HASlL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Desa Banjar Benai Desa Banjar Benai terrnasuk dalarn wilayah di kecarnatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi. Luas Desa Banjar Benai sekitar 7600 ha. Luas tanah diperuntukkan sebagai jalan sepanjang 30,3 krn, sawah dan ladang sebanyak 75 ha, tanah yang belurn dikelola berupa rawa seluas 100 ha, selebihnya diperuntukkan sebagai pernukirnan dan perkebunan serta fasilitas urnurn. Secara geografis, Desa Banjar Benai rnerniliki batas wilayah antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kuantan, sebelah selatan berbatasan dengan Riaupulp sektor Cerenti, sebelah barat berbatasan dengan Desa TalontarnIKecarnatan Kopung Tenga, dan sebelah tirnur berbatasan dengan Gunung KesiangadPT Cerenti Subur. Desa Banjar Benai berjarak 4 km dari pusat kecarnatan dan berjarak 14 krn dari pusat kabupaten. Jurnlah Keluarga di Desa Banjar Benai sekitar 790 Keluarga dengan jurnlah penduduk keseluruhan rnencapai 3030 orang. Secara urnum, penduduk di desa ini bekerja sebagai petani, selainnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, buruh tani, buruh bangunan dan lain-lain. Sarana dan prasarana urnurn di Desa Banjar Benai antara lain: tempat ibadah yang terdiri dari 8 mesjid dan 4 rnushalla, sarana kesehatan berupa polikliniklbalai kesehatan (3), sarana pendidikan meliputi TK (I),Sekolah Dasar Negeri (2), Sekolah Lanjutan Menengah Pertarna (2). Pasar yang menyediakan kebutuhan konsurnsi pangan sehari-hari atau yang biasa disebut pasar pagi hanya terdapat di kecarnatan. Pasar ini hanya ada satu kali dalarn serninggu yaitu pasar kamis. Dernikian juga transportasi urnum, hanya tersedia pada hari yang sama untuk rnernfasilitasi para ibu ke pasar. Transportasi yang digunakan oleh penduduk sehari-hari sangat tergantung pada kenderaan pribadi yang rnereka rniliki berupa sepeda dan motor. Akses listrik belum ada di desa ini. Beberapa anggota rnasyarakat rnenggunakan rnesin diesel sebagai penerang di rnalam hari.
Keadaan Umum Desa Koto Benai Desa Koto Benai terrnasuk dalam wilayah di kecamatan Benai. Kabupaten Kuantan Singingi. Luas Desa Koto Benai 2800 ha.
Luas tanah
diperuntukkan sebagai jalan sebanyak 4 km, sawah dan ladang sebanyak 20 ha, perkarangan sebanyak 15 ha, tegalan sebanyak 5 ha, perkebunan rakyat sebanyak 483 ha, selebihnya dimanfaatkan untuk berbagai kepertuan (pemukiman, fasilitas umum dan lainnya). Secara geograhs, desa Koto Benai memiliki batas wilayah antara lain : sebelah utara berbatasan dengan Desa Benai Kecil, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulau Kopung dan Talontam, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulau Kopung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Talontam. Desa Koto Benai berjarak 1 km dari pusat kecamatan dan berjarak 10 km dari pusat kabupaten. Jumlah Keluarga di Desa Koto Benai sekitar 83 Keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 309 orang. Secara umum, penduduk di desa ini bekerja sebagai petani, selebihnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, buruh tani, buruh bangunan dan lain-lain. Sarana dan prasarana umum di Desa Koto Benai sangat terbatas. Desa ini memiliki tempat ibadah yang terdiri dari 1 mesjid dan 2 mushalla, sarana kesehatan hanya ada bewpa 1 klinik, sedangkan sarana pendidikan hanya ada 1 madrasah saja, sehingga orang tua biasanya menyekolahkan anaknya di desa lain atau di pusat kecamatan. Sebagaimana di Banjar Benai, sarana pasar yang menyediakan kebutuhan konsumsi pangan sehari-hari atau yang biasa disebut pasar pagi juga terdapat di kecamatan. Pasar ini hanya ada satu kali dalam seminggu yaitu pasar kamis.
Demikian juga transportasi umum, hanya tersedia
pada hari yang sama untuk memfasilitasi para ibu ke pasar. Transportasi yang digunakan oleh penduduk sehari-hari sangat tergantung pada kenderaan pribadi yang mereka miliki berupa sepeda dan motor. Akses listrik di Desa Koto Benai lebih baik dibandingkan dengan di Desa Banjar Benai, karma PLN telah beroperasi di desa ini.
Karakteristik Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga lntegrasi Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kebijakan Perusahaan Bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial PT Riau Andalan Pulp and Paper
diwujudkan
melalui
Program
Pemberdayaan
Masyarakat
Riau
(PPMR=Riau Community Empowerment Program) yang dibentuk pada Mei 1999. PPMR merupakan penyempurnaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan
sebelumnya
sebagai
bagian
dari
kegiatan
kehumasan
(Departemen Humas). PPMR
adalah
suatu
mekanisme
peningkatan kesejahteraan masyarakat. konsentrasi
program
yang
didasarkan
pendukung
untuk
mernbantu
Oleh karena itu, PPMR memiliki pada
community empowerment
(pemberdayaan masyarakat) yang bertitik tolak pada aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Secara umum PT Riau Andalan Pulp and Paper
melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan mengenai PPMR. Kebijakan tersebut rnencakup visi dan misi, kebijakan, tujuan, dan strategi PPMR (Tabel 5). Tabel 5 Kebijakan PPMR
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2006-2009 menegaskan bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan melibatkan berbagai pihak termasuk perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakatnya. Dengan demikian, sudah selayaknya perusahaan memasukkan muatan-muatan dalam KUKP 2006-2009 ke dalam kebijakan program pemberdayaan masyarakatnya. Adapun Kebijakan dalam KUKP 2006-2009 tertuang dalam Lampiran la. Visi
mengandung
keinginan
perusahaan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Visi perusahaan dapat dikatakan mendukung kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam SNPK yaitu mengenai keterlibatan
perusahaan dalam pemberantasan kemiskinan yang
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh berbagai hak dasamya termasuk hak dasar atas pangan. Sebagaimana diketahui, pemberantasan kemiskinan sangat penting dalam konsep pelwujudan ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan akses terhadap pangan yang layak. Selanjutnya, misi PPMR juga sangat mendukung misi yang tertuang dalam KUKP 2006-2009. Kebijakan PPMR bertumpu pada visi dan misinya. Visi dan rnisi PPMR secara umum mengarah pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat namun demikian kebijakan PPMR menyentuh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi: a
Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja baru: meningkatkan akses rumah tangga (subsistem konsumsi)
b Meningkatkan penerimaan daerah: sangat tergantung pada bentuk program, misalnya pembangunan jalan: Merupakan infrastruktur untuk pertanian (subsistem ketersediaan) Merupakan sarana untuk efisiensi distribusi pangan dan perdagangan pangan (subsistem distribusi) Jalan yang memadai akan memudahkan tersedianya pangan yang baik dan menjamin harga yang stabil (subsistem konsurnsi) c
Membina dan mengembangkan sentra ekonomi baru: sangat tergantung pada bentuk kegiatan atau program. Misalnya pembentukan koperasi: Menyediakan pinjaman modal: penting untuk meningkatkan produksi (subsistem ketersediaan) Prasarana untuk distribusi dan perdagangan pangan (subsistem distribusi)
Memberikan kesempatan pemasaran produksi hasil pertanian dengan harga yanga lebih baik memungkinkan tejadinya peningkatan pendapatan petani (subsistem konsumsi) d
Meningkatkan kinerja masyarakat: dapat
meningkatkan produktivitas
masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat (subsistem konsumsi) Tujuan PPMR menggambarkan bahwa meskipun visi, misi dan kebijakan PPMR mendukung perwujudan ketahanan pangan, namun sesungguhnya ha1 tersebut belum seutuhnya dilandasi oleh konsep ketahanan pangan itu sendiri. Adapun strategi pemberdayaan PPMR dapat diterapkan dan dapat mendukung strategi dalam meningkatkan kemandirian ketahanan pangan. Kualitas dan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan adanya komitmen yang dibangun tentang program tersebut. Komitmen perusahaan dibuktikan dengan integrasi program pemberdayaan dalam kebijakan perusahaan mencakup adanya kebijakan tertulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan tentang pemberdayaan masyarakat, adanya divisi khusus, kompetensi SDM, rencana strategi, ketersediaan dan kejelasan dana, serta kerjasama dengan pihak lain. Dari Tabel 6 dapat diketahui besamya komitmen
perusahaan
dalam
melaksanakan
program
pemberdayaan
masyarakat. Tabel 6 lntegrasi program pernberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan
a am menanganl program
Berdasarkan penilaian dengan skoring terhadap beberapa indikator pada Tabel 6 dihasilkan penilaian yang baik tentang komitmen perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. integrasi
Penjelasan tentang
program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan
sekaligus gambaran besarnya komitmen PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat antara lain: 1 Adanya kebijakan formal yang tertulis dapat menunjukkan keseriusan perusahaan
dalam
mencurahkan
berbagai
memberdayakan masyarakat (PIRAC dan
sumberdaya
untuk
Ford Foundation, 2003).
Kebijakan tersebut dapat berupa pernyataan visi dan rnisi, kebijakan, tujuan, dan strategi (Tabel 5).
Isi visi program pemberdayaan masyarakat PT Riau
Andalan Pulp and Paper (PPMR) mengandung keinginan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian
masyarakat.
Hal
ini
menunjukkan adanya kesadaran perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder terutama bagi masyarakat yang secara langsung terkena dampak aktivitas perusahaan. Selanjutnya, misi, kebijakan, tujuan, strategi serta program PPMR mempertegas visi PPMR dalarn rangka meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat yang sangat penting bagi upaya penvujudan katahanan pangan.
2 Kepemilikan divisi atau struktur manajemen khusus merupakan indikasi keseriusan perusahaan dalam
kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
Berdasar penelitian PIRAC tahun 2002, perusahaan berskala besar, multi nasional dan nasional serta perusahan publik, lebih besar proporsinya dalam mernbentuk divisi
atau yayasan yang
khusus rnengurus kegiatan
pemberdayaan dibanding perusahaan skala menengah, perusahaan lokal dan milik pribadi. Sejalan dengan penelitian tersebut, ha1 yang sama terbukti di PT Riau Andalan Pulp and Paper selaku perusahaan multi nasional, yaitu adanya Departemen Pemberdayaan Masyarakat (Community Development Departement).
Departemen ini dipimpin oleh seorang Direktur, dengan
deskripsi tugas pelaksanaan yang sangat sangat jelas (tertuang dalam SOP). 3 Staf pemberdayaan masyarakat atau sering disebut Community Development Officer (CDO) dalam ha1 ini adalah para pelaku program dalam struktur Departemen Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dan struktur yayasan Care and Empowerment for Community (CECOM) yang mengelola PPMR (outsourching PT Riau Andalan Pulp and Paper dan
CECOM).
Perekrutan
orang-orang
dalam
struktur
memang
mempertimbangkan kompetensi berupa latar belakang pendidikan yang relevan dan pengalaman yangmemadai.
Namun demikian, penemuan
dilapangan dan wawancara dengan beberapa CDO diketahui bahwa masih terdapat CDO yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman memadai. Upaya PT Riau Andalan Pulp and Paper dan CECOM dalam mewujudkan kompetensi sebagai pekerja komunitas (community organizer) adalah memfasilitasi karyawannya dengan berbagai pelatihan dan studi banding dengan berbagai lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri. 4
Penelitian PlRAC tahun 2002 menemukan bahwa perusahaan kategori besar (multi nasional dan nasional) dan perusahaan publik cenderung lebih merencanakan program dan budget untuk sumbangan dibanding perusahaan skala menengah, perusahaan lokal dan perusahaan milik pribadi.
