap
orang tua. Namun kebanyakan pengasuhan
perkembangannya, 7,7% dari penerapan
yang diberikan pengasuh atau pembantu
pola
yang
sesuai
asuh
kemandirian
dengan
demokratis
membentuk
biasanya lebih ke arah melayani. Hal ini
anak
meragukan
lah yang membuat anak-anak menjadi
yang
sedangkan 5,8% dari penerapan pola asuh
kurang
tersebut membentuk kemandirian anak
Svastiningrum dan agency, 2008)
penyimpangan.
Berdasarkan
mandiri
(Iswidharmanjaya,
data
Sampel yang digunakan dalam
karakteristik orang tua, sebagian besar pola
penelitian ini adalalah anak usia 1-5 tahun.
asuh diperankan secara dominan oleh ibu
Pada usia tersebut anak berada pada tahap
dimana ibu memiliki peran ganda yaitu
perkembangan psikososial otonomi versus
sebagai pekerja sehingga hal tersebut
malu dan ragu serta inisiatif versus rasa
mempengaruhi pola asuh yang diterapkan
bersalah. Perkembangan otonomi selama
pada anak.
periode toddler berpusat pada peningkatan
Para pakar psikologi perkembangan
kemampuan anak untuk mengendalikan
anak sepakat dengan pendapat bahwa
tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan
kemandirian
seorang
mereka. Mereka ingin melakukan hal-hal
individu berusia dini. Namun kemandirian
untuk diri mereka sendiri menggunakan
terbentuk
ketika
kemampuan yang mereka miliki. Perasaan
anak ketika ia mampu menyelesaikan
negatif seperti ragu dan malu muncul
masalahnya sendiri maka dapat dikatakan
ketika
ketika
anak tersebut memiliki tingkat intelegensi
membahayakan
yang baik. Namun terkadang ada beberapa
anak-anak
pilihan-pilihan atau
ketika
diremehkan,
mereka mereka
untuk
anak yang memang telah berpembawaan
bergantung dalam beberapa hal yang
mandiri tetapi ada pula yang menikmati
sebenarnya
ketika semua kegiatannya dibantu oleh
mereka
dipaksa
mampu
lakukan
(Wong, 2001).
orang lain (Gunarsa, 2004).
Perkembangan
anak
Kebudayaan yang berbeda akan
juga meliputi inisiatif versus rasa bersalah.
menyebabkan perbedaan norma dan nilai-
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan
nilai yang berlaku di dalam lingkungan
cara
melalui
keluarga, sehingga tindak tanduk suku
Anak
tertentu akan berbeda dengan suku yang
mengembangkan keinginan dengan cara
lainnya. lingkungan yang masyarakatnya
mengeksplorasi terhadap apa yang ada di
lebih
sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh
hidupnya
adalah kemampuan untuk menghasilkan
tumbuhnya
sesuatu
dengan
mengkaji
psikososial
lingkungan
kemampuan
inderanya.
sebagai
prestasinya.
Perasaan
bersalah akan timbul pada anak apabila
maju
dan
kompleks
cenderung kemandirian
lingkungan
tuntutan
mendorong dibandingkan
masyarakat
yang
sederhana( Sarwono, 2006).
tidak mampu berprestasi sehingga mereka
Aktivitas
pendidikan
dalam
tidak puas atas perkembangan yang tidak
lingkungan keluarga, kecenderungan cara
tercapai (Supartini, 2004)
mendidik anak, cara memberkan penilaian
Dari
hasil
uji
statistik
dapat
kepada anak bahkan sampai cara hidup
diketahui bahwa sebesar 0,352 atau sebesar
orang
35,2% tingkat kemandirian anak usia balita
kemandirian anak. Orang yang paling
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua
dekat atau yang paling sering berhubungan
sedangkan 64,8% dipengaruhi oleh faktor
dengan anak dalam lingkungan keluarga
lain
anak
pada umumnya adalah ibu, sehingga sikap
tingkat
ibu merupakan faktor yang penting dalam
pendidikan orang tua, usia anak dan
perkembangan anak. Tingkat pendidikan
jumlah anak dalam keluarga serta urutan
ibu akan mempengaruhi sikap dan tingkah
kelahiran anak. Kemandirian pada anak
lakunya dalam menghadapi anak-anaknya
sangat penting karena merupakan salah
artinya ibu yang berpendidikan tinggi akan
satu life skill yang perlu dimiliki. Seorang
bersikap lebih baik dibandingkan dengan
seperti
(intelegency),
tingkat
kecerdasan
kebudayaan,
tua
berpengaruh
terhadap
ibu
yang
berpendidikan
(Iswidharmanjaya
&
rendah
Svastiningrum,
2008).
