HUBUNGAN KEWIBAWAAN DOSEN DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 2009-2010 STAIN SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: RAHAYU PUJI ASTUTI 111 09 141
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013
MOTTO
ِ َّ َ ولْي ْخ ِ ََينَلَ َوَتَ رُكواَ ِم َنَ َخل ِْف ِه َمَذُ ِّريَّة َض َعافاَ َخافُواَ َعلَْي ِه َْمَفَ لْيَتَّ ُقواَاللََّه َ ََ ْ ْ َ ْ ََ شَالذ َس ِديدا َ َولْيَ ُقولُواَقَ ْوًل
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya,
yang
dalam
keadaan
lemah,
yang
mereka
khawatirkan
terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (an-Nisa’: 9)
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tuaku tercinta, terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayangmu yang telah menghantarkanku pada keberhasilan studi. Suamiku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan do’a nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Adik-adikku (dik Dian, dik Nurul, dik Suryo) tanpa kalian hari-hariku terasa sepi. Mutiara hatiku Muhammad Hafidz Fathurrahman, pengobat segala lelah, pelipur lara dan duka. Ustadzah Mimid, Ustadzah Nishwa, Ustadzah Ifa, yang telah melimpahkan ilmu dan doanya. Teman-teman seperjuangan PAI-E 2009. Teman-teman PPL Tahun 2013. Teman-teman KKN Tahun 2013.
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing ummat pada jalan yang diridhoi Allah. Alhamdulillahirobbil’alamin seiring berjalannya waktu akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ HUBUNGAN KEWIBAWAAN DOSEN DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 2009-2010 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013”. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga. 3. Bapak Winarno, S.si. M.pd selaku dosen pembimbing akademik. 4. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si yang telah membimbing dan memberi arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 5. Semua civitas akademika STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan dan pelayanan kepada penulis. 6. Bapak dan ibuku serta keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ustadzah Mimid, Ustadzah Nishwa, Ustadzah Ifa yang telah memberikan ilmu dan doanya selama ini. 8. Semua teman seperjuangan, PAI-E 2009.
9. Semua teman PPL tahun 2013. 10. Semua teman KKN 2013. 11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Salatiga,7 Maret 2013
Rahayu Puji Astuti NIM 11109141
ABSTRAK Astuti, Rahayu Puji. 2014.Pengaruh Kewibawaan Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2009-2010 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Lilik Sriyanti,M.Si. Kata kunci: kewibawaan dosen , motivasi belajar mahasiswa. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah kewibawaan dosen STAIN Salatiga?, (2) bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga?, dan (3) adakah hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 20092010 STAIN Salatiga?. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif, adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk angket sebagai teknik pokok, sedangkan teknik dokumentasi sebagai teknik pendukung. Subjek penelitian sebanyak 50 responden yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Data yang diperoleh dari angket kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif dan rumus yang penulis gunakan adalah rumus product moment. Hasil penelitian ini adalah (1) Kewibawaan dosen dalam mengajar bervariasi yaitu yang berada pada kategori tinggi 18%, yang berada pada kategori sedang 60% dan yang berada pada kategori rendah 22%. Dengan demikian kewibawaan dosen dalam mengajar yang terbanyak, yaitu 60% pada kategori sedang, (2) Motivasi belajar mahasiswa bervariasi yaitu yang berada pada kategori tinggi 8%, yang berada pada kategori sedang 72% dan yang berada pada kategori rendah 20%. Dengan demikian motivasi belajar mahasiswa yang terbanyak, yaitu 72% pada kategori sedang, (3) Ada hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga. Analisis data yang diperoleh dari rumus product moment menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel x dengan variabel y, hal ini dibuktikan dengan perhitungan pruduct moment, yaitu hasil r observasi adalah 0, 520 sehingga ro > rt pada taraf signifikan 1% sebesar 0,361 dengan demikian hipotesis yang telah penulis ajukan dapat diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN
i
JUDUL........................................................................................ HALAMAN
LOGO ii
STAIN.............................................................................. HALAMAN
PERSETUJUAN iii
PEMBIMBING................................................ HALAMAN
PENGESAHAN iv
KELULUSAN.................................................. HALAMAN
PERNYATAAN
KEASLIAN v
TULISAN.................................... MOTTO...................................................................................................
vi
........... PERSEMBAHAN.................................................................................... vii .......... KATA
viii
PENGANTAR...................................................................................... ABSTRAK............................................................................................... x .......... DAFTAR
xi
ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 5 C. Tujuan penelitian.......................................................................... 6 D. Manfaat Hasil Penelitian.............................................................. 6 E. Definisi Operasional....................................................................
6
F. Hipotesis.....................................................................................
9
G. Metode Penelitian........................................................................
10
1. Populasi............................................................................ 10 2. Sampel.............................................................................. 10 3. Teknik Pengumpulan Data..............................................
11
4. Teknik Analisis Data........................................................
11
H. Sistematika Penulisan Skripsi.............................................................
13
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Kewibawaan Dosen.............................................................
15
1. Definisi kewibawaan dosen.....................................................
15
2. Syarat-syarat menjadi pendidik................................................
18
3. Tugas dan peran pendidik atau dosen......................................
24
4. Macam-macam kompetensi kependidikan..............................
27
B. Tinjauan Motivasi Belajar Mahasiswa................................................
31
1. Definisi motivasi belajar.................................................................
31
2. Prinsip-prinsip belajar..................................................................
40
3. Faktor-faktor kesulitan belajar.......................................................
42
4. Hubungan
kewibawaan
dosen
dengan
motivasi
belajar
mahasiswa..............................................................................
43
BABIII LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi penelitian.......................................................
45
1. Sejarah berdirinya STAIN Salatiga................................................
44
2. Letak geografis STAIN Salatiga...................................................
51
3. Visi dan Misi STAIN Salatiga.......................................................
52
4. Sarana dan prasarana....................................................................
52
5. Organisasi kemahasiswaan............................................................
54
B. Penyajian data...................................................................................
58
1. Data tentang Responden.............................................................
56
2. Data hasil penyebaran angket.......................................................
60
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif........................................................................
62
B. Uji Persyaratan Analisis ...............................................................
72
C. Analisis Hipotesis...............................................................................
76
D. Pembahasan..................................................................................
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...........................................................................................
80
B. Saran-saran...........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL I. DAFTAR NAMA
59
RESPONDEN....................................................... TABEL II. JAWABAN ANGKET KEWIBAWAAN DOSEN
59
.......................... TABEL III. JAWABAN ANGKET MOTIVASI BELAJAR
61
MAHASISWA..... TABEL IV. NILAI ANGKET KEWIBAWAAN DOSEN .................................
64
TABEL V .INTERVAL KEWIBAWAAN
65
DOSEN............................................ TABEL VI .FREKWENSI KEWIBAWAAN
67
DOSEN....................................... TABEL VII .NILAI MOTIVASI BELAJAR
68
MAHASISWA............................. TABEL VIII. INTERVAL MOTIVASI BELAJAR
70
MAHASISWA................... TABEL 1X. FREKWENSI MOTIVASI BELAJAR
71
MAHASISWA.................. TABEL X. KOEFISIEN ANTARA VARIABEL KEWIBAWAAN
76
DOSEN(X) DAN VARIABEL MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA(Y)...... TABEL XI. NILAI PRODUCT MOMENT.........................................................
77
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dosen memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya memikul beban tanggug jawab utama keefektifan seluruh usaha pendidikan. Semakin berkembangnya media massa, memudahkan para pencari ilmu dalam meraih informasi yang ingin diketahuinya. Namun keberadaannya tetap tidak dapat sepenuhnya menggantikan kedudukan seorang dosen. Secara umum dapat disebut bahwa seorang dosen di perguruan tinggi juga berstatus guru, oleh karena itu selain harus menguasai bidang ilmu yang menjadi spesialisnya, seorang dosen juga dituntut menguasai kecakapan didaktis-metodis agar dapat membimbing mahasiswanya secara efektif-efisien. Dalam kecakapan keguruan tersebut, secara sporadis terdengar banyak keluhan dari warga masyarakat (khususnya mahasiswa yang mendapat perlakuan kurang atau tidak wajar dari dosennya) misal: ada dosen pandai tetapi tidak cakap mengajar, penilaian yang tidak terbuka dan tanpa bimbingan sebagai tindak lanjutnya, menunda pekerjaan pokok karena kesibukan sambilan, dan sebagainya (Samana,1994: 87). Guru dalam pandangan jawa tidak hanya sekedar mendidik kecerdasan rasio, tetapi juga mencakup aspek perilaku, maka keteladanan guru dalam ilmu dan perilaku menjadi aspek penting. Guru itu digugu lan ditiru (dipercaya dan ditiru) dan dihormati, sebab guru memberi petunjuk tentang kebaikan dan pemberi nasehat (Muslich,2006: 35). Partisipasi guru dalam situasi belajar mengajar telah diterangkan dalam Q.S Annisa’ ayat 9 :
Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (an-Nisa’: 9)
Ayat ini mengundang para pendidik atau guru atau dosen untuk bertaqwa kepada Allah swt dan berkata benar yang sekaligus merupakan perilaku yang menjurus kepada hukum yang benar. Dengan jalan menempatkan diri (berempati) pada posisi orang lain sambil menghayati kelemahan mereka, niscaya ia akan benar- benar memperhatikan perkataan yang benar dengan didasarkan pada taqwa yang sungguh semata-mata karena takut kepada Allah swt sehingga mereka tidak menghiraukan anak-anak yang lemah (Jalal,1988:177). Semua tingkah laku guru sebagai cerminan kepribadian termasuk cara mengajar. Interaksi sosialnya sangat menentukan keberhasilan proses pendidikannya. Oleh karena itu, seorang guru harus memenuhi syarat-syarat sebagai seorang pendidik. Seorang guru yang mengajar bukan hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan dan skill saja, tetapi lebih dari pada itu harus dapat membawa kepada proses perkembangan kepribadian ke arah yang lebih sempurna dan terpadu. Disamping itu seorang guru akan menjadi pusat perhatian bagi anak didiknya atau masyarakat sekitarnya. Kepribadian guru akan menjadi pusat perhatian, disoroti, dicontoh, atau dicela oleh anak didiknya atau masyarakat. Dalam masalah penilaian dari masyarakat atau anak didiknya mencerminkan pula masalah kewibawaan, artinya apakah benar- benar guru tersebut dapat digugu dan ditiru (Jumali,2004:39). Dengan melihat tugas yang dilakukan oleh guru yang disertai dengan kesabaran, penuh keikhlasan, tanpa pamrih itulah yang menempatkan kedudukannya menjadi orang yang
dihormati. Dengan demikian secara filosofis penghormatan yang tinggi kepada guru adalah sesuatu yang logis dan secara moral dan sosial sudah selayaknya harus dilakukan. Namun demikian, tidak berarti seorang guru dapat semaunya memperlakukan anak didiknya (Nata,1997:70). Profesi pendidik/pengajar menurut Al-Ghazali dalam kitab “Ihya’Ulumuddin” ia menyebutkan: “Apabila ilmu pengetahuan itu lebih utama dalam segala hal, maka mempelajarinya adalah mencari yang lebih mulia itu. Maka mengajarkannya adalah memberikan faedah bagi keutamaan itu.” Jadi, mengajar dan mendidik adalah sangat mulia, karena secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh orang. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mulia, maka mengajarkannya adalah memberikan kemuliaan (Zainuddin,1991: 50). Adapunfungsi dosen dalam proses komunikasi terutama dalam PBM (proses belajar mengajar) tidak hanya berfungsi sebagai komunikator, tetapi yang paling penting adalah juga sebagai fasilitator (pelancar proses belajar mengajar) dan motivator yang memberi dorongan dan semangat belajar mahasiswa. Pola interaksi manusiawi dosen-mahasiswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan studi. Karena bantuan dosen dan mahasiswa didalam dan diluar perkuliahan formal dapat berpengaruh, terutama dorongan yang bersifat psikis untuk penyelesaian tugas-tugas dan penyelesaian studi. Bagi mahasiswa, dosen pada umumnya merupakan figur yang dapat memberi semangat belajar, keakraban yang bersifat informal dan manusiawi dapat merangsang semangat belajar, minimal terhadap mata kuliah dari dosen yang bersangkutan (Salam,2004:67). Dosen yang selama ini dipandang sebagai orang yang sangat dihormati membawa suatu daya kekuatan tersendiri pada masyarakat, tentunya dalam berbagai aspek penilaiannya.
