KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 – 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014.. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangandan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang. Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak,
Agustus 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vii
RINGKASAN UMUM
1
Perkembangan Perekonomian Daerah
1
Perkembangan Inflasi Daerah
1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
2
Perkembangan Keuangan Pemerintah
3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
3
Prospek Perekonomian Daerah
4
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
7
1.1 Kajian Umum
7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
7
1.2.1 Konsumsi
8
1.2.2 Investasi
9
1.2.3 Ekspor - Impor
9
1.3 PDRB Sektoral
11
1.3.1 Sektor Pertanian
12
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
14
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
15
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
16
1.3.5 Sektor Lainnya
18
II.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
21
2.1.
Gambaran Umum
21
2.2.
Inflasi Tahunan
22
2.3.
Inflasi Triwulanan
23
2.4.
Inflasi Kelompok Komoditas
24
2.4.1.
Kelompok Bahan Makanan
24
2.4.2.
Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar
26
2.4.3.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
27
2.4.4.
Kelompok Makanan Jadi
28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
iii
2.5.
Disagregasi Inflasi
2.5.1.
Faktor Fundamental
30
2.5.2.
Faktor Non Fundamental
33
III.
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
37
3.1
Perkembangan Indikator Umum Perbankan
37
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
37
3.3
Penyaluran Kredit Sektor Produktif
39
3.4
Penyaluran Kredit Rumah Tangga
43
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
46
3.6
47
Perkembangan Sistem Pembayaran
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
48
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
49
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA)
50
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
50
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
50
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
52
3.6.4.3 Pemusnahan
55
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
56
IV.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
58
4.1.
Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
60
4.2.
Realisasi Belanja Daerah
62
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
65
5.1
Ketenagakerjaan
65
5.2
Kesejahteraan
68
V.
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
68
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014
69
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
71
5.2.2
Inflasi Pedesaan
72
5.2.4
Tingkat Kemiskinan
73
VI.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
75
6.1
Prospek Perekonomian Daerah
75
6.2
Perkiraan Inflasi Daerah
77
LAMPIRAN
xi
DAFTAR ISTILAH iv
30
xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) ............................................ 7 Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)............................... 9 Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 10 Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD).................................. 11 Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 11 Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) .............................................................. 12 Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)............................. 30 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 37 Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)........................................................................................... 39 Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .......................................................................... 42 Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat............. 43 Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar).................................... 44 Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ................................................................................................ 45 Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)............................................... 48 Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 49 Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)... 53 Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 54 Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 56 Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar) ............. 59 Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)... 61 Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 66 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 70 Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 72 Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72 Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan .................................. 74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7 Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga................................. 8 Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan...................... 8 Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 10 Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)............................................................... 10 Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan........................................................................ 12 Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 12 Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 13 Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 13 Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 13 Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang..................................................................................... 14 Grafik 1. 12 Volume Petikemas.............................................................................................. 14 Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 15 Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 15 Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 15 Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 16 Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 16 Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17 Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18 Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18 Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat................................................................... 19 Grafik 1. 22 Penjualan Air...................................................................................................... 19 Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan..................................................................................... 19 Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 21 Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 21 Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 22 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ....... 22 Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa.... 23 Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ...................... 24 Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ........................ 25 Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat.............................. 26 Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang................................ 26 Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat................................ 28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
vii
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................................. 28 Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ........................ 28 Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang ................................................................................................. 29 Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak............................................. 30 Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat .................................................................................................................. 31 Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat............................................................................ 31 Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang......................................................... 32 Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar ................................................................................... 32 Grafik 2.19 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33 Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir............................................................ 33 Grafik 2.21 SPH Bumbu......................................................................................................... 33 Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur.......................................................................................... 34 Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34 Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak....................................... 34 Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak.................................... 34 Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 38 Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 38 Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 38 Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 39 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 40 Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 40 Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 41 Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 42 Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat...................................... 44 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 45 Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 46 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) ................................................................................................................. 46 Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 47 Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 51 Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat........................................... 52 Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 54 Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 56 viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II 2014................................................. 59 Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60 Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60 Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)................................................ 61 Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ................................................................ 62 Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) ................................................................ 62 Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin).................................................................. 63 Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan ......................... 65 Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan .............. 66 Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy) .................................................................................................................... 67 Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat ................................................................................. 68 Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 68 Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72 Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat ........................................................... 73 Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat (dalam Rp)...................................................... 73 Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 75 Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat......................................................... 75 Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 76 Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
RINGKASAN UMUM Perkembangan Perekonomian Daerah Sejalan dengan perlambatan perekonomian secara nasional, pada triwulan II 2014, perekonomian Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian Kalimantan Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan I 2014, yang tercatat sebesar 4,80% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 60,04% terhadap total PDRB.
Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi klaimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah dari triwulan I 2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,70% (yoy). Penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 disebabkan oleh terjaganya inflasi khususnya dari sisi fundamental, meskipun
tekanan inflasi
komoditas yang bersifat non-fundamental masih relatif tinggi. Berlalunya perayaan even musiman Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menyebabkan tekanan permintaan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
1
terhadap tiket angkutan udara relatif mereda sehingga harga tiket angkutan udara cenderung turun. Sementara ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan II 2014 mengalami kenaikan, terutama ekspektasi inflasi jangka pendek. Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II 2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, persiapan puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,70% (yoy). Akselerasi perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun, lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan, tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan. Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan. Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS. Transaksi kliring selama triwulan II 2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq). Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II 2013. Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp1.817,20 miliar, lebih besar dari realisasi pada triwulan II 2013 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan II 2014 mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan II 2014 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penerimaan alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pelaksanaan pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan laporan. Sementara kenaikan PAD terutama didorong oleh kenaikan realisasi Pajak Daerah dari pajak kendaraan bermotor dan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan tarif tenaga listrik. Dari sisi belanja, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Secara lebih mendalam, diketahui bahwa tingginya realisasi Belanja Tidak Langsung/rutin salah satunya didorong oleh penyerapan belanja hibah. Sementara, realisasi Belanja Langsung terutama didorong oleh penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, Pelaksanaan pembangunan infrastruktur khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran menjadi salah satu faktor pendorong belanja Barang dan Jasa.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 3.280 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 1,61% (yoy) dibandingkan hasil survei pada Bulan Februari 2013. Jumlah angkatan kerja tercatat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
3
meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak 2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut lebih kecil dari peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan Universitas (SMA-Universitas) menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami penurunan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih mencari kerja saat ini telah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq) dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1 – 5,5% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada Juli 2014. Sementara itu, dari sisi sektoral, akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh dimulainya periode panen padi pada akhir triwulan mendatang dan peningkatan produksi TBS. Selain itu, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi didorong oleh industri pengolahan logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan dengan tingginya investasi pada industri tersebut. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi
Kalimantan
Barat
pada
tahun
2014
diperkirakan
relatif
melambat
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada di level yang moderate dengan puncak inflasi di awal triwulan. Tekanan inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di awal triwulan III 2014, seiring berlangsungnya puasa dan lebaran. Pada pertengahan hingga akhir triwulan, tekanan inflasi diperkirakan relatif mereda seiring berlalunya even musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat beberapa faktor yang berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. (ii) Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii) Kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy). Relatif rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional dan (4) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation (3) Kondisi cuaca pada akhir 2014 yang diperkirakan relatif kering dan (4) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
5
2012
Indikator
Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)
6.67
5.43
5.87
5.29
4.48
6.73
6.70
6.37
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) :
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,101
9,062
- Pertanian
2,299
1,776
2,037
2,117
2,364
1,978
2,210
2,281
2,465
1,973
146
146
152
162
153
153
159
169
152
160
1,302
1,313
1,387
1,399
1,351
1,384
1,435
1,463
1,420
1,486
- Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran
4.80
4.63
35
36
36
37
37
37
38
39
38
39
701
730
784
857
768
770
802
911
826
859
1,750
1,794
1,846
1,871
1,816
1,879
1,985
1,974
1,905
1,981
- Pengangkutan & Komunikasi
783
823
841
870
825
877
909
941
870
935
- Keuangan, Persewaan & Jasa
463
481
489
498
487
520
524
523
501
551
- Jasa
834
1,016
1,046
1,152
882
1,063
1,136
1,233
924
1,077
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Perubahan Stok - Ekspor - Impor
8,311 4,401 78 941 2,300 348 2,581 2,337
8,115 4,427 79 979 2,346 (44) 2,651 2,324
8,618 4,552 83 1,047 2,436 453 2,577 2,530
8,963 4,615 85 1,238 2,465 445 2,697 2,583
8,684 4,676 81 1,013 2,357 213 2,645 2,301
8,661 4,715 85 1,073 2,392 (17) 2,723 2,310
9,196 4,813 88 1,163 2,491 476 2,710 2,545
9,534 4,893 90 1,303 2,655 350 2,861 2,619
9,101 4,988 91 1,093 2,590 282 2,695 2,638
9,062 5,070 95 1,163 2,602 276 2,343 2,487
Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
336 3,313
365 2,724
261 2,156
346 4,381
326 3,340
339 4,356
346 4,910
351 4,218
210 750
151 137
44 32
88 58
80 47
123 65
63 54
47 58
81 83
50 91
74 134
65 90
Indeks Harga Konsumen - Kota Pontianak - Kota Singkawang
97.54 98.96 99.13 100.1062
101.32 100.30
101.84 100.67
103.98 103.26
105.99 103.92
110.48 106.46
111.74 107.31
113.94 110.67
115.88 110.69
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Kota Pontianak - Kota Singkawang
5.72 6.34
6.83 7.77
5.82 3.90
6.75 4.21
6.61 4.17
7.10 3.81
9.05 6.14
9.71 6.59
9.58 7.17
9.33 6.52
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito
28,856 15,709 5,663 7,485
30,352 16,669 6,345 7,337
31,060 17,492 6,206 7,362
32,000 19,824 4,628 7,548
32,407 18,676 5,970 7,761
33,509 18,465 6,780 8,264
34,720 19,438 6,688 8,595
36,273 22,004 4,873 9,396
36,407 20,213 6,368 9,826
36,648 19,728 8,120 10,800
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
19,217 6,704 4,221 8,292
21,071 7,620 4,536 8,915
21,918 7,699 4,646 9,572
23,826 8,811 4,993 10,022
24,757 8,569 5,791 10,397
26,390 9,369 6,076 10,945
27,452 9,501 6,471 11,480
28,923 10,135 7,034 11,753
28,108 9,969 6,180 11,959
29,606 10,517 6,758 12,330
Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
6,108 4,106 1,970 32
6,629 4,595 2,001 34
6,759 4,861 1,870 28
7,368 5,380 1,961 28
7,649 5,609 2,018 22
8,696 6,141 2,538 17
9,011 6,365 2,634 13
9,624 6,763 2,851 10
10,039 6,910 3,128 1
11,243 7,510 3,733 -
Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%)
69.42 0.98
72.23 0.96
73.48 0.94
77.30 0.80
79.49 1.44
82.34 1.45
82.84 1.47
83.55 1.12
84.33 1.24
83.32 1.31
897 790
1,142 918
1,160 987
1,399 1,180
1,093 965
1,175 972
1,167 886
1,197 938
952 956
1,437 875
141 4,227
188 4,937
157 5,383
139 3,859
142 3,982
160 4,018
183 4,412
168 3,890
169 4,198
Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton)
Perbankan
Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)
6
122 3,745
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
1.1 Kajian Umum Nilai g Kalbar (yoy)
12000
g Nasional (yoy)
10000
Sejalan
7
perekonomian
6
triwulan
5
6000
4
2000 0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
perlambatan
secara
II
nasional,
2014,
pada
perekonomian
Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian Kalimantan
3
4000
dengan
%
Miliar Rp
8000
8
2
Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat
1
dibandingkan
0
tercatat
Q2
triwulan I
sebesar
2014,
4,80%
yang (yoy).
Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut
2014
juga tercatat lebih rendah dibandingkan Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan,
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian, sementara pertumbuhan sektor lainnya tercatat mengalami akselerasi.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) Jenis Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor
2012
2013
Q1
Q2
Q3
4,401
4,427
4,552
78
79
941 2,300 348 2,581
2014
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
4,615
4,676
4,715
4,813
4,893
4,988
83
85
81
85
88
90
91
95
979
1,047
1,238
1,013
1,073
1,163
1,303
1,093
1,163
2,346
2,436
2,465
2,357
2,392
2,491
2,655
2,590
2,602
453
445
213
476
350
282
276
2,577
2,697
2,645
2,710
2,861
2,695
2,343
(44) 2,651
Q4
(17) 2,723
Q2 5,070
Dikurangi Impor
2,337
2,324
2,530
2,583
2,301
2,310
2,545
2,619
2,638
2,487
PDRB
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,101
9,062
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 98,54% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pada sisi lain, investasi mencatat sedikit perlambatan. Sementara itu, perlambatan yang lebih dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, dimana ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam dan impor mengalami perlambatan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
7
1.2.1 Konsumsi Pada triwulan II 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Konsumsi pemerintah juga menunjukkan akselerasi dari 7,88% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 8,41% (yoy) pada triwulan laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya masa Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan persiapan masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, periode liburan sekolah dan persiapan memasuki bulan Ramadhan. Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 141,00 pada triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,17. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 110,83 menjadi 112,45 pada triwulan laporan. Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah pada triwulan II 2014 sejalan dengan meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada periode laporan. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh cairnya Dana Alokasi Umum (DAU), khususnya penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk mendukung pelaksanaan tahun ajaran baru, dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, tingginya konsumsi pemerintah juga didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif dan Pemilu Presiden serta pembangunan infrastruktur, khususnya terkait persiapan dalam menghadapi perayaan Idul Fitri. 114
155.00
112 110
145.00
108
135.00
106 104
125.00
102
Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga
100 98
115.00 Indeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama
105.00
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
96 Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
2014
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga
8
Q2
95.00 Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
2014
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
1.2.2 Investasi Pada triwulan II 2014, investasi di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang melambat, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat sebesar 8,78% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,87% (yoy). Perlambatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana pada triwulan II 2014 terealisasi investasi sebesar Rp3,66 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,20 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit. Sementara itu, investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar. Implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat, khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi. Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1
Keterangan PMDN PMA PDKPM**) TOTAL
Q1 0.85 1.57 2.42
2013 Q2 Q3 0.66 2.51 0.60 1.44 N/A 1.26 3.95
Q4 0.07 2.58 2.65
2014 Q1 Q2 1.35 1.54 0.90 0.74 1.95 1.38 4.20 3.66
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
1.2.3 Ekspor - Impor Pada triwulan II 2014, kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan kontraksi cukup dalam, dimana ekspor mengalami kontraksi 13,98% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mampu tumbuh positif meskipun hanya 1,86% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat tumbuh 7,67% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 14,61% (yoy). Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 150,62 juta USD atau mengalami kontraksi 55,54% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat sebesar 137,37 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,85% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit akibat
1
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
9
dampak implementasi ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mentah dan karet seiring dengan penurunan permintaan dunia. Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) 2012
Komoditas
Q1
Karet dan Barang dari Karet (HS40)
Q2
2013 Q3
Q4
Q1
Q2
2014 Q3
Q4
Q1
Q2
167,815
224,422
131,103
144,527
155,725
136,685
124,495
153,081
127,473
85,329
62,092
49,225
46,006
46,548
50,039
45,869
41,360
46,907
39,454
44,546
731
1,823
3,880
5,567
4,301
6,724
4,039
-
11,839
8,943
1,647
1,723
2,441
2,248
2,492
2,283
2,784
3,547
3,822
4,133
805
385
527
707
774
604
615
443
1,026
1,438
3,445
2,697
2,283
3,245
2,126
3,057
2,174
2,782
2,866
1,416
Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08)
359
482
546
92
162
290
179
383
530
1,355
Perabot, penerangan rumah (HS94)
263
771
717
1,003
540
357
490
690
646
821
Olahan dari Tepung (HS19)
779
356
379
838
472
611
239
476
393
547
111,589
84,116
70,221
136,281
105,872
138,295
163,950
137,140
18,880
103
Total 10 Golongan
349,524
366,001
258,104
341,056
322,503
334,774
340,324
345,451
206,929
148,631
Total Ekspor
351,261
375,792
260,315
345,926
326,599
338,795
344,414
350,014
210,622
150,620
Kayu, Barang dari Kayu (HS44) Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) Biji-bijian berminyak (HS12) Ikan dan Udang (HS03)
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
250,000
Nominal (ribu USD)
30%
450
Growth-RHS (yoy)
20%
400
200,000 150,000
10%
350
0%
300
-10%
250
-20%
100,000
-30% -40%
50,000
-50% -
-60% Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV 2012
2013
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2014
200 150 100 50 0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II 2014
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 4 Ekspor Karet
Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi 37,57% (yoy), atau lebih besar dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,14% (yoy). Kontraksi pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh perlambatan permintaan seiring dengan potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan II 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg, yang antara lain dipengaruhi oleh munculnya sentimen negatif terkait tingginya stok karet di negara produsen. Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama didorong oleh melemahnya kinerja investasi dan perdagangan. Hal ini sejalan dengan agenda rebalancing perekonomian Tiongkok untuk beralih dari 10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
struktur ekonomi yang selama ini bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi ekonomi yang ditopang oleh konsumsi. Aktivitas perekonomian Tiongkok melambat ditandai oleh penurunan kinerja produksi industri, indeks PMI manufaktur dan Fixed Asset Investment (FAI). Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Komoditas Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84)
2012 Q1
Q2
2013 Q3
Q4
Q1
Q2
2014 Q3
Q4
Q1
Q2
18,250
47,661
44,939
52,642
28,616
13,399
13,782
11,432
10,524
16,376
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)
3,827
9,824
22,518
39,232
4,457
17,491
44,933
17,780
33,122
13,347
Pupuk (HS31)
4,746
5,097
2,758
5,793
1,084
206
1,228
1,153
4,281
6,150
Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73)
2,072
4,169
1,234
4,940
1,825
455
299
795
3,171
5,680
586
424
1,137
887
1,331
639
856
580
1,357
3,365
2,638
4,302
1,447
5,889
353
2,082
3,530
1,808
1,780
2,666
Garam, Belerang, Kapur (HS25)
979
1,252
1,727
2,796
2,652
3,147
3,614
3,833
4,299
2,611
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23)
310
222
674
515
5,003
1,135
809
1,334
2,720
2,429
1,479
905
3,260
1,075
1,741
1,207
814
1,542
678
2,181
248
273
96
632
210
157
1,381
317
865
1,877
Total 10 Golongan Barang
35,137
74,129
79,791
114,402
47,272
39,917
71,246
40,574
62,796
56,681
Total Impor
43,761
88,315
87,695
122,893
62,715
47,262
81,255
50,351
74,061
65,309
Kendaraan dan Bagiannya (HS87) Besi dan Baja (HS72)
Biji-bijian berminyak (HS12) Perlengkapan rumah tangga (HS94)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Dari sisi impor, perlambatan impor diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 65,31 juta USD atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,06 juta USD. Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 90,44 ribu ton atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 133,56 ribu ton. Secara volume, impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, bahan kimia serta pupuk. Sementara secara nominal, impor didominasi oleh komoditas mesin, kapal dan pupuk.
