PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V SEMESTER I SDN SIMBATAN Musriyati Guru SDN Simbatan Kec. Kanor Kab. Bojonegoro Email :
[email protected] ABSTRAK : Fakta di sekolah sering terjadi bahwa pembelajaran keterampilan menulis belum sepenuhnya mencerminkan amanat kurikulum. Siswa dituntut guru agar mampu menghasilkan tulisan yang sempurna dalam satu pertemuan. Siswa jarang mendapat kesempatan untuk terlibat dalam proses menulis secara optimal. Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis para siswa kelas V SDN Pesen Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Prosedur pengumpulan data dilakukan secara terus-menerus selama penelitian. Semua proses dan hasil kegiatan dicatat dan buat tabel untuk memudahkan menilai siswa. Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Dari pra siklus ke siklus I, kenaikannya adalah 4,83 dari siklus I ke siklus II naik 3,96 dari siklus II ke III naik 1,25. Rata-rata peningkatan dari yang menggunakan metode pembelajaran konvensional ke pembelajaran cooperatif learning adalah siklus terakhir dikurangi pra siklus yaitu 75,67– 65,63 = 10,04. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Strategi cooperatif learning dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kata kunci : kemampuan menulis bahasa, cooperative learning, Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya bidang menulis, agar siswa merasa senang dalam belajar bahasa. Dengan teknik/metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan ini diharapkan siswa dapat sedikit melupakan rasa tertekan akibat rasa takut gagal dalam ujian, takut memperoleh nilai buruk, karena metode pembelajaran yang buruk. Kemampuan siswa meningkat secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara pengetahuan baru dengan pengalaman yang mereka miliki, atau dengan pengetahuan lain yang mereka miliki. Hampir semua siswa belajar lebih efisien pada saat mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative) dengan siswa lainnya dalam suatu kelompok atau tim. Keberhasilan ini mampu meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam bidang tulis menulis. Pendekatan ini menekankan kepada
bagaimana belajar di sekolah dikontekskan dalam situasi nyata, yang dialami siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode cooperative learning dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis berkaitan dengan apa yang diketahui siswa dan bagaimana gambaran mengenai pengalaman penulis dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas V khususnya pembelajaran menulis yang berkait dengan apa yang diketahui oleh para siswa. Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam tulisan (Widyamartaya:2003). Menulis adalah mengungkapkan segala pikiran dan perasaan yang dialami untuk dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan yang dapat dipahami orang lain (Rodi:2004). 53
54 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 53 - 57
Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa tinggi, dan merupakan kebiasaan elegan dari para elit terdidik (Rivers). Tampaknya menulis tidak sekedar mengungkapkan perasaan, pikiran agar dipahami orang lain saja, melainkan bermanfaat bagi kesehatan jiwa penulisnya. Dan keterampilan menulis hanya dilakukan oleh orang-orang terdidik, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan dunia tulis menulis hanya dilakukan oleh 10% masyarakat. Samples (2002) mengembangkan pembelajaran menulis dengan membagi anak-anak dalam kelompok-kelompok yang berbeda dengan mengerjakan proyek tertentu, dengan bekerja sama. Setiap kelompok menyelesaikan tugasnya, dan mereka bersiap-siap mengajarkannya kepada kelompok lain. Guru mendorong mereka saling bertukar gagasan. Mereka tahu bahwa tujuan aktivitas itu adalah agar setiap orang mampu mengerjakan apa yang sudah bisa dikerjakan orang lain. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran secara kooperasi sebagai salah satu bentuk pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan setiap individu siswa dalam perolehan hasil belajarnya. Cooperative Learning Model pembelajaran Cooperative Learning dikemukakan oleh Lie (2002) haruslah memenuhi lima unsur model pembelajaran yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3} tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok sehingga metode ini akan mencapai hasil yang maksimal. Salah satu teknik cooperative learning meliputi antara lain: (1) berpasangan, (2) berpasangan empat-empat. Cara berpasangan empat-empat, yaitu: (1) guru membagi siswa dalam kelompok empat-empat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas
