1
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL DOSEN DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nanian Massudi
[email protected] Ika Adita Silviandari Ratri Nurwanti Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang analisisnya bersifat korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Program Studi Psikologi Psikologi Universitas Brawijaya yang mengambil mata kuliah wajib program studi pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 234 mahasiswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dan skala motivasi belajar. Skala disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi kompetensi profesional dosen (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012) dan dimensi motivasi belajar (Center on Education Policy, 2012). Uji hipotesis dilakukan dengan teknik uji korelasi Product Moment oleh Pearson menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya dengan koefisien korelasi sebesar +0,270 (p= 0,000; p<0,05). Kata kunci : persepsi, kompetensi profesional dosen, motivasi belajar
ABSTRACT This study aimed to see if there is correlation between student's perception on lecturers's professional competence with student's learning motivation in Psychology Department of Brawijaya University. Design of this study was quantitative study with correlational analysis. The sample used in this study was 2nd semester psychology department students who took compulsory subjects in academic year 2013/2014 as much 234 students. Data collection instrument was used in this study were scale of student's perception on lecturers's professional competence and scale of student's learning motivation. Scale compiled by researcher based on the dimensions of lecturer's professional competence (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012) and learning motivation dimensions (Center on Education Policy, 2012). The analytical process of data used correlation statistical technique of Product Moment of Pearson. The result showed that there is positive relationship between student's
2
perception on lecturer's professional competence with students learning motivation in Psychology Department of Brawijayaya University with coefficient correlation+0.270 (p = 0.000, p <0.05). Keywords : perception, lecturer's professional competence, learning motivation LATAR BELAKANG Sebagai sebuah program studi yang telah berdiri selama 7 tahun, Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas. Salah satu indikator kualitas sebuah institusi atau program studi adalah akreditasi. Berdasarkan buku Naskah Akademik Akreditasi Program Studi Sarjana oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (2008), untuk meningkatkan akreditasi suatu institusi, ada beberapa standar yang harus dipenuhi. Salah satu standar yang harus dipenuhi adalah standar sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia di perguruan tinggi meliputi dosen dan tenaga kependidikan yang mencakup pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga kependidikan lainnya yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan program tridarma perguruan tinggi. Dosen sebagai pendidik memiliki interaksi yang paling banyak dengan mahasiswa dibandingkan dengan sumberdaya manusia lain yang ada di perguruan tinggi. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dosen
adalah
pendidik
profesional
dan
ilmuwan
dengan
tugas
utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas belajar mahasiswa. Sesuai dengan tugas tridarma pendidikan yang merupakan kewajiban dosen, maka dalam penelitian ini dilihat kompetensi profesional dosen karena kompetensi inilah yang mencakup ketiga tugas tridarma pendidikan dosen. Kompetensi profesional dosen adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai, maupun sikap positif untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Dalam penelitian ini, parameter yang digunakan untuk mengukur kompetensi profesional dosen adalah persepsi mahasiswa. Pendidik yang memiliki kompetensi profesional dalam proses belajar mengajar akan berupaya untuk mewujudkan sikap dan perilaku yang bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasrat, tekad dan kemampuan memajukan profesi berdasarkan
3