1.3 PDRB Sektoral Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa PDRB
Q1 4.82% 6.47% 6.03% 5.32% 12.07% 6.91% 6.49% 6.96% 8.20% 6.67%
2012 Q2 Q3 0.96% 5.28% 4.48% 4.73% 2.16% 3.30% 4.52% 3.78% 8.64% 8.94% 6.70% 6.59% 9.44% 5.61% 7.35% 7.29% 9.85% 6.79% 5.43% 5.87%
Q4 4.06% 4.99% 1.78% 4.85% 9.72% 6.23% 4.91% 5.50% 7.62% 5.29%
Q1 2.84% 5.33% 3.82% 4.13% 9.57% 3.79% 5.44% 5.28% 5.76% 4.48%
2013 Q2 Q3 11.39% 8.45% 4.92% 4.32% 5.37% 3.41% 3.89% 4.85% 5.42% 2.31% 4.79% 7.56% 6.45% 8.07% 8.18% 7.17% 4.58% 8.54% 6.73% 6.70%
Q4 7.76% 4.28% 4.59% 5.02% 6.39% 5.46% 8.14% 5.02% 7.05% 6.37%
2014 Q1 Q2 4.27% -0.25% -1.09% 4.80% 5.06% 7.38% 2.81% 3.56% 7.58% 11.60% 4.93% 5.40% 5.40% 6.71% 2.78% 6.05% 4.85% 1.34% 4.80% 4.63%
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan II 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
11
restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 60,04% terhadap total PDRB. Jasa
0.16%
Keuangan
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.09%
0.36%
Angkutan
PHR 21.86%
0.68%
PHR
Angkutan & Komunikasi 10.32%
1.17%
Bangunan
Industri 16.40%
1.03%
LGA
Lainnya, 36.08%
0.02%
Industri
Pertanian 21.77%
1.18%
Pertambangan
LGA 0.43%
0.08%
Pertanian
Jasa - jasa 11.88%
Bangunan 9.48%
Pertambangan 1.77%
-0.06%
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
1.3.1 Sektor Pertanian Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Sektor
2012
2013
2014
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2,299
1,776
2,037
2,117
2,364
1,978
2,210
2,281
2,465
1,973
1,111
527
750
817
1,110
665
822
922
1,153
585
b. Tanaman Perkebunan
708
758
784
801
772
814
874
845
818
872
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
217
222
228
229
216
229
236
240
228
243
d. Kehutanan
88
92
94
90
88
90
91
89
87
88
e. Perikanan
173
176
181
180
177
180
187
185
179
185
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 0,25% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya sektor pertanian mampu tumbuh mencapai 4,27% (yoy). Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama), sementara itu subsektor utama lainnya, yaitu tanaman perkebunan menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi cukup dalam sebesar 12,04% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 subsektor tabama mampu tumbuh 3,83% (yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar 35,99 ribu Ha, atau mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 31,70% (yoy). Berlalunya masa panen yang mencapai puncaknya pada triwulan I 2014 merupakan faktor utama yang mempengaruhi 12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
kontraksi tersebut. Selain mulai berakhirnya masa panen, terjadi gagal panen di Kabupaten Sanggau dan Sekadau akibat kondisi cuaca ekstrim yang tidak menentu, dimana terkadang terjadi cuaca yang sangat kering namun terkadang terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. 300,000
Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS)
80%
500 mm
60%
250,000
400
40% 200,000 Hektar
20%
150,000
300
0%
200
-20%
100,000
-40% 50,000
100
-60%
-
0
-80%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2012
2014
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
2013
2014
Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi
Grafik 1. 9 Curah Hujan
Sementara itu, kinerja subsektor tanaman pada triwulan laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 7,16% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,93% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 1,33 juta ton, atau tumbuh signifikan 61,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhan
tercatat
sebesar
1,400,000
Produksi
gProduksi-RHS (yoy)
70% 60%
1,200,000
50%
1,000,000
40%
800,000
30%
Ton
perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana
20% 600,000
10%
400,000
0% -10%
200,000
-20%
-
-30% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2014
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
18,72% (yoy). Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Selain itu, mulai berproduksinya lahan-lahan sawit baru juga turut mendorong tingginya produksi TBS pada periode laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan sedikit peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.757/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.724/kg. Di sisi lain, produksi tanaman karet mengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut disebabkan oleh kurang bergairahnya petani akibat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
13
harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada pada kisaran Rp6.000 - Rp8.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 237,02 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 243,78 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok, serta kondisi tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan II 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,40% (yoy) atau menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan hotel, sementara subsektor restoran menunjukkan sedikit perlambatan. Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,40% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,91% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak, khususnya volume impor. Impor barang meningkat signifikan 75,95% (yoy) menjadi sebesar 117,88 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 66,99 ribu ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 32,10% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,69% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama seiring dengan masa persiapan memasuki bulan Ramadhan 2014. 1,800,000 1,600,000
V. Bongkar (ton) V. Impor (ton) Pertumbuhan-RHS (yoy)
60% 50%
1,400,000
Dlm Negeri
Luar Negeri
500000
40%
1,200,000
400000
1,000,000
30%
800,000
20%
600,000
10%
400,000
0%
200,000 -
-10% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2014
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang
14
Ton 600000
300000 200000 100000 0 Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
2014
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 12 Volume Petikemas
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Q2
Sementara itu, subsektor hotel juga menunjukkan kinerja
70
yang meningkat, dimana pada triwulan laporan tumbuh
60
%
50
6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014
40
yang tumbuh 5,94% (yoy). Akselerasi pertumbuhan
30
subsektor
20
peningkatan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan
10
Barat dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
2013
hotel
antara
lain
diindikasikan
oleh
51,58%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Q2
sebesar 49,20%. Perkembangan subsektor hotel antara
2014
lain didorong oleh rangkaian pelaksanaan kampanye
Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah
Pemilihan Umum dan periode liburan sekolah pada
Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel
triwulan laporan.
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi Orang 10,000
Orang 60,000 50,000
8,000
40,000
6,000
30,000 4,000
20,000 2,000
10,000
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
2014
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
2014
Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan mengalami akselerasi sebesar 6,71% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain tercermin pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat sebanyak 7.194 orang, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebanyak 7.002 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, terutama yang menggunakan kapal laut, juga menunjukkan peningkatan, dimana jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 32,98 ribu penumpang pada triwulan II 2014, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 23,36 ribu orang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
15
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II 2014, kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, dimana sektor tersebut tumbuh 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh di level 5,37% (yoy). Akselerasi terutama dipengaruhi oleh perkembangan kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO), dimana produksi CPO pada triwulan laporan tercatat mencapai 294,20 ribu ton atau tumbuh signifikan 64,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,34% (yoy). Peningkatan kinerja industri CPO juga didorong oleh peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor CPO, terutama menjelang Ramadhan, serta peningkatan penyerapan untuk industri biodiesel di Amerika Serikat. Selain itu, program mandatori biodiesel yang ditetapkan oleh pemerintah juga mendorong terjaganya perkembangan kinerja industri tersebut di pasar domestik. Meskipun demikian, harga komoditas CPO internasional tercatat cenderung melemah, dimana pada triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. Berdasarkan hasil liaison, penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh berlangsungnya masa panen minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, rapeseed dan bunga matahari, serta penurunan harga minyak dunia. 350,000
Produksi (ton)
300,000
gProduksi-RHS (yoy) 70% 60% 50%
250,000
40%
200,000
30% 20%
150,000
10%
100,000 50,000
USD cent/kg
USD/metric ton
1200
400
1000
350
800
300 250
600
0%
400
-10%
200
200 150 100 Harga CPO
-20%
-
-30% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2014
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat
450
Harga Karet
50
0
0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
2014
Sumber : Bloomberg Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO
Selain industri pengolahan CPO, kinerja industri pengolahan juga didorong oleh perkembangan industri pengolahan logam seiring dengan mulai beroperasinya smelter di Kalimantan Barat, antara lain smelter PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, yang mengolah bauksit menjadi chemical grade alumina (CGA). Berdasarkan liaison kepada PT. ICA, produk CGA akan terserap optimal di pasar baik domestik maupun ekspor, seiring dengan tingkat persaingan yang relatif rendah serta pesatnya perkembangan industri turunan yang menggunakan CGA sebagai bahan baku utama, khususnya pada industri elektronik. Perkembangan industri pengolahan logam juga 16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
diindikasikan oleh pertumbuhan indeks produksi industri manufaktur2, dimana industri logam dasar menunjukkan pertumbuhan sebesar 35,65% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 22,65% (yoy). Sementara itu, kinerja sektor industri utama lainnya di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan karet menunjukkan perlambatan. Produksi karet pada triwulan laporan tercatat mencapai 45,89 ribu ton atau mengalami kontraksi 8,33% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya produksi karet mampu mencatat pertumbuhan produksi sebesar 12,43% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat. Ton 70,000
Volume
gVolume-RHS (yoy)
40%
Berdasarkan hasil liaison diakui pelaku usaha industri pengolahan karet bahwa permintaan akan karet
60,000 20%
50,000 40,000
0%
30,000
masih lemah. Selain itu, berdasarkan informasi Gapkindo3 Kalimantan Barat, akibat level harga yang rendah,
20,000
-20%
10,000 -
-40% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2014
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat
sejumlah
pabrik
pengolahan
karet
di
Kalimantan Barat menempuh strategi menahan ekspor untuk mengurangi kerugian dan menunggu harga karet di pasar dunia kembali naik. Harga internasional karet pada triwulan laporan tercatat pada level 237,02 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat sebesar 243,78 USD
Cent/kg. Melemahnya harga karet tersebut antara lain dipengaruhi oleh berkembangnya sentimen negatif akan tingginya stok karet di negara-negara produsen.
2 3
Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
17
1.3.5 Sektor Lainnya 350,000
Volume Pertumbuhan-RHS (yoy)
80%
300,000
60%
250,000
Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 11,60% (yoy) , atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan
40%
sebelumnya yang tumbuh 7,58% (yoy). Akselerasi
150,000
20%
tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih
Ton
200,000
100,000 0%
50,000 -
-20% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
terjaganya kinerja investasi, khususnya berupa PMDN,
dan
pembangunan
infrastruktur
di
Kalimantan Barat. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh
2014
realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
yang tercatat mencapai 286,40 ribu ton atau
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
tumbuh
26,80%
(yoy),
setelah
mengalami
kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 0,43% (yoy).
triwulan
II
2014,
kinerja
sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencatat pertumbuhan sebesar 6,05% (yoy), atau
mengalami
akselerasi
dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,78% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain tercermin pada akselerasi industri perbankan. Pada periode laporan, aset perbankan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp47,83 Triliun atau tumbuh 19,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang
tercatat
tumbuh
11,97%
(yoy).
60,000
Total Aset Growth-RHS (yoy)
25.00%
50,000
20.00%
40,000
Miliar Rp
Pada
15.00%
30,000 10.00%
20,000
5.00%
10,000 -
0.00% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat
Perkembangan kinerja perbankan tersebut terutama didorong oleh perkembangan penghimpunan dana pihak ketiga, meskipun penyaluran pembiayaan perbankan relatif melambat. Akselerasi juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air, dimana sektor tersebut tumbuh 3,56% (yoy) pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 2,81% (yoy). Hal tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan listrik PLN Wilayah Kalimantan Barat dan air oleh PDAM Tirta Khatulistiwa. Penjualan listrik Kalimantan Barat tercatat tumbuh 7,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 5,20% (yoy). Sementara itu, penjualan air
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
tercatat tumbuh 14,97% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,00% (yoy). 600,000
MwH
28%
Penjualan Listrik Pertumbuhan-RHS (yoy)
500,000
Ribu M3
Ribu SR V. Air Terjual
10,000
Jmlh Pelanggan
280
24% 20%
400,000
16% 300,000 12% 200,000
8,000
260
6,000 240 4,000
8%
100,000
4%
-
0% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
2013
220
2,000 -
200 Q1
Q2
2014
Q2
Q3
Q4 Q1
2012
Sumber : PLN Wilayah Kalimantan Barat, diolah
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
2014
Sumber : PDAM Tirta Khatulistiwa, diolah
Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat
Grafik 1. 22 Penjualan Air
120%
Di sisi lain, perlambatan kinerja ditunjukkan oleh
2,500
100%
sektor jasa, dimana pada triwulan laporan,
2,000
80%
sektor jasa tumbuh 1,34% (yoy), atau lebih
1,500
60%
1,000
40%
500
20%
-
0%
3,000
Pajak Hiburan Pertumbuhan-RHS (yoy)
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan
lambat dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 4,85% (yoy). Perlambatan kinerja sektor jasa tersebut terjadi terutama sektor jasa pemerintah, dari 5,08% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 0,91% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan pada sektor jasa antara lain ditandai dengan perolehan pajak hiburan di Kota Pontianak yang hanya tumbuh 0,08%
(yoy),
lebih
lambat
dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,73% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
19
Halaman ini sengaja dikosongkan
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
II. 2.1. Gambaran Umum4
Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah dari triwulan I 2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,70% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tersebut tercermin dari perkembangan inflasi secara triwulanan, dimana laju inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 1,41% (qtq) relatif lebih rendah dari triwulan I 2014 dan triwulan II 2013 yang masing-masing mencapai 2,17% (qtq) dan 1,69% (Grafik 2.1 dan 2.2).
