JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
REDAKSI
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun. Penanggung Jawab : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si Pemimpin Redaksi : Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM Editor : Sunang Kori, SE, MM Mitra Bestari : Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE Dr. Azis Muslim, ST, MSE Dudi Adi Firmansyah, Ph.d Dr. Sukoco, S.Tp, MSE Design Grafis : Nasrudin Fotografer : Suaip Rizal, ST Penerbit : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Alamat : Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat Telp/fax : 021-7422570, e-mail :
[email protected]
i
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 2 No.1, Juli 2016 Jurnal Pusdiklat Perdagangan memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan. Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Salam redaksi
ii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI ANALISIS KELEMBAGAAN PRIOR OPTIONS REVIEW (POR) DALAM PELIMPAHAN WEWENANG UNTUK URUSAN KEMETROLOGIAN BERKAITAN DENGAN UU No.23 TAHUN 2014 DAN OIML D-1 EDITION 2012 Noprizal Achmad
1-9
PENERAPAN MODEL PERHITUNGAN MANFAAT FINANSIAL SISTEM RESI GUDANG UNTUK KOMODITAS BAWANG MERAH Rahayu Widyantini
10-21
DAMPAK TARIF DAN KUOTA IMPOR GULA TERHADAP PENAWARAN GULA DAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI INDONESIA Vera Lisna dan Munawar Asikin
22-30
MARKET INFORMATION SYSTEM UNTUK MENDUKUNG ORGANIZED PHYSICAL MARKET: TEROBOSAN UNTUK PASAR YANG EFISIEN Nurlisa Arfani
31-38
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi Kasus di Kabupaten Cianjur) Dwi Putri Destiani
39-47
ESTIMASI KETERSEDIAAN DAN FLUKTUASI HARGA BERAS DAN JAGUNG Kumara Jati
48-56
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Gusnida dan Rahmedi Yonis
57-66
DINAMIKA PASAR PRODUK PANGAN SEGAR ANALISIS SKENARIO PERUBAHAN POLA KONSUMSI MASYARAKAT URBAN DI INDONESIA Ratnaningsih Hidayati
67-77
PERAN KAPAL TERNAK DALAM MEMPERLANCAR DISTRIBUSI DAN MENEKAN BIAYA LOGISTIK DAGING SAPI DARI SENTRA PRODUSEN KE SENTRA KONSUMEN DI INDONESIA Avif Haryana danYati Nuryati
78-85
iii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
REKAYASA ULANG MANAJEMEN PELAYANAN KEPADA ORIENTASI PELANGGAN SEBAGAI BAGIAN REVOLUSI MENTAL DALAM RANGKA MENDUKUNG MODERNISASI INFRASTRUKTUR PERDAGANGAN MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING Rizal Himawan
86-95
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN DALAM MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS: PRAJABATAN GOLONGAN III KABUPATEN MAMUJU TENGAH) Anita
96 -104
MEKANISME PENGAWASAN PERDAGANGAN MINYAK GORENG DENGAN TEKNIK TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) Yusup Akbar HIkmatuloh
105 - 116
MEKANISME PRODUKSI MINYAK GORENG KEMASAN DENGAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN MULTI EXPERT MULTI CRITERIA DECISION MAKING (ME-MCDM) Wahyu Widji Pamungkas
117 - 130
HAK KONSUMEN UNTUK MENDAPATKAN BENAR, JELAS, DAN JUJUR SEBAGAI PRINSIPHUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN Adi Wicaksono
131-137
iv
INFORMASI YANG DASAR PRINSIP-
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan ..., Dwi Putri Destiani
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (STUDI KASUS DI KABUPATEN CIANJUR) Agropolitan Development Strategy Through SWOT Analysis Dwi Putri Destiani
[email protected]
ABSTRACT : Agropolitan is an attempt to create added value for local activities in rural areas. It is a success evidence of agricultural development which has been done in the countryside. It is also can grow the added value development for horticulture product. Implementation of agropolitan strongly supported by the local community with assistance of local government. It required supporting strategies in order to survive. One of the strategies that have been created is optimize agropolitan farmer groups which equipped with empowerment of farmers in a sustainable manner that seeks to create innovations that create added value for farmers in the region. Keywords : Strategy, Agropolitan, SWOT Analysis.
