Laporan Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Dengan berakhirnya tahun anggaran 2015 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan telah menyusun Laporan Tahunan tahun 2015 yang isinya merupakan salah satu bentuk laporan tentang berbagai program/kegiatan/ proyek pembangunan khususnya pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung selama tahun 2015. Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung merupakan potret dari Performance sector pertanian di Kabupaten Bandung yang merupakan resultante atau hasil dampak dari berbagai upaya, program/kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mulai dari Kepala Dinas sampai dengan para petugas tingkat lapangan (kecamatan dan desa) yang secara bersama-sama dengan para petani/kelompok tani Kabupaten Bandung serta berbagai pihak terkait terus berupaya tiada henti untuk mewujudkan ataupun melangkah menuju ke arah tercapainya sasaran serta gambaran ideal sektor pertanian/agribisnis yang telah dicita-citakan bersama dan dinyatakan dalam Visi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
melalui
pengembangan
agribisnis
berkelanjutan
berbasis
sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri dan berwawasan lingkungan” Kami yakin bahwa apa yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung sampai dengan saat ini masih jauh dari sempurna tentang arah/tercapainya Visi tersebut serta belum sepenuhnya mampu mewujudkan seluruh aspirasi berbagai pihak yang terkait (stakeholder) dengan pembangunan pertanian, khususnya masyarakat tani di Kabupaten Bandung.
Hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa faktor
pembatas yang dihadapi dan tentunya terus kami upayakan untuk dilakukan penanganan dan pemecahan masalahnya guna perbaikan dan penyempurnaan di tahun-tahun yang akan datang.
i
Laporan Tahun 2015
Semoga Laporan Tahun 2015 ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi, penilaian dan informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Soreang,
Januari 2016
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda NIP. 19640923 199203 1 005
ii
Laporan Tahun 2015
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………..…………………………… DAFTAR TABEL .…………………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V BAB VI
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1.2 Dasar-dasar Penyusunan Laporan ……………………………………. 1.3 Gambaran Umum SKPD 1.3.1 Susunan Organisasi …………………………………….......... 1.3.2 Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi …………… 1.4 Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …… 1.5 Permasalahan Utama (Strategic Issue) yang Dihadapi 1.5.1 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 1.5.2 Isu-isu Strategis …………………………………………......... RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis 2.1.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …………………………………………………………. 2.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah ………………… 2.1.3 Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010–2015 ……………………........... 2.1.4 Kerangka Kebijakan, Strategi dan Penentapan Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 ……………………………………....
i iii iii iv v 1 2 4 7 10 11 17
18 19 20 27
TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN 3.1 Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran 3.1.1 Anggaran Pendapatan ………………………………………... 3.1.2 Anggaran Belanja ………..……………………………………..
49 49
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 4.1 Analisis Pengukuran Kinerja 4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2015...... 4.2.2 Analisa Pencapaian Kinerja Kegiatan ………………....... 4.2 Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi
59 89 94
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Permasalahan dan Upaya Pemecahannya …………………………..
99
PENUTUP 6.1 Kesimpulan............................................………………………….. 6.2 Saran.....................................................…………………………..
101 103
LAMPIRAN
iii
Laporan Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Sumber daya Aparatur
Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung……......................................... Tabel 2.1
10
Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode 2015..................................................…………………….
26
Tabel 2.2
Prioritas Komoditas Unggulan ……………………………………………..
27
Tabel 2.3
Penetapan Rencana Kerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015................………..…….......................
Tabel 2.4
Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2015..…………………………………………………………................
Tabel 2.5
41
Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………….
Tabel 2.8
40
Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
Tabel 2.7
36
Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
Tabel 2.6
32
44
Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan ………………………………………………………………………....
46
Tabel 2.9
Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan....
46
Tabel 2.10
Sasaran Kegiatan pada Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan ..................................................................
Tabel 2.11
Sasaran Kegiatan pada Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Tabel 3.1
48
Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015.….
Tabel 3.2
Tabel 4.1
50
Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2015.......................................................................................
Tabel 3.4
49
Target dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Tahun 2015.......................................................................................
Tabel 3.3
47
50
Target dan Realisasi Belanja Langsung Program Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015....................................
52
Pengukuran Sasaran Kinerja Tahunan 2015 .…………………...........
60
iv
Laporan Tahun 2015 Tabel 4.2
Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2015........................................................……..
62
Tabel 4.3
Realisasi Penyaluran Pupuk Thn 2012-2013 .………………………......
64
Tabel 4.4
Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2015 ..............……..
67
Tabel 4.5
Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015...
68
Tabel 4.6
Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung..
69
Tabel 4.7
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai SK Bupati dan Berbadan Hukum.....................................….……..
Tabel 4.8
70
Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung Tahun 2011 s.d 2015................................................................
75
Tabel 4.9
Pengukuran sasaran Strategis 2 Tahun 2015 ...……………………….
76
Tabel 4.10
Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas
Tabel 4.11
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2015..………….
78
Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung
80
Tahun 2015 …………………………………………………………………………. Tabel 4.12
Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2015 .......
82
Tabel 4.13
Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2015 …………........……...
82
Tabel 4.14
Realisasi produksi komoditi perkebunan…………………………………..
84
Tabel 4.15
Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung ………………....
85
Tabel 4.16
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung..............
85
Tabel 4.17
Pengukuran Sasaran Strategis 3 Tahun 2015 ……………………….....
86
Tabel 4.18
Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis .....................……………
87
Tabel 4.19
PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku …………….
95
Tabel 4.20
PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Konstan ..…………
95
Tabel 4.21
Dristribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung …………………….
95
Tabel 4.22
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Thn 2011-2015.
98
v
Laporan Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Struktur organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …………………………………………………………………….
Gambar 1.2
Struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ……………………………………………………………........
6
Gambar 2.1
Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor tanaman pangan dan perkebunan Kabupaten Bandung …....
22
Gambar 2.2
Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor kehutanan Kabupaten Bandung ……………………………………...
25
Gambar 4.1
Perkembangan Produktivitas Padi Kabupaten Bandung.........
61
Gambar 4.2
Perkembangan Indeks Pertanaman Padi Kabupaten Bandung...........................................................................
62
Gambar 4.3
Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian.........................
96
vi
5
Laporan Tahun 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Lampiran2.
Lampiran3.
Lampiran4.
Lampiran5.
Lampiran6.
Lampiran7. Lampiran8. Lampiran9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12.
Lampiran 13.
Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi Sawah MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung................................................................................ Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi Ladang MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kab. Bandung............... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung................. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Jagung MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung................. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kedelai MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Stroberi Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Tomat Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Cabe Besar Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Cabe Rawit Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
vii
104
105
106
107
108
109 110 111 112 113 114 115
116
Laporan Tahun 2015 Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran20. Lampiran21. Lampiran22. Lampiran23. Lampiran24. Lampiran25. Lampiran26.
Lampiran27. Lampiran28.
Lampiran29.
Lampiran30.
Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kubis Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kentang Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Sayuran Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Alpukat Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Durian Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Pisang Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Jambu Biji Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Anggrek Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Krisan Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Sedap Malam Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kunyit Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Jahe Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Laos/Lengkuas Tahun 2015 Kab. Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kencur Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Pace/Mengkudu Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kapolaga Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Teh Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
viii
117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128
129 130
131 132 133
Laporan Tahun 2015 Lampiran31. Lampiran32. Lampiran33. Lampiran34.
Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Kopi Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Cengkeh Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Tembakau Tahun 2015 Kabupaten Bandung....... Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2015
Lampiran35.
Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung ..........................
Lampiran36.
Nama dan Jumlah Kecamatan/Desa/Kelurahan di Kabupaten Bandung Tahun 2015 .........................................
ix
134 135 136 137 138 139
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan tahun 2015 diarahkan menjaring kerjasama dan kemitraan di antara para pelaku yang terlibat dalam pembangunan pertanian perkebunan, dan kehutanan. Bahwa sebagai salah satu upaya mengevaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan dan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahun, bahwa Laporan akuntabilitas kinerja dan Laporan Tahun merupakan kewajiban dari setiap instansi pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga. Laporan tersebut untuk mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan Instansi Pemerintahan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung menyusun Laporan Kinerja (LKIP) dan juga Laporan Tahun (LAPTAH) 2015, sebagai upaya pertanggungjawaban keuangan dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan organisasi yang terkait dengan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun 2010-2015 dan Renja tahun 2015. Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja tersebut dapat digunakan sebagai barometer Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan dalam memprediksi, memproyeksi, dan conjectures program/kegiatan di tahun-tahun berikutnya, secara efektif, efisien dan responsif.
Distanbunhut Kab. Bandung
1
Laporan Tahun 2015
1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) dan Laporan Tahun 2015 mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut: a.
Landasan Idiil Pancasila
b.
Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c.
Landasan Operasional : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400). 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
Distanbunhut Kab. Bandung
2
Laporan Tahun 2015
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. 14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
Pedoman (Rencana
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. 17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun. 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten Bandung. 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah. 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung. 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. 24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung. 25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011 tentang Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
Distanbunhut Kab. Bandung
3
Laporan Tahun 2015
1.3. Gambaran Umum SKPD 1.3.1. Susunan Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dengan susunan unit kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas, Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain itu terdapat 3 UPTD eselon IV yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi Tanaman, UPTD Benih Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Distanbunhut Kab. Bandung
4
Laporan Tahun 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN KEHUTANAN
SEKRETARIS DINAS
SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
BIDANG TANAMAN PANGAN PERTANIAN
BIDANG HORTIKULTURA
BIDANG PERKEBUNAN
BIDANG KEHUTANAN
SEKSI SARANA DAN PRASARANA
SEKSI PENGEMBANGAN PRODUKSI SAYURAN
SEKSI PENGEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN
SEKSI PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN SD HUTAN
SEKSI PENGEMBANGAN PRODUKSI SERELIA, KACANG-KACANGAN, DAN UMBI-UMBIAN
SEKSI PENGEMBANGAN PRODUKSI TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN TAN. OBAT
SEKSI PASCA PANEN, PENGOLAHAN, DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH
SEKSI PASCA PANEN, PENGOLAHAN, DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI PASCA PANEN, PENGOLAHAN, DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI PENGENDALIAN
SEKSI PERLINDUNGAN DAN PENGENDALIAN HUTAN
JAFUNG
UPTD
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
5 Distanbunhut Kab. Bandung
Laporan Tahun 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN KEHUTANAN
JAFUNG
KEPALA UPTD ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT
KEPALA UPTD PENGEMBANGAN BENIH
KEPALA UPTD PENGEMBANGAN USAHA
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
Gambar 1.2 Struktur Organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
6 Distanbunhut Kab. Bandung
Laporan Tahun 2015
1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008 terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang “Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”. Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian, perkebunan dan kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan serta bidang kehutanan. Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan: a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesekretariatan b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu; c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas; d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan kerumahtanggaan e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian; g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan; h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas Dinas j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya
Distanbunhut Kab. Bandung
7
Laporan Tahun 2015
n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/ lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan. Sedangkan tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan adalah diantaranya:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana dan prasarana, pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan dan umbiumbian serta pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil. Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah : a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian tanaman pangan, b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan, c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan tanaman pangan, d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan, e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan, f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman pangan, g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da fungsinya serta h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan hortikultura yang meliputi pengemangan produksi sayuran, tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan serta pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil. Fungsi Bidang Hortikultura adalah : a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan hortikultura b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan hortikultura Distanbunhut Kab. Bandung
8
Laporan Tahun 2015
c)
mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan hortikultura d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan hortikultura e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya, serta i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan hortikultura
3. Bidang Perkebunan Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan perkebunan yang meliputi pengembangan produksi perkebunan, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengendalian. Fungsi Bidang Perkebunan adalah : a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan perkebunan b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan perkebunan c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan perkebunan d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan perkebunan e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan perkebunan f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya serta j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan perkebunan
4. Bidang Kehutanan Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan kehutanan yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta perlindungan dan pengendalian hutan.
Distanbunhut Kab. Bandung
9
Laporan Tahun 2015
Fungsi Bidang Kehutanan adalah : a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan kehutanan b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan kehutanan c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan kehutanan d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan kehutanan e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan kehutanan f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya serta i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.
1.4.
Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap mental dan moral yang baik. Tahun 2015 jumlah personil di Dinas Pertanian, perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 68 orang dengan perincian pada Tabel 1.1. Tabel I.1 Sumber Daya Aparatur / Pegawai Distanbunhut Kab. Bandung No
1
Klasifikasi berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Yang Ditamatkan
2 Pangkat/Jabatan
Uraian
Jumlah
S2
8
S1
32
D3
5
SLTA
23
SLTP
2
IV.c
1
IV.b
1
IV.a
7
III.d
12
III.c
8
III.b
16
Keterangan
Distanbunhut Kab. Bandung
10
Laporan Tahun 2015
No
Klasifikasi berdasarkan
3 Berdasarkan Jabatan
Uraian
Jumlah
IIIa
6
II.d
4
II.c
5
II.b
7
II.a
2
I.b
-
I.c
1
Eselon II.b
1
eselon III.a
1
Eselon III.b
4
Eselon IV.a
18
Eselon IV.b
3
Keterangan
1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi 1.5.1. Identifikasi Masalah a.
Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan permintaan produk pertanian terutama pangan yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertambahan penduduk, sementara kapasitas sumberdaya alam pertanian terutama lahan dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas baku lahan pertanian semakin menurun karena pembukaan lahan pertanian baru sangat lambat sementara konversi lahan pertanian terus meningkat. Masalah konversi lahan cukup berat. Sumber air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam, terutama di daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, kompetisi pemanfaatan air juga semakin ketat dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah tangga dan industri. Besarnya tekanan penambahan penduduk terhadap lahan berakibat pemilikan dan penggarapan semakin terfragmentasi, sehingga jumlah petani gurem meningkat dengan rataan pemilikan lahan yang semakin kecil. Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang terlibat pertanian menurun drastis, yang juga berarti bahwa pangsa penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan akan cenderung semakin kecil. Implikasinya adalah masyarakat yang membutuhkan pangan akan berjumlah lebih banyak
Distanbunhut Kab. Bandung
11
Laporan Tahun 2015
dibandingkan dengan masyarakat yang memproduksi pangan. Hasilnya adalah tuntutan terhadap ketersediaan dan kontinuitas produksi pangan. Hal ini dapat menjustifikasi lebih cepatnya laju pertumbuhan industri agro dibandingkan dengan sektor pertanian. Selain itu, pergeseran pola demografis menyebabkan munculnya sektor-sektor ekonomi baru dalam rantai pasok pangan; seperti pada lembaga-lembaga dalam rantai tersebut. b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan oleh beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks akibat masih kurangnya dorongan fungsi penyuluhan di tingkat lapangan. c.
Kualitas, Mentalitas dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat. Tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat SLTP 13 persen (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan rendahnya pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge). Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Untuk mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian. Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha. Hal ini juga menimbulkan ketergantungan yang sangat besar dari petani terhadap lembaga-lembaga donor, termasuk institusi pemerintahan.
Distanbunhut Kab. Bandung
12
Laporan Tahun 2015
d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri agroinput, agro-kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (onfarm), subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan, pendidikan, dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara itu, Departemen Pertanian hanya memiliki kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang terkait dengan produk pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir, seperti kasus penanganan impor produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih kapas transgenik). Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi dan komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Apabila disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak utama ekonomi nasioanal maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang sangat penting dalam menyusun kebijakan maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan menejemen pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan Pemerintah. e.
Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan kemampuan dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang kondusif. Saat ini kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, maupun prioritas dalam pengembangan ekonomi nasional dinilai belum kondusif bagi keberlanjutan dan kemampuan dayasaing usaha pertanian. Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara lain: (1) penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk mendorong industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit perbankan yang disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi, usaha kecil menengah termasuk petani; (3) alokasi dana APBD untuk pembangunan sektor pertanian kurang memadai; (4) beberapa daerah menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk pada komoditas pertanian sehingga mengurangi dayasaing dan menjadi penghambat dalam investasi di sektor pertanian; (5) pembangunan sarana dan prasarana lebih besar di perkotaan dibanding dengan perdesaan; dan (6) liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya produk pertanian yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita tidak mampu bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi terkait, dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders lainnya.
Distanbunhut Kab. Bandung
13
Laporan Tahun 2015
f.
Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern
Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola perubahan struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa alasan yang mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang merupakan stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi masyarakat pada pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas pertanian di ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil). Pada masa 10 tahun mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai lebih dari 75 persen pangsa pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara berkembang. Proyeksi ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan sampai dengan 30 persen per tahun. Faktor utama lainnya sebagai pendorong pertumbuhan industri ritel modern tersebut adalah integrasi perdagangan dunia; terutama flow keuangan dunia (FDI). Semakin terbuka pasar sebuah negara maka semakin besar peluang pertumbuhan ritel modern ini. Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3) inovasi bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam industri tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk pertanian yang selalu dinamis. g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produkproduk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta wilayah sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara empiris ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor pertanian menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara industri agro menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat dijustifikasi dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja pangan masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju peningkatan per kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan proporsi belanja pangan sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan; dari staple food yang merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan yang harganya lebih mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber protein serta buah-buahan dan sayuran.
Distanbunhut Kab. Bandung
14
Laporan Tahun 2015
Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara riil menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost yang lebih rendah. h. Tuntutan Keamanan Pangan Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas dan keamanan pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran konsumen terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pangan yang dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana proses produksi komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi pada industri yang berimplikasi pada penggunaan input-input modern, teknologi dan rekayasa biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko teknis dalam penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas keamanan pangan sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya permintaan pangan yang bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-lembaga pemberi sertifikasi tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan internasional komoditas pertanian ditentukan oleh lembagalembaga tersebut. i.
Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan
(a). Sampah dan Limbah Pertanian Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi, sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi oleh banyak wilayah terutama kota besar.
(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam; terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil devisa tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara penghasil produk hutan mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya biaya mitigasi bencana akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom dalam pelaksanaan pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi kebijakan di tingkat daerah.
Distanbunhut Kab. Bandung
15
Laporan Tahun 2015
j.
Kemunculan Industri Biofarmaka
Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam programprogram kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan bermanfaat sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000 spesies yang dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada sangat besarnya potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk dan nilai transaksi industri tanaman obat dipaparkan berikut ini. Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani atau herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa negara tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara Eropa lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar dolar dengan laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3) Nutrasetikal; berupa produk suplemen pada pangan dengan nilai transaksi sebesar 5.5 milyar dolar. (4) Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai transaksi mendekati 30 milyar dolar per tahunnya. Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut, pertumbuhan diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara industri dan petani. Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang strategis antara ilmu farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge); yang merupakan domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat dititikberatkan pada eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum termanfaatkan dengan dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi. k.
Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial yang harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk diterima oleh konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang etis dan adil. Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri pertanian adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan Cina telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI) dan fair trade (FTI) dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa. ETI dan FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap suatu
Distanbunhut Kab. Bandung
16
Laporan Tahun 2015
produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan menjamin produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-syarat dalam menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah diratifikasi bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat ekonomi yang terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian) terdistribusi merata pada setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.
1.5.2. Isu-isu Strategis Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang berkelanjutan dan memiliki competitiveness dan comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya lokal; (2) menicptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten dan berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; dan (4) membangun infrastruktur dasar pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori.
Distanbunhut Kab. Bandung
17
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
2.1.
Rencana Strategis
2.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri dan berwawasan lingkungan” Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah; (a)
Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas pembangunan pertanian ditempatkan pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya; dan khususnya pada masyarakat pertanian; dimana kemampuan tukar output pertanian yang dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.
(b)
Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung pengertian bahwa agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani yang harus dikembangkan dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan keputusannya; yang pada gilirannya memiliki dampak positif terhadap status kesejahteraan masyarakat pertanian dalam terminologi kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
(c)
Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin segenap potensi yang dimiliki wilayah yang meliputi beragam sumberdaya alam, manusia dan kapital serta derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.
(d)
Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output sektor pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi sehingga dapat menjamin keamanan dan kesehatan konsumen sebagai dasar dari keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar lokal, nasional dan internasional.
Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas Pertanian Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi yang harus dilaksanakan, yaitu: 1.
Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung dalam perekonomian regional dan nasional.
2.
Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang bersifat lokal dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian.
3.
Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian. Distanbunhut Kab.Bandung
18
Laporan Tahun 2015 4.
Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas melalui pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.
5.
Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
2.1.2.
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan: 1.
Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi 2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai tambah dan memiliki keunggulan kompetitif. 3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang berkelanjutan Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung memiliki sasaran sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian terutama sub-sistem hulu dan produksi yang pada gilirannya juga pada sub-sistem hilir.
2.
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
3.
Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga mampu meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas terhadap inovasi teknologi, perkreditan, informasi pasar, dan kelestarian sumberdaya pertanian
4.
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian baik produk primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di pasar, khususnya pasar ekspor melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian.
5.
Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada pembangunan pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi pasar
6.
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder harus merupakan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di sektor pertanian selama sepuluh tahun kedepan. Setiap lima tahun dokumen rencana strategis harus ditinjau kembali dan kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman ini setelah disahkan akan menjadi dokumen arahan bagi penyusunan rencana pembangunan tahunan dengan target dan sasaran pembangunan yang lebih terarah, efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis juga harus dijadikan sebagai bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi perbaikan program tahun berikutnya. Distanbunhut Kab.Bandung
19
Laporan Tahun 2015 2.1.3.
Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010-2015
Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun dengan harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis pada sektor pertanian dan perkebunan. Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan institusional. Secara umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara untuk subsektor kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu. Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi pada jangka waktu berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas tersebut dapat dikembangkan juga menjadi dasar dari pengembangan komoditas. Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang berkelompok membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung. Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat permasalahan yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada Distanbunhut Kab.Bandung
20
Laporan Tahun 2015 subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air. Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan secara spesifik pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi. Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan. Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang menjadi penekanan pada mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian. Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci dari strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada penggalian informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya, informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan pada Gambar 10. Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong usahatani kecil untuk dapat memenuhi standar dalam pola kontrak harus dikembangkan.
Distanbunhut Kab.Bandung
21
Laporan Tahun 2015
PASAR
1 2 3
PRODUK
KELEMBAGAAN
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4
Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan perilaku pasar. Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar. Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar (penekanan pada pasar ritel moderen).
4
Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai). Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian. Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian. Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan. Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk. Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan perkebunan. Pengembangan supply chain and network management (SCNM).
7 8 9
Pemetaan komoditas aktual dan potensi. Penentuan fokus pengembangan komoditas. Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang tersedia pada tingkat nasional dan internasional. Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya; good agricultural practices, good pesticide practices).
Jangka Pendek
5
Transformasi perilaku pasar yang informal (open negotiation based) menjadi formal (contract based). Penetrasi pasar (penekanan pada niche market dan pasar industri).
Pemetaan cluster komoditas dan produk. Pengembangan sistem informasi cluster. Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate social responsibility untuk pembentukan cluster. 10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang pembentukan aliansi strategis antar pelaku usaha dan stakeholders. Pengembangan biopartnership pada industri agrofarmaka. 11 Pengembangan collaborative decision making.
