JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
REDAKSI
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun. Penanggung Jawab : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si Pemimpin Redaksi : Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM Editor : Sunang Kori, SE, MM Mitra Bestari : Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE Dr. Azis Muslim, ST, MSE Dudi Adi Firmansyah, Ph.d Dr. Sukoco, S.Tp, MSE Design Grafis : Nasrudin Fotografer : Suaip Rizal, ST Penerbit : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Alamat : Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat Telp/fax : 021-7422570, e-mail :
[email protected]
i
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 2 No.1, Juli 2016 Jurnal Pusdiklat Perdagangan memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan. Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Salam redaksi
ii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI ANALISIS KELEMBAGAAN PRIOR OPTIONS REVIEW (POR) DALAM PELIMPAHAN WEWENANG UNTUK URUSAN KEMETROLOGIAN BERKAITAN DENGAN UU No.23 TAHUN 2014 DAN OIML D-1 EDITION 2012 Noprizal Achmad
1-9
PENERAPAN MODEL PERHITUNGAN MANFAAT FINANSIAL SISTEM RESI GUDANG UNTUK KOMODITAS BAWANG MERAH Rahayu Widyantini
10-21
DAMPAK TARIF DAN KUOTA IMPOR GULA TERHADAP PENAWARAN GULA DAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI INDONESIA Vera Lisna dan Munawar Asikin
22-30
MARKET INFORMATION SYSTEM UNTUK MENDUKUNG ORGANIZED PHYSICAL MARKET: TEROBOSAN UNTUK PASAR YANG EFISIEN Nurlisa Arfani
31-38
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi Kasus di Kabupaten Cianjur) Dwi Putri Destiani
39-47
ESTIMASI KETERSEDIAAN DAN FLUKTUASI HARGA BERAS DAN JAGUNG Kumara Jati
48-56
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Gusnida dan Rahmedi Yonis
57-66
DINAMIKA PASAR PRODUK PANGAN SEGAR ANALISIS SKENARIO PERUBAHAN POLA KONSUMSI MASYARAKAT URBAN DI INDONESIA Ratnaningsih Hidayati
67-77
PERAN KAPAL TERNAK DALAM MEMPERLANCAR DISTRIBUSI DAN MENEKAN BIAYA LOGISTIK DAGING SAPI DARI SENTRA PRODUSEN KE SENTRA KONSUMEN DI INDONESIA Avif Haryana danYati Nuryati
78-85
iii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 2 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
REKAYASA ULANG MANAJEMEN PELAYANAN KEPADA ORIENTASI PELANGGAN SEBAGAI BAGIAN REVOLUSI MENTAL DALAM RANGKA MENDUKUNG MODERNISASI INFRASTRUKTUR PERDAGANGAN MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING Rizal Himawan
86-95
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN DALAM MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS: PRAJABATAN GOLONGAN III KABUPATEN MAMUJU TENGAH) Anita
96 -104
MEKANISME PENGAWASAN PERDAGANGAN MINYAK GORENG DENGAN TEKNIK TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) Yusup Akbar HIkmatuloh
105 - 116
MEKANISME PRODUKSI MINYAK GORENG KEMASAN DENGAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN MULTI EXPERT MULTI CRITERIA DECISION MAKING (ME-MCDM) Wahyu Widji Pamungkas
117 - 130
HAK KONSUMEN UNTUK MENDAPATKAN BENAR, JELAS, DAN JUJUR SEBAGAI PRINSIPHUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN Adi Wicaksono
131-137
iv
INFORMASI YANG DASAR PRINSIP-
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
MEKANISME PRODUKSI MINYAK GORENG KEMASAN DENGAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN MULTIEXPERT MULTICRITERIA DECISION MAKING (ME-MCDM) Palm Cooking Oil Mechanism By Multi Criteria Decision Making (Mcdm) And Multiexpert Multicriteria Decision Making (Me-Mcdm) Wahyu Widji Pamungkas Lembaga Administrasi Negara RI
[email protected] ABSTRACT:Policy of conversion from bulky to packaged palm cooking oil is defined by three subsystems are production,distribution and monitoring. The purpose of production subsystem is to find aggregation of consumer requirement and technical characteristics by MCDM, QFD and ME-MCDM method. Bulk palm cooking oil considers converting to packaging because unhygienic factor, untraceable factor, metrology legal factor, and unhealthy factor. This research defines that variable of price with value 0,12, color of palm cooking oil with value 0,12 and packaging size with value 0,10 are dominants of consumer required. Subsidies of tax, packaging machine donor, and packaging factory mechanism are significant to reduce the price of packaged palm cooking oil. Red palm cooking oil was recommended to keep pro-vitamins A or beta-carotene and other natural micronutrient. MINYAKITA was brand launched by Ministry of Trade to help production factory and packaging factory who’s made packaging palm cooking oil. Varian’s sizes of packaged cooking oil are need by middle andlow income customer. SNI 7709 year 2012 was defined that palm cooking oil must pontificated by vitamin Ashould change to contain Vitamin A, so beta-carotene and natural micronutrient can be maintained. Keywords: palm cooking oil, fuzzy multi criteria decision making (fuzzy-MCDM), quality function deployment (QFD), multi expert multi criteria decision making (ME-MCDM)