ilmu dan teknologi sehingga proses pembelajaran menjadi efektif yang dapat dilihat berdasarkan tercapainya tujuan pembelajaran. McKenzie dan Schweitzer (dalam Levy & Campbell, 2008) melaporkan bahwa kesuksesan akademik di pendidikan tinggi membutuhkan motivasi yang lebih daripada saat di pendidikan menengah. Mahasiswa harus menjadi pelajar, mampu mengetahui cara belajar, mengajukan pertanyaan, dan mentranformasikan ide-ide jika mereka ingin mendapatkan manfaat sebenarnya dari pendidikan di universitas. Dalam sebuah studi nasional kepada mahasiswa tahun pertama di universitas Australia, Krause dan rekan-rekannya (dalam Levy & Campbell, 2008) menemukan bahwa lebih dari sepertiga responden (36%) melaporkan kesulitan dalam motivasi diri untuk belajar. Selain itu, 28% dianggap meninggalkan universitas pada tahun pertama mereka. Pada tahun pertama, mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya menempuh mata kuliah wajib psikologi yang berisi konsep-konsep dasar ilmu psikologi yang tentu saja berhubungan dengan mata kuliah psikologi lainnya yang akan ditempuh di semester selanjutnya. Mata kuliah wajib program studi psikologi adalah mata kuliah yang harus ditempuh oleh semua mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Berdasarkan kurikulum Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya, mata kuliah wajib program studi yang diberikan di semester kedua adalah kode etik psikologi, psikologi umum II, psikologi sosial I, psikologi perkembangan I, dan psikologi pendidikan. Motivasi belajar yang tinggi diharapkan dimiliki mahasiswa sejak tahun pertama perkuliahan agar konsep dasar yang diajarkan dalam mata kuliah wajib terutama mata kuliah wajib psikologi dapat dikuasai oleh mahasiswa. Jika mahasiswa memiliki motivasi yang rendah dalam mata kuliah yang ditempuh pada tahun pertama, maka akan berakibat lemahnya pengetahuan dasar mahasiswa tersebut dalam mata kuliah psikologi yang dapat menyebabkan mahasiswa tersebut tidak dapat memenuhi standar kompetensi pendidikan sarjana psikologi. Rendahnya motivasi belajar dianggap sebagai penyebab rendahnya kualitas lulusan sebuah perguruan tinggi (Anggraini, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Kheruniah (2013) mengungkapkan bahwa kompetensi kepribadian pengajar memberikan kontribusi positif terhadap motivasi belajar dan kedisiplinan siswa dalam pelajaran fikih. Mengingat pentingnya motivasi mahasiswa pada tahun pertama perkuliahan, diharapkan dengan adanya upaya Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya untuk meningkatkan kualitasnya diantaranya dengan meningkatkan kompetensi profesional dosen, motivasi belajar mahasiswa juga akan meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap
4
kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya secara khusus dalam mata kuliah wajib program studi yang diajarkan pada tahun pertama.
LANDASAN TEORI Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan stimulus yang masuk melalui alat indera oleh individu yang melakukan proses penginderaan sebagai sebuah pengetahuan baru (Irham & Wiyani, 2013). Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif sebagaimana disampaikan oleh Glassman dan Hadad (dalam Irham & Wiyani, 2013) bahwa persepsi merupakan sebuah proses aktif yang mencakup pemilihan atau seleksi informasi, pengorganisasian informasi, dan penerjemahan informasi tersebut. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor (Walgito, 2004). Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadi proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, diraba, atau didengar. Proses yang terjadi di otak atau dalam pusat kesadaran disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari stimulus yang diinderanya. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional dosen adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam Buku Pedoman Sertifikasi untuk Dosen (Serdos) Terintegrasi (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012), dijelaskan tentang batasan kompetensi profesional dosen yaitu, profesionalisme merupakan sikap yang lahir dari keyakinan terhadap pekerjaan yang dipegang sebagai sesuatu yang bernilai tinggi sehingga dicintai secara sadar, dan hal itu nampak dari upaya yang terus-menerus dan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan yang tiada hentinya. Jadi kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari
pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu,
keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Kompetensi profesional dosen terdiri dari 4 sub kompetensi, yaitu
5