5 6
Penerapan Integral Chain Care selanjutnya (penekanan pada good manufacturing practices, HACCP dan sistim traceability). Adopsi teknologi yang tersedia untuk pengembangan komoditas menjadi produk derivatif;.
Jangka Menengah
6
Penetrasi pasar nasional untuk komoditas terfokus beserta produk dan produk derivatifnya. Pemanfaatan peluang pasar global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan kolaborasi dan SCNM untuk menciptakan co-innovation pada produk. Pengembangan sistem inovasi agribisnis. 13 Proses regenerasi dan suksesi pada generasi muda agripreneur.
7
Pengembangan industri pertanian di sektor hilir.
Jangka Panjang
Gambar 2.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Distanbunhut Kab.Bandung
22
Laporan Tahun 2015 Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi konsep GAP dan pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat dimana perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and critical control points)harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi. Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang dialami dalam rantai produksi tersebut. Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care (ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan. Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan. Di antara beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka Distanbunhut Kab.Bandung
23
Laporan Tahun 2015 panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini, pengembangan subsektor kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategistrategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan. Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang publik yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat tersebut. Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif fiskal. Dalam pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor kehutanan menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang berhubungan langsung dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatankegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang bersangkutan.
Distanbunhut Kab.Bandung
24
PRODUK
KELEMBAGAAN
PASAR
Laporan Tahun 2015
1
Identifikasi pasar barang dan jasa lingkungan; menyusun target pasar. Penyusunan paketpaket produksi barang dan jasa lingkungan.
1
Pemetaan stakeholders kehutanan; terutama masyarakat sekitar hutan. Pembentukan komunitas hutan. Inisiasi pembentukan jaringan bisnis dan pendidikan.
1
Inventarisasi detil mengenai interaksi antara hutan dengan objek lainnya (aspek teknososio-ekonomi).
Jangka Pendek
2
Pemenuhan kebutuhan infrastruktur minimal dengan memanfaatkan jaringan dengan swasta.
2
Pembakuan mekanisme sharing manfaat dan tanggung jawab dengan stakeholders. Pengembangan sistim pendidikan lingkungan.
2
Adopsi dan pembakuan standar mengenai pengelolaan hutan sesuai konvensi internasional.
Jangka Menengah
3
Inisiasi pengintegrasian objek hutan ke dalam jaringan kepariwisataan nasional dan internasional.
3
Pemberlakuan audit sosial terhadap stakeholders. Pemanfaatan kekuatan kolaborasi untuk menciptakan co-innovation pada produk lingkungan.
3
Konvergensi sistim pertanian dengan produk dan jasa lingkungan.
Jangka Panjang
Gambar 2.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung
Distanbunhut Kab.Bandung
25
Laporan Tahun 2015 Tabel 2.1
Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode 2015
SASARAN STRATEGIS Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton) - Jagung (Ton) - Ubi Kayu (Ton) 2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) - Jagung (kui/ha) - Ubi Kayu (kui/ha) 3. Prosentase kehilangan hasil tanaman pangan (%) 4. Proporsi serangan OPT : - Padi (%) - Jagung (%) 5. Prosentase penerapan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%) b. Penggunaan Benih Berlabel (%) 6. Jumlah provitas komoditas unggulan: - Sayuran (Kwt/Ha) - Buah-buahan (kwt/Ha) - Biofarmaka (Kg/m2)) - Tan. Hias (tangkai/Ha) - Kopi (ton/Ha) - Teh (ton/Ha) - Cengkeh (ton/Ha) - Tembakau (Ton/Ha) Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun Hortikultura (Kelompok) Jumlah Unit-unit Pasca Panen dan Pengolahan Hasil (Kelompok)
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian Mengembangkan usaha 1. Prosentase Luas Lahan Kritis yang ekonomi produktif Tertanami (%) dalam upaya stabilitas 2. Jumlah Kelompok Agroforestry kualitas lingkungan (Kelompok) hutan dan lahan 3. Luas Hutan Rakyat/Agroforestry 4. Jumlah Komoditas AUK yang diusahakan (komoditas) 5. Jumlah Kelompok Tani yang berbasis AUK (Kelompok)
TARGET KINERJA TAHUN 2015 508.241 80.278 129.977 62.62 64.39 197.40 10.18 10 9 75 70 216,50 104,00 3,25 17.480 1,195 2,500 0,220 1,00 40 49
54.94 190 12.925 4 50
Distanbunhut Kab.Bandung
26
Laporan Tahun 2015 2.1.4
Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari pembangunan sektor pertanian. Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2014 bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian. (a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi produksi pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan bersifat terdiferensiasi. Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan Komoditas Tanaman Pangan Hortikultura
Perkebunan
Kabupaten Bandung Pangan Non Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu Cabe, Bawang merah, Tanaman hias Kentang, Kubis, Tomat, Stroberi, Alpukat, Jambu, Biofarmaka Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau
Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan produk, kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa komponen yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program pengembangan yang lebih spesifik. Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka waktu pembangunan. Kebijakan ini mencakup beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2) Distanbunhut Kab.Bandung
27
Laporan Tahun 2015 pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3) penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut. (b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di pasar global. Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan berikut ini.
Kebijakan Penetapan mekanisme yang berkaitan dengan riset pasar (identifikasi peluang pasar) Pengembangan alternatif sistim transaksi (pembiayaan, pengalihan resiko dan penjaminan) Peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar
Rencana Tindakan Pengembangan market-competitive
intelligence
Pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi Pengembangan pola contract farming.
Advokasi dan pendampingan dengan tujuan meperkuat aspek legal usaha pertanian
Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar utama bagi upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan. Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian. Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini. Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai: pengembangan manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik. Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.
Distanbunhut Kab.Bandung
28
Laporan Tahun 2015 (c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian. Selanjutnya cluster akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka kebijakan pendukung pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya. Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik diantara para pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut. Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan penggunaan teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Kebijakan Penataan fungsi tugas pemerintah yang didasari oleh kebutuhan spesifik
Penetapan mekanisme keterkaitan lembaga peneltian dengan pelaku sektor pertanian dan pasar
Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi pertanian (EGovernment)
Pemberdayaan masyarakat kehutanan
Rencana Tindakan Pendidikan dan pelatihan teknis SDM Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Peningkatan profesionalisme SDM Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Peningkatan koordinasi dengan lembaga penelitian (nasional dan internasional) dan perguruan tinggi (perencanaan kolaboratif) Pengembangan lembaga pertanian di pedesaan Penyebaran informasi mengenai program pembangunan pertanian (partisipatif) Peningkatan peran pengawasan partisipatif program pembangunan pertanian Penciptaan proses pengambilan keputusan yang bersifat kolaboratif Mendorong berfungsinya cluster-cluster komoditas pertanian Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan dan program pemanfaatan hutan Peningkatan kewirausahaan masyarakat kehutanan melalui pendidikan informal
Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan masyarakat dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di Distanbunhut Kab.Bandung
29
Laporan Tahun 2015 kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebunpekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah. Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan masyarakat menjadi aktif dalam melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal. Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi. (d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2014, dilaksanakan melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik dan pasar dunia merupakan faktor yang mendorong tumbuh kembangnya pertanian modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha tani dari industri hulu sampai industri hilir. Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara penuh di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatankesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara bertahap.
Distanbunhut Kab.Bandung
30
Laporan Tahun 2015 Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk mendesain pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian. Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola perubahan yang terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut, untuk mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 8 program dan 22 kegiatan. Berikut Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, antara lain (tabel 2.3):
Distanbunhut Kab.Bandung
31
Laporan Tahun 2015
Tabel 2.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015
SASARAN STRATEGIS Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam
INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah Pencapaian Produktivitas : - Padi (kuintal/ha) - Jagung (kuintal/ha) - Ubi Kayu (kuintal/ha) 2. Jumlah Kelompok yang telah memiliki sertifikat organik (Kel) 3. Tingkat kehilangan hasil tan. pangan (%) 4. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%) b. Penggunaan Benih Berlabel (%) 5. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam a. Padi b. Jagung 6. Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 7. Proporsi luas areal tanam yang terkena puso (%) 8. Jumlah unit UPJA yang berkembang 1. Jumlah rata-rata pencapaian produktivitas komoditas unggulan: Sayuran (kuintal/ha) Buah-buahan (kuintal/ha) Biofarmaka (kg/m2) Tan. Hias (tangkai/ha)
TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
1. 62,62 2. 64,39 3. 197,40 4. 5. 3 6. 10,18 7.
Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pengembangan Diversifikasi Pangan Pengembangan Perbenihan/Pembibitan Penyusunan Database Produk Pangan Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Tepat Guna Pertanian/Perkebunan Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna 75 8. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija (Bantuan Gubernur) 70 9. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna (DAK) 10 10. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan 9 Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna 2,3 (WISMP-LOAN) 0,70 11. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna 20 1. Peningkatan Mutu, Produksi dan Produktivitas Produk Pertanian/Perkebunan 216,50 2. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Atas 104,00 Hasil Produk Pertanian/Perkebunan 3,25 3. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ 17.480 Perkebunan
Distanbunhut Kab.Bandung
32
Laporan Tahun 2015
SASARAN STRATEGIS aglomerasi ekonomi pertanian
INDIKATOR KINERJA Kopi (kuintal/ha) Teh (kuintal/ha) Cengkeh (kuintal/ha) Tembakau (kuintal/ha) 2. Jumlah kelompok tani yang menerapkan SOP GAP a. Sayuran (Kelompok) b. Tanaman Obat (Kelompok) 3. Jumlah komoditas yang dikembangkan: a. Sayuran (komoditas) b. Tanaman Obat (komoditas) 4. Jumlah kelompok yang telah memiliki registrasi kebun (kelompok)
Mengembangkan usaha 1. Prosentase luas lahan kritis yang ekonomi produktif tertanami (%) dalam upaya stabilitas 2. Jumlah luas areal hutan rakyat/ kualitas lingkungan Agroforestry (ha) hutan dan lahan 3. Jumlah komoditas yang mengembangkan aneka usaha kehutanan 4. Jumlah kelompok tani berbasis aneka usaha kehutanan dan AUK (kelompok)
TARGET KINERJA 1,195 4. 2,500 0,220 5. 1,00 6. 7.
PROGRAM/KEGIATAN
Pembangunan Pusat-pusat penampungan hasil produk Pertanian/Perkebunan Penyusunan database produk pangan Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi Pertanian/Perkebunan 45 8. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan 5 9. Peningkatan Produksi Produk dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar (Jahe Merah) (Bantuan Gubernur) 10 1 10. Pengembangan Perbenihan Krisan, kentang, Bawang merah, Asparagus dan Jeruk (Bantuan 40 Gubernur) 11. Peningkatan Produksi Tanaman Kopi dan Teh (Bantuan Gubernur) 54.64 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan 12.925 3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Pengadaan Leuweung Sabilulungnan (Bantuan 4 Gubernur) 5. Pelaksanaan Agroforestry (Bantuan Gubernur) 190 6. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 7. Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat (Pendamping BLKSDA-BM)
Distanbunhut Kab.Bandung
33
Laporan Tahun 2015 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian unggulan per hektar dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola kemitraan, dan tersedianya pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan olahan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan pembangunan melalui kegiatan: 1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan 2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian 3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija 4. Pengembangan Diversifikasi Pangan 5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering 6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan 7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan 8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian / Perkebunan Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal. 1) Seleksi peserta dan jenis usaha Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya. 2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Distanbunhut Kab.Bandung
34
Laporan Tahun 2015 Setelah seleksi peserta, maka dilaksanakan pelatihan tentang pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan pangan/pertanian.
c. Pendampingan/pembinaan Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan/pertanian sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya. Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra komoditas padi, palawija, dan hortikultura. Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah: 1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan. 2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura dan perkebunan. 3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian organik. 5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan. Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan lain-lain); Distanbunhut Kab.Bandung
35
Laporan Tahun 2015 subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (downstreamagribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan). Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini, antara lain adalah : 1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha diversifikasi pangan 2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu produk dan teknologi pengolahan hasil dan 3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan sarana prasarana agribisnis. Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran: - Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas Pertanian serta peramalan produksi pertanian - Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem - Berkembangnya manajemen database pertanian - Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat sasaran. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015, sebagai berikut: Tabel 2.4. Sasaran Kegiatan Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Penyusunan Database 1. Terkumpulnya data potensi pangan, Potensi produksi pangan perkebunan, hortikultura bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan 2. Terlaksanya kegiatan Penyajian Data dan Informasi Pertanian Berbasis GIS 3. Terlaksananya evaluasi dan sinkronisasi data statistik pertanian 4. Terlaksananya kegiatan penentuan angka ramalan/prognosa statistik tanaman pangan dan hortikultura 5. Terlaksananya rapat koordinasi perencanaan pembangunan pertanian
Target Kinerja
2 Dokumen 1 Paket 2 Kali 2 Kali 1 Kali
Distanbunhut Kab.Bandung
36
Laporan Tahun 2015
Kegiatan
Sasaran Kegiatan
6. Tersusunnya Dokumen Supply Deman Benih Padi 7. Tersusunnya Dokumen Green Economy Pertanian Penanganan Pasca Panen 1. Terlaksananya sertifikasi organik ulang dan Pengolahan Hasil gapoktan Harapan Jaya Pertanian 2. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan padi untuk mendukung pengembangan lahan pangan berkelanjutan (power thresser) 3. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan padi untuk mendukung pengembangan lahan pangan berkelanjutan (Terpal) 4. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen padi 5. Terlaksananya Gerakan pasca panen padi 6. Terlaksananya Fasilitasi pasca panen jagung (Com sheller) 7. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen jagung 8. Terlaksananya bimbingan teknis pengolah hasil 9. Terlaksananya stimulan alat pengolahan hasil tanaman pangan Pengembangan 1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Intensifikasi Tanaman Padi Budidaya Jagung dan Palawija 2. Terlaksananya Rakor P2BN 3. Terlaksananya Pengadaan Benih padi 4. Terlaksananya Pengadaan Benih Jagung 5. Terlaksananya Pelaksanaan Demplot Penerapan Teknologi Tanaman Pangan 6. Terlaksananya acara panen raya jagung 7. Terlaksananya acara tanam serempak bersama TNI AD 8. Workshop Evaluasi GP-PTT 9. Terlaksananya acara hari lapang 10. Terlaksananya partisipasi dinas dalam penyelenggaraan pameran hari pangan sedunia XXIX 2015 Pengembangan 1. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam Diversifikasi Tanaman komododitas Ubikayu 2. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam dengan komododitas Sorgum 3. Terlaksananya Bimtek penerapan Teknologi Budidaya Ubikayu 4. Terlaksananya Rapat Koordinasi
Target Kinerja 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Paket
6 Unit 85 Lembar 1 Kali 1 Kali 1 Unit 1 Kali 1 Paket 1 Kali 1 kali 2 kali 12,250 Kg 3,375 Kg 5 Paket 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 150,000 Stek 100 Kg 1 Kali 2 Kali
Distanbunhut Kab.Bandung
37
Laporan Tahun 2015
Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Pengembangan Pertanian 1. Terlaksananya Pengembangan Sarana pada Lahan Kering Klinik Tanaman Hortikultura 2. Terfasilitasinya pendampingan klinik tanaman 3. Terfasilitasinya Bimbingan Teknis Penangkaran Tanaman Hias 4. Terlaksananya Sekolah Lapang Good
Pengembangan Perbenihan/Pembibitan
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian
Target Kinerja 1 Lokasi 1 Kegiatan 1 Kegiatan
Agricultural Practices Strawberry. 2 Kegiatan 5. Terfasilitasinya Adopsi Pengembangan Budidaya Buah-Buahan 1 Kegiatan 6. Terfasilitasinya Sarana Prasarana Pengembangan Komoditas Holtikuktura 1 Kegiatan 7. Terfasilitasinya Pendampingan Penerapan Teknologi Pasca Panen Strawberry 1 Kegiatan 8. Terfasilitasinya Sarana Pengairan Pengembangan Holtikultura (Pompa Air) 10 Unit 9. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Lahan (Cultivator) 6 Unit 10. Terfasilitasinya Sarana Budidaya Tanaman Hias Berbasis Lokal (Green 1 Unit House) 11. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Pupuk Organik 1 Kelompok 1. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS 1,300 Kg 2. Terlaksananya Pengadaan Benih Padu VUB Kelas ES (Label Biru) 7,100 Kg 3. Terlaksananya Sertifikasi Benih Padi Label Biru 9,000 Kg 4. Terlaksananya Sosialiasasi Demplot Padi Gogo 1 Kali 1. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Pengendalian OPT / IBK / GUP 2. Terlaksananya PILKT 3. Tersedianya Sarana Prasarana Pengendalian OPT 4. Terlaksananya Gebyar Promosi Perkebunan 5. Terlaksananya Adopsi Teknologi Kopi Speciality
1 Kali 1 Kali 1,500 Unit 1 Kali 1 Kali
Distanbunhut Kab.Bandung
38
Laporan Tahun 2015 2. Program Peningkatan Perkebunan
Pemasaran
Hasil
Produksi
Pertanian/
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung. Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan jaringan pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh ketidakteraturan dan panjangnya jalur pemasaran komoditas pertanian. Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut: 1.
Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta mendorong meningkat nya permintaan konsumen;
2.
Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian skala kecil di pedesaan;
3.
Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan
4.
Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
5.
Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta penerapannya dalam bidang pertanian.
Pada tahun 2015, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Distanbunhut Kab.Bandung
39
Laporan Tahun 2015 Tabel 2.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebu nan unggul daerah
Sasaran Kegiatan Jumlah unit-unit pasca pengolahan hasil (Kelompok)
Target Kinerja
panen
dan
1. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten 2. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan tingkat Provinsi 3. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Nasional 4. Terlaksananya Jambore Varietas 5. Terlaksananya Pameran APKASI Pembangunan 1. Terfasilitasinya Kegiatan Adopsi pusat-pusat Pengolahan Hasil Holtikultura penampungan 2. Terfasilitasinya Pelaksanaan produksi hasil Pemutakhiran Data Base Petani Pelaku pertanian / Usaha Agribisnis Kabupaten Bandung perkebunan 3. Terlaksananya Pendampingan masyarakat yang Manajemen Agribisnis Asosiasi Pertani akan dipasarkan Sayuran Segar Kabupaten Bandung 4. Terlaksananya Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian Holtikultura Bagi Petani Pengembang Budidaya Holtikultura 5. Terlaksananya Pendampingan Peningkatan Mutu Olahan Holtikultura Bagi Pelaku Olahan Pertanian Holtikultura lokal 6. Terfasilitasinya Sarana Pendukung Penerapan Good Handling Practices 7. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Hasil Holtikultura Untuk Kelompok Olahan hasil Pertanian
49
1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan
1 Kegiatan 450 Buah 6 Unit
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.