sendiri, (3) siswa berpasangan dan berdiskusi membicarakan tugasnya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat, (5) siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. METODE Lokasi penelitian adalah di kelas V Semester I Sekolah Dasar Negeri Pesen Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Pada saat penulis menyampaikan kegiatan pembelajaran konvensional dengan hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, hasilnya tidak terlalu baik, dalam arti nilai yang umum dicapai dengan skor rata-rata 65,13 dengan rentang skor nilai mengarang antara 60 hingga 100. Data yang diperoleh adalah nilai hasil kegiatan pembelajaran yang dibagi dalam pra siklus, siklus l, siklus II, dan siklus III. Di samping data nilai dari hasil pembelajaran 3 siklus, peneliti juga mengumpulkan sumber data dari hasil angket dan wawancara siswa dan komentar-komentar yang dilakukan oleh guru. Prosedur pengumpulan data dilakukan secara terus-menerus selama penelitian tindakan ini diadakan secara bertahap. Semua proses dan hasil kegiatan dicatat dan buat tabel untuk memudahkan peneliti mengumpulkan, mendata dan menghitung setiap perolehan nilai siswa. Penelitian direncanakan selama satu bulan, dengan waktu antara 03 Agustus 2010 sampai 24 Oktober 2010. Rencana penelitian ini disusun berdasarkan jumlah pertemuan yang dilakukan peneliti di kelas yaitu 4 kali pertemuan dengan alokasi @ 40 menit untuk 6 jam pelajaran tiap minggu. HASIL Kondisi awal guru kelas V melakukan pembelajaran model tradisional dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Selama proses pembelajaran berlangsung, khususnya saat mereka menyelesaikan tugas membuat tulisan pengalaman pribadi, guru mengamati perilaku siswa, dan menanyakan
Siti Mukholifah, Usaha PHB Pendidikan Agama Islam Materi Surat Al- Alaq Melalui Penerapan Metode Drill | 55
kesulitan-kesulitan yang mereka alami, baik dalam bentuk wawancara maupun angket. Selesainya kegiatan berlangsung, data awal dapat digambarkan dapat digambarkan bahwa para siswa cenderung tunduk taat dan 1ebih banyak diam dalam kelas sambil mengerjakan pekerjaannya (15 anak atau 62,5%). Hanya beberapa siswa yang berusaha menanyakan kesulitan kepada guru, teman (10 dan 16 anak atau 41,67% dan 66,67% yang mau bertanya). Itupun bukan masalah substansial misalnya, berapa lebar garis tepinya, menggunakan kertas apa, atau boleh tidaknya menggunakan pensil. Bahkan hanya beberapa yang mencoba bekerja sama secara kelompok berpasangan (14 anak atau 58,33%, sedangkan yang tidak bekerja berkelompok atau berpasangan ada 15 anak atau 62,5%). Sedangkan yang meminta penjelasan guru, saat guru mendekati mereka hanya 2 anak, sedangkan yang 15 anak atau 88% tidak mau bertanya. Setelah penulis merancang pembelajaran menulis kreatif sedemikian rupa, maka penulis menyajikan pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang paling berkesan. Penyajian Rancangan dalam pembelajaran hasil mengarang adalah sebagai berikut Pertemuan pertama : Siswa diminta membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat orang dengan membagi terpandai dikelompokkan dengan siswa terbelakang dan tengah kemampuan akademisnya, siswa diberikan naskah bacaan cerpen oleh guru untuk masing-masing anak. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua pasangan. Siswa mendiskusikan isinya. Kemudian siswa menuliskan pengalaman pribadinya. Kemudian siswa membacakan hasil karyanya di hadapan pasangannya untuk dimintai komentar kawan sebangku. Guru mengumpulkan naskah itu kemudian menilainya. Pertemuan kedua: Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas empat orang dan terdiri atas dua pasang. Setiap kelompok mendapatkan beberapa naskah cerpen yang sudah terpublikasi. Siswa
membaca naskah yang diterimanya. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok. Setiap orang diberi kesempatan menuliskan kembali pengalaman yang menarik untuk dibacakan di depan kelompoknya. Setiap siswa memberi komentar tentang ejaan, isi, gagasan, tata tulis dan tata kalimat. Siswa yang kesulitan menemukan kebenaran atas tulisan kawannya khususnya masalah ejaan dibantu oleh gurunya dengan menunjukkan buku Pedoman EYD 1972, yang ada di perpustakaan. Siswa mengumpulkan naskah yang telah disusunnya untuk dikumpulkan kepada guru untuk diberikan nilai, komentar, atau catatan lain yang mendukung tulisannya. Pertemuan ketiga: Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok berjumlah 4 orang (seperti dalam kegiatan pertama dan kedua, dan tidak perlu mengubah lagi). Setiap kelompok mendapatkan bahan bacaan lagi yang berbeda dari pertemuan 1 dan 2. Setiap siswa diberikan kesempatan menuliskan pengalaman sehari-harinya sekali lagi, sehingga mendapatkan tulisan yang sempurna menurut mereka. Setiap siswa membacakan tulisan yang telah dibuamya untuk dimintai tanggapan, komentar dari kelompok lain. Guru memberikan reward, dukungan, dan applaus atas kinerja mereka. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menempelkan tulisannya pada selembar kertas manila berwarna ukuran A1. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menempelkan majalah dindingnya di papan milik perpustakaan yang berada di lorong depan. Guru memberikan penilaian sekaligus meminta siswa dari kelas lain untuk mengapresiasi karya kawannya. Proses belajar mengajar yang meningkat dan respon yang cukup baik dari siswa tentang strategi pembelajaran baru ini membuat angka pencapaian hasil belajar semakin naik dari waktu ke waktu. Jika sebelum dilakukan perlakukan nilai rata-rata hanya berkisar pada angka 65,63, maka pada classroom action research ada peningkatan pada siklus I sebesar 70,46, siklus II sebesar 74,42 dan siklus III menjadi 75,67.
