17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan air pada lahan pertanian dan penambahan air bawah tanah. Berbagai macam faktor yang mempengaruhi hantaran hidrolik tanah adalah bobot isi tanah, porositas, dan kemantapan agregat tanah. Pengambilan data sifat fisik tanah lubang resapan biopori dilaukan di Kampung Pasir Kuda RT.02/03 Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Sebaran bobot isi tanah pada tanah di sekitar LRB disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Bobot Isi Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori Gambar 4 menunjukkan bahwa bobot isi tanah semakin rendah dengan semakin dekat jaraknya ke lubang resapan biopori. Pada jarak 20 cm dari LRB, bobot isi tanahnya adalah sebesar 0,7 gram/cm3, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan bobot isi tanah pada jarak 50 cm dan 100 cm dari LRB yakni sebesar 0,78 gram/cm3 dan 0,87 gram/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bahan organik dapat menurunkan nilai bobot isi tanah. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan aktivitas biota tanah yang selanjutnya akan merangsang terbentuknya biopori. Semakin banyak biopori yang terbentuk menyebabkan proporsi pori di dalam tanah meningkat dan nilai bobot isi tanah menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Larson (1984) yang mengatakan bahwa bahan organik dapat mempengaruhi bobot
18 isi tanah dengan menurunkan kepadatan agregat dan meningkatkan ukuran diameter agregat. Banyak penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa penambahan bahan organik akan mempengaruhi penurunan bobot isi tanah (Baskoro 2005). Dengan demikian penambahan bahan organik ke dalama LRB dapat menurunkan bobot isi tanah di sekitar LRB. 4.1.2. Porositas Total Porositas merupakan gambaran dari ruangan di dalam masa tanah yang berisi udara dan air. Hal ini dapat dijadikan gambaran kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan air serta reaksi-reaksi yang ikutan didalamnya. Data sebaran nilai porositas lubang resapan biopori disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Ruang Pori Total (RPT) di Sekitar Lubang Resapan Biopori Gambar 5 menunjukkan bahwa Ruang Pori Total (RPT) tanah semakin tinggi dengan semakin dekat jaraknya ke lubang resapan biopori. Pada jarak 20 cm dari LRB nilat RPT sebesar 73,1% , nilai ini lebih besar dari pada nilai RPT pada jarak 50 cm dan 100 cm dari LRB yaitu sebesar 70,1% dan 66,9%. Perbedaan nilai RPT ini dipengaruhi oleh penggunaan bahan organik pada LRB. Bahan organik sebagai sumber makanan bagi biota tanah akan memperbanyak biopori yang terbentuk. Dengan demikian, penggunaan bahan organik mempengaruhi proporsi pori total dalam tanah. Semakin banyak bahan organik dalam tanah, maka RPT semakin tinggi. Tingginya RPT pada tanah di sekitar LRB mempengaruhi hantaran hidrolik tanah. Hal ini terjadi karena air akan lebih mudah bergerak didalam tanah akibat tanah yang semakin porous.
19 Pori – pori tanah di sekitar LRB tampak dipengaruhi oleh aktifitas organisme tanah salah satu organisme tanah yang banyak terdapat pada lubang resapan biopori adalah cacing tanah. Cacing tanah berperan dalam memakan sampah-sampah organik yang dimasukan ke dalam lubang resapan biopori dan membentuk liang-liang kecil di sekitar lubang resapan biopori sebagai habitatnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudarmo (1995) yang mengatakan bahwa, aktivitas Lubricus rubellus maupun Pheretima sp dapat memperbaiki sifat-sifat fisik Podsolik Merah Kuning Gajrug maupun Latosol Darmaga. Aktivitas Lumbricus secara nyata meningkatkan total pori, pori makro dan menurunkan pori mikro serta penetrabilitas tanah. Pheretima sp, seperti Lubricus rubellus disamping mempengaruhi sifat-sifat tanah, juga dapat meningkatkan ketersediaan air, permeabilitas, dan infiltrasi, serta menurunkan bobot isi tanah. Banyaknya pori-pori yang terbentuk mengakibatkan peningkatan nilai hantaran hidrolik pada tanah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Anas (1990) yang mengatakan bahwa cacing tanah memperbaiki aerasi tanah melalui aktivitas pembuatan lubang dan perbaikan porositas tanah akibat dari perbaikan struktur tanah.