Mahasiswapun demikian, juga mempunyai pandangan tersendiri tentang sosok dosen yang ideal, yang dapat memberikan dorongan atau keinginan terhadap apa yang dibawanya. Dosen yang bermutu pada dasarnya adalah dosen yang melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Dalam bahasa lain, dosen yang bermutu adalah dosen yang professional. Seorang dosen yang berwibawa adalah dosen yang dapat menyesuaikan dan menempatkan posisinya pada tempat dan situasi tertentu. Proses belajar-mengajar di kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Keberadaan motivasi dalam proses belajar merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi seluruh aspek –aspek belajar dan pembelajaran. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan minatnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar, merasakan keberhasilan diri, mempunyai usaha- usaha untuk sukses, dan memiliki strategi-strategi kognitif dan efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya (Wahyuni,2009: 3). Berawal dari itulah, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”HUBUNGAN
KEWIBAWAAN
DOSEN
TERHADAP
MOTIVASI
BELAJAR
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 20092010 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013” A. Rumusan masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kewibawaan dosen di STAIN Salatiga tahun 2013? 2. Bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 di STAIN Salatiga tahun 2013? 3. Adakah hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 di STAIN Salatiga tahun 2013?
B. Tujuan penelitian
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok,maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kewibawaan dosen di STAIN Salatiga tahun 2013. 2. Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 di STAIN Salatiga tahun 2013. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 di STAIN Salatiga tahun 2013. C. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara teoritis
Secara teori, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagi dasar dalam pengembangan pengetahuan dan teori tenaga kependidikan. 2. Secara praktis a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pemahaman. b. Bagi para dosen, dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan kompetensinya. c. Bagi perkuliahan, dapat menjadi wacana dalam mengembangkan iklim perkuliahan yang kondusif dan harmonis. E.Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penyimpangan istilah dari pokok permasalahan yang akan penulis bahas, maka lebih jelasnya penulis terangkan arti kata-kata yang terangkum dalam judul diatas:
1. Kewibawaan Dosen Kewibawaan berasal dari kata “ kawi “ dan “ bhawa “. Kawi itu berarti: kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Bhawa berarti: kekuasaan suprahuman, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Kewibawaan atau prebawa berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ ambawani “ ; yaitu mampu mengatur, membawa, memerintah, dan mendidik pribadi lain. Oleh karena itu, pendidik yang memiliki kewibawaan pasti punya kelebihankelebihan tertentu, disamping memberikan pengaruh-pengaruh edukatif kepada anak didik ( Kartono, 1992: 183).
Sedangkan menurut Khoiron Rosyadi (2004:185), wibawa diartikan sebagai sikap atau penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan hormat, sehingga peserta didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Secara sederhana, wibawa dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain. Wibawa bisa muncul dari dua hal, karisma dan performa. Karisma biasanya muncul dengan sendirinya karena merupakan bawaan seseorang sejak lahir (Munir, 2010:9). Adapun performa secara bahasa memiliki arti sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Jadi performa yang baik adalah daya pikat seseorang dalam menawan hati orang lain dengan prestasi kerja yang bagus. Berbeda dengan karisma yang terkait penampilan fisik, performa menitikberatkan pada bagaimana tampilan non fisik seseorang. Biasanya, performa terwujud dalam sikap tegas, cerdas, sopan, konsisten, jujur, dan selalu memiliki solusi saat menghadapi masalah ( Munir,2010: 13). Jadi yang dimaksud kewibawaan dosen disini adalah sikap atau penampilan dosen yang dapat menimbulkan rasa segan dan hormat kepadanya yang bersumber dari keunggulan pribadi dan bobot penguasaan kompetensinya sehingga timbul dalam diri mahasiswa kerelaan untuk mengikuti perkuliahan, bimbingan dan arahan oleh dosen tersebut.
Untuk mengukur variabel kewibawaan dosen tersebut, menggunakan indikatorindikator sebagi berikut:
a. Berbusana rapi dan sopan (Tafsir,1994:82). b. Menguasai bahan pembelajaran (Jumali,2008:43). c. Menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan (inspirasi dari Jumali,2008:43) d. Disiplin (Jumali, 2008:42). e. Memiliki sikap empatik (Tafsir,1994:82). f.
Menilai mahasiswa secara objektif (inspirasi dari Tafsir,1994:82).
2. Motivasi belajar mahasiswa
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Depdikbud,1994:666). Sementara itu, MC.Donald (1959) dalam buku kurikulum dan pembelajaran menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar dalam pengertian luas, dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2009:20). Sedangkan yang dimaksud dengan mahasiswa, menurut KBBI (1982) yaitu pelajar perguruan tinggi. Dalam kaitannya dengan motivasi belajar mahasiswa, maka akan tumbuhlah minat dalam diri mahasiswa untuk giat belajar dan memiliki perasaan ingin tahu lebih mendalam terhadap pelajaran yang diterima dalam perkuliahan. Adapun untuk mengukur variabel motivasi belajar mahasiswa, menggunakan indikator-indikator sebagai berikut: a. Selalu datang dalam perkuliahan (inspirasi dari Djaali,2006:119). b. Mengerjakan tugas yang diberikan dosen (Ismiati,2006:5). c. Mengikuti pelajaran dengan aktif (Ismiati,2006:5).
d. Membaca atau meminjam buku di perpustakaan (inspirasi dari Djaali,2012:119). e. Rajin membuat catatan (Ismiati,2006:5). f.
Memanfaatkan waktu senggang atau luang untuk belajar (Ismiati,2006:5).
A. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti data yang terkumpul (Arikunto,1998:67). Dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa: Ada hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa. Artinya adalah semakin tinggi kewibawaan dosen, maka akan semakin besar motivasi belajar mahasiswa. B. Metode penelitian
Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Populasi
Adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Effendi,1995:152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga tahun 2013 yaitu berjumlah 278 mahasiswa. 2. Sampel
Adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data (Sukandarrumidi,2004:50). Suharsimi Arikunto memberikan patokan jika populasinya kurang dari 100,penelitiannya dijadikan penelitian populasi, tapi jika lebih dari 100, maka penelitiannya diambil sampelnya 10-15% atau sesuai kemampuan. Disini peneliti hanya mengambil sampel berjumlah 50 responden. Adapun teknik yang peneliti gunakan dalam pengambilan sampel ini yaitu menggunakan teknik sampel random atau sampel acak, sampel campur. Teknik sampling ini
diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel (Arikunto,2010:177). 3. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a. Teknik Angket
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi,2002:78). Metode ini penulis gunakan sebagai metode pokok untuk mencari data tentang kewibawaan dosen dan motivasi belajar mahasiswa. b. Teknik Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1998:149). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumentasi, mengenai STAIN Salatiga, sejarah, visi misi, sarana dan prasarana dan organisasi kemahasiswaan. Dengan demikian diharapkan perolehan data dalam penelitian ini dapat lebih valid dan akurat. c. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif, yaitu data yang ada disusun, dijelaskan dan dianalisis. Dalam hal ini penulis menggunakan metode statistik yaitu teknik mate-matika dalam mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis dalam bentuk angket, berdasarkan data yang terkumpul, disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan cara statistik teknik.
a. Perhitungan presentasi frekwensi
Teknik ini untuk menganalisis kewibawaan dosen dan motivasi belajar mahasiswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P= x100% Keterangan: P:Presentase F:Frekwensi N:Jumlah Responden b. Mengenai data tentang hubungan kewibaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa, dianalisis dengan korelasi product moment, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ∑
∑
rxy= √{∑
∑
∑
}{∑
∑
}
Keterangan: rxy
: angka indek korelasi : jumlah sampel yang diselidiki : jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y : variabel bebas (kewibawaan dosen) : variabel terikat (motivasi belajar mahasiswa)
C. Sistematika penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulismembuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan kewibawaan dosen. 1. Definisi kewibawaan dosen. 2. Syarat-syarat menjadi seorang pendidik. 3. Tugas dan peran pendidik. 4. Macam-macam kompetensi kependidikan. B. Tinjauan motivasi belajar mahasiswa. 1. Definisi motivasi belajar. 2. Prinsip-prinsip belajar. 3. Faktor-faktor kesulitan belajar. 4. Hubungan kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Laporan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum STAIN Salatiga, yaitu sejarah berdirinya, letak geografis STAIN Salatiga, visi dan misi STAIN Salatiga, sarana dan prasarana, organisasi kemahasiswaan, gambaran umum Pendidikan Agama Islam di STAIN Salatiga dan laporan responden yaitu jawaban angket kewibawaan dosen, jawaban angket motivasi belajar mahasiswa. BAB IV ANALISIS DATA Analisis data ini menyajiakan: A. Analisis Deskriptif, meliputi: 1. Analisis tentang kewibawaan dosen 2. Analisis tentang motivasi belajar mahasiswa. B. Uji Persyaratan Analisis, meliputi: 1. Uji Validitas. 2. Uji Reabilitas.
3. Uji Normalitas. 4. Uji Multikolinieritas. 5. Uji Linieritas. 6. Uji Homogenitas. C. Analisis Hipotesis D. Pembahasan.
BAB V PENUTUP Meliputi: Kesimpulan, dan saran-saran.
