42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kabupaten Semarang 1. Keadaan Alam a. Letak Geografis Penelitian ini dlakukan di Kabupeten Semarang dimana Kabupaten Semarang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak antara 110014’54,75” sampai dengan 110039’3”BT dan 703’57” sampai dengan 7030’ LS. Kabupaten Semarang mempunyai luas wilayah sebesar 95.020,674 Ha dengan dengan 64% wilayah berupa lahan pertanian dan sisanya lahan non pertanian. Suhu udara di Kabupaten Semarang relatif sejuk. Temperatur udara terendah yaitu 17,63oC dan temperatur udara tertinggi yaitu 33,45oC dengan kelembaban udara tertinggi 96,40% dan terendah 40,20%. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kota Semarang
Sebelah Timur
: Kabupaten Grobogan Kabupaten Demak
Sebelah Selatan
: Kabupaten Boyolali
Sebelah Barat
: Kabupaten Kendal Kabupaten Temanggung
Kabupaten Semarang memiliki 19 kecamatan yaitu Getasan, Tengaran, Susukan, Kaliungu, Suruh, Pabelan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bawen, Beringin, Bancak, Pringapus, Bregas, Ungaran Barat dan Ungaran Timur. Setelah itu, Kabupaten Semarang terbagi lagi atas 208 Desa, 27 Kelurahan, 1.565 RW dan 6.490 RT. b. Curah Hujan Rata-rata curah hujan di wilayah Kabupaten Semarang selama tahun 2011 cenderung tinggi. Tercatat rata-rata curah hujannya sebesar 42 commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.334 mm, dengan Kecamatan Pringapus dan Bergas sebagai kecamatan bercurah hujan tertinggi (3.236 mm) dan Kecamatan Bancak dan Bringin bercurah hujan terendah (1.584 mm). Banyaknya hari terjadinya hujan selama tahun 2011 terbanyak pada bulan Maret, April dan Desember, sedangkan pada bulan Agustus tidak terjadi hujan. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan April (6.276) dan Maret (6.231) sedangkan terkecil di bulan Agustus (0) dan September (449). Mengingat hampir setiap bulan pada
tahun
2011
terjadi
turun
hujan
sehingga
tidak
terjadi
kekeringan/kemarau. c. Keadaan Tanah Kabupaten Semarang memiliki berbagai jenis tanah. Jenis tanah ini nantinya akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah terhadap usaha budidaya tanaman tomat yang dilakukan di Kabupaten Semarang. Jenis tanah yang ada di kabupaten Semarang yaitu yaitu : 1) Aluvial berwarna coklat tua 2) Regusol berwarna kelabu 3) Grumusol berwarna kelabu 4) Androsol berwarna coklat 5) Litosol berwarna coklat kemerahan 6) Latosol berwarna coklat tua dan kemerahan 7) Mediteran berwarna coklat tua Tomat membutuhkan media tanam berupa tanah yang gembur, berpasir, subur dan banyak mengandung humus. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tomat mebutuhkan tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) 5,5-6,5. Untuk tanah ber-pH rendah (asam), perlu ditambahkan kapur dolomit (CaCO3) dan diberikan pada saat 3-4 minggu sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas media tanam (Purwati, 2009). d. Topografi Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 meter di atas permukaan laut hingga 1.450 meter di atas permukaan laut. Desa Cinderejo di Kecamatan Pringapus merupakan desa dengan ketinggian commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terendah sedangkan Desa Batur di Kecamatan Getasan merupakan wilayah desa dengan ketinggian tertinggi. Berikut ini merupakan ketinggian wilayah di atas permukaan laut menurut Kecamatan di Kabupaten Semarang Tahun 2011. Tabel 6. Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut Menurut Kecamatan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kecamatan Getasan Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Pringapus Bergas Ungaran Barat Ungaran Timur
Ketinggian 1.450 729 497 497 660 584 480 478 572 900 514 750 650 357 357 400 400 318 318
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Tomat merupakan tanaman yang tumbuh subur dan banyak diusahakan pada dataran tinggi. Sebab kondisi tersebut sangat mendukung dalam pertumbuhan tanaman tomat. Oleh sebab itu, daeah di Kabupaten Semarang yang menjadi sentra penanaman tomat berada di Kecamatan Getasan dan Kecamatan Sumowono. Hal ini dikarenakan kedua kecamatan tersebut mempunyai ketinggian wilayah tertinggi di Kabupaten Semarang.
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan Keadaan tata guna lahan tegalan/kebun di Kabupaten Semarang Tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7. Luas Wilayah Tanah Kering di Kabupaten Semarang (Ha), 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Tegal/ Kebun 26.616,00 26.452,30 25.442,59 25.394,42 27,627,26 25.976,33
Ladang
Perkebunan
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.068,00 5.068,13 5.068,13 5.068,13 4.853,37 5.025,15
Hutan Rakyat 4.508,84 4.673,81 5.686,44 5.747,67 3.790,83 4.881,52
Lainnya 41,00 41,00 40,00 40,00 185,69 69,55
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tegalan/kebun di Kabupaten Semarang dari tahun 2007-2011 berfluktuasi yang cenderung menurun hingga tahun 2010, tetapi selanjutnya pada tahun 2011 kembali mengalami peningkatan. Penurunan terbesar yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.009,71 ha. Kecenderungan ini dapat diakibatkan karena Kabupaten Semarang juga merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pariwisata, sehingga dalam rangka mendukung pengembangan
sektor
pariwisata
penggunaan
lahan
sebagai
pekarangan/bangunan semakin meningkat. Penggunaan tanah kering terbesar di Kabupaten Semarang adalah penggunaan tanah untuk tegal/kebun dengan rata-rata sebesar 25.976,33 Ha Berkurangnya penggunaan lahan tegal/kebun akan berpengaruh terhadap luas areal tanam tomat dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi produksi tomat di Kabupaten Semarang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani tomat membudidayakan tomat di areal tegalan/kebun. Sebab lahan pertanian pada dataran tinggi yang digunakan untuk menanam komoditas sayuran, sebagian besar berupa lahan tegalan/kebun.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Luas Wilayah Tanah Sawah Berdasarkan Jenis Irigrasi di Kabupaten Semarang 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Rata-rata
Irigasi Teknis 5.525,00 5.524,92 5.475,91 5.448,01 4.265,78 26.239,62 5.247,92
Tanah Sawah Irigasi ½ Irigasi Teknis Sederhana 3.818,00 8.820,00 4.027,46 8.026,95 4.027,45 7.717,24 3.427,68 8.752,01 5.078,46 6.624,68 20.379,05 39.940,88 4.075,81 7.988,81
Irigasi Tadah Desa Hujan 87,00 6.167,94 1.011,97 5.823,71 526,54 6.664,33 79,00 6.679,32 677,75 7.336,16 2.382,26 32.671,46 476,45 6.534,29
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan sawah di Kabupaten Semarang dari tahun 2007-2011 cenderung mengalami penurunan. Kecenderungan ini dapat diakibatkan karena Kabupaten Semarang juga merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pariwisata, sehingga dalam rangka mendukung pengembangan sektor pariwisata penggunaan tanah sebagai sawah semakin menurun. Selain itu adanya alih fungsi lahan lain seperti untuk perumahan penduduk dan perkantoran seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk. 2. Keadaan Penduduk a. Perkembangan Penduduk Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, mortalitas dan natalitas. Perkembangan penduduk di Kabupaten Semarang selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Rata-rata
Jumlah
Pertumbuhan
906.112 913.022 917.745 933.764 938.802 4.609.445 921,89
6.910 4.723 16.019 5.038 32.690 8.172,5
Prosentase (%) 0,76 0,52 1,74 0,54 3,56
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Semarang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk terbanyak terjadi tahun 2010 yaitu sebesar 16.019 jiwa (1,74%). Sedangkan pertambahan penduduk terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4.723 atau 0,52%. Penduduk di suatu wilayah dapat dikelompokan menurut komposisi tertentu misalnya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berdasarkan usia dapat dibedakan menjadi kelompok penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur antara 15-64 tahun. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Semarang Tahun 2011 Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Umur Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Tahun) (Jiwa) (Jiwa) 0 – 14 115.651 108.768 224.419 15 – 64 314.998 327.355 642.353 ≥ 65 31.943 40.087 72.030 Jumlah 462.592 476.210 938.802 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012
commit to user
Persentase (%) 23,9 68,4 7,7 100,00
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Semarang jumlah golongan umur terbanyak adalah umur 15 – 64 tahun atau golongan usia produktif dengan jumlah sebesar 642.353 jiwa atau 68,4 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Semarang. Golongan usia non produktif untuk umur 0 – 14 tahun berjumlah 224.419 jiwa atau 23,9 persen dan untuk umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun berjumlah 72.030 jiwa atau 7,7 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Semarang. Berdasarkan persentase tersebut berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dan kelompok usia produktif merupakan syarat utama penyelenggaraan kegiatan ekonomi. Selain itu, banyaknya penduduk usia produktif juga memungkinkan penyediaan tenaga kerja yang cukup dalam usaha budidaya tomat. Walaupun pada kenyataannya, usia 65 tahun keatas juga masih mampu terlibat dalam usaha budidaya. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dan tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif (usia 0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) yang harus ditanggung oleh setiap penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Untuk menghitung besarnya ABT dapat menggunakan rumus: ABT =
Jumlah Penduduk Usia Non Produktif X 100% Jumlah Penduduk Usia Produktif
ABT =
296.449 X 100% 642.353
= 46,15 % (ABT di Kabupaten Semarang) Berdasarkan perhitungan nilai ABT diketahui bahwa nilai ABT di Kabupaten Semarang sebesar adalah 46,15 %, hal ini berarti bahwa tiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Semarang menanggung 46 orang penduduk usia non produktif. Sedangkan untuk mengetahui
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan digunakan rumus:
SexRatio=
Jumlah Penduduk Laki - Laki X 100 % Jumlah Penduduk Perempuan
SexRatio=
462.592 X 100% 476.210
= 97,14% Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya nilai sex ratio di Kabupaten Semarang adalah 97,14%, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi
penduduk
menurut
tingkat
pendidikan
dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan akan mempengaruhi kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%) Tamat Akademi/ PT 41.276 5,06 Tamat SLTA dan SMK 157.792 19,35 Tamat SLTP 164.498 20,16 Tamat SD 285.193 34,96 Tidak/Belum Tamat SD 167.023 20,47 Jumlah 815.782 100,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa penduduk di Kabupaten Semarang yang paling banyak yaitu tamatan Sekolah Dasar sebanyak 285.193 atau 34,96% dan yang paling sedikit adalah tamatan akademik atau perguruan tinggi yaitu sebesar 5,06% atau sebanyak 41.276 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Semarang memiliki kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah. c. Ketenagakerjaan Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk di daerah tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Keadaan matapencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Semarang Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No. 1.