PENDAHULUAN Perencanaan pembangunan Agropolitan Kabupaten Cianjur sudah dimulai sejak akhir tahun 2001, dengan melibatkan tiga departemen lintas sektoral yaitu Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Departemen Pertanian (Deptan) dan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur untuk mewujudkan suatu konsep pendekatan pengembangan agribisnis yang terintegrasi dengan pembangunan wilayah. Konsep pendekatan ini yang pada akhirnya diberi nama “Agropolitan”. Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keuangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk Kawasan Agropolitan. Disamping itu, kawasan Agropolitan ini juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan
pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Tahun 2002 dilaksanakan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Cianjur melalui beberapa kegiatan yaitu sosialisasi,identifikasi wilayah dan penyusunan program. Pengembangan kawasan Agropolitan merupakan salah satu bagian dari pencapaian Visi Kabupaten Cianjur. Kegiatan dipusatkan di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cipanas karena dua kecamatan tersebut dijadikan inti pusat rintisan kawasan Agropolitan. Sekitar awal tahun 2004 mulai diberlakukan efektif untuk pemekaran wilayah Kawasan Agropolitan Cianjur yang secara administratif menetapkan dua desa yaitu Desa Sukatani yang merupakan bagian dari Kecamatan Pacet, sedangkan Desa Sindangjaya menjadi wilayah administratif dari Kecamatan Cipanas dimana sampai saat ini merupakan kawasan inti pusat rintisan. Kawasan rintisan untuk pengembangan Agropolitan memiliki keragaman sektor unggulan seperti sayuran (wortel, lobak, kubis, daun bawang), bunga potong (krisan), peternakan dan pariwisata. Adapun dasar pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten 39
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 39- 47
Cianjur berlandaskan pada beberapa antara lain : 1. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) nasional dimana kawasan Puncak ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan sektor andalan pertanian tanaman pangan. 2. Keputusan presiden No. 144 Tahun 1999, tentang penataan ruang kawasan Bogor-PuncakCianjur. Keluarnya peraturan ini sebagai antisipasi terhadap maraknya pembangunan fisik di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur yang berfungsi sebagai daerah konservasi tanah dan air, juga sebagai kawasan kawasan perdesaan perkotaan yang terkait dengan fungsi kegiatan ekonomi, jasa pariwisata, perdagangan dan jasa lainnya. 3. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Cianjur Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur, Kota Cipanas termasuk kota-kota yang berfungsi sebagai pusat-pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan lingkup pelayanan regional. 4. Surat Bupati Cianjur No. 900/0313/Bapeda perihal kesediaan menyediakan cost sharing proyek P2SDPP dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan Agropolitan di Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya. Serta keputusan Bupati No. 521.3/Kep 148-Pe/2002 tentang pembentukan Kelompok Kerja Kawasan Agropolitan. 5. Keputusan POKJA Program Pengembangan Agropolitan Nomor 800.05/2281/Distan tentang Pembentukan Korlap dan pemandu Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Pokja Cianjur. 6. Keputusan Bupati Nomor 521.3 Kep.175-Pc 2002 tentang penentuan desa inti pusat
perintisan pengembangan kawasan Agropolitan, menetapkan desa Sukatani dan Sindangjaya sebagai desa inti pusat perintisan. Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan atau hortikultura yang dapat dipasarkan atau telah disebut sebagai komoditas unggulan. 2. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan. Kawasan Agropolitan Cianjur dikelola oleh masyarakat petani sekitar kawasan yang setiap harinya bekerja sebagai petani dan juga tinggal disekitar kawasan Agropolitan. Banyaknya petani yang bekerja di Kawasan Agropolitan maka dibuat kelompok tani sehingga adanya koordinasi antar petani. Kegiatan kelompok tani secara rutin dilakukan untuk meningkatkan kemampuan inisiatif dan komunikasi antar petani. Kegiatan kelompok tani sebagai wadah diadakan penyuluhan, informasi terbaru tentang regulasi pemerintah, pemecahan masalah petani, informasi harga sampai kepada adanya inovasi yang diberikan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Kelompok tani Agropolitandapat memasarkan komoditas sayurannya melalui packing house agropolitan dan melalui Sub Terminal Agribisnis (STA) secara berkesinambungan. Pada dasarnya pengembangan agropolitan adalah upaya untuk mengembangkan gerakan mempercepat pengembangan wilayah. Selain itu untuk menekan laju
40
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan ..., Dwi Putri Destiani
urbanisasi yang semakin meningkat sehingga petani sekitar dapat mengembangkan dirinya dengan memaksimalkan potensi pertanian yang ada. Petani atau masyarakat di kawasan agropolitan harus bisa merumuskan perencanaan sendiri, pengorganisasian pelaksanaan dan pengawasan dalam pengelolaan agropolitan, sedangkan pemerintah bertugas memfasilitasi sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas kinerja agropolitan. Pemerintah daerah memfasilitasi melalui Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) guna meningkatkan kualitas sumber daya petani dari segi pengetahuan dan keterampilan. Dalam pelatihan ini petani melakukan study banding ke berbagai daerah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dari wilayah lain.