Hasil
penelitian di perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper menemukan bahwa p e ~ s a h a a nmemiliki tujuan dan rencana program yang berisi penjelasan umum mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu serta program tahunan secara jelas disertai tujuan, sasaran, indikator serta sistem pemantauan. Rencana dan target pencapaian program tertuang dalam Balance Score Codes (BSC). 5 Salah satu sumberdaya yang diperlukan untuk keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah dana.
Pendanaan yang direncanakan dan jelas
merupakan salah satu bentuk keseriusan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pendanaan yang dimaksud bukan saja b e ~ p a uang tunai yang dikeluarkan, namun juga berupa in kind yang besarannya dapat dikonversi dalam nilai uang, seperti peminjaman alat-alat, kesempatan masyarakat lokal berdamawisata atau jam kerja karyawan lain membantu kegiatan CDO untuk kegiatan pemberyaan masyarakat yang dibiayai oleh perusahaan. Dari hasil pemeriksaan dokumen dan hasil wawancara dengan CDO alokasi pendanaan community development tersedia dan memiliki kejelasan. Sebagai gambaran, alokasi dana untuk program pemberdayaan masyarakat dalam beberapa tahun terlihat pada Tabel 7, sedangkan tren fluktuasinya tertera pada Gambar 8.
Tabel 7 Pengeluaran aktual PPMR 1999-2005 N
Program
0
1
1
2000 3.412
2001 3.556
1
Tahun 2002 6.867
1
S. Pert. Terpadu
1999 2.735
2 3 4
Sos & lnfrastruktur
1.032
9.495
5.595
693
1.697
2.303
7.416 681 1.612 3.749
I2
73
5
-
A
1
1
Pengmb.UKM Pelthn. Keju~an Overhead
, Canex I
--
1.53 .
1
Total
67 -.
4.613
1
14.661
1
.-
1
1
1
2003 6.304 19.520 1.387 1.271 5.618
.-
11.467 1 20.397
1
1
1 .R --n 1 34.280 1
2004 7.020
1
1
14.228 1.053 848 7.683
2005 5.486 13.024 1.947 883 7.882
7. R - 1.
491 .- .
31.613
1
29.713
Ket: Jumlah dana dalam juta rupiah
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 8 terlihat bahwa tren total pengeluaran atau alokasi dana kadang mengalami peningkatan (1999 ke 2000, 2001 ke 2002 dan 2002 ke 2003) kadang mengalami penurunan (2000 ke 2001, 2003 hingga 2005). Total pengeluaran aktual mengalami kenaikan yang paling tinggi terjadi dari tahun 2002 ke tahun 2003 (dari Rp 20.397 juta naik menjadi Rp 34.280 juta).
1998
1999
2000
2001
2M12
2003
2004
2M)6
2005
Tahun ~~~
~
-
~.
~
Aktual-. ; I -+- Pengeluaran .-~
~
p
~
-
~
~
-
I
Gambar 8 Grafik tren total pengeluaran aktual PPMR 1999-2005 Apabila jumlah dana setiap tahun dibandingkan dengan hasil penelitian PlRAC mengenai kegiatan kedermawanan perusahaan tahun 2001, sebagaimana tercantum pada Tabel 8, maka sumbangan PT Riau Andalan Pulp and Paper sendiri sebesar 14, 5% dari total sumbangan, selebihnya 85,5% berasal dari 64 perusahaan multi nasional lainnya atau apabila dirataratakan maka setiap perusahaan lainnya hanya berkontribusi sekitar 1,3%.
Tabel 8 Besaran dana sumbangan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan jenis perusahan
6
Pelibatan (kerjasama) dengan pihak lain dalam pemberian sumbangan mengandung makna bahwa perusahaan mengarah pada transparansi kegiatan pemberdayaannya dan berupaya memisahkan kepentingan bisnis dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (PIRAC dan Ford Foundation, 2003). Pelaksanaan program PPMR telah melibatkan berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah daerah, LSM maupun institusi lainnya.
Bahkan
sejak pertengahan 2005 telah dilakukan out sourching beberapa program PPMR kepada pihak CECOM meskipun pada kenyataannya yayasan ini masih dipimpin oleh direktur CD PT Riau Andalan Pulp and Paper. Berikut analisis kelebihan dan kekurangan apabila kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dilakukan secara self managing maupun out sourching: Tabel 9 Kelebihan dan kekurangan pendekatan self managing dan out sourching Pendekatan
Self Managing
Kekurangan 1 Seringkali menemukan ma~lalahkurangnya profesionalime CDO Pe~sahaandapat leluasa merancang program 2 Pembengkakan biaya yang pemberdayaan untuk diakibatkan pembatasan masyarakat sekitar perusahaan program yang tidak jelas 3 Tidak daoat dievaluasi secara Kebaikan
1 Program mudah di evaluasi
karena ada oleh pe~~ahaan, diluar struktur pernbengkakan biaya kecil, karena sudah sesuai dengan
Tidak bisa di intervensi secara langsung karena berada di luar struktur perusahaan
Potensi Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Mengaw pada kerangka sistem ketahanan pangan dari Dewan Ketahanan Pangan (2006) disimpulkan bahwa ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsurnsi pangan. Setiap upaya atau intervensi untuk peningkatan ketahanan pangan perlu ditujukan pada program yang dapat meningkatkan ketiga subsistern ketahanan pangan tersebut. Tabel 10 menyajikan potensi dampak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan 12 elemen penting kebijakan umum dalam KUKP 2006-2009.
Berdasarkan Tabel
10 diketahui bahwa potensi darnpak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga menyentuh ketiga subsistem ketahanan pangan.
Hanya saja program-program tersebut tidak
didesain guna membentuk suatu rantai program yang saling berkaitan. Hal ini era! kaitannya dengan tujuan PPMR itu sendiri yang lebih mengarah kepada peningkatan kemandirianlkesejahteraan dari aspek ekonomi dan belum secara spesifik dilatarbelakangi oleh konsep ketahanan pangan.
Kondisi ini
kemungkinan disebabkan belum tersosialisasinya konsep ketahanan pangan kepada perusahaan secara umum dan belum adanya peraturan yang merniliki kekuatan hukum yang mengikat peran perusahaan secara khusus.
Padahal,
agar program-program PPMR atau pemberdayaan masyarakat mampu mendukung sistem ketahanan pangan, perlu rancangan program yang diiesaian seperti rantai membentuk sistem ketahanan pangan. Sebagai contoh, program peningkatan produksi pertanian melalui program pertanian terpadu dapat meningkatkan taraf ekonomi atau pendapatan petani dengan pemasaran yang tepat.
Selanjutnya, peningkatan pendapatan petani ini menjadi sangat berarti
apabila pendapatan tersebut dialokasikan dengan tepat pula, untuk itu, ibu rumah tangga sebagai pengatur rumah tangga perlu diberikan pengetahuan tentang mengelola pendapatan termasuk diberi bekal keterampilan pengasuhan anak dan peningkatan pengetahuan gizi dan kesehatan.
Dengan demikian,
peningkatan pendapatan dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan memberikan dampak positif berupa status gizi dan kesehatan yang baik bagi anggota rumah tangga.
Tabel 10 Tujuan dan sasaran serta potensi dampak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga
Sarana 1 prasarana air bersih
a. Kemitraan 4
b. Kewirausahaan Pelalihan Kejuruan
Memberi bekal keterampilan
individu lndividu lndividu
Peningkatan akses pangan
Potensi dampak setiap program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dapat lebih dijelaskan dengan melakukan analisis terhadap komponen program PPMR.
Analisis dilakukan
dengan menggali komponen input program, proses, output, outcome dan dampak program. Sistem Pertanian Ter~adu Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) merupakan program utama (core program) PPMR PT Riau Andalan Pulp and Paper. SPT didefinisikan
sebagai suatu sistem pertanian yang merupakan gabungan dari beberapa kegiatan pertanian meliputi peternakan, tanaman pangan dan hortikultura serta perikanan dalam suatu area pertanaman yang saling berintegrasi dan mernperkuat satu sama lain, berorientasi agribisnis (Garnbar 9).
Peserta
program SPT adalah petani marginal yang kekurangan modal usaha, pengetahuan dan keterampilan, serta motivasi untuk meningkatkan pendapatan dan kual'aas hidupnya. Petani ini bergabung dalam satu kelompok tani yang dibina oleh petugas lapang dan pendamping. Dalam proses mewujudkan sistem pertanian terpadu, input diperoleh baik dari petani selaku sasaran maupun dari perusahaan.
Sumber : Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp (2005)
Gambar 9 Skema Sistem Pertanian Terpadu
Cakupan SPT antara lain: 1 Peternakan
2
3
a
Budidaya ternak
b
Penggemukan ternak
Pertanian a
Budidaya tanaman pangan
b
Budidaya tanaman hortikukura
Perikanan a
Budidaya ikan dalam kolam
b
Budidaya ikan dalam keramba Analisis terhadap komponen program SPT dapat dilihat pada Gambar 10.
Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa seluruh input SPT dari perusahaan berupa dana, tenaga pendamping dan ketersediaan balai pelatihan dimanfaatkan untuk kegiatan pemberian subsidi sarana produksi, proses pendampingan dan pelatihan. Subsidi sarana produksi menjamin ketersediaan sarana ini bagi petani sehingga memungkinkan kegiatan pertanian dapat berjalan dengan baik. Pelatihan tentang tekhnik bertani, berternak dan atau memelihara ikan memberikan pengetahuan bertani yang baik bagi sasaran. Pengetahuan yang diperoleh sasaran dapat merubah perilaku bertani, beternak, atau memelihara ikan yang selama ini kurang tepat menjadi lebih tepat. Selanjutnya, dampak yang dapat dirasakan oleh petani adalah meningkatnya produksi yang berarti berkontribusi pada ketersediaan pangan di pasar dan bertambahnya pendapatan yang di dapat dari penjualan hasil produksi ini.
Dana
h
Pendampins
t
Subsidi sarana
pendapatan
Baiai Pelatihan
INPUT
PROSES
OUTPUT
OUTCOME
Gambar 10 Komponen program sistem pertanian terpadu
DAMPAK
Proqram Sosial dan lnfrastruktur Program Sosial dan lnfrastruktur (PSI) mencakup pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, keagamaan, budaya dan olah raga serta pengadaan dan penyediaan infrastruktur bagi masyarakat. Cakupan tiap bidang antara lain: 1 Pelayanan kesehatan, terdiri dari: a
Pengobatan massal
b
lmmunisasi ibu hamil dan balita
c
Paket gizi untuk ibu hamil dan balita
d
Bedah minor, antara lain khitanan massal, operasi katarak dan bibir sumbing
2
3
e
Penyuluhan kesehatan
f
Kerjasama lintas sektoral
Pendidikan, terdiri dari: a
Beasiswa SD-SLTP-SLTA (paket peralatan sekolah)
b
Beasiswa mahasiswa perguruan tinggi (donasi)
c
Honorarium untuk guru honorer
d
Renovasi dan pembangunan sekolah
e
Penyediaan furnitur dan sarana belajar
f
Donasi operasional sekolah
g
Buku tulis bersubsidi
Keagamaan a
Renovasi dan pembangunan rumah ibadah
b Renovasi dan pembangunan pesantren
4
c
Penyediaan perlengkapan peribadatan
d
Donasi Ongkos Naik Haji (ONH)
Budaya dan olah raga: a
Renovasi dan pembangunan rumah adatltradisional
b Donasi Kegiatan kesenian rakyat
5
c
Pengadaan buku cerita rakyat
d
Pembangunanlrenovasi lapangan olahraga
e
Penyediaan saranalalat olahraga
lnfrastruktur, terdiri dari: a Sarana 1 prasarana air bersih b Genset listrik c
Renovasi kantor kepala desalBabinsalbidan desa
d
Pengadaan furnitur kantor kepala desa
e
Pembangunan balai pertemuan desa
f
Perbaikan jalan dan jembatan Analisis tiap komponen program PSI antara lain:
1 Bidang Kesehatan Berdasarkan Gambar 11 diketahui bahwa program kesehatan berupa pemberian paket gizi bagi ibu hamil dan balita dapat meningkatkan asupan makanan melalui peningkatan akses pangan bergizi. lmunisasi bagi ibu hamil dan balita dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sedangkan pengobatan massal dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Adapun penyuluhan kesehatan memungkinkan masyarakat memiliki pengetahuan guna meningkatkan kualitas hidup dan kesehatannya. Selanjutnya dengan semakin baiknya kekebalan tubuh, kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan disertai pengetahuan yang baik maka akan menyebabkan peningkatan kesehatan masyarakat.