III 2013
IV
I
3,78
Nasional
II 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional
II
III 2013
IV
I
0,57
1,41
1,41
0,80
2,13
I
2,17
6,70 2,09
II
Kalbar
3,81
8,69 7,32
5,41
5,02
I
8,98 8,08
%-qtq
1,05
6,15
5,53
8,90 7,90
Nasional
1,69
8,53
Kalbar
1,17
%-yoy
II 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional
Realisasi inflasi triwulan II 2014 tidak terlepas dari dinamika inflasi bulanan selama periode laporan. Laju inflasi bulanan selama triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan Juni 2014 sebesar 0,92% (mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan seiring dengan tingginya permintaan dalam menghadapi puasa. Kondisi tersebut diindikasikan oleh sumbangan inflasi beberapa komoditas bahan makanan, seperti telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, 4
Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahun dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkan perhitungan yang dilakukan secara mandiri. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat 21 Triwulan II 2014
dan sawi hijau yang masing-masing memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,21%, 0,18%, 0,08%, dan 0,04% (mtm). Sementara itu, harga tiket angkutan udara relatif terkendali sehingga dapat meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014. Tercatat andil inflasi angkutan udara mencapai 0,08% (mtm). Di sisi lain, laju inflasi bulanan
3,5
terendah terjadi pada April 2014.
3,0
Tercatat Provinsi Kalimantan Barat
2,0
pada bulan April 2014 mengalami
1,0
pasokan bahan makanan menjadi
-0,5
yang terjadi pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa
pelaksanaan
Nasional
1,5
0,5
bulan April 2014. Selain itu, deflasi
Kalbar
2,5
deflasi 0,01% (mtm). Terjaganya peredam inflasi yang terjadi pada
% mtm
0,0
-1,0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 2013
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
pemilu legislatif pada bulan April 2014 tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap perkembangan harga. 2.2.
Inflasi Tahunan
Secara tahunan, tekanan inflasi pada sebagian besar kelompok komoditas berada di level yang relatif tinggi, terutama Bahan Makanan. Kelompok menjadi
komoditas salah
mengalami
satu
kenaikan
2,51
Bahan Makanan
Bahan
Makanan
komoditas inflasi
yang serta
Kesehatan
inflasi kelompok Bahan Makanan pada periode laporan mencapai 2,51% (yoy) dengan tekanan inflasi sebesar 10,33% lebih tinggi dibandingkan inflasi
triwulan I 2014 yang mencapai 9,70% (yoy). Selain komoditas Bahan Makanan,
8,89 1,06
Makanan jadi
pada triwulan II 2014. Tercatat sumbangan
9,76 9,81
1,59
Transpor
Pendidikan
10,33 9,70
2,30
Perumahan
memberikan sumbangan inflasi tertinggi
(yoy)
8,69 8,69 8,98
Umum
13,33
5,87 6,54
0,56
9,77 9,24
0,48
10,71 7,94
0,22
Sandang % (yoy)
Andil II-2014 II-2014
3,74 3,14
0
I-2014 5
10
15
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
sumbangan inflasi yang relatif tinggi terjadi pada komoditas Makanan Jadi, Perumahan dan Transpor. Andil inflasi masing-masing kelompok tersebut pada triwulan II 2014 mencapai 22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
1,06%, 2,30%, dan 1,59% (yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas tersebut juga relatif besar, masing-masing mencapai 5,87%, 9,76%, dan 8,89% (yoy). Realisasi kenaikan BBM Bersubsidi pada 2013 memberikan pengaruh signifikan sehingga memicu tingginya indeks harga konsumen (IHK) yang terjadi sejak triwulan III 2013. Kondisi tersebut menyebabkan IHK triwulan II 2014 lebih tinggi dari IHK triwulan II 2013 sehingga memicu tingginya tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2014 (base effect). Selain itu, persiapan masyarakat dalam menghadapi puasa yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014 semakin menambah tekanan inflasi pada periode laporan. 2.3.
Inflasi Triwulanan
Meskipun tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan
Umum
akibat pengaruh base effect, namun laju
Transpor
inflasi triwulanan mengalami penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang mencapai 1,41% (qtq) lebih
1,41 1,41 2,17 0,64 3,80 -3,91 0,26
Makanan Jadi
1,48 2,56 0,21
Kesehatan
3,95 1,55 0,20 0,84 1,55 0,05 0,81 1,57 0,04 0,64 0,89
Perumahan
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,17% (qtq). Berdasarkan kelompok komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok komoditas mengalami penurunan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan laju inflasi terutama terjadi pada kelompok komoditas Transpor dan Kesehatan, masingmasing sebesar 3,80% dan 3,95% (qtq).
Sandang Pendidikan
Andil II-2014 II-2014 I-2014
-0,01 -0,05
Bahan Makanan
7,37
% (qtq) -8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
Realisasi kenaikan fuel surcharge dan penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups (INACBG’s) untuk biaya pengobatan menjadi salah satu pemicu kenaikan laju inflasi pada kedua kelompok komoditas tersebut.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
23
2.4.
Inflasi Kelompok Komoditas
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 2,51
BAHAN MAKANAN
0,38
Ikan Segar
0,37
Padi
0,36
Sayuran Daging
0,23
Buah Kacang
Bumbu
0,04
Ikan Diawetkan
% (yoy)
-5
0
5
triwulan I 2014 yang mencapai 9,70% (yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan seluruh Andil II 2014 II-2014 I-2014
13,10
18,74
komoditas
bahan
makanan terutama ikan segar, padi-padian, sayuran, dan daging.
inflasi Bahan Makanan pada triwulan II
15,11 12,64
10
kelompok
Secara tahunan, relatif tingginya tekanan
5,69
0,01
Bahan Makanan Lainnya
(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi
12,85
14,04 16,42
5,72 3,13 0,05 3,75
Tercatat inflasi kelompok Bahan Makanan pada triwulan II 2014 sebesar 10,33%
19,64 17,62
0,08
Lemak dan Minyak
26,62
10,63
0,10
pada
2014. 17,18
6,24
inflasi
inflasi bahan makanan pada triwulan II
5,94 6,45
0,35
Telur, Susu
tekanan
komoditas ikan segar memicu kenaikan
8,77 7,80
0,36 -0,89
Kenaikan
10,33 9,70
15
20
2014 25
30
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat
salah
keterbatasan
satunya pasokan
dipicu pada
oleh
komoditas
padi-padian. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan luas panen padi, dimana pada
triwulan II 2014 mencapai 35.989 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013 yang mencapai 51.008 ha (lihat Bab I). Selain itu, kondisi cuaca yang kurang baik juga memberikan pengaruh terhadap tingginya inflasi komoditas ikan segar. Berdasarkan informasi BMKG, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Bagian Barat selama triwulan II 2014 berkisar 1,2 meter hingga 2 meter, relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi pada triwulan II 2013 yang berkisar 0,3 meter hingga 1,5 meter. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap. Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada komoditas bumbu-bumbuan. Tercatat tekanan inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan II 2014 mencapai 3,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,10% (yoy). Salah satu faktor yang mempengaruhi terkendalinya inflasi bumbu-bumbuan adalah kondisi pasokan yang relatif mencukupi, terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan di daerah sentra penghasil. Selain itu, sebagai upaya pengendalian inflasi komoditas bumbu-bumbuan,
24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
khususnya bawang merah, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerjasama dengan Lapas Klas IIA Kota Pontianak menginisiasi pengembangan budidaya bawang merah (lihat boks).
12
Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi
% (yoy)
di kedua kota yang menjadi dasar
10 9,18
8 6
5,77
Singkawang
tekanan inflasi bahan makanan di Kota
2 I
II
III
berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak. Tercatat
Pontianak
4
perhitungan inflasi di Kalimantan Barat
IV
2012
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang
Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai 9,18% (yoy). Tingginya
inflasi tersebut
terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok daging, ikan segar, dan
telur, masing-masing sebesar 14,36%, 8,26% dan 14,96% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan persiapan masyarakat menjelang puasa. Kondisi kenaikan harga tersebut tercermin dari hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, terutama pada komoditas daging, dimana rata-rata harga komoditas daging sapi dan daging ayam ras selama triwulan II 2014 mencapai Rp119.000/kg dan Rp24.000/kg, lebih tinggi dari posisi yang sama tahun 2013 sebesar Rp94.000/kg dan Rp22.500/kg. Sementara itu, meskipun relatif tinggi, namun tekanan inflasi di Kota Singkawang pada triwulan II 2014 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, tekanan inflasi pada triwulan II 2014 mencapai 5,77% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2014 yang mencapai 8,46% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut salah satunya disebabkan oleh deflasi pada komoditas sayuran yang mencapai 1,87% (yoy). Kondisi pasokan komoditas sayuran yang relatif terjaga menjadi salah satu faktor penurunan inflasi di Kota Singkawang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
25
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok Perumahan di
0.20
Penyelenggaraan rumah tangga
8.94
Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
7.42 0.20
Perlengkapan rumah tangga
relatif
10.62 12.55
9.39
Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan
1.36 10.58 10.19 2.27 9.76
0
10,19% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi
I-2014
9.81 % (yoy)
inflasi komponen biaya tempat tinggal, dari
andil II 2014 II-2014
PERUMAHAN
5
triwulan
yang tinggi. Tekanan inflasi kelompok
8.23
Biaya tempat tinggal
dibandingkan
sebelumnya, namun berada di level
0.52
Bahan bakar, penerangan dan air
stabil
10
10,58% (yoy) 15
pada
triwulan II 2014.
Komponen lain yang mengalami kenaikan
Sumber: BPS Kalbar, diolah
inflasi
Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat
adalah
penyelenggaraan
rumah
tangga yang mencapai 8,94% (yoy) pada triwulan II 2014, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,94% (yoy). Penyesuaian biaya sewa rumah5 (termasuk indekos), seiring berlangsungnya tahun ajaran baru, menjadi salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi biaya tempat tinggal. Sementara itu, tingginya tekanan inflasi pada komponen penyelenggaraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh penyesuaian biaya keamanan. Berdasarkan
daerahnya,
kenaikan
14
inflasi kelompok Perumahan terutama
12
Pontianak
10
Singkawang
terjadi di Kota Singkawang, meskipun
6
dari inflasi Kota Pontianak. Tercatat
4
pada triwulan II 2014 mencapai 8,50% (yoy),
lebih
tinggi
dari
triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,76% (yoy). Tingginya kenaikan tekanan inflasi di Kota
10.47
8
dengan magnitude yang lebih rendah inflasi perumahan di Kota Singkawang
% (yoy)
8.50
2 0 I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang
Singkawang salah satunya dipicu oleh
5
Definisi sewa menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. Sedangkan definisi kontrak rumah menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus dimuka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru.
26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
kenaikan tarif tukang bukan mandor. Tekanan faktor ekspektasi terhadap faktor musiman puasa dan lebaran terindikasi oleh kenaikan upah tukang bukan mandor. Sementara itu, inflasi kelompok Perumahan di Kota Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai 10,47% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan I 2014 yang mencapai 10,67% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi Kalimantan Barat, salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi perumahan di Kota Pontianak adalah penyesuaian biaya keamanan. 2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan II 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun masih memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi secara umum di triwulan II 2014. Tekanan inflasi pada kelompok ini di triwulan II 2014 tercatat mencapai 8,89% (yoy), lebih rendah dari inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,33% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan II 2014 masih berada di level yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,49% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 22,02% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 15,93% (yoy) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh masa liburan sekolah terhadap harga tiket angkutan udara relatif lebih kecil dibandingkan pelaksanaan even keagamaan seperti Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur yang berlangsung pada triwulan I 2014. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan fuel charge6 angkutan udara mulai pertengahan triwulan I 2014 menyebabkan harga tiket menjadi lebih tinggi dari tahun 2013.
6
Terhitung sejak Februari 2014 pemerintah secara nasional memberlakukan kenaikan fuel charge sebesar Rp60.000 per jam untuk penerbangan pesawat tipe jet dan Rp50.000 per jam untuk jenis pesawat turbo propeler. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat 27 Triwulan II 2014
25
0.00 0.13 0.13 0.06
Jasa keuangan Sarana dan penunjang transpor
3.69 3.54 0.00 0.05 0.15 1.56
Komunikasi dan pengiriman
Andil II 2014
20
Pontianak
15
Singkawang 15,31
10
II-2014
5
I-2014
Transpor
% (yoy)
7,36
0
15.93 22.02
-5
1.49 TRANSPOR
8.89
I
13.33 % (YOY)
0
5
10
15
20
III
IV
I
II
2012
25
Sumber: BPS Kalbar, diolah
II
III
IV
I
2013
II 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang
Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan, dari 21,64%(yoy) di triwulan I 2014 menjadi 7,63% (yoy) di triwulan II 2014. Sementara di Kota Singkawang, inflasi kelompok ini relatif stabil, dari 10,75% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 11,12% (yoy) di triwulan II 2014. Sejalan dengan kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif angkutan udara pasca perayaan even keagamaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di kedua kota tersebut.
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi
1,56 Minuman tidak beralkohol
8,75
pada
9,16 1,65
Tembakau dan minuman beralkohol
penurunan
6,76 8,92
sebelumnya.
2,76 Makanan jadi
4,77 5,00
andil II-2014
1,04
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
II-2014
5,87 6,54
% (yoy) 0
2
4
6
triwulan
8
10
2014
mengalami
dibanding
triwulan
Pada
triwulan
laporan,
sumbangan terhadap inflasi umum yang relatif
I-2014
II
tinggi
Makanan
diberikan
Jadi,
oleh
Minuman,
kelompok
Rokok
dan
Tembakau mencapai 1,04% (yoy). Meskipun
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat
berada di level yang relatif tinggi, namun tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok
ini mengalami penurunan, mencapai 5,87% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang mencapai 6,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 5,00% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
4,77% (yoy) pada triwulan II 2014. Relatif stabilnya harga komoditas makanan jadi menjadi salah satu faktor terkendalinya inflasi makanan jadi. Selain itu, penurunan harga bahan baku, khususnya bumbu-bumbuan juga memberikan pengaruh positif terhadap inflasi makanan jadi. Meskipun secara umum, inflasi makanan jadi relatif terkendali, namun siklus musiman puasa yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014 masih memberikan pengaruh pada inflasi makanan jadi. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan II 2014. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan II 2014 mencapai angka 176, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2013 yang mencapai 148,5. Berdasarkan
daerahnya,
penurunan
11
Makanan
10 9
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
8
tekanan
inflasi
terjadi
di
inflasi,
terutama
kelompok
kedua
kota
perhitungan
7 6
Kota
Singkawang.
