i
INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK KE WILAYAH INDONESIA MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK
FITRI UJIYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMAS1 Dengan ini saya ~nenyatakanbahwa tesis Inventarisasi dan Kajian Potensi invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2009 Fitri Ujiyani NIM A451064144
ABSTRACT FITRI UJIYANI. Inventory and Study on the Invasive Potential of Arthropods and Plants Introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta Airport and Tanjung Priok Seaport. Supervised by PUDJIANTO and SUGENG SANTOSO. Introduction of exotic organism to Indonesian territory may lead the negative impacts in future to the environment because of its invasiveness. The problem of water hyacinth (Eichornnia crassipes) is one of a case caused by invasive plant species. The plant was introduced to Indonesia as ornamental plant but now it causes a serious problem to aquatic environment because of its rapid growth. The study was conducted to inventory the diversity of arthropods and plants that intentionally and unintentionally introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta Airport and Tanjung Priok Seaport during 2006 and 2007 and to study its invasive potential based on the species characteristics. The study was conducted in three steps, these were: first, inventory of imported and intercepted organisms (arthropods and plants), second, collect information regarding biology and ecology of the organisms obtained from books, internet, and other literatures, and the third, determination of invasive potential. The result of the study showed that the diversity of arthropods and plants intentionally introduced through SoekarnoHatta Airport was higher than Tanjung Priok Seaport. All of the arthropods were imported as biological control agents while most of the plants were introduced as ornamental plants. Scoring by considering the biology and ecology of plants showed that some of plants were considered to have invasive potential, such as Ipomoea aquatics, A~naranthus hybridus, Helianthus annuus, Otyza sativa, Dianthus caryophyllus, Apiztm graveolens, and Fragaria x ananasa. The plants were cultivated plants so it would give low risk to become invasive in environment. The inventory to the diversity of arthropods and plants introduced unintentionally showed that arthropods and plants introduced through Tanjung Priok Seaport had a higher diversity than Soekarno-Hatta Airport. The arthropods had low risks and some of the plants known to have invasive potential. Keywords: arthropods, plants, inventory, invasive potential.
FITRI UJIYANI. lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Dibimbing oleh PUDJIANTO dan SUGENG SANTOSO. Peningkatan mobilitas manusia dan barang menimbulkan peningkatan Organisme yang kemungkinan lalu lintas organisme di seluruh dunia. dilalulintaskan tersehut antara lain ternak, binatang piaraan, bibit, dan produkproduk pertanian serta kehutanan yang banyak dimasukkan ke suatu negara dari negara lain untuk berbagai tujuan. Pemasukan tersebut merupakan pemasukan yang disengaja. Selain pemasukan secara sengaja, organismejuga dapat masuk ke suatu negara secara tidak sengaja, misalnya dengan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan secara sengaja. Organisme yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja perlu diwaspadai karena kemungkinan dapat menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Permasalahan yang dapat timbul di kemudian hari salah satunya disebabkan oleh kemampuan organisme tersebut untuk bertahan dan berkembang biak serta pada akhirnya mengancam keanekaragaman hayati. Permasalahan ini dapat ditimbulkan oleh spesies asing invasif atau dikenal dengan Invasive Alien Species (1.4s). Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu pemasukan yang strategis bagi masuknya berbagai jenis organisme khususnya arthropoda dan tumbuhan dari berbagai negara. Pada setiap tahunnya, di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat pemasukan berbagai jenis athropoda dan tumbuhan, haik secara sengaja maupun tidak sengaja. Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi dan mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk ke wilayah Indonesia dan potensi invasifnya sehingga dapat membantu pengawasan lalu lintas organisme asing di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menginventarisasi data pemasukan arthropoda dan tumbuhan, mengumpulkan informasi tentang karakter hiologi dan ekologi organisme, dan melakukan kajian potensi invasif. Kajian potensi invasif dilakukan dengan menggunakan scoring, memhandingkan karakteristik organisme dengan organisme invasif, dan membandingkan dengan database yang ada di dunia, yaitu database Invasive and Exotic Species dan 100 of World's Worst Invasive Alien Species. Jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara SoekarnoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama 2006-2007 diketahui ada 4 jenis arthropoda berupa agens hayati yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Amblyseizis swirskii, A. californicz~s,Orius laevigatrs, dan Phytoseiulzis persirtzilis. Keempat agens hayati tersebut merupakan jenis predator. Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007. Tumbuhan yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta memiliki keragaman jenis yang lebih tinggi dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok selama