Gambar 6. Cacing tanah pada LRB
20 4.1.3. Struktur dan Kemantapan Agregat Tanah Stabilitas dan ukuran agregat mempengaruhi hantaran hidrolik jenuh karena berkaitan erat dengan aliran yang terjadi. Pada agregat-agregat yang mudah hancur (tidak stabil), aliran air akan mudah menghancurkan struktur tanah. Butiran-butiran halus tanah akan lepas dan dapat menyumbat pori tanah. Dengan demikian, penyumbatan ini akan menurunkan hantaran hidrolik jenuh tanah. Tanah dengan agregat mantap dan berukuran besar akan mempunyai ruang pori makro yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan agregat-agregat tanah yang berukuran lebih kecil. Data sebaran kemantapan agregat tanah disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Kemantapan Agregat Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kemantapan agregat tanah semakin tinggi dan stabil dengan semakin mendekati lubang resapan biopori. Hal ini dikarenakan bahan organik sangat efektif dalam meningkatkan stabilitas agregat tanah karena fungsinya sebagai penyemen dan pengikat antar partikel tanah. 4.1.4. Hantaran Hidrolik Nilai hantaran hidrolik
tanah lubang resapan biopori di Cigombong
Kabupaten Bogor rata- rata adalah 20 cm/jam. Nilai ini dapat digolongkan ke dalam kelas cepat, sedangkan yang tidak menggunakan teknik lubang resapan
21 biopori, nilai hantaran hidroliknya hanya 3,5 cm/jam dan digolongkan ke dalam kelas sedang (Gambar 8).
Gambar 8. Nilai Hantaran Hidrolik pada Lubang Resapan Biopori Gambar 8 menunjukkan bahwa lahan dengan LRB memiliki nilai hantaran hirolik lebih besar dari pada lahan tanpa LRB. Penggunaan bahan organik pada LRB secara tidak langsung meningkatkan nilai hantaran hidrolik tanah melalui peningkatan pori makro, pori drainase yang sangat cepat, perbaikan struktur tanah dan kemantapan agregat tanah (Tabel Lampiran 1). Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan didekomposisi apabila proses tersebut didukung oleh faktor lingkungan sekitarnya. Dekomposisi merupakan perombakan yang dilakukan oleh sejumlah organisme dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi menghasilkan senyawa yang disebut humus. Makin banyak bahan organik yang terdapat dalam tanah, maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah. Dengan demikian, pori tanah akan semakin banyak terbentuk dan meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. 4.2. Hantaran Hidrolik Lubang Resapan Biopori di Berbagai Lokasi Pengamatan 4.2.1. Cipinang Elok Jakarta Nilai hantaran hidrolik di daerah Cipinang Elok DKI Jakarta berkisar antara 11,0 cm/jam – 34,6 cm/jam dengan rataan 18,4 cm/jam (Tabel Lampiran 5). Nilai
rata-ratanya
menunjukkan bahwa hantaran hidrolik
22 di daerah Jakarta dapat
digolongkan dalam kategori cepat. Tingginya nilai hantaran hidrolik dibandingkan kontrol di Cipinang Elok DKI Jakarta (Gambar 9) di duga disebabkan oleh perubahan sifat fisik tanah yang terjadi. Kasus ini terjadi bersesuaian dengan kasus yang terjadi di Cigombong Kabupaten Bogor (Tabel Lampiran 1).
Gambar 9. Nilai Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan Biopori di Cipinang Elok Jakarta. 4.2.2. Bogor 4.2.2.1. Lahan Pertanian Cikabayan Kampus Institut Pertanian Bogor Lubang resapan biopori yang ada di lahan pertanian Cikabayan Kampus IPB Darmaga kurang terawat dengan baik, akan tetapi nilai hantaran hidrolik tanah lubang resapan bioporinya masih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol (Gambar 10).