5 4
Tercatat inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Singkawang pada triwulan II 2014 mencapai 3,87%
% (yoy)
Pontianak Singkawang
6,49
3,87
3 2 I
II
III
IV
2012
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
(yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang
Sumber: BPS Kalbar, diolah
mencapai 5,34% (yoy). Sementara di Kota
Grafik 2.2 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang
Pontianak, inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau juga mengalami
penurunan dari 7,01% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,49% (yoy) pada triwulan II 2014. Berlalunya kegiatan musiman Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu faktor penyebab penurunan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di kedua kota. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat terhadap siklus musiman puasa menyebabkan inflasi masih berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
29
2.5. Disagregasi Inflasi Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 dipicu oleh tingginya tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental. Sementara itu, dari sisi fundamental, tekanan inflasi cenderung mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga komoditas Volatile Foods menjadi pemicu tingginya tekanan inflasi, seiring keterbatasan pasokan pada komoditas padi-padian dan ikan segar. Tercatat inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan II 2014 mencapai 10,18% (yoy), naik dari triwulan I 2014 yang mencapai 9,03% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan II 2014 mencapai 8,53% (yoy), meskipun mengalami penurunan dari triwulan I 2014 yang sebesar 9,06% (yoy), namun masih berada di level yang relatif tinggi, sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap puasa. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 9,19% (yoy) menjadi 7,59% (yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan pemerintah di awal tahun. Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)
2011 I II III 4.55 4.53 4.39 11.59 9.65 6.42 8.62 12.80 10.64 7.10 7.39 6.16
Kelompok Inflasi Inti Volatile Foods Adm Prices Umum
IV 4.99 5.57 5.95 5.22
I 4.88 7.78 6.41 5.82
2012 II III 5.36 4.84 11.80 8.09 5.72 4.49 7.00 5.48
IV 4.65 9.78 6.28 6.19
I 5.68 8.75 4.52 6.12
2013 II III 5.76 7.83 5.52 9.30 9.83 8.14 6.39 8.21
IV 8.36 5.36 15.18 8.90
2014 I II 9.06 8.53 9.03 10.18 9.19 7.59 8.98 8.69
Sumber : BPS Kalbar, diolah
2.5.1. Faktor Fundamental Perkembangan
inflasi
pada
1,400,000
kelompok
komoditas
Inti
pada
1,200,000
triwulan
II
cenderung
1,000,000
terkendali. Berlalunya perayaan even
800,000
musiman Imlek, Cap Go Meh dan
600,000
Sembahyang Kubur yang berlangsung
400,000
pada triwulan I 2014 menyebabkan
200,000
tekanan permintaan terhadap tiket
-
angkutan
2014
udara
relatif
mereda
sehingga harga tiket angkutan udara cenderung Pemantauan
30
turun. Harga
Hasil
Survei
(SPH)
I
II
III
Feb-14
IV
I
II
III
Mar-14
IV
I
II
III Apr-14
IV
MaskapaiI
MaskapaiII
MaskapaiIII
Tren Rata-rataHarga
V
I
II
III
May-14
IV
I
II
III
IV
Jun-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak
yang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
V
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan udara tersebut, dimana pada triwulan II 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan sebesar 18,07% (qtq) jika dibandingkan triwulan I 2014.
Saldo Bersih
% (yoy)
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang Inflasi Aktual (aksis kanan)
190 180
12 10
170 160
8
150 140 130 120 110
terutama
itu, dipicu
tekanan oleh
inflasi kenaikan
ekspektasi inflasi masyarakat. Hasil
6
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh
4
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
2
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
0
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di
II-2014
I-2014
IV-2013
III-2013
I-2013
II-2013
100
Sementara
triwulan II 2014 mengalami kenaikan,
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
terutama ekspektasi inflasi jangka pendek.
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat
Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II 2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa
hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, faktor musiman puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan. Berdasarkan
kelompok
komoditasnya, ekspektasi
inflasi
kenaikan
indeks
%, yoy
Indeks
ekspektasi
8 160 6 140 4
tertinggi terjadi pada Kelompok
189, 176,5, 175, dan 168,5.
InflasiAktual (sumbu kanan) Perumahan Transpor
Bahan makanan Sandang Pendidikan
II-2014
I-2014
0 IV-2013
100 III-2013
yang masing-masing mencapai
2
II-2013
Makanan Jadi, dan Transpor
120
I-2013
Bahan Makanan, Pendidikan,
12
10
180
tersebut
terlihat di seluruh kelompok. Angka
200
Makanan Jadi Kesehatan
Selain itu, indeks pengeluaran
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
konsumen
Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat
pada
triwulan
II
2014 juga berada di level yang
relatif tinggi mencapai 168. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh pelaksanaan kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi, seiring tingginya ekspektasi inflasi masyarakat. Ke depan, diperlukan berbagai upaya nyata dari pemerintah daerah bersama dinas dan instansi terkait serta TPID khususnya terkait dengan pengelolaan ekspektasi masyarakat sehingga inflasi dapat lebih terkendali. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
31
Komoditas lain yang menjadi pemicu tingginya inflasi Inti adalah tarif rumah sakit yang salah satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s)7 untuk biaya perawatan atan dan pengobatan. Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama relatif stabil, hanya Singapura yang mengalami kenaikan inflasi (Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra dagang tersebut, inflasi Malaysia8 relatif mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi tersebut terutama di disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok komoditas Pangan, Pangan dari 3,90% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan II 2014. 2014 Harga emas dunia relatif masih stabil pada kisaran USD1.290/oz. Sementara mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami pelemahan, dari Rp11.360/USD pada triwulan I 2014 menjadi Rp11.892/USD /USD pada triwulan II 2014 atau melemah 4,68% (qtq). Kondisi tersebut sebut memberikan pengaruh terhadap tekanan imported inflation pada triwulan ini meskipun relatif minimal. 6,0
% (yoy)
5,0 4,0 3,3
3,0
2,3 1,8
2,0 1,0
China
0,0 I
II
Malaysia III
2012
IV
Singapura I
II
III 2013
IV
I
II 2014
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang
Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar
7
Dalam alam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah menggunakan INA-CBG's yang merupakan sistem pembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Tarif INA-CBG's BG's menerapkan skema regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi mempertimbangkan jarak arak dan perbedaan harga antar wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan tarif hingga 7%.
8
Malaysia memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong.
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan alimantan Barat Triwulan II 2014
$/OZ
2000
1717,86
1706,38
1600
1290,02
1200 800 400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
2.5.2. Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan II 2014 terutama berasal dari subkelompok Padi-padian dan Ikan Segar. Inflasi subkelompok Padi-padian, terutama dipicu oleh keterbatasan pasokan seiring penurunan luas panen padi di triwulan II 2014 yang lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013. Selain itu, kondisi gelombang laut pada triwulan II 2014 yang lebih tinggi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap. Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas khususnya ikan menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan bahwa harga beras mengalami kenaikan pada triwulan II 2014. 14,000
Rp/kg
Beras
13,000
Minyak Goreng
Gula Pasir
Rp/kg
70,000
Cabe Merah
Cabe Rawit
Bawang Merah
Bawang Putih
60,000
12,000 11,000
50,000
10,000
40,000
9,000
30,000
8,000
20,000
7,000 6,000 I
II
III IV
Mar-14
I
II
III IV Apr-14
V
I
II
III IV
May-14
I
II
III IV
Jun-14
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir
10,000 I
II
III
IV
Mar-14
I
II
III Apr-14
IV
V
I
II
III
May-14
IV
I
II
III
IV
Jun-14
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.21 SPH Bumbu
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
33
25,000
Rp/kg
Sapi (Rp/Kg)
24,000 23,000 22,000 21,000 20,000 19,000 18,000 I
II III IV I
II III IV V
I
II III IV I
110,000.00
50,000
100,000.00
45,000
90,000.00
40,000
80,000.00
35,000
70,000.00
30,000
60,000.00
25,000
50,000.00
20,000
II III IV
Rp/kg
Ikan Bawal
Ikan Kembung
Ikan Tenggiri
Ikan Tongkol
Udang
15,000
Mar-14
Apr-14
May-14
Daging Ayam Ras
Telur
I
Jun-14
II
Daging Sapi (RHS)
I
II
III
IV
V
I
Apr-14
II
III
IV
I
II
May-14
III
IV
Jun-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur
Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan
Rupiah/Kg
90,000
Beras (IR 64) Beras Lokal (Medium)
10.500
IV
Mar-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
11.000
III
10.500
Rupiah/Kg
Bawang Merah
Bawang Putih
80,000
Cabe Merah Keriting
Cabe Merah Biasa
70,000
Cabe Rawit
60,000
10.000
50,000
9.850
40,000
9.500
30,000
9000
9.000
20,000 10,000
8.875
-
8.500 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2013
1
2
3
4
5
1
6
Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak
3
4
5
2013
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
2
6
7
8
9
10
11
12
2013
1
2
3
4
5
6
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak
Sementara itu, penerapan beberapa kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan pada triwulan I 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered prices pada triwulan II 2014 mengalami penurunan. Salah satu kebijakan yang telah direalisasikan pada triwulan I 2014 adalah kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% yang memicu kenaikan harga rokok pada periode tersebut.
34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Boks Pengembangan Demplot Komoditas Bawang Merah Bekerja Sama dengan Lapas Kota Pontianak 120 100
%(yoy)
72,27
80 60 40 20 0 -20 -40
Bawang Merah merupakan salah satu
102,83
komoditas di Kalimantan Barat dengan tingkat ketergantungan pasokan dari luar daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan informasi Badan Ketahanan Pangan dan
-38,78
Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat,
-60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
2013
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 1. Inflasi Bawang Merah Kalimantan Barat
kebutuhan konsumsi bawang merah di Kalimantan Barat pada 2014 mencapai 8.073 ton, meningkat dari 2013 yang mencapai 7.945 ton. Dari jumlah tersebut, seluruhnya dipenuhi dari luar daerah,
khususnya Jawa, sehingga kendala distribusi dan produksi relatif lebih sulit dikelola secara optimal yang pada akhirnya berpotensi besar untuk memberikan tekanan inflasi. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan tingginya harga bawang merah di Kalimantan Barat adalah bibit bawang merah yang masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini disebabkan bibit yang tersedia di Provinsi Kalbar dari segi kualitas belum memenuhi kriteria petani, dan secara kuantitas belum mencukupi. Sebagai informasi, inflasi tahunan rata-rata bawang merah selama tahun 2013 mencapai 65,68% (yoy) dengan ratarata sumbangan mencapai 0,13% (yoy). Terkait hal tersebut, TPID Provinsi Kalimantan Barat berinisiatif untuk melakukan pengembangan demplot bawang merah. Sebagai upaya awal, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan Lapas Klas II A Pontianak. Ketersediaan lahan dan konsistensi Sumber Daya Manusia untuk melakukan pengawasan menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pengembangan demplot. Selain itu, pengembangan demplot tersebut juga memberikan pengetahuan keterampilan kepada penghuni lapas. Dalam pelaksanaannya, telah dilakukan penanaman bawang merah dengan polybag sebanyak 1000 buah polybag pada Triwulan I 2014. Kemudian pada April 2014, telah dilakukan panen perdana yang dihadiri oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI. Dari 1000 buah polybag tersebut, diperoleh hasil panen sebesar 102 Kg akan digunakan sebagai bibit. Ke depan, direncanakan akan dilakukan penambahan jumlah polybag sebanyak 1.000 buah. Selain itu, Kementerian Pertanian RI program serupa dapat juga dikembangkan secara nasional. Atas keberhasilan demplot ini Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikutura akan mengalokasikan DIPA klaster bawang merah di 3 (tiga) lokasi yaitu Kabupaten Melawi (35 ha), Kabupaten Kubu Raya (24 ha) dan Kota Pontianak (16 ha) pada tahun 2015. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
35
Berdasarkan hasil evaluasi pasca panen, serta informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Produksi bawang merah masih dapat ditingkatkan melalui intensifikasi dengan asumsi 1 kg bibit bawang merah (umbi) mampu menghasilkan 7-10 kg bawang merah. 2. Bibit bawang merah berupa umbi dapat diganti dengan biji (tuktuk) yang membutuhkan ½ Kg untuk 1000 polybag, dibandingkan dengan 40 Kg bibit bawang merah (umbi) yang dibutuhkan untuk 1000 polybag.
Pengembangan Demplot Bawang Merah di Lapas Klas IIA Pontianak
36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
III.
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih cepat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
tumbuh
14,70%
(yoy).
Akselerasi
perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun, lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan, tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan. Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) INDIKATOR 1. Total Asset 2. DPK - Giro - Deposito - Tabungan 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs (%)
2014
2012 Tw II Tw III 35,654 36,755
Tw IV 38,145
Tw I 38,321
2013 Tw II Tw III 40,162 41,986
Tw IV 43,997
Tw I 43,955
Tw II 47,834
28,856 30,352 31,060 5,663 6,345 6,206
32,000 4,628
32,407 5,970
33,509 6,780
34,720 6,688
36,273 36,407 4,873 6,368
38,648 8,120
7,362 17,492
7,548 19,824
7,761 18,676
8,264 18,465
8,595 19,438
22,824 73.48 0.94
24,735 77.30 0.80
25,761 79.49 1.44
27,592 82.34 1.45
28,762 82.84 1.47
Tw I 33,290
7,485 15,709 20,031 69.42 0.98
7,337 16,669 21,922 72.23 0.96
9,396 22,004 30,308 83.55 1.12
Pertumbuhan (%) q-t-q y-o-y 8.83 19.10 6.16 27.51
15.33 19.75
9,826 20,213
10,800 19,728
9.91 (2.40)
30.69 6.84
30,703 84.33 1.24
32,200 83.32 1.31
4.88
16.70
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 15,33% (yoy) menjadi sebesar Rp38,65 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,34% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 dimana penghimpunan dana pihak ketiga hanya tercatat sebesar 10,40% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp19,73 triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 6,84% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,23% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat mengalami akselerasi, masingmasing sebesar 19,75% (yoy) dan 30,69% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp8,12 triliun dan Rp10,80 triliun. Akselerasi pada giro didorong oleh pertumbuhan giro pemerintah seiring siklus anggaran pemerintah. Sementara itu, akselerasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
37
pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh pergerakan suku bunga deposito seiring dengan bertahannya suku bunga acuan BI rate pada level yang relatif tinggi 7,50%. Giro
Deposito
Tabungan
19,824 15,709
16,669
17,492
%
22,004
18,676 18,465
9
20,213
19,438
19,728
Deposito (RHS)
BI Rate
Rp Miliar 12,000
SB Deposito
8
10,000
7 6
10,800
7,485
7,337
5,663 6,345
7,362 6,206
9,396 9,826 8,595 7,761 8,264 6,780 6,688 6,368 8,120 5,970 4,873
7,548 4,628
8,000
5
6,000
4 3
4,000
2
2,000
1 0 Tw I
Tw II Tw III tw IV
Tw I
2012
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2013
Tw II
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah)
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan
golongan
nasabah
pemilik
rekening, DPK yang dihimpun perbankan
Perseorangan 71.90%
Sektor Swasta 10.75% Lainnya 4.33% Pemerintah Daerah 13.02%
Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah perorangan dengan pangsa yang cukup tinggi mencapai 71,90%. Jumlah DPK milik perorangan
tersebut
mencapai
Rp27,79
Triliun, atau tumbuh 13,97% (yoy), relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,52% (yoy).Sementara itu,
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat
DPK milik pemerintah mencatat akselerasi yang cukup tinggi sebesar 16,97% (yoy) menjadi
sebesar
Rp5,03
Triliun
setelah
mengalami kontraksi 2,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Akselerasi tersebut terutama didorong oleh peningkatan nominal giro pemerintah pada triwulan laporan sesuai siklus anggaran pemerintah. Peningkatan nominal giro juga didorong oleh dana hibah pemerintah baik dana untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta Pemilihan Umum. Di sisi lain, DPK milik swasta mencatat perlambatan sebesar 18,06% (yoy) menjadi sebesar Rp4,16 triliun dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 22,25% (yoy).