PENDAHULUAN Gabungan Industri Minyak Nasional Indonesia (GIMNI) tahun 2014 merilis bahwa Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagian besar berasal dari sumber bahan baku sawit (minyak goreng sawit). Adapun konsumsi minyak goreng sawit non industri atau rumah tangga secara nasional saat ini mencapai 45.000 (Kemenperin, 2015) ton per tahun, dimana 16,35% konsumsi dalam bentuk minyak goreng kemasan, dan 73,65% dalam bentuk minyak goreng curah. Di seluruh dunia saat ini, hanya di Indonesia dan Bangladesh saja yang mayoritas penduduknya masih mengkonsumsi minyak goreng curah, sehingga di Asia Tenggara hanya Indonesia saja yang masih menggunakan minyak goreng curah untuk konsumsi rumah tangga. Dimana minyak goreng curah rentan terhadap pengoplosan dan tidak higienis. Dengan demikian perhatian pemerintah
untuk mengkonversi minyak goreng curah ke kemasan perlu segera dilakukan. Minyak goreng kemasan sederhana dipandang dapat menjamin higienitas dan menjaga kandungan nutrisi minyak goreng di dalamnya. Kandungan nutrisi minyak goreng curah ditingkatkan dengan diterbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) no 7709 tentang minyak goreng sawit. SNI tersebut dirumuskan dengan tujuan : 1) Melindungi konsumen, 2) menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, 3) mendukung perkembangan dan diversifikasi produk minyak goreng sawit dan meningkatkan gizi masyarakat melalui fortivifikasi vitamin. Dimana definisi minyak goreng sawit pada SNI 7709 tahun 2012 adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk
117
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
hidrogenasi,pendinginan dan telah melalui proses pemurnian dengan penambahan vitamin A. Kementerian Perindustrian mengeluarkan kebijakan untuk memberlakukan SNI 7709 secara wajib melalui Peraturan Menteri Perindustrian No 87 Tahun 2013 tentang pemberlakuan SNI Minyak Goreng Sawit secara wajib. Selanjutnya Kementerian Perdagangan mengeluarkan Permendag No. 80 tahun 2014 tentang minyak goreng wajib kemas. Pembelakuan SNI minyak goreng secara wajib ini akan diberlakukan tahun 2018 sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 100 tahun 2015. Selain itu kondisi minyak goreng curah yang terdapat di pasar dan dikelola oleh distributor, disimpan di tempat terbuka dan dalam bentuk silo atau drum. Minyak goreng curah dalam silo atau drum tersebut dicampur dari berbagai produsen. Hal ini menyebabkan kekaburan siapa yang memproduksi, sehingga menyulitkan untuk dilakukan ketertelusuran produk tersebut, kondisi ini juga dapat menghambat proses sertifikasi halal, selain itu juga jaminan ukur dan timbang juga tidak ada, sehingga tidak sesuai dengan Undang-Undang Metrologi nomor 2 tahun 1981. Kondisi minyak curah rawan terhadap terjadinya pengoplosan. Pengoplosan sudah terjadi bahwa berdasarkan Sigi Investigasi SCTV terungkap bahwa minyak goreng curah yang beredar di pasar tradisional dan warung-warung ada yang dicampur dengan minyak solar. Oleh karenanya jika terjadi resiko kesehatan bagi konsumen akan sulit untuk menelusuri siapa yang bertanggung jawab, sehingga hak konsumen tidak terlindungi, artinya melanggar UndangUndang Perlindungan Konsumen No 8 tahun 1999. Minyak goreng sawit dalam bentuk kemasan dalam berbagai hal memang lebih menguntungkan dibandingkan minyak goreng curah khususnya untuk konsumsi rumah
tangga. Kementerian Perdagangan meluncurkan minyak kemasan sederhana dengan merek “MINYAKITA” dengan tujuan agar minyak goreng sawit lebih higienis, mutu yang terjamin dengan iodine value minimum 56, mudah dipantau oleh pemerintah baik volume dan harga juga perlakuan subsidi dan operasi pasar lebih mudah dilakukan. Program pengemasan minyak goreng sederhana dikeluarkan melalui PERMENDAG nomor 2 tahun 2009 yang mendefinisikan bahwa Minyak goreng sawit kemasan adalah minyak goreng sawit curah yang dikemas dengan merek MINYAKITA yang diproduksi oleh produsen didaftarkan di Kementerian Perdagangan dengan model disain dan spesifikasi kemasan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penelitian yang dituangkan pada Bab 4 bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi preferensi konsumen minyak goreng curah untuk dikonversi ke minyak goreng kemasan. 2. Mengidentifikasi karakteristik teknis yang dimiliki produsen minyak goreng curah 3. Memetakan preferensi konsumen dengan preferensi produsen minyak goreng curah untuk mendapatkan alternatif minyak goreng kemasan sederhana yang sesuai dengan keinginan konsumen. 4. Menganalisis biaya investasi pada sistem produksi minyak goreng kemasan sederhana dengan merek MINYAKITA atau merek produsen sendiri atau perusahaan pengemas. METODE PENELITIAN Mekanisme produksi minyak goreng kemasan sederhana merupakan mekanisme untuk membuat produk baru, dalam hal ini adalah minyak goreng dengan standard SNI 7709 tahun 2012. SNI tersebut 118
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
Akan diberlakukan secara wajib pada produk minyak goreng kemasan sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87 tahun 2013 dan diperpanjang pemberlakuannya sampai tahun 2018 sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 100 tahun 2015. Dalam pertimbangan membuat produk baru tentunya banyak hal yang dipertimbangkan. Beberapa pertimbangan yang akan dianalisis adalah persyaratan/keinginan dari konsumen dalam hal ini dari sisi daya beli atau harga murah mendekati minyak goreng curah yang sudah lama beredar di masyarakat. Kemudian hasil dari analisa persyaratan/keinginan konsumen (Consumer Requirement/Cr) dijadikan sebagai pertimbangan dalam mendesain produk baru (Design Requirement/Dr) baik dari sisi kualitas isi dan kemasan dari produk baru
Gambar 1. Subsistem Kemasan.