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%) Pertanian (pemilik 114.696 28,25 penggarap) 2. Perkebunan 13.030 3,21 3. Perikanan 1.900 0,47 4. Peternakan 16.866 4,15 5. Pertanian (buruh tani) 30.757 7,58 6. Industri Pengolahan 92.467 22,78 7. Perdagangan 37.937 9,35 8. Pengusaha 13.670 3,37 9. Angkutan 17.988 4,43 10. Lainnya 66.621 16,41 Jumlah 405.932 100,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Semarang bermata pencaharian di lapangan pekerjaan utama pertanian yaitu sebesar 28,25%. Penduduk yang bermata pencaharian di lapangan pekerjaan bidang peternakan sebesar 16.866 jiwa atau sebesar 4,15% dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Semarang. Mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh masyarakat di Kabupaten Semarang adalah bidang perikanan yaitu sebesar 1.900 orang. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Penduduk di Kabupaten Semarang bermata pencaharian di bidang lainnya, terdiri dari bidang pekerjaan PNS, polisi, jasa, pekerjaan lainnya. Data di atas menunjukan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang penting di Kabupaten Semarang sebab dapat menyerap banyak tenaga kerja. Wilayah Kabupaten Semarang yang sebagian besar berupa dataran tinggi tentu sangat mendukung kegiatan pertanian di daerah tersebut. Oleh karena itu, cukup banyak penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai petani sayuran di daerah tesebut, termasuk petani tomat. 3. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian di Kabupaten Semarang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana tersebut digunakan untuk menyalurkan produksi pertanian terutama tomat dari produsen ke konsumen. Pasar dan koperasi merupakan sarana perekonomian yang sangat penting bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Semarang, pasar masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari. Pasar dan koperasi juga merupakan tempat untuk memasarkan produk-produk hasil pertanian dan peternakan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah koperasi, pasar dan minimarket di Kabupaten Semarang.
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Semarang Tahun 2011
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Sarana Perekonomian Koperasi : KUD Koperasi Peternakan/Pertanian KPRI Koperasi Karyawan Pasar Supermarket Minimarket Toko/Warung Pasar Tradisional Pasar Sayur dan Pasar Hewan
Jumlah 199 139 105 72 4 82 9.328 33 2
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Semarang sudah memadai sehingga akan mempermudah penyaluran tomat yang diperdagangkan, baik untuk konsumsi dalam kabupaten maupun luar kabupaten sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan akan sayuran tomat dengan mudah Selain pasar, terdapat juga transportasi dan sarana pendukung lainnyanya yang memiliki peranan sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi dan meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Adanya sarana prasarana yang baik dan memadai dapat menunjang pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk maupun kegiatan produksi yang dilakukan oleh penduduk. Semakin baik kondisi sarana prasarana yang ada di suatu daerah akan semakin baik pula perputaran roda perekonomian di daerah tersebut. Keadaan sarana dan prasarana perekonomian bagi suatu daerah dapat mempengaruhi keadaan perekonomian di daerah tersebut. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat sebagai saran transportasi utama tiap tahun bertambah jumlahnya. Selama tahun 2011 ada penambahan 27.443 kendaraan roda dua dan 2.907 kendaraan roda empat yang terdiri dari kendaraan pribadi, kendaraan dinas dan kendaraan untuk trayek umum. Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Kabupaten Semarang membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam penawaran tomat, sarana perhubungan mempunyai peranan penting dalam melakukan pemasaran, dimana dengan adanya sifat tomat yang cepat mengalami penurunan mutu atau busuk maka membutuhkan pengangkutan yang seefektif dan seefisien mungkin sehingga sampai ke konsumen tomat masih dalam keadaan segar. Adanya mobilitas yang baik maka akan semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota untuk membeli. Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No Jenis Sarana Perhubungan 1 Jenis Permukaan a. Aspal b. Kerikil c. Batu d. Tanah 2 Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Ringan d. Rusak/rusak berat
Jalan Kabupaten (Km) 714,12 4,00 15,50 0,00 262,82 293,45 110,04 67,31
Sumber : Badan Pusat Statistik , 2012 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa dari jenis permukaan jalan di Kabupaten Semarang sudah berupa aspal, sedangkan untuk kondisi jalan di Kabupaten Semarang sebagian besar dapat dikatakan berada dalam kualitas sedang. Kondisi jalan yang baik dan lancar akan memudahkan dalam melakukan pemasaran tomat ke luar kota sehingga resiko penurunan mutu tomat dapat diperkecil. 4. Keadaan Pertanian a. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Semarang dibedakan menjadi dua, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Tata Guna Lahan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2011 No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Tanah Sawah a. Irigasi Teknis 4.265,78 4,5 b. Irigasi ½ Teknis 5.078,46 5,3 c. Irigasi Sederhana 7.302,43 7,7 d. Tadah Hujan 7.336,16 7,7 2. Tanah Kering a. Pekarangan/ Bangunan 20.529,93 21,6 b. Tegal/Kebun 27.627,26 29,1 c. Padang Gembala 3.790,83 4,0 d. Tambak/ Kolam 25,32 0,1 e. Hutan Negara 8.691,75 9,1 f. Perkebunan Negara/ Swasta 4.853,37 5,1 g. Lain-lain 5.518,89 5,8 Jumlah 95.020,18 100,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa Kabupaten Semarang mempunyai luas lahan sebesar 95.020,18 Ha. Penggunaan lahan terluas di Kabupaten Semarang adalah lahan kering yang berupa tegal atau kebun seluas 27.627,26 Ha atau sebesar 29,1% dari total luas wilayah Kabupaten Semarang. Penggunaan lahan terkecil di Kabupaten Semarang adalah tambak atau kolam dengan luas 25,32 Ha atau sebesar 0,1% dari total luas wilayah Kabupaten Semarang. Lahan yang digunakan untuk daerah penanaman tomat di Kabupaten Semarang adalah lahan kering yaitu di pekarangan dan tegalan. Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik di lahan yang tidak terlalu banyak genangan air. Sebab kelembaban yang tinggi akan merangsang perkembangan berbagai penyakit seperti cendawan/jamur. Keadaan demikian akan berdampak pada jumlah produksi tomat, sehingga juga mempengaruhi perubahan penawaran tomat di Kabupaten Semarang. b. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Semarang memiliki potensi yang baik di bidang pertanian khususnya di subsektor tanaman bahan makanan, sehingga banyak penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khususnya memproduksi tanaman pangan. Subsektor tanaman bahan makanan menghasilkan tanaman pangan yang terdiri dari padi dan palawija serta sayur dan buah-buahan. Jumlah luas panen dan produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 Luas Panen (Ha)
No
Jenis Komoditi
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Padi dan Palawija Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ketela pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Sayur-sayuran Bawang Merah Bawang Daun Kentang Kubis Petsai/Sawi Wortel Lobak Kacang Panjang Cabe Tomat Terong Buncis Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
35.398,00 247,00 13.191,00 1.567,00 962,00 1.823,00 326,00
54,30 41,78 37,94 272,77 309,80 10,61 13,22
192.221,00 1.032,00 50.043,00 42.743,00 29.803,00 1.934,00 431,00
25,00 1.144,00 133,00 743,00 1.118,00 500,00 2,00 240,00 1.658,00 583,00 144,00 368,00 151,00 134,00 93,00 143,00
73,32 104,98 224,39 282,85 176,38 239,56 212,00 47,38 84,15 214,58 213,20 119,61 151,87 489,62 106,46 37,75
18.330,00 1.201.000,00 298.440,00 2.101.560,00 1.971.960,00 1.197.780,00 4.240,00 113.700,00 1.395.190,00 1.251.000,00 307.010,00 440.170,00 229.330,00 656.090,00 99.010,00 53.980,00
Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, 2012 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa komoditi pertanian terbesar di Kabupaten Semarang adalah padi sawah dengan luas panen sebesar 35.398 Ha dan produksi sebanyak 192.221 ton. Sedangkan luas panen yang terkecil adalah padi ladang dengan luas panen 247 Ha dan produksi sebanyak 1.032 ton. Akan tetapi, jumlah produksi terendah
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah kedelai yakni 431 ton. Untuk jenis sayur-sayuran, produksi terbesar yang dihasilkan yaitu kobis dengan produksi sebesar 2.101.560 ton dan produksi terkecil yaitu lobak dengan produksi sebesar 4.240 ton. Tabel 17. Jumlah Produksi Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Jenis Komoditi
Produksi (Ton)
Buah-buahan Alpokat Mangga Rambutan Duku Jeruk Manggis Durian Jambu Air Jambu Biji Sawo Papaya Melinjo Pisang Nanas Salak Kelengkeng Sirsat Sukun
1.419.980 526.780 1.203.970 420 104.360 9.330 560.760 2.240 20.530 8.830 18.640 168.780 1.086.890 540 59.770 1.226.790 25.050 14.860
Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, 2012 Untuk kategori buah-buahan, produksi yang terbesar adalah alpokat dengan produksi sebesar 1.419.980 ton dan produksi terkecil adalah duku dengan produksi sebesar 420 ton.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian yang berjudul “Analisis Penawaran Tomat di Kabupaten Semarang” ini menggunakan data time series bulanan selama 60 bulan, yaitu dari bulan Januari 2008 - Desember 2012. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan. Penawaran tomat dalam penelitian ini didekati melalui pendekatan produksi. Tomat merupakan salah satu produk hortikultura di Kabupaten Semarang. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayah Kabupaten Semarang yang berupa daerah pegunungan merupakan syarat tumbuh yang cocok untuk budidaya tomat. Variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tomat dalam penelitian ini adalah, produksi tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh data-data sebagai berikut: 1. Produksi Tomat Jumlah produksi merupakan faktor yang sangat penting dalam penawaran. Hal ini dikarenakan jumlah produk merupakan jumlah yang akan ditawarkan kepada konsumen. Jumlah produksi yang tinggi akan membuat penawaran barang tersebut tinggi dan sebaliknya. Penawaran tomat di Kabupaten Semarang dihitung dengan menggunakan pendekatan jumlah produksi. Adapun perkembangan jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang dari bulan Januari 2008 - Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 18.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 18. Produksi Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Produksi Tomat (kw) 4.357 4.503 6.409 4.465 5.209 5.485 7.316 5.363 5.318 3.952 5.212 3.664 4.809 16.623 5.201 6.198 5.117 3.716 10.205 5.660 5.131 5.078 5.640 3.292 3.893 7.648 8.283 4.768 6.878 8.617 6.625 9.706 5.909 5.764 3.515 5.247 10.950 13.243 9.482
commit to user
Perkembangan Jumlah Produksi (kw) 146 1.906 -1.944 744 276 1.831 -1.953 -45 -1.366 1.260 -1.548 1.145 11.814 -11.422 997 -1.081 -1.401 6.489 -4.545 -529 -53 562 -2.348 601 3.755 635 -3.515 2.110 1.739 -1.992 3.081 -3.797 -145 -2.249 1.732 5.703 2.293 -3.761
(%) 0,03 0,42 -0,30 0,17 0,05 0,33 0,27 -0,08 -0,26 0,32 -0,30 0,31 2,46 -0,69 0,19 -0,17 -0,27 1,75 -0,44 -0,09 -0,01 0,11 -0,42 0,18 0,96 0,08 -0,42 0,44 0,25 -0,23 0,46 -0,39 -0,02 -0,39 0,49 1,09 0,21 -0,28
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
April 11.149 1667 0,18 Mei 9.029 -2.120 -0,19 Juni 9.620 591 0,06 Juli 9.129 -491 -0,05 Agustus 8.732 -397 -0,04 Sepetember 9.950 1.218 0,12 Oktober 9.216 -734 -0,07 November 11.051 1.835 0,20 Desember 13.547 2.496 0,22 2012 Januari 14.044 497 0,04 Februari 15.021 977 0,07 Maret 12.556 -2.465 -0,16 April 7.775 -4.781 -0,38 Mei 6.412 -1.363 -0,18 Juni 7.229 817 0,13 Juli 7.303 74 0,01 Agustus 8.579 1.276 0,17 Sepetember 9.151 572 0,07 Oktober 10.197 1.046 0,11 November 8.702 -1.495 -0,15 Desember 8.752 50 0,05 Jumlah 455.595 4.395 6,02 Rata-rata 7.593,25 74,49 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang dari bulan Januari 2008 - Desember 2012 mengalami fluktuasi. Produksi tomat tertinggi terjadi pada bulan Februari tahun 2009 yaitu sebesar 16.623 kw. Hal ini disebabkan meningkatkannya luasnya areal panen tomat pada bulan tersebut sehingga meningkatkan produksi tomat. Sedangkan produksi terendah terjadi pada bulan Desember tahun 2009 yaitu sebesar 3.292 kw. Hal ini disebabkan karena rendahnya harga tomat pada beberapa bulan sebelumnya sehingga menyebabkan rendahnya minat petani untuk menanam tomat sehingga menyebabkan produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Produksi tomat di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir dapat dilihat melalui grafik pada Gambar 10.
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 10. Grafik Produksi Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Gambar 10 menunjukan jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir. Jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang
selama
60
bulan
cenderung
mengalami
peningkatan.
Perkembangan produksi tomat terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2009 yaitu sebesar -11.422 kw atau sebesar -0,69%. Hal ini didasarkan karena petani yang mengurangi luas areal panennya. Sedangkan perkembangan produksi tomat tertinggi terjadi pada bulan Februari tahun 2009 yaitu sebesar 11.814 kw atau sebesar 2,46%. 2. Produksi Kobis Jumlah produksi kobis yang dihasilkan berpengaruh terhadap jumlah produksi tomat yang ditawarkan di Kabupaten Semarang. Kobis merupakan kompetitor tanaman tomat. Untuk mengetahui jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 19.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19. Produksi Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 – Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Produksi Kobis (kw) 6.405 5.240 3.475 19.216 4.570 10.190 19.886 6.982 3.592 5.148 6.273 13.732 27.367 17.283 32.806 7.969 21.589 23.908 29.330 8.073 8.637 9.146 7.494 8.567 16.248 22.481 8.642 15.258 20.931 12.420 22.096 13.440 8.191 13.488 9.224 11.447 28.114 29.442 10.320
commit to user
Perkembangan Jumlah Produksi (kw) -1.165 -1.765 15.741 -14.646 5.620 9.696 -12.904 -3.390 1.556 1.125 7.459 13.635 -10.084 15.523 -24.837 13.620 2.319 5.422 -21.257 564 509 -1.652 1.073 7.681 6.233 -13.839 6.616 5.673 -8.511 9.676 -8.656 -5.249 5.297 -4.264 2.223 16.667 1.328 -19.122
(%) -0,18 -0,34 4,53 -0,76 1,23 0,95 -0,65 -0,48 0,43 0,22 1,19 0,99 -0,37 0,90 -0,76 1,71 0,11 0,23 -0,72 0,07 0,06 -0,18 0,14 0,90 0,38 -0,62 0,76 0,37 -0,41 0,78 -0,39 -0,39 0,65 -0,32 0,24 1,46 0,05 -0,65
62
perpustakaan.uns.ac.id
2012
digilib.uns.ac.id
April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
20.325 25.798 13.160 24.347 10.608 11.619 16.082 12.490 12.841 34.220 25.169 13.254 22.528 23.312 15.056 40.929 12.956 15.240 14.682 14.110 7.728 935.074 15.584,57
10.005 5.473 -12.638 11.187 -13.739 1.011 4.463 -3.592 351 21.379 -9.051 -11.915 9.274 784 -8.256 25.873 -27.973 2.284 -558 -572 -6.382 1.323 22,42
0,97 0,27 -0,49 0,85 -0,56 0,10 0,38 -0,22 0,03 1,66 -0,26 -0,47 0,70 0,03 -0,35 1,72 -0,68 0,18 -0,04 -0,04 -0,45 14,46
Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 mengalami fluktuasi. Produksi kobis tertinggi terjadi pada bulan Juli tahun
2012 yaitu
sebesar 40.929
kw. Hal ini disebabkan
meningkatkanya luas areal panen kobis dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan produksi kobis juga meningkat. Sedangkan produksi terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2008 yaitu sebesar 3.475 kw. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan luas areal panen kobis pada bulan tersebut yaitu sebesar 85 Ha dari bulan sebelumnya (Februari tahun 2002) sebesar 98 Ha sehingga menyebabkan produksi kobis yang dihasilkan menjadi rendah. Jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir dapat dilihat melalui grafik pada Gambar 11.