Hal ini tentu saja sangat penting dalam upaya
peningkatan ketahanan pangan karena adanya asupan yang cukup didukung kesehatan yang baik dapat rneningkatkan konsumsi pangan.
Pangan
Dana Tenaaa ahli
pengetahuan
INPUT
PROSES
OUTPUT
Gambar 11 Komponen program kesehatan
+
kualitas hidup
Bkesehatan
OUTCOME
DAMPAK
2
Bidang Pendidikan Program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper
bidang pendidikan dengan kegiatan pemberian honor bagi guru honorer berpotensi memberikan dampak bagi peningkatan ketahanan pangan rumah tangga guru. Hal ini disebabkan tejadinya peningkatan pendapatan guru dan semakin besarnya daya beli atau akses terhadap pangan. Adapun program pemberian beasiswa dan penyediaan berbagai sarana dan prasarana pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan motivasi sasaran dalam turut aktif memperjuangkan dan memenuhi hak dasarnya terhadap pangan serta mewujudkan ketahanan pangan dalam skala yang lebih luas (Gambar 12).
INPUT
PROSES
OUTPUT
OUTCOME
DAMPAK
Gambar 12 Komponen program pendidikan 3 lnfrastruktur Berbagai infrastruktur sangat diperlukan sebagai fasilitas yang dapat mempengaruhi sistem ketahanan pangan. Berdasarkan Gambar 13, sarana air bersih yang disediakan
oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper dapat
meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan yang baik sangat penting karena dapat meningkatkan utilisasi pangan oleh tubuh. lnfrastruktur berupa jalan serta jembatan yang dibangun atau diperbaiki sangat berarti bagi peningkatan ketahanan pangan karena dapat memudahkan kegiatan pertanian dalam upaya penyediaan pangan serta dapat memberikan jaminan bagi kelancaran distribusi pangan.
INPUT
PROSES
OUTPUT
OUTCOME
DAMPAK
Garnbar 13 Komponen program infrastruktur Pelatihan Keiuruan dan Penqembanqan Usaha Kecil dan Menenqah Pembahasan PUKM dan pelatihan kejuruan digabungkan karena secara fakta diiemukan kaitan antara kedua program tersebut yaitu pelatihan kejuruan atau keterampilan dipandang sebagai input bagi PUKM.
Program pelatihan
kejuruan bertujuan untuk melatih pemuda desa khususnya yang putus sekolah agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (in line) maupun keterampilan untuk membuka usaha sendiri (off line). Alumni pelatihan yang memenuhi beberapa persyaratan dapat direkrut pada program lanjutan untuk dibina menjalankan usaha kecil atau menengah. Pelatihan yang pernah dilakukan adalah: a Pelatihan pembuatan perabot b Pelatihan tata rias c
Pelatihan mekanik elektronik
d Pelatihan mekanik otomotif e Pelatihan dinamo f
Pelatihan ukiran
g Pelatihan menjahit h Pelatihan mengemudi i
Pelatihan tata boga
j
Pelatihan sablon
k
Pelatihan manajemen koperasi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM) merupakan program
pendukung SPT. Program ini bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan para pengusaha kecil dan menengah.
Kegiatan program ini antara lain
pelatihan yang diberikan pada pengusaha kecil dan menengah maupun pemuda putus sekolah yang ingin membangun usaha, bantuan peralatan, modal dan pembinaan serta pemantauan atau pendarnpingan. Program PUKM mencakup program pengembangan kernitraan dan kewirausahaan. Program kemitraan merupakan program yang ditujukan pada kegiatan atau usaha yang mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (in line), sedangkan program kewirausahaan m e ~ p a k a nprogram yang ditujukan pada kegiatan atau usaha yang t i a k mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (off line). 1
Kemitraan: a
Produksi pallet
b Angkutan kayu
2
c
Harvesting akasia
d
Tenaga kebersihan (cleaning service)
e
Penyediaan tenaga kerja
f
Transportasi pulp
g
Perbaikan dan pembersihan container
h
Penanaman dan perawatan akasia
i
General Suppliedkontruksi
Kewirausahaan: a
lndustri Nmah tangga seperti batu bata, makanan dan minuman
b
Kerajinan tanganlsouvenir seperti tenun Siak, bordir, Carvingffurniture dan kertas daur ulang
c
Usaha ritel (minimarket dan kantinlkatering) serta
d
Usaha jasa (bengke1,menjahit dan sablon) Gambaran
pentingnya
pelatihan
kejuruan
dan
PUKM
dalarn
meningkatkan subsistem akses pangan dapat dilihat dari Gambar 14. Input berupa kebijakan perusahaan rnernbuka peluang kerjasama dengan pengusaha lokal ukuran kecil dan menengah, pelatihan kejuman, pendampingan dan penyediaan dana memunculkan usaha baru yang mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (in line) dan tidak secara langsung mendukung kegiatan operasional perusahaan (off line). Usaha yang in line dengan kegiatan operasional perusahaan selanjutnya akan memiliki hubungan kemitraan dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Biasanya skala usaha ini lebih besar dan
minimal status adalah CV. Contoh usaha mitra PT Riau Andalan pulp and Paper adalah usaha pembuatan pallet dan tenaga kebenihan. Usaha yang tidak mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (off line) tetap memiliki hubungan dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper melalui kegiatan pendampingan, namun terkategori ke dalam program kewirausahaan. Biasanya skala usaha kewirausahaan ini lebih kecil di banding usaha kemitraan. Adanya status sebagai mitra usaha dan wirausaha dampingan memberikan peluang bagi usaha-usaha ini berupa akses modal dan peluang lain yang dapat memperlancar jalannya usaha sehingga terjadi peningkatan keuntungan yang berarti terjadi peningkatan pendapatan.
Selain itu
pengembangan usaha memungkinkan terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga kondisi ekonorni masyarakat lebih membaik.
kernitfaan
-.-
Pelatihan ketr
Danalsarana
INPUT
J
PROSES
OUTPUT
OUTCOME
OAMPAK
Gambar 14 Komponen program PUKM Pelaksanaan dan Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pelaksanaan program sangat beragam di berbagai lokasi sekiar perusahaan, ha1 ini tergantung pada kebutuhan lokasi bagi perusahaan disertai karakteristik lokasi dan masyarakat.
Desa Banjar Benai dan Koto Benai
memberikan peran penting bagi perusahaan karena sangat dekat dengan hutan perusahaan (sekitar 20-30 km) selain dimanfaatkannya jalan desa sebagai lalu lintas truk yang rnembawa kayu ke pabrik.
Hutan perusahaan dan jalur
transportasi, diakui membawa dampak bagi masyarakat desa misalnya, akses masyarakat terhadap lahan hutan sebelumnya menjadi putus, terjadi polusi udara, polusi suara dan adanya gangguan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat setempat yang notabene masyarakat asli dengan budaya tradisionalnya. Pelaksanaan program PPMR di Desa Banjar Banai dan Koto Benai (Tabel 11 dan 12) dimaksudkan perusahaan tidak hanya sekedar agar perusahaan dikenal oleh masyarakat tetapi lebih dari itu dimaksudkan agar perusahaan dapat diterima dan dipercayai oleh masyarakat (PPMR PT Riau Andalan Pulp and Paper, 2006). Untuk itu perusahaan berupaya agar bantuan yang diberikan kepada masyarakat tidak sekedar berupa karitas (donasi), namun pendekatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat yang membawa masyarakat pada kemandirian terutama dari sisi ekonomi. Tabel 11 Pelaksanaan program PPMR di Desa Banjar Benai
Tabel 12 Pelaksanaan program PPMR di Desa Koto Benai
Tabel 11 dan Tabel 12 menggambarkan sebaran pelaksanaan program dalam kurun waktu 2000-Maret 2006 di Desa Banjar Benai dan Koto Benai. Desa Banjar Benai terlebih dahulu mendapatkan program PPMR dibanding Desa Koto Benai, demikian pula jumlah program dan bantuan yang diterima Desa Banjar Benai lebih banyak dibanding Desa Koto Benai. Tabel 13 menyediakan data tentang tujuan, sasaran dan waktu pelaksanaan program PPMR. Tabel 13 mempermudah penentuan program yang akan disurvei di lapangan.
Penelitian lebih difokuskan pada program yang
memiliki karakteristik antara lain: 1 Program yang berkaitan langsung dengan unit rumah tangga sebagai sasaran utama 2
Program tersebut bukanlah bersifat insidental namun bersifat jangka panjang dalam artian memiliki periode waktu pelaksanaan Karakteristik sedemikian memunculkan konsekuensi adanya interaksi
antara pihak perusahaan dan rumah tangga dalam jangka waktu tertentu yang berdampak pada peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan data Tabel 13 maka program yang d i s u ~ e dilapangan i yaitu SPT dan PUKM yaitu kewirausahaan.
Program honorarium untuk guru honorer, tidak diteliti
meskipun memenuhi karakteristik yang akan diteliti, ha1 ini disebabkan program hanya ada di satu desa penelitian dan hanya diterima oleh satu orang guru.
Tabel 13. Sasaran dan waktu pelaksanaan program PPMR
PT Riau Andalan Pulp and paper telah mengembangkan mekanisme pelaksanaan program secara sistematis untuk mewujudkan tujuan program pemberdayaan masyarakat, yakni meningkatkan SDM untuk pengembangan SDA berkelanjutan, mengembangkan masyarakat untuk mengaktualisasikan kreativitas dan menciptakan tatanan berkeadilan dan demokratis antara perusahaan dan masyarakat. Mekanisme pelaksanaan program sebagaimana terlihat pada Gambar 15 meliputi input, proses, output dan outcome.
T PiT"
Alil,:S:S
SWOT
Sumber : Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp (2005)
Gambar 15 Alur dan tahapan pemberdayaan mitra PPMR Dalam proses pelaksanaan program PPMR. PT Riau Andalan Pulp and paper menunjukkan keterkaitan yang jelas antara komitmen kebijakan perusahaan yang telah diuraikan sebelumnya dengan implementasi program, yakni adanya pengelolaan program secara terorganisir dan terencana. Untuk mengarahkan program berlangsung sesuai dengan tujuan dan mekanisme yang ditetapkan perusahaan juga melakukan pendampingan. Di Desa Banjar Benai dan Koto Benai, terdapat satu pendamping lapangan dan satu orang koordinator pendamping.
