IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (Keputusan Menteri
keuangan No. 1169/KMK01/1991 tanggal
21
Nopember 1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha). Pada dasarnya terdapat beberapa jenis leasing, tetapi secara mendasar dapat dikategorikan dalam 2 kategori yaitu : 1. Direct Lease, yaitu lessee mengidentifikasikan barang (asset) yang sebelumnya dilakukan negosiasi harga dan menghubungi perusahaan leasing (lessor) untuk membelinya dari pabrik (jika baru) dan dari pemiliki sebelumnya (jika bekas) untuk disewakan kepada lessee. 2. Sale and lease back ( purchase leaseback), yaitu lesse menjual barang yang sebelumnya dimiliki kepada perusahaan leasing dengan harga pasar atau nilai buku (mana yang lebih rendah) dan kemudian menyewakan kembali. Berdasarkan jenisnya, leasing dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis utama, yaitu : 1. Finance leasing (Full payout lease). Secara umum lessee tidak dapat memiliki barang (asset) yang sebelumnya disewa. Meskipun demikian, lessee biasanya mempunyai pilihan untuk melanjutkan penyewaan dan membayar sewa dengan nilai minimal. Pada akhir waktu penyewaan, barang akan dijual kepada pihak ketiga dan lesse menerima share dari penjualan (jika penyewaan tidak dilanjutkan) 2. Operating lease. Biasanya jangka waktu lebih pendek dibandikngkan dengan finance leasing. Operating lease tidak berbeda dengan sewa biasa.
Lessor mengharapkan
untuk menjual barang/asset di pasar
second hand atau menyewakannya kembali sehingga lessor tidak membutuhkan untuk menutupi nilai total asset dari pembayaran sewa.
28
Tidak berbeda dengan finance leasing, lesse tidak dapat memiliki asset. Berbeda dengan finance lease, lessee tidak memiliki share dari penjualan barang kepada pihak ketiga. 3. Contract hire.
Sebagai bentuk dari Operating lease, dimana lessee
memperoleh jasa tambahan seperti pemeliharaan, manajemen atau memperoleh penggantian jika asset dalam perbaikan. (Hiemann dan Ikhwan, 2001) PT. Tamsan Dharma adalah perusahaan pembiayaan yang lebih memfokuskan diri pada kendaraan niaga, terutama untuk kendaraankendaraan niaga yang ditolak oleh perusahaan leasing lain karena faktor umur kendaraan. Kondisi ini dilakukan untuk menghindari persaingan dengan perusahaan leasing lain mengingat PT. Tamsan Dharma baru berdiri dan berusaha mencari nasabah yang potensial. Dalam hal ini pembiayaan yang diberikan berasal dari dana yang dimiliki sendiri oleh perusahaan. Dalam perjalanan waktu, PT. Tamsan Dharma mendapatkan fasilitas kerjasama dalam penyaluran kredit bank, dalam hal ini bank swasta. Kebijakan yang diberlakukan yaitu umur kendaraan harus tidak lebih dari 7 tahun.
Sehingga dengan kebijakan ini perusahaan berusaha untuk
menyalurkan kredit dengan jaminan kendaraan-kendaraan niaga ataupun kendaraan pribadi yang lebih muda. Namun dalam hal ini PT. Tamsan Dharma tetap tidak bisa memperoleh nasabah kendaraan baru pribadi karena bunga yang masih tinggi dibandingkan dengan leasing lain ataupun dengan bank dimana bunga yang diberikan kepada nasabah sebesar 16% fixed p.a. PT. Tamsan Dharma dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan leasing berkategori Direct Lease karena jaminan yang diberikan oleh nasabah dalam perjanjian/kontrak leasing adalah milik perusahaan yang akan dikembalikan apabila sejumlah sewa yang dibebankan kepada nasabah tiap bulannya diselesaikan dengan baik sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. PT. Tamsan Dharma juga dimasukkan ke dalam jenis Finance leasing karena pada akhir leasing nasabah diberikan pilihan untuk memiliki kendaraan tersebut atau tidak bila masa kontrak berakhir, dan bila masa kontrak belum berakhir dan nasabah mengalami kemacetan, maka
29
kendaraan akan dijual dengan melihat kondisi outstanding dari kewajiban dari nasabah. 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT.TAMSAN DHARMA didirikan tanggal 29 Oktober 2001 dengan akta Notaris Cholid Artha No.35 dan telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan HAM. RI No. C – 030223 HT.01.01 tahun 2002. Ijin operasional dengan SIUP No. 0106/04-01/PB/XI/2001, tanggal 19 November 2001, berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha. TDP No.09.05.1.50.42894 tanggal 3 April 2002 berlaku s/d 3 April 2007.NPWP.No.02.107/362. 2-022.000. Telah diumumkan dalam Berita Negara No. 75 tanggal 17 September 2002. PT.TAMSAN DHARMA adalah anak perusahaan Koperasi Dharma yaitu Koperasi yang di dirikan oleh Serikat Pekerja Karyawan Bank BNI Kantor Wilayah 10. Koperasi Dharma berdiri sejak tanggal 2 Desember 1999. Didirikan untuk mewujudkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Koperasi menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang yang telah diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi ( pasal 3 ayat 4 ) salah satu usaha dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, maka atas kebijaksanaan Pengurus dengan persetujuan Rapat Anggota, didirikanlah PT.TAMSAN DHARMA yang bergerak dalam bisnis otomotif yang terbagi dalam 4 (empat ) bidang kegiatan yaitu Transportasi, Trading, Rental dan Finance. Kegiatan yang dominan saat ini adalah bidang pembiayaan (Finance) otomotif. 4.1.2 Struktur Organisasi Secara organisatoris, PT. TAMSAN DHARMA merupakan anak perusahaan dari Koperasi Dharma dan Direksi PT.TAMSAN DHARMA
bertangung jawab kepada Pengurus Koperasi Dharma.
PT. TAMSAN DHARMA mempergunakan tenaga pegawai sendiri untuk pekerjaan administrasi kantor demikian halnya untuk tenaga dinas luar yaitu pemasaran, survey dan analisa mempergunakan tenaga
30
khusus yang secara terus menerus dilatih untuk meningkatkan keterampilannya. Adapun struktur organisasi pada PT. Tamsan Dharma adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI PT. TAMSAN DHARMA
DIREKTUR
SEKERTARIS
MARKETING
ADM. MARKETING
GENERAL MANAGER
KEUANGAN DAN AKUNTANSI
STAFF KONTROL
PIUTANG
UMUM
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PT. Tamsan Dharma
Secara keseluruhan karyawan aktif PT. Tamsan Dharma ada empat orang dimana secara organisasi posisi direktur, general manager dan staff kontrol dipegang oleh pemilik dari perusahaan ini. Pada posisi sekretaris, administrasi marketing dipegang oleh satu orang, pada posisi keuangan dan akuntansi, piutang dipegang oleh satu orang dan untuk umum dan marketing dipegang oleh satu orang. Dengan kondisi karyawan manajemen mengharuskan agar setiap karyawan untuk mengetahui semua lini dan job description dari setiap posisi tersebut diatas, selain untuk menggantikan posisi karyawan yang berhalangan masuk, juga sebagi bentuk kontrol intern agar setiap pegawai mengetahui apa yang dilakukan pegawai lainnya.