tersebut yang akan diluncurkan. Kombinasi antara Cr dan Dr akan diplotkan dan dianalisis dalam rumah kualitas pada Quality Function Deployment (QFD). Apabila ada indikator yang bersifat fuzzy maka nilai ke-fuzzy-an akan diintegrasikan juga di dalam rumah kualitas tersebut, dan jika memang dimungkinkan untuk membuat suatu kesimpulan yang berjenjang dan melibatkan banyak pemegang keputusan maka metode Multy Criteria Decision Making (MCDM). Data untuk dianalisis didapatkan dari wawancara pakar dan observasi lapangan. Data tersebut meliputi data produksi, data konsumsi, data standar minyak goreng, data karakteristik minyak goreng curah, data kemasan yang cocok, data kapasitas produksi, dan lain-lain. Secara umum subsistem mekanisme produksi dapat dilihat pada Gambar1.
Mekanisme
Mekanisme produksi perlu mempertimbangkan spesifikasi konsumen dan stakeholder yang terkait untuk kemudian diintegrasikan dengan desain proses dan desain produk yang akan dibuat. Penentuan jenis produk dan desain proses penting untuk dilakukan pada perencanaan produksi. Strategi yang biasa dilakukan untuk penentuan jenis produk dan desain proses adalah Multy Criteria Decision Making (MCDM). Sedangkan integrasi antara perencanaan produksi dengan
Produksi
Minyak
Goreng
keinginan konsumen belum terwakili, oleh karenanya perlu metode lain untuk integrasi ini yaitu melalui Quality Function Deployment (QFD). Mengingat berbagai pertimbangan analisis kebutuhan dan keinginan stakeholder, maka QFD menjadi metode yang tepat untuk dikombinasikan dengan MCDM. QFD merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan antara
119
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
keinginan konsumen/Consumers Requirement (Cr) dengan desain proses atau produk/Design Requirement (Dr). QFD merupakan sistem unik untuk mengembangkan produk baru yang tujuannya memastikan bahwa kualitas produk sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen (Mazur, 1999), selanjutnya direpresentasikan dalam House of Quality (HOQ) sebagai tempat untuk mentransformasi keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam karakteristik produk (Bottani, 2006). Dalam perkembangannya pula QFD sudah banyak dikombinasikan dengan teknik lainnya untuk mendapatkan efektifitas, efisiensi dan optimasi. Pada penelitian ini integrasi metode yang akan dilakukan adalah MCDM-QFD. QFD dapat mendefinisikan spesifikasi disain produk (hows) berbasis kebutuhan konsumen (whats) dan analisis kompetitif (whys), hal ini merepresentasikan suatu consumer driven dan market-oriented process pada pengambilan kebijakannya (Felice, 2010). Dalam perkembangannya dan fakta sebenarnya nilai yang kabur pada proses penilaian kerap kali dijumpai. Kekaburan nilai memberikan situasi yang sangat mendekati kenyataan dan persepsi penilai. Oleh karenanya penambahan fuzzy penting dalam menyelesaikan masalah yang mempunyai nilai yang tidak diskrit tersebut. Bottani (2006), menyatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah bahasa variable yang vague dan kabur secara kualitatif dalam proses QFD untuk meningkatkan kinerja logistik, kepuasan konsumen dan membangun pangsa pasar. Pengembangan fuzzy preferensi untuk Multy Criteria Decision Making (MCDM). Kusumadewi (2004) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami system fuzzy, yaitu :
a. Variable fuzzy (p): merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. b. Himpunan fuzzy (S): merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu varibel fuzzy. c. diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif. d. Fungsi/derajat keanggotaan (µ): adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya. Pendefinisian fuzzy preferensi pada penelitian ini mengacu pada penelitian Li (1999). Dimana fuzzy preferensi relasi p(Bi, Bj) dengan fungsi keanggotaannya fp(Bi, Bj) = fp’ (Biө Bj, 0) untuk setiap Bi, Bj ϵ R. Nilai fuzzy (A) adalah berbentuk triangular dengan fungsi keanggotaan fA : R → [0,1], dimana fA(x), Ѵxϵ R mengindikasikan derajat x sebagai anggota A. jika Bi dan Bj keduanya adaah fuzzy triangular dalam bentuk (xi, yi, zi) dan (xj, yj, zj), maka fp(Bi, Bj) sesuai dengan Li (1999) adalah:
Dimana Bi = (x1, y1,z1), Bj = (xj, yj,zj), dan ө sebagai nomor fuzzy triangular (X, Y, Z) = (xi – zj, yi-yj, zi-xj) Mekanisme produksi melibatkan banyak stakeholder yaitu: konsumen, produsen, distributor, retailer dan pemerintah. Diagram alir proses yang terjadi pada subsistem mekanisme produksi disajikan pada Gambar 2.