dalam
memberikan
pendidikan
yang
terbaik bagi buah hati. Pengajaran di sekolah diharapkan dapat membantu orang
Kemandirian
dapat
tua menciptakan generasi muda yang
dilihat sejak individu masih kecil, dan akan
dewasa dan mandiri. Orang tua adalah
terus berkembang sehingga akhirnya akan
pendidik yang pertama dan terutama.
menjadi sifat-sifat yang relatif menetap
Orang
pada masa remaja (Smart, 1978). Namun
kondisi anaknya daripda orang lain. Maka
terkadang perbedaan pengasuhan yang
relasi yang baik antara orang tua dengan
diterapkan
pihak sekolah merupakan upaya terbaik
oleh
itu
sendiri
orang
tua
membuat
tua
lebih
mengetahui
tentang
kemandirian setiap anak berbeda. Orang
bagi
tua cenderung menunjukan perhatian yang
terutama dalam hal kemandirian (Emmy
berlebihan kepada anak sulung dan anak
dan Priyani, 2008).
bungu selain itu jumlah anak yang relatif sedikit
dalam
perkembangan
anak
Melalui pendidikan di PAUD, anak
lebih
dapat
untuk
kemampuan dasar yang mereka miliki
memperlakukan anak secara demokratis
sehinga kemampuan berbahasa, daya cipta,
sehingga melahirkan kemandirian yang
daya pikir, kesadaran sosial, keterampilan,
sesuai dengan tahap perkembangannya
perasaan
(Hurlock, 2000). Hasil penelitian yang
berkembang
dilakukan oleh Muchsinati (2007) juga
memiliki berbagai kelebihan dalam hal
menunjukkan
fisik,
memungkinkan
keluarga
kemajuan
orang
bahwa
tua
urutan
kelahiran
bermain
dan
sekaligus
jasmani
pesat.
motivasi,
Anak
minat,
mempelajari
anak
dapat
diharapkan
konsentrasi,
berpengaruh terhadap kemandirian anak.
keingintahuan,
Anak sulung lebih mandiri dari pada anak
kepercayaan diri, disiplin dan kecerdasan
tengah,
mandiri
yang erat kaitannya dalam membentuk
daripada anak tengah dan anak sulung
anak menjadi pribadi dewasa dan mandiri
memiliki tingkat kemandirian yang hampir
(Emmy dan Priyani, 2008).
anak
bungsu
lebih
keseimbangan
pribadi,
sama dengan anak bungsu. Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor
yang
cukup
dalam
Keterbatasan dalam penelitian ini
mempengaruhi tingkat kemandirian anak
adalah masih adanya variabel pengganggu
balita adalah lingkungan eksternal salah
yang belum dikendalikan yaitu jumlah
satunya
sekolah.
anak dalam keluarga, urutan kelahiran,
Sekolah sebenarnya adalah mitra orang tua
tingkat pendidikan orang tua, intelegensi
adalah
penting
KETERBATASAN PENELITIAN
lingkungan
anak serta kebudayaan. Dalam kenyataan
anak balita di PAUD Fairuz Aqila
dilapangan urutan kelahiran dan jumlah
Sorogenen
anak dalam keluarga sangat berpengaruh
dikategorikan rendah karena terdapat
terhadap
Sehingga
faktor lain yang dapat mempengaruhi
seharusnya peneliti dapat mengendalikan
kemandirian anak selain pola asuh
hal tersebut. Selain hal tersebut, peneliti
orang
tidak melihat secara langsung ketika orang
kebudayaan, tingkat pendidikan orang
tua mengisi kuesioner pola asuh orang tua.
tua, usia anak, urutan kelahiran dan
Lamanya waktu yang diberikan untuk
jumlah anak dalam keluarga.
kemandirian
anak.
II
Sleman
tua
seperti
Yogyakarta
intelegensi,
mengisi kuesioner tersebut adalah 10 hari sehingga
kemungkinan
orang
SARAN
tua
menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan
1. Bagi Orang Tua
apa yang mereka lakukan selama ini dan
Diharapkan
menimbulkan bias.
menerapkan pola asuh yang baik yaitu
orang
tua
dapat
pola asuh demokratis agar tingkat SIMPULAN 1. Sebagian
besar
pola
kemandirian anak dapat sesuai dengan asuh
yang
diterapkan oleh orang tua di PAUD
tahap perkembangannya. 2. Bagi Peneliti Lain
Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman
Diharapkan bagi peneliti lain untuk
Yogyakarta termasuk dalam kategori
dapat
pola asuh demokratis
dengan
memperbaiki
penelitian
mengujikan
ini
tingkat
2. Sebagian besar tingkat kemandirian
kemandirian pada anak yang berusia 1-
anak balita di PAUD Fairuz Aqila
3 tahun karena kemandirian dalam diri
Sorogenen
anak dimulai ketika anak berusia 1-3
adalah
II
Sleman
sesuai
Yogyakarta
dengan
tahap
perkembangannya.