dengan menggunakan pendekatan SWOT. Analisis SWOT digunakan sebagai salah satu cara untuk menciptakan strategi serta konsep perkembangan penerapan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Cianjur. Teknik analisis SWOT dilakukan dengan melihat karakteristik serta kondisi wilayah Kawasan Agropolitan yang dapat menciptakan peluang bagi perkembangan petani yang didukung dengan studi literatur. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Agropolitan Agropolitan berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan agropolitan. Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Pengembangan kawasan agropolitan harus mempunyai keterkaitan yang harmonis dengan kombinasi antara pendekatan yang top down dengan pendekatan bottom up yang bertujuan untuk mencapai efek ganda (multiplier effect). Prakarsaprakarsa dari bawah tidak dapat diabaikan, karena merupakan invisible hand dalam menggerakkan sumber daya yang ada sebagai suatu kekuatan utama untuk mewujudkan pengembangan kawasan agropolitan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengembangan agropolitan merupakan upaya untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan memperkuat keterkaitan sektoral antarpertanian, nonpertanian dan jasa penunjangnya serta keterkaitan
Perumusan Masalah Permasalahan dalam pertanian dinilai sangat kompleks, khususnya kepada kemajuan petani. Konsep pengembangan kawasan Agropolitan lahir sebagai salah satu alternatif pengembangan petani melalui pengembangan komoditas unggulan. Kawasan pertanian yang dirasa mulai tidak dilirik khususnya oleh para stakeholders berdampak kepada menurunnya kemampuan serta pendapatan petani. Tujuan Menciptakan strategi untuk pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Cianjur yang ditinjau melalui karakteristik wilayah serta kondisi petani. Perkembangan daerah wisata pertanian khususnya untuk kawasan hortikultura menciptakan peluang besar bagi para petani setempat untuk dapat meningkatkan kemampuan taraf hidup yang didukung oleh sarana prasarana kawasan Agropolitan. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif 41
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 39- 47
spasial antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan (Badan Pengembangan Kawasan Agropolitan Departemen Pertanian, 2003), melalui: 1. Pemberdayaan masyarakat pelaku (stakeholder) agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan. 2. Penguatan kelembagaan petani. 3. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyediaan jasa). 4. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu. 5. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi. 6. Peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, pendidikan, kesenian, kebudayaan serta sarana dan prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain-lain.
Pengembangan Agribisnis Pembangunan agribisnis di Kawasan Agropolitan bertujuan meningkatkan pendapatan petani yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Peningkatan skala produksi yang dapat dilakukan dengan cara intensifikasi atau peningkatan produktivitas per satuan luas, melalui penyediaan benih atau bibit unggul yang berkualitas dan bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan faktor pasar dan efisien alokasi input. 2. Pembentukan kelompok-kelompok badan usaha bersama (KUB) dan memperjelas distribusi serta pemasaran dengan pola sistem kerja sama (subsistem penunjang dan subsistem pemasaran). 3. Meningkatkan pangsa pasar dengan dua cara yaitu melakukan penetrasi pasar atau pengembangan produk olahan (subsistem pengolahan dan sistem pemasaran). 4. Bekerja sama dengan lembaga keuangan, investor dan sumber pembiayaan lainnya, guna menunjang penyediaan modal yang bertujuan untuk meningkatkan penerapan dan pengembangan teknologi. Berdasarkan Gambar 1. agribisnis mencakup semua kegiatan yang dimulai dengan sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (the manufacture and distribution of farm supplies), sub sistem usaha tani (production of farm), sub sistem pengolahan (processing) dan sub sistem pemasaran (marketing). Pengembangan agribisnis di kawasan agropolitan Kabupaten Cianjur bertumpu pada keunggulan komparatif, yang berupa ketersediaan lahan yang cukup luas, jumlah tenaga kerja disektor pertanian yang masih besar didukung oleh agroklimat yang sesuai.