120
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
Gambar 2. Diagram Alir Mekanisme Produksi DATA
yang sudah disusun telah mampu menggambarkan apa yang diinginkan oleh para konsumen. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus slovin maka didapat bahwa jumlah responden minimal sejumlah 685 orang Tempat penyebaran kuesioner dilakukan dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan luas pasar dan jumlah pedagang terbanyak di masingmasing kota yang mewakili povinsi. Penyebaran kuesioner di provinsi DKI Jakarta diwakili oleh masing-masing kota di Provinsi Jakarta yang meliputi pasar Cipulir, pasar Jatinegara, pasar
Data yang dianalisis untuk metode QFD adalah data yang berasal dari konsumen atau Consumer Caracteristic (Cr) dan juga data dari produsen atau Design Characteristic (Dr). Data Cr dikumpulkan dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara pakar dan observasi lapangan. Data tersebut meliputi data produksi, data konsumsi, data standar minyak goreng, data karakteristik minyak goreng curah, data kemasan yang cocok, data kapasitas produksi, dan lain-lain. Sebelum disebarkan kuesioner divalidasi terlebih dahulu. Uji validitas terhadap kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah atribut kuesioner 121
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
Senen Blok VI, pasar Grogol Petamburan, pasar Lontar. Kuesioner yang disebar di Provinsi Jawa Barat diwakili oleh Kota Bandung dan Bogor yang meliputi pasar Kosambi, pasar Ciracas/Cikutra, pasar Sederhana, pasar Bogor dan pasar Kiara Condong. Kemudian di provinsi Banten diwakili oleh Kapubaten Tangerang Selatan yang meliputi pasar Ciputat, pasar Kemiri, pasar Cipayung, pasar Serpong dan pasar Bintaro Jaya. Selanjutnya di Provinsi Jawa Tengah diwakili oleh Ibu Kota Semarang yang meliputi pasar Projo, pasar Ungaran, pasar Kembangsari, pasar Sumowono, dan Pasar Karangjati. Kemudian di Daerah Istimewa Yogyakarta diwakili kota Yogyakarta yang meliputi pasar Demangan, pasar Sentul, pasar Kranggan, pasar Beringharjo dan pasar Kota Gede.Terakhir adalah di Provinsi Jawa Timur yang diwakili oleh kota Surabaya yang meliputi pasar Gubeng, pasar Genteng Baru, pasar Wonokromo, pasar Keputran Utara, dan pasar Pacar Keling.
Kebijakan tersebut dituangkan di dalam SNI 7709 tahun 2012, Peraturan Menteri Perindustrian No. 87 tahun 2013 tentang pemberlakuan SNI Minyak Goreng Sawit secara wajib yang diperpanjang pemberlakuannya sampai dengan tahun 2018 sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 100 tahun 2015 dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 80 tahun 2014 tentang minyak wajib kemas. Kebijakan yang diambil tentunya untuk membela kepentingan rakyat, namun pemberlakuan ini tentunya perlu memperhatikan preferensi masyarakat yang mengkonsumsi minyak goreng sawit curah dan kesiapan produsen, baik produsen minyak sawit maupun pengemas. Mekanisme produksi merupakan suatu subsistem yang berperan dalam menghasilkan model produk minyak goreng kemasan sederhana yang terbaik. Model produk terbaik ini, didasarkan pada analisis keselarasan antara harapan konsumen yang terekam dalam voice of consumer terhadap parameter-parameter yang menjadi ketentuan dalam SNI 7709 tahun 2012. SNI ini sudah melalui verifikasi oleh World Health Organization (WHO) untuk mendapatkan persetujuan sebagai SNI wajib bagi minyak goreng yang beredar di Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan kebijakan SNI wajib bagi minyak goreng melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 86 tahun 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi minyak goreng sawit dalam bentuk curah sangat rawan terhadap pengoplosan dan penyalahgunaan takar timbang. Dengan demikian hak masyarakat untuk mendapatkan perlindungan konsumen sesuai dengan UndangUndang no 8 tahun 2009 tentang perlindungan konsumen terlanggar. Disamping itu penegakan UndangUndang Pangan nomor 12 tahun 2012 perlu juga menjadi pertimbangan bahwa pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia haruslah pangan yang sehat dan higienis. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian, Badan Standarisasi Nasional dan Kementerian Perdagangan telah merancang suatu kebijakan bahwa pada tahun 2015 akan diberlakukan larangan penjualan minyak goreng sawit dalam bentuk curah.