Sistem Pertanian Ter~adu Sistem pertanian terpadu di desa Banjar Benai dan Koto Benai memadukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (cabe, kacang panjang. timun, dll) dengan peternakan sapi. Dalam proses mewujudkan sistem pertanian terpadu, input diperoleh baik dari petani selaku sasaran maupun dari perusahaan (Tabel 14). Bentuk input berupa bantuan yang diterima sasaran dari perusahaan adalah
pelatihan yang
bertujuan rneningkatkan kepercayaan diri
dan
keterampilan petani, berbagai saprodi serta sapi yang akan digemukkan dan kotorannya akan dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tabel 14 lnput dan sumber input yang penting bagi sistem pertanian terpadu
No 1
2
Sumber lnput Sasaran (masyarakat)
Perusahaan
lnformasi dan tekhnik Sapi Sa~rodi Bibit (cabe dan sayur) Pupuk Pestisida Herbisida Fungisida lnsektisida Mulsa Alat penyemprot Mesin air.dll
Lahan Tenagakeja
-
Khusus bantuan saprodi, pada awalnya diberikan dengan subsidi 100% meliputi bibit, pupuk, pestisida, herbisida, fungisida, pompa air, alat penyemprot dan lain-lain. Bantuan berupa alat pertanian seperti mesin air, alat penyemprot. dan sejenisnya diberikan untuk kelompok, sedangkan bantuan berupa bibit, pupuk, pestisida, herbisida, fungisida dan sejenisnya diberikan kepada individu anggota kelompok. Besar bantuan bagi individu anggota kelompok ini berbedabeda tergantung kebutuhan anggota yang didasarkan luasan lahan pertanian. Selanjutnya, subsidi yang 100% wajib dikembalikan dalam bentuk uang oleh anggota kepada kelompoknya.
Pengembalian ini bertahap, diawali dengan
pengembalian 25%, 50% dan 100%.
Besarnya pengembalian subsidi
berdasarkan penilaian terhadap kelompok, hingga pada pengembalian subsidi loo%, berarti kelompok telah mandiri. Dana yang diperoleh kelompok dari pengembalian subsidi anggotanya selanjutnya dikelola oleh kelompok untuk peningkatan kesejahteraan dan kemandirian kelompok. Apabila kemandirian kelompok 100% maka kelompok tani diberikan "kios plus" yaitu sebuah kios lengkap dengan berbagai saprodi
sebagai modal kelompok dalam mengembangkan usaha bersama.
Kios ini
menjaga ketersediaan kebutuhan saprodi bagi sasaran atau petani lainnya. Bagi sasaran program, kernudahan yang diperoleh dari adanya "kios plus" ini adalah pembelian dengan cara utang atau kredit, serta pembagian keuntungan. Tahap subsidi 100 % diawali di Desa Banjar Benai terlebih dahulu (tahun 2000) dibanding Desa Koto Benai (tahun 2001). Kelompok tani di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai telah mandiri pada tahun 2004 (kurang dari 5 tahun). Saat ini masing-masing kelompok tani rnengelola "kios plus" masing-masing. Berikut adalah tabel dan grafik tahapan kernandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Koto Benai: Tabel 15. Tahapan kernandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai Tahun
Kemandirian Sasaran (%) Desa Banjar Benai Desa Koto Benai 0 Belum
2000 2001 0 2002 25 50 2003 (awal) 2003 (akhir) 50 2004 (awal) 100 2004 (akhir) 100 Ket:Tingkat kernandirian ditetapkan oleh PT Riau Andalan Pulp
2000
2001
2002
2003 (awl) Tahun ~~~
~~
~
2003 (akhir) ~~~
0 0 0 50 50 100 and Paper berdasarkan
2004 (awal)
~
Gambar 16 Grafik kemandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai
2004 (akhir)
Berdasarkan temuan di lapangan, diketahui beberapa faktor pendukung keberhasilan program dan kemandirian sasaran SPT antara lain: 1 Turnbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan dalam
rnelaksanakan program yang ditindaklanjuti dengan penawaran program oleh perusahaan secara terbuka dan transparan. Berdasarkan wawancara dengan sasaran dan pendamping lapang, diketahui bahwa awalnya masyarakat tidak menyambut baik program yang ditawarkan perusahaan, namun dalam perjalanannya
setelah
melihat
hasil-hasil
yang
diperoleh
sebagian
masyarakat, akhirnya masyarakat tertarik dan menyambut baik rencana program pemberdayaan dari perusahaan.
2
Kebijakan perusahaan membentuk dan mengalokasikan organisasi, SDM dan dana secara khusus memberikan peluang program dapat berkembang secara berkelanjutan sehingga hubungan dengan sasaran program tetap terjaga. Hubungan kerja antara sasaran dan perusahaan dibangun melalui kelompok dan perjanjian kerja.
3
Mekanisme pendampingan secara langsung dalam proses pelaksanaan program sebagaimana penjelasan dari alur dan tahapan pemberdayaan yang ditetapkan perusahaan menyebabkan terjadinya kontrol dan koordinasi program antara sasaran dengan perusahaan. Artinya dengan mekanisme pendarnpingan, peluang penyimpangan program dapat diminimalisasi lebih dini dan sasaran juga mendapatkan pembinaan. Berdasarkan wawancara dengan pendamping dan sasaran, diketahui bahwa ada pertemuan rutin antara pendamping dan seluruh anggota kelompok serta interaksi rutin antara pendamping dan sasaran.
4
Pengorganisasian sasaran dalam bentuk kelompok pada akhir program dibakukan dengan nama kelompok Kios Plus. Pembentukan lembaga ini sebagai simbol kemandirian bahwa program pemberdayaan masyarakat telah dinilai mampu mengelola anggota-anggotanya serta lembaga secara mandiri.
Lembaga ini diberikan kebebasan mengembangkan diri untuk
bekerjasama dengan perusahaan secara sejajar atau dengan lembagalembaga lainnya (perbankan, dll).
5 Selain faktor diatas, sasaran yang berhasil melanjutkan program sehingga usahanya tetap berjalan dan keanggotaan dalam kelompok tetap aktif didukung oleh beberapa faktor internal individu seperti sikap mental berupa semangat bekerja dan kepercayaan din. Hasil wawancara dengan sasaran
dan pendamping menunjukkan anggota kelompok yang senantiasa serius dan aktii dalam pertemuan kelompok umumnya adalah peserta yang akhirnya bisa bertahan dalam kelompok. Pada awalnya, sasaran program sistem pertanian terpadu PPMR dan masing-masing tercatat sebanyak 45 orang di Desa Banjar Benai dan 30 orang di Koto Benai.
Namun dalam perjalanannya, sebagian sasaran yang dapat
melanjutkan usaha secara mandiri dan sebagian sasaran program lainnya berstatus tidak aktif menurut kriieria peneliti (tidak berkebun dan atau tidak memelihara sapi dari perusahaan). Hingga pada saat ini, anggota yang tidak aktif melampaui separuh dari total sasaran, baik yang ada di Desa Banjar Benai (62,2%) maupun di Desa Koto Benai (60%) (Tabel 16). Tabel 16 Sebaran sasaran program sistem pertanian terpadu menurut status keaktifan
Status Sasaran Aktif Tidak Aktif Total
Desa Banjar Benai Jumlah % 17 37,8 28 62,2 45 100
Desa Koto Benai Jumlah % 40 12 18 60 100 30
Faktor-faktor penghambat keberhasilan atau penyebab terjadinya kejadian sebagian besar sasaran program tidak aktif dan tidak melanjutkan program, berdasarkan perolehan informasi di lapangan antara lain: 1. Program
tidak
tepat
sasaran.
Ditemukan
sasaran
memanfaatkan program untuk kepentingan jangka
yang
sekedar
pendek. Setelah
mendapatkan bantuan misalnya sapi atau saprotan, bantuan yang diberikan tidak dijalankan sesuai dengan kesepakatan. kelemahan
Menurut CFCD (2005b)
semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi jika mekanisme
kesepakatan antara sasaran dan PPMR lebih dahulu dibangun secara bersama dengan kelompok sasaran, lalu kemudian kesepakatan antara individu dengan kelompoknya.
Kesepakatan kelompok tentunya dapat
mengidentiikasi lebih dini anggota kelompok yang bermasalah atau memiliki kepentingan berbeda dengan tujuan kelompok. Selain itu, seharusnya sasaran yang memiliki kepentingan lain atau gagal berkelohpok segera dipisahkan dari keanggotaan atau diberlkan punishmen yang tegas. 2. Asumsi yang dibangun bahwa kelompok telah mandiri, sementara ada beberapa anggota yang belum bisa dikatakan mandiri karena masih dalam
tahap paradigma ketergantungan terhadap program dan juga belum memahami tujuan berkelompok sehingga pada tahap terminasi atau program tidak lagi mendapatkan subsidi dan pendampingan dari PPMR.
3. Kelemahan kondisi fisik atau sakit. Beberapa sasaran tidak dapat bekerja dan melanjutkan program karena faktor kondisi fisik yang lemah akibat sakit. Dari hasil wawancara sasaran, umumnya sakit yang diderita antara lain stroke, kanker, penyakit liver, dan lain-lain. 4. Alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan.
Khusus kegiatan
hortikultura seperti bertani cabe dan sayuran umumnya dijadikan sebagai sebagai usaha sampingan di dua desa penelitian ini.
Sementara usaha
utama masyarakat pada umurnnya sebagai berkebunlrnenderes karet, serta menanam padi. Masyarakat akan menanam sayuran ketika produksi karet dirasakan kurang banyak dan harga rendah, namun sebaliknya ketika harga karet cukup tinggi, maka bertanam sayuran tidak menjadi prioritas. Tahun
2000-2004, program hortikultura menjadi pilihan masyarakat, karena harga karet sangat rendah dibanding harga tahun 200512006. Sebagai gambaran perkembangan dan fluktuasi harga karet dalam beberapa tahun dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Fluktuasi harga karet tahun 2000-2006 Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 Pertengahan2005 Akhir 2005 2006
Harga per kg (Dalam Rp) 1200 1800 1800-2000 2000-2500 3000 3500 4000-5000 7000-8000
5. Sasaran gagal panen berulang-ulang, dan banjir. Bertanam cabe termasuk
jenis budidaya pertanian yang terkategori memiliki resiko cukup tinggi dan membutuhkan modal usaha yang cukup banyak pula. Penjelasan faMor pendukung keberhasilan program dan penghambat keberhasilan program sebagaimana yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa PPMR akan lebih optimal bila rnampu mempertahankan komitmen dan kebijakan program yang telah dilaksanakan selama ini serta memperbaiki beberapa ha1 yang berkenaan dengan pelaksanaan program, baik di tingkat
organisasi PPMR, pendampinglCommunity Development Officier (CDO) maupun di tingkat kelompok sasaran program. Oleh karena itu langkah-langkah yang dirasakan perlu dilaksanakan adalah: 1 Peningkatan peran aktif masyarakat dalam alur dan tahapan program. Dalam kaitannya dengan upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat secara efektif, dan kondisi masyarakat dewasa ini, CFCD (2005b) menyatakan bahwa satu-satunya instrumen pengorganisasian yang paling efektif adalah pembangunan partisipatif. partisipatif
mensyaratkan
penerapan
Adapun pembangunan
langkah-langkah
pokok
siklus
pembangunan atau siklus proyek secara partisipatif pula. Dengan demikian masyarakat belajar mengorganisir kesadaran, potensi, dan tindakan mereka dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Masyarakat menjadi subjek pelaksana program, sedangkan pihak lain berfungsi sebagai fasilitator atau mediator. Dalam alur dan tahapan pelaksanaan program yang dikembangkan PT Riau Andalan Pulp and Paper (Gambar 14) perlu melibatkan masyarakat lebih dalam, mulai dari tahap identifikasi kebutuhan dan potensi hingga evaluasi program. 2
Melakukan pengorganisasian ulang kembali sasaran yang keluar (tidak aktif). Sasaran yang telah mandiri atau usaha tetap berkelanjutan adalah kelompok sasaran yang berhasil mengikuti program, sedangkan sasaran yang t i a k aktii perlu mendapatkan perhatian tindak lanjut, mulai dari proses identifikasi permasalahan, identifiksi potensi dan kebutuhan serta program penawaran baru. Seharusnya sasaran tidak aktif menjadi fokus program dan pendampingan tahap berikutnya bila kebijakan perusahaan memungkinkan ha1 ini dilakukan dibandingkan dengan melaksanakan program dilokasi yang berbeda. Karena sasaran yang tidak aktii pada dasarnya telah memiliki peluang dan pengalaman yang berharga dari kegagalan yang telah mereka peroleh selama ini (CFCD. 2005b).