1) penguasaan materi secara luas dan mendalam, 2) kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian, 3) kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan 4) kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Kompetensi dosen dapat diukur dengan berbagai parameter. Parameter yang paling menonjol adalah persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dosen mengajar di dalam kelas (Kuncoro, 2012). Berdasarkan definisi di atas, maka persepsi terhadap kompetensi profesional dosen didefinisikan sebagai proses aktif yang dilakukan mahasiswa mencakup pemilihan atau seleksi informasi, pengorganisasian informasi, dan penerjemahan informasi tentang kemampuan dosen dalam hal pengetahuan yang dimiliki dalam bidang tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai, maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki, dan mengembangkan secara berkelanjutan dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut (Hamalik, 2012). Motivasi belajar pada mahasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam pendidikan tinggi (Pujadi, 2007). Berdasarkan sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi yang berasal dari diri seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik (Irham & Wiyani, 2013). Faktor yang bersifat memfasilitasi atau menghalangi yang membentuk motivasi belajar dapat digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu 1) atribut pribadi, yang terdiri dari komponen fisik, perkembangan, dan psikologis peserta didik individual; 2) pengaruh lingkungan, yang mencakup kondisi fisik dan sikap; dan 3) sistem hubungan peserta didik, seperti pihak lain yang berkepentingan, keluarga, komunitas, dan pengaruh pengajar-peserta didik pada motivasi (Bastable, 2002).Motivasi belajar mahasiswa dapat diukur dengan menggunakan empat dimensi, yaitu 1) kompetensi, 2) pengendalian atau kemandirian, 3) minat, dan 4) keterkaitan (Center on Education Policy, 2012). Menurut Brophy (dalam Callahan, n.d), seorang peneliti terkemuka tentang motivasi siswa dan pengajaran yang efektif, motivasi siswa untuk belajar merupakan kompetensi yang diperoleh dan dikembangkan melalui pengalaman umum tetapi dirangsang secara langsung melalui pemodelan, pengkomunikasian harapan, dan instruksi langsung atau sosialisasi oleh orang lain (terutama orang tua atau guru). Sehingga pengajar yang dianggap efektif oleh siswanya akan mampu untuk merangsang motivasi belajar siswanya. Penelitian lainnya yang
6
dilakukan oleh Williams dan Williams (2011) menghasilkan kesimpulan bahwa motivasi siswa dalam kelas merupakan hasil dari fungsi lima komponen yaitu siswa, pengajar, muatan yang diajarkan, metode belajar, dan lingkungan. Berdasarkan penelitian oleh Long, Ibrahim, dan Kowang (2014) diketahui bahwa kompetensi dosen berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa.
METODE Partisipan dan Desain Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Program Studi Psikologi Psikologi Universitas Brawijaya yang mengambil mata kuliah wajib program studi pada tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah cluster sample. Teknik cluster sample disebut juga teknik kelompok atau rumpun, dilakukan dengan jalan memilih sampel berdasarkan kluster atau kelompoknya bukan pada individunya (Winarsunu, 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih secara acak satu kelas dari setiap kelas mata kuliah wajib Program Studi Psikologi pada semester 2. Ada 5 mata kuliah wajib Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya yang diajarkan pada semester 2, yaitu kode etik psikologi, psikologi umum II, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan I, dan psikologi sosial I. Setiap mata kuliah wajib program studi psikologi yang diajarkan pada semester 2 terdiri dari 4 kelas yang diampu oleh dosen yang berbeda. Dari 4 kelas pada setiap mata kuliah wajib program studi psikologi tersebut, dipilih salah satu kelas untuk menjadi kelompok penelitian. Jadi sampel penelitian ini terdiri dari 5 kelompok yang berasal dari kelas yang berbeda. Dari 5 kelas penelitian didapatkan jumlah sampel sebanyak 234 orang dengan komposisi yang didominasi oleh perempuan sebanyak 181 dan laki-laki sebanyak 53. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang analisisnya bersifat korelasional. Dalam penelitian ini, dilihat hubungan antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, instrumen penelitian terdiri dari 2 skala yaitu, skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan skala motivasi belajar yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen bertujuan untuk mengungkap persepsi responden terhadap kompetensi profesional dosen dan