Rekapitulasi Preferensi Konsumen Preferensi Konsumen didapat dari penyebaran kuesioner. Preferensi konsumen selanjutnya diintegrasikan dengan karakteristik teknik yang dimiliki oleh produsen minyak sawit dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD mengambil daftar atribut pelanggan Customer Requirement (Cr) yang diinginkan, yang dihasilkan riset pasar, dan mengubahnya menjadi daftar Technical Characteristic (TC) yang dapat digunakan oleh pada produsen. 122
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
Sumbangan utama QFD adalah meningkatkan komunikasi antara para pemasar, perancang dan orang-orang bagian produksi (Kotler, 2005). Dalam rangka mengumpulkan preferensi konsumen mengenai produk minyak goreng kemasan sederhana yang diinginkan, telah terkumpul hasil survey di 30 kota di pulau jawa sebanyak 685 responden. Pasar tradisional yang dijadikan tempat penelitian ditentukan berdasarkan Jumlah pasar tradisional yang ada di pulau Jawa adalah 2842. Pasar tradisional di DKI Jakarta sebanyak 153, Banten sebanyak 107, Jawa Barat sebanyak 539, Jawa Tengah sebanyak 881, DI Yogyakarta sebanyak 191 dan Jawa Timur sebanyak 971. Tempat penyebaran kuesioner dilakukan dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan luas pasar dan jumlah pedagang terbanyak di masing-masing kota yang mewakili provinsi. Data 30 (tiga puluh) kota diambil sebagai sampel penyebaran questioner pada 6 (enam) provinsi yaitu Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,dan Jawa Timur. Tempat penyebaran questioner tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji validitas questioner menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap produk minyak goreng kemasan sederhana perlu memperhatikan 12 variabel. Variabel tersebut adalah (CR 1) Harga minyak goreng curah kemasan sederhana tidak jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah, (CR 2) Terjangkau oleh seluruh segmen pasar, (CR 3) Warna Kuning Jernih, (CR 4) Tidak Berasa, (CR 5) Tidak Berbau, (CR 6) Semua tahapan proses produksi minyak goreng sesuai dengan standar, (CR 7) Ditambahkan Vitamin A atau D, (CR 8) Proses Produksi yang higienis, (CR 9) Tersedia dalam berbagai ukuran, (CR 10) Mencantumkan ingredient, produsen dan masa kadaluarsa, (CR 11) Kokoh atau tidak mudah bocor dan(CR 12) Nyaman digunakan (ergonomis).
Penyebaran questioner dilakukan kepada masyarakat yang sedang melakukan pembelian minyak goreng curah di pasar tradisional. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus slovin pada taraf signifikan α = 0,05 maka didapat bahwa jumlah responden minimal sejumlah 685 orang. Bentuk jawaban dari konsumen meliputi empat pilihan jawaban yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR).Keempat pilihan jawaban tentunya bersifat fuzzy. Himpunan anggota fuzzy pada penelitian ini adalah berikut ini (Liu, 2009).
Keempat himpunan fuzzy tersebut dapat di lihat pada Gambar 3.
Fuzzy Triangular adalah salah satu tipe dari fuzzy membership function yang memiliki batas atas dan batas bawah dari input crips fuzzy, dimana nilai batas bawah dan atas dari nilai membership function nya sama dengan 0 dan satu titik puncak dari membership function bernilai 1 (Mendel, 2010). Berdasarkan hasil pengumpulan data primer dari penyebaran kuesioner di 30 pasar tradisional pada sebanyak 685 orang responden maka direkapitulasi berdasarkan pembobotan maka rekapitulasi untuk menghasilkan bobot preferensi konsumen yang dikalkulasi dari hasil agregrasi untuk 30 kota dihitung dengan rumus (Liu, 2009) : 123
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
Tabel 1. Tempat Penyebaran Kuesioner
Gambar 3. Himpunan Fuzzy Triangular
124
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
Dari 12 (dua belas) kriteria preferensi konsumen dapat ditentukan bahwa kriteria yang mempunyai nilai bobot tertinggi adalah : CR 1 dengan hasil bobot (5.00, 6.00, 6.00), CR 2 dengan hasil bobot (3.00, 4.00, 5,73), CR 3 dengan hasil bobot (5.00, 6.00, 6.00), CR 7 dengan hasil bobot (3.00, 4.00, 4.97), CR 9 dengan hasil bobot (3.00, 4.00, 5,66), CR 10 dengan hasil bobot (3.00, 4.00, 4.97) dan CR 11 dengan hasil bobot (3.00, 4.00, 4.97). Dengan demikian preferensi konsumen yang dominan berdasarkan rumus tersebut adalah : Harga Minyak Goreng curah ke kemasan sederhana tidak jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah, harga minyak goreng kemasan sederhana terjangkau oleh seluruh segmen pasar, warna minyak goreng kuning jernih, minyak goreng ditambahkan vitamin A atau D, minyak goreng kemasan sederhana tersedia dalam berbagai ukuran, minyak goreng kemasan sederhana mencantumkan ingredient, produsen, dan masa kadaluarsa serta kemasan minyak goreng kokoh dan tidak mudah bocor. Selanjutnya dari ketujuh kriteria yang dominan tersebut dirangking kembali berdasarkan bobot linguistic sehingga hanya terdapat 3 kriteria yang paling dominan. Hasil pembobotan linguistik dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil tersebut maka (CR 1) Harga Minyak Goreng curah ke kemasan sederhana tidak jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah dengan bobot 0,12, (CR 3)warna minyak goreng kuning jernih dengan bobot 0,12dan (CR 9)minyak goreng kemasan sederhana tersedia dalam berbagai ukuran dengan bobot 0,10. Ketiga kriteria tersebut merupakan kriteria yang paling dominan.