tahun. Selain hal tersebut, peneliti lain bisa menggunakan faktor-faktor lain
3. Hasil pengujian hipotesis didapatkan
yang dapat
ada hubungan antara pola asuh orang
kemandirian
tua dengan tingkat kemandirian anak
kelamin, jumlah anak dalam keluarga
balita
dan urutan kelahiran anak.
di
Sorogenen
PAUD II
Fairuz
Sleman
Aqila
Yogyakarta
( =0.352, p 0,002<0,05)
mempengaruhi anak
seperti
tingkat jenis
3. Bagi Guru PAUD Fairuz Aqila Diharapkan
bagi
guru
dapat
4. Koefisien korelasi antara pola asuh
menggunakan hasil penelitian ini untuk
orang tua dengan tingkat kemandirian
meningkatkan sistem parenting yang
ada di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta sehingga pola asuh yang diterapkan oleh orang tua lebih baik lagi DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. F., 2007. Knowing Your Chid: Strategi Mengenali Anak Selama Masa Pertumbuhan, Samudera, Solo. Agus, D.S., 2009. Tips Jitu Mendongeng, Kanisius, Yogyakarta. Ali, M. (2010). Pendidikan Anak Usia Dini, dalam http://m-ali.net, diakses 22 Oktober 2010. Arbya. (2011). Membentuk Kemandirian Anak, dalam http://mamahebat.wordpress, diakses tanggal 30 Maret 2011. Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V, Rineka cipta, Jakarta. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI, Rineka Cipta, Jakarta. Astuti, D., 2009. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Harga Diri Anak Usia Sekolah di Dusun Jumeneng Margo Mulyo Seyegan Sleman Yogyakarta, Skripsi, STIKES Aisyiyah. Azwar, S., 2003. Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Departemen Kesehatan R.I. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Drost, S. J., 2003. Perilaku Anak Usia Dini: Kasus dan Pemecahannya, Kanisius, Yogyakarta. Emmy, R dan Priyani, R., 2008. Menjadi Orang Tua Cerdas :Tips Mendampingi Anak Belajar, Kanisius, Yogyakarta. Farah. (2010). Psikologi Anak, dalam http://ummifarah.com, diakses 19 Maret 2011) Gunarsa, S.D., 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Dari Anak Sampai Usia Lanjut , Ui Press, Jakarta. Harjaningrum, A.T. (2005). Ibu Bekerja Mencari Solusi, dalam http://wrmindonesia.org, diakses 22 Januari 2011). Hasan, M., 2010. Pendidikan Anak Usia Dini, Diva Press, Yogyakarta. Hidayat, A. A. A., 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta. Hidayat, A. A. A., 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta. Hidayat, A. A. A., 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak: Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas (6 Kunci Sukses Mempersiapkan Anak Tumbuh Sehat Dan Cerdas), Elex Media Komputindo, Jakarta. Hurlock, E.B., 2000. Perkembangan Anak Edisi VI, Erlangga, Jakarta. Iswidharmanjaya, D. Svastiningrum, B.S. dan Beranda Agency., 2008. Bila Anak Usia Dini Bersekolah, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ma’ruf, F. (2007). Agar Anak Mandiri dalam http://www.baitijannati.wordpress.co m, diakses 15 Oktober 2010. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R., 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagianaya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Muchsinati, N., 2007. Hubungan Urutan Kelahiran dalam Keluarga dengan Kemandirian Anak Usia Dini di TK Madinah Malang. Skrispi, Universitas Islam Negeri Malang. Nadhiroh, F. (2007). Deteksi Tumbuh Kembang Anak Pecahkan Rekor Muri, dalam http://surabaya.detik.com, diakses 22 Januari 2011. Notoatmojo, S., 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta. Nuareini., 2006. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Taman KanakKanan, Tesis, Universitas Negeri Semarang Nursalam, Susilaningrum, R., Sri, U., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta. Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Riwidikdo, H., 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi Program R dan SPSS, Pustaka Rihama, Yogyakarta. Sarwono, S.W., 2006. Psikologi Remaja dan Pengembangan Diri Anak Remaja, Rajawali Pers, Jakarta.
Sugiyono., 2006. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Supartini, Y., 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. Tembong, G. P., 2006. Smart Parenting, Elex Media Komputindo, Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa., 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat, Balai Pustaka, Jakarta. Tim Pustaka Familia., 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri, Kanisius, Yogyakarta. Wong, D. L., 2001. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta. Wong, D. L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi VI Volume 1, EGC, Jakarta. Woolfson, R. C., 2006. Mengapa Anakku Begitu?, Erlangga, Jakarta. Yayasan kesejahteraan anak Indonesia. (2002). Kebijakan Pemerintah dalam Masalah Anak-Anak Di Indonesia dalam http://www.indosiar.com/ragam, diakses 22 Oktober 2010.