7
disusun berdasarkan 4 dimensi kompetensi profesional dosen, yaitu 1) penguasaan materi secara luas dan mendalam, 2) kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian, 3) kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan 4) kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Skala motivasi belajar bertujuan untuk melihat gambaran tingkat motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya dan disusun berdasarkan 4 dimensi motivasi belajar yaitu, 1) kompetensi, 2) pengendalian atau kemandirian, 3) minat, dan 4) keterkaitan (Center on Education Policy, 2012). Kedua skala dalam penelitian ini terdiri dari item-item favourable yaitu item yang mendukung dimensi variabel penelitian dan item yang unfavourable yaitu item yang tidak mendukung dimensi variabel penelitian. Model skala menggunakan bentuk skala Likert-Like dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Salah satu contoh item favourable dari sakal persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen adalah “dosen memahami materi yang diajarkannya” dan contoh item unfavourable dari skala motivasi belajar adalah “saya sering mengantuk di kelas”. Skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,900 terdiri dari 37 item dengan angka corrected total item correlation antara 0,304-0,542 dan skala motivasi belajar reliabel dengan koefisien reliabilitas 0,868 terdiri dari 32 item dengan angka corrected total item correlation antara 0,247-0,518. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian yang telah ditetapkan yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data. Tahapan persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah perizinan agar penelitian tidak mengganggu aktivitas kerja staf akademik, dosen, maupun partisipan. Persiapan selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan alat ukur, ujicoba alat ukur, dan revisi alat ukur. Setelah tahapan persiapa telah dilaksanakan, maka dilaksanakan penelitian. Pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan skala motivasi belajar dengan cara membagikannya kepada sampel yang telah ditetapkan. Pemberian skala dilaksanakan oleh peneliti dengan bantuan asisten peneliti pada saat jadwal ujian akhir semester (UAS) mata kuliah wajib program studi psikologi yang diberikan di semester 2 (tahun ajaran 2013/2014). Pemberian skala dilakukan saat responden telah selesai mengerjakan soal ujian agar tidak mengganggu jalannya proses UAS dan aktivitas responden. Setelah responden mengisi skala persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan skala motivasi belajar, data diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for
8
windows. Selanjutnya peneliti menganalisis dan menginterpretasi data, menyusun laporan penelitian, serta membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
HASIL Hasil analisis deskriptif dari variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan motivasi belajar ditampilkan dalam tabel 1. Tabel 1 Gambaran Umum Skor Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen dan Variabel Motivasi Belajar Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen
Motivasi Belajar
Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Mean Standar Deviasi Skor Minimum Skor Maksimum Mean Standar Deviasi
Hipotetik 37 148 92,5 30,83 32 128 80 26,67
Empirik 83 131 106,90 10,200 79 117 96,07 8,879
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa mean empirik variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen > mean hipotetiknya, sehingga diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dalam penelitian ini cenderung tinggi. Demikian juga pada variabel motivasi belajar, mean empiriknya > mean hipotetiknya, sehingga diketahui bahwa motivasi belajar mahasiswa dalam penelitian ini cenderung tinggi. Hasil uji normalitas variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan variabel motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen Motivasi Belajar
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig.
Keterangan
0,048
234
0,200
Distribusi Normal
0,058
234
0,053
Distribusi Normal
Nilai Kolmogorov-Smirnov aariabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen sebesar 0,200 dan variabel motivasi belajar sebesar 0,053 oleh karena nilai signifikansinya > 0,05 maka disimpulkan data terdisribusi normal.