3
Meningkatkan kinerja para pendamping pemberdaya masyarakat (CDO) secara
maksimal sebagaimana
yang
disebutkan
oleh
lfe
(2002).
Peningkatan kinerja dapat ditempuh dengan berbagai program khusus CDO, karena CDO juga memiliki kelemahan dan siklus bekerja yang terbatas. Sebagaimana manajemen sumberdaya manusia di perusahaan, pendamping juga membutuhkan berbagai macam perlakuan agar memiliki motivasi kerja.
wawasan, kreatifnas serta keterampilan yang lebih tinggi. Menurut lfe (2002). peran pokok para pelaku pemberdaya masyarakat yang perlu diberikan baik sebagai wawasan atau untuk peningkatan keterampilan meliputi (Tabel 18) Tabel 18 Peran pokok Community Development Oficier (CDO)
f
3 a b c d
4
Transforrnasi pengetahuan dan pengalaman dalam komunitas Peran Teknis (Technical R o k ) Analisis data Kemampuan melakukan riset keal Pelaporan Ketersediaan laporan Manajemen Memampukan kelompok komunitas (Planning, Organizing, Actuating dan Cootding (POAC) Pengawasandan Membangun transparansi dan akuntabilitas. Pengendalian
Menetapkan dan mempertegas aturan atau norma kelompok. Menurut CFCD (2005b) dalam pengembangan kelompok, peran pendamping harus mampu mendorong kelompok untuk mernbuat aturan main atau n o n a berkelompok yang berasal dari kesepakatan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan
demikian, keberadaan kelompok menjadi kebutuhan bersama karena adanya kepentingan yang sama dan kesepahaman aturan main yang dipahami bersama-sama pula. Dengan adanya norma itu, diharapkan akan muncul kontrol sosial dan sikap saling mendukung baik dalam menyukseskan program ataupun mengatasi masalah bersama. Penaembanoan Usaha Kecil dan Menenaah (Kewirausahaan) Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM) yang diamati di lapangan yaitu kewirausahaan mempakan program pendukung SPT. Program ini bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan para pengusaha kecil dan menengah yang usaha utamanya tidak terkait langsung (off line) dengan usaha Riaupulp.
Kegiatan program ini antara lain pelatihan yang diberikan pada
pengusaha kecil dan menengah maupun pemuda putus sekolah yang ingin membangun usaha, bantuan peralatan, modal dan pembinaan serta pemantauan atau pendampingan.
Program PUKM di desa Banjar Benai mencakup antara
lain usaha bengkel motor, bengkel mobil, bengkel las listrik, salon dan menjahit. Sedangkan untuk Desa Koto Benai, program ini belum ada. Berdasarkan penelitian di lapangan diketahui bahwa setelah sasaran mendapatkan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, diharapkan mereka mulai bergerak lebih maju dan lebih bersemangat khususnya yang telah memiliki usaha.
Program PUKM tidak serta merta menjamin bahwa bagi yang telah
mendapatkan pelatihan kejuman secara otomatis akan mendapatkan batuan modal berupa peralatan atau dana.
Faktor kemauan dan kegigihan menjadi
penilaian utama pemsahaan dalam memberikan bantuan. Salah satu indikator yang menjadi penilaian tingkat kemauan dan kegigihan sasaran adalah adanya tersedianya kios usaha atau usaha tampak telah berjalan. Contoh kasus adalah bengkel "Em", yang memulai usaha dengan membangun bengkel kecil-kecilan. Namun
selanjutnya,
pendamping
memberikan
rekomendasi
mendapatkan bantuan alat yang memadai. Demikian juga
sehingga
penjahit "Budaya
Tailof yang memulai usaha menjahit di ~ m a h hingga mendapatkan bantuan kios dan mesin bordir.
Besar dan bentuk bantuan yang diberikan perusahaan
kepada sasaran berbeda tergantung skala usaha dan kebutuhan sasaran (Tabel 19).
Tabel 19 Jenis usaha, besar bantuan dan bentuk bantuan yang diperoleh sasaran PUKM No. 1
2
Bantuan
Usaha
Ssrn
Salon dan Rias Pengantin
I I
1 Peniahit
3
Bengkel Motor
4
1 Benakel - Mobil
5
1 Bengkel Las .
I I
( I
I
Plankusaha Alat-alat salon Pakaian adat pengantin (minang, melayu, jawa) Pelaminan Plank usaha Kios Mesin jahit, mesin bordir Beberapa kain (bahan dasar) Alat-alat menjahit lainnya Plank usaha Alat-alat bengkel Plank usaha Alat-alat bengkel (kompresor dll) Plank usaha Bantuan kredit mesin diesel (* 25 jt)
Di Desa Banjar Benai, ada beberapa orang sasaran lain yang sebenarnya diharapkan dapat mernbuka usaha setelah mengikuti pelatihan kejuruan. Namun pada kenyataannya mereka gagal membuka dan mengembangkan usahanya padahal mereka telah menerima bantuan peralatan (Tabel 20). Tabel 20 Sasaran PUKM yang tidak berhasil membuka usaha dan mengembangkan bantuan yang pernah diperoleh Berdasarkan jenis pelatihan kejuruan yang diikuti Keterampilan Tata Boga Sopir Sablon Ukiran (Meubel) Menjahit Servis Dinamo
Jlh sasaran
Bantuan
(orang) 2 1 2
Alat-alat masakan makanan dan kue Surat izin mengernudi mobil Alat-alat sablon
2
-
1 1
-
Mesin jahit dan bahan dasar (kain)
Beberapa alasan yang diternukan berdasarkan penuturan sasaran di lapangan terkait kegagalan membuka usaha antara lain: 1 Terbatasnya atau kekurangan modal kerja. Beberapa sasaran menjadikan
kekurangan atau tidak memiliki modal kerja menjadi alasan sehingga rnereka tidak bisa mengembangkan usahapeluang pasar yang terbatas atau perrnintaan rendah. Hal ini terutama dirasakan oleh sasaran yang mengikuti pelatihan menyablon, ukiran meubel, serta sopir. Berdasarkan kenyataan ini.
maka sasaran perlu mendapatkan pembinaan lebih lanjut untuk dapat mengakses pasar yang lebih jauh, tidak hanya di sekitar lokasi usaha. 2
Kurang percaya diri dalam belwirau~aha~karena merasa ragu tehadap penguasaan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Faktor ini dapat dikatakan sebagai alasan penting dan utama bagi umumnya sasaran pelatihan sehingga mereka tidak berani berkarya sendiri dan berkembang. Hal ini terutama diungkapkan oleh peserta pelatihan tata boga, menjahit, servis dinamo.
3
Selain alasan yang bersumber dari internal sasaran program PUKM, berdasarkan analisis terhadap alur dan tahapan program ini disadari bahwa program PUKM perlu mendapatkan pengelolaan atau pendampingan yang lebih spesifik dan berbeda dengan program SPT. Kenyataan bahwa PUKM mencakup jenis usaha yang sangat beragam menyebabkan silang informasi atau saling belajar sulit tejadi antara sasaran. Selain itu, PUKM tidak memiliki kelompok sehingga kontrol dan motivasi sepenuhnya bersumber dari individu sasaran program. Dalam ha1 ini, bagi sasaran dirasakan perlu dikembangkan sikap mental dan proaktif, adapun bagi pendamping, perlu peningkatan kemampuan sebagai konsultan usaha. Menyikapi persoalan yang melingkupi program PUKM di Banjar Benai,
solusi yang bisa menjawab penoalan itu adalah bahwa PPMR melalui para pendamping perlu lebih kreatif meningkatkan motivasi, mentalitas, keterampilan maupun dari sisi pembiayaan. Sedangkan bagi para CDO juga tidak berhenti melakukan pendekatan dan meyakinkan manajemen perusahaan untuk terus komitmen peduli dan tetap berpihak pada pengusaha kecil ini. Pendam~inaanSPT dan PUKM sebaqai Strateai Pemberdavaan. Untuk mengoptimalkan program SPT dan PUKM yang telah dijalankan PT Riau Andalan Pulp and Paper di Desa Banjar Benai dan Koto Benai, perlu adanya proses penguatan pemberdayaan sebagai salah satu komponen utama dalam proses pemberdayaan untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Menurut CFCD (2005b), terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial: 1 Memotivasi. Sasaran program perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desanya. Motivasi
berkelompok akan menumbuhkan modal sosial dan ikatan sosial yang lebih kuat sehingga kelak akan memotivasi sasaran lain ikut serta dalam program dengan kelompok yang lama atau kelompok baru.
2 Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran masyarakat dapat menggugah kesadaran, cara pandang dan kekritisan terhadap kehidupan. Demikian halnya dengan pelatihan akan memberikan wawasan dan keterampilan dll. 3
Manajemen diri. Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuanpertemuan,
melakukan
tabungan dan kredit, masyarakat.
pencatatan dan
pelaporan,
mengoperasikan
resolusi konflik dan manajemen kepemilikan
Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu
mereka dalam mengembangkan sebuah sistem dan norma. Selanjutnya, kelompok dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.
4
Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumbersumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri yang jika dihimpun dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial.
Pengembangan sistem
penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan. 5
Pembangunan dan pengembangan jaringan.
Pengorganisasian kelompok-
kelompok perlu disertai dengan peningkatan kemarnpuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya.
Jaringan
ini
sangat
penting dalam
menyediakan dan
mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan sasaran. Menurut Suharto (1997) diacu dalam CFCD (2005b) dinyatakan bahwa dalam kaitannya dengan lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan.
1
Pemungkinan. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. 2 Penguatan.
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus
mampu menumbuhkembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. 3
Perlindungan. Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan hams diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan masyrakat.
4
Penyokongan. mampu
Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
menjalankan
peranan
dan
tugas-tugas
kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5
Pemeliharaan.
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Karakteristik Rumah Tanoaa Sasaran 1 Besar Rumah Tangga
Besar rumah tangga keseluruhan program dalam penelitiin ini berkisar antara 2-8 orang dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Sebagian besar rumah tangga merupakan rumah tangga kecil (52,9%) dengan jumlah anggota rumah tangganya s4, selebihnya merupakan rumah tangga sedang (38,2%) dan rumah tangga kecil(8,8%).
Apabila sasaran dibedakan berdasarkan program yang diperoleh maka terlihat bahwa penentase ~ m a tangga h kecil mempakan angka yang paling besar pada kedua program, yaitu 51,7% pada program SPT dan 60% pada program PUKM (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga
2 Pendidikan Ibu Rumah Tangga Pendidikan ibu rumah tangga sasaran secara keseluruhan berkisar antara tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Strata 1 (SI), lama pendidikan ibu rumah tangga berkisar dari 1 tahun hingga 17 tahun dengan ratarata 8 tahun. Apabila dilakukan pengkategorian berdasarkan lama pendidikan ibu, secara keseluruhan maka
persentase terbesar pendidikan ibu adalah
berpendidikan rendah (70,6%). Selebihnya berpendidikan sedang (20,6%) dan berpendidikan tinggi (8,8%).