2006-2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis dan paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Tumbuhan yang dimasukkan sebagai tanaman hias memiliki potensi menjadi invasif. Sefama tahun 2006-2007, ada dua jenis arthropoda yang diketahui masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang mengkontaminasi bibit anggrek dan Sitophylus otyzue yang mengkontaminasi benih jagung. Sebanyak 15 jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, terdiri dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, dan Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan Mycetophagidae. Jenis-jenis arthropoda yang ditemukan tersebut merupakan jenis arthropoda kosmopolit. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan beberapa jenis tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi komoditas yang diimpor. Data intersepsi gulma di Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 menunjukkan bahwa sebanyak 122 jenis tumbuhan gulma ditemukan. Tumbuhan gulma tersebut ditemukan dalam bentuk biji yang mengkontarninasi sebagian besar biji lain, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Bandara Soekamo-Hatta, selama 2006-2007 ditemukan 4 jenis tumbuhan gulma. Di antara 122 jenis tumbuhan gulma yang mengkontamisani, sebanyak 34 spesies diketahui merupakan gulma invasif berdasarkan database Invusive and Exotic Species. Kewaspadaan tehadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk sangat perlu dilakukan. fdentifikasi terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk baik secara sengaja maupun tidak sengaja sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan detil sampai pada tingkat spesies. Penelitian ianjutan perlu dilakukan untuk melihat kemampuan organisme yang masuk tersebut menjadi invasif dengan tidak hanya mempertimbangkan karakteristik organisme namun juga faktor lingkungan dan ekonomi. Kata kunci : arthropoda, tumbuhan, inventarisasi, potensi invasif.
O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau selunrh karya tulis ini tanpa ntencantumkan atau nlenyebutkan sumbernya. Pengtrtipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan katya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan szratu masalah; dun pengutipan tersebzrt tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengrtnumkan dun nzetnperbanyak sebagian atau seluruh karya tzrlis dalatn bentuk apapun tanpa izin IPB
INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK KE WILAYAH INDONESIA MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK
FITRI UJIYANI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Entomologi/Fitopatologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Antarjo Dikin
Judul Tesis
:
lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
Nama Mahasiswa
:
Fitri Ujiyani
NIM
:
A451064144
Disetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatol
Tanggal Ujian: 20 Februari 2009
Tanggal Lulus:
2 7 F E B 2009
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadilat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Penelitian dilatarbelakangi oleh pengalaman bahwa masuknya organismeorganisme asing ke wilayah Negara Republik Indonesia yang sebelumnya dimasukkan untuk tujuan positif ternyata di kemudian hari kadang-kadang menimbulkan dampak negatif sehingga pemasukan spesies asing harus diwaspadai. Untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk dan mengetahui potensi invasifnya, maka penelitian ini dilakukan dengan mempelajari karakter biologi spesies-spesies yang masuk ke Indonesia berdasarkan informasi yang diperoleh dari literatur, baik berupa buku cetak maupun situs internet. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan penelitian di masa mendatang. Bogor, Februari 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sleman Yogyakarta pada tanggal 6 September 1980. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan YB. Saein dan Tumiyati. Pada tahun 1998-2002, penulis menempuh pendidikan sarjananya pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada tahun 2002. Sejak tahun 2005, penulis bekerja di Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian sebagai tenaga fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) pada Balai Karantina Pertanian Kelas I1 Palangkaraya. Saat ini penulis bertugas di Pusat Infomasi dan Keamanan Hayati, Badan Karantina Pertanian.
DAFTAR IS1 Halaman DAFTAR IS1 ...........................................................................
xi
DAFTAR TABEL.................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................
xl11
...
PENDAKULUAN ............................................................... Latar Belakang.............................................................. Tujuan
..
Penelltian..........................................................
Manfaat Penelitian........................................................... TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
3
Pengertian Spesies Asing Invasif (Invusive Alien Species) ............