56 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 53 - 57
PEMBAHASAN Jika siswa hanya diberikan tugas tanpa disertai dengan strategi pembelajaran yang baik, maka hasilnya hanyalah perolehan 65,63 dari rentang nilai 60 hingga 100. Ketika diberikan rangsangan (stimulus) berupa contoh karya terpublikasi, terdapat kenaikan yang cukup sigifikan yaitu 1,25. Pada siklus II diadakan metode diskusi, dalam cooperative learning, perbaikan kesalahan tata tulis, tata ejaan, dan tata kalimat, maupun gagasan maka ada kenaikan sebesar 3,96. Sedangkan ketika diadakan perbaikan di siklus III dan pemusatan pembelajaran memperbaiki karya, maka kenaikannya hanya 1,25. Kenaikan dari siklus II ke Siklus III yang kecil ini juga disebabkan mengecilnya kesalahankesalahan tulis, hubungan antar paragraf, maupun digunakannya buku pedoman penulisan ejaan. Dengan demikian, kesalahan pengungkapan ide, penulisan, gaya bahasa maupun penyelesaian akhir tidak terlalu tampak. KESIMPULAN Strategi pembelajaran cooperative learning mampu menggairahkan kelas-kelas yang biasanya tunduk, taat, tenang dan diam,
menjadi kelas yang hidup, penuh semangat, penuh energi, dan penuh vitalitas serta bertumbuh kemampuannya. Pembelajaran cooperative learning, menimbulkan rasa kebersamaan dan mengurangi persaingan yang kurang sehat seperti dalam metode drill yang hanya mengejar nilai dan mengabaikan kreatifitas dan daya kritis siswa. Peningkatan kemampuan menulis ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar, membaca dari berbagai referensi di perpustakaan, serta menemukan sendiri dan memecahkan persoalan-persoalan mereka dengan kawan-kawan sebangkunya atau sekelompoknya. SARAN Guru hendaknya selalu meningkatkan kreatifitas mengajarnya dengan berbagai metode dan alat peraga, sehingga diharapkan ada peningkatan hasil belajar para siswanya. Meskipun dalam keadaan serba terbatas, baik fasilitas, maupun kemampuan intelegensi dan emosi murid, maka guru perlu selalu mencari alternatif pengajaran yang sesuai dengan kondisi alam, kondisi kejiwaan siswa serta lingkungan dimana siswa berada dan bertempat tinggal.
DAFTAR PUSTAKA Alim, D. 2003. Lancar Berhahasa Indonesia untuk sekolah dasar Kelas 5. Jakarta: Balai Pustaka. Azies, F., & Alwasilah, A.C. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Bird, C. 2001. Menulis dengan Emosi: Panduan Empatik Mengarang Fiksi. Bandung: Kaifa. Hernowo. 2002. Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh Melejitkan Kemauan Plus Kemauan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Kaifa. Hernowo (Ed). 2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. Lie, A. 2002a. "Cooperative Learning in the Implementation of Competency-Based Curriculum" dalam jurnal Kanor kali Vo 14, No. 3 dan 4. Surabaya: Proyek PPM SLTP Jawa Timur. Lie, A. 2002b. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A.G., 2004. Pembelajaran Kontekstual. Penerbit Universitas Negeri Malang.
Siti Mukholifah, Usaha PHB Pendidikan Agama Islam Materi Surat Al- Alaq Melalui Penerapan Metode Drill | 57
Rodi, M.I. 2004. "Pembelajaran Menulis yang Menyenangkan" dalam Penataran No. 0l XI/2004. Majalah Pemda kabupaten Blitar. Samples, B. 2002. Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar sambil Bermain untuk Membuka P'ikiran Anak-Anak Anda. Bandung: Kaifa. Widyamartaya, A. 2003. Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.