Persentase pendidikan ibu rumah tangga yang
rendah dikelornpok program SPT sebesar 72,4% dan PUKM (60%) (Tabel 22). Tabel 22 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu
3 Pengetahuan gizi lbu Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran secara keseluruhan yang terbanyak adalah pada kategori sedang (47,136) selebihnya tersebar merata pada kategori rendah dan tinggi (masing-masing 26,5%) (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran rurnah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran program SPT paling banyak tersebar dalam kategori sedang (48,3%). Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran program PUKM paling banyak tersebar dalam kategori rendah dan sedang (masing-masing 40%). Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu
Sebaran sasaran keseluruhan (SPT. PUKM) berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi (Tabel 24) memperlihatkan bahwa hanya 6 pertanyaan (dari 14 pertanyaan) yang dapat dijawab oleh lebih dari 50% sasaran, selebihnya
(8 pertanyaan) hanya dapat dijawab kurang dari 50% sasaran.
Pertanyaan
tentang buah-buahan sumber vitamin C adalah pertanyaan yang sangat sedikit dlawab dengan benar oleh peserta (23,5%). 4 Pendapatan per Kapita Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan yang berasal dari bukan program dan pendapatan yang berasal dari pekerjaan atau usaha sebagai inte~ensidari perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakatnya. a
Pendapatan bukan program Pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha tanpa adanya intewensi perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakat berkisar antara Rp100.000/kapita/bulan sampai Rp 1.340.000/kapita/bulan dengan rata-rata Rp 537.547lkapitalbulan. Pengkategorian pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 25.
Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (51.4%). Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa pada sasaran SPTsebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan pada sasaran PUKM sebagian besar berpendapatan tinggi (60%). Tabel 25 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan bukan program
b Pendapatan dari program Pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha sebagai intewensi dari perusahaan berkisar antara Rp 12.500/kapita/bulan sampai Rp1.300.000/kapita/bulan
dengan
rata-rata
Rp263.932kapitalbulan.
Pengkategorian pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 26. Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (51,4%). Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa sasaran SPT sebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan sasaran PUKM persentase terbesar berpendapatan rendah dan sedang (masing-masing 40%). Tabel 26 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan dari program
c
Pendapatan total Total pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha non program digabungkan dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekejaan atau usaha sebagai intewensi dari perusahaan. Total pendapatan setiap bulan berkisar antara Rpl66.700/kapita/bulan sampai Rp 2.640.000kapita/bulan dengan rata-rata Rp801.479/kapitalbulan. Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (52,9%).
Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa sasaran SPT
sebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan sasaran PUKM
persentase terbesar berpendapatan sedang dan tinggi (masing-masing 40%) (Tabel 27). Tabel 27 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan total
Pengkategorian rumah tangga berdasarkan batas kemiskinan diperoleh dengan membandingkan pendapatan total rumah tangga terhadap batas kemiskinan propinsi Riau yaitu sebesar Rp 134.202/kapita/bulan (BPS, 2003). Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa seluruh rumah tangga berada di atas batas kemiskinan ha1 ini menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga yang tidak miskin. Tabel 28 Sebaran rumah tangga berdasarkan batas kemiskinan Kategori Miskin Tidak Miskin Total
Jumlah 34 34
Presentase
100 100
Ketahanan Panaan Rumah Tanaaa Ketahanan Pangan rumah tangga dilihat dalam dua kondisi yaitu pada saat rumah tangga belum menerima program dan setelah rurnah tangga menerima program. Hal ini dilakukan untuk melihat ketepatan sasaran program dan peran program dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
1 Sistem Pertanian Terpadu Status ketahanan pangan rumah tangga sasaran program SPT tercantum pada Tabel 29. Dari tabel terlihat bahwa sebelum program, persentase terbesar (37,9%) ketahanan pangan sasaran berada pada kategori tidak tahan pangan dengan kelaparan sedang, namun setelah
program, persentase terbesar
(65,5%) ketahanan pangan sasaran berada pada kategori tahan pangan dan tidak ada sasaran yang tidak tahan pangan dengan kelaparan berat.
Tabel 29 Sebaran rumah tangga berdasarkan ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program SPT Ketahanan Pangan
2 Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah lnformasi pada Tabel 30 menyajikan status ketahanan pangan rumah tangga sasaran program PUKM sebelum dan setelah' menerima program. Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa tidak ada perbedaan angka pada kolom status ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program. Persentase terbesar (80%) ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan setelah menerima program berada pada kategori tahan pangan. Tabel 30 Sebaran rumah tangga berdasarkan status ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program PUKM
I
Sebelum
I
Setelah
1
Ketahanan Pangan
Tabel 31 menyajikan informasi tentang situasi ketahanan pangan rumah tangga sasaran program SPT dan PUKM sebelum menerima program. Dari Tabel 31 diketahui bahwa kejadian tidak tahan pangan yang paling banyak dialami oleh rumah tangga adalah kekwatiran apabila makanan habis padahal uang untuk membeli tidak ada (82,4%) dan kondisi dimana makanan yang dibeli tidak cukup karena tidak memiliki uang lagi (82,4%).
Keadaan tidak tahan
pangan terberat yang pemah terjadi pada orang dewasa adalah penurunan berat badan karena kekurangan makan, sedangkan kejadian terparah yang menimpa anak-anak adalah melompati jadwal makan dan kejadian kelaparan.
Namun demikian baik orang dewasa maupun anak-anak belum pernah tidak makan selama sehari karena biasanya orang tua masih memiliki alternati menyediakan makan dengan memancing di sungai atau mengambil makanan di hutan. Tabel 31 Sebaran keselu~hanrumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan sebelum menerima program
I kenablian uang unluk mernbellmakanan 5'
1
I
6'
Tmak dapat mernben anak-anak makanan yang se~mbang Keiadian menguran~U akibat mengurangl - - asurmn makanan bagirnakanak Anak-anak tiiak mengkonsumsi makanan dengan wkup
I 1
I
Kejadian mttngunngil akibat mengunngi asupan makanan bagi orang dewasa lbu atau orang dewasa lain dalam Nmah tanpga pernah mengurangi porsi makanan atau rnelompatijadwal makan karena tidak memiliki wkup uang untuk makanan
7a
7b
Frekuensi kejadianjiia pemah tejadi lbu makan lebih sedikii dari yang dirasakan (kekurangan makan) Ibu pernah merasa lapar tetapi t i i k makan karena tidak d a ~ amemiliii t makanan warm w k u ~ Ibu mengalami penurunan berat badan karena tiiak memiliii makanan yang cukup untuk dmakan
.
10
-
Ila
Ibu alau orang dewasa lain dalam rumah langga pemah tidak makan selama sehari karena tiiak merniliii wkup uang untuk membeli makanan
11b
Frekuensi kejadianjika pernah tejadi
19
I 1
I
I 67.9
1 I
I 9
1
I
32.1
15
53.6
13
46.4
12
35.3
22
64.7
8
23.5
26
76.5
15
44.1
19
55.9
11
32.4
23
67,6
5
14.7
29
85.3
0
0
34
100
0
0
34
100
1
3.6
27
96.4
2
7.1
26
92.9
Kejadian mengurangilakibat mengunngi asupan makanan baai anak-anak
I tidak memiliii cukup uang untuk membeli makanan 13b 14* 15' t
I
Frekuensi kejadianjika pernah terjadi Anak-anak pemah kelaparan tetapi lbu tidak dapat menyediakan makanan lagi Anak-anak pernah tidak makan selama sehari karena tidak merniliki w k u uana ~ untuk membeli makanan
.
-
I 0 I
0 I
28 I
100 I
I
Ket: 'Penanyaan hanya diajukan pada mmah tanwa yang memil~kianak lbejumlah 28 RT dari 34 RT) Anak 017 tahun (kurang dari 18 tahun) dalam ha1 int adalah orang yang b e ~ s i a
Situasi ketahanan pangan rumah tangga sasaran SPT dan PUKM setelah mendapatkan program dapat dilihat pada Tabel 32. Kejadian tidak tahan pangan yang paling banyak dialami oleh rumah tangga masih pada perasaan kwatir apabila makanan habis padahal uang untuk membeli tidak ada (47,1%) meskipun persentasenya lebih kecil dibanding sebelum menerima program. Tabel 32 Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan setelah menerima program
dewa&anakanak tidak mencukupi Tidak dapat menyediikan makanan yang se~mbang Mengandalkan hanya pada sedikit jenis makanan 4' vana berharga murah untuk memberi makan anakanak karengkehabisan uang untuk membeli makanan Tidak dapat memberi anak-anak makanan yang seimbang Kejadian mengurangil akibat mengurangi asupan makanan bagi anak-anak Anak-anak tidak mengkonsumsi makanan dengan 6. cukup Kejadian mengurangil akibat mengurangi asupan I makanan bagi orang dewasa 7 1 Ibulorana dewasa lain dalam rumah tanoaa mmah . mengur&ngi poni makanan atau metompati jadwal makan karena tidak memiliki w k u uana ~ 7b Frekuensi kejadian jika pernah te4adi Ibu makan lebih sedikii dari yang dirasakan (kekurangan makan) Ibu pemah merasa lapar tetapi tidak makan karena tidak t memiliki makanan yang cukup Ibu mengalami penurunan berat badan karena tidak lo memiliki makanan yang cukup untuk dimakan Ibu atau orang dewasa lain dalam rumah tangga 'la wmah tidak makan selama sehari karena tidak 3
''
I
I
--
I 1
I
11
32.4
23
67.6
12
40
18
60
12
38.7
18
60
11
36.7
19
63,3
6
I 1
17.6
I
1
1 . 1
28
I 1
82.4
I I
14.7
29
4
11.8
30
88.2
3
8,8
31
91,2
2
5.9
32
94.1
0
0
34
100
5
85.3
Ket: 'Pertanyaan hanya diajukan pada ~ m a tangga h yang memiliki anak (berjumlah 30 RT dari 34 RT). Anak d a m ha1 ini adalah orang yang berusia 017 tahun (kurang dari 18 tahun)
Keadaan tidak tahan pangan terberat yang pernah terjadi pada orang dewasa adalah penurunan berat badan karena kekurangan rnakan, sedangkan kejadian terparah yang menirnpa anak-anak adalah pengurangan porsi rnakanan. Angka-angka ini juga relatif kecil dibanding sebelurn rnendapatkan program. Sasaran program menyatakan bahwa kejadian tidak tahan pangan biasanya mereka alami pada rnusin hujan, yaitu pada saat karet tidak bisa disadap. Dengan adanya program PPMR mereka dapat rnernanfaatkan hasil pertaniannya untuk dijual rnaupun untuk dikonsurnsi langsung. Narnun dernikian, rneskipun pendapatan sasaran bisa dikatakan besar, kejadian tidak tahan pangan juga terjadi, ha1 ini disebabkan kurangnya kebiasaan rnenabung sehingga tidak ada investasi pada rnasa-rnasa sulit. Hubunaan Besar Rurnah Tanaaa. Pendidikan Ibu. Penqetahuan Gizi lbu dan Penda~atanRurnah Tanqaa denaan Ketahanan Panaan Untuk rnelihat hubungan ketahanan pangan rurnah tangga dengan besar rurnah tangga, pendidikan ibu ~ m a h tangga dan pendapatan rurnah tangga digunakan tabel silang antara masing-masing variabel. 1 Besar Rurnah Tangga dan Ketahanan Pangan Rurnah Tangga Pada Tabel 33 berdasarkan persentase tehadap besar rurnah tangga diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga kecil (77,8%), sedang (53,8%) rnaupun besar (66.7%) rnemiliki status tahan pangan narnun dernikian persentase paling besar adalah rurnah tangga kecil (77,8%).