9
Gambar 1. Kurva Distribusi Normal Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen
Gambar 2. Kurva Distribusi Normal Variabel Motivasi Belajar Hasil uji linieritas antar variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan variabel motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Hasil Uji Linieritas Variabel Motivasi_Belajar * Persepsi_Mahasiswa
Nilai F
Nilai Signifikansi
Keterangan
19,709
0,000
Linier
Berdasarkan tabel 24, korelasi variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan variabel motivasi belajar memiliki signifikansi sebesar 0,0001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen memiliki bentuk hubungan yang linier dengan variabel motivasi belajar. Sesuai dengan taraf
10
pengujiannya, nilai signifikansi 0,0001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa uji linieritas terpenuhi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Berikut ini merupakan tabel hasil uji korelasi Product Moment Pearson antara variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan variabel motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis Pearson Correlation
R Squared
Sig. (2-tailed)
N
0,270
0,0729
0,000
234
Berdasarkan tabel 25 besarnya hubungan antara kedua variabel sebesar +0,270 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa hubungan antara variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan variabel motivasi belajar signifikan dan termasuk dalam kategori hubungan yang rendah. Dalam penelitian ini, RSquared atau daya determinasi sebesar 0,0729 yang berarti 7,29% variasi motivasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui peran variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dalam memprediksi variabel motivasi belajar baik secara simultan maupun parsial. Tabel 5 Hasil Regresi
Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen
terhadap Variabel Motivasi Belajar Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen
Signifikansi 0,000
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa hasil uji regresi variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen terhadap variabel motivasi belajar secara simultansignifikan berperan dalam memprediksi variabel motivasi belajar dengan nilai signifikasnsi 0,0001 (p < 0,05).
11
Tabel 6 Hasil Regresi Dimensi Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Kompetensi Profesional Dosen terhadap Variabel Motivasi Belajar Dimensi Penguasaan Materi Pelajaran Secara Luas dan Mendalam Kemampuan Merancang, Melaksanakan, dan Menyusun Laporan Penelitian Kemampuan Mengembangkan dan Menyebarluaskan Inovasi Kemampuan Merancang, Melaksanakan, dan Menilai Pengabdian Kepada Masyarakat
Signifikansi
B
0,006
0,764
0,061
-0,662
0,442
0,203
0,014
0,635
Berdasarkan hasil uji regresi 4 dimensi persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen, secara parsial dimensi penguasaan materi pelajaran (mata kuliah) secara luas dan mendalam (p=0,006; p<0,05) serta dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat (p=0,014; p<0,05) yang signifikan berperan dalam memprediksi variabel motivasi belajar. Berikut ini merupakan hasil analisis moderasi dari data tambahan yang mencakup pengetahuan mahasiswa semester 2 yang mengambil mata kuliah wajib program studi di semester genap (tahun ajaran 2013/2014) tentang dosen yang mengampu mata kuliah wajib program studi di semester 2. Data ini didapatkan dari angket yang diisi oleh responden saat mengisi skala penelitian. Berdasarkan hasil analisis regresi dimensi variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen didapatkan persamaan regresi berganda sebagai berikut. Y’ = 70,122 + (0,764)X1+ (-0,662)X2+ (0,203)X3 + (0,635)X4 Keterangan: Y’ : Skor Motivasi Belajar Mahasiswa yang diprediksi a : konstanta b1,b2,b3,b4 : koefisien regresi X1 : Penguasaan Materi Pelajaran Secara Luas dan Mendalam X2 : Kemampuan Merancang, Melaksanakan, dan Menyusun Laporan Penelitian X3 : Kemampuan Mengembangkan dan Menyebarluaskan Inovasi X4 : Kemampuan Merancang, Melaksanakan, dan Menilai Pengabdian Kepada Masyarakat Berdasarkan persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar 70,122 menunjukkan bahwa jika penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam (X1),
12
kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian (X2), kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi (X3), kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat (X4) masing-masing nilainya adalah 0, maka skor motivasi belajar mahasiswa sebesar 70,122. Koefisien regresi dimensi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam (X1) sebesar 0,764 berarti bahwa jika dimensi lain dari variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen nilainya tetap dan skor dimensi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam mengalami kenaikan 1%, maka skor motivasi belajar mahasiswa (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar 0,764. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara dimensi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dengan motivasi belajar mahasiswa, semakin tinggi skor dimensi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam maka semakin meningkat motivasi belajar mahasiswa. Koefisien regresi dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian (X2) sebesar -0,662 berarti bahwa jika dimensi lain dari variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen nilainya tetap dan skor dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian mengalami kenaikan 1%, maka skor motivasi belajar mahasiswa (Y’) akan mengalami penurunan sebesar 0,662. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian dengan motivasi belajar mahasiswa, semakin tinggi skor dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian maka semakin rendah motivasi belajar mahasiswa. Koefisien regresi dimensi kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi (X3) sebesar 0,203 berarti bahwa jika dimensi lain dari variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen nilainya tetap dan skor dimensi kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi mengalami kenaikan 1%, maka skor motivasi belajar mahasiswa (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar 0,203. Semakin tinggi skor dimensi kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi maka semakin meningkat motivasi belajar mahasiswa. Koefisien regresi dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat (X4) sebesar 0,635 berarti bahwa jika dimensi lain dari variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen nilainya tetap dan skor dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat mengalami kenaikan 1%, maka skor motivasi belajar mahasiswa (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar 0,635. Semakin tinggi skor dimensi kemampuan merancang,
13
melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat maka semakin meningkat motivasi belajar mahasiswa. Tabel 7 Hasil Analisis Moderasi Variabel Moderator Pengetahuan Mahasiswa tentang Pendidikan Dosen Pengetahuan Mahasiswa tentang Bidang Peminatan Dosen Pengetahuan Mahasiswa tentang Penelitian Dosen Pengetahuan Mahasiswa tentang Publikasi Hasil Penelitian Dosen Pengetahuan Mahasiswa tentang Program PengabdianMasyarakat yang Pernah dilakukan Dosen Pengetahuan Mahasiswa tentang Rancangan Program Pengabdian Masyarakat oleh Dosen
p 0,7108 0,1546 0,0881 0,2581 0,5097 0,2169
Berdasarkan analisis moderasi terhadap data yang didapatkan dari angket, dihasilkan bahwa data-data tersebut tidak satupun yang signifikan memoderasi variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan variabel motivasi belajar (koefisien p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa tentang kompetensi profesional dosen tidak mempengaruhi hubungan antara persepsi terhadap kompetensi dosen dengan motivasi belajar mahasiswa.
DISKUSI Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Berdasarkan analisis data hasil penelitian diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Besar koefisien korelasi antara persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya adalah +0,270 (p= 0,000; p<0,05). Koefisien korelasi antara persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya tersebut termasuk kategori korelasi yang rendah. Tanda positif pada koefisien korelasi menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Arah hubungan positif mengindikasikan bahwa selama satu variabel meningkat, demikian juga yang lainnya (meskipun tidak sempurna, yaitu koefisien korelasi kurang dari +1,00) (Elmes, Kantowitz, & Roediger III, 2014). Dari nilai koefisien korelasi variabel bebas dan terikat, didapatkan Rsquared sebesar 0,0729. Hasil tersebut
14
berarti kemampuan variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dalam menjelaskan varians dari variabel motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya adalah sebesar 7,29% sementara 92,71% varians dari variabel motivasi belajar mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya dijelaskan oleh faktor lain. Motivasi belajar pada mahasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam pendidikan tinggi (Pujadi, 2007). Faktor yang bersifat memfasilitasi atau menghalangi motivasi belajar dapat digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu (1) atribut pribadi, yang terdiri dari komponen fisik, perkembangan, dan psikologis peserta didik individual; (2) pengaruh lingkungan, yang mencakup kondisi fisik dan sikap; dan (3) sistem hubungan peserta didik, seperti pihak lain yang berkepentingan, keluarga, komunitas, dan pengaruh pengajar-peserta didik pada motivasi (Bastable, 2002). Williams dan Williams (2011) menyimpulkan lima kunci yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah siswa, pengajar, isi pembelajaran, metode pembelajaran, dan