31
4.1.3. Kegiatan Usaha Kegiatan usaha yang ada dan sedang dikembangkan di PT. Tamsan Dharma adalah bidang Transportasi, Trading, Rental dan Finance. Penjelasan atas kegiatan usaha tersebut sebagai berikut. 1. Transportasi Perusahaan memiliki kendaraan penumpang untuk di operasikan melayani masyarakat. Usaha ini sedang dirintis dengan menggunakan 6 (enam) unit bus hasil tarikan konsumen yang menungak dengan menggunakan bendera CV. Alimun Jaya. Namun sistem akuntansi usaha ini belum tercipta karena masih baru dimulai. 2. Trading Dalam bidang ini PT. Tamsan Dharma melakukan jual / beli mobil – mobil bekas. Hubungan kerja sama dilaksanakan dengan salah satu show room di Bogor, namun kegiatan ini hanya bersifat insidentil saja. 3.
Rental Bidang ini belum dilaksanakan oleh PT. Tamsan Dharma karena masih termasuk bisnis utama dari Koperasi Dharma, khususnya penyewaan mobil – mobil untuk operasional cabang – cabang Bank BNI dilingkungan Wilayah 10. Bidang usaha ini akan diusahakan untuk dikembangkan diluar penyewaan kepada Bank BNI.
4.
Finance Bidang ini adalah bisnis utama PT. Tamsan Dharma dengan memberikan pembiayaan kepada perusahaan transportasi ( Bus, Mikrolet, Angkot ), maupun kendaraan – kendaraan pribadi. Jaringan hubungan yang dibina dalam ruang lingkup bisnis ini adalah kepada ATPM, Dealer, Show Room, pedagang – pedagang mobil, perusahaan karoseri, perusahaan transportasi penumpang dan niaga, para Salesman Dealer maupun Salesman Freelance. Dasar hukum perikatan dalam bisnis pembiayaan ini
32
adalah “ Sewa Beli “ (keputusan menteri perdagangan dan koperasi nomor : 34/KP/II/1980 tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase) jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting).
4.2. Kinerja Keuangan 4.2.1. Perkembangan Laba Rugi dan Neraca Laporan keuangan utama yang didapatkan dari PT. Tamsan Dharma adalah Laporan Rugi Laba dan Neraca (Lampiran 2). Pos rekening yang dimiliki dalam laporan rugi laba perusahaan secara detail terdapat dalam lampiran 2 mengenai laporan neraca dan rugi laba. Dalam rugi laba, pos-pos rekening pendapatan dan biaya yang paling aktif adalah yang berhubungan langsung dengan jasa pembiayaan yang dilakukan yaitu pendapatan sewa beli yang merupakan pendapatan utama PT. Tamsan Dharma dan Fee penyaluran kredit yang diberikan oleh pihak bank yang melakukan kerjasama penyaluran kredit kepada PT. Tamsan Dharma.
Pada
posisi biaya, pos yang paling aktif adalah biaya dana karena pos ini merupakan pos penempatan biaya bunga yang harus dibayarkan kepada pihak bank setiap bulannya menyusul biaya personalia yang merupakan biaya gaji karyawan setiap bulan. Untuk gambaran bentuk neraca dapat dilihat pada bagian lampiran. Secara umum kinerja laporan keuangan perusahaan menurun dan secara jelas terlihat dari posisi rugi laba yang selalu berada dalam posisi merugi yaitu sebesar Rp. 41.599.967,- (Tahun 2006), Rp 19.088.029,- (Tahun 2007), Rp 38.513.666,- (Tahun 2008). Namun demikian aktivitas perputaran hutang dan piutang masih bergerak, namun piutang yang dibayarkan oleh nasabah belum dapat menutupi hutang kepada pihak ketiga sementara disisi lain biayabiaya operasional harus tetap di tutupi.
33
4.2.2. Kualitas Piutang PT. Tamsan Dharma Dari data konsumen per Desember 2006 kualitas piutang PT. Tamsan Dharma berdasarkan umur tunggakan terlihat dalam tabel berikut : Tabel 6. Kategori kualitas piutang PT. Tamsan Dharma No. Kategori Kualitas Piutang Jumlah Nasabah 1. Lancar 18 2. Dalam Perhatian Khusus 11 3. Kurang Lancar 2 4. Diragukan 0 5. Macet 3 Dari data diatas terlihat bahwa kategori lancar memiliki persentase yang paling tinggi diantara kategori yang lain sebesar 52,9% dengan total pembiayaan sebesar Rp.2.104.420.369,-. Dari total pembiayaan yang lancar tersebut, sebanyak Rp. 1,4 Milyard merupakan pembiayaan bus bagi salah satu perusahaan otomotif besar di pulau Jawa. Untuk kategori dalam perhatian khusus menempati posisi persentase terbesar kedua yaitu 32,3% dengan umur piutang yang tertunggak kebanyakan berumur satu bulan dan hanya 3 berumur diatas 2 bulan.
Beberapa faktor yang menyebabkan nasabah
mengalami kemunduran dalam pembayaran angsurannya, yaitu kendaraan rusak sehingga memerlukan biaya perbaikan, kendaraan mengalami kecelakaan dan khusus bagi kendaraan niaga setoran harian yang diperoleh dari pengoperasian kendaraan tersebut semakin menurun karena jumlah penumpang yang menurun akibat banyaknya kendaraan roda dua. Dalam kualitas piutang kurang lancar terdapat 2 orang nasabah namun salah satu nasabah memiliki 2 kontrak perjanjian. Penyelesaian piutang kedua nasabah ini berjalan agak lambat dikarenakan salah satu nasabah sulit dihubungi karena berada diluar daerah, namun dalam kontrak perjanjian terdapat jaminan tambahan
34
aset berupa tanah yang pada akhirnya digunakan oleh nasabah untuk melunasi hutangnya.
Sedangkan nasabah yang lain sebenarnya
berusaha untuk menolong keluarganya dengan menjadi personal guarantee, namun orang yang ditolongnya ini ternyata mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha angkotnya, sehingga yang bersangkutan pasrah dan menyerahkan tanggung jawab kepada nasabah.
Pada akhirnya nasabah mau membayar lunas dengan
bernegosiasi hanya membayar hutang pokok dan bunganya saja tanpa membayar denda. Tidak terdapat nasabah yang berada pada posisi kualitas piutangnya diragukan, namun dalam posisi macet terdapat 3 nasabah dimana salah satu nasabah macet memiliki hutang pokok dan bunga sebesar Rp.2.745.089.124,-. Kendaraan nasabah sudah ditarik dan diusahakan untuk dioperasikan sendiri oleh PT. Tamsan Dharma sendiri untuk menutupi semua hutang yang ada. Hal ini dilakukan karena apabila kendaraan tersebut dijual (3 unit bus Hino RG tahun 2002 dan 3 unit bus Mercedes Benz OF 8000 tahun 2004) belum dapat menutupi piutang yang ada. Estimasi harga total 6 unit bus tersebut pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.990.000.000,- sehingga keputusan untuk mengoperasikan kendaraan tersebut diambil oleh manajemen.
Nasabah kedua memiliki piutang sebesar Rp.