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp24,16 triliun atau 62,51% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,28 triliun, Rp2,23 triliun dan Rp2,13 triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, akselerasi terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 41,94% (yoy) dan 41,76% (yoy). Sementara itu, perlambatan penghimpunan DPK oleh perbankan terjadi di Kota Pontianak dan Kabupaten Kapuas Hulu masing-masing sebesar 10,02% (yoy) dan 20,99% (yoy), dari sebesar 14,55% (yoy) dan 21,16% (yoy) pada triwulan I 2014. Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) DPK Kabupaten Pangsa (Rp Miliar) Kab. Pontianak 1,603 4.15% Kab. Sambas 898 2.32% Kab. Ketapang
1,938
5.01%
Kab. Sanggau & Sekadau
2,130
5.51%
Kab. Sintang & Melawi
2,227
5.76%
Kab. Kapuas Hulu
1,018
2.63%
Kab. Bengkayang
321
0.83%
Kab. Landak
675
1.75%
Kab. Kubu Raya
397
1.03%
Kota Pontianak
24,160
62.51%
3,280
8.49%
Total 38,648 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
100.00%
Kota Singkawang
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan II 2014 tumbuh 19,36% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 21,97% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada triwulan II 2014 mencapai Rp19,75 triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
39
kredit pada triwulan laporan mencapai 61,34%, atau mengalami peningkatan dari 60,65% pada triwulan sebelumnya. Modal Kerja gModal Kerja
Rp Miliar 12,000
Investasi gInvestasi
%, yoy 45 40
10,000
35
8,000
30 25
6,000
20
4,000
15 10
2,000
5
-
0 TW I Tw II Tw III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2012
Tw Tw I Tw II IV
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Perlambatan penyaluran kredit produktif terutama terjadi pada jenis kredit modal kerja dari 18,05% (yoy) menjadi 12,99% (yoy) atau mencapai Rp11,01 triliun. Sementara itu, kredit investasi tercatat mengalami akselerasi dari 27,42% (yoy) menjadi 28,49% (yoy) pada triwulan laporan atau mencapai Rp8,74 triliun. Akselerasi investasi
pada terutama
penyaluran
kredit
didorong
oleh
akselerasi pada subsektor perkebunan
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat
dan industri pengolahan.Hal tersebut juga
sejalan
dengan
pertumbuhan
keduanya pada triwulan laporan. Akselerasi pada penyaluran kredit investasi tersebut di tengah kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di Kalimantan Barat. Sementara itu, perlambatan pada penyaluran kredit modal kerja terutama dipengaruhi oleh melambatnya pembiayaan modal kerja di sektor konstruksi dan perdagangan. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif oleh perbankan di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi utama, yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran
(42,10%
dari
total
kredit
yang
RealEstate 4.95% Transportasi 9.39% Akomodasi 2.79%
Pertanian 26.04%
disalurkan), sektor pertanian (26,04% dari total kredit
yang
transportasi,
disalurkan), pergudangan
serta dan
Industri 4.59%
sektor
komunikasi
Perdagangan 42.10%
Konstruksi 4.58%
(9,39% dari total kredit yang disalurkan). Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan laporan
ditandai
dengan
akselerasi
pada
penyaluran kredit sektor pertanian sebesar
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat
34,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 19,55% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit sektor pertanian adalah perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,51 triliun, atau tumbuh 37,38% 40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,86% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya investasi di subsektor perkebunan kelapa sawit pada triwulan II 2014. Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor konstruksi yang tumbuh 14,31% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 29,88% (yoy). Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak penerbitan kebijakan Loan to Value oleh Bank Indonesia yang dirasakan dampaknya terutama oleh pengusaha konstruksi perumahan menengah ke atas. 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000
Lokasi Kantor Lokasi Proyek
16,547 14,620
12,927
12,345 10,925
14,360
19,751 17,276
17,170
15,445 13,804
18,437 16,149
15,268
13,165
11,675
17,167
15,972
18,622
12,156
Outstanding kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk pembiayaan proyek produktif yang berlokasi di Kalimantan
Barat
pada
triwulan
laporan mencapai Rp17,28 triliun atau
6,000
tercatat tumbuh cukup tinggi 29,69%
4,000 2,000
(yoy),
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
lebih
cepat
dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh perbankan
yang
berlokasi
di
Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp19,75 triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
41
Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri perbankan
masih
Pontianak
dengan
dominan
ke
outstanding
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Kredit Produktif Pangsa Kabupaten (Rp Milyar) (%) Kab. Pontianak 1,967 11.39 Kab. Sambas 733 4.24 Kab. Ketapang 972 5.62 Kab. Sanggau 1,144 6.62 Kab. Sintang 1,279 7.40 Kab. Kapuas Hulu 478 2.77 Kab. Bengkayang 485 2.81 Kab. Landak 299 1.73 Kab. Sekadau 223 1.29 Kab. Melawi 175 1.02 Kab. Kayong Utara 38 0.22 Kab. Kubu Raya 301 1.74 Kota Pontianak 8,286 47.97 Kota Singkawang 895 5.18 Total 17,276 100.00 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Kota kredit
mencapai Rp8,29 triliun atau mencapai 47,97% dari total kredit sektor produktif yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal tersebut didorong oleh pola bisnis para pelaku usaha yang masih terpusat di Kota Pontianak.
Selain
Kota
Pontianak,
kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat dengan tingkat penyerapan kredit sektoral
yang
Kabupaten Sintang,
cukup
tinggi
Pontianak, dan
adalah
Kabupaten
Kabupaten
Sanggau.
Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan. 10.52
Kredit Produktif Pertanian Industri Bangunan PHR Pertambangan (RHS)
6.0 5.0 4.0
5.26
11.00 9.00 7.00
Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, risiko kredit sektor yang tercermin dari rasio Non Performing Loans
(NPLs)
gross
perbankan
3.0
5.00
tercatat sedikit meningkat. Rasio
2.0
1.66 3.00
NPLs gross kredit sektoral pada
1.59
1.0
1.00
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
1.00
0.42 -1.00 II
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat
triwulan laporan tercatat pada level 1,59%,
sedikit
lebih
tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 1,53%. Peningkatan rasio NPL gross terjadi terutama pada sektor Pertambangan dan sektor Konstruksi/Bangunan. NPL
pada sektor pertambangan tercatat mencapai 10,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,70%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan dari 1,85% menjadi 5,26% pada triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan 42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
penyempurnaan loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti, khususnya properti tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat 2012 2013 2014 Kabupaten I II III IV I II III IV I II
Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73% 0.92% Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37% 2.97% Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94% 1.43% Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93% 1.91% Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76% 2.07% Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03% 2.78% Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12% 1.02% Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28% 0.43% Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15% 1.39% Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40% 3.10% Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53% 1.59% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 3,10%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada subsektor restoran/penyediaan makanan minuman. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 2,97% dan 2,78%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh sektor transportasi, sementara di Kabupaten Kapuas Hulu, penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi.
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,45 triliun, atau tumbuh 12,71% (yoy). Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,14% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit, khususnya KPR.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
43
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) Jenis Kredit Rumah Tangga KPR KKB Perlengkapan Multiguna Lainnya Total kredit
2012 II III 2,512 2,349 123 129 10 6 4,863 6,438 1,487 738 8,995 9,659
I 2,111 107 9 4,495 1,634 8,356
IV 2,438 128 5 6,720 823 10,115
I 2,688 134 7 6,908 756 10,492
2013 II III 3,099 3,361 188 197 5 5 6,736 6,761 1,018 1,271 11,045 11,595
IV 3,535 195 4 6,838 1,299 11,871
2014 I II 3,602 3,553 188 238 3 4 6,878 7,184 1,410 1,471 12,081 12,450
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah 100%
Total kredit KPR KKB Multiguna
80% 60%
jenis
penggunaannya,
penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan
Barat
sebagian
besar
merupakan kredit multiguna dengan
40% 20% 0% I -20%
Berdasarkan
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
26.74% 14.63% 12.71% 6.66% II
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat
outstanding mencapai Rp7,18 triliun. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit multiguna
tersebut
menunjukkan
akselerasi sebesar 6,66% (yoy) yang antara lain didorong oleh tingginya kegiatan
konsumsi
triwulan
II
2014
masyarakat seiring
pada
dengan
persiapan tahun ajaran baru dan memasuki bulan Ramadhan. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,55 triliun yang tercatat melambat sebesar 14,63% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 yang mampu tumbuh sebesar 33,98% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR tersebut antara lain dipengaruhi oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti perumahan sebagai dampak penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September 2013. Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, baik karet maupun minyak kelapa sawit (CPO).
44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Secara
spasial,
rumah
penyaluran
tangga
paling
kredit Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
banyak
disalurkan oleh perbankan di Kota Pontianak
outstanding
dengan
mencapai
Kabupaten
Rp6,39
triliun
Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Ketapang Kab. Sanggau & Sekadau Kab. Sintang & Melawi Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang Total
atau
mencapai pangsa 51,31% dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi
rumah
Pontianak
tangga
mendorong
di
Kota
tingginya
penyaluran kredit konsumsi di daerah tersebut.
Daerah
lainnya
dengan
outstanding penyaluran kredit rumah
Kredit Rumah Tangga (Rp Milyar) 686.60 487.32 811.55 951.78 868.36 490.23 240.13 412.39 168.27 6,387.97 945.09 12,449.69
Pangsa (%) 5.52 3.91 6.52 7.65 6.97 3.94 1.93 3.31 1.35 51.31 7.59 100.00
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
tangga yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Sanggau & Sekadau, Kota Singkawang, serta Kabupaten Sintang & Melawi. Tingginya aktivitas sektor utama perekonomian di daerah-daerah tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat. KPR Multiguna Perlengkapan
3.00%
Secara umum, risiko kredit yang tercermin
KKB Lainnya
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga
2.50%
berada di batas aman di bawah 5%.
2.00%
1.89%
Namun demikian, di tengah perlambatan penyaluran kredit, terjadi tren peningkatan
1.50%
rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio
1.00%
0.79%
0.50%
0.59% 0.51% 0.44%
0.00% I
II
III
IV
I
II
III
2012 2013 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
IV
I
II
2014
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat
NPL gross kredit rumah tangga pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,87% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,79%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai 1,89%.
Peningkatan NPL KPR selain dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
45
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp11,24 triliun atau tumbuh 29,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 31,62% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat meningkat menjadi 56,93%. Rp Miliar 12,000
Nominal
%, yoy 40
Growth
Modal Kerja Investasi
35
10,000
3,733
30 8,000
25
6,000
20
1,970
2,001
1,961 2,018
4,106
5
-
3,128
4,861
5,609
7,510
6,763
6,141
5,380
4,595
10 2,000
2,851
1,870
15
4,000
2,538 2,634
6,365
6,910
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
Tw I Tw II Tw III
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2012 2013 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat
Tw Tw I Tw II IV 2014
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 miliar) mencapai 42,24% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,75 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha kecil (nominal antara Rp50 juta sampai dengan Rp500 juta) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,43 triliun dan Rp2,07 triliun. Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal kerja, mencapai Rp7,51 triliun. Sementara Rp3,73 triliun disalurkan untuk kepentingan investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. % 3.50
Mikro
Kecil
Menengah
Kredit UMKM
Sejalan dengan tren peningkatan risiko
kredit
perbankan
umum
3.00
3.04
2.50
2.58
Kalimantan
2.15
UMKM juga tercatat menunjukkan
2.00
Barat,
risiko
kredit
1.50
peningkatan pada triwulan laporan.
1.00
Pada triwulan II 2014, rasio NPL
0.50
gross kredit UMKM tercatat sebesar
0.00 Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
2,58%
atau
lebih
tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat
sebesar
2,16%.
Peningkatan NPL terutama terjadi pada debitur usaha menengah dan
kecil, dimana masing-masing tercatat sebesar 2,15% dan 3,04%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha mikro mencatat penurunan NPL dari 2,61% menjadi 2,57%.
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS. Nominal transaksi kliring meningkat 0,85% (qtq) menjadi sebesar Rp10,16 Triliun. Sementara nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kontraksi 19,27% (qtq) menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
47
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS masuk di Kalimantan Barat masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,69% (qtq) dan 26,64% (qtq), menjadi sebesar Rp25,24 triliun dan Rp19,60 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi sebesar 36,70% (qtq) menjadi sebesar Rp7,67 triliun. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran kredit perbankan dan kinerja ekspor daerah Kalimantan Barat yang tumbuh melambat. Dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 53,69% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp608,83 juta per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami kontraksi sebesar 49,64% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp1,21 miliar per transaksi. Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 29,09% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat mencapai Rp74,05 triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 40,83% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 61.241 transaksi. Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) (Miliar Rp) Tw I
2012 Tw II Tw III
RTGS Keluar - Jumlah Transaksi - Nominal
22.298 21.513
26.242 26.543
27.422 25.846
30.618 29.806
27.745 27.208
29.414 30.097
26.770 27.685
27.865 28.810
24.282 26.205
31.186 25.239
RTGS Masuk - Jumlah Transaksi - Nominal
20.381 23.838
22.610 30.295
23.014 30.311
25.469 32.843
21.765 26.182
23.018 29.912
21.096 31.673
21.463 30.264
18.301 26.720
36.534 19.601
RTGS Lokal - Jumlah Transaksi - Nominal
7.102 11.185
8.040 13.941
8.781 13.414
10.008 15.711
8.361 12.194
8.809 14.036
7.954 14.178
7.890 13.919
6.891 12.116
18.525 7.669
TOTAL - Jumlah Transaksi - Nominal
49.781 56.536
56.892 70.779
59.217 69.571
66.095 78.360
57.871 65.584
61.241 74.045
55.820 73.536
57.218 72.993
49.474 65.041
86.245 52.509
Keterangan
2013 Tw IV
Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Tw II
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Transaksi kliring selama triwulan II 2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 7,91% (qtq) menjadi 251.872 lembar. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro9, nilai transaksi kliring mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,86% (qtq) menjadi sebesar Rp134,56 miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami peningkatan sebesar 18,23% (qtq) menjadi sejumlah 3.846 lembar warkat. Berdasarkan penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.429 lembar (63,16% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), pengembalian/penolakan kliring karena cek kosong sebanyak 731 lembar (19,01% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), dan sebanyak 686 lembar (17,84% dari total jumlah warkat kliring pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya. Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp8,86 triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 1,50% (yoy) yang pada triwulan II 2013 tercatat sebesar 248.144 lembar. Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan II 2014 nominal rata-rata transaksi sebesar Rp40,25 juta per warkat atau terjadi kontraksi sebesar 6,72% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp43,14 juta per warkat. Namun demikian, secara tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat mengalami peningkatan sebesar 12,80% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 sebesar Rp35,68 juta per warkat. Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Keterangan Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal
2012
2013
(Miliar Rp) 2014 Tw I Tw II
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
234.028 7.629 3.715 121
259.685 8.566 4.188 138
292.980 11.163 4.883 186
298.651 8.702 5.333 155
228.669 8.262 3.811 138
248.144 8.861 3.939 141
249.803 9.925 3.965 158
265.717 11.027 4.356 181
233.404 10.072 3.890 168
251.872 10.157 4.198 169
1.910 86 30 1,4
2.402 196 39 3,2
3.258 145 54 2,4
2.785 101 50 1,8
2.860 101 48 1,7
2.713 89 43 1,4
3.310 126 53 2,0
3.415 133 56 2,2
3.253 139 54 2,3
3.846 135 64 2,2
235.938 7.715
262.087 8.762
296.238 11.308
301.436 8.803
231.529 8.363
250.857 8.950
253.113 10.051
269.132 11.160
236.657 10.210
255.718 10.291
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat 9
Definisi bilyet giro lihat di daftar istilah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
49
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Pada triwulan II 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 35 perusahaan atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 36 perusahaan. Secara umum, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 cenderung mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan II 2014 jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp110,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp107,47 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga mengalami peningkatan sebesar 4,26% (qtq) menjadi sebanyak Rp111,23 juta apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp106,69 juta. Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.194 orang atau meningkat 2,74% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 7.002 orang wisatawan.
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp1,50 Triliun atau meningkat 137,99% (qtq) dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp629,83 miliar. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami peningkatan sebesar 55,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp964,00 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 9,64 juta lembar (31,61% dari total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 9,41 juta lembar (30,85% dari total uang kertas yang diedarkan).