Distanbunhut Kab.Bandung
40
Laporan Tahun 2015 b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang, jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang (industri, pertanian, pariwisata dan lain-lain). Sedangkan ketersediaan air relatif tetap dan bahkan pada daerah-daerah tertentu sumber daya airnya cenderung menurun. c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi hemat air. d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan sawah) di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan. e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi dan pengolahan hasil. f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan dan pestisida. Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran: - Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan produksi - Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin pertanian - Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida - Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis, alpukat, kopi dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015, sebagai berikut: Tabel 2.6. Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan Target Kegiatan Sasaran Kegiatan Kinerja Penelitian dan 1. Terlaksananya Pembangunan Irigasi pengembangan teknologi Permukaan 30 Unit pertanian/perkebunan 2. Terlaksananya Pipanisasi 10 Paket tepat guna 3. Terlaksananya Pembangunan DAM Parit 21 Unit 4. Terlaksananya Pembangunan Screen House dan Pemagaran 1 Paket 5. Terlaksananya Pembangunan Gudang Pestisida 1 Unit 6. Terlaksananya Pengadaan Sarana dan Prasarana Balai Benih 111 Unit 7. Tersedianya Prasarana dan Sarana Penyuluhan 38 Unit 8. Terlaksananya Pembangunan Jalan Usaha Tani Tanaman Pangan 6 Paket 9. Terlaksananya Kajian Lingkungan Untuk Pembangunan Gudang Pestisida 1 Paket Distanbunhut Kab.Bandung
41
Laporan Tahun 2015
Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Pengadaan Sarana dan 1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Prasarana Teknologi Teknologi Agen Hayati Pertanian/Perkebunan 2. Terlaksananya Pengembangan Desa Tepat Guna PHT 3. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna 4. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Pertanian 5. Tersedianya Bahan Obat-obatan / Pupuk 6. Tersedianya Alat Penunjang Pengolahan Pertanian Pemeliharaan 1. Terlaksananya Kajian LP2B rutin/berkala sarana dan 2. Terlaksananya Pengesahan / Legalisasi prasarana teknologi Badan Hukum P3A dan GP3A pertanian/perkebunan 3. Terlaksananya Kegiatan Dam Area tepat guna 4. Tersedianya Grand Design 5. Terlaksananya Inventarisasi dan Pemetaan Lahan Sawah 6. Terlaksananya Sosialisasi Pelaksanaan Inventarisasi LP2B 7. Terlaksananya Rapat Koordinasi LP2B 8. Terlaksananya Rapat Koordinasi WISMP 9. Terlaksananya Pendampingan Penelusuran Jaringan 1. Pelatihan Optimalisasi Lahan dan Air Untuk Pengembangan Agribisnis 2. Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam Aspek Manajemen Organisasi dan Keuangan 3. Terlaksananya Kegiatan Sekolah Pemeliharaan Lapang "Integrasi, Diversifikasi dan Rutin/Berkala Sarana dan Intensifikasi/Ekstensifikasi dengan Prasarana Teknologi Sistem Usaha Tani Ramah Lingkungan Pertanian / Perkebunan yang Adaptif terhadap Perubahan Tepat guna (Peningkatan Iklim Manajemen Pengelolaan 4. Tersedianya Pupuk Cair Dalam Air WISP II - LOAN) Kegiatan DEM Area 5. Tersertifikasinya Kelompk GP3A
Target Kinerja 50 Orang 50 Orang 100 Orang 30 Orang 1 Paket 136 Unit 1 Paket 10 Buah 1 Paket 1 Paket 1 Paket 2 Kali 3 Kali 8 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali
1 Kali 60 Liter 10 Kel
4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
Distanbunhut Kab.Bandung
42
Laporan Tahun 2015
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal. 1) Seleksi peserta dan jenis usaha Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya. 2) Pelatihan Teknis Agribisnis Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan Distanbunhut Kab.Bandung
43
Laporan Tahun 2015 pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung. Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut: 1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan 3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk mencapai sasaran: - Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan unggulan Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura; sayuran 636.603 ton; buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias 388.369 tangkai; obat-obatan 859.830 ton; tanaman perkebunan; teh 3.460 ton, kopi 6.872 ton, dan cengkeh 125 ton. - (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis hortikultura 4 kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis komoditas kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok; dan cengkeh 1 kelompok; Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015, sebagai berikut: Tabel 2.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sasaran Kegiatan Terlaksananya pengadaan bibit kopi dan cengkeh Terlaksananya Pengadaan Kemasan Produk Perkebunan Terlaksananya Panen Raya Kopi Terlaksananya Pengembangan Komoditas Agrofarmaka Pada Tegakan Kopi Terlaksananya Pengadaan Mesin Pengolah kopi Terlaksananya Pengadaan Mesin Penepung Kopi Terlaksananya Pengadaan Roasting Kopi Terlaksananya Pengadaan Dry House Komoditas Stevia
Target Kinerja 72.000 Pohon 1 Paket 1 Paket 1 Paket 8 unit 1 Unit’ 2 Unit 1 Unit
Distanbunhut Kab.Bandung
44
Laporan Tahun 2015 Kegiatan Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
Peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau
Sasaran Kegiatan 1. Tersedianya Benih Kentang Bermutu 2. Tersedianya Benih Kentang Bermutu 3. Tersedianya Bibit Cabe 4. Tersedianya Sarana Produksi Pengembangan Sayuran Dataran Rendah 5. Pembangunan Screen House Penangkaran Kentang 6. Tersedianya Sarana Pengolahan Lahan 7. Tersedianya Sarana Pengembangan Jamur (Kumbung) 8. Tersedianya Sarana Prasarana Untuk Pengembangan Pemanfaan lahan Pekarangan 9. Terbangunnya Sarana Pengairan Berupa Embung di Kawasan Sayuran 10. Tersedianya Sarana Prasarana Pendukung Pengembangan Sayuran Eksklusif 11. Terlaksananya Registrasi Lahan Holtikultura 12. Tersedianya Sarana Prasarana Pendukung Pengembangan Budidaya Sayuran Ramah Lingkungan 13. Tersedianya Tenaga Pembantu / Pendukung Pengelola Kegiatan Pengembangan Hortikultura (Perencanaan dan Administrasi Bid. Holtikultura) 14. Tersedianya Tenaga Pengelola / Pemeliharaan Kebun Bibit Dinas Pertanian, Pekebunan dan Kehutanan Kab, Bandung 1. Terlaksananya Magang Pasca Panen dan Pengolahan Tembakau Hitam 2. Terlakasananya Penanganan Pasca Panen Tembakau 3. Terlaksananya Penerapan Pengolahan Pupuk Organik Padat 4. Terlaksananya Penganganan Terjadinya Kemarau Panjang 5. Terlaksananya Penerapan Teknologi Budidaya 6. Terlaksananya Peningkatan Produktivitas Komoditas Tembakau lokal 7. Terlaksananya Peningkatan Kualitas Produk dan SDM Tembakau
Target Kinerja 10.000 Knol 20.000 Baglog 100 Pcs 14 Paket 3 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Paket 1 Unit ‘ 1 Unit 1 Paket 50 Kebun
1 Paket
12 Bulan 1 Paket 3 Paket 1 Paket 1 Paket 3 Paket 2 Paket 2 Paket
Distanbunhut Kab.Bandung
45
Laporan Tahun 2015 5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun 2015, program ini ditujukan untuk: (1) pengembangan agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah madu. Tabel 2.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Pengembangan 1. Terlaksananya Pengembangan ulat sutera Hasil Hutan 2. Terlaksananya Pengembangan Ekonomi Masyarakat Non-Kayu Melalui Jamur Tiram 3. Terlaksananya Pengembangan Tanaman EmponEmpon 4. Terlaksananya Pengembangan Ulat Sutera 5. Terlasananya Pengembangan Ekonomi Masyarakat Melalui Jamur Tiram 6. Terlaksananya Budidaya Jamur 7. Terlaksananya Pelaporan Kegiatan
Target Kinerja 5.050 Stup 12.000 Log 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 100%
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk: a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis; b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) dengan pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan peran aktif masyarakat; c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sasaran yang diharapkan, adalah: a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman pada lahan kritis seluas 4.415 hektar b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari. Tabel 2.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Target Kinerja
Pembinaan, 1. Terlaksananya Pembuatan Hutan Pengendalian dan Rakyat 330 Hektar Pengawasan 2. Terlaksananya Pengembangan Gerakan Tanaman Bambu 36 Hektar Rehabilitasi Hutan 3. Terlaksananya Pengadaan Pupuk dan Lahan Kandang Kegiatan Hutan Rakyat 145,000 Kg 4. Terlaksananya Pengadaan Pupuk Distanbunhut Kab.Bandung
46
Laporan Tahun 2015
Kegiatan
Sasaran Kegiatan
5. 6. 7. 8. 9. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Target Kinerja
Kandang Kegiatan Pengembangan Tanaman Bambu Terlaksananya Rapat (Sosialisasi Koordinasi dan Evaluasi) Terlaksananya Penyusunan Pelaporan DAK Terlaksananya Pembuatan Pembangunan Sipil Teknis Terlaksananya Pembuatan DAM Penahan Meningkatkan Wawasan Kepada Masyarakat Mengenai Pengamanan Hutan Terlaksananya Kegiatan FGD RHL Terlaksananya Kemah Kerja Bupati Terlaksananya Kegiatan LombaLomba : P2WKSS, Sekolah Sehat, Posyandu, TMMD, Kakija dll Terlaksananya Bimbingan Teknis RHL Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Tahun 2015 Tersusunya Rencanan Teknik Kehutanan Tingkat Kabupaten Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Jalan Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Sungai Terlaksananya Kegiatan Sosialiasasi RKTK
34,000 Kg 4 Kali 15 Hari 4 Kecamatan 5 Unit 1 Kali 1 Paket 1 Paket 26,500 Batang 1 Kali 1 Dokumen 1 Dokumen 3,000 Batang 3,000 Batang 1 Paket
7. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Kegiatan Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
Sasaran Kegiatan
Target Kinerja
Terlaksananya Sosialisasi dan Pembinaan Masyarakat Desa Sekitar Hutan/Kelompok Tani Hutan (KTH) 10 Kali Terlaksananya Study Banding Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan 1 Paket Lahan 3 Hari x 25 Orang Terlaksananya Pengumpulan Data 1 Dokumen Perlindungan dan Pengamanan hutan Distanbunhut Kab.Bandung
47
Laporan Tahun 2015 8. Program perencanaan dan pengembangan hutan Tabel 2.11 Sasaran Kegiatan Pada Program perencanaan dan pengembangan hutan Kegiatan Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat
Sasaran Kegiatan
Target Kinerja
1. Terlaksananya Kegiatan Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat 5 Kelompok 2. Terbentuknya Organisasi KNPL 5 Desa 3. Terlaksananya Workshop dan Pelatihan Budidaya Pertanian 5 Kelompok
Distanbunhut Kab.Bandung
48
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN
LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2015 (Persen)
5,88 5,94
5,92 5,66 5,78 5,8 4,98 4,98 5,02
6,15
5,96 5,92 5,47
5,3 4,34
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kabupaten Bandung 2001-2015
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN
3.1. Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran 3.1.1. Anggaran Pendapatan Pada Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 166.365.000,(Seratus Enam Puluh Enam Juta Tiga Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan sawah pada UPTD Perbenihan dan Pembibitan Tanaman. Pada Tahun 2015 Anggaran Pendapatan sudah terealisasi 100% dengan kelebihan Rp. 162.900,- sehingga total PAD yang masuk sebesar Rp. 166.527.900,-. Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini Tabel 3.1. No 1
Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015
SUMBER PENDAPATAN Balai Benih Padi Jelekong dan Buah Batu Jumlah
Target (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
166.365.000
166.527.900
100,10
166.365.000
166.527.900
100,10
3.1.2. Anggaran Belanja Anggaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015 setelah adanya penambahan melalui DPA parsial mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp. 62.816.861.837,- (Enam puluh dua milyar delapan ratus enam belas juta delapan ratus enam puluh satu ribu delapan ratus tiga puluh tujuh rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 6.636.569.162,- (Enam milyar enam
ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu seratus enam puluh dua rupiah) dan belanja langsung Rp 56.180.292.675,- (Lima puluh enam milyar seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus tujuh puluh lima rupiah). 1.
Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp. 6.636.569.162,- (Enam milyar
enam ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu seratus enam
Distanbunhut Kab. Bandung
49
Laporan Tahun 2015
puluh dua rupiah) atau 10,56% dari total anggaran belanja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Dari target tersebut, terealisasi pada triwulan IV sebesar Rp. 5.557.844.338,- (Lima milyar lima ratus lima puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh empat ribu tiga ratus tiga puluh delapan rupiah) atau 83,7% dari alokasi BTL Tahun 2015 dengan sisa anggaran BTL sebesar Rp.1.078.724.824,(Satu milyar tujuh puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh empat ribu delapan ratus dua puluh empat rupiah). Tabel 3.2 Target dan realisasi belanja tidak langsung tahun 2015 No
BELANJA
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
(%)
1
Gaji dan Tunjangan
4.749.893.000
3.854.902.933
81,2
2
Tambahan Penghasilan PNS
1.886.676.162
1.702.941.405
90,3
6.636.569.162
5.557.844.338
83,7
Jumlah
2. Belanja Langsung Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2015, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp. 56.180.292.675,- (Lima puluh
enam milyar seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus tujuh puluh lima rupiah) dan pada akhir tahun 2015 terealisasi sebesar Rp.48.037.174.373,- dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja rutin/mutlak sebesar Rp.1.170.612.455,- dan belanja langsung urusan program/pilihan Rp.46.866.561.918,-. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja rutin/mutlak Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2015. Tabel 3.3.
Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2015
No.
URAIAN
I.
TARGET TA. 2015 (Rp)
REALISASI TA. 2015 (Rp)
%
913.519.341
837.149.055
91,64
76.370.286
256.088.400
96.77
8.544.200
23.800.000
87,50
3.400.000
SISA ANGGARAN
BELANJA SKPD 1. Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
264.632.600
27.200.000
Distanbunhut Kab. Bandung
50
Laporan Tahun 2015 4. Program
Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
53.775.000
53.575.000
99,63
200.000
Belanja Langsung Pilihan Anggaran belanja langsung program/pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp. 54.921.165.734,- (Lima puluh empat milyar sembilan ratus dua puluh satu juta seratus enam puluh lima ribu tujuh ratus tiga puluh empat rupiah) yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 12 program dan 23 kegiatan. Anggaran tersebut berasal dari beberapa sumber, yaitu: 1 2 3 4 5 6 7
APBD Kabupaten Bandung Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian Bantuan Gubernur Jawa Barat WISMP Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau APBNP Bidang Pertanian
Distanbunhut Kab. Bandung
51
Laporan Tahun 2015
Tabel 3.4
Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015
Kode Rekening
Program/Kegiatan
Anggaran (Rp)
Sampai Dengan Tahun 2015 Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Persen tase
Total Sisa
Sumber
2.01 . 2.01.01 . 01
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
913.519.341
913.519.341
837.149.055
91,64
76.370.286
2.01 . 2.01.01 . 01 . 01
Penyediaan jasa surat menyurat
1.743.000
1.743.000
1.743.000
100,00
-
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 02
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
50.190.541
50.190.541
38.533.005
76,77
11.657.536
APBD II
Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
8.700.000
8.700.000
8.700.000
100,00
-
APBD II
60.368.000
60.368.000
49.692.000
82,32
10.676.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 07
Penyediaan jasa administrasi keuangan
2.01 . 2.01.01 . 01 . 08
Penyediaan jasa kebersihan kantor
100.920.000
100.920.000
99.649.950
98,74
1.270.050
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 10
Penyediaan alat tulis kantor
81.168.000
81.168.000
75.937.000
93,56
5.231.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 11
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
62.119.800
62.119.800
61.566.800
99,11
553.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 12
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
6.570.000
6.570.000
6.570.000
100,00
-
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 13
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
377.070.000
377.070.000
340.362.300
90,27
36.707.700
APBD II
52 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.01 . 2.01.01 . 01 . 15
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangundangan
13.200.000
13.200.000
13.146.000
99,59
54.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 17
Penyediaan makanan dan minuman
12.300.000
12.300.000
12.300.000
100,00
-
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 18
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke luar daerah
63.920.000
63.920.000
61.064.000
95,53
2.856.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 19
Penyediaan Tenaga Pendukung teknis dan Administrasi Perkantoran
28.600.000
28.600.000
28.160.000
98,46
440.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 20
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke Dalam Daerah
38.450.000
38.450.000
37.925.000
98,63
525.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 22
Penunjang Perayaan Harihari Bersejarah *)
8.200.000
8.200.000
1.800.000
21,95
6.400.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 02
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
264.632.600
264.632.600
256.088.400
96,77
8.544.200
2.01 . 2.01.01 . 02 . 22
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
166.620.000
166.620.000
165.530.600
99,35
1.089.400
APBD II
98.012.600
98.012.600
90.557.800
92,39
7.454.800
APBD II
27.200.000
27.200.000
23.800.000
87,50
3.400.000
2.01 . 2.01.01 . 02 . 24
2.01 . 2.01.01 . 03
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional Program peningkatan disiplin aparatur
53 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.01 . 2.01.01 . 03 . 02
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
27.200.000
27.200.000
23.800.000
87,50
3.400.000
2.01 . 2.01.01 . 06
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
53.775.000
53.775.000
53.575.000
99,63
200.000
2.01 . 2.01.01 . 06 . 01
Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
35.000.000
35.000.000
35.000.000
100,00
-
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06 . 02
Penyusunan laporan keuangan semesteran
9.800.000
9.800.000
9.600.000
97,96
200.000
APBD II
8.975.000
8.975.000
8.975.000
100,00
-
APBD II
120.000.000
120.000.000
116.976.000
97,48
3.024.000
120.000.000
120.000.000
116.976.000
97,48
3.024.000
5.633.003.015
5.633.003.015
5.161.293.855
91,63
471.709.160
2.01 . 2.01.01 . 06 . 04
2.02 . 2.01.01 . 15
2.02 . 2.01.01 . 15 . 03
Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan Pengembangan hasil hutan non kayu
APBD II
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16
Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
2.01 . 2.01.01 . 16 . 02
Penyusunan data base potensi produksi pangan
650.130.000
650.130.000
619.885.750
95,35
30.244.250
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 12
Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
490.000.000
490.000.000
441.385.500
90,08
48.614.500
APBD II
54 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.01 . 2.01.01 . 16 . 15
Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija
1.098.923.015
1.098.923.015
976.296.030
88,84
122.626.985
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 16
Pengembangan diversifikasi tanaman
150.000.000
150.000.000
144.165.000
96,11
5.835.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 17
Pengembangan pertanian pada lahan kering
1.628.500.000
1.628.500.000
1.469.340.000
90,23
159.160.000
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 20
Pengembangan perbenihan/perbibitan
424.700.000
424.700.000
415.956.400
97,94
8.743.600
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 25
Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian
790.750.000
790.750.000
700.794.425
88,62
89.955.575
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 36
Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi/Palawija (Bantuan Gubernur)
400.000.000
400.000.000
393.470.750
98,37
6.529.250
BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16
Program rehabilitasi hutan dan lahan
5.537.067.897
5.537.067.897
4.743.727.050
85,67
793.340.847
2.02 . 2.01.01 . 16 . 05
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan
2.206.284.397
2.206.284.397
1.853.794.100
84,02
352.490.297
2.02 . 2.01.01 . 16 . 06
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
1.442.868.000
1.442.868.000
1.233.661.650
85,50
209.206.350
APBD II
2.02 . 2.01.01 . 16 . 10
Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan Gubernur)
1.387.915.500
1.387.915.500
1.200.658.400
86,51
187.257.100
BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16 . 12
Pelaksanaan Agroforestry (BANGUB)
500.000.000
500.000.000
455.612.900
91,12
44.387.100
BANGUB
DAK HUT
55 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.02 . 2.01.01 . 17
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
2.02 . 2.01.01 . 17 . 01
Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
2.01 . 2.01.01 . 17
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
2.01 . 2.01.01 . 17 . 07
250.000.000
250.000.000
248.956.000
99,58
1.044.000
250.000.000
250.000.000
248.956.000
99,58
1.044.000
1.731.590.000
1.731.590.000
1.712.093.275
98,87
19.496.725
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
1.171.650.000
1.171.650.000
1.159.858.025
98,99
11.791.975
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 17 . 09
Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan
559.940.000
559.940.000
552.235.250
98,62
7.704.750
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
34.884.745.100
34.884.745.100
29.665.831.018
85,04
5.218.914.082
2.01 . 2.01.01 . 18 . 01
Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
8.203.468.100
8.203.468.100
6.266.348.773
76,39
1.937.119.327
DAK Pertanian
2.01 . 2.01.01 . 18 . 02
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
2.582.861.000
2.582.861.000
1.562.291.642
60,49
1.020.569.358
APBD II
APBD II
56 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.01 . 2.01.01 . 18 . 03
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1.235.144.000
1.235.144.000
618.919.023
50,11
616.224.977
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18 . 09
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (Peningkatan Manajemen Pengelolaan Air WISP II - LOAN)
242.772.000
242.772.000
224.622.000
92,52
18.150.000
WISMP
2.01 . 2.01.01 . 18 . 10
Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna (DAK)
22.620.500.000
22.620.500.000
20.993.649.580
92,81
1.626.850.420
APBN-P
2.01 . 2.01.01 . 19
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
6.661.267.691
6.661.267.691
5.162.165.720
77,50
1.499.101.971
1.474.742.000
1.474.742.000
1.135.169.480
76,97
339.572.520
APBD II
1.620.000.000
1.620.000.000
1.431.318.150
88,35
188.681.850
APBD II
1.316.525.691
1.316.525.691
1.161.040.015
88,19
155.485.676
DBHCHT
2.01 . 2.01.01 . 19 . 02
2.01 . 2.01.01 . 19 . 03
2.01 . 2.01.01 . 19 . 07
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman Tembakau
57 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
2.01 . 2.01.01 . 19 . 10
Penidngkatan Produksi Produk dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar (Jahe Merah) (Bantuan Gubernur)
2.01 . 2.01.01 . 19 . 11
Peningkatan Perbenihan Krisan, Kentang, Bawang Merah, Asparagus dan Jeruk (BANGUB)
2.01 . 2.01.01 . 19 . 12
Peningkatan Produksi tanaman Kopi dan teh (BANGUB)
2.02 . 2.01.01 . 20
2.02 . 2.01.01 . 20 . 02
Program perencanaan dan pengembangan hutan Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat Total
750.000.000
750.000.000
0
0,00
750.000.000
BANGUB
1.000.000.000
1.000.000.000
977.173.875
97,72
22.826.125
BANGUB
500.000.000
500.000.000
457.464.200
91,49
42.535.800
BANGUB
103.492.031
103.492.031
55.519.000
53,65
103.492.031
103.492.031
55.519.000
53,65
47.973.031
56.180.292.675
56.180.292.675
48.037.174.373
85,51
8.143.118.302
47.973.031 APBD II
58 Distanbunhut Kab.Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
4.1.
Analisis Pengukuran Kinerja
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten dilakukan terhadap: (a)
Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkanberdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana strategis lima tahunan.
(b)
Kinerja kegiatan, yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan langkah-langkah kegiatan.
Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran dan hasil. 4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2015 Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2015, yang telah ditetapkan dalam Indikator kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan beberapa langkah rencana tindak lanjut tahun 2015 ke dalam 12 program dan 23 kegiatan. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut, indikator kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis. Sasaran Strategis 1 Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan Provitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga, terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dan
Distanbunhut Kab. Bandung
59
Laporan Tahun 2015
terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermindari tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar maupun produk olahan. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha peningkatan produksi dan Provitas lahan dan pangan. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2015 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini. Tabel 4.1 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2015 SASARAN STRATEGIS Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan Provitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton) - Jagung (Ton) - Ubi Kayu (Ton) 2. Jumlah Provitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) - Jagung (kui/ha) - Ubi Kayu (kui/ha)
TARGET KINERJA
REALISASI
508.241 80.278 129.977
546.594 43.494 105.724
62,62 64,39 197,40
63,84 65,45 198,51
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan (padi, jagung dan ubi kayu) mengalami pertumbuhan positif, sudah melebihi target kinerja pada tahun 2015. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai tahun 2015 ini mencapai 546.594 ton atau sebesar 107.54 % dari target tahun 2015 sebesar 508.241 ton dan Provitas nya sebesar 63,84 Ku/Ha atau mencapai 101.92 % dari sasaran tahun 2015 yang telah ditetapkan sebesar 62,62 kuintal/hektar. Pencapaian ini telah melampaui target sampai dengan tahun 2015 yang telah ditetapkan disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam peningkatan Provitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
Distanbunhut Kab. Bandung
60
Laporan Tahun 2015
Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi, melalui perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi sawah baru. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan Provitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman). Sedangkan realisasi produksi jagung hanya mencapai 43.494 ton (Jagung tongkol kering) atau 52,82 % dari target Tahun 2015 dengan Provitas mencapai 65,45 Kwt/ha, hal tersebut disebabkan oleh lebih produksi jagung lebih banyak dipanen muda pada bulan desember sebagai persiapan tradisi masyarakat menjual jagung bakar pada awal tahun selain itu juga untuk mempercepat perguliran modal petani, serta panen muda yang peruntukan untuk kebutuhan pakan ternak, dan hasil panen jagung muda tersebut tidak masuk kedalam perhitungan data statistik. Demikian hal nya dengan produksi Ubi Kayu yang belum melampui target dengan realisasi sebesar 105.724 ton atau 89,73 % dari target tahun 2015 dengan produktifitas mencapai 198,51 Kui/Ha, hal ini cenderung disebabkan oleh jangka waktu panen dari ubi kayu yang relatif lama, dapat mencapai 1 tahun, dan belum maksimal dikerjakan oleh petani walaupun komoditas ini dapat menjadi alternatif tabungan petani, dengan tanaman selingan yang lebih cepat perputaran modalnya.