180.000.000,- dengan jaminan kendaraan bus Hino RKT tahun 1996. Bus ini kemudian menjadi armada tambahan yang dioperasikan bersama dengan 6 unit bus sebelumnya. Pengoperasian kendaraan ini hanya berlangsung selama 2,5 tahun karena pendapatan yang diperoleh dari pengoperasian bus tersebut tidak seimbang dengan besarnya pengeluaran untuk perawatan bus. Nasabah terakhir adalah kerabat dekat pemilik perusahaan.
Pembiayaan yang diberikan
sebesar Rp. 11.000.000,- dengan jaminan kendaraan roda dua dan pada akhirnya kendaraan tersebut ditarik dan dijual. Namun hasil penjualan tersebut hanya mampu menutupi hutang pokok dari nasabah tersebut.
35
Bila dilihat dari kualitas piutang PT. Tamsan Dharma secara jumlah nasabah, sebenarnya PT. Tamsan Dharma memiliki sejumlah nasabah yang mampu melakukan pembayarannya dengan baik. Hal ini dikarenakan PT. Tamsan Dharma melakukan seleksi yang ketat dalam mencari nasabah, seperti meminta collateral guarantee berupa ijin trayek bagi kendaraan niaga dan aset tetap atau tambahan unit kendaraan untuk pembiayaan kendaraan tua. Banyak nasabah yang datang merupakan rekomendasi dari nasabah yang sudah dibiayai oleh PT. Tamsan Dharma. Namun karena secara nominal (volume) piutang dengan kualitas macet sangat besar maka secara langsung mempengaruhi pendapatan yang diperoleh PT. Tamsan Dharma yang membuat kondisi laporan keuangan merugi. 4.2.3. Perhitungan Rasio-rasio keuangan Kinerja manajemen piutang PT. Tamsan Dharma secara keseluruhan akan diketahui dengan menggunakan analisis rasio dengan hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Perhitungan Analisa Rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas No Aspek dan Formulasi 1 Rasio likuiditas Rasio posisi kas Rasio Lancar 2 Rasio Aktivitas Rasio Perputaran Piutang Rasio pengumpulan Piutang 3 Rasio Solvabilitas
2006
Tahun 2007
Ideal 2008
Kondisi Perusahaan
‘ 0.007
0.583
0.470
0.106
0.680
0.470
0.002
0.009
0.000
5303.511 926.760 523.372 1.630
1.403
1.380
>1
Kurang Ideal Kurang Ideal pada >0,4 tahun 2006
12
Tidak ideal
30
Tidak ideal
>2
Kurang ideal
36
1) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat mengintepretasikan posisi keuangan jangka pendek. Untuk menganalisis tingkat likuiditas dapat dilihat dari rasio posisi kas dan rasio lancar. Posisi rasio likuiditas PT. Tamsan Dharma periode 2006 – 2008 dapat dilihat pada Tabel diatas.
Secara umum tingkat
likuiditas PT. Tamsan Dharma dari tahun ke tahun tidak mencapai titik ideal. Posisi kas selalu berada dilevel yang rendah sehingga grafik menunjukkan kewajiban lancarnya tidak dapat untuk dipenuhi. a) Rasio Posisi Kas (Quick Ratio) Rasio posisi kas PT. Tamsan Dharma dari tahun 2006 hingga 2008 mengalami fluktuasi, besarnya rasio ini secara berturutturut adalah 0,007 pada tahun 2006 kemudian 0.583 pada tahun 2007 dan terakhir pada tahun 2008 0,47. Rasio Posisi kas PT. Tamsan Dharma selalu lebih kecil dari satu,
hal ini
menggambarkan bahwa PT. Tamsan Dharma tidak memiliki uang di kas/bank yang cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya. b) Rasio Lancar Hampir sama dengan rasio posisi kas, fluktuasi rasio lancar PT. Tamsan Dharma mengikuti rasio posisi kas.
Hal ini lebih
dikarenakan aktiva lancar selain kas dan bank adalah persekot biaya yang merupakan nama lain dari pos petty cash PT. Tamsan Dharma. Kondisi likuiditas yang dibawah angka ideal ini lebih dikarenakan dua hal.
Pertama, sebagai perusahaan leasing
diusahakan agar tidak ada uang kas yang terlalu lama tidak bergerak. Ketika sudah terkumpul dana-dana hasil selisih margin atas pinjaman yang disalurkan secepat mungkin dana tersebut
37
disalurkan kembali dengan prosedur pemberian pinjaman yang sangat ketat. Kedua, PT. Tamsan Dharma memang sedang dalam kondisi merugi, sehingga apabila tidak ada nasabah yang potensial yang mampu dijaring, uang kas atau bank yang ada langsung disetorkan untuk memenuhi kewajiban yang ada. 2) Rasio Aktivitas Rasio menganalisis
aktivitas rasio
perusahaan perputaran
dapat
piutang
diketahui dan
rasio
dengan periode
pengumpulan piutang. Dengan rasio ini dapat diketahui beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. a) Rasio Perputaran Piutang (Account Receiveable Turn-Over Ratio) Selama
periode 2006-2008 frekwensi PT. Tamsan Dharma
untuk menagih piutangnya sangat rendah.
Bahkan bisa
dikatakan bahwa atas setiap pinjaman yang diberikan PT. Tamsan Dharma hanya mampu untuk menagih piutang yang diberikan 1x setiap tahunnya. Pada tahun 2008 PT. Tamsan Dharma tidak menyalurkan pinjaman lagi karena semua dana yang ada baik dari bank ataupun pihak lain sudah disalurkan kepada nasabah dan perusahaan kesulitan untuk mencari dana baru dan semua angsuran yang ada difokuskan untuk mengembalikan kewajiban PT. Tamsan Dharma kepada pihak Bank. b) Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) Rasio ini mengukur pengelolaan piutang yang efisien pada PT. Tamsan Dharma dan menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu PT. Tamsan Dharma setelah melakukan transaksi kredit sebelum menerima kas.
38
Dari tabel diatas terlihat pada tahun 2006 rasio ini adalah sebesar 5.303,511 hari, pada tahun 2007 sebesar 926,760 hari dan terakhir pada tahun 2008 menjadi 523,372 hari. Periode ini sangat besar dibandingkan hari pengumpulan yang ideal yaitu 30 hari. Kondisi kedua rasio diatas yang berada jauh dari titik ideal dikarenakan terdapat piutang yang tertunggak yang sangat besar yang tercatat tiap tahunnya bila dibandingkan dengan total piutang PT. Tamsan Dharma. Pada tahun 2006 terdapat tunggakan piutang lebih dari Rp. 2,5 Milyar tiap bulannya dan dari tunggakan tersebut kontribusi terbesar diberikan oleh piutang dari salah satu nasabah besar yang meminjam uang dengan pokok sekitar Rp. 2,1 Milyar. Banyak faktor yang menyebabkan piutang tersebut tidak dapat ditagih namun tidak dihapus bukukan. Pertama, jumlah karyawan yang terbatas.
PT. Tamsan
Dharma hanya memiliki 3 orang karyawan yang harus mampu menguasai seluruh kegiatan perusahaan. Sehingga tidak ada karyawan yang khusus untuk memegang permasalahan penagihan piutang. Kedua, cara penagihan piutang. Dengan jumlah karyawan yang demikian, penagihan lebih banyak dilakukan melalui telepon dan jarang dengan mendatangi langsung kepada nasabah. Selain itu penggunaan pihak ketiga untuk menagih piutang menurut pihak manajemen sangat tidak efisien mengingat debt collector eksternal biasanya meminta fee lebih dari 10% dari total tagihan yang mampu diambil. Ketiga, karakter nasabah. Nasabah yang memiliki piutang hampir Rp. 2,1 M tersebut adalah tokoh masyarakat yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di daerahnya.