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 11. Grafik Produksi Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui perkembangan produksi kobis di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi. Perkembangan produksi kobis tertinggi terjadi pada April tahun 2008 yaitu sebesar 15.741 kw atau sebesar 4,53%. Sedangkan perkembangan produksi kobis terendah terjadi pada bulan Mei tahun 2008 yaitu sebesar -14.646 kw atau sebesar -0,76%. Hal ini disebabkan karena terjadi pengurangan luas areal panen kobis dari 93 Ha pada bulan April tahun 2008 menjadi 20 Ha pada bulan Mei tahun 2008. 3. Harga Tomat Harga tomat yang digunakan sebagai variabel adalah harga tomat pada tingkat produsen yang sudah dideflasikan, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di dalam pendeflasian tersebut digunakan indeks harga konsumen dengan bulan dasar pada bulan Desember tahun 2007 (Desember 2007=100). Untuk mengetahui perkembangan harga tomat di Kabupaten Semarang mulai dari bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 20.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Harga Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret
Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) 1.465 1.254 1.174 2.571 2.353 2.207 1.824 1.566 2.047 2.277 2.472 3.172 4.000 2.862 3.189 2.059 1.636 2.488 2.793 1.793 1.680 1.569 1.989 3.124 2.501 3.067 6.947 5.836 8.099 6.789 3.323 2.619 2.101 4.960 3.837 4.253 1.879 1.324 1.844
commit to user
IHK (Desember 2007=100) 101,20 102,61 104,34 104,65 105,79 108,19 109,20 109,49 110,15 110,37 110,80 111,03 110,61 110,99 111,56 111,46 111,66 111,86 112,22 112,57 113,87 114,27 113,98 114,27 115,10 115,63 115,42 115,85 115,87 116,82 118,84 119,46 120,67 120,72 121,45 122,34 123,08 122,94 122,79
Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg) 1.447,63 1.222,10 1.125,17 2.456,76 2.224,23 2.039,93 1.670,33 1.430,27 1.858,37 2.063,06 2.231,05 2.856,88 3.616,31 2.578,61 2.858,55 1.847,30 1.465,16 2.224,21 2.488,86 1.592,79 1.475,37 1.373,06 1.745,04 2.733,88 2.172,89 2.652,42 6.018,89 5.037,55 6.989,73 5.811,50 2.796,20 2.192,37 1.741,11 4.108,68 3.159,32 3.476,38 1.526,65 1.076,95 1.501,75
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
April 4.285 122,12 3.508,84 Mei 5.032 122,23 4.116,83 Juni 5.898 123,70 4.767,99 Juli 1.524 122,88 1.240,23 Agustus 1.505 124,42 1.209,61 Sepetember 1.168 125,05 934,03 Oktober 1.765 124,91 1.413,02 November 5.376 125,77 4.274,47 Desember 9.790 126,37 7.747,09 2012 Januari 5.528 125,94 4.354,81 Februari 3.180 127,39 2.496,27 Maret 2.922 127,81 2.286,21 April 2.668 127,97 2.084,86 Mei 2.893 128,44 2.252,41 Juni 3.147 129,32 2.433,50 Juli 4.163 130,42 3.192,00 Agustus 3.970 131,57 3.017,41 Sepetember 3.408 131,46 2.592,42 Oktober 3.639 131,56 2.766,04 November 2.642 131,57 2.008,06 Desember 2.190 132,14 1.657,33 Jumlah 189.636 7.097,16 159.240,70 Rata-rata 3.160,60 118,29 2.654,01 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Tabel 20 menunjukan perkembangan harga tomat di Kabupaten Semarang mulai bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012. Harga tomat setelah dideflasi tertinggi yaitu pada bulan Desember tahun 2011 sebesar Rp 7.747,09 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada beberapa bulan menjelang akhir tahun 2011 rata-rata curah hujan tinggi sehingga produksi tomat menjadi menurun dan menyebabkan ketersediaan tomat di pasar sedikit sehingga harga menjadi naik. Sedangkan harga terendah pada bulan September tahun 2011 sebesar Rp 934,03 per kilogram. Hal ini disebabkan karena curah hujan pada bulan Agustus dan September tahun 2011 sangatlah rendah sehingga produksi tomat menjadi meningkat dan menyebabkan harga tomat menjadi rendah. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata harga tomat setelah dideflasi sebesar Rp 2.654,10 per kilogram.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12000 10000 Harga sebelum Terdeflasi
Harga
8000 6000
Harga Sesudah Terdeflasi
4000 2000 2012
2011
2010
2009
2008
0
Tahun Gambar 12. Grafik Harga Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 12 di atas, dapat diketahui harga tomat di Kabupaten Semarang sebelum dan setelah terdeflasi. Harga tomat di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 60 bulan terakhir cenderung mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012, harga tomat di Kabupaten Semarang sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 924,00 – Rp9.790,00 per kilogram. Sedangkan harga tomat setelah terdeflasi berkisar antara Rp 751,00 – Rp 7.747,00 per kilogram. 4. Harga Kobis Kenaikan harga produk pertanian dan penurunan harga produk pertanian kompetitor akan berpengaruh tehadap produksi tomat. Jika harga suatu komoditi yang diusahakan oleh petani mengalami penurunan maka petani akan mengurangi luas areal komoditi tersebut dengan komoditi lain yang harganya lebih tinggi. Petani tomat di Kabupaten Semarang menumpangsarikan tanaman tomat dengan tanaman kobis. Hal ini disebabkan karena kobis dan tomat cocok untuk dibudidayakan di daerah yang sama. Harga tomat di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 21. Harga Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret
Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) 1.622 1.592 788 1.002 1.086 742 840 890 1.550 2.046 1.994 1.110 1.128 1.716 2.442 1.221 755 1.353 1.039 812 2.107 961 728 1.233 738 745 2.158 3.339 3.484 5.045 2.093 1.460 573 785 1.407 3.240 854 509 379
commit to user
IHK (Desember 2007=100)
Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg)
101,20 102,61 104,34 104,65 105,79 108,19 109,20 109,49 110,15 110,37 110,80 111,03 110,61 110,99 111,56 111,46 111,66 111,86 112,22 112,57 113,87 114,27 113,98 114,27 115,10 115,63 115,42 115,85 115,87 116,82 118,84 119,46 120,67 120,72 121,45 122,34 123,08 122,94 122,79
1.602,77 1.551,51 755,22 957,48 1.026,56 685,83 769,23 812,86 1.407,17 1.853,76 1.799,64 999,73 1.019,80 1.546,09 2.188,96 1.095,46 676,16 1.209,55 925,86 721,33 1.850,36 840,99 638,71 1.079,02 641,18 644,30 1.869,69 2.882,18 3.006,82 4.318,61 1.761,19 1.222,17 474,85 650,27 1.158,50 2.648,36 693,86 414,02 308,66
68
perpustakaan.uns.ac.id
2012
April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
digilib.uns.ac.id 521 1.069 2.460 907 2.336 1.458 1.658 2.243 3.558 2.287 1.480 1.184 728 867 1.391 1.652 2.517 2.454 3.127 2.659 2.681 96.803 1.613,383
122,12 122,23 123,70 122,88 124,42 125,05 124,91 125,77 126,37 125,94 127,39 127,81 127,97 128,44 129,32 130,42 131,57 131,46 131,56 131,57 132,14 7.097,16 118,29
426,63 874,58 1.988,68 738,12 1.877,51 1.165,93 1.327,36 1.783,41 2.815,54 1.801,64 1.161,79 926,38 568,88 675,02 1.075,63 1.266,68 1.913,05 1.866,73 2.376,86 2.020,98 2.028,91 81.389,02 1.356,48
Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Tabel 21 menunjukan perkembangan harga kobis di Kabupaten Semarang mulai bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012. Harga kobis setelah dideflasi tertinggi yaitu pada bulan Juni tahun 2010 sebesar Rp 4.318,61 per kilogram sedangkan harga terendah pada bulan Maret tahun 2011 sebesar Rp 308,66 per kilogram. Tingginya harga kobis ini disebabkan karena menurunnya jumlah kobis yang ditawarkan ke pasar. Hal ini disebabkan faktor alam berupa curah hujan yang mengganggu pertumbuhan kobis sehingga menyebabkan penurunan produksi kobis. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata harga kobis setelah dideflasi sebesar Rp 1.358,61 per kilogram.