lingkungan. Cara terbaik untuk memotivasi siswa adalah kelima kunci tersebut dapat digunakan sesering mungkin (Williams & Williams, 2011). Dari faktor-faktor tersebut diketahui bahwa kompetensi pengajar berpengaruh terhadap motivasi belajar, tetapi ada faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi motivasi belajar seperti atribut pribadi dan lingkungan. Pada penelitian ini, dilihat hubungan antara variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dengan motivasi belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, begitu juga persepsi. Persepsi menurut Glassman dan Hadad (dalam Irham & Wiyani, 2013) merupakan sebuah proses aktif yang mencakup pemilihan atau seleksi informasi, pengorganisasian informasi, dan penerjemahan informasi tersebut. Kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap proses persepsi, termasuk persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen, yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, dan perhatian (Walgito, 2004). Objek yang dipersepsi menjadi stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Diperlukan adanya
15
perhatian untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi. Perhatian adalah proses pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi dan merupakan syarat psikologis dalam pembentukan persepsi (Walgito, 2004). Perbedaan dalam persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dapat disebabkan perbedaan stimulus yang ditangkap oleh mahasiswa atau kurangnya perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi profesional yang dimiliki dosen yang mengampu mata kuliah wajib program studi di semester 2 (tahun ajaran 2013/2014). Persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dalam belajar merupakan sumber motivasi ekstrinsik. Interaksi antara dosen sebagai pengajar dengan mahasiswa akan menjadi salah satu sumber rangsang eksternal bagi mahasiswa. Mahasiswa akan menginterpretasi rangsang tersebut dan membentuk persepsi tentang kompetensi profesional dosen berdasarkan pengalaman maupun nilai-nilai dan kebutuhan mahasiswa itu sendiri. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Djamarah, 2012). Selain motivasi ekstrinsik, dalam belajar juga diperlukan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dalam dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intriksik sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan mendatang. Dengan adanya motivasi intrinsik, dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial (Djamarah, 2012). Tahun pertama perkuliahan merupakan masa transisi dari pendidikan menengah ke pendidikan tinggi, berdasarkan hasil pengamatan Teese (dalam Levy & Campbell, 2008) keberhasilan akademik mahasiswa diperantarai oleh tujuan mereka atau alasan dalam mengikuti kuliah. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa tentang halhal yang berhubungan dengan kompetensi profesional dosen tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen
16
dengan motivasi belajar. Oleh karena tujuan atau alasan mahasiswa dalam mengikuti kuliah berhubungan dengan motivasi intrinsik dan pengetahuan mahasiswa tentang hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi profesional dosen tidak memoderasi hubungan persepsi mahasiwa terhadap kompetensi profesional dengan motivasi belajar, maka pada tahun pertama perkuliahan motivasi intrinsik lebih dibutuhkan oleh mahasiswa daripada motivasi ekstrinsik. Berdasarkan analisis deskriptif hasil penelitian, diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan motivasi belajar mahasiswa cenderung tinggi. Kecenderungan persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen yang tinggi mengindikasikan bahwa proses aktif yang dilakukan selama proses pembelajaran mata kuliah wajib program studi psikologi di semester 2 (tahun ajaran 2013/2014) mencakup pemilihan atau
seleksi
informasi,
pengorganisasian
informasi,
dan
penerjemahan
informasi
menghasilkan persepsi bahwa dosen memiliki dimensi kompetensi profesional dosen, yaitu (1) penguasaan materi secara luas dan mendalam, (2) kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian, (3) kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan (4) kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2012). Mahasiswa yang memiliki kecenderungan motivasi belajar yang tinggi berarti menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa memiliki kecenderungan perilaku yang sesuai dengan dimensi motivasi belajar yaitu kompetensi, pengendalian atau kemandirian, minat, dan keterkaitan (Center on Education Policy, 2012). Hasil analisis deskriptif tersebut mengindikasikan bahwa diperlukan usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan motivasi belajar mahasiswa. Persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan motivasi belajar mahasiswa yang tinggi berkontribusi terhadap kualitas lulusan dan program studi. Berdasarkan