50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Pecahan Rp10000
Pecahan Rp5000
Pecahan Rp2000
35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei 2012
2013
2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp1,20 triliun atau mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,77% (qtq). Namun demikian, jika dilihat secara tahunan jumlah uang masuk tersebut mengalami peningkatan sebesar 40,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp850,12 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 8,94 juta lembar (37,05% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 6,90 juta lembar (28,60% dari total uang kertas yang masuk). Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar Rp302,82 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan uang kartal pada triwulan II 2014, antara lain disebabkan pada triwulan II 2014 bertepatan dengan awal tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga kebutuhan uang kartal meningkat untuk pendaftaran sekolah dan pemenuhan kebutuhan perlengkapan sekolah. Selain itu peningkatan kebutuhan uang juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Pemilihan Presiden.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
51
3.000
2.500 2.000
Miliar Rp
2.500
1.500
2.000
1.000
1.500
500 -
1.000
-500
500
-1.000
-
-1.500 Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw II III IV II III IV II 2012 Inflow
2013 Outflow
2014
Net Outflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat; dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas. Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 mencapai Rp27,91 miliar, atau mengalami kontraksi 6,60% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,89 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi Rp50.000,00 yang mencapai 184,02 ribu lembar atau senilai Rp9,20 miliar, serta pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 177,22 ribu lembar atau senilai Rp17,72 miliar. Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,21 juta lembar atau senilai Rp4,43 miliar serta pecahan uang logam Rp500,00 yang mencapai 1,64 juta keping atau senilai Rp820,49 juta. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada triwulan II 2014 meningkat 25,23% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp22,29 miliar.
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp) Pecahan Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang Logam 1.000 500 200 100 50 25
Tw I 21.682.933 11.453.300 9.423.900 221.960 243.140 118.035 51.816 169.966 679 137 20.610 5.499 9.274 2.368 2.119 1.037 314
2012 Tw II Tw III 20.579.479 28.725.482 10.696.100 16.982.300 9.230.750 11.017.900 183.680 202.380 158.640 203.440 98.830 115.955 59.488 72.014 151.377 130.971 405 351 209 171 13.683 4.032 4.749 195 5.470 2.381 1.555 628 1.488 654 362 167 59 7
Tw IV 21.297.734 12.546.300 7.911.750 237.060 256.230 115.990 95.242 134.441 425 296 9.287 2.544 4.956 846 903 38 0
Tw I 25.903.671 14.503.900 10.160.050 361.600 373.680 186.820 152.904 161.468 2.732 517 2.810 20 1.194 662 694 215 25
2013 Tw II Tw III 22.286.540 28.142.138 12.299.500 17.089.300 9.091.000 10.328.350 228.120 158.020 301.240 239.310 115.695 107.465 128.912 122.358 121.470 97.159 357 73 246 103 2.142 3.489 8 60 1.002 2.020 273 627 712 754 147 28 0 0
2014 Tw IV 25.528.309 15.878.300 8.464.100 206.600 263.880 469.750 154.656 90.673 186 164 6.527 210 3.552 1.230 1.373 163 0
Tw I 29.880.243 19.555.000 9.275.000 244.800 402.340 125.205 176.376 101.054 188 280 4.790 225 1.891 838 1.013 823 0
Tw II 27.901.920 17.722.100 9.201.150 244.180 329.960 143.935 162.446 98.068 64 17 10.444 934 5.881 1.822 942 687 178
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme ”jemput bola” langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak. Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp19,07 miliar, atau meningkat 4,82% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,57 miliar. Selama triwulan II 2014, kegiatan kas keliling dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Mempawah, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Singkawang, di wilayah perbatasan Aruk-Biawak, serta kegiatan kas keliling secara simultan di Kabupaten Kapuas Hulu. Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami peningkatan yang relatif signifikan yaitu sebesar 286,46% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp4,93 miliar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
53
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp) Kas Keliling Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang Logam 1.000 500 200 100 50 25
2012 Tw I 16.770.463 5.076.900 4.999.200 2.328.380 2.208.620 1.397.765 265.670 493.463 327 138 407 177 0 0 165 65 0
Tw II 11.599.900 3.241.700 3.390.650 1.317.820 1.478.080 1.215.055 471.798 484.137 69 591 100 0 0 0 100 0 0
2013
Tw III 14.572.079 6.138.199 3.645.500 1.802.480 1.595.600 875.555 177.712 337.030 3 0 310 100 150 0 50 10 0
Tw IV 6.491.400 1.675.500 1.609.300 964.240 1.128.880 528.390 316.404 268.234 378 74 0 0 0 0 0 0 0
Tw I 15.400.000 5.028.000 3.521.200 2.485.980 2.400.280 1.093.310 514.880 356.334 14 3 0 0 0 0 0 0 0
Tw II 4.932.466 1.379.300 594.600 770.220 1.126.090 726.260 233.638 102.234 107 18 2.316 0 999 952 350 15 0
2014
Tw III 18.750.000 9.772.700 3.431.100 1.869.360 2.071.590 953.670 362.664 288.916 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tw IV 8.993.981 2.484.000 3.211.200 1.051.060 1.252.100 635.025 247.456 113.004 121 15 6.019 508 3.808 664 915 124 0
Tw I 8.565.873 3.068.900 3.109.000 803.540 851.790 394.205 252.584 85.815 19 20 27 0 0 0 27 0 0
Tw II 19.070.540 10.446.300 4.740.050 1.282.500 1.377.790 726.770 401.880 95.236 10 4 460 123 320 10 7 0 0
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank Indonesia bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang. 200
Miliar Rp
150 100 50 0 Jan
Feb
-50
Mar
Apr
Mei
Jun
2014
-100 Inflow
Outflow
Net Outflow
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow) mencapai Rp126,46 miliar atau mengalami kontraksi 17,15% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp152,62 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,01 juta 54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
lembar (54,59% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 475,00 ribu lembar (25,80% dari total uang kertas yang masuk). Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp466,86 miliar atau meningkat 100,58% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp232,76 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang masing-masing mencapai 3,04 juta lembar (38,34% dari total uang kertas yang keluar), diikuti dengan pecahan Rp2.000,00 yang tercatat sebanyak 590,00 ribu lembar (7,44% dari total uang kertas yang keluar).
3.6.4.3 Pemusnahan Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan,
pengawasan
melekat
dan
good
governance
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan II 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp242,79 miliar atau meningkat 13,71% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp213,52 miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,50 juta lembar, Rp50.000,00 mencapai 2,34 juta lembar, serta Rp5.000,00 dan Rp10.000,00 yang masing-masing mencapai 1,85
dan 1,69 juta lembar.
Meningkatnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar dan turunnya jumlah aliran uang masuk (cash inflow) menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk meningkat menjadi 20,30%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya tercatat sebesar 11,47%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
55
2.000
80%
1.800
70%
1.600
60%
Miliar Rp
1.400 1.200
50%
1.000
40%
800
30%
600
20%
400
10%
200 -
0% Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
Inflow
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2013
PTTB
Tw II
2014
Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan UndangUndang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
PERIODE 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tw I Tw II
100.000 111 239 389 312 643 745 522 223
50.000 596 531 286 322 264 84 41 43
JENIS PECAHAN 20.000 10.000 5.000 12 7 12 3 9 0 12 10 5 3 3 1 1 1 2 0
2.000 2 7 1 6 2 0 0 0
0 0 0 12 0 0 0 0
1.000 0 2 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (bilyet) 728 794 685 674 917 833 565 268
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selama triwulan II 2014, ditemukan 268 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,47%) dilakukan oleh pihak perbankan. 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 sebanyak 223 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 43 lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0014% (14/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan II 2014. Dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
IV.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II 2013. Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)
Keterangan
Target Anggaran 2013 3,307.93 3,469.97
Pendapatan Belanja
2014 3,729.90 3,754.90
Realisasi II 2013 1,693.25 626.58
% Realisasi
II 2014 1,817.20 1,036.53
II 2013 51.19 18.06
II 2014 48.72 27.60
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
60
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan
% 51.19
50
Barat pada triwulan II 2014 tercatat 48.72
II 2013 II 2014
40
27.60
30 18.06
20
sebesar Rp1.817,20 miliar atau mencapai 48,72%
dari
Anggaran
target
2014
APBD yang
Tahun sebesar
Rp3.729,90 miliar. Secara nilai, realisasi pendapatan tersebut lebih besar dari
10
realisasi pada triwulan II 2013 yang
0 Pendapatan
Belanja
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II 2014
mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan
II
2014
menunjukkan
perkembangan yang relatif baik. Secara nilai, penyerapan anggaran belanja pada
triwulan II 2014 mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan rasio penyerapan terhadap target APDB, realisasi belanja pada triwulan II 2014 mencapai 27,60% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan triwulan II 2013 yang mencapai 18,06%. Realisasi penyerapan belanja yang relatif baik perlu dipertahankan dan ditingkatkan terlebih untuk belanja yang terkait dengan pembangunan infrastruktur pendukung perekonomian di Kalimantan Barat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
59
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 Berdasarkan kenaikan
komponennya,
realisasi
pendapatan
pada triwulan II 2014 terutama didorong
oleh
peningkatan
realiasasi
Dana
Perimbangan.
Lain-lain Pendapatan yang Sah 258.72
Lain-lain Pendapatan yang Sah 274.59 Dana Perimbangan 829.09
Dana Perimbangan 765.18
Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan II 2014 mencapai Rp829,09 miliar meningkat 8,35%
PAD 713.52
PAD 669.35
(yoy) dari triwulan II 2013 yang mencapai Rp765,18 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang
II 2013
II 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan II 2014, masing-masing mencapai 6,60% dan 6,14% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 45,62%, 39,26% dan 15,11%. Berdasarkan
komponennya,
kenaikan
realisasi
triwulan
II
didorong
oleh
PAD
2014
pada
589.38
530.85
terutama
realisasi
Pajak
Daerah, mengingat kontribusinya terhadap PAD yang relatif besar mencapai realisasi triwulan
82,60%. Pajak II
Tercatat
Daerah
2014
56.97
pada
mencapai
Rp589.38 miliar, lebih tinggi dari triwulan II 2013 yang mencapai
54.47
27.06
II 2013
40.81
62.22
21.11
II 2014
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yg Sah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
Rp530,85 miliar. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi komponen Pajak Daerah mencapai 41,21%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah selain masih ditopang oleh pajak kendaraan bermotor, juga didorong oleh kenaikan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan tarif tenaga listrik10. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak, dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang 10
Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah
60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrik yang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yang berasal dari PLN ditetapkan sebesar 9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrik yang berasal dari sumber lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual. Sementara itu, realisasi Dana DAU 752.63
DAU 667.75
Perimbangan pada triwulan II 2014 didorong oleh tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU).
Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak 75.18
DAK 22.25
Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak 76.46
Pada
triwulan
laporan,
realisasi DAU di Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp752,63 DAK -
II 2013 II 2014 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)
miliar, meningkat 12,71% (yoy) dari realisasi Kenaikan
triwulan II 2013.
realisasi
DAU
salah
satunya terkait dengan penerimaan
alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung kegiatan penerimaan siswa tahun ajaran baru. Selain itu, pelaksanaan pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan laporan. Nilai realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan II 2014 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Terkait hal tersebut, pemerintah pusat menyalurkan DAU yang terutama dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)
PAD
Dana Perimbangan
713.52
829.09
Lain-lain Pendapatan yang Sah 274.59
Total Penerimaan Daerah 1,817.20
PAD/TPD
Dana Perimbangan/TPD
Lainlain/TPD
39.26%
45.62%
15.11%
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
61
Realisasi Belanja Daerah
4.2.
Realisasi
%
60
40
belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
49.63
50
penyerapan
34.70
II 2013
Barat pada triwulan II 2014
II 2014
relatif lebih baik dari periode
30 20
sebelumnya.
19.63
19.05
penyerapan
10
Tercatat anggaran
rasio provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 27,60% dari target
0 Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
anggaran
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
tersebut
belanja relatif
2014.
Rasio
meningkat
dibanding triwulan II 2013 yang
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
mencapai 18,06%. Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan II 2014 mencapai 76,02% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target anggaran 2014 mencapai 49,63%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 23,98% dari target anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai 19,63%. Secara lebih mendalam, diketahui
350
Rp. Miliar
bahwa tingginya realisasi Belanja
300
II 2013
Tidak Langsung/rutin salah satunya
250
didorong oleh penyerapan belanja
200
hibah.
150
Kondisi
tersebut
relatif
sejalan dengan alokasi DAU, terkait penyaluran
BOS11
untuk
mendukung
pelaksanaan
tahun
ajaran pemilu
baru
serta
legislatif
pelaksanaan dan
pemilu
presiden. Pada triwulan II 2014,
11
II 2014
288.77
302.65
222.37
190.59
100 50 0 Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
Berdasarkan Permendagri Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah, BOS dianggarkan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung, Jenis Belanja Hibah, Obyek Belanja Hibah kepada satuan pendidikan dasar dan rincian objek kepada satuan pendidikan dasar se Kabupaten/Kota.
62
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
nilai realisasi belanja hibah mencapai Rp302,65 miliar, atau 46,16% dari target tahun anggaran 2014. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai BOS yang telah disalurkan di Kalimantan Barat hingga triwulan II 2014 berkisar Rp282 miliar. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp222,37 miliar atau 38,57% dari target tahun 2014. Meskipun realisasi belanja gaji mengalami kenaikan, namun secara nilai masih lebih rendah dibandingkan belanja hibah. Hal tersebut menjadi indikasi yang positif karena Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah menunjukkan upaya nyata untuk mengurangi ketimpangan antar daerah. Rp. Miliar
Belanja Modal 68.84
Belanja Modal 74.05
Sementara itu, realisasi komponen Belanja Langsung yang digunakan untuk
Belanja Barang & Jasa 193.58
Belanja Barang & Jasa 212.74
Belanja Pegawai 49.46
Belanja Pegawai 45.44
II 2013
II 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
pelaksanaan
proyek
masih
belum optimal, mencapai 19,63% dari target APBD Tahun Anggaran 2014.
Realisasi
tersebut
Belanja
terutama
Langsung
didorong
oleh
penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, atau 21,80% dari target tahun anggaran 2014. Penyerapan Belanja Barang
dan
Jasa
tersebut
salah
satunya didorong oleh realisasi berbagai proyek pembangunan infrastruktur khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan II 2014 mencapai Rp68,84 miliar, atau 12,74% dibanding target 2014. Ke depan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan daerah maka realisasi penyerapan belanja Modal dan belanja Barang dan Jasa perlu lebih dioptimalkan lagi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
63
Halaman ini sengaja dikosongkan
64
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
V.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Ketenagakerjaan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja
700
SMU - Universitas
18%
Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari
600
Pertumbuhan (%)
16%
2014, jumlah penduduk usia kerja (usia
500
15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan
400
10%
Barat
adalah sebanyak 3.280 ribu
300
8%
orang, atau mengalami peningkatan
200
sebesar
dibandingkan
100
hasil survei pada Bulan Februari 2013.