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6000 5000 Harga sebelum Terdeflasi
Harga
4000 3000
Harga Sesudah Terdeflasi
2000 1000 2012
2011
2010
2009
2008
0
Tahun Gambar 13. Grafik Perkembangan Harga Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januar Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 13 di atas, dapat diketahui harga kobis di Kabupaten Semarang sebelum dan setelah terdeflasi. Harga kobis di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 60 bulan terakhir cenderung mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012, harga kobis di Kabupaten Semarang sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 379,00 – Rp 5.045,00 per kilogram. Sedangkan harga kobis setelah terdeflasi berkisar antara Rp 308,00 – Rp 4.318,00 per kilogram. 5. Harga Pupuk Urea Pupuk Urea merupakan salah satu input dalam budidaya tomat. Hal ini didasarkan karena pupuk urea digunakan sebagai pupuk dasar pada awal penanaman tanaman tomat. Pupuk Urea dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman tomat pada fase awal pertumbuhannya. Adapun harga pupuk Urea di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini:
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 22. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret
Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.400 1.400 1.400
commit to user
IHK (Desember 2007=100)
Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg)
101,20 102,61 104,34 104,65 105,79 108,19 109,20 109,49 110,15 110,37 110,80 111,03 110,61 110,99 111,56 111,46 111,66 111,86 112,22 112,57 113,87 114,27 113,98 114,27 115,10 115,63 115,42 115,85 115,87 116,82 118,84 119,46 120,67 120,72 121,45 122,34 123,08 122,94 122,79
1.185,77 1.169,48 1.150,09 1.146,68 1.134,32 1.109,16 1.098,90 1.095,99 1.089,42 1.087,25 1.083,03 1.080,79 1.084,89 1.081,18 1.075,65 1.076,62 1.074,69 1.072,77 1.069,33 1.066,00 1.053,83 1.050,14 1.052,82 1.050,14 1.042,57 1.037,79 1.039,68 1.035,82 1.035,64 1.027,22 1.009,76 1.004,52 994,45 994,04 988,06 980,87 1.137,47 1.138,77 1.140,16
71
perpustakaan.uns.ac.id
2012
April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
digilib.uns.ac.id 1.400 1.400 1.400 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 82.800 1.380
122,12 122,23 123,70 122,88 124,42 125,05 124,91 125,77 126,37 125,94 127,39 127,81 127,97 128,44 129,32 130,42 131,57 131,46 131,56 131,57 132,14 7.097,16 118,29
1.146,41 1.145,38 1.131,77 1.302,08 1.285,97 1.279,49 1.280,92 1.272,16 1.266,12 1.417,99 1.412,98 1.408,34 1.406,58 1.401,43 1.391,90 1.380,16 1.368,09 1.369,24 1.368,20 1.368,09 1.362,19 69.611,25 1.160,19
Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui harga pupuk Urea sebelum dan setelah dideflasikan selama bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012. Harga pupuk terendah setelah terdeflasi terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 yaitu sebesar Rp 994,04 per kilogram. Sedangkan harga pupuk tertinggi setelah terdeflasi terjadi pada bulan Januari tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.417,99 per kilogram. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga pupuk Urea sebelum terdeflasi yang dimulai sejak awal tahun 2012. Kenaikan harga pupuk Urea ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah terkait pengurangan subsidi pupuk dan sistem baru dalam pembelian pupuk Urea. Pemberlakuan sistem baru ini diterapkan untuk mengantisipasi penyalahgunaan penggunaan pupuk bersubsidi untuk keperluan industri. Sebab harga pupuk Urea untuk keperluan industri jauh lebih mahal daripada harga pupuk bersubsidi untuk keperluan pertanian.
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2000
Harga
1500
Harga sebelum Terdeflasi
1000
Harga Sesudah Terdeflasi
500
2012
2011
2010
2009
2008
0
Tahun Gambar 14. Grafik Harga Pupuk Urea di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 14 di atas, dapat diketahui perkembangan harga pupuk Urea pada bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012 mengalami peningkatan. Perkembangan harga pupuk setelah terdeflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.417,99 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada awal tahun 2012 terjadi pengurangan subsidi pupuk yang menyebabkan harga pupuk menjadi naik. Harga pupuk setelah terdeflasi terendah terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 yaitu sebesar Rp 994,04 per kilogram. Hal ini terjadi karena masih besarnya pemberian subsidi pupuk oleh pemerintah sebagai bantuan kepada petani dalam usahataninya. 6. Luas Areal Panen Tomat Luas areal panen merupakan faktor yang menentukan jumlah produksi tomat yang dihasilkan oleh petani tomat. Untuk mengetahui perkembangan luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 23.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 23. Luas Areal Panen Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April
Luas Areal Perkembangan Luas Areal Panen Panen (ha) (ha) (%) 21 8 -13 -0,62 28 20 2,5 17 -11 -0,39 26 9 0,53 22 -4 -0,15 17 -5 -0,23 15 -2 -0,12 12 -3 -0,2 17 5 0,42 23 6 0,35 23 0 0 16 -7 -0,30 73 57 3,56 22 -51 -0,70 28 6 0,27 19 -9 -0,32 19 0 0 40 21 1,11 37 -3 -0,08 22 -15 -0,41 28 6 0,27 28 0 0 56 28 1 37 -19 -0,34 39 2 0,05 49 10 0,26 22 -27 -0,55 26 4 0,18 32 6 0,23 12 -20 -0,62 54 42 3,5 24 -30 -0,55 33 9 0,38 13 -20 -0,61 67 54 4,15 39 -28 -0,42 69 30 0,77 35 -34 -0,49 38 3 0,08
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
2012
Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
digilib.uns.ac.id 40 38 34 37 33 32 50 138 137 141 109 70 63 64 69 76 88 84 83 79 2.671 44,52
2 -2 -4 3 -4 -1 18 88 -1 4 -32 -39 -7 1 5 7 12 -4 -1 -4 58 0,98
0,05 -0,05 -0,11 0,09 -0,11 -0,03 0,56 1,76 -0,01 0,03 -0,23 -0,36 -0,10 0,02 0,08 0,10 0,16 -0,04 -0,01 -0,05 14,26 0,24
Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012 berkisar antara 8 Ha – 141 Ha setiap bulannya. Luas areal panen tomat tertinggi di Kabupaten Semarang terjadi pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 141 Ha. Peningkatan luas areal panen ini terjadi karena semakin banyak petani yang mengkonversikan lahan garapan mereka menjadi lahan penanaman tomat. Hal ini terjadi karena usaha budidaya tomat dianggap lebih menguntungkan daripada membudidayakan tanaman sayuran lainnya. Sedangkan luas areal panen terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2008 sebesar 8 Ha. Rendahnya luas areal panen ini disebabkan kurangnya perawatan yang dilakukan petani terhadap tanaman tomat mereka sehingga berpengaruh pada produksi tomat yang menurun. Adapun grafik luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 15. commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 15. Grafik Luas Areal Panen Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 15. dapat dilihat bahwa perkembangan luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang cukup fluktuatif. Naik turunnya luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang dipengaruhi oleh pertimbangan
petani
dalam
hal
pembudidayaan
tomat.
Semakin
meningkatnya harga tomat maka akan mempengaruhi petani untuk menambah hasil produksinya melalui peningkatan luas panen mereka. Perkembangan luas areal panen tomat terbesar terjadi pada bulan Desember tahun 2010 sebesar 54 Ha atau 4,15%, sedangkan perkembangan luas areal panen tomat terkecil terjadi pada bulan Juli tahun 2009 sebesar -20 Ha atau 0,62%. 7. Rata-Rata Curah Hujan Curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air tanah yang diperlukan oleh tanaman tomat. Tanaman tomat adalah jenis tanaman yang membutuhkan curah hujan sedang untuk dapat tumbuh optimal sehingga perubahan curah hujan dapat mempengaruhi kualitas tanaman tomat yang ditanam. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tomat adalah 100220 mm/hujan (Purwati, 2009). Adapun rata-rata curah hujan di Kabupaten
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semarang selama bulan Januari tahun 2008 - bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 24. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Tahun 2008
2009
2010
2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepetember Oktober November Desember Januari
Curah Hujan (mm/bulan) 3680 3384 4481 2492 975 318 0 801 202 3416 3969 4269 8511 6876 2838 4200 4671 3231 126 26 183 1051 3617 3762 6627 5920 7578 6556 5989 3290 1179 1768 4559 4760 4575 5483 4116
commit to user
Perkembangan mm -296 1097 -1989 -1517 -657 -318 801 -599 3214 553 300 4242 -1635 -4038 1362 471 -1440 -3105 -100 157 868 2566 145 2865 -707 1658 -1022 -567 -2699 -2111 589 2791 201 -185 908 -1367
% -0,08 0,32 -0,44 -0,61 -0,67 -1 -0,75 15,91 0,16 0,08 0,99 -0,19 -0,59 0,48 0,11 -0,31 -0,96 -0,79 6,04 4,74 2,44 0,04 0,76 -0,11 0,28 -0,13 -0,09 -0,45 -0,64 0,50 1,58 0,04 -0,04 0,20 -0,25
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Februari 3208 Maret 6231 April 6276 Mei 3120 Juni 845 Juli 1075 Agustus 0 Sepetember 449 Oktober 2386 November 5154 Desember 4481 2012 Januari 6512 Februari 5027 Maret 5702 April 3730 Mei 2624 Juni 2024 Juli 964 Agustus 732 Sepetember 576 Oktober 2126 November 4673 Desember 4983 Jumlah 202.377 Rata-rata 3.372,95 Sumber : BPS Kabupaten Semarang, 2008-2012
-908 3023 45 -3156 -2275 230 -1075 449 1937 2768 -673 2031 -1485 675 -1972 -1082 -600 -1330 -232 -156 1550 2547 310 1.057 17,92
-0,22 0,94 0,01 -0,50 -0,73 0,27 -1 4,31 1,16 -0,13 0,45 -0,23 0,13 -0,34 -0,29 -0,23 -0,66 -0,24 -0,21 2,69 1,20 0,07 33,02 0,58
Berdasarkan Tabel 24 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Curah hujan yang fluktuatif ini disebabkan karena curah hujan merupakan salah satu faktor alam yang sulit dikendalikan oleh manusia sehingga tinggi rendahnya berubah-ubah tergantung pada kondisi alam. Curah hujan terendah di Kabupaten Semarang terjadi pada bulan Juli tahun 2008 dan bulan Agustus tahun 2011 yaitu sebesar 0 mm/thn. Rendahnya curah hujan pada kedua bulan ini terjadi karena adanya musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan musim penghujan. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2009 yaitu sebesar 8.511 mm/thn. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Semarang sebesar 3.372,95 mm/bulan dengan perkembangan rata-rata 17,92 mm/bulan.