Produktivitas Padi (kuintal/hektar)
65.00 64.00 63.00 62.00 61.00 60.00 59.00 58.00 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Produktivitas Padi
Gambar 4.1 perkembangan Provitas padi Kabupaten Bandung
Distanbunhut Kab. Bandung
61
Laporan Tahun 2015
Gambar 4.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung 2.50 2.40
Indeks Pertanaman
2.30 2.20 2.10 2.00 1.90 1.80 1.70 1.60 1.50 2009
Tabel 4.2
No
2011
2012
2013
2014
2015
Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2015 Uraian Komoditi
A
PADI
1
Padi Sawah
Realisasi 2011
Realisasi 2012
Realisasi 2013
Realisasi 2014
Realisasi 2015
Luas Tanam (ha)
74.171
78.969
89.069
86.651
83.836
Luas panen (ha)
71.055
78.029
86.499
81.759
82.727
450.652
518.032
570.703
524.355
535.475
63,42
66,39
65,98
64,13
64,73
Luas Tanam (ha)
7.137
7.950
5.093
2.810
2.961
Luas panen (ha)
6.231
7.885
5.646
4.622
2.886
22.337
33.997
22.079
18.723
11.119
35,85
43,12
39,11
40,51
43,42
Luas Tanam (ha)
81.308
86.919
94.162
89.461
86.797
Luas panen (ha)
77.286
85.914
92.145
86.381
85.613
Produksi (ton)
472.989
552.029
592.782
543.078
546.594
61,20
64,25
64,33
62,87
63,84
Produksi (ton) Provitas (kwt/ha) 2
2010
Padi Gogo
Produksi (ton) Provitas (kwt/ha) JUMLAH PADI
Provitas (kwt/ha)
Distanbunhut Kab. Bandung
62
Laporan Tahun 2015
No
Uraian Komoditi
B
PALAWIJA
1
Jagung
Realisasi 2015
13.589
12.319
8.506
Luas panen (ha)
9.115
10.329
13.076
12.209
6.645
51.039
51.954
86.256
81.078
43.494
55,99
58,1
65,97
66,41
65,45
Luas Tanam (ha)
4
185
364
295
425
Luas panen (ha)
64
175
159
275
335
Produksi (ton)
95
273
246
387
432
14,84
15,03
15,47
14,07
12,91
Luas Tanam (ha)
1.297
2.145
1.722
2.069
1.054
Luas panen (ha)
1.308
2.038
1.691
2.258
1.050
Produksi (ton)
2.202
3.018
2.437
3.198
1.629
16,83
14,81
14,41
14,16
15,52
Luas Tanam (ha)
6.674
6.483
6.886
5.952
5.171
Luas panen (ha)
7.565
6.159
6.506
6.893
5.326
144.990
118.013
124.960
127.846
105.724
191,66
110,65
192,07
185,47
198,51
Luas Tanam (ha)
1.965
2.140
1.777
2.494
1.476
Luas panen (ha)
2.618
2.033
1.686
2.545
1.449
Produksi (ton)
37.692
26.501
22.267
29.009
19.825
Provitas (ku/ha)
143,97
130,35
132,07
113,98
136,82
Kedelai
Kacang Tanah
Provitas (ku/ha) Ubi Kayu
Produksi (ton) Provitas (ku/ha) 6
Realisasi 2014
12.911
Provitas (ku/ha)
5
Realisasi 2013
11.931
Provitas (ku/ha)
3
Realisasi 2012
Luas Tanam (ha) Produksi (ton) 2
Realisasi 2011
Ubi Jalar
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan Provitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah 1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya. 2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian. 3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman diantaranya; (1) GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengelolan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang. Distanbunhut Kab. Bandung
63
Laporan Tahun 2015
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen. 5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan. Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas akan berdampak secara tidak langsung maupun langsung pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan salah satru upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009; menjadi 2,01 pada tahun 2012; 2,27 tahun 2013; 2,43 tahun 2014 dan 2,44 pada tahun 2015.
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya 1. Pengelolaan Pupuk Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, seperti tahun 2014, 2015 ini kembali disosialisasikan tentang pengurangan penggunaan pupuk kimia dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, karena pupuk organik mampu memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman, dan diantaranya di lapangan ternyata menunjukan suatu indikasi ketercapaian program/kegiatan dimana para petani banyak yang menggunakan pupuk organik hasil buatan petani sendiri/kelompok tani, yaitu kompos, cara lain yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan penggunaan pupuk yang berimbang antara pupuk an-organik dan pupuk organik maupun dengan perbandingan tingkat kebutuhan unsur hara pada lahan itu sendiri. Tabel 4.3 No
Realisasi penyaluran pupuk tahun 2013 – 2015 (Ton)
Jenis Sarana Produksi
Realisasi Tahun 2013
Realisasi Tahun 2014
Sasaran Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
24.701
24.864
22.973
22.501
% Tase Realisasi - Target 2015 97,95
1
Urea
2
SP- 36
5.929
4.113
6.142
4.692
76,39
3
ZA
6.534
3.859
6.141
4.660
75,88
4
NPK
18.239
16.751
17.123
17.145
100,13
5
Organik
1.300
787
1.115
1.024
91,84
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
64
Laporan Tahun 2015
Sebagai upaya dalam rangka peningkatan penerapan pupuk organik, distanbunhut telah melakukan langkah strategis yang diantaranya : 1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat pengolahan pupuk organik. 2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha. 3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung. 4. Mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik, dengan fasilitasi dari pemerintah berupa bantuan alat pencacah pupuk organiak dan lainnyya, sehingga ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah ternak. Kemudian melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang, juga telah bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna produk. 2. Pengelolaan Benih Kegiatan pada tahun 2014/2015 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada musim tanam 2014/2015, diantaranya telah dapat menyalurkan benih padi sebanyak 525 Ton untuk kegiatan GPPTT dan 20 ton benih jagung, cadangan Benih Daerah dan Bantuan Penggantian Bencana sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung. Pada Tahun 2015, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang sekitar 72%, Sintanur (3%), Mekongga (10%), IR-64 (10%) dan benih Lokal sebanyak 5%. Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura, perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit tersebut. Penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga tidak berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan.
Distanbunhut Kab. Bandung
65
Laporan Tahun 2015
Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas target kinerja, sejak dari tahun anggaran 2013 beberapa komoditi unggulan kabupaten dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik, kemudian tahun 2015 ini ditambahlagi pengembangan jeruk dekopon di kecamatan ciwidey. Krisan dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan seluas 1,5 hektar dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias di Kecamatan Pasirjambu. Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan Pasirjambu. 3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2015 ini jumlah jenis mesin yang dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan jumlah yang mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut. Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder dan malas untuk mencintai lumpur ataupun tanah serta terus bekerja pada sektor pertanian dalam memperjuangkan kehidupan keluarga. Pada tahun 2015, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan melalui Unit Pelayanan Jasa Alsintan melakukan pengadaan mesin pertanian yang dihibahkan kepada masyarakat berupa; Cultivator 33 unit, mesin pemotong Rumput 7 Unit, Power Threse 2 unit, Pompa Air 3” 30 unit, Pompa Air 4” 1 Unit dan Hand Sprayer sebanyak 60 unit. Distanbunhut Kab. Bandung
66
Laporan Tahun 2015
Dalam usaha pemeliharaan alat mesin pertanian yang telah ada, tahun 2015 ini ditambah lagi 1 unit alat perbengkelan, sehingga diharapkan dapat lebih mengoptimalkan pengelolaan dan pemelihara alat dan mesin pertanian yang ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA itu sendiri. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan. Tabel 4.4 N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten Bandung Tahun 2014 dan Tahun 2015
Jenis Alsintan Alat Pengolahan Lahan Alat Pemupukan Alat Pemberantasan OPT Pompa Air Sabit Bergerigi Alat Pengolah Padi Alat Pengolah Jagung Alat Pengolah Non Jagung Perajang Grader
Tahun 2014 (Unit) Total Baik Rusak
Tahun 2015 (Unit) Total Baik Rusak
456
402
54
833
746
87
243
135
108
243
135
108
46.472
45.669
803
46.556
45.753
803
425 219 1.726 18
411 194 1.519 18
14 25 207 0
571 998 1.750 18
533 987 1.543 18
38 11 207 0
154
135
19
154
135
19
3 409
3 363
0 46
3 409
3 363
0 46
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT Distanbunhut Kab. Bandung 2015.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa seKabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di
Distanbunhut Kab. Bandung
67
Laporan Tahun 2015
Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati. Pada tahun 2015 terjadinya kemarau panjang menjadikan kendala yang sangat berat untuk dapat menggenjot produksi dan luas tanam, dari hasil deteksi UPTD ALSINTAN melalui Petugas POPT, Penyuluh dan Brigade Proteksi yang sudah terbentuk bahwa terdapat 68 Ha sawah yang terdampak oleh kelangkaan air, yaitu di wilayah Baleendah seluas 60 Ha dan Katapang 8 Ha Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman ditambah dengan stimulan sarana pengendalian OPT serta berbagai macam bimtek yang diantaranya bimbingan teknis penerapan Teknologi Pertanian dan agen hayati, diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Tabel 4.5 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015 No 1.
2. 3.
Sarana Sarana pengendali agen hayati a. Trichogaamma sp b. metharizium sp c. Beauveria sp Teknologi trip barrier system Obat-obatan pengendalian OPT a. Rodentisida anti oagulan b. Insektisida c. Fungisida d. Rodentisida/pengasapan
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT 2015
Volume 1.072 pias 800 bungkus 800 bungkus 20 paket 250 230 200 170
kg L kg dus
5. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undangundang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan
Distanbunhut Kab. Bandung
68
Laporan Tahun 2015
pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan, embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik. Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel III.8 Tabel 4.6 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung No Lokasi Nama Sungai/ Volume DAM (Juta m3) Kecamatan Desa 1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947 - Buninagara - Leuwikuya 97,4462 2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya 3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745 4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326 5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567 - Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039 - Juntigirang - Juntihilir 6,5847 - Banyusari - Baros 2,1192 6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793 7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105 8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452 9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848 10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125 11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811 Dalam pengelolaan sumberdaya air ini, diantaranya dilaksanakan program pengontrolan dan pemeliharan serta rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yaitu jaringan irigasi desa (JIDES) dan jaringan tingkat usaha tani (JITUT), ini dimaksudkan untuk meminimalisasi terjadinya kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan, kemudian dilaksanakan juga pembuatan sumur pantek dan embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah Distanbunhut Kab. Bandung
69
Laporan Tahun 2015
diantaranya untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN. Pada Tahun 2015, dilakasanakan beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung,yakni: 1. Rehab serta pengembanganJaringan irigasi sebanyak 80 paket 2. Irigasi Air Permukaan sebanyak 49 Unit 3. Pipanisasi sebanyak 26 Paket 4. Pembangunan DAM Parit sebanyak 34 Paket 5. Hibah Pompa Air 2” sebanyak 9 Unit 6. Hibah Pompa Air 3” sebanyak 40 Unit 7. Hibah Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit 8. Hibah Embung sebanyak 1 Unit Selain itu juga terus dibina kelompok-kelompok pengguna air/Gabungan Kelompok Pengguna Air melalui kegiatan WISMP, pada Tahun 2015 dilaksanakan legalisasi kelompok P3A sebanyak 10 Kelompok. Tabel 4.7
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai SK Bupati dan Berbadan Hukum
Wargaluyu
Baleendah
Warga Mekar Jelekong Manggahang Bojong Malaka
Rancamanyar Banjaran
Kiangroke
Cangkuang
Cangkuang Ciluncat
Tanjungsari Nagrak
Nama Kelompok P3A
Gunung Karung Cisarea Cisarea Cisarea Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
Wargi Mukti
-
Banyu Wangi Suka Jadi 2 Sari Mukti Wargi Saluyu Tani Mulya Jati Mekar Madia Mulya Madia Mulya Cibolerang Lemah Duhur Pa Sarwan 1 Kubang Pa Sarwan 2 Bebera Gulaweng Tirta Karya Tirta Abadi Plantap
-
-
Ket B / SB / BB
Arjasari
Daerah Irigasi (DI)
Belu m
Desa
Berbadan Hukum
Sud ah Belu m Sud ah
Kecamatan
S.K Bupati
-SB
SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
Distanbunhut Kab. Bandung
70
Laporan Tahun 2015
Serang Mekar Cikoneng
Katapang Pacet
Sagara Cipta Pakutandang Manggu Harja Gunung Leutik Banyusari Sangkanhurip Mekarjaya
Mekarsari
Maruyung Sukarame
Mandala Haji Nagrak Cikawao Girimulya
-
-
-
B / SB / BB
Sarimukti Ciheulang
Mekar Harapan Tunas Harapan Mutiara Bumi Biru Endek Yusuf Banyumukti Sumber Rejeki Sumber Jaya Sumber Tangan Sumber rahayu Sumber bakti Tani Mukti Sumber Hurip Sri Mahi Sariwangi 1 Sariwangi 2 Sariwangi 3 Galih Mukti Suka Galih 1 Suka Galih 2 Tirta Gara Rarandang Cinta Jamri 1 Bukit Culah Dewi Suci Tirta Rahayu Cipta Mekar Tirta Jaya Mekar Jaya Sugih Mukti Sumber Asri Mekar Hasil Tirta Sejati Tunas Harapan Cigura Rumbia Tirta arum Gerak 1 Gerak 2 Gumati Giri mukti 1
Ket
Belum
Cimaung Ciparay
Loa Jogo Loa Jogo Cikasungka Cikasungka Cikasungka Cikalong Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Cirasea Wanir Wanir Wanir Wanir Wanir Wanir Kiaraeunyeuh Juntihilir Pamunggaran Toblolera Jamla Cikatulampa Cijambe Sawah Asem Bj. Cipatat Cijagra Cijamburaya Rumbia Sawah Jeruk Cidodol Cipanbanteng Tasulampa Pasanggrahan
Sudah
Cikancung
Bbkn. Peuteuy Dampit Cikasungka Mandalasari Hegarmanah Cikalong Ciparay Sumbersari
Berbadan Hukum
Belum
Cicalengka
Desa
Nama Kelompok P3A
Sudah
Kecamatan
Daerah Irigasi (DI)
S.K Bupati
-SB -SB SB SB SB -SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB -SB -SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
Distanbunhut Kab. Bandung
71
Laporan Tahun 2015
Nama Kelompok P3A
Wanir Wanir Wanir
Saluyu Barokah Mekar Wangi
-
-
SB SB SB
Cihejo 1 Cihejo 2 Geudeum Cipamekar Ciharupat Cibodas Citarik
Sayuran Marga Laksana Pangauban Mekar Mukti Sumber Harapan Alenda Mekarwangi
-
-
SB SB SB SB SB -SB -SB
B / SB / BB
Cinangela Alamendah Sukamanah
Rancabali Rancaekek
Daerah Irigasi (DI)
Belum
Tanjung Wangi Giri Mulya Cikitu Pangauban
Ket
Sudah
Cipeujeuh
Berbadan Hukum
Belum
Pacet
Desa
Sudah
Kecamatan
S.K Bupati
Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015 Keterangan
:
SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang
Selain Peningkatan produksi dan Provitas padi, pada tahun 2015 program/kegiatan ditujukan pula untuk mengidentifikasi komoditi-komoditi lain selain dari komoditas padi sebagai pangan alternatif. Ubi kayu dan Ubi jalar memang sudah dikembangkan sebelumnya serta merupakan komoditas lokal penduduk yang diusahakan menjadi komoditi alternatif dan komoditi yang khusus dikembangkan adalah kedelai. Ubi kayu sentra pengembanganya di daerah cileunyi, cilengkrang, Cikancung, Nagreg dan Cicalengka. Lebih lanjut, pengembangan kedelai ini dilaksanakan di Kecamatan Cimaung, Cikancung, Cicalengka, Baleendah, Margaasih dan Kutawaringin dengan total luas tanam pada tahun 2015 mencapai luas 425 Ha dengan luas panen 335 ha dengan provitas yang masih relatif rendah yaitu hanya mencapai 12,91 Kuintal/Ha. Secara garis besar, pengembangan komoditi tersebut dievaluasi cukup memberikan hasil yang positif terutama untuk komoditi ubi kayu, dan ubi jalar karena sudah biasa petani melakukan penanaman, seperti di Cilengkrang yang terkenal dengan tape singkongnya. Namun, untuk komoditas kedelai ternyata masih belum cukup menggembirakan karena ternyata para petani lebih suka memanen kedelai dalam keadaan muda (dijadikan makanan/kacang bulu). Selain itu Distanbunhut mendorong para petani untuk melakukan penanaman sayuran terutama sayuran dataran rendah yang dialokasikan untuk mengganti tanaman padi pada periode kering tahun 2015 sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif kekeringan pada petani. Sehingga dapat memberikan multifier effects bagi petani itu sendiri. Komoditi yang dikembangkan terutama kangkung, mentimun, cabe dan bawang merah.
Distanbunhut Kab. Bandung
72
Laporan Tahun 2015
Pengelolaan Lahan Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan bagi pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif. Lebih lanjut, pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan infrastruktur dasar/jalan, optimalisasi dan konservasi. Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga dan mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang dilakukan bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian, yang meliputi: 1
2
Irigasi Air Permukaan a. - Pembangunan Rumah Pompa - Pengadaan Pompa b. Pipanisasi - Pengadaan Paralon + Pemasangan Pembangunan Dam Parit - Cek Dam
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2015 penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui program UPSUS (Upaya Khusus) serta metode GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu) mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak semua menunjukan peningkatan hasil signifikan ini dimungkinkan karena benih tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani itu berada. Berdasarkan laporan dari lapangan, bahwa desiminasi teknologi khususnya pada peningkatan provitas tanaman pangan dapat dikatakan telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan benih bermutu/berlabel terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu lebih kurang 73,16% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung. Lebih lanjut, 77,67% dari total luas lahan sawah telah mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan pengembangan varietas termasuk didalamnya padi sawah non hibrida/inbrida, padi sawah hibrida, padi ladang, dan jagung. Distanbunhut Kab. Bandung
73
Laporan Tahun 2015
Kemudian lebih kurang 1.000 hektar lahan juga terus dikembangkan dalam penerapan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang merupakan bakal pengembangan padi organik, fokus pengembangannya tetap dilaksanakan di Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah, Banjaran, dan Solokanjeruk, yang memberikan dampak positif bagi para petani. Jumlah kelompok tani yang telah mendapat sertifikasi organik dari Inofice masih tetap dua kelompok yaitu di Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang, dan salah satu diantaranya telah bekerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan Ciparay dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP. Sedangkan di Kecamatan Bojongsoang melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) harapan jaya dengan rata-rata produksi baru mencapai 10 ton/ha telah memproduksi beras sehat dan bermitra dengan koperasi R.S. Hasan Sadikin Bandung dalam sistem pemasaran.
Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun 2015 komoditas padi menunjukkan penurunan tingkat kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada, tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2013 dalam penanganan pasca panen mencapai 10,47% tahun 2014 menjadi 10,07% dan pada tahun 2015 ini menurun 0,05% menjadi 10,02%. ditunjukkan pada Tabel 4.10. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan. Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan keterampilan petani yang semakin meningkat sejalan dengan upaya pembinaan yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung.
Distanbunhut Kab. Bandung
74
Laporan Tahun 2015
Tabel 4.8. Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung Tahun 2011 s.d 2015 No
Komponen
Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi pada Tahun (%) 2011
2012
2013
2014
2015
1
Panen
2,35
0,58
0,51
0,50
0,50
2
Perontokan
3,35
3,33
3,28
3,15
3,12
3
Pengeringan
3,03
3,83
3,82
3,75
3,75
4
Pengilingan
2,42
3,01
2,86
2,67
2,65
JUMLAH
11,52
10,75
10,47
10,07
10,02
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Pada tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung oleh anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-kelompok pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa:
Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 4 unit
Terpal sebanyak 100 lembar
Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
Combine harvester sebanyak 1 unit di Kecamatan Solokanjeruk;
Mesin pengolahan tanaman pangan hasil 1 paket
Fasilitasi rumah kemasan Padi Organik 1 Paket
Revitalisasi penggilingan padi 1 paket.
Sasaran Strategis 2 Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung, agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu. Pengembangan kawasan pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsurunsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah. Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan tersebut didasarkan
Distanbunhut Kab. Bandung
75
Laporan Tahun 2015
diantaranya pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung dan (4) memiliki peluang komparatif serta kompetitif. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis kedua seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini. Tabel 4.9 Pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2015 Sasaran Indikator Kinerja Strategis Meningkatkan 1. Jumlah Provitas komoditas keunggulan unggulan: komparatif dan - Sayuran (kui/ha) kompetitif produk - Buah-buahan (kui/phn) pertanian melalui - Biofarmaka (kg/m²) pengembangan - Tan. Hias (tangkai/m²) agribisnis dalam - Kopi (Olahan Ton/ha) aglomerasi - Teh (Olahan Ton/ha) ekonomi pertanian - Cengkeh (Olahan Ton/ha) - Tembakau (Olahan Ton/ha) 2. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun Hortikultura (kel) 3. Jumlah kelompok usaha rumah kemasan dan UPH: a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)
Target Kinerja
Realisasi
210,19 1,02 3,19 17,14 1,07 1,68 0,23 0,91
229,20 0,78 3,45 30,38 1,08 2,15 0,23 0,89
45
65
10 8
13 9
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan Perkebunan Produksi serta Provitas komoditas pertanian khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun 2015 ini mengalami peningkatan yang cukup baik walaupun tidak signifikan seperti tahun sebelumnya karena di tahun 2015 menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan Provitasnya asalkan kondisi air nya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu, muncul pula tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta Distanbunhut Kab. Bandung
76
Laporan Tahun 2015
terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isuisu lingkungan tentang kaidah-kaidah konservasi. Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan perkebunan antara lain; Bawang merah dari 32.770 ton menjadi 39.565 ton, cabe merah dari 17.579 ton menjadi 26.238 ton, tomat dari 22.755 ton menjadi 64.474 ton, tetapi pada komoditas unggulan yang lain ternyata mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu kentang menurun lebih kurang 10% dan kubis menurun sekitar 27% dan stroberi yang tahun kemarin mengalami penurunan sekarang mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2014 ini dimungkinkan karena tahun sebelumnya stroberi menurun disebabkan banyaknya peremajan serta keadaaan cuaca di tahun 2015 ini hasil peremajaan tanaman telah menghasilkan produksi. Kemudian produksi tanaman perkebunan rakyat mengalami peningkatan kecuali teh yang ternyata di kertasari mengalami penurunan luas tanaman/berganti komoditas sehingga cukup berpengaruh terhadap produksi teh rakyat yaitu sebesar 3.460 ton (hasil olahan) menurun 1,52 persen dari tahun 2014, kopi berhasil mencapai produksi olahan 6.872 ton naik satu persen, cengkeh naik 0,8 persen menjadi 125 ton serta tembakau naik dari 610 ton di tahun 2014 menjadi 1.358 ton tahun 2015. Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung yaitu kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut seperti telah dibahas diatas mengalami peningkatan dalam hal produksi dan Provitas, kecuali kentang dan kubis hanya meningkat dalam hal produktivitas nya saja. Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif lainnya. Komoditas tersebut diusahakan di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari. Penetapan Kabupaten Bandung sebagai kabupaten stroberi pada Tahun 2012 membawa perubahan terhadap fokus strategis pembanganun hortikultura. Dari tahun 2013 sampai sekarang, stroberi menjadi salah satu prioritas pengembangan yang diimplementasikan ke dalam beberapa program/kegiatan, yaitu pengembangan penangkaran stroberi yang tersebar di Kecamatan Rancabali dan Pasirjambu, kemudian jeruk di Cilenyi dan Ciwidey pada tanaman buah serta krisan pada tanaman hias. Identifikasi benih/bibit hortikulturaunggul merupakan salah satu langkah aksi untuk menghasilkan benih/bibit spesifik lokal Kabupaten Bandung, tahun 2015 ini ternyata produksi stroberi mengalami kenaikan dan ini adalah salah satu imfact dari kerjasama sister city pada 2013 dengan pemerintah Korea Selatan yang berupaya untuk mengadopsi benih stroberi yang berasal dari Korea Selatan ke Kabupaten Bandung.