0
1,61%
(yoy)
14% 12%
6% 4% 2% 0% Feb-11
Feb-12
Feb-13
Feb-14
Sementara jumlah angkatan kerja tercatat meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut lebih kecil dari
Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan
peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan Universitas (SMA-Universitas) menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Peningkatan penduduk dengan pendidikan SMA-Universitas di Kalimantan Barat juga didorong oleh adanya penetapan standar minimal pendidikan terakhir tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Sementara itu, jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada periode yang sama juga mengalami kenaikan sebesar 3,52% (yoy) yang tercatat sebanyak 911 ribu orang. Berdasarkan data historis, kelompok penduduk bukan angkatan kerja yang paling besar terdapat pada kelompok penduduk yang sekolah dengan rata-rata sebesar 56,92% dari jumlah penduduk bukan angkatan kerja, sedangkan rata-rata kelompok penduduk yang mengurus rumah tangga sebesar 43,08%.12 Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia kerja merefleksikan adanya peningkatan potensi SDM di Provinsi Kalimantan Barat. Selanjutnya,
jumlah
penduduk
bekerja
mengalami
peningkatan
1,45%
(yoy)
dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Berdasarkan kelompok angkatan kerja, diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami penurunan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih mencari kerja saat ini telah 12
Dengan asumsi perbandingan menggunakan rata-rata penduduk bukan angkatan kerja yang masuk kedalam usia sekolah (15-34 tahun) dari tahun 2008-2012. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
65
mendapatkan pekerjaan. Kondisi tersebut juga diperkuat dengan hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, dimana pada periode yang sama ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan berada pada level yang relatif tinggi sebesar 113,50 lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 111,50. Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) 2011
Keterangan
Feb 3,011 2,257 2,144 113 754 75 5
Jumlah Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pencari Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
2012 Ags 3,021 2,233 2,146 87 788 74 4
Feb 3,031 2,258 2,182 76 773 75 3
2013 Ags 3,041 2,183 2,107 76 858 72 3
Feb 3,228 2,349 2,276 73 879 73 3
Ags 3,068 2,140 2,054 86 928 70 4
Informal
Formal
2014 Perubahan Feb '14 Thdp Feb Ags '13 (%) Feb '13 (%) 3,280 6.91 1.61 2,369 10.69 0.85 2,309 12.42 1.45 60 -30.51 -17.81 911 -1.83 3.64 72 3
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Berdasarkan
dari
status
pekerjaan,
penyerapan tenaga kerja pada sektor informal mengalami penurunan sebesar 0,98% (yoy) pada Februari 2014 apabila dibandingkan Februari 2013 yang tercatat sebanyak
1.529
ribu
orang.
Secara
2,000 1,600 1,200 800 400 -
tahunan, penduduk yang berstatus sebagai pekerja
bebas
mengalami
dan
berusaha
peningkatan,
Feb
sendiri
masing-masing
sebesar 123,91% (yoy) dan 2,14% (yoy). Sementara penduduk yang berstatus sebagai
Feb
2011
Ags 2012
Feb
Ags
Feb
2013
2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap mengalami kontraksi yang masing-masing tercatat sebesar 12,42% (yoy) dan 0,80% (yoy). Pada sisi lain penduduk yang bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 9,50% (yoy). Peningkatan tenaga kerja di sektor formal terjadi baik pada kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha yang
memiliki
buruh/karyawan
tetap
maupun
kelompok
penduduk
yang
berstatus
buruh/karyawan, mengalami peningkatan yang masing-masing tercatat sebesar 10,96% (yoy) dan 9,34% (yoy).
66
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Ditinjau
sisi
sektoral,
pada
Februari 2014 sebagian besar sektor di
Jasa-jasa Lembaga Keuangan
Kalimantan
Transportasi
Barat
mengalami
peningkatan kecuali sektor lembaga
Perdagangan Konstruksi
keuangan, sektor industri dan sektor
LGA
pertanian.
Industri Pertambangan dan Penggalian
Peningkatan
paling
tinggi
terjadi pada sektor LGA sebesar 100%
Pertanian -20%
dari
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)
(yoy).
Meskipun
demikian
pangsa
penyerapan tenaga kerja di sektor LGA hanya sebesar 0,26% dari total penduduk yang bekerja. Selanjutnya sektor yang
mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yang relatif tinggi adalah sektor transportasi, sektor konstruksi dan sektor perdagangan yang masing-masing tercatat sebesar 22,22% (yoy), 14,89% (yoy), dan 14,43% (yoy). Di sisi lain, terjadi kontraksi pada sektor lembaga keuangan, sektor industri dan sektor pertanian yang masing-masing tercatat sebesar 12,90% (yoy), 9,88% (yoy), dan 3,72% (yoy). Sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling banyak di Kalimantan Barat mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan aktivitas panen yang ditandai dengan luas panen padi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2014 luas panen padi mencapai 35.989 ha, lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama mencapai 51.008 ha. Selain itu juga, penurunan di sektor pertanian juga disebabkan oleh berkurangnya aktivitas penyadapan karet oleh petani dikarenakan harga karet yang masih rendah, sehingga petani kurang bergairah untuk menyadap karet. Sementara penurunan penyerapan tenaga kerja yang terjadi pada sektor industri terutama disebabkan oleh kurang optimalnya industri pengolahan karet karena pengaruh cuaca dan harga yang rendah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
67
5.2 Kesejahteraan 5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq) dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83. Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Juni 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,35% dibandingkan NTP bulan Juni 2013 yang tercatat sebesar 95,76. 114
101
112
100
110
99
108
Pertumbuhan It
2,50%
Pertumbuhan Ib
2,00%
98
106 104
97
102
96
100
95
98
94
96
2012 NTP Indeks Diterima
2013
0,50% 0,00% Mar -0,50%
2014
NTP Indeks Dibayar
1,00%
Jun
Mar
Des
Sep
Jun
Mar
Des
92
Jun
92
Sep
93
Mar
94
1,50%
NTP
Jun
Sep
2012
Des Mar
Jun
Sep
Des Mar
2013
Jun
2014
-1,00%
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
68
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014 sebesar 107,91, atau meningkat 1,97% (qtq) dibandingkan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada indeks yang dibayar petani, namun tidak sebesar peningkatan indeks yang diterima petani. Pada bulan Juni 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 111,19, atau meningkat 1,28% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4, laju pertumbuhan It cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan bahwa penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang meningkat dan dapat digunakan untuk konsumsi dan pembelian barang modal, serta memiliki dana yang dapat disisihkan untuk menabung (savings).
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014 Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014 tercatat mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2014. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan Maret 2014. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija yang mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar 1,82% (qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,78% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara keseluruhan subsektor
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami
peningkatan. Ib yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,45% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor Hortikultura sebesar 1,38% (qtq), dan subsektor Padi Palawija sebesar 1,33% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah Tangga mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal. Pada bulan Juni 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar 112,45 atau mengalami peningkatan sebesar 1,46% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2014. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar 107,36 atau mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2014. Seiring dengan meningkatnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada Juni 2014 juga mengalami peningkatan kecuali NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan subsektor Perikanan Budidaya yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 0,40% (qtq) dan 0,07% (qtq). Peningkatan paling besar terjadi pada NTP subsektor Padi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
69
Palawija yaitu sebesar 2,07% (qtq) diikuti dengan peningkatan NTP subsektor Peternakan dan NTP subsektor Hortikultura masing-masing sebesar 0,51% (qtq) dan 0,43% (qtq). Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor No
Uraian
1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 1.1. Padi Palawija 1.2. Hortikultura 1.3. Perkebunan Rakyat 1.4. Peternakan 1.5. Perikanan 1.5.1. Perikanan Tangkap 1.5.2. Perikanan Budidaya 2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 2.1. Padi Palawija 2.2. Hortikultura 2.3. Perkebunan Rakyat 2.4. Peternakan 2.5. Perikanan 2.5.1. Perikanan Tangkap 2.5.2. Perikanan Budidaya 3. Nilai Tukar Petani 3.1. Padi Palawija (NTPP) 3.2. Hortikultura (NTPH) 3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 3.4. Peternakan (NTPT) 3.5. Perikanan (NTPN) 3.5.1. Perikanan Tangkap 3.5.2. Perikanan Budidaya
2012 Mar 99,57 99,07 102,91 101,62 96,47 100,68
Jun 99,25 99,22 104,73 99,59 96,44 101,08
Sep 100,23 100,48 105,69 100,18 96,72 102,69
Des 100,74 102,75 106,15 98,15 97,34 102,62
Mar 101,08 103,24 106,20 98,28 97,64 103,60
2013 Jun 100,44 102,72 105,70 96,77 98,09 104,58
Sep 102,00 103,97 111,35 97,08 100,68 105,90
99,30 99,68 99,45 99,45 98,78 100,49
100,25 100,65 100,41 100,39 99,68 101,39
101,78 102,29 102,14 101,79 100,97 102,73
102,74 103,17 103,27 102,90 101,82 103,58
104,44 105,05 104,97 104,45 103,52 104,49
104,88 105,49 105,48 104,92 103,82 105,02
107,15 108,07 107,78 106,64 105,89 107,62
100,27 99,38 103,48 102,17 97,66 100,17
99,01 98,58 104,31 99,19 96,75 99,67
98,47 98,23 103,49 98,42 95,80 99,95
98,05 99,60 102,80 95,38 95,61 99,06
96,78 98,28 101,17 94,09 94,33 99,12
95,76 97,37 100,22 92,22 94,50 99,56
95,19 96,22 103,32 91,03 95,09 98,38
Des 103,99 103,83 112,11 102,71 101,45 105,74 107,75 102,73 108,02 109,08 108,78 107,39 106,65 108,32 108,47 108,10 96,26 95,19 103,07 95,64 95,13 97,61 99,33 95,04
2014 Mar 105,83 107,39 115,20 102,93 102,66 108,04 110,37 104,56 109,78 110,75 110,43 109,33 108,19 109,97 110,24 109,57 96,40 96,97 104,33 94,15 94,89 98,24 100,12 95,43
Pertumbuhan thd Jun Mar 2014 (qtq) Jun 2013 (yoy) 107,91 1,97% 7,44% 111,08 3,44% 8,14% 117,30 1,82% 10,97% 103,83 0,87% 7,30% 104,36 1,66% 6,39% 109,67 1,51% 4,87% 112,34 1,78% 105,68 1,07% 111,19 1,28% 6,01% 112,22 1,33% 6,38% 111,95 1,38% 6,14% 110,72 1,27% 5,53% 109,43 1,15% 5,40% 111,43 1,33% 6,10% 111,84 1,45% 110,83 1,15% 97,05 0,67% 1,35% 98,98 2,07% 1,65% 104,78 0,43% 4,55% 93,77 -0,40% 1,68% 95,37 0,51% 0,92% 98,42 0,18% -1,15% 100,45 0,33% 95,36 -0,07%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Juni 2014 sebesar 98,98 atau mengalami peningkatan sebesar 2,07% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 96,97. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani tanaman padi dan palawija lebih rendah apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang diterima petani. Indeks harga yang dibayar petani padi palawija sebesar 112,22 atau meningkat sebesar 1,33% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,75. Sementara indeks harga yang diterima petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq) menjadi 111,08. NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Juni 2014 sebesar 104,78 atau mengalami peningkatan 0,43% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 104,33. Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura. Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 111,95 atau meningkat sebesar 1,38% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,43. Sedangkan indeks harga yang diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,82% (qtq) menjadi 117,30. NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Juni 2014 sebesar 93,77 atau mengalami kontraksi sebesar 0,40% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat sebesar 94,15. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar 0,87% (qtq) dari posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 102,93. Indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Juni 2014 sebesar 110,72 atau 70
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq). Penurunan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional yang masih menunjukkan tren pelemahan. NTP subsektor Peternakan pada Juni 2014 sebesar 95,37 atau mengalami peningkatan sebesar 0,51% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat sebesar 94,89. Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Juni 2014 sebesar 104,36 atau meningkat sebesar 1,66% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga mengalami peningkatan sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat sebesar 108,19. NTP subsektor Perikanan pada Juni 2014 sebesar 98,42 atau mengalami peningkatan sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat 98,24. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan sebesar 1,51% (qtq) yang tercatat 109,67, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,33% (qtq) yang tercatat 111,43 dibandingkan dengan Maret 2014.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan Pada bulan Juni 2014, NTP gabungan di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Timur mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,67% (qtq) dan 0,06% (qtq) dibandingkan Maret 2014. Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami kontraksi masing-masing sebesar 1,30% (qtq) dan 1,23% (qtq) dibandingkan dengan posisi Maret 2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi bulan Juni 2013 yang masing-masing tercatat sebesar 1,35% (yoy) dan 0,45% (yoy). Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami kontraksi masing-masing sebesar 1,38% (yoy) dan 0,26% (yoy) dibandingkan dengan posisi Juni 2013. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 97,05, bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 101,23, diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 99,89 dan Kalimantan Timur sebesar 99,77.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
71
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan No
Uraian
2012 Mar
2013
2014
Jun
Sep
Des
Mar
Juni
Sep
Des
99.01
98.47
98.05
96.78
95.76
95.19
96.26
Mar
Pertumbuhan thd Mar 2014 (qtq)
Jun 2013 (yoy)
1
Kalimantan Barat
100.27
97.05
0.67%
1.35%
2
Kalimantan Tengah
102.97 102.37 102.05 101.75 101.25 101.49 100.26 102.41 102.49 101.23
-1.23%
-0.26%
3
Kalimantan Selatan
103.10 102.66 102.46 101.92 101.19 101.29
99.31 100.44 101.21
99.89
-1.30%
-1.38%
4
Kalimantan Timur
102.75 102.42 102.22 101.30
98.14
99.77
0.06%
0.45%
99.87
99.32
98.54
96.4
Juni
99.71
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
5.2.2 Inflasi Pedesaan Tekanan harga kebutuhan konsumsi barang dan jasa di pedesaan semakin meningkat
seiring
tingginya
permintaan karena pola musiman puasa dan lebaran. Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada Juni 2014
7.00% 6.50% 6.00% 5.50% 5.00%
sebesar 112,45 atau mengalami inflasi
4.50%
6,41%
4.00%
(yoy),
lebih
tinggi
apabila
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama yang tercatat sebesar
5,34%
(yoy).
Inflasi
IKRT
2012
2013
2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
terutama didorong oleh inflasi pada
Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy)
kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 12,11% (yoy), diikuti oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi yang masing-masing sebesar 7,97% (yoy) dan 5,60% (yoy). Sementara itu inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan dan olah raga sebesar 3,25%, diikuti oleh kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 3,64% (yoy) dan 4,48% (yoy). Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, & Olah Raga Transportasi dan Komunikasi Inflasi Pedesaan/IKRT
2012 Tw I Tw II Tw III 5.82% 7.00% 7.32% 6.04% 5.60% 6.46% 5.66% 5.39% 4.25% 5.11% 5.34% 5.25% 2.48% 3.40% 4.61% 2.48% -19.55% 1.92% 1.55% 2.05% 2.53% 5.42% 5.95% 6.22%
Tw IV 7.97% 5.82% 3.66% 5.41% 4.61% 2.15% 2.73% 6.42%
Tw I 7.75% 4.62% 3.24% 5.02% 4.37% 1.49% 1.42% 5.99%
2013 2014 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 6.76% 7.22% 6.90% 6.31% 7.97% 3.93% 3.77% 4.10% 4.01% 5.60% 3.40% 3.50% 3.24% 4.13% 3.64% 4.42% 3.56% 2.79% 4.05% 4.48% 4.43% 4.02% 3.82% 4.83% 5.33% 1.83% 2.30% 2.02% 3.10% 3.25% 1.27% 10.24% 11.05% 12.36% 12.11% 5.34% 5.78% 5.53% 5.37% 6.41%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
72
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
5.2.3 Tingkat Kemiskinan Berdasarkan Susenas yang dilakukan oleh BPS, tingkat
kemiskinan
diukur
dengan
%
Ribu Orang Jumlah
420
% Thdp Total Penduduk
8,8
dasar
410
makanan dan non makanan yang dikonversi
390
8,4
380
8,2
kemampuan
memenuhi
kebutuhan
dengan nilai uang yang disebut sebagai garis kemiskinan.
Pada
Maret
2014,
jumlah
penduduk miskin di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa, atau mencapai 8,54% dari total penduduk di Kalimantan
Barat.