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun grafik perkembangan curah hujan di Kabupaten Semarang pada Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik Perkembangan Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 - Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat terjadi fluktuasi pada ratarata curah hujan selama 60 bulan terakhir. Hal ini disebabkan karena kondisi curah hujan beberapa tahun terakhir sulit diprediksi sebagai akibat adanya alih fungsi lahan di wilayah sekitar dan juga terjadinya pemanasan global. C. Analisis Regresi Penawaran Tomat Penelitian ini dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 60 bulan yaitu dari bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang adalah produksi tomat pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t, yang dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 25. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian Qt
4503 6409 4465 5209 5485 7316 5363 5318 3952 5212 3664 4809 16623 5201 6198 5117 3716 10205 5660 5131 5078 5640 3292 3893 7648 8283 4768 6878 8617 6625 9706 5909 5764 3515 5247 10950 13243 9482 11149 9029 9620 9129 8732
Qtt-1
Qtk-1
4357 4503 6409 4465 5209 5485 7316 5363 5318 3952 5212 3664 4809 16623 5201 6198 5117 3716 10205 5660 5131 5078 5640 3292 3893 7648 8283 4768 6878 8617 6625 9706 5909 5764 3515 5247 10950 13243 9482 11149 9029 9620 9129
6405 5240 3475 19216 4570 10190 19886 6982 3592 5148 6273 13732 27367 17283 32806 7969 21589 23908 29330 8073 8637 9146 7494 8567 16248 22481 8642 15258 20931 12420 22096 13440 8191 13488 9224 11447 28114 29442 10320 20325 25798 13160 24347
Pt-1
Pk-1
Purea t
1447,63 1222,10 1125,17 2456,76 2224,23 2039,93 1670,33 1430,27 1858,37 2063,06 2231,05 2856,88 3616,31 2578,61 2858,55 1847,30 1465,16 2224,21 2488.86 1592.79 1475.37 1373.06 1745.04 2733.88 2172,89 2652,42 6018,89 5037,55 6989,73 5811,50 2796,20 2192,37 1741,11 4108,68 3159,32 3476,38 1526,65 1076,95 1501,75 3508.84 4116.83 4767.99 1240.23
1602,77 1551,51 755,22 957,48 1026,56 685,83 769,23 812,86 1407,17 1853,76 1799,64 999,73 1019,80 1546.09 2188.96 1095.46 676.16 1209.55 925.86 721.33 1850.36 840.99 638.71 1079.02 641.18 644.30 1869.69 2882.18 3006.82 4318.61 1761.19 1222.17 474.85 650.27 1158.50 2648.36 693.86 414.02 308.66 426.63 874.58 1988.68 738.12
1169,48 1150,09 1146,68 1134,32 1109,16 1098,90 1095,99 1089,42 1087,25 1083,03 1080,79 1084,89 1081.18 1075.65 1076.62 1074.69 1072.77 1069.33 1066.00 1053.83 1050.14 1052.82 1050.14 1042.57 1037.79 1039.68 1035.82 1035.64 1027.22 1009.76 1004.52 994.45 994.04 988.06 980.87 1137.47 1138.77 1140.16 1146.41 1145.38 1131.77 1302.08 1285.97
commit to user
At
8 28 17 26 22 17 15 12 17 23 23 16 73 22 28 19 19 40 37 22 28 28 56 37 39 49 22 26 32 12 54 24 33 13 67 39 69 35 38 40 38 34 37
Wt
3384 4481 2492 975 318 0 801 202 3416 3969 4269 8511 6876 2838 4200 4671 3231 126 26 183 1051 3617 3762 6627 5920 7578 6556 5989 3290 1179 1768 4559 4760 4575 5483 4116 3208 6231 6276 3120 845 1075 0
80
perpustakaan.uns.ac.id 9950 9216 11051 13547 14044 15021 12556 7775 6412 7229 7303 8579 9151 10197 8702 8752
8732 9950 9216 11051 13547 14044 15021 12556 7775 6412 7229 7303 8579 9151 10197 8702
digilib.uns.ac.id 10608 11619 16082 12490 12841 34220 25169 13254 22528 23312 15056 40929 12956 15240 14682 14110
1209.61 934.03 1413.02 4274.47 7747.09 4354.81 2496.27 2286.21 2084.86 2252.41 2433.50 3192.00 3017.41 2592.42 2766.04 2008.06
1877.51 1165.93 1327.36 1783.41 2815.54 1801.64 1161.79 926.38 568.88 675.02 1075.63 1266.68 1913.05 1866.73 2376.86 2020.98
1279.49 1280.92 1272.16 1266.12 1417.99 1412.98 1408.34 1406.58 1401.43 1391.90 1380.16 1368.09 1369.24 1368.20 1368.09 1362.19
33 32 50 138 137 141 109 70 63 64 69 76 88 84 83 79
449 2386 5154 4481 6512 5027 5702 3730 2624 2024 964 732 576 2126 4673 4983
Sumber : Diolah Dari Lampiran 1 Keterangan : Qt
: Produksi tomat pada bulan t (kw)
Qtt-1
: Produksi tomat pada bulan sebelumnmya (kw)
Qtk-1
: Produksi kobis pada bulan sebelumnya (kw)
Pt-1
: Harga tomat pada bulan sebelumnya (Rp/kilogram)
Pk-1
: Harga kobis pada bulan sebelumnya (Rp/kilogram)
Purea t
: Harga pupuk urea pada bulan t (Rp/kilogram)
At
: Luas areal panen tomat pada bulan t (Ha)
Wt
: Rata-rata jumlah curah hujan pada bulan t (mm/bulan) Dalam analisis regresi ini digunakan uji model untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas dan uji asumsi klasik. Kedua uji yang digunakan dapat dilihat di bawah ini: 1. Pengujian Model a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel penduga terhadap penawaran tomat, sekaligus menguji ketepatan model digunakan koefesien determinasi (R2). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (R2) sebesar 0,605. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebesar 60,50% penawaran tomat di Kabupaten Semarang dapat commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dijelaskan oleh variabel produksi tomat pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t, sedangkan sisanya sekitar 39,50% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. b. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Hasil uji F disajikan pada Tabel 25. Tabel 26. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Tomat di Kabupaten Semarang Model Regression Residual Total
Sum of Squares
Df
5.531 3.605 9.136
7 51 58
Mean Square .790 .071
F 11.176
Sig 0,000***
Sumber : Analisis Data Keterangan: * : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan nilai α (tingkat kesalahan) yang digunakan sebesar 0,01. Sehingga nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari nilai α (tingkat kesalahan). Hal ini menunjukan bahwa semua variabel yang diamati yaitu variabel produksi tomat pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang pada tingkat kepercayaan 99%.
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara individu terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Pengaruh Masing-masing Varibel Bebas Terhadap Penawaran Tomat di Kabupaten Semarang Koefisien Regresi 3,930
Model Konstanta
t hitung
Sig
1,292
0,202
0,202
1,838
0,072*
Produksi tomat pada bulan sebelumnya (Ln X1) Produksi kobis pada bulan sebelumnya (Ln X2) Harga tomat pada bulan sebelumnya (Ln X3) Harga kobis pada bulan sebelumnya (Ln X4) Harga pupuk urea pada bulan t (Ln X5)
0,167
2,207
0,032**
-0,046
-0,475
0,637 ns
0,115
1,457
0,151 ns
0,022
0,047
0,963 ns
Luas areal panen tomat pada bulan t (Ln X6)
0,299
3,730
0,000 ***
Rata-rata jumlah curah hujan pada bulan t (Ln X7)
-0,017
-0,988
0,328 ns
Sumber : Analisis Data Keterangan: * : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99% ns : tidak signifikan Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa produksi tomat pada bulan sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang pada tingkat kepercayaan 90%, produksi kobis pada bulan sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang pada tingkat kepercayaan 95% dan luas areal panen tomat pada bulan t berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel produksi tomat pada bulan sebelumnya,
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi kobis pada bulan sebelumnya dan luas areal panen tomat pada bulan t yang lebih kecil dari nilai α yang digunakan. Sedangkan harga tomat pada bulan sebelumnya, harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t dan rata-rata curah hujan bulan t, secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi masing-masing variabel yang lebih besar daripada α yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh model fungsi penawaran tomat di Kabupaten Semarang sebagai berikut : Ln Qt = 3,930 + 0,202 Ln X1 + 0,167 Ln X2 – 0,046 Ln X3 + 0,115 Ln X4 + 0,022 Ln X5 + 0,299 Ln X6 – 0,017 Ln X7 + e Keterangan : Ln Qt
: Produksi tomat pada bulan t (kw)
Ln X1
: Produksi tomat pada bulan sebelumnmya (kw)
Ln X2
: Produksi kobis pada bulan sebelumnya (kw)
Ln X3
: Harga tomat pada bulan sebelumnya (Rp/kilogram)
Ln X4
: Harga kobis pada bulan sebelumnya (Rp/kilogram)
Ln X5
: Harga pupuk urea pada bulan t (Rp/kilogram)
Ln X6
: Luas areal panen tomat pada bulan t (Ha)
Ln X7
: Rata-rata jumlah curah hujan pada bulan t (mm/tahun)
e