23 Gambar 10. Nilai Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan Biopori di Lahan Pertanian Cikabayan IPB Berdasarkan Gambar 10 nilai hantaran hidrolik di lahan pertanian Cikabayan Institut Pertanian Bogor mempunyai nilai rataan sebesar 24,9 cm/jam, sedangkan nilai hantaran hidrolik pada kontrol adalah 3,5 cm/jam. Tingginya nilai hantaran hidrolik pada lubang resapan biopori di Cikabayan dibandingkan kontrol di duga akibat terjadinya perubahan sifat fisik tanah, seperti pada kasus Cigombong . Nilai hantaran hidrolik di Cikabayan berkisar antara 3,55 – 77,7 cm/jam (Tabel Lampiran 2). Besarnya sebaran nilai tersebut disebabkan lubang resapan biopori di Cikabayan berada pada selokan dan berlereng. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai hantaran hidrolik tanah lubang resapan biopori cenderung menurun dari atas ke bawah, yaitu cepat pada lereng atas, agak cepat pada lereng tengah serta agak cepat sampai sedang pada lereng bawah (Tabel Lampiran 4). Kecendrungan ini berkaitan erat dengan kandungan bahan organik lubang resapan biopori di lereng atas yang terisi bahan organik lebih banyak dibandingkan lubang resapan biopori yang berada di lereng bawah. Hal ini disebabkan sumber bahan organik banyak terdapat pada lereng atas. 4.2.2.2. Kampus Institut Pertanian Bogor Nilai hantaran hidrolik di daerah kampus IPB bervariasi dari 3,61 cm/jam hingga 61,0 cm/jam dengan rataan 22,3 cm/jam (Tabel Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa daerah kampus dapat digolongkan kelas resapan air cepat. Dibandingkan dengan Cibanteng dan Cikabayan daerah kampus mempunyai nilai hantaran hidrolik lebih rendah, namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Gambar 11). Hal ini disebabkan kurangnya penutup lahan, sehingga butir hujan langsung mengenai permukaan tanah dan mengakibatkan hancurnya agregat tanah. Pada kondisi demikian tanah akan cendrung lebih padat. Syahadat (2007) mengatakan bahwa tidak adanya penutup lahan dapat mempengaruhi pemadatan tanah. Butir-butir air hujan akan langsung mengenai permukaan tanah dan mengakibatkan hancurnya agregat tanah dan mengurangi cadangan bahan organik tanah.
24
Gambar 11. Nilai Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan Biopori di Kampus IPB 4.2.2.3. Pemukiman Cibanteng Bogor Daerah pemukiman Cibanteng memiliki daya resapan air berkisar antara 17,7 cm/jam – 42,6 cm/jam dengan rataan 28,7 cm/jam (Gambar 12). Data ini menunjukkan bahwa daerah Cibanteng dapat digolongkan ke dalam kelas sangat cepat karena daerah tersebut terletak di daerah pemukiman yang vegetasinya masih banyak.