Rivai (2003) menyatakan bahwa pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah perdesaan. Konsep pengembangan agropolitan tidak semata-mata ditujukan kepada pembangunan fisik material, tetapi juga sekaligus harus dikaitkan dengan pembangunan masyarakat (sumber daya manusia) secara langsung. Titik berat pembangunan masyarakat, memerlukan pendekatan yang bersifat integral dan terpadu, artinya pembangunan yang akan dilaksanakan tidak hanya menyangkut pembangunan struktur fisik, tetapi sekaligus pembangunan manusia dengan pendekatan yang berimbang.
42
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan ..., Dwi Putri Destiani
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2003)
Gambar 1. Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan
Kebijakan Agropolitan Konsep agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal (Rustiadi dan Pranoto, 2007). Salah satu ide pendekatan pengembangan perdesaan adalah mewujudkan dengan kemandirian pembangunan perdesaan yang didasarkan pada potensi wilayah tersebut. Dalam konteks pengembangan agropolitan (Rustiadi dan Pranoto, 2007) menyebutkan ada tiga isu utama yang perlu mendapat perhatian: 1. Akses terhadap lahan pertanian dan air 2. Devolusi politik dan wewenang administratif dari tingkat pusat ke tingkat lokal 3. Perubahan paradigma atau kebijakan pembangunan nasional untuk lebih mendukung diversifikasi produk pertanian. Oleh karena itu, agropolitan dipandang sebagai suatu pendekatan pembangunan melalui gerakan masyarakat dalam membangun ekonomi berbasis pertanian (agribisnis) secara terpadu dan berkelanjutan pada kawasan terpilih melalui pengembangan infrastruktur perdesaan yang mampu
melayani, mendorong, dan memacu pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan). Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membentuk kawasan agropolitan (Soenarno dalam Djakapermana, 2003). Pada dasarnya kebijakan agropolitan merupakan kebijakan publik pusat karena dicanangkan oleh Kementerian Pertanian dalam rangka mengembangkan sistem dan usaha agribisnis di suatu kawasan. Agropolitan diartikan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Dengan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis ini, maka hasil yang diharapkan terjadi oleh pemerintah pusat adalah 43
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 39- 47
1. Pendapatan masyarakat dan pendapatan keluarga petani meningkat, minimal 5% di kawasan agropolitan. 2. Produktivitas lahan meningkat, minimal 5% di kawasan agropolitan lokasi program. 3. Investasi masyarakat (petani, swasta, BUMN) meningkat minimal 10% di kawasan agropolitan.
langsung ke STA dan STA akan mendistribusikan langsung ke pasar tradisional dan supermarket di Jakarta dan sekitarnya. Kawasan Agropolitan sangat membantu petani terhadap pencapaian hasil pertaniannya. Terlebih lagi Kawasan Agropolitan dijadikan sentra Wisata Agribisnis sehingga sangat menarik para wisatawan yang dapat memetik sayur atau buah langsung dikebun. Strategi ini dibuat untuk dapat meningkatkan daya tawar petani dan petani dapat menjual langsung ke konsumen. Tabel 1. merupakan analisis Matriks SWOT yang digunakan untuk dapat menciptakan strategi baru dalam pengembangan Kawasan Agropolitan. Analisis SWOT didapat dari hasil pengamatan didukung dengan data dan studi literatur. Ada empat strategi yang dibuat yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Keempat strategi tersebut dinilai relevan untuk mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan. Namun, dari keempat strategi tersebut strategi SO dinilai paling memiliki pengaruh yang dominan. Optimalisasi kelompok tani harus tetap aktif dilakukan di Kawasan Agropolitan. Kelompok tani menjadi salah satu modal besar dalam pengembangan Agropolitan. Didalam kelompok tani akan tercipta kerjasama antar petani, saling memberikan informasi, pemecahan masalah serta pengembangan inovasi. Kelompok tani akan berperan penting karena akan menciptakan rasa percaya diri bagi setiap individu petani. Petani memiliki wawasan baru, informasi seputar pertanian dan komoditas yang diusahakan sampai kepada sistem pemasaran. Kelompok tani menjadi salah satu wadah bagi petani untuk dapat menyumbangkan saran dan kritiknya bagi kemajuan Agropolitan, karena menjadi salah satu motor penggerak berkembangnya Kawasan Agropolitan. Peran aktif kelompok tani di kawasan Agropolitan dapat menjadi salah satu pemicu para wisatawan untuk berinvestasi dikawasan Agropolitan.
Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan dengan Matriks SWOT Menurut Mosher (2006) satu dari rangkaian alat analisis yang efektif untuk merancang strategi adalah dengan menggunakan alat analisis SWOT. Analisis SWOT dapat membantu perusahaan untuk menyesuaikan posisi relatifnya terhadap para pesaingnya. Analisis SWOT memudahkan perusahaan dalam mengidentifikasi semua tindakan atau kegiatan perusahaan. David (2006) menyatakan bahwa matriks SWOT dapat digunakan untuk merumuskan strategi masa depan perusahaan atau organisasi. Kawasan Agropolitan bertujuan untuk dapat meningkatkan potensi daerah kawasan yang berfokus terhadap pengembangan pertanian. Agropolitan sangat prospektif untuk ditingkatkan karena sebagai wadah mempromosikan secara langsung hasil komoditas unggulan. Saat ini komoditas unggulan yang ada di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur adalah daun bawang, kubis, wortel dan kol. Sedangkan untuk komoditas bunga yaitu krisan. Petani kawasan Agropolitan pada dasarnya memasarkan hasil komoditasnya melalui tengkulak. Akan tetapi petani merasa tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal, bahkan terkadang modal yang dikeluarkan lebih banyak dari hasil penjualan komoditasnya. Dari kondisi tersebut maka Pemerintah memfasilitasi Sub Terminal Agribisnis (STA) dimana berfungsi sebagai wadah penjualan langsung petani, sehingga tidak ada rantai panjang dalam pemasaran komoditas. Petani dapat menjual 44
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan ..., Dwi Putri Destiani
Tabel 1. Matriks SWOT Pengembangan Kawasan Agropolitan Peluang (O) Akses transportasi yang terjangkau sehingga mendukung kelancaran pemasaran Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang lebih baik Penyuluhan pertanian menjadi lebih efektif Menjadi kawasan wisata Pelayanan pemerintah yang cukup baik dalam mendukung terlaksananya program agropolitan Strategi SO
Ancaman (T) a. Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar tentang agropolitan b. Sistem kemitraan yang tidak kondusif c. Tidak ada mekanisme penentuan harga yang jelas untuk suatu komoditas d. Pendampingan yang tidak konsisten dari Pemerintah Daerah Strategi ST
Mengoptimalkan kelompok tani Agropolitan sehingga petani memiliki wewenang untuk berkontribusi secara penuh dalam pengembangan komoditas melalui sistem penjualan secara langsung kepada konsumen akhir.
Pemberdayaan petani untuk lebih peduli dan menjaga kawasan agropolitan supaya tetap menjadi kawasan wisata melalui pengembangan agribisnis.
Strategi WO
Strategi WT
INTERNAL a.
b. c. d. e.
EKSTERNAL Kekuatan (S) a. Memiliki komoditas unggulan b. Sarana dan prasarana yang memadai c. Kegiatan difokuskan terhadap agribisnis d. Didukung oleh pemerintah melalui pembentukan pokja e. Adanya kelompok tani dikawasan agropolitan Kelemahan (W) a. Pembiayaan bagi petani belum dikelola dengan baik b. Pemasaran masih melalui pasar tradisional c. Lahan pertanian yang dimiliki oleh petani umumnya masih sempit d. Daya saing rendah karena hanya lingkup Kabupaten e. Pemahaman atau penguasaan teknologi oleh petani masih rendah
Menciptakan inovasi melalui komoditas unggulan sehingga terus menjadi kawasan wisata yang memiliki konsep pertanian kota.