: Kesalahan pengganggu Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Jumlah Produksi Tomat Pada Bulan Sebelumnya Pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya lebih kecil dari α ( 0,072<0,1) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variabel jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,202. Nilai koefisien regresi sebesar 0,202 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan bersifat positif, dimana setiap penambahan satu satuan produksi tomat pada bulan sebelumnya di Kabupaten Semarang akan menaikkan penawaran tomat di Kabupaten Semarang sebesar 0,202 kw. Jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya berpengaruh terhadap jumlah tomat yang ditawarkan di Kabupaten Semarang dikarenakan apabila jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya tinggi maka para petani akan semakin tertarik untuk membudidayakan tanaman tomat dengan harapan tanaman tomat yang akan ditanam nanti memberikan hasil produksi yang tinggi lagi sehingga memberikan keuntungan bagi petani. Sebab petani berasumsi bahwa jika produksi pada bulan sebelumnya meningkat maka kondisi alam pada saat tersebut sedang berada pada kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini membuat semakin banyak jumlah petani yang tertarik memanfaatkan kondisi ini untuk menanam tomat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan jumlah produksi tomat yang selanjutnya akan meningkatkan penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Varietas tomat yang ditanam di Kabupaten Semarang cukup banyak dan beragam. Setiap varietas tomat ini mempunyai karakteristik dan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, petani harus mampu menanam varietas tomat tersebut pada kondisi lahan yang tepat agar tomat dapat berproduksi maksimal. Beberapa varietas tomat yang ditanam yaitu Martha, Larisa, Tombatu, Permata, Shinta, Warani, Lentana, Cosmonot dan Ken Dedes. Varietas yang paling banyak ditanam oleh petani tomat di Kabupaten Semarang adalah Martha, Larisa dan KenDedes. Masing-masing varietas mempunyai ciri khas masing-masing baik itu dalam hal ukuran buah, tekstur buah dan lokasi penanamannya. Sebagai contoh, varietas commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tombatu yang biasa ditanam pada lahan sawah, mempunyai ukuran buah yang besar dan tektsur yang lembek. Varietas Larisa dan Ken Dedes mempunyai ukuran buah yang besar dan tekstur yang keras serta tahan terhadap curah hujan. Varietas Permata mempunyai ukuran buah yang kecil dan biasa ditanam pada lahan tegal. Serta Varietas Martha yang mempunyai ukuran buah besar, tekstur keras dan juga tahan terhadap curah hujan. Ketersediaan benih tomat di Kabupaten Semarang ini cukup banyak sehingga petani dapat dengan mudah membeli benih tomat di toko-toko pertanian terdekat. Harga benih tomat tiap varietas-varietas di atas hampir sama, namun benih varietas Martha merupakan benih tomat yang mempunyai harga paling mahal. Hal ini karena varietas Martha merupakan varietas tomat yang paling bagus. 2) Jumlah Produksi Kobis Pada Bulan Sebelumnya Pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi jumlah produksi kobis pada bulan sebelumnya lebih kecil dari α (0,032<0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah produksi kobis pada bulan sebelumnya secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Variabel jumlah produksi kobis pada bulan sebelumnya mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,167. Nilai koefisien regresi sebesar 0,167 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan bersifat positif, dimana setiap penambahan satu satuan produksi kobis pada bulan sebelumnya di Kabupaten Semarang akan menaikkan penawaran tomat di Kabupaten Semarang sebesar 0,167 kw. Produksi kobis pada bulan sebelumnya berpengaruh terhadap peningkatan penawaran tomat karena kobis ditanam bersamaan dengan tomat secara tumpangsari. Penanaman kobis menggunakan sistem tumpangsari ini dimaksudkan untuk memanfaatkan setiap petak lahan di sela-sela tanaman tomat yang tidak ditanami sehingga petani bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari lahan mereka. Selain itu, commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penanaman kobis di sela-sela tanmaan tomat juga dapat mengurangi serangan hama ulat yang akan menyerang tanaman tomat. Karena dengan adanya tanaman kobis di sela-sela tanaman tomat, maka ulat akan memakan daun-daun kobis tua sehingga serangan pada daun tomat akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan produksi tomat menjadi meningkat karena resiko tanaman tomat terserang hama ulat menjadi lebih kecil. Untuk menanggulangi serangan hama ulat pada tanaman tomat dan kobis mereka, para petani juga melakukan penyemprotan menggunakan pestisida merek ”Scorr”. Pada saat kobis sudah mulai dipanen, pada lahan tumpangsari tersebut akan kembali ditambahkan pupuk Ponska, TSP dan ZA. Hal ini dimaksudkan untuk menyuplai nutrisi bagi tanaman tomat yang mulai memasuki masa panen. Penanaman kobis juga dilakukan untuk menunggu waktu panen tanaman tomat. Sebab kobis hanya membutuhkan waktu untuk panen sekitar 70 hari, sedangkan tomat membutuhkan waktu sekitar 90 hari untuk dapat mulai dipanen. 3) Harga Tomat Pada Bulan Sebelumnya Pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi harga tomat pada tahun sebelumnya lebih besar dari α (0,637>0,10) yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel harga tomat pada bulan sebelumnya secara individu tidak berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan
negatif terhadap
penawaran
tomat
di
Kabupaten Semarang. Nilai koefisien regresi sebesar -0,046 menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga tomat sebesar 1 Rp/Kg maka akan menurunkan produksi tomat sebesar 0,046 kg. Hasil ini menunjukkan apabila harga tomat tinggi maka jumlah tomat yang akan ditawarkan akan menurun seiring dengan naiknya harga tomat. Kondisi yang terjadi di kabupaten Semarang ini tidak sesuai dengan hukum penawaran yang ada, dimana pada saat harga tinggi maka penawaran barang tersebut juga akan meningkat. Salah satu penyebab tidak berlakunya hukum penawaran dalam kasus ini yaitu commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petani tomat di Kabupaten Semarang menanam tomat tanpa mempedulikan harga tomat yang tercipta di pasar pada waktu tersebut. Sehingga meskipun harga tomat sedang jatuh ataupun tinggi, petani tomat akan tetap menanam tomat seperti rutinitas biasanya. Sebab pekerjaan di bidang inilah merupakan cara mereka untuk dapat bertahan hidup. Pada saat harga tomat sedang jatuh, petani tomat akan tetap menanam tomat dengan berharap bahwa harga tomat nantinya ketika panen akan kembali stabil. Kurangnya informasi pasar juga membuat petani tidak mempunyai bargaining position pada saat mereka akan menjual hasil produksi tomatnya kepada pedagang pengepul. Oleh sebab itu, petani tomat di Kabupaten Semarang seringkali melakukan survey harga di pasaran secara mandiri untuk mendapatkan informasi pasar tentang harga tomat di pasaran pada saat ini. Biasanya pedagang pengepul akan mendatangi para petani tomat di kebun-kebun mereka untuk membeli tomat yang sudah siap panen, namun ada juga petani tomat yang membawa hasil panen mereka ke pasar untuk menjualnya. Pada proses
transaksi
penjualan
tomat,
pedagang
pengepul
akan
menawarkan harga untuk membeli tomat hasil panen para petani. Petani biasanya akan menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang pengepul berdasarkan patokan harga tomat di pasaran saat itu yang telah diketahui para petani melalui survey harga di pasaran. Asalkan harga tomat yang ditawarkan lebih besar dari Rp 1.000,-, maka petani tomat akan melepas hasil panen tomat mereka kepada para pedagang karena harga tersebut merupakan batas mereka untuk dapat balik modal. 4) Harga Kobis Pada Bulan Sebelumnya Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi harga kobis pada bulan sebelumnya lebih besar dari α (0,151>0,10) yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa harga kobis pada bulan sebelumnya secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Kobis merupakan tanaman kompetitor bagi tomat karena memililki kesamaan tempat dan syarat tumbuh. Petani di Kabupaten Semarang sudah terbiasa membudidayakan tomat sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Pola tanam yang digunakan oleh petani dalam menanam tomat adalah sistem tumpangsari bersama dengan tanaman kobis. Pemilihan komoditas kobis
dilakukan
karena lebih
murahnya harga benih
kobis
dibandingkan harga benih komoditas lain. Harga benih tomat di Kabupaten Semarang juga sama murahnya dengan harga kobis, namun harga jual dari buah tomat pada saat panen lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas kobis. Oleh sebab itu keuntungan usahatani tomat lebih besar jika dibandingkan dengan usahatani komoditas lainnya. Biasanya tanaman tomat ditumpangsarikan dengan tanaman kobis atau cabai sehingga meskipun harga kobis naik maka tidak akan mempengaruhi para petani untuk mengurangi menanam tomat. Dengan menerapkan sistem tumpangsari ini, nantinya petani akan mengambil keuntungan dari setiap petak lahannya berdasarkan akumulasi keuntungan yang didapat dari total komoditas sayuran yang ditanam pada lahan tersebut. Hal ini mengakibatkan harga komoditas yang satu tidak akan mempengaruhi harga komoditas kompetitornya. Jadi pada satu petak lahan tumpangsari antara tomat dan kobis, biaya produksi pada lahan tersebut akan ditutup oleh penerimaan dari usahatani tomat dan petani akan mengambil untung dari pendapatan usahatani kobis. 5) Harga Pupuk Urea Pada Bulan t Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi harga pupuk Urea pada bulan tanam lebih besar dari nilai α (0,963>0,10). Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel harga pupuk Urea pada bulan tanam commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Menurut Soekartawi (1993), besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya input yang dipakai. Pupuk Urea digunakan hanya digunakan sebagai pupuk dasar pada awal penanaman tomat. Selanjutnya pada masa pertumbuhan tomat, akan diberikan pupuk lain sebagai pemupukan susulan. Pupuk Urea banyak digunakan oleh petani tomat di Kabupaten Semarang untuk meningkatkan hasil panen mereka, sehingga mereka cenderung akan mencari pupuk Urea untuk usahatani mereka sesuai dengan harga yang terjadi. Namun pada saat ini, petani tomat di Kabupaten Semarang sudah mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia pada usahatani mereka dan sudah mulai mengkombinasikan penggunaan pupuk dasar yang berasal dari pupuk kandang. Hal ini didasarkan pada keasadaran para petani akan dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia. Hal ini membuat variabel harga pupuk Urea tidak berpengaruh berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Walaupun harga pupuk Urea telah menjadi murah karena adanya subsidi dari pemerintah, petani tetap tidak menggunakan pupuk Urea di luar batas wajar. Hal inilah yang membuat variabel harga pupuk Urea pada bulan tanam menjadi tidak signifikan terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. 