Jumlah
8,6
400
370 360
8
350
7,8
340
7,6
330 320
7,4 Maret
tersebut
Sept
Maret
2012
Sept
2013
Maret 2014
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan
periode
survei
sebelumnya
yang
tercatat sebanyak 407,34 ribu jiwa, namun
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat
apabila dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 369,01 ribu jiwa jumlah tersebut mengalami peningkatan. Dari sisi persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk Kalimantan Barat juga mengalami penurunan dibandingkan September 2013 sebesar 8,74% dan Maret 2014 sebesar 8,54%. 350.000 Total
300.000
Kota
Berdasarkan
Desa
daerah
tempat
tinggal
penduduk, jumlah penduduk miskin tercatat
250.000
lebih banyak di daerah pedesaan, dimana
200.000
pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin
150.000
di daerah pedesaan mencapai 319,46 ribu
100.000
jiwa, lebih tinggi dibandingkan di daerah
50.000
perkotaan sebesar 82,05 ribu jiwa. Tingkat
Maret 2012
Sept
Maret
Sept
2013
Maret
kemajuan ekonomi di daerah perkotaan
2014
yang lebih unggul dibandingkan di desa
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat (dalam Rp)
mendorong lebih tingginya kemampuan masyarakat kota dibandingkan masyarakat pedesaan
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasarnya. Selain itu tersedianya jumlah lapangan pekerjaan yang lebih banyak di perkotaan dibandingkan di pedesaan menjadikan penduduk di daerah perkotaan lebih mudah untuk mendapatkan sumber penghasilan yang lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
73
didaerah pedesaan. Meskipun demikian, garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan, dimana pada Maret 2014 garis kemiskinan kota sebesar Rp291.532,00 dan desa sebesar Rp279.049,00. Sedangkan, apabila dilihat secara keseluruhan garis kemiskinan gabungan perkotaan dan pedesaan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp285.290,00. Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan
Maret 2013 PROVINSI Kalimantan Barat
Jumlah (Ribu Org) 369.01
Maret 2014
% Thdp Total Penduduk
Jumlah
8.24
(Ribu Org) 401.51
% Thdp Total Penduduk 8.54
Kalimantan Tengah
136.95
5.93
146.32
6.03
Kalimantan Selatan
181.74
4.77
182.88
4.68
Kalimantan Timur
237.96
6.06
253.6
6.42
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Dibandingkan dengan Maret 2013, sebagian Provinsi di Wilayah Kalimantan mengalami peningkatan penduduk miskin, kecuali Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang mengalami penurunan yang masing-masing tercatat sebesar 0,90% (yoy) dan 0,21% (yoy) pada Maret 2014. Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mengalami peningkatan yang masing-masing tercatat sebesar 1,86% (yoy) dan 0,66% (yoy). Dibandingkan dengan Provinsi lain di Kalimantan, jumlah penduduk miskin tertinggi dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Barat yang tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa. Begitupula dari sisi persentase penduduk miskin terhadap total penduduk, Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki angka tertinggi yaitu sebesar 8,54%.
74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
VI.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian
7.00%
Kalimantan
Barat
pada triwulan III 2014 diperkirakan
6.50%
mengalami
6.00%
akselerasi
jika
dibandingkan triwulan II 2014 yang
5.50%
tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian
5.00%
Kalimantan
Barat
pada
triwulan
4.50%
mendatang
diperkirakan
tumbuh
pada kisaran 5,1 – 5,5% (yoy).
4.00% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3P 2012
2013
Akselerasi diperkirakan didorong oleh
2014
meningkatnya aktivitas perekonomian
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
pada triwulan mendatang, antara lain dipengaruhi oleh pelaksanaan Pemilihan
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy)
Umum Presiden dan periode Ramadhan
serta perayaan Idul Fitri. Optimisme terhadap perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana terdapat peningkatan SBT pada triwulan III 2014 sebesar 8,62% dibandingkan dengan realisasi kegiatan usaha pada triwulan II 2014.
pelaksanaan
Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden
Umum pada Juli
meningkat perayaan mendatang. ditunjukkan
seiring Idul
Ramadhan
Fitri
pada
dan
triwulan
Peningkatan konsumsi juga oleh
perkiraan
Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III 2014 sebesar 110,51, yang menunjukkan optimisme
masyarakat
akan
kondisi
2012
2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan
Q3
dari
2013
konsumsi pemerintah, sebagai dampak
Q2
konsumsi, baik konsumsi swasta maupun
Perkiraan Perkiraan
Q3 Q4 Q1
pertumbuhan terutama didorong oleh
Perkiraan
Q2
peningkatan
Perkiraan
Q1
permintaan,
Perkiraan
Q1 Q2 Q3 Q4
sisi
2014
Di
Perkiraan
Perkiraan Perkiraan
Perkiraan Perkiraan Perkiraan
110.51 110.02 115.14 114.80 108.54 111.47 111.50 114.58 111.56 108.12 108.05 107.47 109.25 108.86 108.74 111.70 111.61 109.62 110.13 107.47 109.06 100
105
110
115
120
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat
ekonomi dibandingkan triwulan II 2014, dimana realisasi ITK tercatat sebesar 110,02. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
75
Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga pasca terpilihnya pemerintahan baru pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Meskipun ekspor barang tambang dan turunannya sudah mulai dilakukan pada triwulan III 2014, ketidakpastian kondisi makroekonomi Tiongkok diperkirakan berdampak pada rendahnya permintaan terhadap barang ekspor Kalimantan Barat. USD cent/kg
USD/metric ton
1200 1000
Dari
600
perekonomian
400
diperkirakan
CPO
Karet
0 II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
masih
Barat
bersumber
perekonomian
dari
250
Kalimantan Barat. Sektor pertanian
100
didorong panen
III*
2014
Sumber : Bloomberg
utama
diperkirakan akan tumbuh moderat,
50 0
I
Kalimantan
sektor
150
200
akselerasi
300 200
400
sektoral,
450 350
800
sisi
oleh
padi
dimulainya pada
akhir
periode triwulan
mendatang dan peningkatan produksi TBS. Namun demikian, kondisi cuaca ekstrim berpotensi membuat produksi tidak maksimal, khususnya untuk padi
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
dan
karet.
Sementara
itu,
sektor
industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi didorong oleh industri pengolahan logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan dengan tingginya investasi pada industri tersebut. Terjaganya permintaan dunia akan minyak nabati setelah berlalunya masa panen rapeseed, kedelai dan bunga matahari turut mendorong kinerja industri pengolahan CPO. Di pasar domestik, pembatasan pasokan solar bersubsidi juga mendukung langkah pemanfaatan biodiesel sebagai salah satu alternatif pengganti BBM, sehingga diperkirakan mendorong permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Di sisi lain, tren pelemahan harga komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan permintaan dari negara Tiongkok. Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta industri pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral, 76
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Sementara, faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan logam.
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 190
Inflasi
Indeks
Kalimantan
Barat
pada
180
triwulan III 2014 diperkirakan berada
170
di level yang moderate dengan
160
puncak inflasi di awal triwulan.
150
Tekanan
140
II-2014
I-2014
III-2013
II-2013
I-2013
120
IV-2013
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
130
Sumber : Survei KonsumenBI, diolah Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
inflasi
yang
relatif
tinggi
diperkirakan terjadi di awal triwulan III 2014, seiring berlangsungnya puasa dan lebaran. Pada pertengahan hingga akhir triwulan, tekanan inflasi diperkirakan relatif mereda seiring berlalunya even
musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Berdasarkan pengamatan sementara, komoditas yang mengalami koreksi harga di Agustus 2014 adalah tarif angkutan udara yang mencapai kisaran Rp895.000, turun dibanding Juli 2014 yang berkisar Rp940.000. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan II 2014, dimana ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang mengalami penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke depan) mencapai level 174, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai level 178. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan I 2014 yang masing-masing mencapai 176 dan 180. Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat beberapa faktor yang berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. Meskipun pengaruhnya diperkirakan relatif lebih rendah dari kebijakan kenaikan BBM, namun pembatasan konsumsi tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah khususnya terkait kelancaran distribusi komoditas dan potensi spekulasi. (ii) Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii) kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai tukar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
77
Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy). Relatif rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi.
78
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
LAMPIRAN Inflasi Tahunan Menurut Kota (%,yoy) 2013
Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
III
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Bahan Makanan
6.61
4.17
7.10
3.81
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
9.86
6.92
6.96
3.51
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
4.90
4.90
5.96
6.73
6.26
Sandang
8.32
2.72
7.80
2.17
Kesehatan
3.91
1.50
3.70
11.37
0.01
1.10 6.01
Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum
IV
9.05
Ptk
I Skw
Ptk
II Skw
Ptk
Skw
6.14
9.71
6.59
9.58
7.17
9.33
6.52
10.17 10.57
6.33
7.20
7.89
8.46
9.18
5.77
7.62
7.23
7.41
7.01
5.34
6.49
3.87
10.79
3.64
12.82
4.39
10.67
7.76
10.47
8.50
0.93
6.44
1.00
2.03
2.46
3.40
2.36
3.90
3.51
11.16
0.93
12.14
3.73
10.96
4.34
10.07
8.28
13.42
8.48
1.40
1.17
1.51
14.10
8.80
20.29
9.80
21.09
9.12
21.90
8.71
4.00
14.39
6.28
13.57
3.24
22.70
10.22
21.64
7.22
15.31
7.36
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan Makanan (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
2014*
II Skw
Ptk
III Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
II
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Bahan Makanan
9.30
5.66
6.47
2.47
9.67
9.13
5.96
6.23
7.89
8.46
9.18
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
7.35
0.34
8.99
1.03
7.49
5.33
5.25
8.08
5.72
9.86
5.39
8.62
Daging dan Hasil-hasilnya
-2.84
-8.69
2.77
-3.98
24.00
10.88
-1.22
2.30
2.75
0.51
14.36
10.38
Ikan Segar
5.77
13.17
27.52
0.42
7.93
6.86
18.04
7.33
-3.35
6.79
3.49
8.26
1.03
Ikan Diawetkan
3.98
10.89
16.60
8.39
18.10
10.22
24.27
18.49
27.32
15.41
12.51
1.98
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
5.37
7.26
4.98
3.87
7.05
9.23
6.66
8.89
8.82
-3.26
14.96
5.73
23.63
5.40
14.75
0.44
3.04
7.65
-0.85
13.78
16.40
32.38
6.97
-1.87
Sayur-sayuran Kacang - kacangan
1.99
11.84
4.61
8.32
11.89
6.29
14.04
5.40
16.66
3.29
13.44
3.26
Buah - buahan
15.76
9.59
16.51
15.18
8.43
9.38
4.23
12.47
23.35
12.79
23.18
12.25
Bumbu - bumbuan
33.79
18.84
9.10
2.89
28.57
10.77
26.72
12.82
16.34
10.25
5.95
2.92
Lemak dan Minyak
-3.13
-6.78
-3.60
-5.78
-8.93
-0.43
0.48
3.66
3.83
3.36
6.48
5.75
8.56
3.64
7.09
3.90
8.54
3.98
9.73
4.77
12.89
7.02
15.14
10.27
Bahan Makanan Lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
II Skw
Ptk
2014 III
IV Skw
Skw
Skw
Ptk
Ptk
Skw
4.90 4.90 5.96
6.73
6.26 7.62
7.23 7.41
7.01
5.34
6.49
3.87
Makanan jadi
2.49 3.68 4.13
6.03
4.25 6.68
5.02 6.63
4.56
4.47
4.78
2.28
Minuman tidak beralkohol
8.87 6.69 8.95
3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54
2.04 11.42
5.08
Tembakau dan minuman beralkohol
7.81 5.61 8.15
9.54
8.99
5.87
9.78 9.28
Ptk
II
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
8.13 9.36
Ptk
I
9.21
Skw
7.09
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
xi
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Skw
Ptk
8.24 1.79
Biaya tempat tinggal
2014
II
III Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
II
Ptk
Skw
Ptk
Skw
7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50
11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89
Bahan bakar, penerangan dan air
1.46 1.13
2.82 2.30
6.06 3.77
Perlengkapan rumah tangga
8.04 2.31
8.55 1.83
9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13
7.00 0.66
4.94 0.67
7.32 0.51 10.67 2.27
Penyelenggaraan rumah tangga Sumber: Badan Pusat Statistik
7.46 5.23
8.39 7.89
7.20 6.81
9.47 5.48 11.14 6.51
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
Ptk
III Skw
Ptk
Skw
Sandang
3.91
1.50
3.70
0.93
6.44
Sandang laki-laki
4.08
-0.30
2.83
1.11
15.85
Sandang wanita
3.20
1.22
2.91
1.16
3.13
Sandang anak-anak
8.22
1.27
9.09
1.62 104.23
2.09
3.57
2.23
Barang pribadi dan sandang lain Sumber: Badan Pusat Statistik
-1.32
IV
40.70
Ptk
1.00
I Skw
2.03
Ptk
2.46
II Skw
Ptk 3.90
3.51
1.15 14.38
5.03 15.99 4.27 16.51
4.35
1.33
2.32
3.65
3.40 2.36
Skw
6.92
1.48
0.97 93.91
3.49 98.85 3.06 97.74
6.06 1.97
5.64
-1.93 27.99
-4.52 27.82 0.55 28.94
1.68
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
III
Ptk
Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
Ptk
II Skw
Ptk
Skw
Kesehatan
11.37
1.50 11.16
0.93 12.14
1.00 10.96
2.46 10.07 2.36 13.42 3.51
Jasa kesehatan
19.21
-0.30 20.81
1.11 32.84
1.15 24.35
5.03 24.03 4.27 34.24 4.35
1.16 49.85
1.33 53.15
2.32 45.79 1.97 49.09 1.48
Obat-obatan
8.13
Jasa perawatan jasmani
12.37
Perawatan jasmani dan kosmetik
7.87
1.22
6.63
1.27 13.34 3.57
1.62 39.85
6.87
-1.32
9.00
0.97 44.37 -1.93
9.15
3.49 51.02 3.06 53.68 5.64 -4.52
8.02 0.55
7.20 1.68
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (%,yoy) 2014
2013 Kelompok
I Ptk
II Skw
Ptk
III Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
Ptk
II Skw
Ptk
Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
1.10
1.40
1.17
1.51
14.10
8.80
20.29
9.80
21.09
9.12
21.90
8.71
Jasa pendidikan
0.48
2.76
0.48
2.81
32.11
8.93
53.93
9.82
53.92
7.42
53.93
7.38
Kursus-kursus/pelatihan
0.00
-0.89
0.83
1.34
4.92
0.05
8.49
0.20
14.75
1.50
13.81
1.50
-1.47
4.56
0.97
4.59
2.00
-6.60
3.50
-4.34
5.66
6.58
4.13
6.68
Rekreasi
4.72
45.94
3.06
46.68
32.07 -15.77
31.92
15.26
37.89
13.20
Olahraga
6.87
6.37
7.83
4.81
7.21
-1.48
21.62
0.00
Perlengkapan/peralatan pendidikan
15.67 -15.77 8.25
4.80
6.94
4.80
Sumber: Badan Pusat Statistik
xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (%,yoy) 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
Ptk
III Skw
IV
Ptk
Skw
Ptk
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
3.03
7.19 10.81
7.42
8.35
1.06
16.96
Transpor
3.75 11.10 15.13
11.28
11.04
1.23
23.46
Komunikasi dan pengiriman
I Skw
Ptk
9.49 21.64
II Skw
Ptk
7.22 15.31
Skw 7.36
14.27 32.36 10.75 23.33 11.12
-0.29
0.00
-0.24
0.00
-0.24
0.00
0.53
0.00
0.41
0.00
0.27
0.00
Sarana dan penunjang transpor
4.59
1.13
3.58
1.11
5.30
1.93
3.78
1.82
3.60
1.56
3.77
1.54
Jasa keuangan
1.24
2.50
1.24
2.50
0.45
0.91
0.45
0.91
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan
xiv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
DAFTAR ISTILAH PDB- PDRB
Produk
Domestik
Bruto
adalah
sebuah
analisis
perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Inflasi
Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu periode.
Umumnya
inflasi
diukur
dengan
perubahan
harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi month to month
adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya. Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date
atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year
atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan
Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy) Inflasi Quarter to quarter
atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan
Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq). BI Rate
adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO
Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014
xv
NIM
Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
NII
Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh bank.
NPLs
Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR
Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan bank.
ROA
Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
Bilyet Giro
Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada bank tersebut, untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya.
Cek
Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.
Inflow
adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow
adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow
Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB
Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang, sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang Fit For Circulation untuk bertransaksi.
xvi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014