Melakukan
penagihan dengan cara-cara fisik akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar bagi kelanjutan perusahaan. Sehingga jalan persuasif menurut manajemen adalah adalah alternatif yang paling tepat dalam menangani kasus ini.
39
Keempat, kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Salah satu hal yang memukul perusahaan otomotif pada tahun 2006 adalah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM secara tiba-tiba dan harga yang melonjak tajam membuat banyak pemilik usaha kendaraan niaga yang mengalami kerugian karena kenaikan harga BBM tidak diikuti dengan kenaikan tarif ongkos yang sesuai dengan kenaikan harga BBM maupun harga spare part yang ikut melonjak naik. Kelima, pihak manajemen tidak memasukkan piutang yang tak tertagih tersebut menjadi biaya karena akan sangat merusak kondisi neraca dan rugi laba yang akan berimbas dengan semakin sulitnya perusahaan untuk mencari pinjaman kepada pihak bank ataupun pihak ketiga lain apabila melihat kondisi neraca yang tidak menunjukkan kondisi yang positif. 3) Rasio Solvabilitas Rasio ini diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total kewajiban.
Adapun nilai rasio pada tahun 2006
adalah 1.63 kemudian tahun 2007 sebesar 1.4 dan tahun 2008 sebesar 1.38. Tiap tahunnya PT. Tamsan Dharma tidak mampu mencapai angka ideal yaitu dua dalam rasio solvabilitas. Aktiva lancar yang dimiliki PT. Tamsan Dharma terlihat semakin tergerus dari tahun ke tahun sehingga tidak mampu untuk menutupi kewajibannya. 4) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan manajemen PT. Tamsan Dharma dalam memberikan kontribusi pendapatan kepada perusahaan. Adapun nilai rasio profitabilitas PT. Tamsan Dharma dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
40
Tabel 8. Perkembangan rasio profitabilitas PT. Tamsan Dharma Periode 2006-2008 Rasio Profitabilitas OPM (%) NPM (%) ROA (%) RE (%) RMS (%)
2006
2007
-36.4 -36.7 -4.5 -29.4 -36.5
-78.1 -78.6 -8.6 -42.9 -54.8
Kondisi Perusahaan -135.2 Meningkat Tidak Ideal -35.8 Meningkat Tidak Ideal -7.2 Meningkat Tidak Ideal -25.1 Meningkat Tidak Ideal -31.3 Meningkat Tidak Ideal
2008
Ideal
Berdasarkan hasil perhitungan rasio, PT. Tamsan Dharma sudah tidak memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi pendapatan.
Hal ini terkait analisa sebelumnya dimana PT.
Tamsan Dharma dalam mengelola piutangnya sudah mengalami kemunduran. Terlihat dari rasio aktivitas yang dihitung melalui rasio perputaran piutang dan rasio hari rata – rata pengumpulan piutang yang dibawah ideal membuat pendapatan yang diperoleh dari selisih margin bunga yang seharusnya didapatkan sama sekali tidak dapat dilaksanakan.
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, piutang yang sangat besar yang tidak dapat ditagih sebesar lebih dari Rp. 2,5 M membuat PT. Tamsan Dharma sebagai perusahaan leasing yang sangat tergantung dari pendapatan bunga dari pinjaman yang diberikan tidak mampu untuk menutupi biaya-biaya operasional yang ada. Dari hasil analisa diatas, kondisi yang sedemikian rupa sudah menunjukkan kearah yang tidak baik. Hal ini sudah diketahui oleh pihak manajemen dan karena masih ada kewajiban pihak ketiga yang besar masih harus dibayarkan dan masih banyak nasabah yang masih mengangsur kewajibannya kepada PT. Tamsan Dharma serta mengingat karyawan yang akan menganggur bila perusahaan ditutup, maka perusahaan masih dijalankan dan pihak manajemen tetap optimis dalam menjalakan usahanya. Hal ini terlihat dari usaha diversifikasi yang dilakukan oleh pihak
41
manajemen yang bekerjasama dengan PT. Pahala Kencana membuka usaha jasa penjuaan tiket dan jasa pengiriman barang.
4.3. Pasar dan Persaingan Usaha pembiayaan sempat goyah saat krisis moneter, pada tahun 1997. Industri leasing ikut terkena dampaknya karena dinilai jadi perpanjangan tangan dari pelanggaran BMPK [Batas Maksimum Pemberian Kredit]. Kondisi ini membaik semakin berkembang selama 2002. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pada tahun 2001 perusahaan pembiyaan meraup
laba Rp1,84
triliun, melonjak dari posisi setahun sebelumnya yang desifit Rp118,963 miliar. Nilai kegiatan usaha pembiayaan dalam enam bulan pertama tahun 2002 diperkirakan mencapai Rp18 triliun-Rp20 triliun. Artinya, dana kelola sebanyak itu yang diperoleh pada tahun lalu. Dari segi prospek, sejumlah kalangan menilai pembiayaan sepeda motor jauh lebih menarik dibandingkan mobil. Adira merupakan contoh sukses pembiyaan motor yang kini mencapai Rp3 triliun. WOM Finance pun mendekati jumlah tersebut. Jika melihat tren yang ada, penjualan motor terus meningkat sejak 1999. Dari sejumlah merek yang ada yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Vespa, dan lainnya, Honda menguasai 57% pangsa pasar pada 2002. Artinya, dari penjualan motor sebanyak 2,3 juta unit, Honda mampu menjual mendekati 1.500 unit. Pemain utama di industri sepeda motor nasional adalah FIF, Adira Finance, WOM Finance, PT Sasana Multi Artha Finance, PT Busan Finance, dan PT Indomobil Finance Indonesia (Subiantoro, 2003) Selain itu, juga termasuk pembiayaan kendaraan melalui Adira Finance dan kredit pembiayaan perlengkapan rumah tangga dan elektronik melalui Adira Kredit. Pembiayaan untuk motor dan mobil naik Rp 1,48 triliun atau 9% menjadi Rp 17,95 triliun. Segmen pasar pembiayaan beragam, dari pembiayaan kartu kredit hingga pembiayaan perumahan. Pembiayaan otomotif lebih dikenal masyarakat sebagai leasing, yaitu tempat untuk meminjamkan uang
42
dengan jaminan BPKB dan seiring akan tuntutan masyarakat akan kendaraan bermotor semakin banyak pula perusahaan-perusaaan leasing yang berdiri. Karena keterbatasan data maka digunakan majalah infobank edisi Agustus 2007 yang melakukan rating terhadap perusahaan leasing yang bergerak untuk pembiyaan kendaraan motor antara lain : Otomuliartha, Summit Oto Finance, Trihamas Finance, Dipo Star Finance, Tunas Financido Sarana,U Finance Indonesia, Tiga Berlian Auto Finance, Astra Auto Finance dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan perusahaanperusahaan diatas yang memiliki segmentasi pasar yang sama dengan PT. Tamsan Dharma, akan terbentuk tabel sebagai berikut : Tabel 9. Perbandingan Kondisi PT. Tamsan Dharma dengan Perusahaan Leasing Sejenis Lainnya Nama Perusahaan
Aset total
Pembiayaan
Kewajiban
Rp (juta)
Rp (juta)
Rp (juta)
Modal disetor Modal sendiri Laba/rugi bersih Rp (juta)
Rp (juta)
Rp (juta)
Otomultiartha
9.866.963 7.341.280 7.872.849
396.599 1.994.014
405.088
Summit Oto Finance
6.871.001 4.974.860 4.869.122
945.179 2.001.879
81.081
Trihamas Finance
1.151.006 1.063.070 1.022.856
12.000
128.150
35.847
Dipo Star Finance
6.273.190 4.948.292 5.404.891
100.000
868.299
200.824
Tunas Financido Sarana
2.347.436 1.715.359 1.977.731
250.000
369.705
116.914
U Finance Indonesia
1.500.029 1.269.854 1.291.825
163.000
208.204
20.171
Tiga Berlian Auto Finance
722.663
645.674
296.600
100.000
426.063
53.846
Astra Auto Finance
723.219
609.529
587.803
25.000
135.416
36.673
2.776
780
983
-427
5.002 3.956 (Sumber : Majalah Infobank, Edisi Agustus 2007) PT. Tamsan Dharma
Terlihat dari tabel diatas baik dari total aset hingga laba rugi bersih tahun yang sama, angka-angka yang dimiliki oleh PT. Tamsan Dharma dibawah dari kondisi yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan leasing besar tersebut diatas. Namun terlihat juga bahwa semakin besar pembiayaan yang diberikan semakin besar pula laba yang diperoleh tergantung dari kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan piutang.