BABII LANDASAN TEORI
A. Kewibawaan dosen. 1. Pengertian kewibawaan dosen. Kewibawaan berasal dari kata “ kawi “ dan “ bhawa “. Kawi itu berarti: kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Bhawa berarti: kekuasaan suprahuman, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Kewibawaan atau prebawa berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ ambawani “ ; yaitu mampu mengatur, membawa, memerintah, dan mendidik pribadi lain.Oleh karena itu, pendidik yang memiliki kewibawaan pasti punya kelebihan-kelebihan tertentu, disamping memberikan pengaruh-pengaruh edukatif kepada anak didik ( Kartono, 1992: 183). Sedangkan menurut Khoiron Rosyadi (2004:185), wibawa diartikan sebagai sikap atau penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan hormat, sehingga peserta didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Secara sederhana, wibawa dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain. Wibawa bisa muncul dari dua hal, karisma dan performa. Karisma biasanya muncul dengan sendirinya karena merupakan bawaan seseorang sejak lahir (Munir, 2010:9) Adapun performa secara bahasa memiliki arti sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Jadi performa yang baik adalah daya pikat seseorang dalam menawan hati orang lain dengan prestasi kerja yang bagus. Berbeda dengan karisma yang terkait penampilan fisik, performa menitikberatkan pada bagaimana tampilan non fisik seseorang. Biasanya, performa terwujud dalam sikap tegas, cerdas, sopan, konsisten, jujur, dan selalu memiliki solusi saat menghadapi masalah ( Munir,2010:13). Kharisma biasanya berkaitan dengan hal-hal yang melekat pada pribadi seseorang, seperti postur tubuh, bentuk wajah, gaya bicara, tatapan mata, sampai cara berjalan. Seseorang yang kharismatik tidak perlu belajar terlebih dahulu atau mengubah penampilan
untuk mencari perhatian orang lain. Ia sudah memiliki daya pikat yang dibawanya sejak lahir. Dari sinilah munculnya kemampuan untuk membuat orang lain terpesona dan terpengaruh (Munir,2010:9). Walau bagaimanapun, penampilan fisik seseorang memiliki pengaruh terhadap kewibawaannya. Oleh karena itu, seorang guru tidak boleh bersikap cuek terhadap penampilan fisiknya (Munir, 2010:11). Hal terpenting mengenai performa ini adalah konsistensi. Untuk apa ketegasan dan kecerdasan kalau hanya muncul sekali waktu saja, lalu tidak muncul diwaktu yang lainnya. Tanpa konsistensi, ketegasan dan kecerdasan tidak akan mampu membentuk performa. Alhasil kewibawaan yang diinginkan tidak akan terwujud (Munir, 2010:14).
Kewibawaan seorang guru hendaknya merupakan kewibawaan paedagogis, yang bertumpu pada keutamaan pribadi dan bobot kompetensinya, yang secara nyata guru tersebut menjadi teladan hidup susila, bersemangat untuk membantu perkembangan diri siswa kearah yang lebih baik, bersikap tulus dalam pergaulan serta tugasnya, berkecakapan keguruan yang berdasar keilmuan, dan dalam pergaulan yang lebih luas (dalam kehidupan sehari-hari) juga berperan sebagaiu warga negara yang baik (mendamaikan diri beserta lingkungan sosialnya). Kewibawaan pedagogis yang bersumber pada keutamaan pribadi serta bobot penguasaan kompetensi keguruannya tersebut mengundang kerelaan para siswa untuk bersedia dibimbing oleh guru yang bersangkutan, mengundang kepatuhan siswa kepada guru secara tulus, dan memungkinkan terjadinya interaksi belajar-mengajar yang giat, terarah, penuh makna, dan afektif (Samana,1994:23). Adapun tentang, dosen menurut UU Guru dan dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), pada pasal 1 ayat (2), dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarlauaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Pada pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada pasal 7 ayat (1) profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f.
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i.
Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Secara umum dapat disebut bahwa seorang dosen diperguruan tinggi juga berstatus guru, atau pendidik. Maka dari itu dalam pembahasan mengenai dosen, penulis banyak menggunakan istilah guru atau pendidik. 2.
Syarat-syarat menjadi seorang pendidik. Untuk menjadi seorang guru, tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang selama
ini. Mereka menganggap hanya dengan memegang kapur dan membaca buku pelajaran, maka cukup bagi mereka untuk berprofesi sebagi guru. Ternyata untuk menjadi guru yang profesional tidak mudah, harus memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui selik beluk toeri pendidikan (Nurdin,2010:129).
Supaya tercapai tujuan pendidikan, maka seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud menurut Sulani ( 1981: 64) adalah: a. Syarat syakhsiyah ( memilki kepribadian yang dapat diandalkan). b. Syarat ilmiah ( memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni). c. Syarat idhafiyah ( mengetahui, menghayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan).
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai- nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan normanorma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk mewujudkan misi ini, menurut Ghofir yang dikutip oleh Agus Maimun (2001:28), guru harus memiliki seperangkat kemampuan, sikap, dan keterampilan berikut: a. Landasan moral yang kukuh untuk melakukan “jihad” dan mengemban amanah. b. Kemampuan mengembangkan jaringan-jaringan kerja sama atau silaturrahim. c. Membentuk team work yang kompak. d. Mencintai kualitas yang tinggi.
Maka secara umum, syarat profesionalisme guru sebagi pendidik dalam islam adalah: a. Sehat jasmani dan ruhani
Menurut Zakiyah (1992:41), jika guru mengidap penyakit menular umpamanya, maka akan sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Disamping itu, tentu saja
guru yang berpenyakitan tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian, kesehatan
badan
setidaknya
akan
sangat
memengaruhi
semangat
dalam
bekerja(mengajar). b. Bertakwa
Menurut Zakiyah (1992:41), guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Ia adalah teladan bagi muridnya, sebagaimana juga Muhammad Saw.menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh seorang guru mampu memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya, sejauh itu pula ia akan berhasil mendidik mereka menjadi generasi penerus dan mulia. c. Berilmu pengetahuan yang luas
Guru yang kaya ilmu pengetahuan akan menjadi sumber bagi anak didik untuk menggalinya. Segala rasa ingin tahu anak didik dapat dipenuhi dengan sempurna sehingga murid begitu membutuhkan sang guru. Tidak akan ada anak didik yang melecehkan guru, bahkan mereka bangga kepada gurunya sehingga termotivasi untuk lebih pintar dari gurunya. d. Berlaku adil
Menurut Khursid Ahmad (1992:58) secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah emnuju posisi yang diinginkan. Adil juga berarti seimbang (balance) dan setimbang (equilibrium). Menurut zakiyah Daradjat (1992:41), guru hendaknya berlaku adil diantara anak didiknya, yang tidak cenderung kepada salah seorang diantara mereka.Dampak edukatif dari sikap adil pada anak didik dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Bagan I Dampak edukatif sikap adil DAMPAK EDUKATIF DARI SIKAP ADIL
Memunculkan sikap tawadhuk
Memunculkan rasa cinta belajar pada anak didik
Memunculkan potensi yang kreatif pada anak didik
Membuka dialog yang konstruktif antara guru dan murid
Sumber: (Nurdin, 2010:142) e. Berwibawa
Untuk masalah berwibawa ini penulis sudah membahas nya didepan tadi, menurut Henry Fayol, kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita dipatuhi dan ditaati (Panglaykim, 1984: 61). Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan rasa segan dan hormat. Sehingga dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. f.
Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah (Aminudin, 1996: 137).Hendaknya guru itu adalah seorang yang ikhlas. Sifat ini termasuk sifat rabbaniyah. Dengan kata lain, hendaknya seorang yang berprofesi sebagi guru harus bercita-cita menggapai keridhaan Allah. Karena, kalau saja sifat ikhlas ini hilang, dikhawatirkan yang terjadi adalah sikap saling mendengki diantara guru, dan menghiraukan pendapat orang lain.
Maka akan muncul sifat egois yang didukung oleh hawa nafsu sehingga menggantikan pola hidup diatas kebenaran. g. Mempunyai tujuan yang rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, dimana segala sesuatunya bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan mengenal sifat-sifat-Nya. h. Mampu merencanakan dan melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Menurut Pangkaykim (1984:79), Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi, dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian seorang guru harus mampu merencanakan proses belajar mengajarnya dengan baik. Sedangkan menurut Hamalik (1982:4), evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan anak didik untuk tujuan pendidikan. Seorang guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi, karena progaran evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan- kelemahan yang dilakukan, baik yang berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, maupun dengan berbagai hal lainnya. Karena, kalau pelajaran tidak dievaluasi, hasilnya tidak akan kelihatan dan juga tidak direncana. i.
Menguasai bidang yang ditekuni
Yang dimaksud dengan menguasai bidang ilmu yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar anak didiknya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia profesional dan menguasai.
3. Tugas dan peran pendidik. Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staff lain (Sardiman,2009:143). Mengenai apa peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut: a. Prey katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. b. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. c. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. d. Federasi dan organisasi profesional guru sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari beberapa pendapat diatas, maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: a.
Informator Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan
sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.
Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal
kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. c.
Motivator Peran guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan mengembangan kegiatan belajar siswa. Guruharus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. d.
Pengarah/direktor Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e.
Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
f.
Transmitter Dalam kegiatan belajar, guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan pengetahuan. g.
Fasilitator Berperan sebagi fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajr mengajar akan berlangsung secara efektif. h.
Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemancetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga dapat diartikan penyedia media.
i.
Evaluator Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk
menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. 4. Macam- macam kompetensi kependidikan Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahami halhal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar-mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru (Sardiman, 2009:163). Adapun sepuluh kompetensi guru itu meliputi: a.
Menguasai bahan Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran
secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni: Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, dan menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. b.
Mengelola program belajar mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-
langkah itu adalah sebagai berikut: 1)
Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ini penting karena dapat dijadikan
pedoman atau petunjuk praktis tewntang sejauhmana kegiatan belajar mengajar itu harus dibawa. 2)
Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.
3)
Melaksanakan program belajar mengajar.
4)
Mengenal kemampuan anak didik.
5)
Merencanakan dan melaksanakan program remidial.
c.
Mengelola kelas. Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni
menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut” mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi”. d.
Menggunakan media/sumber.
e.
Menguasai landasan-landasan kependidikan. Pancasila, UUD’45, GBHN merupakan landasan atau falsafah bagi kegiatan guru
dalam menjalankan berbagai ketetapan pemerintah dalam bidang pendidikan. f.
Mengelola interaksi belajar-mengajar. Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar-mengajar. Komponen-komponen itu
misalnya guru, sisw, metode, alat/teknologi, sarana, tujuan. Untuk mencapai tujuan instruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespons dan mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru dalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih optimal. Dengan demikian guru selanjutnya akan dapat mengembangkan interaksi belajar-mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. g.
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan-perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreatifitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Sehingga dapat mengambil tindakantindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai.
h.
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun
konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi tepat dan produktif. Bimbingan oleh Arthus J.Jones diartikan: bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada orang lain agar orang itu berdasarkan kemampuan intelegensinya mampu mengadakan penyesuaian diri yang layak. Kemudian L.D Crow dan A.Crow menambahkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan Counselors pada setiap individu untuk dapat memperkembangkan kemampuan mengadakan keputusan-keputusan sendiri dan mengarahkan jalan hidupnya. Diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, tampaknya bimbingan akan lebih efektif dan efisien kalau dipadukan dan melalui kegiatan konseling. Konseling dalam hal ini diartikan sebagai suatu hubungan dinamis yang bersifat pribadi antardua orang yang bersama-sama mendekati suatu permasalahanyang telah didefinisikan bersama. i.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Kegiatan itu tidak sekedar mengurus soal surat menyurat, tetapi menyangkut pula
berbagai kegiatan misalnya pendataan personal, penyusunan jadwal, presensi siswa, pengisian rapor dan lain-lain. Keberhasilan dalam kegiatan ini jelas akan memberikan kepuasan kepada para siswa. Kalau sudah demikian maka interaksi belajar mengajar akan lancar. j.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran. Disamping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan
mengembangkan proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab apa, mengapa, dan bagaimana. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis. B.
Motivasi Belajar
1.