komputasi untuk memilih alternatif terbaik di antara beberapa orang sehubungan dengan kriteria tertentu dengan pembuat keputusan tunggal atau kelompok(Mohammadshahi. 2013). Kriteria biasanya berupa ukuranukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Kahraman, 2008). Pembobotan dalam integrasi antara Consumer Requirement(CR) dengan Technical Characteristic(TC) diisi dengan menggunakan pendapat pakar. Pakar dalam operasi ini adalah PT. Wilmar (member 1), PT Astra Agrolestari (member 2), PT Salim Ivomas (member 3), Direktorat Bahan Pokok Strategis Kementerian Perdagangan (member 4) dan Direktorat Industri Makanan Kementerian Perindustrian (member 5). Hasil akuisisi kelima pakar tersebut dalam proses agregasi Consumer Requirement (CR) dan Technical Caracteristic (TC). Pada penelitian ini nilai Customer Caracateristic (CR) merupakan alternatif yang penting dipertimbangkan oleh produsen minyak goreng sawit. CR yang dipilih adalah CR yang mempunyai bobot terbesar.Selanjutnya CR tersebut diagregrasikan dengan Technical Characteristic (TC)yang merupakan kriteria yang dimiliki oleh produsen minyak goreng sawit. Proses agregasi dilakukan pula untuk agregasi pada pakar. Agregasi pakar dilakukan dengan menggunakan teknik Ordered Weighted Average. Operasionalisasi agregasi pada pakar dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
Berdasarkan hasil pembobotan agregasi kriteria didapatkan bahwa bobot nilai untuk masing-masing pakar adalah M1=Int[0,083]=Sangat Rendah, M2=Int[0,167]=Rendah, M3=Int[0,167]=Rendah, M4=Int[0,25]=Tinggi,dan M5=Int[0,333]=Sangat Tinggi.
Agregasi Cr Dan Tc Dengan Mcdm Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah salah satu cabang yang paling penting dari penelitian operasi yang bertujuan untuk merancang alat-alat matematika dan 125
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
Selanjutnya agregasi pendapat pakar antara keinginan konsumen (Consumer Requirement (CR)) dan Kapasitas Perusahaan (Technical Charakterisic (TC) untuk masingmasing CR dilakukan dengan teknik Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan menggunakan rumus berikut ini.
disediakan untuk mencari alternatif paling baik berdasarkan pendapat para pakar yang tertuang dalam bentuk nonnumerical (secara kualitatif) terhadap situasi yang dihadapi (Yager, 1993) Pendapat pakar yang sudah diberi bobot selanjutnya diagregasikan untuk mendapatkan pendapat gabungan yang mencerminkan pendapat akhir dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil agregasi tersebut dapat dilihat bahwa kombinasi yang paling baik antara CR dan TC adalah Hasil dari Agregasi pendapat pakar terhadap masing-masing CR dan TC dapat dilihat pada Tabel 2.
Dimana : j = 1, 2, …, m Bj = urutan terbesar nilai penilaian pakar ke j ME-MCDM dipakai karena merupakan suatu teknik yang tepat dalam pengambilan keputusan dengan berbagai macam kriteria yang
Tabel 2. Hasil Agregasi TC untuk masing-masing CR
Berdasarkan hasil agregasi pakar untuk TC dapat dilihat bahwa TC yang mempunyai nilai optimasi tertinggi adalah TC 11 = Pengetahuan dari SDM operator, TC 21 = Teknologi Pengolahan, TC 24 = Sarana dan Prasarana yang Mendukung Produksi dan TC 31 = Penerapan Standar Operating Procedure (SOP) yang menjamin keseragaman proses. Selanjutnya berdasarkan hasil pembobotan linguistic pada CR diperoleh bahwa kriteria dominan dengan nilai tertinggi untuk keinginan konsumen (CR) adalah (CR 1) Harga Minyak Goreng curah ke kemasan sederhana tidak jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah dengan bobot 0,12, (CR 3) warna minyak goreng kuning jernih dengan bobot 0,12 dan (CR 9) minyak goreng kemasan sederhana tersedia dalam berbagai ukuran dengan bobot 0,10. Hal ini sebanding dengan hasil agregasi pakar
untuk optimasi maksimum yaitu CR 1 = 12, CR 3 = 12 dan CR 9 = 16. Dengan demikian kebijakan konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana perlu mempertimbangkan karakteristik konsumen (CR) dan karakteristik teknik (TC) dari produsen. Berdasarkan kombinasi pengolahan data dengan metode Fuzzy set, MCDMdan QFD dapat diperoleh bahwa konsumen menginginkan harga minyak goreng kemasan sederhana yang murah atau tidak jauh lebih tinggi dari minyak goreng kemasan yang sekarang sudah beredar banyak di pasar swalayan. Harga yang murah dapat diwujudkan dengan adanya rekayasa proses produksi yang lebih efisien. Hal ini sejalan dengan karakteristik teknik di Produsen bahwa perlu menerapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang menjamin keseragaman proses dan juga Sarana dan Prasarana yang Mendukung Produksi. 126
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