Hal ini juga
tentunya berhubungan dengan target yang dikejar PT. Tamsan Dharma
43
dimana nilai pembiayaan yang dberikan tergantung kepada jumlah modal ataupun dana yang dimiliki untuk disalurkan. PT. Tamsan Dharma tidak memiliki target yang spesifik karena ketika dana segar datang dari pihak ketiga cair, perusahaan mampu menyalurkannya dalam waktu yang singkat. Contohnya ketika mendapatkan dana dari bank “x” sebesar 2 Milyar rupiah sebanyak 1,8 Milyar langsung disalurkan kepada salah satu perusahaan otomotif terbesar di Jakarta. Namun kesulitan terjadi pada tahun 2006, ketika salah satu nasabah besar PT. Tamsan Dharma kesulitan untuk melakukan pembayaran angsuran dan ketika itu harga mobil sudah berada jauh di bawah nilai pembiayaannya. Pada akhirnya kendaraan ditarik dan sebelum dijual kendaraan tersebut dioperasikan dan dikelola sendiri oleh PT. Tamsan Dharma, namun tidak berhasil sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar dan juga menimbulkan ketidakpercayaan dari pihak bank untuk menambah pinjaman baru. 4.4. Kajian Strategi Perusahaan 4.4.1. Kajian Strategi Internal Perusahaan 1. Indentifikasi Faktor Internal Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha leasing, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan matrik internal-eksternal (IE Matriks) yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnis ke dalam analisis SWOT (Rangkuti,1998). Berikut ini akan dianalisis mengenai kekuatan dan kelemahan PT. Tamsan Dharma. a. Kekuatan 1) Pangsa Pasar Dengan semakin banyaknya perusahaan leasing yang melayani nasabah
yang menginginkan untuk mendapatkan
kendaraan ataupun modal kerja membuat manajemen untuk
44
memfokuskan diri pada pasar yang terbatas yaitu kendaraan niaga (angkot, elf, bus ¾ AKDP [Antar Kota Dalam Propinsi], bus AKAP[Antar Kota Antar Propinsi]).
Selain itu, pada saat
perusahaan lain membatasi tahun kendaraan yang dapat digunakan sebagai agunan (biasanya tahun 2000 keatas), PT. Tamsan Dharma memberanikan diri untuk membiayai kendaraan-kendaraan tua, bahkan untuk kendaraan tahun 1980an (Tabel 10.). Kebijakan ini diambil karena menurut pengalaman manajemen mereka yang menggantungkan penghasilan keluarganya pada usaha kendaraan niaga akan lebih berusaha untuk melunasi pinjamannya dengan kekhawatiran apabila kendaraan ditarik maka mereka akan kesulitan secara finansial. Tabel 10. Data Konsumen dengan Kendaraan Tua yang dibiayai PT. Tamsan Dharma No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Konsumen CV. CK H. Nurdin Ruhyan S Edi S Jasa S Ny. Marili Sampang L.G. Marolop P Djaian R Bonar N Robert P Mansyur B.A.M Ridwan S E. Sutjiawan Charles W.S Pangihutan N Torang O
Jenis dan tahun kendaraan
Jumlah Pembiayaan Bus Mercedes Benz 1997 130,000,000 Jeep Chvrolet Trooper 1995 100,000,000 Isuzu Panther 1997 & Chevrolet Trooper 1995 100,000,000 Angkot Daihatsu 1996 30,000,000 Toyota Kijang 1996 60,000,000 Angkot Daihatsu Zebra 1996 35,000,000 Mikrolet Toyota Kijang 1996 50,000,000 Isuzu Elf 1981 & 1986 20,000,000 Mitsubishi Colt 1995 50,000,000 Isuzu Elf 1982,1985 &1988 110,000,000 Isuzu Elf 1983 & Mitsubishi Microbus 1981 40,000,000 Isuzu Elf 1981 &1983 30,000,000 Suzuki Carry Angkot 1992 25,000,000 Hino RK 1995 180,000,000 Isuzu Elf 1981 & Angkot Suzuki Carry 1995 80,000,000 Isuzu Elf 1981 & 19982 30,000,000 Isuzu Elf 1981 15,000,000
2) Bunga yang kompetitif Bunga
yang diberikan untuk pembiyaaan
kendaraan-
kendaraan tua sangat bersaing yang berkisar antara 16-18 % flat p.a. Nasabah yang mengambil pinjaman dari PT. Tamsan Dharma biasanya merupakan nasabah dari leasing atau BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang memberikan bunga yang lebih tinggi
45
berkisar 20-25% flat p.a. untuk kendaraan-kendaraan tua. Dengan bunga yang lebih rendah ini banyak nasabah yang memindahkan pinjamannya kepada PT. Tamsan Dharma. 3) Biaya-biaya yang Lebih Ringan Manajemen juga menerapkan kebijakan kepada nasabah yang telah disetujui pinjamannya dengan memberikan biaya-biaya awal atas disetujuinya pinjaman dengan jumlah yang lebih kecil yaitu 1% dari jumlah pembiayaan untuk provisi, 3% biaya asuransi dan Rp.500.000,- untuk biaya administrasi. Bila dibandingkan dengan perusahaan lain dimana biaya provisi 1% dan 3-6% biaya administrasi dan biaya asuransi 3 % tentunya biaya-biaya yang dibebankan kepada konsumen lebih meringankan. 4) Tenaga Kerja yang Profesional PT. Tamsan Dharma mengelola dana untuk disalurkan kepada nasabahnya sekitar Rp.10 Milyar semenjak didirikan. Jumlah ini masih dikategorikan kecil untuk sebuah perusahaan leasing, namun dengan karyawan hanya tiga orang membuat setiap karyawan menguasai semua kegiatan yang dilakukan di dalam perusahaan mulai dari administrasi, pembukuan, marketing, survey hingga penagihan kepada nasabah. 5) Brand Name Koperasi Dharma Dengan
bekerjasama
dengan
Koperasi
Dharma
yang
merupakan salah satu koperasi karyawan Wilayah 10 Bank BNI mampu menciptakan citra yang baik untuk PT. Tamsan Dharma. Dengan
mencantumkan
nama
group
Koperasi
Dharma
meningkatan bonafiditas PT. Tamsan Dharma di mata nasabah dimana nasabah merasa segan dan selalu berusaha agar angsuran dilakukan secara tepat waktu. 6) Pelayanan yang Baik terhadap Nasabah Pelayanan yang diberikan terhadap pelangggan (nasabah) selalu dilakukan dengan baik dimulai dari penawaran pembiayaan hingga angsuran dilunasi seluruhnya. Dalam tiap proses hingga
46
pencairan perusahaan menerapkan aturan agar tidak ada sama sekali pungutan-pungutan kepada nasabah selain yang ada dalam kontrak perjanjian.