Distanbunhut Kab. Bandung
77
Laporan Tahun 2015
Tabel 4.10 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Provitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2015 Komoditi
Uraian
1
2
Bawang Merah
Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha)
Kentang
Kubis
Cabe
Tomat
Kentang
Kubis
Cabe
Tomat
Bawang Daun
Kembang Kol
2011 3
2.827 1.799 20.887 116,1 6.527 5.346 110.793 20,72 5.394 4.592 109.326 23,81 787 740 20.682 27,95 1.295 1.339 94.124 70,29 6.527 5.346 110.793 20,72 5.394 4.592 109.326 23,81 787 740 20.682 27,95 1.295 1.339 94.124 70,29 3.147 2.969 49.570 16,70 466 418 8.091 19,36
Realisasi Tahun 2012 2013 2014 4
3.116 3.265 39.222 120,13 6.711 7.036 131.007 18,62 5.266 5.242 125.606 23,96 226 691 20.376 29,49 1.174 1.097 94.486 86,13 6.711 7.036 131.007 18,62 5.266 5.242 125.606 23,96 226 691 20.376 29,49 1.174 1.097 94.486 86,13 3.549 3.512 54.115 15,41 512 511 9.958 19,49
5
2.911 2.915 31.699 108,74 4.814 5.372 108.832 20,26 4.004 4.331 100.150 23,12 718 596 17.598 29,53 1.189 1.215 67.900 55,88 4.814 5.372 108.832 20,26 4.004 4.331 100.150 23,12 718 596 17.598 29,53 1.189 1.215 67.900 55,88 1.189 1.215 67.900 55,88 575 602 9.777 16,24
2015
6
3.086 3.027 32.770 108,26 4.380 4.676 93.968 20,10 4.457 4.683 107.192 22,89 753 702 17.579 25,04 1.125 1.105 22.755 20,59 4.380 4.676 93.968 20,10 4.457 4.683 107.192 22,89 753 702 17.579 25,04 1.125 1.105 22.755 20,59 4.117 4.112 68.401 16,63 592 573 11.258 19,65
Distanbunhut Kab. Bandung
7
2.377 3.254 39.565 121,59 4.051 4.136 84.414 20,41 3.484 3.390 78.112 23,04 660 821 26.238 31,96 1.184 1.254 64.474 51,41 4.051 4.136 84.414 20,41 3.484 3.390 78.112 23,04 660 821 26.238 31,96 1.184 1.254 64.474 51,41 4.003 3.970 57.783 14,55 427 449 8.682 19,34
78
Laporan Tahun 2015
Komoditi
Uraian
1
Petsai/Sawi/S osin
Wortel
Lobak
Kacang Merah
Kacang Panjang
Jamur
Terung
Buncis
Ketimun
Labu Siam
Kangkung
Bayam
Realisasi Tahun 2013 2014
2011
2012
2
3
4
Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (m2) Luas panen (m2) Produksi (ku) Provitas (kg/m2) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha)
3.128 3.015 61.396 20,36 2.131 2.006 42.524 21,20 376 360 8.027 22,30 1.547 1.191 10.835 90,97 179 139 2.786 20,04 8.971 8.689 15.643 18 173 143 4.673 32,68 696 639 14.857 23,25 561 524 24.388 46,54 55 62 66.493 10.724,68
3.176 3.218 67.581 21,00 1.745 1.796 40.316 22,45 306 313 7.228 23,09 1.690 1.538 9.833 63,93 119 156 3.620 23,21 11.413 20.205 29.530 14,62 160 186 4.964 26,69 850 789 18.279 23,17 460 538 18.164 33,76 87 69 60.089 8.708,49
3.635 3.476 71.079 20,45 2.212 2.003 42.507 21,22 643 512 10.977 21,44 1.421 1.684 16.150 95,90 116 145 3.538 24,40 12.715 12.749 232.460 18,23 176 157 4.475 28,50 749 786 18.230 23,19 471 460 17.340 37,70 73 78 59.990 830,59
2.938 3.145 66.486 21,14 1.914 1.924 40.950 21,28 504 493 10.798 21,90 1.837 1.795 18.663 103,97 142 127 3.050 24,01 48.979 41.565 44.113 10,61 214 202 6.801 33,67 654 660 8.390 12,71 554 525 12.919 24,61 37 42 6.040 143,80
2.775 2.758 57.209 20,74 1.775 1.658 37.587 22,67 418 412 9.281 22,53 1.072 1.488 14.878 99,99 99 116 2.634 22,71 58.408 50.618 643.910 12,72 134 139 4.763 34,27 584 592 17.529 29,61 591 562 24.532 43,65 28 41 61.103 1.490,32
Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha)
266 242 9.092 37,57 153 128 1.250 9,77
260 255 9.495 37,24 259 267 2.953 11,06
457 473 9.326 19,72 206 212 2.124 10,02
408 384 4.909 12,78 156 159 1.542 9,70
366 371 8.161 22,00 169 162 2.022 12,48
5
2015
6
7
Distanbunhut Kab. Bandung
79
Laporan Tahun 2015
Komoditi
Uraian
1
2
Seledri
Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (kwt/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha)
Cabe Rawit
Jumlah Komoditas Sayuran Stroberi
2011
2012
3
4
1.560 1.596 30.479 19,10 432 424 11.943 68,45 40.671 36.361 717.859 19,74 172 188 35.342 187,99
Realisasi Tahun 2013 2014 5
1.516 1.441 28.516 19,79 282 324 8.150 251,54 42.877 52.449 783.488 14,94 148 141 15.196 107,77
2015
6
1.692 1.565 30.099 19,23 398 331 8.142 75,37 43.170 43.523 927.417 21,31 94 91 15.431 169,57
1.902 1.842 36.890 20,03 530 452 3.214 71,10 30.428 30.773 682.110 22,17 214 108 4.361 40,38
7
1.675 1.750 36.347 20,77 352 457 1.289 61,27 26.224 27.780 636.603 22,92 137 78 50.101 642,32
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2015
Produksi komoditas buah-buahan unggulan Kabupaten Bandung yang diusahakan seperti alpukat dan durian pada tahun 2015 umumnya dapat melampaui target akan tetapi realisasi tersebut tidak bisa melampaui pencapain realisasi tahun 2014, dan ada pula yang tidak bisa melampai target maupun pencapaian tahun sebelumnya seperti jambu biji, ini kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi alam yang cukup kering diakhir tahun sehingga tanaman sedikit kekurangan air yang disebabkan oleh sedikitnya ketersediaan air dan tingginya temperatut/suhu sehingga menyebabkab penguapan air dari tanah dan tanaman cukup tinggi sehingga mengganggu dalam proses pembungaan dan pembuahan tanaman, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan tidak produktif lagi, serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung Tahun 2015 Realisasi Tahun URAIAN KOMODITAS
2011
2012
2013
2014
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
2015 Tan Meng hasilkan (Pohon) 122.217
78.576
89.107
46.996
638.481
Tanam Baru (Pohon) 5.970
Belimbing
3.236
3.143
6.183
18.062
347
9.791
6.567
Jeruk Besar
9.833
7.671
7.850
9.990
48
9.076
3.567
Pepaya
9.981
9.011
8.257
29.715
1.606
23.557
4.696
Alpukat
Produksi (Kuintal)
Distanbunhut Kab. Bandung
109.960
80
Laporan Tahun 2015
Realisasi Tahun
Anggur
4
-
2
-
2015 Tanam Baru (Pohon) -
Durian
12.067
8.722
8.556
61.648
140
352
384
27.508
14.466
Sawo
3.453
Melinjo
URAIAN KOMODITAS
2011
2012
2013
2014
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
2011
2012
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal) -
-
5.189
20.462
18.161
372
-
940
419
43.626
95.782
7.634
73.273
23.402
3.747
5.021
28.311
184
8.262
8.426
7.321
4.862
5.075
29.889
60
16.969
5.799
150.041
149.856
122.958
2.108.844
68.568
420.536
111.854
25.458
17.774
30.848
202.526
44.471
64.646
28.540
Manggis
118
316
112
992
2.278
3.351
2.479
Markisa
132
88
2.314
200
1.500
1.137
281
20.086
9.781
10.932
54.173
256
37.565
19.450
Rambutan
4.975
4.598
3.272
109.198
261
17.515
14.298
Jambu Air
10.384
4.866
12.441
58.167
2.038
29.111
15.486
Nangka
34.810
35.340
36.922
422.307
1.889
56.009
35.716
3.957
3.907
2.963
5.748
153
11.172
3.563
2.400
1.231
2.164
107.142
0
4.906
4.138
Duku Mangga
Pisang Jambu Biji
Petai
Sirsak Jengkol
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tahun 2015 kembali melanjutkan pengembangan komoditas lokal untuk menciptakan kawasan buah-buahan lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi komoditas unggulan yang terus dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam pengembangan komoditi alpukat, mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk besar cikoneng, kemudian di Ciwidey kembali dikembangkan jeruk dekopon yang akan dijadikan varietas lokal unggulan Kabupaten Bandung. Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Kemudian Cimaung dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji. Bila dilihat dari potensi tanaman hias. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias di tingkat Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti Anggrek, Krisan dan Mawar. Krisan menjadi primadona pengembangan tanaman hias yang di fokuskan di kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, Cimaung, Nagreg dan Cicalengka dimulai pada tahun 2014, dengan dibangunnya suatu kawasan pengembangan seluas lebih kurang 3.000 m2 diperuntukan khusus bagi pengembangan krisan. Disamping itu karena penangkaran benih, intensifikasi serta ekstensifikasi merupakan langkah strategis, maka dari tahun 2013 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus berusaha mengembangkan kebun
Distanbunhut Kab. Bandung
81
Laporan Tahun 2015
percobaan yang diperuntukan khusus sebagai laboratorium lapangan tanaman hias yang bertujuan untuk mengadopsi teknologi dan adaptasi benih/bibit tanaman hias baru di Kabupaten Bandung. Komoditas tanaman bio farmaka/tanaman obat di Kabupaten Bandung pada tahun 2015 yaitu diantaranya jahe, lengkuas dan yang lainnya, memperlihatkan realisasi produksi yang umumnya meningkat, dan peningkatanya pun ternyata tidak terlalu signifikan kecuali komoditas jahe yang peningkatannya cukup tinggi dan signifikan baik itu dibandingkan dengan target maupun realisasi tahun 2014. Karena kondisi iklim yang cukup kering sehingga ketersedian air dan faktor lainya seperti pangsa pasar, permodalan, kemudahan dalam hal bibit, pemeliharaan maupun masalah harga, sehingga dilapangan terjadi penurunana produksi bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014. Tabel 4.12 Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2015 2013 No
1
Komoditas
2014
2.335
Realisasi Produksi 2013 (Tangkai) 58.538
119
2015
10.543
Realisasi Produksi 2014 (Tangkai) 98.938
3.082
16
219
371
396
Luas Tanam (m2)
1.439
Realisasi Produksi 2015 (Tangkai) 34.859
850
35
2.062
-
320
-
1.170
5.303
101
2.425
123
2.728
Luas Tanam (m2)
Luas Tanam (m2)
3
Anggrek Anthurium Bunga Gladiul
4
Helicania
5
Krisan
1.249
431.558
10.130
748.174
9.900
2.227.768
6
Mawar
1.142
32.661
97
11.299
160
10.743
7
Melati
140
2.274
-
116
4
271
8
Palem
375
1.774
65
114
35
12.244
9
Sedap Malem
9.234
62.519
7.545
107.248
5.743
107.072
10
Gerbera
1.435
11.893
63
3.326
-
3.496
11
Anyelir
267
11.192
55
641
5
961
12
Dracaena Jumlah
-
34
30
-
-
-
16.911
621.199
28.645
973.451
17.444
2.403.374
2
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2015 2013 No
Komoditas
Luas Tanam (m2)
2014
Produksi
Luas Tanam (m2)
2015 Produksi
Luas Tanam (m2)
Produksi
1
Jahe
103.710
269.910
479.584
828.002
130.390
902.489
2
Lengkuas
97.950
101.729
66.124
489.199
15.933
37.741
3
Kencur
18.126
38.892
14.861
35.276
17.606
10.008
Distanbunhut Kab. Bandung
82
Laporan Tahun 2015
2013
2014
104.213
Luas Tanam (m2) 92.338
1.656
8.756
Temulawak
3.952
11.963
7
Temu Ireng
930
8
Kaji Beling
360
9
Kapulaga
12.835
10
Sambiloto
11
Mengkudu/Pace
No
Komoditas
4
Kunyit
5
Lempuyang
6
Jumlah
Luas Tanam (m2) 24.300
Produksi
2015 Produksi
Luas Tanam (m2)
Produksi
157.556
67.766
130.452
21.151
8.029
13.761
21.104
24.450
19.857
25.320
69.164
1.628
-
3.495
60
153
2.462
310
242
5.303
10.124
11.691
31.015
41.439
9.145
117.277
78
725
3.357
3.689
332
1.800
323
25.891
14.552
763
10.533
39.236
264.220
577.860
747.742
1.587.547
296.149
1.339.548
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tanaman Perkebunan Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru (replanting) komoditas perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar supaya terjadi peningkatan produksi komoditas perkebunan terutama produksi tanaman perkebunan unggulan Kabupaten Bandung yaitu Teh, Kopi, cengkeh dan Tembakau. Karena kondisi iklim yang sedikit kurang mendukung untuk berlangsungnya proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman serta adanya serangan OPT pada komoditi perkebunan, seperti karat daun, hama Pbko, embun jelaga dan kutu dompolan walau tidak signifikan berpengaruh, tetap saja mempengaruhi terhadap pencapaian provitas komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Bandung. Kecuali komoditi teh, kopi, cengkeh dan tembakau meningkat dan mampu mencapai/melebihi target serta pencapaian tahun sebelumnya. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, menurunnya produksi teh bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah karena di Kertasari pada tahun 2015 ini berlangsung rasionalisasi perkebunan teh rakyat, yang mau tidak mau, terasa atupun tidak itu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi teh. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan (Perkebunan Rakyat) tahun 2015 di Kabupaten Bandung diantaranya ditunjukan pada tabel berikut:
Distanbunhut Kab. Bandung
83
Laporan Tahun 2015
Tabel 4.14 Realisasi produksi komoditi perkebunan 2014 NO
Jenis Komoditi
1
Cengkeh
2
Luas/ Baku Lahan (Ha)
Produksi Hasil Olahan (Ton)
2015 Produksi Bahan Mentah (Ton)
Luas/ Baku Lahan (Ha)
Produksi Hasil Olahan (Ton)
Produksi Bahan Mentah (Ton)
1.024
118
474
1.024
125
501
Kopi
10.273
6.803
27.212
10.273
6.872
27.489
3
Teh
1.701
3.612
18.060
1.701
3.460
17.304
4
Tembakau
1.524
610
3.048
1.524
1.358
6.792
Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2015
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi, pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi sasaran dalam pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pengembangan agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan petani. Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga terjalin kerjasama/kemitraan bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu kesatuan system agribisnis, di mulai dari sistem off-farm hulu, on-farm, on-farm hilir dan pasar. Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-faktor yang mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk organik, pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan pengembangan dan penyediaan sarana produksi benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu. Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan perkebunan tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil mengembangkan unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk rumah kemasan (packing house) pada komoditas hortikultura dan UPH pada komoditas perkebunan. Kelompokkelompok tersebut telah bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir, dan industri pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk hortikulturan sayuran organik. Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil dan pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di Kabupaten Bandung.
Distanbunhut Kab. Bandung
84
Laporan Tahun 2015
Tabel 4.15 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Unit Rumah Kemasan Jaya Alam Lestari Madani Lyco Farm Adi Farm Barokah Tani Agro Hataki Abo Farm Katata Al-ittifaq Taruna Mulya Bongkor Patarema Putra Sari Bumi Mekartani Mandalawangi Muttaqin
Lokasi Pasirjambu Pasirjambu Pasirjambu Pangalengan Pasirjambu Pasirjambu Ciwidey Pangalengan Rancabali Pangalengan Cimenyan Pangalengan Kertasari Cikancung Cikancung Cileunyi
Keterangan: profil kelompok rumah kemasan bidang hortikultura, 2015
Komoditi Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran, Stroberi Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Kentang Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran
Tujuan Pasar/ Kemitraan Supermarket Lyco Farm Supermarket Alamandah Luar Bandung Lyco Farm
PT. MOU MTJ
Tabel 4.16 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung Produksi Tujuan Pasar/ No UPH Lokasi (Ton) Kemitraan 1. Rahayu Pangalengan 612 Luar Negeri 2. Trikarya Mandiri Ciwidey 360 Luar negeri 3. Pancawargi Ibun 100 Lokal 4. Mekar Saluyu Ciparay 612 Lokal 5. Mekar Tani Kertasari 200 Regional 6. Giri Senang Cilengkrang 84 Regional 7. Margamulya Pangalengan 300 Luar Negeri Keterangan: profil unit pengolahan hasil kopi bidang perkebunan, 2015
Pada tahun 2014 dan 2015, kegiatan gebyar promosi kopi java preanger Kabupaten Bandung memberikan dampak positif terhadap pengembangan kemitraan pemasaran hasil kopi, tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan da Kehutanan mengadakan festival kopi yang bertajuk “Bandung Coffe Festival II 2014” yang bertaraf Internasional. Melalui unit pemasaran Provinsi Jawa Barat, telah dilaksanakan kerjasama pemasaran kopi dengan Negara Maroko, kemudian dengan Korea sebanyak 18 ton untuk komoditi kopi java preanger Kabupaten Bandung.
Distanbunhut Kab. Bandung
85
Laporan Tahun 2015
Sasaran Strategis 3 Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Tabel 4.17 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2015 Sasaran Strategis Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Realisasi
Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
54,94
79,10
Luas hutan rakyat
5.015
3.967
Sumber: Bidang Kehututanan Distanbunhut 2015
Pengelolaan Lahan Kritis Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan kaidahkaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-lahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung. Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini sedikit banyak telah menyebabkan rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama pun terjadi di bawah/hilir sungai dengan ditambah banyaknya pemukiman penduduk di sepanjang daerah aliran sungai (DAS), keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandung seperti banjir, longsor dan kekeringan, selain itu dari tahun ke tahun ternyata semakin tinggi pula kualitas pencemaran yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari rumah tangga maupun industri. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Periode 2011-2015, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 ini telah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui penanaman komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Provinsi maupun APBN. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut berhasil menanami lahan kritis serta tegalan seluas 6.208 pada tahun 2011, tahun 2012 seluas 6.097 Distanbunhut Kab. Bandung
86
Laporan Tahun 2015
Hektar, tahun 2013 seluas 15.320 Ha, tahun 2014 seluas 1. 592 dan pada tahun 2015 berhasil melakukan penanaman seluas 3.967 Ha. Tahun 2015 ini juga dilakukan pengembangan kegiatan lain diantaranya adalah :
Kegiatan Agroforestry Bantuan Gubernur Jawa Barat Tahun 2015 seluas 50 Ha
Quick Wins Penanganan DAS Citarum Hulu Wilayah Kabupaten Bandung seluas 3.500 Ha.
Kegiatan PLKSDA DAS Citarum 21 Ha
Kegiatan Rehabilitasi DAS Citarum
Model Desa Konservasi seluas 50 Ha yang terletak di Kecamatan Pasir Jambu 25 Ha dan Kecamatan Pangalengan 25 Ha.
Program Pembangunan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi Ditjen BPDASPS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 30 Ha.
Tabel 4.18 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis
LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN KRITIS (KECAMATAN) Arjasari Baleendah Banjaran Bojongsoang Cangkuang Cicalengka Cikancung Cilengkrang Cileunyi Cimaung Cimenyan Ciparay Ciwidey Dayeuhkolot Ibun Katapang Kertasari Kutawaringin Majalaya Margaasih Margahayu Nagreg Pacet Pameungpeuk Pangalengan
2011
2012
2013
2014
2015
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
446,89 198,56 0 77,27 422,5 203,41 305,19 169,32 484,3 207,73 297,05 256,82 356,82 11,81 2,27 38,35 212,5 108,64 2,27 0 0 97,15 716,77 0 306,82
212,36 75 205 0 172,95 248,18 252 52,5 25 215 0 30 52,5 0 302 0 75,45 300 0 0 0 298,5 250 25 230
276,14 82,39 42,95 0 76,36 445,68 308,41 239,32 115,45 164,77 21,59 126,55 47,5 0 237,05 0 154,77 10,91 0,91 115,45 0 173,86 312,05 1,27 413,41
40 2 112 0 0 295 77 43 43 46 1 0 2 0 45 0 56 1 1 0 4 43 61 5 430
400 75 55 0 145 100 73 131 5 355 70 250 225 0 215 0 155 190 0 0 0 45 665 0 225
Distanbunhut Kab. Bandung
87
Laporan Tahun 2015
No 26 27 28 29 30 31 32
LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN KRITIS (KECAMATAN) Paseh Pasirjambu Rancabali Rancaekek Solokanjeruk Soreang Tersebar di Kab. Bandung Jumlah
2011
2012
2013
2014
2015
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
160,23 547,25 230 0 0 200,91 147,73 6.208,56
200 150 0 0 0 55 2.670,23 6.096,67
250,68 223,86 96,59 0 1,14 171,14 1.209,59 5.319,79
140 5 44 1 4 93 0 1.594
220 225 0 0 0 143 0 3.967
Sumber; Bidang Kehutanan Distanbunhut Kab. Bandung 2015.