Memperbaiki sistem penjualan menjadi lebih modern dan efektif untuk mempermudah promosi dengan mengutamakan keunggulan yang kompetitif.
Tabel 1. Matriks SWOT Pengembangan Kawasan Agropolitan
Konsep strategi ini sangat berfungsi dan memiliki keterkaitan yang harmonis dengan kombinasi antara pendekatan yang top down dengan pendekatan bottom up yang bertujuan untuk
mencapai efek ganda (multiplier effect). Sehingga dapat mewujudkan pengembangan kawasan agropolitan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 45
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 39- 47
Pelaksanaan pembangunan dibidang pertanian tidak hanya berorientasi kepada produksi hasil saja, namun lebih kepada peningkatan sumberdaya manusia yang ada didalamnya. Pembangunan tersebut selaras dapat meningkatkan mutu produksi, meningkatkan pendapatan serta taraf hidup petani. Selain itu peran aktif pemerintah daerah sangat membantu peningkatan pembangunan kawasan agropolitan melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan yang pada umumnya adalah bertani. Beberapa program dirancang oleh pemerintah dan dimplementasikan melalui pengembangan agropolitan guna berdampak positif terhadap kemajuan petani. Hal yang sangat mendasar dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan yaitu tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Kesenjangan penghidupan antara masyarakat yang bermukim di pedesaan dengan masyarakat yang bermukim adalah dari segi pendapatan. Masih terjadi dimana petani masih mendapatkan hasil yang rendah dari hasil usaha taninya yang dapat merugikan. Faktor pemasaran dan sarana transportasi merupakan kendala utama (Pranoto, 2005).
strategi SO maka konsistensi kawasan agropolitan dapat terus berjalan dan berkembang secara berkelanjutan, yaitu dengan mengoptimalkan kelompok tani Agropolitan sehingga petani memiliki wewenang untuk berkontribusi secara penuh dalam pengembangan komoditas melalui sistem penjualan secara langsung kepada konsumen akhir yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani kawasan agropolitan. Semakin aktif peran kelompok tani maka kawasan Agropolitan akan semakin berkembang, dimana secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan petani. DAFTAR PUSTAKA Ardhana, J.M. 2012. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung. Jejaring Administrasi Publik. Th II No 8: 126-127 Awaludin, I. 2006. Persepsi Petani Terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pengembangan Agribisnis Sayuran (Kasus Petani Sayuran Peserta Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur). Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Deptan. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jakarta : Badan Pengembangan Kawasan Agropolitan Departemen Pertanian David, F. 2004. Manajemen strategis, Terjemahan. Jakarta : PT. Gramedia. David, F. 2009. Strategic management, concept and case. Twelfth Edition. New Jersey (AS) : Pearson Education, Inc. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Cianjur. 2003. Laporan Akhir Master Plan Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Cianjur : Pemerintah Kabupaten Cianjur. Dinas Pertanian. Laporan Tahunan 2004. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Kimiawan, H dan Mohammad, M. 2012. Kajian Penerapan dan Hasil Kebijakan Agropolitan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
SIMPULAN Kawasan agropolitan diterapkan di Kabupaten Cianjur sebagai salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Daerah terhadap kemajuan petani di Cianjur. Petani pada umumnya memiliki lahan dan menghasilkan komoditas yang sebagian besar menanam komoditas unggulan. Pengembangan agropolitan memiliki sasaran kearah yang lebih spesifik dimana menitikberatkan pada pengembangan infrastuktur dan pengembangan sumber daya manusia. Penerapan Kawasan Agropolitan dapat terus berjalan dan berkembang secara konsisten melalui perumusan strategi yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan. Melalui konsep
46
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 39- 47
Rivai,
D.E. (2003), “Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian”, Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soenarno. 2003. Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah. Jakarta.
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 8(4) : 319-329 Mosher. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Mosher HC. 2006. How to SWOT Southeast Asia. Manufacturing Engineering. 136 (1) :120 -137. Pranoto, S. 2005. Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan. Bogor : Crestpent Press Rustiadi, E dan Pranoto. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Bogor: Crestpent Press
vi