Selain itu selalu diusahakan agar proses
pemberian pinjaman dilakukan dengan waktu secepat mungkin.
b. Kelemahan 1) Dukungan Dana yang Tidak Optimal Pembentukan PT. Tamsan Dharma oleh Koperasi Dharma pada awalnya adalah untuk menyalurkan dana-dana simpanan anggota yang berlebih kepada masyarakat yang bukan anggota koperasi. Namun dalam perjalanan waktu koperasi lebih banyak menyalurkan dana yang tersedia untuk investasi-investasi di bidang lain sehingga PT. Tamsan Dharma lebih banyak menggunakan dana Bank dengan jaminan yang terbatas sehingga jumlah dana yang dapat di usahakan juga terbatas. Kemudian dalam perjalanan waktu, akibat dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM membuat pihak Bank untuk menghentikan penyaluran dana kepada PT.Tamsan Dharma dengan analisa bahwa kondisi usaha kendaraan niaga akan terpuruk. 2) Pemberian Pinjaman yang Terbatas Keadaan tersebut diatas (poin 1.) membuat PT. Tamsan Dharma mengalami kemunduran dalam jumlah pemberian pinjaman kepada nasabah.
Masalah mulai terjadi ketika ada
nasabah yang ingin melakukan Repeat Order (RO) atau dibiayai kembali oleh PT. Tamsan Dharma, namun PT. Tamsan Dharma tidak bisa melayaninya. Hal tersebut membuat citra PT. Tamsan Dharma menurun karena word of mouth (pembicaraan dari mulut ke mulut) menyebar karena banyak dari nasabah PT. Tamsan Dharma saling kenal satu sama lain. 3) Kurangnya promosi Seperti yang disebutkan sebelumnya, PT. Tamsan Dharma hanya memiliki tiga orang karyawan saja. Promosi yang dilakukan
47
dengan tenaga kerja yang sedikit lebih banyak dilakukan dengan menggunakan Freelance Marketer dan efek domino dari nasabah yang telah mendapatkan pembiayaan dari PT. Tamsan Dharma. Hal ini dilakukan karena jumlah dana yang dapat disalurkan kepada nasabah memang terbatas sehingga manajemen mengambil kebijakan tersebut agar tidak mengecewakan lebih banyak calon nasabah. 4) Kemampuan Penagihan Piutang yang Lemah Kondisi ini terlihat dari perhitungan rasio aktivitas dimana rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn –Over Ratio) sebesar 0.002 pada tahun 2006, 0.009 tahun 2007 dan 0.000 serta hari-hari pengumpulan piutang (Average Collection Period) sebesar 5303.511 tahun 2006, 926.760 tahun 2007 dan 523.372 pada tahun 2008 tidak menunjukkan angka yang ideal. 5) Belum adanya Perusahaan
Standar
Operational
Procedure
(SOP)
Hingga kajian ini dilakukan PT. Tamsan Dharma belum membuat suatu standar operasional kerja.
Semua kegiatan
berdasarkan pengalaman dari pimpinan perusahaan selama bekerja di perusahaan leasing. Hal ini dapat merugikan perusahaan apabila terjadi pergantian karyawan sehingga karyawan tersebut 6) Volume Kredit Macet yang Besar Dari penggolongan kualitas kredit PT. Tamsan Dharma, ternyata kredit dengan kategori macet memiliki volume yang besar yaitu sekitar Rp. 2,7 Milyar. Kondisi ini yang membuat pendapatan PT. Tamsan Dharma menurun sehingga membuat perusahaan merugi.
2. Analisis Matrik Evaluasi Faktor Internal (IFE: Internal Factor Evaluation) Berdasarkan
identifikasi
terhadap
faktor-faktor
internal
perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis leasing.
Melalui
48
kuisioner yang telah diisi pemilik dan manajer pihak manajemen PT. Tamsan Dharma yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas sebagai pengambil
keputusan
dalam
perusahaan,
kemudian
diambil
pembobotan dengan menggunakan metode paired comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel intenal perusahaan.Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh dua pakar yang sama dan data yang diambil adalah data rata-rata dari kedua pakar tersebut, sehingga didapatkan nilai terboboti dari faktor-faktor tersebut. Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta rating untuk setiap faktor, maka diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 11. Hasil evaluasi matriks ini selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi maktriks eksternal dan internal dengan mengggunakan Matriks Internal-Eksternal dan dipetakan posisi perusahaan dalam suatu diagram untuk mempermudah formulasi alternatif strategi bisnisnya. Tabel 11. Faktor Strategis Internal PT. Tamsan Dharma Faktor Strategis Internal Kekuatan Pangsa Pasar Bunga yang Kompetitif Biaya-biaya yang Lebih Ringan Tenaga Kerja yang Profesional Brand Name Koperasi Dharma Pelayanan yang Baik Terhadap Nasabah Kelemahan Dukungan Dana yang Tidak Optimal Pemberian Pinjaman yang Terbatas Kurangnya Promosi Kemampuan Penagihan Piutang yang lemah Belum adanya standar operasional prosedur (SOP) perusahaan Volume Kredit Macet yang Besar Jumlah
Bobot Rating Skor 0.082 0.075 0.067 0.094 0.088 0.092
2.5 2.5 3 2 2.5 2.5
0.204 0.188 0.201 0.188 0.219 0.230
0.093 0.078 0.101 0.054 0.122
1 1.5 1.5 1 1
0.093 0.117 0.151 0.054 0.122
0.054 1.000
1
0.054 1.823
49
Berdasarkan hasil perhitungan di atas Pelayanan kepada nasabah diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan usaha PT. Tamsan Dharma dengan nilai skor 0.230 hal ini terkait pada tenaga kerja yang profesional (0,188). Ketertarikan nasabah terhadap pemberian bunga yang diberikan oleh perusahaan ( nilai skor 0,188) kepada pangsa pasar yang lebih kepada kendaraan niaga (nilai skor 0,204) juga merupakan faktor pendukung dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabahnya. Hal ini merupakan kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan untuk mencapai consumer satisfaction. Kurangnya Promosi merupakan kelemahan yang paling menonjol dibandingkan dengan faktor kelemahan yang lain dengan nilai skor 0,151 dan hal ini tentunya disebabkan kerugian yang dialami oleh perusahaan karena volume kredit macet yang besar (0,054), faktor pemberian dana yang terbatas kepada nasabah dengan nilai skor 0,093 dan pemberian pinjaman yang terbatas (0,117)
4.4.2. Kajian Strategi Eksternal Perusahaan 1. Indentifikasi Faktor Eksternal Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha leasing, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor peluang dan ancamannya.