Pengertian motivasi belajar Motivasi berasal dari kata”motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata”motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,2009:73). Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Menurut Bernard, minat tidak timbul secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, belajar tidak boleh bermotif: a. Menandingi ulama. b. Mengakali orang yang bodoh. c. Agar terkenal diantara manusia.
قال رسٌل هللا صهى هللا عهيو ًسهم ال تتعهم انعهم نتبا:ًعه جابر رضي هللا عنو قال فمه فعم ذا نك، ًنتماراًبو انسفياء ًنتصرفٌا بو ًجو انناس انيكم،ىٌا بو انعهماء )فيٌ فى اننار (رًاه ابه ماجو Artinya:“Dari Jabir RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: janganlah kalian belajar (menuntut ilmu) bertujuan untuk berbangga pada ulama karenanya, dan untuk berdebat dengan orang-orang bodoh, begitu pula bertujuan agar karenanya orang-orang dapat berpaling (menarik perhatian), maka barang siapa yang melakukan itu maka ia masuk neraka”. (H.R. Ibnu Majah) Adapun tentang belajar, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau percobaan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perobahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah (Hamalik,1990:21). Crow dan Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar seperti berikut: “Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak .“ Kegiatan belajar akan tercipta apabila minat atau motif belajar yang ada di dalam diri peserta didik itu akan memperkuat motif kearah tingkah laku tertentu (belajar). Minat ini dapat ditumbuhkan dengan cara: a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya; b. Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau;
c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa puas (Arifin,1989:121). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyanangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contohcontoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materimateri pelajaran baik disekolah maupun dirumah ( Syah, 2010: 153). Motivasi dan belajar merupakan faktor-faktor yang sama pentingnya bagi performansi siswa. Dengan belajar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilanketerampilan baru, sedangkan motivasi memberikan dorongan dan arah terhadap apa yang akan siswa pelajari ( Elliot, kratochwill, Travers, Cook, 2003). Motivasi merupakan sebuah konstruk psikologi yang memberikan banyak pengaruh terhadap belajar dan performansi melalui empat cara, yaitu: a. Motivasi meningkatkan energi siswa untuk melakukan aktivitas dengan sungguhsungguh, intensif, dan memunculkan usaha yang keras. b. Motivasi memberi arah bagi individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini berarti motivasi dapat mempengaruhi pilihan-pilihan manusia dalam membuat dan menghasilkan apa yang membuat mereka rasakan sebagai bentuk kepuasan.
c. Motivasi meningkatkan keinginan dan kesungguhan dalam melakukan aktivitas tertentu, serta mempengaruhi kemungkinan siswa akan memulai segala sesuatu berdasarkan tanggungjawab terhadap diri sendiri, dan siap menghadapi kesulitan. d. Motivasi mempengaruhi strategi belajar dan proses kognitif yang digunakan siswa, sehingga mereka akan memberikan perhatian terhadap sesuatu, mempelajari dan mempraktikannya, dan mencoba belajar secara penuh makna, juga meningkatkan kemauan
untuk
mencari
bantuan
pada
saat
siswa
menghadapi
kesulitan
(Wahyuni,2009: 40).
Dalam Islam banyak hadist dan Ayat- ayat Al-Qur’an yang memberikan banyak motivasi kepada pencari ilmu, diantaranya:
ًمه سهك طريقا يهتمس فيو عهما سيم هللا:عه ابى ىريرة رضى هللا عنو ان رسٌل هللا قال (نو طريقا انى انجنت (رًاه مسهم
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: Dan barang siapa menjalani akan suatu jalan, untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga”. (H.R. Muslim) Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “ Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Mujadillah:11).
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah: a.
Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya. b.
Hadiah. Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. c.
Saingan/kompetensi. Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
d.
Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e.
Memberi ulangan. Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. f.
Mengetahui hasil. Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong
siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. g.
Pujian. Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu
diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. h.
Hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan
bijak bisa menjadi alat motivasi. i.
Hasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini
akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j.
Minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau
minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. 2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. k.
Tujuan yang diakui. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar (Sardiman,2009:92). 2.
Prinsip-prinsip belajar. Proses belajar memang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa dan diperinci dalam
bentuk prinsip-prinsip atau azas-azas belajar. Hal ini perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman belajar secara efisien. Prinsip-prinsip itu ialah sebagai berikut: a. Belajar adalah suatu proses aktip di mana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya. b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya. c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri. d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar; karena itu siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru/dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri. f.
Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berpikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari bersama. h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperolah pengertian-pengertian. i.
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.
j.
Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan/hasil.
k.
Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup men-transferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari (Hamalik,1990:28).
3.
Faktor-faktor kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yakni: a.
Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
b.
Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini. a. Faktor intern siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1)
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa; 2)
Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3)
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor ekstern siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: 1)
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)
Lingkugan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3)
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah (Syah,2010: 184).
C. Hubungan kewibawaan dosen terhadap motivasi belajar. Kewibawaan dosen ada kaitannya dengan motivasi belajar mahasiswa. Kepribadian dosen, merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa, seperti hasrat belajar, motivasi, maupun kedisiplinan mengikuti perkuliahan dosen tersebut. Kepribadian tersebut tercermin dalam penampilan, tutur kata, pengetahuan maupun persepsinya yang semuanya itu termasuk wibawa dari dosen tersebut. Seperti yang telah disebutkan diawal pembahasan ,bahwa pola interaksi manusiawi dosen-mahasiswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan studi. Karena bantuan dosen kepada mahasiswa di dalam dan di luar perkuliahan formal dapat berpengaruh, terutama dorongan yang bersifat psikis untuk penyelesaian tugas-tugas dan penyelesaian studi. Bagi mahasiswa, dosen pada umumnya merupakan figur yang dapat memberi semangat belajar, keakraban yang bersifat informal dan manusiawi dapat merangsang semangat belajar, minimal terhadap mata kuliah dari dosen yang bersangkuatan (Salam, 2004:67). Dari kutipan tersebut bisa digaris bawahi bahwa dosen pada umumnya merupakan figur yang dapat memberi semangat belajar. Figur dosen yang dapat memberi semangat bisa
saja dari prestasinya , pengetahuan, maupun akhlaknya yang mulia. Semua itu menyebabkan ketertarikan mahasiswa pada dosen tersebut dan menumbuhkan minat dan hasrat atau motivasi belajar mahasiswa. Hal ini jelas bahwa ada hubungan yang positif antara kewibawaan dengan motivasi belajar.
BABIII LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.Gambaran umum STAIN Salatiga 1.Sejarah berdirinya lokasi dan fasilitas a.Pendirian Pendirian STAIN Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan.Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam.Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) "Nahdlatul Ulama" di Salatiga.Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan "Pesantren Luhur", yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga.Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.Dalam rentang waktu kurang setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah.Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang.Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.
Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.
Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo.Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
b.Bergabung dengan IAIN Walisongo
Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1)
Sarana dan prasarana yang jauh dari memadai. Utamanya belum tersedia gedung milik sendiri;
2)
Tenaga profesional baik edukatif maupun administrasi yang masih kurang; dan
3)
Animo mahasiswa yang relatif masih kecil.
Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama dilihat dari sarana dan fasilitas yang dimiliki. Oleh Karena itu pernah berkembang isu untuk menutup lembaga ini.
Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut belum tersedianya kampus milik sendiri, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut. Jalan satu-satunya yang mesti ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, sebab mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada Pemerintah Daerah tidak memungkinkan.
Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah (H. Asrori Arif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Ia menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75 ha lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan.
Berkat perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FTWS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan dijabat oleh Drs. Achmadi).
Berdasar pada surat Dirjen Binbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828. tanggal 10 Agustus 1982, maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di atas dengan menggunakan DIP Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam di Salatiga.
Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi jalan Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimisme dan antusiasme seluruh civitas akademikanya.
Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah, antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanah kampus seluas 3000 m2 yang waktunya bersamaan
dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Memang secara administratif masjid tersebut milik PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggungjawab Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.
Seiring dengan semakin bertambahnya fasilitas akademik, bertambah pula tenaga kependidikan khususnya tenaga edukatif dan mahasiswanya. Jika pada masa dekade pertama Fakultas Tarbiyah Salatiga hanya memiliki 7 (tujuh) orang dosen tetap, pada dekade kedua menjadi 30 (tiga puluh) orang. Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada perkembangan jumlah mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 orang.Jika dibanding dengan jumlah mahasiswa tahun 1983, maka peningkatannya sudah lebih dari 300%.
Disimak dari sisi akademis, eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik 1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan Program Pendidikan Strata Satu (S1) dengan sistem SKS. Sebelumnya Perguruan Tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana Muda.Disamping itu secara yuridis juga semakin kokoh dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi IAIN di mana Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga termasuk di dalamnya.
Tahun 1987 tampaknya relevan untuk dipahami sebagai awal pengembangan kinerja bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.Serangkaian peristiwa bersejarah terjadi mengiringi perjalanan waktu ini.
Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang status IAIN/Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang amat mengokohkan eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula
proses penguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga kependidikannya.
Di atas tanah bantuan PEMDA didirikan gedung kuliah, laboratorium bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna bagi proses pendidikan. Perkembangan selanjutnya dibangun sarana kegiatan mahasiswa seperti POSKO MENWA, Sekretariat RACANA, Sekretariat Teater dan kantor Koperasi Mahasiswa yang menyatu dengan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995.
Di celah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis yang perlu diberi catatan khusus, yaitu peran Badan Koordinasi Orang Tua dan Alumni (BAKOAMI) yang dibentuk pada tahun 1988. Pada tahun 1992 diaktanotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan Alumni (YAKOAMI) yang dipimpin oleh Bapak Jumadi, B.A.
Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.Pada awal tahun 1997 Fakultas Tarbiyah telah memiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah itu 1 orang telah bergelar Doktor, 22 orang bergelar Magister, dan 10 orang sedang menyelesaikan program S.2 dalam berbagai bidang keilmuan. Di antara tenaga administrasi ada 2 orang yang sedang menyelesaikan studi program S.1.
Dengan menyimak pada proses perkembangan tersebut, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sebenarnya tampak semakin mapan secara akademik untuk memberdayakan mahasiswa.
c.Alih status menjadi STAIN
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas negeri lainnya.
Adapun yang menjabat pimpinan STAIN Salatiga pada Periode 2010-2014 Ketua: Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Pembantu Ketua I: Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. Pembantu Ketua II: Drs. Miftahuddin, M.Ag. Pembantu Ketua III: Agus Waluyo, S.Ag., M.Ag.
2. Letak Geografis.
Secara geografis STAIN Salatiga menempati lokasi yang strategis untuk kegiatan belajar mengajar(KBM) yaitu terletak di jalan Tentara pelajar no.2 kota Salatiga dengan batas geografis sebagai berikut:
a.
Sebelah utara dibatasi oleh jalan raya (jalan stadion).
b.
Sebelah selatan dibatasi oleh jalan raya (jalan Tentara pelajar).
c.
Sebelah timur berupa kantor POLRES Salatiga.
d.
Sebelah barat berupa lembaga pendidikan SMK Kristen Salatiga.
3. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi lembaga sebagai berikut:” Menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”. Adapun misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai berikut:
a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan. b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masysrakat melalu kinerja internal dan eksternal. d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa.
4. Sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah arana dan fasilitas yang dimiliki dan dipergunakan dalam rangka pelaksanaan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar dikampus, sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat menunjang dan merupakan syarat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Semakin lengkap dan bermutu sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan semakin lancar pula proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tersebut.