6) Luas Areal Panen Pada Bulan t Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 99%, nilai signifikansi luas areal panen pada bulan tanam lebih kecil dari nilai α (0,000<0,01). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel luas areal panen pada bulan tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Artinya jika terjadi peningkatan luas areal panen tomat bulan tanam maka akan meningkatkan penawaran tomat pada bulan tanam. Berdasarkan nilai koefisien regresi didapat, hasil bahwa luas areal commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panen pada bulan tanam merupakan variabel yang dominan dalam penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Semakin meningkatnya luas areal panen akan berpengaruh terhadap meningkatnya produksi tomat. Salah satu upaya yang dilakukan para petani untuk meningkatkan jumlah produksi tomat yang ditawarkan yaitu dengan cara meningkatkan luas areal yang ditanami tomat. Sebab dengan meningkatnya luas areal tanam ini maka akan meningkatkan luas areal panen serta jumlah produksi tomat yang dihasilkan sehingga jumlah penawaran tomat juga mengalami peningkatan. Upaya peningkatan luas areal panen juga didukung dengan perlakuan budidaya yang intensif berupa penanaman menggunakan mulsa, pemeliharaan tanaman dengan pembersihan gulma untuk mengurangi persaingan penyerapan hara bagi tanaman, penggunaan pupuk berimbang berupa ketepatan dosis pupuk, waktu pemberian dan cara pemberian yang tepat. Hal ini dilakukan karena tanaman tomat membutuhkan perawatan yang cukup telaten. Khususnya apabila tanaman tomat sudah mulai diserang oleh hama dan penyakit, maka petani harus dapat segera melakukan pemberantasan hama dan penyakit secara intensif sebelum menyebar ke tanaman tomat yang lainnya. Diversifikasi komoditas tomat melalui penggantian tanaman lain ke tanaman tomat dan tumpang sari tomat dengan kobis juga dilakukan petani untuk meningkatkan luas areal panen tomat mereka. Apabila petani menambah luas areal panen tomat maka jumlah yang ditawarkan juga akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya jumlah produksi sehingga akan berpengaruh terhadap meningkatnya penawaran tomat di Kabupaten Semarang. 7) Rata-rata Curah Hujan Pada Bulan Tanam Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi rata-rata curah hujan pada commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bulan tanam lebih besar dari nilai α (0,328>0,10). Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel rata-rata curah hujan pada bulan tanam secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Curah hujan pada rentang waktu bulan Januari tahun 2008 – bulan Desember tahun 2012 tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang karena pada rentang waktu ini perubahan rata-rata curah hujan di Kabupaten Semarang tidak sampai berada di luar batas toleransi maksimal
yang
dikehendaki
oleh
tanaman
tomat.
Hal
ini
menyebabkan tanaman tomat di Kabupaten Semarang masih dapat mentoleransi curah hujan yang turun dan masih dapat berproduksi dengan baik. Tanaman tomat dapat ditanam sepanjang tahun, tetapi pada saat musim hujan biasanya produksi tomat akan mengalami penurunan. Untuk mengatasi faktor alam berupa curah hujan, maka dilakukan perlakuan budidaya tomat yang lebih intensif dengan cara penambahan asupan pupuk dan pestisida yang lebih banyak daripada musim kemarau menggunakan cara peyemprotan. Jika pada musim kemarau penyemprotan dilakukan 7 hari sekali, maka pada musim hujan penyemproptan dilakukan 5 hari sekali. Selain itu penanaman tomat dengan varietas yang tahan terhadap hujan juga penting untuk dilakukan. Dengan dilakukannya segala usaha tersebut, maka produksi tomat pada saat musim hujan akan tetap tinggi. Tetapi biaya input yang harus dikeluarkan oleh para petani menjadi lebih besar dibandingkan pada saat musim kemarau. Contoh varietas tomat yang lebih tahan hujan yaitu Varietas Martha dan KenDedes. Ken Dedes merupakan benih tomat baru dengan kualitas unggul yang tahan terhadap curah hujan. Benih ini mulai diperkenalkan di kabupaten Semarang ini sekitar setahun yang lalu dan para petani juga sudah banyak yang mulai mencoba menanam menggunakan Varietas Ken Dedes ini. commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh Nilai standar koefisien regresi menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Semakin besar nilai koefisien regresi, maka semakin besar pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Tabel 28. Nilai Standar Koefisisen Regresi Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Tomat di Kabupaten Semarang Variabel Luas areal panen tomat pada bulan t
Produksi kobis pada bulan sebelumnya Produksi tomat pada bulan sebelumnya
Koefisiensi Regresi Parsial 0,504 0,243 0,204
Peringkat 1 2 3
Sumber : Analisis Data Berdasarkan Tabel 28 di atas menunjukan bahwa luas areal panen tomat pada bulan t memiliki nilai koefisien regresi tertinggi yaitu sebesar 0,504. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel luas areal panen pada bulan t merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang. Nilai koefisien regresi sebesar 0,504 satuan menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan positif, dimana setiap penambahan 1 Ha tomat pada bulan tanam di Kabupaten Semarang akan menaikan penawaran tomat di Kabupaten Semarang sebesar 0,504 kw. Luas areal panen merupakan variabel yang paling mempengaruhi penawaran tomat karena selain mempunyai luas tanam tomat yang luas, teknologi yang diterapkan dalam budidaya tomat di Kabupaten Semarang sangatlah bagus. Hal ini ditunjukkan oleh data produktivitas tomat di Kabupaten Semarang yang menempati urutan pertama di Jawa Tengah (Tabel 5). 3. Pengujian Asumsi Klasik Untuk menguji ketepatan koefisien regresi yang dihasilkan dari model analisis maka dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heterokedastisitas. a. Multikolinearitas Berdasarkan nilai Matrik Pearson Correlation pada lampiran 2 dapat diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak ada yang commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bernilai lebih besar dari 0,8. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi penawaran tomat di Kabupaten Semarang. b. Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka digunakan statistik d-Durbin Watson. Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 2, diperoleh nilai d sebesar 1,746. Karena nilai d yang diperoleh terletak pada 1,65
dapat diketahui berdasarkan nilai dari koefisien regresi masing-masing variabel bebas pada model regresi yang sudah terbentuk. Nilai elastisitas ketiga variabel yang signifikan dapat dilihat pada Tabel 29.
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 29. Elastisitas Penawaran Tomat Dalam Jangka Pendek Variabel
Produksi tomat pada bulan sebelumnya Produksi kobis pada bulan sebelumnya Luas areal panen tomat pada bulan t
Koefisien Regresi 0,202 0,167 0,299
Sumber : Analisis Data Berdasarkan tabel 29 di atas, dapat diketahui bahwa variabel luas areal panen tomat pada bulan t merupakan variabel yang memiliki nilai elastisitas yang tertinggi. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek untuk luas areal panen tomat pada bulan t sebesar 0,299 artinya penawaran tomat akan meningkat 0,299 persen apabila luas areal panen tomat pada bulan t naik 1 persen dalam jangka pendek. Elastisitas penawaran untuk luas areal panen tomat bersifat inelastis artinya persentase luas areal panen tomat pada bulan t lebih kecil dibandingkan dengan persentase perubahan penawaran. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek untuk jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya sebesar 0,202 artinya penawaran tomat akan meningkat 0,202 persen apabila jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya naik satu persen dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek, elastisitas panawaran bersifat inelastis. Penawaran bersifat inelastis berarti persentase perubahan jumlah produksi tomat pada bulan sebelumnya lebih kecil dibandingkan dengan persentase perubahan penawaran. Elastisitas produksi kobis pada bulan sebelumnya bernilai positif. Hal ini berarti bahwa dalam jangka pendek kenaikkan produksi kobis pada bulan sebelumnya akan menaikkan penawaran tomat. Dalam jangka pendek, nilai elastisitas penawaran kobis pada bulan sebelumnya sebesar 0,167 artinya penawaran tomat akan meningkat 0,167 persen apabila produksi kobis pada bulan sebelumnya naik satu persen. Sebab dalam kurun waktu satu bulan, tanaman kobis belum memasuki masa panen sehingga petani belum mampu melakukan penambahan jumlah produksi kobis dengan menanam tanaman kobis yang baru pada areal lahan yang belum ditanami kobis. Dalam jangka pendek, elastisitas panawaran bersifat inelastis berarti
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persentase perubahan variabel produksi kobis pada bulan sebelumnya lebih kecil dibandingkan dengan persentase perubahan penawaran. Secara umum, elastisitas penawaran tomat di Kabupaten Semarang dalam jangka pendek terhadap perubahan produksi tomat bulan sebelumnya, produksi kobis bulan sebelumnya dan luas areal panen tomat pada bulan t bersifat inelastis.
commit to user