Hasil analisis tersebut akan
digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan matrik internal-eksternal (IE Matriks) yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnis ke dalam analisis SWOT.
Berikut ini akan dianalisis
mengenai peluang dan ancaman PT. Tamsan Dharma. a. Peluang 1) Kebutuhan Kendaraan Bermotor Meningkat Dari tahun ke tahun penjualan kendaraan bermotor terus meningkat. Dalam kondisi keuangan global yang kurang baik,
50
kebutuhan kendaraan bermotor lebih banyak dimiliki secara kredit. Hal ini membuat suatu peluag bagi PT. Tamsan Dharma untuk memperluas
pangsa
pasarnya
bersaing
dalam
pembiayaan
kendaraan bermotor pribadi. 2) Kerjasama dengan Dealer Kerjasama dengan dealer lebih diarahkan untuk kerjasama secara avalist agar tidak menimbulkan kerugian di pihak PT. Tamsan Dharma dimana tanggung jawab untuk menagih kepada nasabah dilakukan oleh dealer sehingga apabila terjadi kemacetan dalam pembayaran angsuran kredit pihak dealer adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melunasinya. 3) Kerjasama dengan Perusahaan lain. Kerjasama dengan perusahaan lain dapat dilaksanakan dengan jalan menyediakan kendaraan operasional dengan sistem leasing dimana diberikan layanan tambahan berupa service kendaraan secara berkala dan apabila angsuran telah selesai dapat diberikan kembali opsi tambahan apakah kendaraan akan dijual atau disewakan kembali kepada perusahaan tersebut. 4) Pengadaan Dana dari Pihak Ketiga. Kekurangan dana yang dialami dapat ditambahkan dengan menawarkan kepada pihak ketiga dengan jalan menjual saham atau memberikan bunga yang kompetitif dibandingkan dengan bank sehingga PT. Tamsan Dharma dapat lebih banyak memiliki kemampuan untuk mencari nasabah yang ingin dibiayai. 5) Pengadaan Dana dari Bank lain. Selain dengan mencari dana dari pihak bank dengan jalan mencari pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jaminan aset perusahaan atau pengurus, dapat dilakukan cara lain yaitu sistem chanelling dimana bank menyediakan dana dengan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate bunga KMK dengan jaminan BPKB kendaraan nasabah. Nasabah yang diajukan kepada pihak bank adalah nasabah yang telah disurvey sendiri oleh PT. Tamsan
51
Dharma dan apabila terjadi kemacetan sebelum angsuran selesai maka PT. Tamsan Dharma akan bertanggung jawab atas angsuran yang tertunggak. b. Ancaman 1) Nilai Kendaraan Menyusut Tiap Tahun. Kendaraan adalah barang yang mengalami penyusutan nilai tiap tahunnya, tidak sama halnya dengan tanah. Kendaraan
niaga
adalah
jenis
kendaraan
yang
nilai
penyusutannya sangat tinggi dibandingkan kendaraan pribadi karena kendaraan niaga adalah kendaraan yang dipakai dengan diforsir untuk bergerak setiap harinya sehingga kendaraan jenis ini sangat rentan terhadap kerusakan dan kecelakaan dijalan. Kerugian terjadi apabila nasabah mengalami kemacetan karena nilai kendaraan apabila dijual tidak dapat menutupi kewajiban dari nasabah dan hal ini menjadi tanggungan dari PT. Tamsan Dharma. 2) Persaingan yang Tidak Sehat Dealer-dealer mobil terkadang sudah memiliki ijin trayek atas kendaraan-kendaraan yang ada. Sehingga ada kesan agar nasabah yang sebenarnya menginginkan dibiayai oleh PT. Tamsan Dharma dipaksakan agar dibiayai oleh leasing yang ditunjuk oleh pihak dealer meskipun bunga pinjaman yang diberikan lebih tinggi dari pada bunga yang diberikan oleh PT. Tamsan Dharma. 3) Jumlah Kendaraan Roda Dua Meningkat Dengan
semakin
murah
dan
mudahnya
untuk
mendapatkan kendaraan roda dua saat ini membuat kendaraan niaga seperti angkot mengalami penurunan jumlah setoran yang diperoleh tiap hari. Hal ini ditunjukkan semakin banyak nasabah angkot yang mengeluh dan meminta bantuan agar angsuran dapat diundur beberapa hari.
52
4) Krisis Ekonomi Global Krisis Ekonomi Global yang masih belum menunjukkan tanda-tanda
perbaikan
menyebabkan
bunga
perbankan
Indonesia masih tinggi, sehingga dana-dana yang didapatkan dari bank masih belum memberikan kontribusi keuntungan yang cukup bagi PT. Tamsan Dharma. 5) Kebijakan Pemerintah Indonesia Kebijakan-kebijakan pemerintah seperti harga BBM, bea cukai spare part kendaraan, bunga Bank Indonesia dan lain-lain juga merupakan acaman karena mempengaruhi kinerja dari usaha
kendaraan
niaga
dan
secara
tidak
langsung
mempengaruhi nasabah-nasabah PT. Tamsan Dharma dalam melakukan angsuran pinjamannya. 6) Banyaknya kompetitor Kompetitor
tidak
hanya
berasal
dari
perusahaan-
perusahaan leasing lain tetapi juga semakin banyaknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang memiliki kebijakan kredit yang sama
dengan
leasing
dan
rentenir-rentenir
meskipun
membebankan bunga tinggi atas pinjaman yang diberikan.
2. Analisis Matrik Evaluasi Faktor Eksternal (EFE: Eksternal Factor Evaluation) Berdasarkan
identifikasi
terhadap
faktor-faktor
eksternal
perusahaan berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha leasing PT. Tamsan Dharma dilakukan dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis, kemudian memberikan bobot serta rating maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 12. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 12, terlihat bahwa PT. Tamsan Dharma belum melihat adanya peluang yang secara signifikan dapat membantu strategi perusahaan. Skor tertinggi didapat pada kebutuhan kendaraan bermotor (roda empat) yang meningkat dan
53
kemungkinan pendanaan dari pihak ketiga dengan nilai sama yaitu 0,154. Ancaman yang sangat mempengaruhi strategi perusahaan ditunjukkan oleh banyaknya kompetitor (nilai skor 0.090) dan juga terlihat bahwa banyak kompetitor yang bersaing secara tidak sehat (nilai skor 0,094). Tabel 12. Faktor Strategis Eksternal PT. Tamsan Dharma FAKTOR PENENTU Peluang Kebutuhan Kendaraan Bermotor Meningkat Kerjasama dengan dealer Kerjasama dengan perusahaan lain Pengadaan dana dari pihak ketiga Pengadaan dana dari Bank lain Ancaman Nilai kendaraan menyusut tiap tahun Persaingan tidak sehat Jumlah kendaraan roda dua meningkat Krisis ekonomi global Kebijakan pemerintah Indonesia Banyaknya kompetitor TOTAL
Bobot Rating Skor 0.077 0.068 0.068 0.062 0.062
2 2 2 2.5 1.5
0.154 0.136 0.136 0.154 0.092
0.132 0.103 0.094 0.121 0.123 0.090 1.000
3 2 1 3 3 1
0.396 0.206 0.094 0.363 0.369 0.090 2.191
4.5. Analisa Strategi Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya akan dianalisis faktor internal ekternal yang menghasilkan Matriks Internal –Eksternal (IE) sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam usaha leasing yang dijalankan PT. Tamsan Dharma. Dengan total nilai pada matriks internal sebesar 1,823 maka PT. Tamsan Dharma memiliki faktor internal yang tergolong lemah dalam menjalankan usahanya. Total nilai matriks eksternal sebesar 2,191 memperlihatkan respon yang diberikan PT. Tamsan Dharma kepada lingkungan eksternal tergolong menengah.