Selanjutnya,
berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui
bahwa
persentase terbesar rurnah tangga tahan pangan merupakan rumah tangga kecil (60,9%), disusul ~ m a tangga h sedang (30,4%) dan ~ m a tangga h besar (8,7%). Data ini rnenunjukkan adanya kecenderungan bahwa ukuran rumah tangga berhubungan dengan status ketahanan pangan rurnah tangga.
Menurut
Sediaoetama(l993) diacu dalarn Harefa (2001), pernenuhan kebutuhan pangan akan lebih mudah jika anggota rumah tangga yang diberi rnakan hanya sedikii (rurnah tangga kecil) sebab dengan sernakin bertarnbahnya jurnlah anggota keluarga rnaka pengaturan pengeluaran pangan sehari-hari relatii semakin sulit. Hal ini rnenyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang dapat diperoleh semakin tidak rnencukupi untuk masing-rnasing anggota keluarga.
Tabel 33 Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga
2 Pendidikan Ibu Rumah Tangga dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tabel 34 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pendidikan ibu yang memadai mendukung ketahanan pangan rumah tangga.
Berdasarkan
persentase terhadap pendidikan ibu rumah tangga diketahui bahwa seluruh rumah tangga (100%) dengan status pendidikan ibu rumah tangga sedang dan tinggi memiliki status ketahanan pangan rumah tangga yang tahan pangan. Selanjutnya, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan rumah tangga diketahui bahwa seluruh rumah tangga (100%) tidak tahan pangan tanpa kelaparan dan rumah tangga tidak tahan pangan dengan kelaparan (ringan) berasal dari rumah tangga dengan status pendidikan ibu yang rendah. Penelitian yang dilakukan menemukan gejala bahwa pendidikan ibu yang rendah berdampak pada minimnya informasi dan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta kurang memunculkan motivasi ibu rumah tangga melakukan perubahan dalam perilaku hidupnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Atmarita dan Fallah (2004) diaw dalam Astari (2006) bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Selanjutnya W~djaja(1986) menegaskan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bersifat terbuka terhadap hal-ha1 baru karena sering membaca artikel-artikel maupun pemberitaan dari dari berbagai media sehingga pengetahuan ibu tentang anak semakin baik.
Tabel 34 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga
3 Pengetahuan Gizi Ibu Rurnah Tangga dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Status pengetahuan gizi ibu sangat erat kaitannya dengan status pendidikan ibu (Widjaja,l986). Dari Tabel 35, berdasarkan persentase terhadap h terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga pengetahuan gizi ibu ~ m a tangga (88,9%) dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori tinggi memiliki status ketahanan pangan rumah tangga yang tahan pangan. Namun jumlah rumah tangga yang tahan pangan dari rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori sedang lebih rendah (56,3%) dibanding jumlah rumah tangga yang tahan pangan dari ~ m a tangga h dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori rendah (66,7%). Selanjutnya dari Tabel 35, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa persentase terbesar rurnah tangga (39,1%) tahan pangan adalah rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori sedang, diikuti rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori tinggi (34,8%) dan rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori rendah (26,1%).
Data ini menunjukkan bahwa meskipun status
pengetahuan gizi ibu penting, namun tidak selalu menjadi faktor utama yang mernpengaruhi ketahanan pangan rumah tangga. Pengetahuan gizi ibu dalam peneliiian ini sangat terbatas hanya pada kebiasaan dan adat seternpat.
Tabel 35 Sebaran rumah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga
4 Pendapatan Rumah Tangga dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga dalam ha1 ini adalah jumlah total dari pendapatan dari program dan pendapatan bukan dari program. Tabel menunjukkan adanya
kecenderungan bahwa
mendukung ketahanan pangan rumah tangga.
pendapatan
yang
36
tinggi
Berdasarkan persentase
terhadap pendapatan rumah tangga diketahui bahwa persentase terbesar rumah tangga (87,5%) rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga dengan pendapatan tinggi. Selanjutnya, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa persentase terbesar rumah tangga (56,5%) tahan pangan merupakan rumah tangga dengan pendapatan sedang, diikuti oleh rumah tangga berpendapatan tinggi (30,4%) dan rumah tangga berpendapatan rendah (13%). Hasil penelitian Astari (2006) membuktikan adanya hubungan positif yang bennakna antara pendapatan rumah tangga dengan konsumsi energi dan zat gizi serta mutu gizi makanan.
Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan
yang mencukupi memudahkan rumah tangga mengakses makanan dan menyediakan makanan yang beragam untuk seluruh anggota rumah tangga serta tidak mengalami kekuatiran terhadap ketersediaan pangan di rumah tangga.
Tabel 36 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga
TinOgi
% thdp Ketahanan Pangan % thdp Total n % thdp Pendapatan RT % thdp Ketahanan Pangan % thdp Total
:
30.4 20.6 23 67.6 100 67.6
16.7 2,Q 6 17.6 100 17.6
0 0 5 14,7 100 14,7
23.5 23,5 34 100 100 100
.
Kontribusi Pendapatan dari Proaram terhadap Ketahanan Pan~an Rumah Tanqaa Untuk melihat peran program terhadap status ketahanan pangan rumah tangga (pengukuran dengan skor skala ketahanan pangan) perlu diketahui pendapatan yang mereka peroleh dari aktifitas menjalankan program maupun pendapatan dari aktifitas selain program. Secara umum, besaran pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat berkisar Rp 12.500/kapita/bulan hingga Rp 1.300.000/kapita/bulan.
Pendapatan ini terutama dimanfaatkan dalam
memperbaiki konsumsi pangan rumah tangga.
Selain itu, pendapatan dari
program pemberdayaan masyarakat secara umum lebih kecil dari pendapatan selain program.
Sasaran yang mengandalkan pendapatan dari program
pemberdayaan masyarakat terutama adalah mereka yang tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki tanaman karet. Namun demikian, bagi sasaran yang telah memiliki pendapatan tinggi dari usaha lain, merasakan pendapatan dari program program pemberdayaan masyarakat (terutama SPT) sangat berarti, terutama dalam membantu pemenuhan kebutuhan hidup lainnya seperti biaya sekolah anak, menambah aset rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan data pada Tabel 37, persentase terbesar (52,9%) kontribusi pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat terhadap total pendapatan rumah tangga sasaran berada pada kategori sedang dan hanya 23,5% rumah tangga saja yang merniliki kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan berada pada kategori tinggi.
Bila dilihat per program maka
kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan bagi sasaran SPT sebagian besar (55.2%) masuk kategori sedang dan pada program PUKM masing-masing 40% berada pada kategori rendah dan sedang. Kontribusi pendapatan dari program SPT dan PUKM terhadap pendapatan total rumah tangga sasaran tersebar dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a
Perbedaan input sumberdaya yang dimiliki. Pada program SPT input yang sangat berarti adalah berupa luas lahan, pagar lahan dan tenaga kerja. Ketiga faktor produksi ini tidak disediakan oleh perusahaan namun menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memberikan bantuan berupa bibit, pupuk dan lainnya. Selain itu, kualitas input juga sangat berpengaruh, seperti kesuburan lahan, penguasaan sasaran terhadap tekhnik bertani, ketekunan dan lain-lain. Bagi PUKM, input ini berupa tempat usaha dan tenaga kerja.
b
Besarnya pendapatan dari non program. Pendapatan ini terutama berasal dari kegiatan berkebun tanaman karet. Tabel 37 Sebaran rumah tangga berdasarkan kontribusi pendapatan dari program terhadap pendapatan total
1 Sistem Pertanian Terpadu Berdasarkan Tabel 38 dan 39 dapat diperoleh informasi tentang kondisi ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan sesudah mendapatkan tambahan pendapatan dari program SPT. Dan tabel 38 dapat diperoleh informasi penting, antara lain: a
Sebelum mengikuti program pemberdayaan masyarakat, persentase terbesar (37,9%) rumah tangga berada pada status tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang). Selanjutnya angka ini disusul oleh rumah tangga tidak tahan pangan tanpa
kelaparan (31%) dan rumah tangga tahan pangan
(27,6%). Data ini menunjukkan indikasi bahwa sasaran program kurang menjangkau rumah tangga yang seharusnya menjadi prioritas utama menerima bantuan.
Dalam ha1 ini yang seharusnya menjadi prioritas
menerima bantuan secara berturut adalah rumah tangga yang mengalami
tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat), tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang), tidak tahan pangan tanpa kelaparan dan selanjutnya rumah tangga yang tahan pangan. b
Kejadian tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat) pernah dialami oleh rumah tangga yang berhasil memperoleh pendapatan tinggi dari program. Penemuan di lapangan menemukan bahwa kejadian kelaparan inilah yang menjadi motivasi utama rumah tangga ini menekuni program pemberdayaan masyarakat hingga meraih pendapatan yang tinggi. Tabel 38 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga sebelum mengikuti program
Ket: l=Tahan pangan 3=T'dak tahan pangan dengan kelaparan(sedang) 2=T'dak tahan pangan tanpa kelaparan 4;;Tidak tahan pangan dengan kelaparan (bent
Selanjutnya, setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat diternukan beberapa fakta berdasarkan Tabel 39 antara lain: a
Terjadi kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan menjadi
65,5% dan berkurangnya persentase rumah tangga yang tidak tahan pangan tanpa kelaparan menjadi 20,7% dan tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) menjadi 13,8%. Bahkan terlihat bahwa tidak ada rumah tangga yang mengalami tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat). b
Kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan dan berkurangnya rumah tangga yang tidak tahan pangan tanpa kelaparan maupun tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang dan berat) terjadi hampir pada semua kelornpok rumah tangga, baik yang memiliki nilai kontribusi pendapatan dari program berada pada kategori rendah, sedang maupun tinggi.
c
Kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan paling banyak terjadi pada ~ m a htangga yang memperoleh pendapatan dari program dalam kategori sedang (62,5%) dan tinggi (71,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari program berperan dalam peningkatan status ketahanan pangan rumah tangga sasaran. Tabel 39 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga setelah mengikuti program
Ket: l=Tahan pangan 2-Tidak tahan pangan tanpa kelaparan 3 = M a k tahan pangan dengan kelaparan(sedan9)
2 Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Tabel 40 dan 41 menyajikan informasi tentang kondisi ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan sesudah rnendapatkan tambahan pendapatan dari program PUKM. Dari Tabel 40 terlihat bahwa: a
Sebelum mengikuti program pemberdayaan masyarakat, persentase terbesar (80%) rumah tangga berada pada status tahan pangan, selebihnya (20%) tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang). Sebagaimana program SPT, data ini menunjukkan indikasi bahwa sasaran program kurang menjangkau rumah tangga yang seharusnya menjadi prioritas utama rnenerima bantuan.
b
Kejadian tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) pemah dialami oleh rumah tangga yang berhasil mernperoleh pendapatan tinggi dari program.