Agar proses pendidikan dan pengajaran berlangsung baik, sarana dan prasarana hendaknya lengkap dan memenuhi persyaratan, nyaman dan sehat. Sarana dan prasarana yang dimiliki STAIN Salatiga, antara lain:
a. Sarana Gedung. Yaitu gedung kuliah, gedung perpustakaan, gedung serba guna, laboratorium, gudang, dapur, dan lain-lain. b. Fasilitas lain seperti: 1) Asrama Mahasiswa gratis selama satu tahun, untuk menjamin intensitas pembelajaran agama dan bahasa asing (Arab dan Inggris) yang diampu oleh Native Speaker (penutur asli) 2) Studi Intensif Bahasa Asing (SIBA) selama dua semester. 3) Perpustakaan yang terkoneksi dengan Jasapusperti 4) Ruang kuliah multimedia. 5) Laboratorium: Lab. IPA, Lab. Falak, Lab. Bahasa, Lab. Peradilan, Lab. Microteaching, Lab. Perbankan dan Akuntansi, Lab. Komputer dan jaringan internet terpadu, hotspot area. 6) Fasilitas olah raga dan pengembangan bakat/minat lainnya. 7) Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Islam (LKBHI) 8) Lembaga Konsultasi Psikologi ’Tazkia’
5.Organisasi Kemahasiswaan.
a. Lembaga kemahasiswaan.
1) Senat Mahasiswa( SEMA). Senat mahasiswa merupakan lembaga perwakilan mahasiswa tertinggi di tingkatan Lembaga STAIN Salatiga, yang diangkat sebagai wakil dari para mahasiswa untuk menyalurkan, mengakomodir dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa demi terwujudnya suasana demokratis dalam langkah untuk mewujudkan”Student Goverment”. 2) Dewan Mahasiswa ( DEMA). Dewan Eksekutif Mahasiswa STAIN Salatiga berkedudukan sebagai lembaga tinggi tingkat organisasi kemahasiswaan STAIN Salatiga. Selain itu pola hubungan kerja DEMA dengan
UKM dan HMJ adalah instruktif dan dikoordinasikan dengan wilayah kerja masing-masing, fungsinya yaitu sebagai pusat kegiatan kemahasiswaan baik di internal maupun eksternal kampus. b.Unit Kegiatan Mahasiswa 1) Resimen Mahasiswa Mahadipa. Yaitu berkegiatan Pendidikan bela negara dan kepemimpinan khusus. 2) Racana Kusuma Dilaga- Woro Srikandi. Yaitu berkegiatan kepramukaan, pengabdian masyarakat, dan SAR. 3) Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika. Yaitu berkegiatan jurnalistik dan forum kajian. 4) Koperasi Mahasiswa Fatawa. Yaitu berkegiatan perkoperasian dan kewirausahaan. 5) STAIN Sport Club. Yaitu berkegiatan olah raga, sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, volley, karate, Tae kwondo, dsb. 6) STAIN Music Club. Yaitu berkegiatan seni musik. 7) Teater Getar. Yaitu berkegiatan teater dan seni peran. 8) Communicative Engllish Club (CEC). Yaitu berkegiatan dalam kebahasaan (inggris). 9) Ittaqo. Yaitu berkegiatan dalam lingkup kebahasaan (arab). 10) Mitapasa. Yaitu berkegiatan dalam pecinta alam, lingkungan dan SAR. c. Lembaga Khusus. 1). Lembaga Dakwah Kampus (LDK).
Yaitu koordinasi dan konsultasi kegiatan dengan P3M STAIN tentang pengabdian masyarakat, dakwah bil hal dan lisan, desa binaan, dan sebagainya.
2). Jami’atul Qura’ wal huffadh Mahasiswa. Yaitu koordinasi pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan Tilawatil Qur’an, tahfidz Al-Qur’an, Tafsir AlQur’an dan kaligrafi Islam dan hal-hal lain yang berkenaan dengan Al-Qur’an. d. Himpunan mahasiswa jurusan 1) HMJ Tarbiyah. Yaitu koordinasi dan konsultasi kegiatan dengan jurusan Tarbiyah tentang pendidikan, penalaran serta wacana keilmuan tarbiyah. Himpunan mahasiswa Jurusan Tarbiyah (HMJ Tarbiyah) merupakan satu organisasi intra kampus yang membawahi 4 progdi yaitu PAI, TBI,PBA, PGMI yang bergerak dalam pengembangan intelektual. HMJ Tarbiyah juga menerima keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa yaitu akan berusaha memberikan kenyamanan para mahasiswa dalam perkuliahan, sehingga dalam perkuliahan akan terjadi simbiosis mutualisme antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa yang lain. 2) HMJ Syari’ah. Yaitu koordinasi dan konsultasi kegiatan dengan jurusan syariah tentang pendidikan, penalaran serta wacana keilmuan syari’ah/ ikut terlibat didalamnya aktivitas program mahasiswa diploma III (DIII). HMJ Syariah didirikan dengan tujuan untuk mencakup semua mahasiswa dalam satu wadah yang berfungsi sebagai organ penyalur aspirasi dari segala permasalahan akademik mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Salatiga. Selain dari tujuan ini HMJ Syariah juga mempunyai amanat untuk membentuk pribadi mahasiswa yang berbudi luhur, berilmu dan cakap dalam bidangnya serta bertanggungjawab mengamalkan ilmunya. 3) FMPS kelompok studi Ekonomi Islam( KSEI).
Yaitu penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan kepemimpinan, penalaran, minat dan bakat dalam bidang perbankan Syari’ah. 6. Gambaran Umum Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, mengayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Achmadi,1992:20). Adapun mengenai gambaran umum Pendidikan Agama Islam di STAIN Salatiga adalah sebagai berikut: a. Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam Yaitu Dra.Siti Asdiqoh, M.Si b. Tujuan Progdi Pendidikan Agama Islam
Yaitu Menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi guru agama Islam yang profesional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. c. Kompetensi Lulusan
1. Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif. 2. Menguasai ilmu-ilmu keislaman dan metodologi pembelajaran. 3. Memiliki sikap demokratis. 4. Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas. 5. Mencintai ilmu. 6.
Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif.
7. Memiliki sikap keteladanan dalam melaksanakan tugas. 8.
Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Data tentang kewibawaan Dosen dan motivasi belajar mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010. 1. Data tentang kewibawaan dosen. Data tentang kewibawaan dosen ini dengan metode angket (kuesioner), jenis angket yang digunakan adalah angket yang berisi sejumlah pertanyaan / pernyataan tentang kondisi seseorang (responden) dan dijawab oleh responden tersebut secara langsung. Peneliti hanya mengambil sampel dari populasi mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 yaitu mahasiswa progdi PAI angkatan 2009 sebanyak 25 mahasiswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 17 perempuan dan mahasiswa progdi PAI angkatan 2010 sebanyak 25 mahasiswa (terdiri dari 5 laki-laki dan 20 perempuan). Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan tabel responden sebagai berikut: Tabel 1 Daftar nama responden
No
Angkatan
Jenis kelamin L
P
Jumlah
1
2009
8
17
25
2
2010
5
37
25
Jumlah total
50 (terlampir)
Adapun item pertanyaan tentang variabel kewibawaan dosen adalah 10 item, tiap-tiap item disediakan 3 alternatif jawaban, yaitu a, b, dan c. Jawaban angket yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II Jawaban angket tentang kewibawaan dosen STAIN Salatiga tahun 2013
No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jawaban angket tentang kewibawaan dosen a b c 27 3 13 28 20 8 33 11 5 22
23 47 36 22 28 40 17 36 43 27
0 0 1 0 2 2 0 3 2 1
a
Prosentase b 54% 6,00% 26% 56% 40% 16% 66% 22% 10% 44%
46% 94% 72% 44% 56% 80% 34% 72% 86% 54%
c 0% 0% 2% 0% 4% 4% 0% 6% 4% 2%
(Terlampir)
2. Data tentang motivasi belajar mahasiswa STAIN Salatiga Progdi PAI angkatan 20092010.
Data tentang motivasi belajar mahasiswa ini dengan menggunakan metode angket (kuesioner), jenis angket yang digunakan adalah angket yang berisi sejumlah pertanyaan tentang kondisi seseorang (responden) dan dijawab oleh responden tersebut secara langsung.
Peneliti hanya mengambil sampel sejumlah 50 mahasiswa dari keseluruhan mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga yaitu mahasiswa progdi PAI angkatan 2009 sebanyak 25(terdiri dari 8 laki-laki 17 dan 8 perempuan) dan mahasiswa progdi PAI angkatan 2010 sebanyak 25 mahasiswa (terdiri dari 5 laki-laki dan 20 perempuan).
Adapun item pertanyaan tentang variabel motivasi belajar mahasiswa adalah 10 item, tiap-tiap item disediakan 3 alternatif jawaban, yaitu a, b, dan c. Jawaban angket yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III Jawaban angket motivasi belajar mahasiswa Progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga
No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jawaban angket tentang motivasi belajar mahasiswa a b c 38 23 19 6 11 32 7 6 3 10
10 26 30 40 34 18 42 41 36 36
2 1 1 4 5 0 1 3 11 4
a
prosentase b
76% 46,00% 38% 12% 22% 64% 14% 12% 6% 20%
(Terlampir)
20% 52% 60% 80% 68% 36% 34% 84% 72% 72%
c 4% 2% 2% 8% 10% 0% 0% 6% 22% 8%
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini, penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul, sehingga di ketahui ada tidaknya hubungan antara kewibawaan dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tujuan penelitian dengan menggunakan rumus product moment. Adapun tahapantahapan analisis akan diuraikan sebagai berikut: A. Analisis Deskriptif
Untuk mengetahui kewibawaan dosen dan motivasi belajar mahasiswa, maka penulis akan menganalisis menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: F 100 0 0
Keterangan: P : Prosentase perolehan F : Frekuensi mentah N : Jumlah tetap responden Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kewibawaan dosen mterhadap motivasi belajar mahasiswa, maka data yang telah diperoleh akan dianalisis. Adapun dalam menganalisis data tersebut penulis akan menggunakan rumus product moment sebagai berikut: ∑
∑
rxy= √{∑
∑
}{∑
∑ ∑
}
Keterangan: : angka indek korelasi : jumlah sampel yang diselidiki : jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
: variabel bebas (kewibawaan dosen) : variabel terikat (motivasi belajar mahasiswa) Langkah selanjutnya menyiapkan tabel tentang kewibawaan dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga. 1. Data tentang kewibawaan dosen STAIN Salatiga.
Data tentang kewibawaan dosen diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 (sepuluh) soal pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a.
Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 kategori tinggi.
b.
Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 kategori sedang.
c.
Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 kategori rendah. Tabel IV
Nilai angket kewibawaan dosen STAIN Salatiga
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skor Nilai 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Jumlah (Terlampir)
Jumlah responden 1 1 4 4 9 10 8 5 6 0 1 1 50
Setelah perhitungan nilai kewibawaan dosen diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval melalui perhitungan dengan rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dengan pedoman sebagai berikut:
i= keterangan: i
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval Untuk kewibawaan dosen, dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 29 dan nilai
terendah 18, maka berdasarkan rumus tersebut intervalnya sebagai berikut:
i= i= i= i= i= 4. Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi kewibawaan dosen seperti tabel berikut ini:
Tabel V Interval kewibawaan dosen Nilai
Jumlah
No
Nilai Nominal
Kategori
Interval
Mahasiswa
1
26 – 29
9
A
Tinggi
2
22 – 25
30
B
Sedang
3
18 – 21
11
C
Rendah
Dengan demikian dapat diketahui : a.