Gambar 12. Nilai Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan Biopori di Pemukiman Cibanteng Bogor
25 4.3. Perbandingan Nilai Hantaran Hidrolik Tanah Hasil pengamatan menunjukan bahwa lubang
resapan
biopori
meningkatkan nilai hantaran hirolik pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol Merah Jakarta. Hasil pengukuran nilai hantaran hidrolik jenuh di lubang resapan biopori tertinggi pada pemukiman Cibanteng Darmaga, diikuti pada lahan pertanian Cikabayan, kemudian di kampus IPB Darmaga dan yang mempunyai nilai terkecil adalah pemukiman Cipinang Elok Jakarta (Gambar 13). Nilai hantaran hidrolik tertinggi pada daerah pemukiman Cibanteng. Hal ini disebabkan masih banyaknya vegetasi di lokasi tersebut, sehingga dapat menutupi atau melindungi tanah dari pukulan air hujan dan perakarannya dapat meningkatkan stabilitas tanah. Tanaman yang akarnya telah mati dapat menambah terbentuknya pori tanah, sehingga meningkatkan hantaran hidrolik. Selain itu, perawatan lubang biopori di daerah Cibanteng sangat baik dan berkesinambungan, sehingga pori-pori yang sudah terbentuk oleh aktivitas mikroorganisme tetap terawat dengan baik bahkan bertambah banyak. Hantaran hidrolik di lahan pertanian Cikabayan memiliki rataan 24,1 cm/jam, nilai ini termasuk dalam kategori cepat. Nilai hantaran hidrolik ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai hantaran hidrolik di kampus IPB dan di Jakarta, namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan di pemukiman Cibanteng. Lebih rendahnya nilai hantaran hidrolik tersebut disebabkan perawatan lubang resapan bioporinya kurang baik dan tidak berkesinambungan. Nilai hantaran hidrolik di kampus IPB dapat digolongkan kelas resapan air cepat namun jika dibandingkan dengan di Cibanteng dan di lahan pertanian Cikabayan tergolong lebih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya penutup lahan, sehingga butir – butir hujan langsung mengenai permukaan tanah dan mengakibatkan hancurnya agregat tanah. Meskipun demikian, nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai hantaran hidrolik di Jakarta. Hantaran hidrolik di Jakarta mempunyai rataan 18,4 cm/jam (paling rendah) jika dibandingkan dengan hantaran hidrolik di Bogor. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu (1) Kematangan
sampah organik yang digunakan dan (2)
Perawatan lubang resapan. Pada LRB di Jakara, bahan organik yang digunakan
26 adalah kompos. Kompos adalah bahan organik yang sudah mengalami proses dekomposisi. Penggunaan kompos pada LRB menyebabkan aktifitas biota tanah rendah karena bahan organk yang digunakan sebagai sumber makanan sudah mengalami dekomposisi, sehingga pembentukkan biopori didalam tanah sedikit. Hal ini berbeda dengan LRB di Cigombong. Sumber bahan organik yang digunakan di Cigombong adalah sampah organik segar yang berasal dari limbah rumah tangga. Sampah organik yang digunakan di Cigombong meliputi potongan sayuran, kulit buah, ampas kelapa, dan lain-lain. Penggunaan bahan organik segar akan meningkatkan aktifitas biota tanah di dalam LRB karena sumber makanan untuk biota banyak tersedia. Tingginya aktifitas biota tanah di dalam LRB akan memicu pembentukan biopori. Dengan demikian, biopori yang terbentuk pada LRB Cigombong lebih besar daripada biopori pada LRB Jakarta. Selain menggunakan kompos, LRB di Jakarta tidak dirawat dengan baik. Perawatan lubang biopori yang kurang terawat dan tidak berkesinambungan menyebabkan tumbuhnya lumut dipermukaan dinding biopori. Lumut tersebut akan
menutupi pori-pori yang
terbentuk sebelumnya.
Gambar 13. Nilai Hantaran Hidrolik Jenuh Tanah di Berbagai Penggunaan Lahan Lubang resapan biopori pada berbagai penggunaan lahan yang diamati mempunya nilai hantaran hidrolik lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol masing-masing. Melihat kondisi tersebut penerapan teknologi lubang resapan biopori perlu diterapkan lebih luas agar permasalahan-permasalahan seperti banjir dapat di atasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Aplikasi lubang resapan biopori pada berbagai penggunaan lahan meningkatkan hantaran hidrolik jenuh. 2. Aplikasi LRB memperbaiki sifat fisik tanah di sekitar LRB, menurunkan bobot isi tanah, meningkatkan porositas dan meningkatkan stabilitas tanah. 3. Hantaran hidrolik jenuh tanah tertinggi terdapat pada pemukiman di Bogor (28,7 cm/jam) diikuti di daerah lahan pertanian Cikabayan (24,9 cm/jam), daerah sekitar kampus ( 22,3 cm/jam) dan daerah Jakarta (18,4 cm/jam). 5.2. Saran Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis, jumlah, dan karakteristik fauna yang terdapat di dalam lubang resapan biopori.