(Pillow Pack) dan Bahan plastik Poly Ethelene (Mono Layer) merupakan pilihan termurah untuk kemasan minyak goreng kemasan sederhana. Selain itu kemasan gelas plastik juga dapat dijadikan alternatif pilihan agar lebih kokoh dan tidak mudah bocor. Namun kemasan gelas plastik ini akan menimbulkan kerancuan dengan minuman sehingga perlu hati-hati dalam pemasarannya terutama untuk kalangan anak-anak. Hasil penelitian ini dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam program konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana dengan mempertimbangkan jenis dan teknologi kemasan yang murah atau bahkan mendapatkan subsidi baik berupa subsisi kemasan ataupun subsidi untuk menanggung pajak pertambahan nilai atau PPN DTP. Proses pengemasan minyak goreng curah dapat dilakukan oleh produsen pengolah minyak goreng sawit ataupun oleh perusahaan pengemas yang berdiri sendiri. GIMNI (2014) melakukan analisis kelayakan investasi dalam rangka menyambut kebijakan konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana seperti pada Tabel 3. Dengan demikian penelitian ini memberikan kontribusi yang searah dengan kebijakan pemerintah dalam upaya untuk dapat menjamin kelayakan pangan bagi masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Pangan No 18 tahun 2012, dan juga dapat menjamin keamanan konsumsi pangan yang sesuai dengan Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan menjamin keakuratan ukur dan timbang yang sesuai dengan Undang-Undang No 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Selanjutnya kebijakan ini pun sudah disambut baik juga oleh GIMNI sebagai suatu asosiasi pengusaha produsen minyak goreng sawit dalam hal kelayakan investasinya.
Selain itu konsumen menginginkan minyak goreng yang kualitas bagus dalam hal ini adalah warnanya kuning jernih. Hal ini perlu didukung oleh teknikal karakteristik produsen dari sisi teknologi pengolahan dan pengetahuan operator di bagian produksi untuk dapat menghasilkan minyak goreng yang mempunyai warna kuning jernih. Warna kuning jernih dihasilkan dengan menghilangkan beberapa senyawa yang pada dasarnya sebagian dapat bermanfaat bagi tubuh. Senyawa tersebut antara lain: Tocopherols yang menjadi sumber vitamin E, air, beta carotene atau sumber Vitamin A, zat besi, dan lainlain. Proses yang dilakukan untuk menghilangkan senyawa tersebut sehingga berwarna kuning jernih adalah proses Refining, Belaching dan Deodorizing (RBD). Keinginan konsumen dominan lainya adalah minyak goreng kemasan sederhana dikemas dan tersedia dalam berbagai ukuran dengan berbagai ukuran. Hal ini selaras dengan kebijakan yang sudah dicanangkan oleh Kementerian Perdagangan yaitu dalam PERMENDAG No. 2 tahun 2009 mendefinisikan bahwa Minyak goreng sawit kemasan sederhana adalah minyak goreng sawit curah yang dikemas dengan merek MINYAKITA yang diproduksi oleh produsen didaftarkan di Kementerian Perdagangan dengan model disain dan spesifikasi kemasan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Namun pada kenyataannya merek yang sudah ditentukan pemerintah tidak begitu disambut baik oleh Produsen minyak goreng, karena setiap produsen mempunyai harapan untuk mengembangkan merek sendiri. Walaupun demikian harga murah dan dibuat dalam berbagai ukuran dapat dibuat oleh produsen minyak goreng sawit atau pabrik pengemas. Bentuk kemasan bantal
127
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 117 - 130
Tabel 3. Analisis kelayakan investasi konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana untuk penentuan PPN DTP. Sumber : GIMNI (2014)
Tabel 4. Analisis investasi perusahaan besar dan UKM Sumber : GIMNI (2014)
IMPLIKASI PENELITIAN Implikasi penelitian ini bagi dunia pendidikan, industri minyak goreng dan kebijakan pemerintah. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi sebagai berikuti. 1. Menjadi kontributor dalam perkembangan penelitian di bidang mekanisme produksi dalam bentuk konfirmasi, modifikasi, dan melengkapi teori-teori yang ada. 2. Menjadi salah satu impact assessment pada program konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana. 3. Menjadi bahan masukan bagi produsen dan pemerintah dalam
rangka menjalankan mekanisme produksi pada konversi minyak goreng curah ke kemasan. SIMPULAN Mekanisme produksi merupakan bagian pertama dari model sistem kebijakan konversi minyak goreng curah ke kemasan. Pada mekanisme produksi sudah dilakukan identifikasi dan penentuan kriteria dominan dari Keinginan Konsumen/Consumer Requirement (CR), identifikasi dan penentuan kriteria dominan dari karakteristik teknis/Technical Caracteristic (TC) dari 128
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
produsen yang selanjutnya diintegrasikan. Fuzzyset digunakan dalam menilai CR yang didapatkan dari pengisian kuesioner oleh konsumen langsung yang mengkonsumsi minyak goreng curah. Hasil rekapitulasi CR didapatkan bahwa bobot terbesar adalah (CR) adalah (CR 1) Harga Minyak Goreng curah ke kemasan tidak jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah dengan bobot 0,12, (CR 3) warna minyak goreng kuning jernih dengan bobot 0,12 dan (CR 9) minyak goreng kemasan tersedia dalam berbagai ukuran dengan bobot 0,10.Hal ini sejalan juga dengan hasil agregasi alternatif yang sudah dilakukan oleh pakar dengan menggunakan metode ME-MCDM. Sebelum dilakukan agregasi pakar dan kriteria terlebih dahulu dilakukan identifikasi pendapat produsen mengenai karakteristik teknik dalam bentuk QFD. Berdasarkan hasil agregasi CR dan TC dengan menggunakan MEMCDM maka didapatkan kriteria dominan yang perlu diperhatikan dalam program kebijakan konversi minyak goreng curah ke kemasan antara lain dari sisi: pengetahuan SDM, teknologi pengolahan, sarana dan prasarana yang mendukung produksi dan Penerapan Standar Operating Procedure (SOP) yang menjamin keseragaman proses. Penelitian menetapkan bahwa desain kemasan sesuai dengan PERMENDAG nomor 2 tahun 2009, dan bentuk kemasannya dapat bantal (Pillow Pack) dan Bahan plastik Poly Ethelene (Mono Layer) yang dikemas dan tersedia dalam berbagai ukuran yaitu 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml dan 2000 ml.