Kewibawaan dosen pada taraf tinggi dengan nilai interval 26 – 29 sebanyak 9 mahasiswa.
b.
Kewibawaan dosen pada taraf sedang dengan nilai interval 22 – 25 sebanyak 30 mahasiswa.
c.
Kewibawaan dosen pada taraf rendah dengan nilai interval 18 – 21 sebanyak 11 mahasiswa. Setelah diketahui berapa banyak kewibawaan dosen yang memperoleh nilai dengan kategori
tinggi, sedang maupun rendah, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan menggunakan rumus :
F 100 0 0
Keterangan: P : Prosentase perolehan F : Frekuensi mentah
N : Jumlah tetap responden Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut : a. Kewibawaan dosen yang mendapat nilai dengan nominasi A sebanyak 9 mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 18%
b. Kewibawaan dosen yang mendapat nilai dengan nominasi B sebanyak 30mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 60% c. Kewibawaan dosen yang mendapat nilai dengan nominasi C sebanyak 14 mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 22 %
Tabel VI Frekuensi kewibawaan dosen No
Nilai kewibawaan dosen
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Tinggi (A)
26 – 29
9
18 %
2
Sedang (B)
22 - 25
30
60 %
3
Rendah (C)
18 – 21
11
22 %
50
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. 18%.
Kewibawaa dosenyang mendapatkan nilai Asebanyak 9orang mahasiswa dengan prosentase
b.
Kewibawaan dosen yang mendapatkan nilai B sebanyak 30 orangmahasiswa dengan
prosentase 60%. c.
Kewibawaan dosen yang mendapatkan nilai C sebanyak 11orang dengan prosentase 22%.
2. Data tentang Motivasi belajar mahasiswa Data tentang motivasi belajar mahasiswa diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 (sepuluh) soal pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 kategori tinggi. b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 kategori sedang. c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 kategori rendah.
Tabel VII Nilai motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Skor Nilai 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Jumlah
Jumlah responden 2 0 1 2 6 10 5 7 5 8 2 1 0 1 50 (Terlampir)
Setelah perhitungan nilai motivasi belajar mahasiswa, maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval melalui perhitungan dengan rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dengan pedoman sebagai berikut:
i= keterangan I
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval Untuk angket motivasi belajar mahasiswa, dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 29
dan nilai terendah 16, maka berdasarkan rumus tersebut , maka intervalnya sebagai berikut:
i= i=
-
i= i= i= 4,66 dibulatkan menjadi 5. Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar mahasiswa seperti tabel di bawah ini:
Tabel VIII Interval motivasi belajar mahasiswa No
Nilai Interval
Jumlah Siswa
Nilai Nominasi
Kategori
1
26 – 30
4
A
Tnggi
2
21 – 25
36
B
Sedang
3
16 – 20
10
C
Rendah
Dengan demikian dapat diketahui : a. Motivasi belajar mahasiswa pada taraf tinggi dengan nilai interval 26 – 30 sebanyak 4 mahasiswa. b. Motivasi belajar mahasiswa pada taraf sedang dengan nilai interval 21 – 25 sebanyak 36 mahasiswa. c. Motivasi belajar mahasiswa pada taraf rendah dengan nilai interval 16 – 20 sebanyak 10 mahasiswa. Setelah diketahui berapa banyak motivasi belajar mahasiswa yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi, sedang maupun rendah, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan menggunakan rumus :
F 100 0 0
Keterangan: P : Prosentase perolehan F : Frekuensi mentah
N : Jumlah tetap responden Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut : a. Motivasi belajar mahasiswa yang mendapat nilai dengan nominasi A sebanyak 4 mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 8% b. Motivasi belajar mahasiswa yang mendapat nilai dengan nominasi B sebanyak 36 mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 72%
c. Motivasi belajar mahasiswa yang mendapat nilai dengan nominasi C sebanyak 10mahasiswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini : P=
x 100 %
P= 20%
Tabel IX Frekwensi motivasi belajar mahasiswa Nilai motivasi belajar No
Interval
Frekuensi
Prosentase
mahasiswa 1
Tinggi (A)
26 – 30
4
8%
2
Sedang (B)
21 – 25
36
72%
3
Rendah (C)
16 – 20
10
20 %
50
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. Mahasiswa yang mendapatkan nilai A untuk tingkat motivasi belajar sebanyak 4 mahasiswa dengan prosentase 8 %. b. Mahasiswa yang mendapatkan nilai B untuk tingkat motivasi belajar sebanyak 36 mahasiswa dengan prosentase 72%. c. Mahasiswa yang mendapatkan nilai C untuk tingkat motivasi belajar sebanyak 10 mahasiswa dengan prosentase 20%.
B. Uji Persyaratan Analisis
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik. Perhitungan dan analisis data dilakukan dengan program SPSS 16 for windows. Sebelum tahap pengujian hipotesis, untuk memenuhi persyaratan tersebut, harus dipenuhi beberapa analisis, diantaranya uji
Validitas, uji reabilitas, uji normalitas, uji multikolinieritas, uji linieritas, dan uji homogenitas. 1. Uji validitas
Correlations kewibawaan kewibawaan
Pearson Correlation
motivasi bljr 1
Sig. (2-tailed)
.400
N motivasi bljr
.122
50
50
Pearson Correlation
.122
1
Sig. (2-tailed)
.400
N
50
50
Berdasarkan uji validitas item diperoleh variabel pertama (0,122) dan variabel kedua (1,000) yang kemudian dibandingkan dengan r tabel poduct moment (pada signifikansi 0,01 dengan uji 2 sisi dan N = 50). Diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa variabel pertama tidak valid karena nilai hasil analisis lebih kecil dari r tabel product moment dan variabel kedua dapat dinyatakan valid karena nilai hasil analisis validitas lebih dari r tabel product moment. 2. Uji reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .214
N of Items 2
Dari uji reabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,214. Menurut kriterianya jika alpha > 0,7 artinya reabilitas mencukupi dan jika nilai alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh
item reliabel dan seluruh tes sacara konsisten secara internal karena memiliki reabilitas yang kuat. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa reabilitas tidak mencukupi karena alpha yang diperoleh kurang dari 0,7. 3. Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kewibawaan N
motivasi bljr
50
50
Mean
23.1800
22.3400
Std. Deviation
2.22866
2.63113
Absolute
.112
.115
Positive
.112
.115
Negative
-.098
-.087
Kolmogorov-Smirnov Z
.793
.811
Asymp. Sig. (2-tailed)
.555
.526
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan variabel kewibaan dosen (X) 0,555 dan motivasi belajar (Y) 0,526 lebih besar dari alpha (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa distribusi data dari masing-masing variabel terdistribusi normal. 4. Uji Multikolinieritas
Correlations kewibawaan kewibawaan
Pearson Correlation
motivasi bljr 1
Sig. (2-tailed) N motivasi bljr
.122 .400
50
50
Pearson Correlation
.122
1
Sig. (2-tailed)
.400
N
50
50
Hasil analisis yang disajikan dalam tabel menunjukkan bahwa nilai korelasi antara variabel bebas sebesar 0,122 lebih kecil dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak berkorelasi secara sempurna atau tidak terjadi multikolinier. 5. Uji linieritas
ANOVA
Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
26.281
10
2.628
Within Groups
312.939
39
8.024
Total
339.220
49
F
Sig. .328
.969
Uji linieritas anatara variabel bebas (motivasi belajar) dengan variabel terikatnya (kewibaan dosen) dilihat dari diviation from linearity. Menurut hasil perhitungan didapatkan nilai diviation from linearity sebesar 0,969 anatara kewibaan dosen dengan motivasi belajar. Menurut kriterianya adalah jika harga diviation from linearity lebih besar dari taraf signifikansi yang diambil (1%) berarti hubungan linier. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa bersifat linier. 6. Uji homogenitas Test of Homogeneity of Variances motivasi bljr Levene Statistic 1.326
df1
df2 6
Sig. 39
.269
Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel motivasi belajar (Y) berdasarkan variabel kewibaan dosen (X) = 0,269 > 0,05, artinya
data variabel motivasi belajar (Y) berdasarkan variabel kewibaan dosen (X) mempunyai varian yang sama. C. Analisis Uji Hipotesis
Dalam analisis ini penulis menggunakan rumus Product moment Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa, maka langkah pertama adalah menyusun tabel kerja seperti di bawah ini :
Tabel X Koefisien antara variable kewibawaan dosen (X) dan variabel motivasi belajar mahasiswa (Y)
No 1 2 3 4 5
koefisien antara variabel x dengan y X Y X2 Y2 XY
Jumlah 1156 1113 26886 25117 25854
(Terlampir) Dari tabel di atas diketahui : ∑X
: 1156
∑Y
: 1113
∑ X2 : 26886 ∑ Y2 : 25117 ∑ XY :25854 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment, yaitu sebagai berikut
rxy= √{∑
∑
∑ ∑
}{∑
∑ ∑
}
rxy=
rxy=
rxy= rxy= rxy=
√{
}{
√{
}{
}
}
}{
√{
}{
√{
}
}
√
rxy= rxy=0,520 D. Pembahasan
Dengan diperolehnya nilai product moment (rxy) di atas, maka untuk menentukan taraf signifikansi disajikan nilai-nilai product moment dalam tabel taraf signifikansi 5% dan 1% sebagai berikut : Tabel XI Nilai product moment Taraf Signifikansi N 5%
1%
48
0,284
0,368
49
0,281
0,364
50
0,279
0,361 (Terlampir)
Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 50 dan signifikan pada taraf 1% adalah 0,361. Jika r hitung > r tabel, berarti ada
hubungan positif antara variabel x dan y. Jika r hitung = r tabel, maka dikatakan bahwa antara variabel x dan y tidak ada hubungan sama sekali. Jika r hitung < r tabel, maka hipotesis ditolak. Adapun variabel x disini adalah kewibawaan dosen, sedangkan variabel y adalah motivasi belajar mahasiswa progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010. Dari hasil perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan r hitung sebesar 0,520. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan r hitung dengan r tabel. Harga r tabel untuk jumlah responden 50 dan signifikan pada taraf kepercayaan 1% adalah 0,361. Dari uraian diatas terlihat bahwa rxy hitung lebih besar dari rxy tabel signifikan pada kepercayaan 1%. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga tahun 2013. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiati (2006) dengan judul “Pengaruh Tampilan Dosen dalam Mengajar tehadap Motivasi Belajar mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2003/2004”, hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara tampilan dosen dalam mengajar dengan motivasi belajar mahasiswa dengan koefisien korelasi 0,5225. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh chalimatu Sa’diyah (2010) dengan judul “Pengaruh kewibawaan guru terhadap minat belajar siswa (Studi kasus di Mts Al furqo Kalirandu, kec.Patarukan kab. Pemalang Tahun pelajaran 2009/2010)” hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yag positif dan signifikan antara kewibawaan guru dengan minat belajar siswa dengan koefisien korelasi 0,372.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kewibawaan dosen, maka semakin tinggi pula motivasi belajar mahasiswa, dan sebaliknya jika kewibawaan dosen semakin rendah , maka motivasi belajar mahasiswa semakin rendah pula.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan penulis kemukakan secara berturut-turut tentang kesimpulan dan saran: A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kewibawaan dosen dalam mengajar bervariasi yaitu yang berada pada kategori tinggi 18%, yang berada pada kategori sedang 60% dan yang berada pada kategori rendah 22%. Dengan demikian kewibawaan dosen dalam mengajar yang terbanyak, yaitu 60% pada kategori sedang. 2. Motivasi belajar mahasiswa bervariasi yaitu yang berada pada kategori tinggi 8%, yang berada pada kategori sedang 72% dan yang berada pada kategori rendah 20%. Dengan demikian motivasi belajar mahasiswa yang terbanyak, yaitu 72% pada kategori sedang. 3.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dianalisis, maka diperoleh hasil akhir yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan pruduct moment, yaitu hasil r observasi adalah 0, 520 sehingga ro > rtpada taraf signifikan 1%. Dengan demikian hipotesis yang telah penulis ajukan dapat diterima, bahwa ada pengaruh antara kewibawaan dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga.