analisis regresi dimensi variabel persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen terhadap motivasi belajar, secara parsial dimensi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam serta dimensi kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat yang signifikan berperan dalam memprediksi variabel motivasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa kemampuan dosen untuk memahami tentang asal usul, perkembangan, hakikat dan tujuan dari ilmu tersebut, kemampuan dosen untuk memahami cara dan menemukan ilmu, teknologi dan atau seni, khususnya tentang bidang ilmu yang diampunya, juga kemampuan dosen memahami nilai, makna dan kegunaaan ilmu terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatannya dalam
17
kehidupan manusia, sehingga mempunyai dampak kepada kebudayaan dan peradaban berperan dalam memprediksi motivasi belajar mahasiswa. Secara teoretis, ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari Widoyoko dan Rinawati (2012) yang merumuskan bahwa semakin tinggi guru dalam menguasai materi pembelajaran akan semakin meningkatkan motivasi belajar siswa demikian sebaliknya. Selain itu, kemampuan dosen untuk melakukan pengembangan hasil penelitian dan melaksanakannya dalam bentuk program pengabdian masyarakat baik dalam tingkat percobaan maupun dalam tingkat penyebaran secara masif, serta kemampuan dosen dalam mengevaluasi program pengabdian masyarakat tersebut juga berperan dalam memprediksi motivasi belajar mahasiswa. Oleh karena kemampuan tersebut berperan dalam memprediksi motivasi belajar mahasiswa, dalam upaya meningkatkan persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen dan upaya meningkatkan motivasi belajar, kemampuan dosen dalam kedua kompetensi tersebut perlu diperhatikan dan ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, I. S. (2011). Motivasi belajar dan faktor-faktor yang berpengaruh: Sebuah kajian pada ineraksi pembelajaran mahasiswa. Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 42-57. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. (2008). Naskah akademik akreditasi program studi sarjana. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bastable, S. B. (2002). Perawat sebagai pendidik : Prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta: Pernerbit Buku Kedokteran EGC. Callahan, M. (n.d.). How do i motivate my students ? [White paper]. (Online), (http://www.tlpd.ttu.edu/teach/TLTC%20Teaching%20Resources/Documents/How%20d o%20I%20Motivate%20My%20Students%20white%20paper.pdf) diunduh 1 April (2014) Center on Education Policy. (2012). Center on education policy (CEP). (Online), (https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ua ct=8&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.cepdc.org%2Fcfcontent_file.cfm %3FAttachment%3DUsherKober_Background1_Motivation_5.22.12.pdf&ei=aplLU627 DMyjiAeLxoHgAg&usg=AFQjCNFI8qhTQqaiKY) diunduh 14 April (2014) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2012). Buku pedoman sertifikasi pendidik untuk dosen (serdos) terintergrasi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Djamarah, S. B. (2012). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya: Usaha Nasional. Elmes, D. G., Kantowitz, B. H., & Roediger III, H. L. (2014). Metode penelitian dalam psikologi (Edisi 9). Jakarta: Salemba Humanika.
18
Hamalik, O. (2012). Psikologi belajar & mengajar. Bandung: Sina Baru Algensindo. Irham, M., & Wiyani, N. A. (2013). Psikologi pendidikan : Teori dan aplikasi dalam proses pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kheruniah, A. E. (2 Februari 2013). A teacher personality competence contribution to a student study motivation and discipline to fiqh lesson. International Journal Of Scientific & Technology Research Vol. 2, 108-112. Kuncoro, J. (2012). Validitas item dan konntrak serta reliabilitas instrumen presepsional kompetensi dosen. Proyeksi, Vol. 7 (2), 89-102. Levy, S., & Campbell, H. (2008). Student motivation: premise, effective practice and policy. Austalian Journal of Teacher Education, 33 (5), 13-28. Long, C. S., Ibrahim, Z., & Kowang, T. O. (2014). An analysis on the relationship between lecturers' competencies and students' satisfaction. International Education Studies: Vol.7. No. 1, 37-46. Pujadi, A. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa: Studi kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Business & Management Journal Bunda Mulia, Vol. 3, No. 2, 40-51. Republik Indonesia. (2005). Undang-undang no. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi. Widoyoko, S. P., & Rinawati, A. (2012). Pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXI, No. 2, 278-289. Williams, K. C., & Williams, C. C. (Agustus 2011). Five key ingredients for improving student motivation. Research in Higher Education Journal, Vol 12, 1-23. Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.