Dengan demikian perlu diteliti lebih lanjut analisis kelayakan investasi dan rekayasa proses pengemasan yang efisien. DAFTAR PUSTAKA Arman, H.N. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta. Andi Offset. Bottani, E dan Rizzi, A. 2006. Strategic Management of Logistic Service A Fuzzy Function Deployment Approach. [jurnal] Inernational Journal of Production Economics . Badan Standarisasi Nasional. 2012. Standar Nasional Indonesia Nomor 7709 tahun 2012 tentang Minyak Goreng Sawit. Jakarta (ID) Lembaran Negara Republik Indonesia. Felice. FD and A. Petrillo. 2010. A Muliple Choice Decision Analysis: An Integrated QFD-AHP model for the Assessment of Customer Needs. [Jurnal]: International Journal of Engineering, Science and Technology. Vol 2, No. 9, pp 25-38. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia [GIMNI]. 2014. Data Konsumsi Minyak Goreng Masyarakat Indonesia. GIMNI [Internet] [diunduh 2014 Des 5]. Tersedia pada: http://bisnis.com/articles/2015minyak-goreng-curah-hanya-untukindustri. J. Kacprzyk, M. Fedrizzi, and H. Nurmi, “Group decision making and consensus under fuzzy preferences and fuzzy majority,” Fuzzy Sets Syst.,vol. 49, pp. 21–31, 1992. Kahraman, C. 2008. Fuzzy Multy-Criteria Decision Making Theory and Applications with Recent Developments. Istambul Turky : Springer Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta : Index Kusumadewi. 2004. Aplikasi logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan (ID): Graha Ilmu. Liu, C. H. 2009. A Group Decision Making method with fuzzy set theoryand genetic algorithms in quality function deployment. Springer Science + Business Media B.V.Res : 44 (11751189) Mendel J. M dan Wu, D. 2010. Perceptual Computing Aiding People in Making
SARAN Mekanisme produksi program konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana perlu dikembangkan dengan memperhatikan analisis ketersediaan sarana dan prasarana alat ataupun pabrik pengemas yang efisien dan terintegrasi dengan produsen dan konsumen. 129
Mekanisme Produksi Minyak Goreng ..., Wahyu Widji Pamungkas
Subjective Judgement. IEEE Computational Intelligence Sociaety dan Willey A John Wiley & Sons, Inc., Publication. Menteri Perdagangan RI. 2009. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :02/MDAG/PER/1/2009 tentang Minyak Goreng Sawit Kemasan Sederhana. Tanggal 19 Januari 2009. Jakarta (ID) Menteri Perdagangan RI. 2014. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 80/MDAG/PER/10/2014 tentang Minyak Goreng Wajib Kemasan. Tanggal 17 Oktober 2014. Jakarta (ID) Menteri Perindustrian RI. 2013. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 87/MIND/PER/12/2013 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara Wajib. Tanggal 24 Desember 2013. Jakarta (ID) Menteri Perindustrian RI. 2013. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 100/MIND/PER/11/2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 87/MIND/PER/12/2013tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara Wajib. Tanggal 24 Desember 2013. Jakarta (ID) Presiden Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan. Setneg. Jakarta (ID) Lembaran Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Setneg. Jakarta (ID) Lembaran Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Setneg. Jakarta (ID) Lembaran Negara Republik Indonesia. Sianturi, C. O. 2014. Analisis Referensi Konsumen pada Konversi Minyak Goreng Curah ke Kemasan Sederhana dengan Metode Fuzzy AHP dan Quality Function Deployment (QFD). [Tesis]. Bogor (ID): IPB Yager, R.R. 1993. Non-Numerical MultiCriteria Multi-Person Decision Making. [Jurnal]: Group Decision and Negotiation. Vol 2, No. 1, pp:81-93
vi