B. SARAN 1. Bagi staf pengajar hendaknya mampu menjaga profesionalitasnya sebagai pendidik, mampu mengevaluasi diri dan menjaga kewibawaan kepada mahasiswa, baik dalam penampilan, penguasaan bahan ajar, penggunaan media dan dalam berinteraksi kepada
mahasiswa. Karena sebagai pendidik akan menjadi sorotan dan tempat rujukan bagi anak didiknya, dalam hal ini yaitu mahasiswa. 2. Bagi mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan motivasinya dalam belajar, tidak hanya cukup dengan penjelasan dari dosen dalam kuliah akan tetapi bisa mencari reverensi lain guna memperdalam pengetahuan, karena mahasiswa tarbiyah khususnya prodi PAI adalah calon pendidik agama Islam dan sebagai pendidik diharapkan mampu menjadi suri tauladan bagi anak didiknya kelak. Dan untuk menjadi pendidik yang berkarakter mulia dimulai dari bangku kuliah dengan sungguh-sungguh pada kuliahnya. Maka dari itu motivasi belajar sangatlah penting diperhatikan demi keberhasilan studi. 3. Bagi lembaga, hendaknya lebih meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana serta fasilitas yang dibutuhkan dalam proses KBM(kegiatan belajar mengajar), sehingga apa yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat terpenuhi.
Dari analisis tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang penulis ajukan, yaitu ada hubungan positif antara kewibawaan dosen dengan motivasi belajar mahasiswa prodi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga. Artinya semakin tinggi kewibawaan dosen maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar mahasiswa. Dan dari penghitungan hasil akhir yang diperoleh adalah lebih besar dari tabel, maka penelitian ini signifikan dan dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Ahmadi, Abu. 1978. Dikdatik Metodik untuk Sekolah-sekolah Pendidikan Guru. Semarang: Cv Toha Putra. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta. Depdikbud, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka:Jakarta. Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fattah Jalal, Abdul. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam.Bandung: Cv Diponegoro. Hadi, Sutrisno.1995. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Ismiati. 2006. Pengaruh Tampilan Dosen dalam Mengajar terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Progdi Pendidikan Agama Islam angkatan 2003/2004. Salatiga: STAIN. Jumali M. Drs ,dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah Press.
Universiti
Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis(Apakah Pendidikan Masih diperlukan?). Bandung: Mandar Maju. Langgulung, Hasan. 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Jakarta: Pustaka AlHusna. Munir, Abdullah, 2010. Super Teacher Sosok Guru yang dihormati, disegani, dan dicintai. Yogyakarta: Pedagogia. Muslich KS, dkk. 2006. Konsep Moral & Pendidikan dalam Manuskrip Keraton Yogyakarta.Yogyakarta: YK II-UIN Sunan Kalijaga. Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Nur Wahyuni, Esa. 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-Malang Press. Nurdin, Muhammad, 2010. Kiat menjadi Guru Professional. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Rosyadi, Koiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusyan, Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja karya. Sa’diyah, Chalimatu. 2010. Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Minat Belajar Siswa.Salatiga:STAIN Salam, Burhanuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta:Rieneka Cipta. Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan.Yogyakarta: Kanisius. Sardiman, 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajawali pers. Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Perss. Syah, Muhibbin, 2010.Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya. Undang- Undang Guru dan Dosen (UU RI No.14 Th. 2005).2009. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi aksara.
Tabel I Daftar nama responden Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi PAI angkatan 2009-2010.
No
Nama responden
Jenis kelamin
NIM
Angkatan
1.
Ahmad Suroji
L
12109001
2009
2.
Anisa Kurniati
P
11109086
2009
3.
Anisa Nandya
P
11109014
2009
4.
Cahyani Susi L
P
11109113
2009
5.
Eko Julianto
L
11109067
2009
6.
Ferninda Maelasari
P
11109101
2009
7.
Imama Qudrotul Aeni
P
11109087
2009
8.
Isnaini Nafratun
P
11109057
2009
9.
Istiqomah
P
11109026
2009
10. Jazu Suma Fitriyanto
L
11109032
2009
11. Khoirul Mawahib
L
12109004
2009
12. Lailia Maftukhah
P
11109021
2009
13. Leni Rahmawati
P
11109097
2009
14. Mudrikah
P
11109039
2009
15. Muh Ali Makruf
L
11109063
2009
16. Muhammad Zainudin
L
11109145
2009
17. Nur Arofah
P
11109096
2009
18. Nur Hayati
P
11109100
2009
19. Nurrochim
L
11109131
2009
20. Nurul Chairun Nisa
P
11109117
2009
21. Nurul Wahidatul Hasanah
P
11109119
2009
22. Reiza Oktavia
P
11109084
2009
23. Siti Mukaromah
P
11109172
2009
24. Sri Rahayu
P
11109122
2009
25. Totok Haryanto
L
11109054
2009
26. A. Khotibul Umam
L
111101158
2010
27. Ahmad Soderi
L
1110099
2010
28. Ajna Dina Fitriyah
P
11110067
2010
29. Aulia Ulfa D.
P
11110167
2010
30. Dian Adi Permana
L
11110046
2010
31. Dina K.
P
11110135
2010
32. Indah Ziyadatul Amaliyah
P
11110186
2010
33. Isti Nur Lathifa
P
11110083
2010
34. Istikhana Fauziyah
P
11110108
2010
35. Luluk Nurrohmah
P
11110175
2010
36. M. Agus Wahid
L
11110092
2010
37. M. Arifin.
L
11110001
2010
38. Mar’atus Shalikhah
P
11110095
2010
39. Mazidatun Ni’mah
P
11110169
2010
40. Muryanti
P
1111062
2010
41. Muslikatun Umami
p
11110034
2010
42. Nurul Arofah
P
11110161
2010
43. Nurul Inayah
P
11110066
2010
44. Reni Antika Sari
P
11110138
2010
45. Siti Aisyah
P
11110002
2010
46. Siti Fatimah
P
11110118
2010
47. Siti Munasiroh
P
11110171
2010
48. Ulfa nasiroh azzi
P
1111022
2010
49. Wahidatur Rahmah
P
11110188
2010
50. Zuhan
P
11110024
2010
Tabel II Jawaban angket tentang kewibawaan dosen STAIN Salatiga tahun 2013
NO
NAMA RESPONDEN
JAWABAN ANGKET TENTANG KEWIBAWAAN DOSEN STAIN SALATIGA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
JUMLAH
10
a
b
c
1.
AS
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
-
10
-
2.
AK
a
b
b
a
b
b
b
b
b
b
2
8
-
3.
AN
b
b
b
a
b
b
a
b
b
a
3
7
-
4.
CSL
a
b
b
a
b
b
a
b
b
a
4
6
-
5.
EJ
a
b
a
a
a
b
a
b
b
a
6
4
-
6.
FM
a
b
b
b
b
b
b
b
b
a
2
8
-
7.
IQA
a
b
a
a
a
a
a
a
a
b
8
2
-
8.
IN
a
b
b
a
a
b
a
a
b
a
6
4
-
9.
IST
a
b
b
b
b
b
a
b
b
b
2
8
-
10. JSF
a
b
b
a
a
b
a
a
b
a
6
4
-
11. KM
b
b
c
a
c
c
a
c
b
b
2
4
4
12. LM
b
b
a
a
a
a
a
b
b
b
5
5
-
13. LR
b
b
b
a
b
a
a
b
b
a
4
6
-
14. MDR
b
b
b
a
b
b
a
b
b
b
2
8
-
15. MAM
b
b
b
a
a
b
a
b
b
b
3
7
-
16. MZ
a
b
a
a
b
a
a
b
c
a
6
3
1
17. NA
a
b
b
a
a
b
a
b
b
a
5
5
-
18. NH
a
b
b
a
a
a
a
b
b
a
6
4
-
19. NRR
a
b
b
a
b
b
a
a
a
c
5
4
1
20. NCN
b
a
b
a
a
b
a
a
b
a
6
4
-
21. NWH
a
b
a
b
b
a
a
b
b
b
4
6
-
22. RO
a
b
a
b
c
c
a
a
b
a
5
3
2
23. SM
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
-
10
-
24. SR
b
b
a
b
b
b
b
a
b
b
2
8
-
25. TH
b
b
a
a
a
b
b
b
b
a
4
6
-
26. AKU
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
1
9
-
27. AS
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
5
5
-
28. ADF
a
b
b
b
a
b
a
a
c
b
4
5
1
29. AUD
a
b
b
a
b
b
a
b
b
b
3
7
-
30. DAP
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
1
9
-
31. DK
b
a
a
b
a
b
a
b
a
a
6
4
-
32. IZA
a
b
b
b
b
b
a
b
b
b
2
8
-
33. INL
a
b
a
b
a
b
a
a
b
b
5
5
-
34. IF
b
b
b
b
b
b
b
c
b
b
-
9
1
35. LN
a
b
b
b
a
b
a
c
b
a
4
5
1
36. MAW
a
b
a
b
b
b
a
b
b
a
4
6
-
37. MA
b
b
b
a
a
a
a
b
b
b
4
6
-
38. MS
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
1
9
-
39. MN
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
9
1
-
40. MUR
a
b
b
b
b
a
b
b
a
4
6
-
41. M U
a
b
b
b
b
b
a
b
b
a
3
7
-
42. NR
b
b
b
a
a
b
b
b
b
b
2
8
-
43. NI
b
b
b
a
b
b
a
b
b
b
2
8
-
44. RAS
b
b
b
b
a
b
b
a
b
a
3
7
-
45. SA
b
b
b
a
b
b
a
b
b
a
3
7
-
46. SF
a
b
b
b
a
b
b
b
b
a
3
7
-
47. SM
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
-
10
-
48. UNA
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
1
9
-
49. WR
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
-
10
-
50. ZHN
a
b
b
a
b
b
b
b
b
b
2
8
-
a
Tabel III Jawaban angket motivasi belajar mahasiswa Progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga
NO
JAWABAN ANGKET TENTANG MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGDI PAI ANGKATAN 2009-2010
NAMA RESPONDEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH
a
b
c
1.
AS
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
10
-
-
2.
AK
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
10
-
-
3.