54
Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat dilakukan kajian adalah pada kotak di penciutan. Posisi PT. Tamsan Dharma pada kuadran VI menunjukkan strategi perusahaan yang dapat dikembangkan adalah defensive strategy. Secara lengkap posisi PT. Tamsan Dharma relatif terhadap usaha leasing terlihat dalam Gambar 3. Dengan melihat kondisi perusahaan saat ini strategi defensif (defensive strategy) yang dapat dilakukan adalah retrenchment (strategi penciutan/strategi turnaround/reorganizational), divesture (divestasi) dan liquidation (likuidasi). Strategi defensif ini bertujuan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit bahkan tidak mungkin dikontrol atau diprediksi.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR
Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal
Total Skor Evaluasi Faktor Internal 4.0 Kuat Tinggi 3.0 Menengah
3.0 Sedang
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan/ Stabilitas
VI Penciutan (1,8; 2,2)
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuidasi
2.0 Rendah
2.0 Lemah
1.0
1.0
Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal PT. Tamsan Dharma (IE – Matriks)
4.5. Analisis Matriks SWOT Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan diperoleh strategi perusahaan, maka selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi
55
perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT PT. Tamsan Dharma Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini.
Tabel 13. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) PT. Tamsan Dharma Tahun 2008
Faktor Internal
Faktor Eksternal
S1. S2. S3. S4.
STRENGTHS - S
WEAKNESSES - W
Pangsa Pasar Bunga yang Kompetitif Biaya-biaya yang Lebih Ringan Tenaga Kerja yang Profesional
W1. Dukungan Dana yang Tidak Optimal W2. Pemberian Pinjaman yang Terbatas W3. Kurangnya Promosi Kemampuan Penagihan Piutang yang W4. Lemah W5. Belum adanya standar operasional prosedur (SOP) perusahaan
S5. Brand Name Koperasi Dharma S6. Pelayanan yang Baik Terhadap Nasabah
OPPORTUNITIES – O O1. Kebutuhan Kendaraan Bermotor Meningkat O2. Kerjasama dengan dealer O3. Kerjasama dengan perusahaan lain O4. Pengadaan dana dari pihak ketiga
STRATEGI S - O 1. Menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan (O1,O2,O3,S1,S5,S6) 2. Penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya (O4,O5,S2,S3)
W6. Volume Kredit Macet yang Besar
STRATEGI W - O 1. Pemangkasan lini produk (product line) dan pengurangan kapasitas produksi (O1,O2,O3,O4,O5,W1,W2,W3,W4,W5,W6) 2. Pengurangan jumlah pegawai (O1,O2,O3,W1,W2,W3,W5)
O5. Pengadaan dana dari Bank lain
THREATS - T
STRATEGI S - T
T1. Nilai kendaraan menyusut tiap tahun T2. Persaingan tidak sehat T3. Jumlah kendaraan roda dua meningkat T4. Krisis ekonomi global T5. Kebijakan pemerintah Indonesia T6. Banyaknya kompetitor
1. Menjual divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan untuk memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi a tau akusisi strategic lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif (T2,T3,T6,S1,S2,S3,S4)
STRATEGI W - T 1. Menjual seluruh aset perusahaan secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai (T1,T2,T3,T4,T5,T6, W1,W2,W4, W5,W6)
a. STRATEGI S – O Kolom strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada.
Beberapa
strategi yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah : 1) Menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan Secara geografis pangsa pasar yang dilayani oleh PT. Tamsan Dharma lebih terfokus pada daerah JABOTABEK dan Sukabumi. Oleh karena itu, perusahaan dapat menutup atau membatasi pasar
56
hanya pada daerah-daerah yang menguntungkan saja, sehingga keuntungan lebih cepat diraih. 2) Penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya Dana yang didapatkan hingga saat ini adalah dana yang berasal dari bank swasta dengan rate 15 – 17 % effektif tergantung dari tahun kendaraan yang dibiayai. Apabila dapat dicari bank pemerintah yang mengenakan rate bunga yang lebih rendah berkisar antara 12-14 % effektif tentunya akan membuat PT. Tamsan Dharma lebih leluasa dalam mengontrol pengeluaran biaya.
b. STRATEGI W – O Kolom strategi W – O adalah strategi yang dipakai oleh perusahaan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Beberapa strategi yang
dapat dilakukan adalah : 1) Pemangkasan lini produk (product line) dan pengurangan kapasitas produksi Dukungan dana yang tidak optimal dapat membuat perusahaan melakukan penghentian produksi produk sampingan yang kurang populer dengan penjualan rendah dan memfokuskan produksi produk unggulan dan sudah dikenal masyarakat luas, sehingga mengurangi biaya promosi. Promosi dapat dibantu oleh dealer dan perusahaan lain yang selama ini sudah menjalin kerjasama sehingga tidak perlu tenaga khusus yang menyebabkan pembengkakan biaya. 2) Pengurangan jumlah pegawai Dana yang dimiliki PT. Tamsan Dharma pada saat kajian sudah seluruhnya disalurkan kepada nasabah yang memerlukan sehingga PT. Tamsan Dharma dalam kondisi menunggu angsuranangsuran yang masuk. Kemampuan penagihan piutang yang lemah dan volume kredit macet yang besar membuat perusahan kesulitan
57
dalam hal penggajian pegawai, sehingga jumlah pegawai harus dikurangi untuk efisiensi biaya. Pemilihan karyawan harus selektif dan bermutu, sehingga dengan karyawan sedikit tetapi menguasai TQM (Total Quality Management) lebih efektif daripada karyawan banyak tetapi tidak produktif.
c. STRATEGI S – T Kolom strategi S – T adalah strategi yang mengunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari ancamanancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menjual divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan untuk memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akusisi strategik lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif. PT Thamsan Dharma dapat menjual divisi usaha misalnya divisi trading atau rental, untuk mengalihkan dananya untuk pembiayaan finance atau transportasi yang lebih prospektif.
d. STRATEGI W – T Kolom strategi W – T adalah strategi yang digunakan untuk mencari jalan keluar dari ancaman dengan melihat celah dari kelemahan yang ada. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menjual seluruh aset perusahaan secara bagian per bagian untuk menghasilkan dan tunai. Likuidasi biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan dan cenderung sulit dijalani secara emosional. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih besar.