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang sampai dengan berat. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan serta mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui: - Penyediaan bibit kopi, serta pemberian bantuan peralatan pengolahan kopi - Penyediaan bibit kayu-kayuan seperti; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe, Manglid, Petai, Sukun, Nangka dan gmelina. - Terfasilitasinya budidaya jamur tiram - Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan untuk usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2 kelompok tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu. Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani/masyarakat disekitar hutan. Distanbunhut Kab. Bandung
88
Laporan Tahun 2015
4.1.2 Analisis Pencapaian Kinerja Kegiatan Program/kegiatan Tahun 2015 lebih kurang sama dengan tahun 2014 diarahkan pada penataan kelembagaan pelaku usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan termasuk didalamnya penguatan kemitraan atau kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat mendukung pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Berikut analisis pencapaian kinerja kegiatan Tahun 2015.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pada Tahun Anggaran 2015 Program/kegiatan ini terdapat 6 kegiatan yang mendorong peningkatan ketahanan pangan di kabupaten bandung dan terealisasi sebesar 91,63 % dari total anggaran kegiatan dengan pelaksanaan fisik 100 %. Adapun langkah/proses pada program peningkatan ketahanan pangan serta beberapa sub kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Persiapan kegiatan. 2. Pelaksanaan kegiatan, meliputi : a. Kegiatan penentuan angka ramalan/prognosa statistik pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka penentuan sasaran serta evaluasi terhadap kegiatan serta dampaknya yang diukur melalui angka statistik, kegiatan ini melibatkan penyuluh PNS dan Non PNS sebanyak 2 orang per kecamatan. b. Rapat koordinasi perencanaan pembangunan pertanian. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka merencanakan tentang pembangunan pertanian tahun 2016 dan menampung aspirasi masyarakat melalui kegiatan musrenbang. Kegiatan diikuti oleh perwakilan/delegasi dari 31 kecamatan dan kelurahan, dalam kesempatan ini perwakilan dari masing-masing bersama dengan personil dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menentukan prioritas kegiatan yang akan didanai dari sumberdana yang ada di kabupaten untuk tahun 2017. c. Terlaksananya tanam padi serempak bersama TNI pada tanggal 19 April 2015 di Desa Tangsimekar Kecamatan Paseh d. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Pengendalian OPT/IBK/GUP. e. Terlaksananya Pengadaan Benih padi unggul sebanyak 12.250 Kg f. terselenggaranya rakor P2BN g. Bimtek penerapan Teknologi Budidaya Ubikayu h. Terfasilitasinya pendampingan klinik tanaman i. Terfasilitasinya Bimbingan Teknis Penangkaran Tanaman Hias j. Terfasilitasinya Sarana Prasarana Pengembangan Komoditas Holtikuktura k. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Pupuk Organik l. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS 1.300 Kg m. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas ES (label Biru) 7.100 Kg Distanbunhut Kab. Bandung
89
Laporan Tahun 2015
3. Evaluasi/keluaran dari kegiatan. Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan ini diantaranya adalah: a. Tersajinya Data pokok satatistik pertanian tanaman pangan dan hortikultura. b. Meningkatnya pemahaman petugas pengumpul data dalam penyusunan statistik pertanian c. Tersusunnya buku/laporan rencana kerja Dinas d. Meningkatnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil terutama komoditas tanaman pangan serta penurunan kehilangan hasil dari produksi padi pada saat panen dan pasca panen sebesar 10,02%. e. Meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat terutama kelompok tani padi dan palawija dalam penerapan teknologi pertanian di tingkat. f. Berkembangnya diversifikasi tanaman/pengembangan alternative pangan selain padi g. Meningkatnya produktivitas lahan kering dengan adanya penanaman buahbuahan h. Berkembangnya unit usaha kelompok tani baik itu dibidang tanaman pangan hortikultura maupun perkebunan
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Pada Tahun Anggaran 2015 Progam/kegiatan ini terealisasi sebesar 98,87% dari total anggaran yang tersedia, Program Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan ini dilaksanakan dengan dua kegiatan, langkah/proses pelaksanaa program/kegiatan, sebagai berikut : 1. Pelaksanaan persiapan kegiatan; a. Pelaksanaan rapat koordinasi; b. Identifikasi CPCL 2. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi: a. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten b. Terlaksananya Jambore Varietas c. Terlaksananya Pameran APKASI d. Terfasilitasinya Kegiatan Adopsi Pengolahan Hasil Holtikultura 3. Evaluasi hasik Kegiatan
Pertanian,
Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan, adalah: a. Terlaksananya penguatan kelembagaan pasar tani
Distanbunhut Kab. Bandung
90
Laporan Tahun 2015
b. Terjalinnya kerjasama usaha serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi pasca panen yaitu dalam pengolahan serta pemasaran hasilnya serta terciptanya masyarakat tani yang mampu bersinergi, berintergrasi dan berkemitraan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat tani, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis usaha agribisnis lokal unggulan. c. Meningkatnya nilai jual dan mutu produk hortikultura sehingga meningkatkan nilai tambah petani serta berkurangnya resiko kerusakan produk hortikultura
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan Pada Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan terdapat 4 kegiatan dalam rangka mendorong peningkatan penerapan teknologi pertanian sebagai upaya mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung. Adapun sub kegiatan yang telah dilakukan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Terlaksananya Rapat Koordinasi LP2B Terlaksananya Rapat Koordinasi WISMP Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Pertanian Tersedianya Bahan Obat-obatan/Pupuk berupa Rodentisida, anti koagulan Insektisida Fungisida dan Rodentisida/pengasapan Terlaksananya penguatan kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai serta terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi Terlaksananya pengadaan alat mesin pertanian berupa Cultivator sebanyak 33 unit, Pompa Air 4” sebanyak 1 Unit, Hand Sprayer sebanyak 60 unit Adapun hasil/keluaran dari program/kegiatan ini adalah : a.
b. c.
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kelompok tani serta terpenuhinya kebutuhan alat dan mesin pertanian bagi petani sehingga diharapkan mampu mempermudah dan meningkatkan hasil produksi dan Provitas pertanian. Mampu meningkatkan Indeks Pertanaman di daerah yaitu rata-rata Kabupaten Bandung sebesar 2,45 Meningkatnya kualitas infrastruktur dasar pertanian.
Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Terdapat 3 (tiga) kegiatan dan terealisasi sebesar 77,50% anggaran pada Program Peningkatan produksi pertanian/perkebunan ini, progres pelaksanaan sub kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Terlaksananya Peningkatan Produktivitas Komoditas Tembakau lokal
Distanbunhut Kab. Bandung
91
Laporan Tahun 2015
2. Terlaksananya Peningkatan Kualitas Produk dan SDM Tembakau 3. Terlaksananya Panen Raya Kopi 1 kali kegiatan 4. Terbangunnya Sarana Pengairan Berupa Embung di Kawasan Sayuran sebanyak 1 unit 5. Tersedianya Tenaga Pembantu/Pendukung Pengelola Kegiatan Pengembangan Hortikultura (Perencanaan dan Administrasi) 6. Tersedianya Tenaga Pengelola/Pemeliharaan Kebun Bibit Dinas Pertanian, Pekebunan dan Kehutanan Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan ini diantaranya, adalah: a.
Terlaksanaya pengembangan kawasan sayuran khas lokal
b.
Bertambahnya kapasitas dari green house pembibitan hortikultura
c.
Meningkatnya pemahaman petani tembakau dalam melaksanakan kegiatan di lapangan
d.
Meningkatnya PSK petani terhadap komoditas kopi dalam pembibitan, pemeliharaan serta pemasaran dilihat dari sudut pandang ekonomi
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Pada program pemanfaatan sumberdaya hutan terdapat 1 kegiatan yang berfokus pada pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu, kegiatan ini mencapai realisasi sebesar 97,48 % dari anggaran, yang digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut: a. Pelaksanaan persiapan kegiatan; (1) Pelaksanaan rapat koordinasi; (2) Identifikasi CP/CL; (3) Penyusunan juklak dan juknis. b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi Terlaksananya Budidaya Aneka Usaha Kehutanan Non Kayu meliputi usaha budidaya jamur dan lebah madu Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu adalah; Meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan di sekitar hutan serta terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdapat 5 kegiatan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam program tersebut sangat banyak dipengaruhi oleh iklim dan musim, keberhasilan penanaman pada tingkat lapangan
Distanbunhut Kab. Bandung
92
Laporan Tahun 2015
sangat besar dipengaruhi oleh fase penanaman yang tepat, yaitu penanaman pada saat musim hujan sudah mulai stabil. kegiatan pada program ini meliputi : 1. Terlaksananya Bimbingan Teknis RHL 2. Tersedianya benih tanaman kehutanan dan tersedianya sarana pembuatan pembibitan tanaman kehutanan 3. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani penghijauan 4. Terlaksananya RHL (rehabilitai lahan) Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah: a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat/kelompok tani penghijauan b. Berkurangnya lahan kritis c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan d. Tertanaminya lahan kritis seluas 3.967 hektar. e. Tersedianya Dokumen Rencana Strategis Pengelolaan Kawasan Lindung (RSPKL) dan Rencana Tindak Pengelolaan Kawasan Lindung (RTPKL) untuk jangka waktu 2015 – 2019 wilayah kabupaten.
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Pada Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan hanya terdapat 2 kegiatan saja dan beberapa sub kegiatan yang sudah terlaksanakan sebesar 99,58% dari total anggaran, diataranya adalah sebagai berikut: 1. Terlaksananya Sosialisasi dan Pembinaan Masyarakat Desa Sekitar Hutan/Kelompok Tani Hutan (KTH) 2. Terlaksananya Study Banding Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 3 Hari x 25 Orang Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi Pencegahan dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan adalah tersedianya peralatan monitoring kegiatan dan pengendalian kebakaran hutan dn lahan, tersosialisasikanya undang-undang tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan melalui himbauan dan penyuluhan, mengetahui tipe aktifitas masyarakat yang memungkinkan menjadi sumber api dalam kebakaran hutan dan lahan.
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan Pada porgram ini terdapat satu kegiatan berupa Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat. Kegiatan ini sebagai dukungan terhadap kegiatan PLKSDABM dengan sumber dana dari BANGDA Kemendagri. Terealisasi sebesar 53,65% dari totang anggaran. Adapun langkah/proses kegiatanya adalah sebagai berikut:
Distanbunhut Kab. Bandung
93
Laporan Tahun 2015
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
Identifikasi CP/CL;
Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi: -
Terlaksananya pengembangan kelembagaan petani
-
Terbentuknya kelompok masyarakat pecinta lingkungan
-
Terlaksananya workshop PLKSDA – BM
Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat adalah diantaranya terbentuknya kelompok masyarakat pecinta lingkungan yang produktif.
4.2.
Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura) perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten Bandung khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat melalui perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti kontribusinya dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan perdagangan, disamping itu perkembangan sektor pertanian juga dapat dilihat dari kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Bandung. Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2014 dan 2015, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2014 mencapai 7,78 persen dan tahun 2015 mencapai 7,55 persen (berdasarkan harga berlaku, 2015 angka sangat sementara), tahun 2015 ini sektor pertanian mengalami perlambatan nilai LPE. Sektor pertanian yang merupakan nomor tiga sebagai kontributor dalam struktur perekonomia Kabupaten Bandung mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,78 persen tahun 2014 menjadi 7,55 persen di tahun 2015, melemahnya sektor pertanian di tahun 2015 ini dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan dari sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan, tapi ditunjang juga oleh pelemahan sub sektor listrik bahkan mengalami pertumbuhan yang negative (PDRB/Analisis Pembangunan Ekonomi BPS Kab. Bandung 2015)
Distanbunhut Kab. Bandung
94
Laporan Tahun 2015
Tabel 4.19 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku N o A 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Tanpa Migas PDRB dengan Migas
2011
Tahun 2013
2012
2014
2015**
3,452,210.59
3,939,399.23
4,550,897.00
4,907,635.29
5,227,820.55
3,978,936.25 642,359.10 30,116,379.01 824,630.98 852,508.61
4,518,784.28 686,014.49 32,915,231.13 954,918.90 947,236.94
5,171,870.00 673,133.71 36,721,871.46 1,166,432.32 1,143,674.37
5,672,739.51 657,379.05 40,595,513.08 1,282,638.54 1,294,611.80
6,096,809.16 714,839.97 44,208,777.89 1,405,950.27 1,447,356.56
8,920,233.69
10,436,027.24
11,795,595.18
14,326,868.98
16,615,938.52
2,159,485.64
2,374,097.92
2,659,942.03
3,046,424.06
3,469,128.60
990,504.14
1,123,606.62
1,217,604.86
1,337,369.83
1,471,507.11
2,806,725.22 45,586,296.79 46,092,238.72
3,115,489.15 50,735,042.57 51,291,762.65
3,783,648.37 56,484,180.32 57,071,406.68
4,731,802.73 63,759,934.76 64,333,772.50
5,332,478.89 80,140,267.37 80,752,786.97
Tabel 4.20 PDRB berdasarkan harga konstan No A1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Tanpa Migas PDRB dengan Migas
2011
Tahun 2013
2012
2014
2015**
1,445,611.39
1,536,322.36
1,618,127.00
1,627,319.16
1,616,247.88
1,688,263.14 291,397.20 13,857,488.88 428,521.96 411,973.98
1,787,255.22 286,309.40 14,605,911.06 482,230.40 432,749.38
1,875,353.00 274,200.00 15,340,747.00 521,716.00 471,553.00
1,917,297.12 267,532.18 16,115,189.76 450,910.38 515,076.89
1,930,048.59 273,631.52 16,811,418.81 476,322.25 557,926.08
3,748,625.24
4,073,645.70
4,444,168.00
4,897,376.79
5,337,415.56
960,418.42
1,036,304.54
1,103,080.00
1,192,305.82
1,302,939.43
508,799.47
550,913.19
572,224.00
608,133.47
657,267.06
1,130,748.84 21,495,196.73 21,734,661.19
1,187,903.28 22,782,763.18 23,026,237.14
1,298,130.00 24,208,462.46 24,443,222.17
1,471,892.96 25,676,876.00 25,901,172.00
1,590,439.03 28,708,846.05 28,937,408.32
Tabel 4.21 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung (Persentase) No A1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Tanpa Migas PDRB dengan Migas
Tahun - Atas Dasar Harga Berlaku 2014 2015
Tahun - Atas Dasar Harga Konstan 2014 2015**
6.73
6.47
5.94
5.59
7.78 0.90 55.65 1.76 1.77 19.64 4.18
7.55 0.89 54.75 1.74 1.79 20.58 4.30
6.99 0.98 58.74 1.64 1.88 17.5 4.35
6.67 0.95 58.10 1.65 1.93 18.44 4.50
1.83
1.82
2.22
2.27
6.49 99.23 100.00
6.59 99.24 100.00
5.36 99.20 100.00
5.50 99.21 100.00
Sumber : Produk Domestik regional Bruto Kabupaten bandung 2014, BPS Kabupaten Bandung (**Angka Sementara).
PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun 2014, namun dari segi kontribusi PDRB seperti dibahas sebelumnya diatas Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung mengalami penurunan sebesar 0,23 (Bhn Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) bila
Distanbunhut Kab. Bandung
95
Laporan Tahun 2015
dibandingkan dengan Tahun 2014. Sampai saat ini, penyumbang terbesar terhadap PDRB tahun 2015 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan PDRB Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga terbesar dibawah Sektor Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2015
Distribusi Pertanian terhadap Persentase PDRB Kab. Bandung Tahun 2015 ADH Berlaku (Persen) Keuangan, Persewaan dan dan Jasa Perusahaan Komunikasi
Pengangkutan
Pertanian Jasa-jasa
Pertambangan dan Penggalian
Perdagangan,
Hotel dan Restoran
Industri pengolahan
Bangunan/Kontruk
si
Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontribusi Sub Sektor Pertanian pada LPE 2015
b. Perkebunan 14%
a. Tanama n Bahan Makana n 86%
Other 0%
d. Kehutanan 0%
Distanbunhut Kab. Bandung
96
Laporan Tahun 2015
Hasil Sensus Pertanian 2013 BPS Kabupaten Bandung, menunjukkan bahwa sektor pertanian tetap merupakan sumber matapencaharian sebagian penduduk Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 141.747 rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan dan rumah tangga usaha pertanian gurem sebanyak 114.213 Rumah Tangga sisa nya didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan perdagangan. Informasi ini menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian daerah. namun demikian, dari hasil sensus pertanian 2013 ini tercatat bahwa jumlah petani di Kabupaten Bandung ini turun sekitar 24% dari hasil sensus pertanian tahun 2003, jumlah petani terbanyak ada di Kecamatan Pangalengan dan Pacet masing-masing sebanyak 12.309 dan 13.019 orang (ST 2003), dan pada tahun 2013 ini jumlah petani di Pangalengan meningkat 3,5% menjadi 12.740 orang serdangkan di Pacet menurun 17% menjadi 10.695 orang, danternyata jumlah petani gurem paling banyak ada di Kecamatan Pacet yaitu sebanyak 11.435 orang dan sekarang hanya 9.300 orang. Seiring dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun 2014 dan 2015, yang ditandai dengan adanya akserelasi pertumbuhan PDRB terutama ADH Berlaku, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2011), sektor pertanian mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 % penduduk Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya. Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor pertanian masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi core bisnis di Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun merupakan sektor yang cukup stategis yang harus didukung keberlangsungannya sebagai faktor pendorong paling utama dalam percepatan pembangunan perdesaan.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2015 hampir sama dengan tahun 2014 yaitu terjadi kondisi iklim yang kering sehingga curah hujan menjadi sangat sedikit bahkan sampai bulan november 2015 curah hujan masih sangat rendah intensitasnya, gejolak ekonomi global dan bencana alam, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi, LPE sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif walaupun melambat dari tahun sebelumnya, namun LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan pada tahun Distanbunhut Kab. Bandung
97
Laporan Tahun 2015
2011 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan walapun masih mengalami akserelasi perlambatan dalam laju pertumbuhannya. Tabel 4.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015 o
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Tanpa Migas
No
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Tanpa Migas
Tahun(Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2011 2012 2013 2014* 2015** 5.38 5.23 4.93 2.24 0.67 3.00 0.00 2.28 5.19 5.40 5.03 5.05 4.32 8.21 12.53 8.19 0.00 5.64 8.10 5.04 8.97 9.23 8.32 7.88 8.86 9.10 10.20 8.99 7.62 7.90 6.44 8.09 9.28 7.15 9.09 3.87 6.28 8.08 6.99 5.05 9.28 13.39 8.05 5.88 5.94 6.15 6.07 5.49 Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku 2015** 2012 2013 2014
2011 7,76 1,25 58,72 1,61 1,66 17,39 4,21 1,93 5,47 98.91
7,92 1,20 57,67 1,67 1,66 18,29 4,16 1,97 5,46 98,97
8,00 1,04 56,79 1,80 1,77 18,75 4,11 1,88 5,85 99,11
7,78 0,90 55,65 1,76 1,77 19,64 4,18 1,83 6,49 99,23
7,55 0,89 54,75 1,74 1,79 20,58 4,30 1,82 6,59 99,24
Dalam perdagangan lokal, regional, nasional maupun ekspor, sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, Kota Cimahi ataupun di Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri, kemudian kopi berhasil ekspor ke taiwan korea dan maroko. Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produksi tertinggi di Jawa Barat, sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh, kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.
Distanbunhut Kab. Bandung
98
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA 5.1. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya Dalam pelaksanaan berbagai program kerja pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2015 dihadapi berbagai hambatan dan permasalahan yang pada dasarnya masih banyak kesamaan dengan tahun sebelumnya, di antaranya yaitu :
a.
Fluktuasinya iklim di Kabupaten Bandung seperti terjadinya kemarau yang cukup panjang sehingga mengakibatkan ketersediaan air kurang pada lahan pertanian, ataupun pada musim hujan yang cukup deras serta panjang sehingga menimbulkan banjir dan menggenangi sawah. Hal ini coba diatasi dengan mendirikan/membangun embung-embung yang jika musim hujan dengan air berlimpah bisa dijadikan tempat penampungan air sehingga banjir bisa diminimalisasi dan jika kemarau tiba air dalam embung tersebut bisa digunakan untuk mengairi/menyiram tanaman pertanian, pembangunan sumur pantek serta membangun/memperbaiki saluran-saluran air/irigasi baik itu dengan kirmir ataupun JITUT dan JIDES sehingga tingkat kehilangan air pada musim kemarau bisa diminimalisasi, penyedian pompa-pompa air untuk antisipasi kekeringan, dan juga dilakukannya pergeseran/pergantian pola tanam.
b.
Penerapan Teknologi belum Optimal. Penerapan teknologi terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah lingkungan, baik pada tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun pasca panen masih belum optimal dan merata diterapkan di berbagai lokasi. Paket teknologi yang diterapkan sebagian besar masih bersifat rekomendasi umum. Rendahnya penggunaan teknologi ini disebabkan berbagai keterbatasan seperti permodalan, aksesibilitas terhadap sumber informasi, teknologi spesifik lokasi, keterampilan petani, dan insentif harga yang diterima. Selain itu, teknologi yang dikembangkan selama ini masih terfokus pada tipologi lahan sawah, sedangkan pada lahan kering yang cukup potensial belum banyak berkembang. Untuk menanggulanginya, terus melakukan penyuluhan, sosialisasi serta bimbingan teknis dan terus pula meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan latihan/perguruan tinggi.
c.
Belum tercapainya kontinuitas serta kualitas produksi yang maksimal sehingga dipasaran bebas kita masih kalah bersaing dengan yang lain dan mengakibatkan harga jual pun menjadi minimal, Hal ini coba diatasi dengan
Distanbunhut Kab.Bandung
99
Laporan Tahun 2015
pembentukan forum/kemitraan pembangunan rumah kemasan.
dengan
para
pelaku
pasar
serta
d.
Masih terjadinya fluktasi harga akibat dari cara serta pola tanam para petani, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kerjasama/kemitraan dengan pihak lain serta secara intensif malakuan penyuluhan akan pentingnya cara, jadwal serta pola tanam yang dilakukan, dan juga dilakukannya perbaikan dan peningkatan insfrastruktur pengairan pertanian.
e.
Belum optimalnya diversifikasi konsumsi pangan penduduk yang masih didominasi oleh kelompok bahan pangan padi-padian. Untuk mengatasi hal tersebut ditempuh melalui peningkatan diversifikasi baik produksi bahan pangan maupun diversifikasi konsumsi melalui penyuluhan yaitu pentingnya diversifikasi non pangan diantaranya kelompok pangan hewani.
f.
Terus menyusutnya lahan pertanian dari tahun ke tahun karena perubahan fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kegiatan program peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, penaikan indeks pertanaman (IP) dan diversifikasi usaha tani.
Distanbunhut Kab.Bandung
100
Laporan Tahun 2013
BAB VI PENUTUP
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan
Dari uraian yang telah disajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan baik kinerja kegiatan maupun kinerja pencapaian sasaran dalam pelaksanaan APBD, APBD I, APBD II maupun APBN di Kabupaten Bandung yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2015 dapat dikatakan telah memperlihatkan kinerja / hasil yang cukup baik dan maksimal sesuai dengan rencana tingkat capaian (target) yang telah ditetapkan, baik pada indikator input, output, outcome, benefit maupun impact. Demikian pula halnya dengan kinerja pencapaian sasaran pembangunan pertanian yang umumnya telah mampu memenuhi bahkan ada yang melebihi sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana strategis dan arah kebijakan umum. Pada tahun 2015, ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai Desember 2015 ini mencapai 546.594 ton dari sasaran yang ditetapkan yaitu 508.241 ton GKG dengan produktivitas sebesar 63,84 kuintal/hektar. Pencapaian ini diantaranya disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil. Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 43.494 ton pipilan kering. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk jagung yaitu yang dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2015 ini panen jagung pipilan kering ternyata menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014, karena panen jagung mudanya serta tanaman jagung yang dijadikan sayuran cukup besar, ini terjadi karena budidaya jagung muda ternyata dianggap petani dari segi ekonomi lebih menguntungkan daripada pipilan kering apalagi dari segi waktu budidaya yang cukup singkat serta sedikit/minimalnya perlakuan terhadap jagung yang dipanen muda, kemudian petani di daerah ternyata lebih tertarik menanam jagung lokal atau jagung manis serta jagung sayur atau banyak pula yang yang langsung beralih komoditas kepada sayuran, yang dianggap lebih menguntungkan serta lebih mudah dalam segi pemeliharaan dan pemasarannya daripada jagung yang dipanen kering, sedangkan yang masuk hitungan statistik hanyalah jagung yang dipanen kering, jadi otomatis sangat berpengaruh terhadap besaran produksi jagung. Tahun 2015 ini hanya sebagian kecil petani yang mau menanam jagung hibrida serta menerima program dari pemerintah diantaranya hanya di kecamatan Nagreg, Cikancung dan Cicalengka yang masih banyak petani yang menanam jagung dipanen kering.