AN
a
a
b
a
b
a
b
b
b
b
4
6
-
4.
CSL
a
b
b
b
b
b
b
b
c
a
2
7
1
5.
EJ
b
b
b
b
b
a
a
b
c
b
2
7
1
6.
FM
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
1
9
-
7.
IQA
a
b
a
b
b
b
b
b
b
b
2
8
-
8.
IN
a
b
b
b
a
a
b
b
b
b
3
7
-
9.
IST
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
1
9
-
10. JSF
a
a
a
b
a
a
b
a
a
b
7
3
-
11. KM
c
c
b
a
b
b
a
c
c
a
3
3
4
12. LM
a
b
b
a
a
b
b
a
b
b
4
6
-
13. LR
a
a
a
b
b
a
b
b
b
a
5
5
-
14. MDR
a
a
b
b
b
a
b
b
b
b
3
7
-
15. MAM
a
b
b
a
b
a
a
b
b
a
5
5
-
16. MZ
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
1
9
-
17. NA
a
a
a
b
b
a
b
a
b
b
5
5
-
18. NH
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
1
9
-
19. NRR
a
b
c
b
c
b
b
c
c
c
1
4
5
20. NCN
a
a
a
b
a
b
b
b
b
b
4
6
-
21. NWH
a
b
b
c
b
a
b
b
b
b
2
7
1
22. RO
b
b
a
c
b
a
b
b
c
c
2
5
3
23. SM
a
a
a
b
b
a
c
b
c
b
4
4
2
24. SR
a
b
b
c
b
a
b
b
b
b
2
7
1
25. TH
a
b
b
b
c
a
b
b
c
b
2
6
2
26. AKU
a
a
b
b
c
a
b
b
b
b
3
6
1
27. AS
a
b
b
b
c
b
b
b
c
c
1
6
3
28. ADF
a
a
a
b
b
a
b
b
a
a
6
4
-
29. AUD
a
b
b
b
b
a
b
b
c
b
2
7
1
30. DAP
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
1
9
-
31. DK
a
a
a
b
b
b
b
a
b
a
5
5
-
32. IZA
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
-
10
-
33. INL
a
b
b
b
a
a
b
b
b
b
3
7
-
34. IF
c
b
a
b
a
a
b
b
b
b
3
6
1
35. LN
a
a
b
b
a
a
b
b
b
b
4
6
-
36. MAW
b
b
b
a
b
a
b
b
b
b
2
8
-
37. MA
a
a
a
b
b
a
a
b
b
b
5
5
-
38. MS
a
b
b
c
b
a
b
b
b
b
2
7
1
39. MN
a
b
a
b
b
b
a
b
b
b
3
7
-
40. MUR
a
a
a
b
a
a
b
a
b
b
6
4
-
41. M U
b
a
b
b
a
b
b
b
c
c
2
6
2
42. NR
a
a
a
b
b
a
b
b
b
a
5
5
-
43. NI
a
a
a
b
b
a
a
b
b
b
5
5
-
44. RAS
b
b
b
b
c
b
b
c
c
c
-
6
4
45. SA
a
a
a
b
a
a
b
b
b
b
5
5
-
46. SF
a
a
a
b
a
a
b
b
b
a
6
4
-
47. SM
a
a
b
b
b
a
b
b
b
a
4
6
-
48. UNA
b
a
a
b
b
a
b
b
b
b
3
7
-
49. WR
a
a
b
b
b
a
b
b
b
b
3
7
-
50. ZHN
a
b
b
b
b
a
b
b
b
b
2
8
-
Tabel IV
Nilai angket kewibawaan dosen STAIN Salatiga NOMOR ITEM
NAMA
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH
RESPONDEN
1.
AS
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
2.
AK
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
22
3.
AN
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
23
4.
CSL
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
24
5.
EJ
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
26
6.
FM
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
22
7.
IQA
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
28
8.
IN
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
26
9.
IST
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
22
10.
JSF
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
26
11.
KM
2
2
1
3
1
1
3
1
2
2
18
12.
LM
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
25
13.
LR
2
2
2
3
2
3
3
2
2
3
24
14.
MDR
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
22
15.
MAM
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
23
16.
MZ
3
2
3
3
2
3
3
2
1
3
25
17.
NA
3
2
2
3
3
2
3
2
2
3
25
18.
NH
3
2
2
3
3
3
3
2
2
3
26
19.
NRR
3
2
2
3
2
2
3
3
3
1
24
20.
NCN
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
26
21.
NWH
3
2
3
2
2
3
3
2
2
2
24
22.
RO
3
2
3
2
1
1
3
3
2
3
23
23.
SM
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
24.
SR
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
22
25.
TH
2
2
3
3
3
2
2
2
2
3
24
26.
AKU
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
21
27.
AS
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
25
28.
ADF
3
2
2
2
3
2
3
3
1
2
23
29.
AUD
3
2
2
3
2
2
3
2
2
30.
DAP
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
31.
DK
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
26
32.
IZA
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
22
33.
INL
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
25
34.
IF
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
19
35.
LN
3
2
2
2
3
2
3
1
2
3
23
36.
MAW
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
24
2
23
37.
MA
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
24
38.
MS
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
21
39.
MN
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
29
40.
MUR
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
24
41.
MU
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
23
42.
NR
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
22
43.
NI
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
22
44.
RAS
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
23
45.
SA
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
23
46.
SF
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
23
47.
SM
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
48.
UNA
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
21
49.
WR
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
50.
ZHN
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
22
Tabel VII Nilai motivasi belajar mahasiswa progdi PAI angkatan 2009-2010 STAIN Salatiga NOMOR ITEM
NAMA
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH
RESPONDEN
1.
AS
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
2.
AK
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
3.
AN
3
3
2
3
2
3
2
2
2
2
24
4.
CSL
3
2
2
2
2
2
2
2
1
3
21
5.
EJ
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
21
6.
FM
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
7.
IQA
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
22
8.
IN
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
23
9.
IST
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
10. JSF
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
27
11. KM
1
1
2
3
2
2
3
1
1
3
19
12. LM
3
2
2
3
3
2
2
3
2
2
24
13. LR
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
25
14. MDR
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
23
15. MAM
3
2
2
3
2
3
3
2
2
3
25
16. MZ
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
21
17. NA
3
3
3
2
2
3
2
3
2
2
25
18. NH
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
19. NRR
3
2
1
2
1
2
2
1
1
1
16
20. NCN
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
24
21. NWH
3
2
2
1
2
3
2
2
2
2
21
22. RO
2
2
3
1
2
3
2
1
1
19
23. SM
3
3
3
2
2
3
1
2
1
2
23
24. SR
3
2
2
1
2
3
2
2
2
2
21
25. TH
3
2
2
2
1
3
2
2
1
2
20
26. AKU
3
3
2
2
1
3
2
2
2
2
22
27. AS
3
2
2
2
1
2
2
2
1
1
18
28. ADF
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
26
29. AUD
3
2
2
2
2
3
2
2
1
2
21
30. DAP
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
31. DK
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
25
32. IZA
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
33. INL
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
23
34. IF
1
2
3
2
3
3
2
2
2
2
22
35. LN
3
3
2
2
3
3
2
2
2
2
24
36. MAW
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
22
2
37. MA
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
25
38. MS
3
2
2
1
2
3
2
2
2
2
21
39. MN
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
23
40. MUR
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
26
41. M U
2
3
2
2
3
2
2
2
1
1
20
42. NR
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
25
43. NI
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
25
44. RAS
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
16
45. SA
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
25
46. SF
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
20
47. SM
3
3
2
2
2
3
2
2
2
3
24
48. UNA
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
23
49. WR
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
23
50. ZHN
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
22
Tabel X Koefisien antara variable kewibawaan dosen (X) dan variabel motivasi belajar mahasiswa (Y) No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
X 20 22 23 24 26 22 28 26 22 26 18 25 24 22 23
Y
X2
Y2
XY
20
400
400
400
20
484
400
440
24
529
576
552
21
576
441
504
21
676
441
546
29
484
841
638
22
784
484
616
23
676
529
598
21
484
441
462
27
676
729
702
19
324
361
342
24
625
576
600
25
576
625
600
23
484
529
506
25
529
625
575
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
25 25 26 24 26 24 23 20 22 24 21 25 23 23 21 26 22 25 19 23 24 21 21
21
625
441
525
25
625
625
625
21
676
441
546
16
576
256
384
24
676
576
624
21
576
441
504
19
529
361
437
23
400
529
460
21
484
441
462
20
576
400
480
22
441
484
462
18
625
324
525
26
529
676
598
21
529
441
483
`21
441
441
441
25
676
625
650
20
484
400
440
23
625
529
575
22
361
484
418
22
441
529
506
25
576
625
600
21
441
441
441
23
441
529
483
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
29 24 23 22 22 23 23 23 20 21
26
841
676
754
20
576
400
480
25
529
625
575
25
484
625
550
25
484
625
550
16
529
256
368
20
529
400
460
20
529
400
460
24
400
576
480
23
441
529
483
400
529
460
484
484
484
26886
25117
25854
49
20
23
50
22
22
Jumlah
1156
1113
Tabel XI Nilai Product Moment
N 3 4 5
Taraf signif 5% 1% 0,997 0,999 0,95 0,99 0,878 0,959
N 27 28 29
Taraf Signif 5% 1% 0,381 0,487 0,374 0,478 0,367 0,47
N 55 60 65
Taraf Signif 5% 1% 0,266 0,345 0,254 0,33 0,244 0,317
6 7 8 9 10
0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
30 31 32 33 34
0,361 0,355 0,349 0,344 0,339
0,463 0,456 0,449 0,442 0,436
70 75 80 85 90
0,235 0,227 0,22 0,213 0,207
0,306 0,296 0,286 0,278 0,27
11 12 13 14 15
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641
35 36 37 38 39
0,334 0,329 0,325 0,32 0,316
0,43 0,424 0,418 0,413 0,408
95 100 125 150 175
0,202 0,195 0,176 0,159 0,148
0,263 0,256 0,23 0,21 0,194
16 17 18 19 20
0,497 0,482 0,468 0,456 0,444
0,632 0,606 0,59 0,575 0,561
40 41 42 43 44
0,312 0,308 0,304 0,301 0,297
0,403 0,398 0,393 0,389 0,384
200 300 400 500 600
0,138 0,113 0,098 0,088 0,08
0,181 0,148 0,128 0,115 0,105
21 22 23 24 25 26
0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388
0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496
45 0,294 0,38 46 0,291 0,376 47 0,288 0,372 48 0,284 0,368 49 0,281 0,364 50 0,279 0,361 (Hasan,2006:198)
700 800 900 1000
0,074 0,07 0,065 0,062
0,097 0,091 0,086 0,081
Daftar Riwayat Hidup
Nama
: Rahayu Puji Astuti
NIM
: 111 09 141
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Tampat
Tanggal : Kab. Semarang, 18 Mei 1991
Lahir Alamat
: Gayam, Kadirejo, Rt 05/Rw 02, Pabelan, Semarang
Pendidikan
: 1. Madrasah Ibtidaiyah, Kadirejo, lulus tahun 2003. 2. SMP N 2 Pabelan, lulus tahun 2006 3. SMA N 1 Pabelan, lulus tahun 2009 4. STAIN Salatiga, lulus tahun 2014
Salatiga, 5April 2014
Rahayu Puji Astuti