Kejadian tidak tahan pangan ini menjadi motivasi utama rumah tangga ini menekuni program PUKM hingga meraih pendapatan yang tinggi. Tabel 40 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan sebelum mengikuti program
n % thdp Kontribusi Pd % thdp Ketahanan Pggan % thdp Total "
0 0 0 0
I
0 0 0 0
A
n
"
I
1 80 % thdp Kontribusi Pdpt Tdal % thdp Ketahanan Pangan 1 1 0 0 % thdp Total 1 8 0 Ket: l=Tahan pangan 2=Tclak tahan pangan lanpa kelaparan 3=Tidak tahan pangan dengan kelaparan(sedan9)
1 1
0 0 0
1
1 100 100 20
1 100 20 20 4 C " I I 1 20 1 100 1100 [ 100 1 2 0 1 1 0 0
Selanjutnya Tabel 41 meperlihatkan data yang tidak berbeda dengan Tabel 40.
Hal ini membuktikan bahwa program belum mampu merubah
meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian sasaran meskipun pada
kenyataannya terjadi peningkatan pendapatan rumah tanggalkapitalbulan. Tabel 41 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan setelah mengikuti program Ketahanan Pangan 1 2 3 2 0 0 0 0 100
Kontribttsi Pendapatan dari Program n % thdp Kontribusi Pdpt
% thdp Ketahanan Pansan I
--
1
l.
I
Ket: l=Tahan pangan 3=Tdak tahan pangan dengan kelaparan(sedan9)
4
0
7
-
n -
5n
% thdp Total
1 I
0 n
n I
0
1
n
Total 2
100 I
1
dn .-
40
I
2=Tidak tahan pangan tanpa kelaparan
Aspirasi Sasaran terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tingkat Kepuasan terhadap Program Sistem Pertanian ter~adu Evaluasi tingkat kepuasan terhadap program terfihat pada Tabel 42. Bantuan yang diberikan kepada sasaran program sistem pertanian terpadu dapat dikelompokkan pada tiga bentuk bantuan yaitu saprodi, pelatihan pada sebagian sasaran (20 orang) dan bantuan sapi. Berdasarkan Tabel 42 dapat dilihat bahwa sasaran pada urnumnya merasa puas (82,8%) terhadap bantuan saprodi. Alasan utarna sasaran merasa puas adalah karena bantuan sangat berarti bagi mereka narnun dirasakan masih terbatas misalnya karena ada beberapa alat yang harus dipergunakan bersama seperti alat penyemprot. Bantuan berupa fasilitas pelatihan hanya diikuti oleh sebagian sasaran mewakili kelompok tani yang ada. Pelatihan yang diberikan terutama mengenai tekhnik bertani yang baik mencakup tanaman pangan dan hortikultura seperti cabe, kacang panjang, timun dan lainnya.
Sasaran yang belum atau tidak
mengikuti pelatihan biasanya rnendapatkan infonnasi ilmu pertanian dari rekan kelompoknya yang telah mengikuti pelatihan, dari pendamping dan dari petugas lapang. Dari keselu~hancontoh yang diteliti. hanya 20 orang yang pemah mengikuti pelatihan.
Secara umum, 65% sasaran yang mengikuti pelatihan
menyatakan puas dan hanya 5% menyatakan kurang puas.
Alasan yang
dikemukakan contoh secara keseluruhan bersifat positif. Peserta yang merasa kurang puas menyatakan bahwa frekuensi pelatihan dirasakan kurang, sehingga diharapkan rnereka lebih diberi peluang untuk rnengikuti berbagai pelatihan lainnya terkait tekhnik bertani yang baik. Bantuan sapi dinilai memuaskan oleh sebagian besar sasaran program (62,1%). Hanya 17,2% sasaran yang rnerasa bantuan sapi kurang memuaskan. Alasan yang dikernukakan oleh sasaran yang merasa kurang puas adalah bahwa jumlah sapi yang diberikan sedikit sehingga kadangkala apabila luas tanam cabe atau sayuran besar, petani rnerasa kekurangan kotoran sapi sebagai pupuk organik. Selain itu, sasaran juga rnerasa kurang puas terhadap bantuan sapi ini karena sapi yang diterima sebagai hak milik masih terlalu kecil bahkan masih menyusui.
Tabel 42 Tingkat kepuasan sasaran terhadap program SPT
Penaembanaan Usaha Kecil dan Menenaah (Kewirausahaan) Sasaran program yang diteliti dalam penelitian ini adalah peserta yang pernah mengikuti pelatihan berbagai keterampilan yang difasilitasi oleh PPMR dalam program Vocational Training (VT). Sasaran berjumlah 5 orang terdiri dari 4 usaha kecil dan 1 usaha menengah. Tingkat kepuasan sasaran terhadap
bantuan yang selama ini diperoleh dapat dilihat pada Tabel 43. Berdasarkan Tabel 44 diketahui bahwa banyaknya sasaran yang merasa puas dan kurang puas terhadap bantuan peralatan sama besar (masing-masing 40%). Sasaran menyatakan kurang puas karena bantuan alat masih kurang,
baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya.
Hal ini dirasakan terutama oleh
pengusaha bengkel rnobil dan motor. Tabel 43 Tingkat kepuasan sasaran terhadap program PUKM
Mengenai bantuan berupa fasilitas pelatihan keterampilan yang ditekuni, sasaran menyatakan sangat puas sama banyak dengan sasaran yang menyatakan kurang puas (masing-masing 40%). Alasan yang menyebabkan contoh kurang puas adalah karena pelatihan yang diberikan masih tingkat dasar, selain itu sasaran kurang puas karena tidak ada uji atau tes kemampuan di akhir pelatihan yang berdampak pada tidak ada bukti kelulusan atau sertiikat. Kedua
alasan ini diakui menyebabkan kurangnya rasa percaya diri untuk meningkatkan skala usaha. Kondisi ini terutama dirasakan oleh penjahit dan bengkel motor. Aspirasi dan Kebutuhan Sasaran Sasaran
program
PPMR
yang
menikmati bantuan perusahaan
merasakan berartinya bantuan yang selama ini mereka terima. Namun demikian untuk lebih meningkatkan taraf kesejahteraan terkait dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga tetap terdapat harapan adanya bantuan lain yang dirasakan sangat mereka perlukan.
Berdasarkan pertanyaan dalam
kuesioner tentang kebutuhan masyarakat, diketahui bahwa adanya masukan sebagai aspirasi masyarakat sebagaimana tertera dalam Tabel 44. Aspirasi ini mencakup program yang selama ini diterima sasaran maupun aspirasi lain tentang kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa pada hakikatnya, sasaran program belum mandiri atau berdaya.
Sasaran masih
tergantung pada bantuan yang diberikan oleh perusahaan. Aspirasi yang disampaikan sasaran erat kaitannya dengan perbaikan terhadap program yang pernah diterima sasaran karena didasari oleh kekurangan dan keterbatasan yang mereka rasakan. Terdapat jumlah aspirasi yang paling tinggi agar adanya program baru berupa peremajaan karet dengan bantuan bibit. Selain itu sasaran juga mengharapkan adanya upaya melanjutkan pemberian bantuan berupa subsidi sarana produksi pertanian, serta perlunya program peningkatan keterampilan ibu-ibu dan pemilihan usia sapi hak milik petani yang tidak terlalu kecil. Berdasarkan survey, ada aspirasi sasaran yang telah diwujudkan oleh pihak perusahaan yaitu pengembangan sistem pertanian terpadu dengan melakukan diversivikasi tanaman yaitu salak pondoh. Saat ini p e ~ s a h a a ntelah melakukan persiapan dengan melaksanakan pelatihan dan telah memantau persiapan lahan calon petani salak. Selain itu, koperasi simpan pinjam (koperasi Bina Madani) juga telah terbentuk bahkan dalam jangkauan yang luas mencakup seluruh anggota kelompok tani binaan perusahaan dan melibatkan pihak luar lainnya. Perkuatan kelompok tani juga telah dilakukan namun belum secara menyeluruh dan terpadu terutama dalam kaitannya dalam upaya merangkul kembali sasaran yang kurang aktif menjalankan program.
Tabel 44 Aspirasi dan pelaksanaan aspirasi sasaran Aspirasi (Harapan) Aspirasi untuk bantuan sapi: Pemberian modal penggemukan sapi a kecil Pemilihan sapi yang tidak b e ~ s i terlalu Pemilihan sapi jenis lain (selain Sapi Bali) Aspirasi utk bantuan tanmn .pangan dan . ho&kultura: Bantuan pagar untuk lahan tanaman Bantuan lahan tanaman Melanjutkan subsidi saprodi (individu yg blm mandiri) Diversifikasi dg tanaman buah 8 bantuan bibit buah
Jum'ah Aspirasi 2 4
1
Sedang dirintis, penanaman tumpang sari salak pondoh dan pisang Dilakukan, namun belum Inenvelu~h
Perkuatan kelompok tani
I Pemasaran 3
Pelaksanaan(Kenyataan)
3
Usulan program b a ~antara , lain: Peremaiaan karet dan bantuan bibit karet program pelatihan ketrampilan utk ibu-ibu (bertani, rumah tangga) Bantuan untuk guru mengaji Pembangunan sekolah Taman Kanak-Kanak Perintisan penanaman sawit ~embentukankoperasi simpan pinjam
9 4 1 1 1 1
Sudah terbentuk, melalui KlOS PLUS dan koperasi pusat di lbukota Propinsi
Program b a berupa ~ peremajan karet merupakan suatu harapan besar masyarakat.
Selama ini, kehidupan utama masyarakat termasuk sasaran
program PPMR rnasih didominasi oleh usaha karet, sehingga sangat sulit bagi rnereka untuk beralih kepada usaha lain, terlebih dukungan dari sisi harga karet yang cukup tinggi. Selain itu harapan yang besar juga ditujukan akan adanya program peningkatan keterampilan ibu-ibu. Berdasarkan wawancara, sasaran program PPMR mengharapkan peningkatan pendapatan yang mereka peroleh dapat dimanfaatkan oleh keluarga temtama untuk konsumsi keluarga yang baik dan pendidikan anak. Untuk itu, mereka mengharapkan kaum ibu memiliki ilmu dan pengetahuan yang memadai agar dapat mengalokasikan penghasilan mereka dalam dua sektor tersebut secara maksimal. Pengamatan peneliti dilapangan juga menemukan fenomena yang memerlukan sentuhan.
Terdapat pembagian tugas yang kurang baik antara
kaum ibu dan kaum bapak dalam rumah tangga secara umum. Kaum bapak, biasanya bertugas menyadap karet, yang biasa dilakukan sekali dalam sehari (5 harilminggu). Aktifitas ini dilakukan selarna sekitar 4 jam (jam 06.00-10.00 WIB atau 14.00-16.00 WIB). warung kopi.
Setelah itu, kaum bapak menghabiskan waktunya di
Aktifitas kaum ibu secara umum adalah mengurus rurnah tangga (melayani suami dan anak), bekerja di sawah, dan rnengurus ternak atau kebun. Kesibukan kaurn ibu, praktis rnernbatasi mereka dari akses pengembangan diri rnisalnya rneningkatkan keterarnpilan pengasuhan anak, perawatan kesehatan keluarga dan lainnya.
Kehadiran program PPMR (khususnya SPT) sangat
berarti, karena dapat rnemberikan aktifitas alternatif kaurn bapak, meskipun kenyataanya aktiftas inipun pada akhirnya banyak dikelola oleh kaurn ibu. Oleh karena itu, peneliti merasakan pentingnya program khusus bagi ibu-ibu terutarna yang dapat rnendukung upaya peningkatan ketahanan pangan rurnah tangga. Sebagaimana diketahui, ibu adalah ujung tombak pengelola ~ r n a tangga, h maka mutlak baginya rnerniliki ilmu dalarn rnengalokasikan keuangan, memilih rnakanan yang bergizi, rnengasuh anak dengan baik serta menciptakan lingkungan dan kehidupan yang sehat di rurnah tangganya.