Distanbunhut Kab, Bandung
101
Laporan Tahun 2015
Lebih lanjut, Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun 2015 terutama untuk komoditas padi memperlihatkan perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Kemudian pengembangan hortikultura memperlihatkan geliat laju pertumbuhan yang positif. Sayuran serta buah-buahan lokal telah menjadi primadona pengembangan di Kabupaten Bandung. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti pengembangan intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk pengembangan penangkaran benih/bibit hortikultura. Tahun 2015 juga menjadi ajang pengembangan lanjutan untuk menciptakan kawasan buah-buahan lokal di Kabupaten Bandung, Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi komoditi unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam pengembangan alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk besar cikoneng, kemudian Pasirjambu ddengan jeruk dekopon. Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Cimaung dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji. Tanaman hias juga terus dikembangkan diantaranya adalh krisan yang terus dikembangkan di Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan dan Nagreg. Oleh karena itu pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan terus dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk, berbagai fasilitasipun telah digulirkan pada kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan, seperti peningkatan kapasitas pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen serta pengolahan hasil, ataupun unit rumah kemasan serta sarana dan prasaranaya. Pada urusan kehutanan, lahan kritis yang tertanami seluas 3.967 hektar. Pola kemitraan antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat diterapkan untuk mempercepatkan proses penanaman lahan kritis tersebut. Disamping itu, pendekatan vegetatif dan ekonomi dipilih sebagai upaya langkah aksi untuk merehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung. Namun demikian, tercatat juga beberapa kekurang berhasilan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2015, diantaranya adalah masih adanya beberapa komoditas pertanian yang belum mampu mencapai produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh kekurangcocokan petani dengan program/bantuan yang ada misalnya pada komoditas jagung hibrida, fluktuasi harga komoditas di pasaran dan juga sebagian besar lagi diakibatkan oleh keadaan alam yang berfluktuasi secara ekstreem dan itu semua belum mampu kita tangani serta memanipulasinya keadaan cuaca secara baik. Kondisi iklim pada MT. 2014/2015 ternyata cukup baik karena kemarau yang cukup panjang pada akhir tahun ini sudah masuk ke MT. 2015/2016 Distanbunhut Kab, Bandung
102
Laporan Tahun 2015
sehingga walau berpengaruh besar akan tetapi pembudidayaan padi/tanaman pangan lainnya bisa berlangsung dan menghasilkan produksi, walaupun pada beberapa titik sentra produksi ada yang mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam adalah melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan dengan diiringi perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan atau pembangunan jaringan irigasi baru untuk meningkatkan efektivitasnya. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan peningkatan produktivitas, disamping pengendalian OPT secara bersama-sama/sabilulungan. Selain itu kondisi petani yang umumnya memiliki lahan usahatani yang sempit dan permodalan yang minim, mengakibatkan produktivitas, efisiensi dan pendapatannya sulit untuk dtingkatkan secara maksimal. Kondisi ini diperkirakan akan menjadi masalah serius dan bertambah serius di masa yang akan datang mengingat alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian terutama oleh pemukiman penduduk serta sarana prasarana penunjang lainnya sampai saat ini terus berlangsung dan tidak bisa dihindari. Kemudian penerapan teknologi pertanianpun belum optimal terlaksana terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah lingkungan. Baik itu pada tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun pasca panennya.
6.2
Saran
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang masih perlu difokuskan diantaranya untuk upaya-upaya : a.
Peningkatan akses para petani ataupun kelompok tani dalam kepemilikan sarana produksi serta pasca panen pertanian.
b.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan sumber daya pertanian, baik petugas maupun petani melalui pembinaan dan bimbingan teknis, penyuluhan pertanian, serta pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c.
Memperkuat dan memfasilitasi kelembagaan petani dan usahatani.
d.
Pendampingan dan dukungan dari semua pihak terkait terutama pemerintahan dalam memfasilitasi serta menjalankan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan program-program yang dilakukan dan dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang maksimal serta dapat diteruskan secara berkesinambungan ditahuntahun selanjutnya.
Distanbunhut Kab, Bandung
103
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 3,850 1,120 3,402 3,777 1,425 318 4,369 2,726 2,933 1,857 2,261 682 8,835 3,604 3,482 6,968 2,771 3,034 3,099 3,401 2,088 2,523 3,461 3,829 1,302 70 311 3,610 1,701 428 599 83,836
** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
LUAS PANEN (Hektar) 3,862 1,067 3,296 3,717 1,482 318 4,071 2,545 2,716 1,807 1,890 620 8,857 3,697 3,407 7,562 2,661 2,660 2,954 3,169 2,157 2,547 3,902 3,430 1,336 70 304 3,841 1,701 510 571 82,727
PRODUKSI (Ton) 23,906 6,556 20,578 23,847 9,331 1,969 26,096 15,999 17,668 11,787 12,199 3,913 58,406 24,433 22,538 50,507 17,576 17,116 19,436 20,893 13,709 16,818 25,847 22,908 8,545 435 1,937 22,761 11,052 3,059 3,649 535,475
PROVITAS (Kuintal/Ha)
61.90 61.44 62.43 64.16 62.96 61.91 64.10 62.87 65.05 65.23 64.54 63.11 65.94 66.09 66.15 66.79 66.05 64.34 65.80 65.93 63.56 66.03 66.24 66.79 63.96 62.20 63.71 59.26 64.97 59.98 63.90 64.73
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI LADANG MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 90 331 327 75 40 10 43 125 15 700 275 500 5 100 325 2,961
** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
90 331 327 40 10 43 125 15 700 275 500 5 100 325
329 1,242 1,230 149 36 158 496 55 2,667 1,077 2,020 18 382 1,259
2,886
11,119
PROVITAS (Kuintal/Ha)
36.54 37.51 37.63 37.18 36.23 36.69 39.66 36.82 38.10 39.17 40.40 36.45 38.24 38.75 38.53
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 3,940 1,451 3,729 3,852 1,425 358 4,379 2,726 2,933 1,900 2,386 682 8,835 3,604 3,482 6,968 2,786 3,734 3,099 3,401 2,088 2,523 3,736 4,329 1,302 70 311 3,610 1,706 528 924 86,797
** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
3,952 1,398 3,623 3,717 1,482 358 4,081 2,545 2,716 1,850 2,015 620 8,857 3,697 3,407 7,562 2,676 3,360 2,954 3,169 2,157 2,547 4,177 3,930 1,336 70 304 3,841 1,706 610 896
24,234 7,797 21,809 23,847 9,331 2,118 26,133 15,999 17,668 11,945 12,694 3,913 58,406 24,433 22,538 50,507 17,631 19,783 19,436 20,893 13,709 16,818 26,924 24,928 8,545 435 1,937 22,761 11,070 3,441 4,908
85,613
546,594
PROVITAS (Kuintal/Ha)
61.32 55.77 60.19 64.16 62.96 59.15 64.03 62.87 65.05 64.57 63.00 63.11 65.94 66.09 66.15 66.79 65.89 58.88 65.80 65.93 63.56 66.03 64.46 63.43 63.96 62.20 63.71 59.26 64.89 56.42 54.78 63.84
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 96 164 77 353 700 135 163 238 325 837 729 1,836 83 13 14 381 268 345 56 123 5 4 138 110 15 6 12 515 30 735 8,506
** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
36 71 40 162 425 74 153 52 233 892 739 1,836 94 1 3 301 94 310 27 48 6 5 108 110 6 6 10 361 30 413
230 453 253 1,075 2,767 475 991 338 1,537 5,842 4,803 12,194 609 6 19 1,956 603 1,984 171 308 38 32 700 706 39 38 63 2,366 194 2,703
6,646
43,494
PROVITAS (Kuintal/Ha)
63.86 63.80 63.24 66.38 65.10 64.20 64.76 65.01 65.97 65.50 64.99 66.42 64.80 61.22 63.63 64.98 64.15 64.00 63.51 64.17 63.14 63.47 64.79 64.22 64.88 63.16 63.38 65.54 64.56 65.44 65.44
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI MUSIM TANAM. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 35 100 60 120 60 50 -
Jumlah ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
425
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
29 65 48 91 50 43 -
38 86 64 121 66 57 -
326
432
PROVITAS (Kuintal/Ha)
13.24 13.29 13.27 13.29 13.22 13.24 13.27
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 38 4 51 50 62 30 45 25 144 2 4 77 24 110 66 2 50 10 260 1,054
** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
35 4 51 55 61 30 45 25 144 2 4 77 19 110 66 2 50 10 260
55 6 78 86 95 46 70 38 221 3 6 121 29 171 104 3 77 15 404
1,050
1,629
PROVITAS (Kuintal/Ha)
15.73 15.35 15.34 15.57 15.62 15.21 15.61 15.32 15.35 14.16 15.24 15.73 15.37 15.57 15.70 15.63 15.46 15.12 15.53 15.52
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS UBI KAYU MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 29 82 50 178 152 25 117 108 100 60 175 1,413 4 8 12 392 225 580 123 145 4 8 33 12 5 2 1 2 265 101 760
Jumlah ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
5,171
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
23 78 55 55 300 27 195 112 91 60 195 1,713 9 8 18 392 220 493 51 145 4 14 30 153 5 2 5 2 185 47 498
456 1,542 1,088 2,163 5,927 529 3,846 2,199 1,973 1,191 3,867 34,149 78 156 375 7,804 4,448 10,131 1,208 2,917 79 334 645 3,010 99 39 98 39 5,678 2,006 11,019
5,185
109,091
PROVITAS (Kuintal/Ha)
198.17 197.75 197.81 393.24 197.56 195.79 197.21 196.34 216.82 198.57 198.31 199.35 87.21 195.22 208.37 199.07 202.16 205.49 236.82 201.20 196.85 238.23 214.99 196.71 197.55 197.19 195.89 196.40 306.90 426.90 221.26 210.40
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS UBI JALAR MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
LUAS TANAM MT.2014/2015 (Ha) 27 63 15 224 244 10 45 86 69 10 24 84 3 13 6 125 46 185 120 8 1 5 2 3 40 18
Jumlah ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
1,476
LUAS PANEN (Hektar)
PRODUKSI (Ton)
35 66 15 220 213 10 45 86 69 10 22 84 7 13 5 125 46 185 97 8 16 1 5 2 5 2 40 17
471 897 202 3,015 2,911 136 642 1,187 934 134 298 1,146 95 176 81 1,718 622 2,554 1,322 109 217 13 67 27 66 27 552 231
1,449
19,853
PROVITAS (Kuintal/Ha)
134.62 135.85 134.91 137.05 136.69 135.93 142.72 137.97 135.35 134.19 135.58 136.44 135.29 135.40 162.55 137.46 135.26 138.05 136.30 136.51 135.35 134.45 134.53 136.21 132.35 134.18 137.99 136.15 137.01
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS STOBERI TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM BARU (Ha) 2 129 6 137
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 57 17 2 2 78
PRODUKSI (Total) 4,455 17,307 3,866 30 81 119 25,858
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember ** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PROVITAS* (Kuintal/Ha)
303.63 227.41 15.00 59.50 331.51
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM BARU (Ha) 168 93 48 50 586 7 6 6 12 80 6 11 21 17 3 2 57 6 5 1,184
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 183 105 63 58 608 7 14 7 10 27 6 13 33 46 2 2 55 1 7 7 1,254
PRODUKSI (Total) 69,691 43,571 22,904 40,863 339,160 4,799 5,781 12,847 2,825 13,417 2,642 4,923 19,890 34,529 1,078 1,772 14,484 422 3,680 5,463 644,741
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember ** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PROVITAS* (Kuintal/Ha)
209.55 231.54 223.65 249.67 224.47 200.14 215.00 398.71 216.60 208.33 219.00 212.46 211.82 218.07 205.50 217.00 234.67 211.00 211.43 246.43 224.06
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS CABE BESAR TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM BARU (Ha) 17 83 48 64 233 9 2 22 30 42 34 11 1 8 2 17 10 1 3 6 17 660
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 17 74 50 198 279 6 13 33 23 34 9 1 9 2 22 17 6 1 7 2 18 821
PRODUKSI (Total) 4,155 15,907 9,261 78,131 84,726 1,122 12,098 5,758 4,603 10,089 3,275 177 1,843 338 8,595 8,847 1,847 180 442 93 1,818 497 8,581 262,383
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember ** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PROVITAS* (Kuintal/Ha)
244.41 214.96 185.22 394.60 303.68 187.00 930.62 174.48 200.13 296.74 363.89 177.00 204.78 169.00 390.68 520.41 307.83 442.00 259.71 248.50 476.72 319.59
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
LUAS TANAM BARU (Ha) 62 38 43 405 437 355 29 10 2 60 75 50 1 810 2,377
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 57 41 47 634 569 320 78 13 3 45 10 114 17 45 1 1,260 3,254
PRODUKSI HABIS (Total) 6,620 4,665 5,069 70,622 64,810 38,923 8,947 1,440 338 5,673 1,121 11,546 1,885 4,943 125 168,928 395,655
PROVITAS (Kuintal/Ha)
116.14 113.78 107.85 111.39 113.90 121.63 114.71 110.77 112.67 126.07 112.10 101.28 110.88 109.84 125.00 134.07 121.59
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KUBIS TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
LUAS TANAM BARU (Ha) 83 90 92 15 1,798 780 7 3 20 50 4 4 18 1 1 5 40 473 3,484
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 60 104 86 10 1,701 635 23 7 37 23 1 2 27 1 1 7 45 620 3,390
PRODUKSI HABIS (Total) 13,726 24,017 19,384 2,255 388,998 150,015 5,248 1,543 8,298 5,191 221 454 6,095 228 241 1,575 10,764 142,865 781,118
PROVITAS (Kuintal/Ha)
228.77 230.93 225.40 225.50 228.69 236.24 228.17 220.43 224.27 225.70 221.00 227.00 225.74 228.00 241.00 225.00 239.20 230.43 230.42
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KENTANG TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
LUAS TANAM BARU (Ha) 53 86 49 2,135 897 8 5 2 54 2 90 670 4,051
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 45 119 55 2,190 794 29 3 20 8 50 105 718 4,136
PRODUKSI HABIS (Total) 9,036 24,275 11,006 445,399 167,660 5,801 600 3,999 1,601 9,996 21,013 143,759 844,145
PROVITAS (Kuintal/Ha)
200.80 203.99 200.11 203.38 211.16 200.03 200.00 199.95 200.13 199.92 200.12 200.22 204.10
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS CABE RAWIT TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM BARU (Ha) 11 48 23 43 63 4 12 13 3 78 8 14 13 6 3 1 9 352
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 9 40 27 111 74 1 8 7 11 9 3 79 8 13 28 8 3 1 2 2 13 457
PRODUKSI (Total) 1,357 7,401 3,845 29,039 19,430 262 1,630 2,768 4,277 1,324 762 24,158 1,168 5,649 13,424 3,167 835 416 769 141 6,249 128,071
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember ** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PROVITAS* (Kuintal/Ha)
75.11 77.65 70.44 30.12 75.39 61.00 67.00 70.14 66.73 69.44 69.67 67.91 50.75 67.85 70.14 68.00 46.33 71.00 69.50 94.62 280.24
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS SAYURAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
LUAS TANAM BARU (Ha) 719 7,750 1,786 4 374 150 39 115 1,039 277 188 1,127 17 36 114 102 57 11 61 140 395 609 3,581 2,043 3,415 443 93 1,453 28 114 52 26,332
PANEN HABIS/ DIBONGKAR (Ha) 737 7,979 2,028 7 331 185 36 108 1,003 446 243 1,293 162 35 122 110 68 23 461 164 349 591 3,603 2,697 2,946 380 273 1,296 18 123 52 27,869
PRODUKSI (Total) 196,669 2,432,761 402,203 1,383 57,497 39,885 11,392 52,300 201,893 124,014 100,406 272,850 56,654 12,316 27,987 22,931 16,256 13,127 79,304 33,819 52,408 114,824 748,206 499,972 586,803 68,172 60,070 180,262 6,012 30,180 10,131 6,512,687
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember ** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PROVITAS* (Kuintal/Ha)
193.65 196.65 172.22 143.57 131.02 124.96 185.86 211.67 191.13 132.62 169.27 108.93 137.17 141.77 140.39 171.22 205.38 182.09 106.67 201.93 133.96 131.36 188.24 173.50 198.56 179.40 149.41 135.41 200.61 182.46 126.44 176.80
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAHBUAHAN (ALPUKAT) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
LUAS TANAM BARU (Pohon)
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
250 300 200 1,500 300 170 2,500 50 100 600 -
Jumlah
5,970
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAMAN YG MENGHASILKAN PRODUKSI (Kuintal) (Pohon) 4,897 6,118 3,350 2,072 3,320 7,851 1,005 797 20,330 16,461 2,875 3,561 15,124 7,967 3,896 6,479 8,900 2,088 4,293 3,391 4,715 7,270 1,399 1,698 145 201 250 344 3,796 5,502 8,024 5,742 250 269 331 531 69 98 8 9 3,580 3,707 3,400 4,800 10 3 8 4 33 14 75 107 2,450 3,584 6,404 7,167 19,280 12,125 122,217
109,960
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAHBUAHAN (DURIAN) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
LUAS TANAM BARU (Pohon)
TANAMAN YG MENGHASILKAN (Pohon)
PRODUKSI (Kuintal)
5 50 100 70 11 75 3,750 800 30 25 42 50 50 30 25 51 25
206 576 3,440 579 770 2,087 426 104 430 469 500 735 354 6 2,400 4,700 70 950 1,660
108 184 3,972 197 995 2,927 784 98 251 756 310 440 126 7 1,895 3,812 20 693 586
5,189
20,462
18,161
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAHBUAHAN (PISANG) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
275 570 1,180 4,700 75 599 4,580 10,000 500 150 76 25 1,518 58 20 85 157 44,000 -
TANAMAN YG MENGHASILKAN (Pohon) 6,923 6,448 13,420 24,500 2,000 14,400 8,500 2,631 1,960 1,442 8,506 2,124 5,200 2,050 382 1,315 12,532 80,000 280 389 121 154 6,025 5,950 3,000 75 102 800 6,150 19,100 184,057
68,568
420,536
LUAS TANAM BARU (Pohon)
PRODUKSI (Kuintal) 6,143 2,163 7,736 2,818 887 5,591 947 1,002 201 482 3,159 719 977 734 271 1,462 4,593 10,172 75 200 83 27 2,155 2,990 462 17 13 53 1,602 6,611 47,509 111,854
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAHBUAHAN (JAMBU BIJI) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
1,000 75 138 25 150 50 221 600 15 175 100
TANAMAN YG MENGHASILKAN (Pohon) 1,843 430 3,890 853 5,572 1,275 1,050 2,881 4,060 2,100 6,677 6,347 130 2,815 159 465 3,475 2,850 850 1,854 163 67 320 800 165 43 185 60 850 414 12,003
2,549
64,646
LUAS TANAM BARU (Pohon)
PRODUKSI (Kuintal) 1,176 181 3,620 219 1,920 701 85 822 447 1,288 4,562 807 46 1,496 57 222 1,267 313 239 1,025 106 20 132 305 17 9 30 37 474 205 6,712 28,540
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (ANGGREK) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 600 129 700 10 1,439
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 200 2,600 60 230 25 32 45 300 2,700 85 250 200 10 845
5,892
PRODUKSI (Tangkai) Habis/ Belum Habis Dibongkar 960 13,181 420 1,809 251 252 2,800 9,600 675 2,500 2,333 78 6,758
28,101
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (KRISAN) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
TANAM (M2)
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
1,900 6,500 1,500 -
Jumlah
9,900
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 2,300 2,300 7,500 4,000 37 74 30 27,930 100 100 9,967
34,404
PRODUKSI (Tangkai) Habis/ Belum Habis Dibongkar 21,800 93,274 552,000 268,407 2,590 4,654 1,082 1,274,159 3,894 5,908 581,366
1,646,402
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (SEDAP MALAM) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 700 43 5,000 5,743
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 2,450 13 164 87 1,513 65 5,000 10,000 7,550
11,742
PRODUKSI (Tangkai) Habis/ Belum Habis Dibongkar 16,811 104 945 272 8,366 574 42,000 38,000 59,187
47,885
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (KUNYIT) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 900 50 2,400 6,722 43,000 2,500 5,600 4 20 125 5,000 1,000 25 5 10 405 67,766
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 2,650 60 2,900 1,240 40,000 3,250 3,500 8 20 250 500 2 33 455 54,868
-
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 4,867 148 6,351 2,845 99,600 6,865 7,000 16 51 544 1,028 4 78 1,055 130,452
-
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (JAHE) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
KECAMATAN
2
TANAM (M ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
1,700 70 3,200 15,770 60,000 20,750 400 18 22 500 25,000 25 500 20 125 65 2,000 225 130,390
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 2,100 200,000 70 3,200 12,500 50,000 7,820 400 33 12 720 25 300 6 73 225 277,484
-
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 6,416 648,200 215 11,043 77,434 129,500 23,327 1,600 110 36 2,497 98 933 21 224 835 902,489
-
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (LAOS/LENGKUAS) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 500 50 4,000 525 4 4 600 10,000 250 15,933
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 1,600 50 39 10,000 8,800 200 14 10 900 20 800 20 450 22,903
-
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 4,822 115 15,250 11,063 400 55 21 3,287 46 908 88 1,686 37,741
-
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (KENCUR) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 200 25 2,166 9,000 850 100 10 5 5,000 10 200 25 5 10 17,606
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 150 35 99 5,000 750 100 12 10 10 150 6 6,322
-
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 168 60 138 8,100 1,125 150 23 13 14 209 8 10,008
-
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (PACE/MENGKUDU) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 10 10,000 500 9 13 1 10,533
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 3,240 234 2,543 5,000 500 81 28 56 15 100 150 60 48 22 370 400 5,713
7,134
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 11,048 802 6,128 15,125 1,380 293 216 227 48 416 612 213 206 57 1,315 1,150 17,448
21,788
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (KAPOLAGA) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
TANAM (M2) 1,000 7,900 230 15 9,145
PANEN (M2) Habis/ Belum Habis Dibongkar 5,600 2,509 66,696 6,740 4,010 1,900 150 212 94,500 58 308 15 12,350 103,972
91,076
PRODUKSI (Kilogram) Habis/ Belum Habis Dibongkar 3,450 1,308 62,285 3,302 1,708 578 62 118 37,233 55 67 9 7,102 41,969
75,308
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 KOMODITI TANAMAN CENGKEH
Nomor
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha )
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kecamatan
Tan. Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Menghasilkan (TM)
3
4
2
Arjasari Baleendah Banjaran Cicalengka Cikancung Cileunyi Cimaung Ciwidey Cimenyan Cilengkrang Ciparay Cangkuang Ibun Katapang Majalaya Margahayu Nagreg Pacet Pameungpeuk Pasirjambu Pangalengan Paseh Soreang Solakanjeruk Margaasih Rancaekek Bojongsoang Kutawaringin Dayeuhkolot Jumlah
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
PRODUKSI (Ton)
Tanaman JUMLAH New Tua/ Rusak LUAS BAKU Planting (TT/R) LAHAN 5
6
7
Re Planting 8
Bahan Mentah 9
Hasil Olahan
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
10
11
5.00 4.00 2.00 5.00 10.00 10.00 9.00 75.00 9.75 28.25 5.00 9.00 14.00 7.50 39.00 75.00 14.00 5.00 12.00 -
61.00 3.00 6.00 121.00 69.00 20.00 39.00 4.50 11.00 9.00 0.30 16.00 8.00 3.00 2.00 1.00 44.00 15.00 4.00 16.00 8.00 16.00 16.00 1.50 2.00 1.00 68.00 1.00
65.00 3.00 4.50 0.20 2.00 2.00 1.00 9.00 4.00 5.00 3.00 2.00 18.00 0.50
131.00 7.00 11.00 126.00 79.00 30.00 48.00 84.00 20.75 37.25 5.50 18.00 19.00 3.00 3.00 1.00 67.00 22.50 4.00 59.00 83.00 30.00 26.00 1.50 5.00 2.00 1.00 98.00 1.50
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
98.82 2.52 4.92 89.54 59.34 17.20 31.98 3.69 8.58 6.66 0.23 13.12 7.23 2.34 1.60 0.78 34.32 11.70 2.46 11.84 10.08 12.80 12.48 1.11 1.56 0.74 53.04 0.78
24.71 0.63 1.23 22.39 14.84 4.30 8.00 0.92 2.15 1.67 0.06 3.28 1.81 0.59 0.40 0.20 8.58 2.93 0.62 2.96 2.52 3.20 3.12 0.28 0.39 0.19 13.26 0.20
0.41 0.21 0.21 0.19 0.22 0.22 0.21 0.21 0.20 0.19 0.20 0.21 0.23 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.15 0.19 0.32 0.20 0.20 0.19 0.20 0.20 0.19 0.20 0.20
338.50
566.30
119.20
1,024.00
0
0
501.47
125.37
0.22
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 KOMODITI TANAMAN KOPI
Nomor
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha )
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kecamatan
Tan. Belum Menghasilkan (TBM)
2
Ibun Kertasari Banjaran Cicalengka Cileunyi Cilengkrang Majalaya Nagreg Cimaung Cikancung Baleendah Ciparay Rancaekek Arjasari Kutawaringin Ciwidey Pangalengan Katapang Cangkuang Paseh Pacet Pasirjambu Cimenyan Rancabali Soreang Solokanjeruk Jumlah
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
3
Tanaman Tanaman JUMLAH Menghasilkan Tua/ Rusak LUAS BAKU (TM) (TT/R) LAHAN 4
415.50 289.00 43.00 79.00 129.00 74.50 26.00 115.00 132.50 55.00 50.00 2.50 107.00 559.00 4.00 598.00 204.00 199.50 92.50 233.00 5.00 0.50
746.00 684.00 85.00 84.00 115.00 108.00 1.00 28.00 240.00 274.00 4.00 200.00 137.00 61.00 334.00 1,510.00 3.00 25.00 890.00 307.00 335.00 80.00 431.00 3.00 1.50
3,413.50
6,686.50
5
6
1.00 1.00 38.00 30.00 26.00 14.00 2.00 8.00 2.00 3.00 3.00 45.00 -
1,161.50 974.00 129.00 163.00 244.00 220.50 1.00 54.00 385.00 406.50 4.00 255.00 26.00 201.00 65.50 449.00 2,071.00 6.00 29.00 1,491.00 556.00 534.50 172.50 664.00 8.00 2.00
173.00
10,273.00
PRODUKSI (Ton) New Planting
Re Planting
7
8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bahan Mentah 9
Hasil Olahan
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
10
11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3,282.40 2,831.76 258.06 324.24 443.44 447.12 2.77 77.50 984.00 1,123.40 11.07 771.20 544.71 243.76 1,369.40 6,499.04 6.89 68.70 3,560.00 1,228.00 1,373.50 262.40 1,767.10 6.16 2.52
820.60 707.94 64.52 81.06 110.86 111.78 0.69 19.38 246.00 280.85 2.77 192.80 136.18 60.94 342.35 1,624.76 1.72 17.18 890.00 307.00 343.38 65.60 441.78 1.54 0.63
0
27,489.14
6,872.28
1.10 1.04 0.76 0.97 0.96 1.04 0.69 0.69 1.03 1.03 0.69 0.96 0.99 1.00 1.03 1.08 0.57 0.69 1.00 1.00 1.03 0.82 1.03 0.51 0.42
1.03
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 KOMODITI TANAMAN TEH
Nomor
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha )
1
1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan
Tan. Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Menghasilkan (TM)
3
4
2
Arjasari Ciwidey Kertasari Pangalengan Pasirjambu Cicalengka Cikancung Rancabali Jumlah
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 244 10 863 445 5 0 42
1,609.00
PRODUKSI (Ton)
Tanaman JUMLAH New Tua/ Rusak LUAS BAKU Planting (TT/R) LAHAN 5
1 0 81 0 0 0 10 0
92.00
6
1 244 91 863 445 5 10 42
1,701.00
7
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Re Planting
Bahan Mentah
Hasil Olahan
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
8
9
10
11
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2793.8 93.5 8920.8 5028.5 37 0 430.5
17,304.10
0 558.76 18.7 1784.16 1005.7 7.4 0 86.1 3,460.82
1.51 2.29 1.87 2.36 2.26 1.48 2.05
2.15
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 KOMODITI TANAMAN TEMBAKAU
Nomor
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha )
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan
Tan. Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Menghasilkan (TM)
3
4
2
Arjasari Cicalengka Cikancung Ciwidey Cileunyi Ibun Pacet Paseh Soreang Cilengkrang Nagreg Kutawaringin Pasirjambu Cimaung Ciparay Rancabali Baleendah Jumlah
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79.00 145.00 178.00 36.00 17.00 168.00 222.00 337.00 31.00 83.00 90.00 19.00 27.00 19.00 23.00 30.00 20.00
1,524.00
PRODUKSI (Ton)
Tanaman JUMLAH New Tua/ Rusak LUAS BAKU Planting (TT/R) LAHAN 5
6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79.00 145.00 178.00 36.00 17.00 168.00 222.00 337.00 31.00 83.00 90.00 19.00 27.00 19.00 23.00 30.00 20.00
0
1,524.00
7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Re Planting 8
Bahan Mentah
Hasil Olahan
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
9
10
11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
351.55 652.50 792.10 162.00 74.80 739.20 999.00 1,516.50 136.40 365.20 396.00 83.60 118.80 83.60 101.20 132.00 88.00
70.31 130.50 158.42 32.40 14.96 147.84 199.80 303.30 27.28 73.04 79.20 16.72 23.76 16.72 20.24 26.40 17.60
0
6,792.45
1,358.49
0.89 0.90 0.89 0.90 0.88 0.88 0.90 0.90 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88
0.89
Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung menurut jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015
NO
KECAMATAN
1 Ciwidey 2 Rancabali 3 Pasirjambu 4 Cimaung 5 Pangalengan 6 Kertasari 7 Pacet 8 Ibun 9 Paseh 10 Cikancung 11 Cicalengka 12 Nagreg 13 Rancaekek 14 Majalaya 15 Solokan Jeruk 16 Ciparay 17 Baleendah 18 Arjasari 19 Banjaran 20 Cangkuang 21 Pameungpeuk 22 Katapang 23 Soreang 24 Kutawaringin 25 Margaasih 26 Margahayu 27 Dayeuhkolot 28 Bojongsoang 29 Cileunyi 30 Cilengkrang 31 Cimenyan JUMLAH KAB. BANDUNG Sumber : BPS Kab. Bandung, Survei APS 2015.
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
39,328 25,338 43,557 39,889 74,517 35,156 55,786 41,566 66,280 46,413 59,768 26,676 89,874 83,101 42,005 82,950 130,587 49,678 63,363 37,585 38,827 63,472 58,621 50,576 76,706 64,554 60,753 61,952 98,690 26,534 58,761
38,347 25,333 41,737 38,818 73,836 34,637 53,298 40,333 63,707 44,737 58,391 25,589 91,010 79,429 41,286 80,247 125,984 48,685 60,870 36,364 37,311 61,791 56,253 48,191 74,265 63,739 58,492 59,333 96,694 25,825 56,715
77,675 50,671 85,294 78,707 148,353 69,793 109,084 81,899 129,987 91,150 118,159 52,265 180,884 162,530 83,291 163,197 256,571 98,363 124,233 73,949 76,138 125,263 114,874 98,767 150,971 128,293 119,245 121,285 195,384 52,359 115,476
1,792,864
1,741,247
3,534,111
Nama dan Jumlah Kecamatan/Desa/Kelurahan di Kabupaten Bandung Tahun 2015 No
Kode
KEC/DESA/KEL
1
2
3
1
010 001 002 003 004 005 006 007
2
JUMLAH
No
Kode
KEC/DESA/KEL
5
1
2
3
7
0
7
060 001 002 003 004 005 006 007
KECAMATAN PACET Desa Cikitu Desa Girimulya Desa Sukarame Desa Cikawao Desa Nagrak Desa Mandalahaji Desa Maruyung
5
0
008 009 010 011 012 013
Desa Desa Desa Desa Desa Desa
KECAMATAN PASIRJAMBU Desa Sugihmukti Desa Margamulya Desa Tenjolaya Desa Cisondari Desa Mekarsari Desa Cibodas Desa Cukang Genteng Desa Pasirjambu Desa Mekarmaju Desa Cikoneng
10
0
070 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010
KECAMATAN IBUN Desa Neglasari Desa Dukuh Desa Ibun Desa Laksana Desa Mekarwangi Desa Sudi Desa Cibeet Desa Pangguh Desa Karya Laksana Desa Lampegan
030
KECAMATAN CIMAUNG
10
0
011
Desa Talun
001
Desa Cikalong
012
Desa Tanggulun
002 003 004 005 006 007 008 009 010
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
080 001 002 003 004 005 006 007 008
KECAMATAN PASEH Desa Loa Desa Drawati Desa Cipaku Desa Sindangsari Desa Sukamantri Desa Sukamanah Desa Mekarpawitan Desa Cijagra
040 001 002 003
KECAMATAN PANGALENGAN Desa Wanasuka Desa Banjarsari Desa Margaluyu
009 010 011 012
Desa Desa Desa Desa
004 005 006 007 008 009 010 011 012 013
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
090 001 002 003 004 005 006 007 008 009
KECAMATAN CIKANCUNG Desa Sri Rahayu Desa Ciluluk Desa Mekar Laksana Desa Cihanyir Desa Cikancung Desa Mandalasari Desa Hegarmanah Desa Cikasungka Desa Tanjunglaya
050 001 002 003 004 005
KECAMATAN KERTASARI Desa Neglawangi Desa Santosa Desa Tarumajaya Desa Cikembang Desa Cibeureum
Desa
Kel
4
KECAMATAN CIWIDEY Desa Panundaan Desa Ciwidey Desa Panyocokan Desa Lebakmuncang Desa Rawabogo Desa Nengkelan Desa Sukawening
011 001 002 003 004 005
KECAMATAN RANCABALI Desa Cipelah Desa Sukaresmi Desa Indragiri Desa Patengan Desa Alamendah
3
020 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010
4
5
6
Mekarsari Cipinang Cimaung Campakamulya Pasir Huni Jagabaya Malasari Sukamaju Warjabakti
8
9
13
0
Sukaluyu Warnasari Pulosari Margamekar Sukamanah Margamukti Pangalengan Margamulya Tribaktimulya Lamajang
10
8
0
JUMLAH Desa
Kel
4
5
13
0
12
0
12
0
9
0
Pangauban Cinanggela Mekarjaya Mekarsari Cipeujeuh Tanjungwangi
Tangsimekar Cipedes Karang Tunggal Cigentur
006 007
Desa Cihawuk Desa Sukapura
008
Desa Resmi Tinggal
138
No
Kode
KEC/DESA/KEL
1
2
3
11
100 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012
KECAMATAN CICALENGKA Desa Nagrog Desa Narawita Desa Margaasih Desa Cicalengka Wetan Desa Cikuya Desa Waluya Desa Panenjoan Desa Tenjolaya Desa Cicalengka Kulon Desa Babakan Peuteuy Desa Dampit Desa Tanjungwangi
12
101
KECAMATAN NAGREG
001
Desa Mandalawangi
002 003 004 005 006 007 008
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
13
14
15
JUMLAH
KECAMATAN RANCAEKEK
001
Desa Sukamanah
002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
014
Kelurahan Rancaekek Kencana
120 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010
KECAMATAN MAJALAYA Desa Neglasari Desa Wangisagara Desa Padamulya Desa Sukamukti Desa Padaulun Desa Biru Desa Sukamaju Desa Majasetra Desa Majalaya Desa Majakerta
011
Desa Bojong
121 001 002 003 004 005 006
KECAMATAN SOLOKAN JERUK Desa Panyadap Desa Padamukti Desa Cibodas Desa Langensari Desa Solokan Jeruk Desa Rancakasumba
007
Desa Bojong Emas
Kode
KEC/DESA/KEL 3
Desa
Kel
4
5
1
2
12
0
16
130 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012
KECAMATAN CIPARAY Desa Babakan Desa Cikoneng Desa Sagaracipta Kelurahan Pakutandang Desa Manggungharja Desa Mekarsari Desa Ciparay Desa Sumbersari Desa Sarimahi Desa Serangmekar Desa Gunung Leutik Desa Ciheulang
8
0
013
Desa Mekar Laksana
014
Desa Bumiwangi
140 001 002 003 004 005 006
KECAMATAN BALEENDAH Kelurahan Jelekong Kelurahan Manggahang Kelurahan Baleendah Kelurahan Andir Desa Malakasari Desa Bojong Malaka
007
Desa Ranca Manyar
008
Kelurahan Warga Mekar
18
150 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011
19
Bojong Ciherang Ciaro Nagreg Citaman Nagreg Kendan Ganjarsabar
110
No
17
13
1
Tegal Sumedang Rancaekek Kulon Rancaekek Wetan Bojongloa Jelegong Linggar Sukamulya Haur Pugur Sangiang Bojong Salam Cangkuang Nanjung Mekar 11
0
20 7
0
JUMLAH Desa
Kel
4
5
13
1
3
5
KECAMATAN ARJASARI Desa Batukarut Desa Mangunjaya Desa Mekarjaya Desa Baros Desa Lebakwangi Desa Wargaluyu Desa Arjasari Desa Pinggirsari Desa Patrolsari Desa Rancakole Desa Ancolmekar
11
0
160
KECAMATAN BANJARAN
11
0
001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
161
KECAMATAN CANGKUANG
7
0
001 002 003 004 005 006 007
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Mekarjaya Banjaran Wetan Ciapus Sindangpanon Neglasari Margahurip Kiangroke Kamasan Banjaran Tarajusari Pasirmulya Jatisari Nagrak Bandasari Pananjung Ciluncat Cangkuang Tanjungsari
No
Kode
KEC/DESA/KEL
1
2
3
21
170 001 002 003 004 005
KECAMATAN PAMEUNGPEUK Desa Bojong Manggu Desa Langensari Desa Sukasari Desa Rancamulya Desa Rancatungku
006
Desa Bojong Kunci
180 001 002 003 004 005
KECAMATAN KATAPANG Desa Gandasari (004) Desa Katapang (005) Desa Cilampeni (006) Desa Pangauban (007) Desa Banyusari (008)
006
Desa Sangkanhurip (009)
22
23
24
25
JUMLAH
Kode
KEC/DESA/KEL
Desa
Kel
2
3
4
5
260 001 002 003 004 005
KECAMATAN MARGAHAYU Kelurahan Sulaeman Desa Sukamenak Desa Sayati Desa Margahayu Selatan Desa Margahayu Tengah
5
0
270
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
5
1
001 002 003 004 005 006
Desa Cangkuang Kulon Desa Cangkuang Wetan Kelurahan Pasawahan Desa Dayeuhkolot Desa Citeureup Desa Sukapura
280
KECAMATAN BOJONGSOANG
6
0
001
Desa Bojongsari
002 003 004 005 006
Desa Desa Desa Desa Desa
290 001 002 003 004 005
KECAMATAN CILEUNYI Desa Cibiru Hilir Desa Cinunuk Desa Cimekar Desa Cileunyi Kulon Desa cileunyi Wetan
6
0
006
Desa Cibiru Wetan
Desa
Kel
4
5
1
6
0
26
27 7
JUMLAH
No
0
28
007
Desa Sukamukti (010)
190 001 002 003 004
KECAMATAN SOREANG Desa Soreang Desa Sadu Desa Sukajadi Desa Sukanagara
005 006 007 008 009 010
Desa Desa Desa Desa Desa Desa
191
KECAMATAN KUTAWARINGIN
001 002 003 004 005 006 007
Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Cilame Padasuka Buni Nagara Sukamulya Kutawaringin Kopo Cibodas
30
300 001 002 003 004 005 006
KECAMATAN CILENGKRANG Desa Girimekar Desa Jatiendah Desa Malati Wangi Desa Cipanjalu Desa Ciporeat Desa Cilengkrang
6
0
008 009 010 011
Desa Desa Desa Desa
Jatisai Pameuntasan Gajah Mekar Jelegong
31
310 001 002 003
KECAMATAN CIMENYAN Kelurahan Cibeunying Kelurahan Padasuka Desa Mandalamekar
7
2
250 001 002 003 004 005
KECAMATAN MARGAASIH Desa Nanjung Desa Mekarrahayu Desa Rahayu Desa Cigondewah Hilir Desa Margaasih
004 005 006 007 008 009
Desa Desa Desa Desa Desa Desa
006
Desa Lagadar
10
0
Panyirapan Karamatmulya Pamekaran Cingcin Sekarwangi Parung serab
29
11
6
0
0
TOTAL JUMLAH KECAMATAN TOTAL JUMLAH DESA TOTAL JUMLAH KELURAHAN
= = =
Bojongsoang Lengkong Cipagalo Buahbatu Tegalluar
Cikadut Sindanglaya Mekarmanik Cimenyan Mekarsaluyu Ciburial
31 Kecamatan 270 Desa 10 KELURAHAN
LUAS PENGGUNAAN LAHAN/LAHAN SAWAH DAN LAHAN KE (Isian dalam hektar bilangan bu KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2 LAHAN PERTANIAN SAWAH No
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KECAMATAN
2
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokan Jeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan JUMLAH
IRIGASI
TADAH HUJAN
3
4
1,249 470 1,374 1,655 502 140 1,732 1,130 1,342 750 957 274 3,025 1,183 1,786 2,855 1,249 1,387 1,303 1,090 763 842 846 1,149 558 35 133 1,565 681 266 197 32,488
182 126 97 50 36 38 403 119 178 154 50 81 86 73 43 50 135 102 79 79 378 15 20 23 431 27 3,055
LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH JUMLAH
8
1,431 596 1,471 1,705 538 178 2,135 1,249 1,520 904 1,007 355 3,111 1,256 1,829 2,905 1,384 1,489 1,303 1,169 842 842 846 1,527 573 55 133 1,588 1,112 266 224 35,543
Tegal/ Kebun
Ladang/ Huma
Perkebu Ditanami nan Pohon/ Hutan /PTPN Rakyat &PBS
9
1,112 446 4,897 1,071 6,636 2,535 429 290 389 937 1,013 720 40 56 82 692 276 1,014 218 50 49 14 607 976 183 23 93 500 129 1,909 27,386
542 561 301 123 1,043 85 462 1,006 38 1,407 6 323 221 454 178 140 202 500 98 52 250 296 482 8,770
5,281 3,188 5,141 3,618 1 220 840 50 18,339
252 809 4,297 138 1,182 515 440 626 570 326 313 362 5 49 114 153 807 856 250 158 731 182 1 75 294 13,505
SAWAH DAN LAHAN KERING MENURUT KECAMATAN m hektar bilangan bulat) N BANDUNG TAHUN 2015
ANIAN BUKAN SAWAH Padang Sementar Penggem a Tidak balaan/ Diusahak Padang an Rumput 10
24 15 4 17 16 14 25 28 12 2 19 60 15 37 288
11 2 84 34 45 129 2 307
Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan 11
1,571 6,925 6,911 1,588 4,998 7,643 4,403 2,150 1,250 147 136 1,701 158 259 5 205 349 1,622 243 13 5 25 68 469 17 15 75 370 430 760 398 44,909
LAHAN BUKAN PERTAN (Jalan,
JUMLAH TOTAL LAHAN LAHAN LAHAN MENUR JUMLAH Pemukim PERTANI LAHAN BUKAN an, UT AN Perkantor SAWAH PERTANI BUKAN KECAM an, Sungai AN SAWAH ATAN dll) 14
2,959 14,003 19,880 3,102 18,080 14,328 6,331 3,151 2,671 2,430 1,525 4,218 203 372 87 1,334 999 3,994 1,531 737 54 39 1,035 2,736 609 38 77 516 1,255 2,040 3,170 113,504
15
457 238 2,607 693 923 701 728 1,057 912 680 1,066 357 1,211 908 485 379 1,773 1,015 1,458 555 566 691 670 467 653 961 893 677 791 706 1,914 27,192
TOTAL LAHAN
15
1,431 596 1,471 1,705 538 178 2,135 1,249 1,520 904 1,007 355 3,111 1,256 1,829 2,905 1,384 1,489 1,303 1,169 842 842 846 1,527 573 55 133 1,588 1,112 266 224 35,543
16
2,959 14,003 19,880 3,102 18,080 14,328 6,331 3,151 2,671 2,430 1,525 4,218 203 372 87 1,334 999 3,994 1,531 737 54 39 1,035 2,736 609 38 77 516 1,255 2,040 3,170 113,504
17
457 238 2,607 693 923 701 728 1,057 912 680 1,066 357 1,211 908 485 379 1,773 1,015 1,458 555 566 691 670 467 653 961 893 677 791 706 1,914 27,192
20
4,847 14,837 23,958 5,500 19,541 15,207 9,194 5,457 5,103 4,014 3,598 4,930 4,525 2,536 2,401 4,618 4,156 6,498 4,292 2,461 1,462 1,572 2,551 4,730 1,835 1,054 1,103 2,781 3,158 3,012 5,308 176,239