3
Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif ...............
3
Cara Menyebar Spesies Asing Invasif....................................
5
Arthropoda dan Tumbuhan invasif .............................................
5
Sistem Perkarantinaan di Indonesia........................................
8
BAHAN DAN METODE ....................................................... Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................ Bahan........................................................................... Metode........................................................................ HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. Keragamanan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja........... Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja.... Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja............... Keragaman Jenis Turnbuhan yang Masuk secara Tidak Sengaja..... Potensi Invasif Arthropoda dan Tumbuhan...................................... KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
33
DAFTAR TABEL Halaman 1
Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan............
13
2
Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007...
14
3
Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006..................................
4
5
16
Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007.....................................................................
17
Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007.................................................................................................
1s
6
Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memilil spesies lain yang tergolong gulma/tumbuhan invasif....................................................
25
7
Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja........................
26
8
Gulma yang diteinukan mengkontarninasi komoditas yang dimasukkan inelalui Pelabuhan Taniung Priok selama 2006-2007 dan masuk dalam database ~nvasive-and~ x o t i cWeeds..................
27
DAFTAR LAhlPIRAN Halaman Jadwal palang kegiatan......................................................................
36
Tumbuhan yang inasuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekamo-Hatta pada tahun 2006.........................
37
Tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia yang dikategorikan sebagai media pembawa OPTK melalui Bandara Soekarno-Hatta tahun 2007........................................................................................
39
Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 ..........................
41
Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007..........................
42
Tumbuhan yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta selama 2006 dan Tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui hasil intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 clan 2007.......................................................
44
Matriks perbandingan karakteristik serangga invasif menurut Womer (2002) dan sifat-sifat biologi ekologi arthropoda.................
48
Contoh scoring untuk lpomoea aquatica...........................................
49
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan mobilitas manusia dan barang akan mneningkatkan lalu lintas spesies di seluruh dunia, dan di antaranya ada yang dilalulintaskan secara sengaja, seperti ternak, binatang piaraan, bibit, dan produk-produk pertanian dan kehutanan.
Beberapa jenis komoditas yang bempa organisme hidup banyak
diimpor dari negara lain untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, untuk memenuhi kualitas dan kuantitas hasil pertanian, produsen mengimpor benih. Untuk memenuhi kepuasan keindahan, para penghobi tanaman hias mengimpor tanaman hias. Untuk pengendalian hayati, terjadi importasi beberapa agens hayati, seperti serangga, cendawan, maupun organisme lain. Organisme yang diimpor dapat berupa spesies tumbuhan, hewan, dan organisme lain yang bukan spesies asli suatu negara.
Organisme-organisme
tersebut dimasukkan secara sengaja untuk tujuan menguntungkan manusia. Selain itu, beberapa organisme dapat masuk ke suatu negara secara tidak sengaja, misalnya terbawa bersamaan dengan media pembawanya.
Organisme yang
masuk secara sengaja maupun tidak sengaja perlu diwaspadai karena kemungkinan dapat menimbulkan kerugian di kemudian hari. Sebagian besar spesies tumbuhan asing dibudidayakan sebagai tanaman hias (Tjitrosoedirjo 2005; Wittenberg & Cock 2001). Di Amerika Utara, hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman sebagai tanaman hias (Wittenberg & Cock 2001). Oleh karena itu, pemasukan tumbuhan sebagai tanaman hias perlu diwaspadai. Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu pemasukan yang strategis bagi masuknya berbagai jenis organisme khususnya arthropoda dan tumbuhan dari berbagai negara.
Di Bandara Soekarno-Hatta
terjadi banyak pemasukan berbagai jenis tanaman hias seperti Aglonema, Adenium, Anggrek, Anthurium, dan lain-lain dari berbagai negara, seperti Thailand, Jepang, China, Belanda, dan lain-lain. Selain itu, pemasukan benih rumput, tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura juga tejadi di bandara tersebut. Di Pelabuhan Tanjung Priok juga tejadi pemasukan berbagai benih dan bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan rumput.
Selain dimasukkan secara sengaja, beberapa organisme seperti arthropoda dan tumbuhan gulma juga dapat masuk secara tidak sengaja, misalnya terbawa melalui kontaminasi pada komoditas yang dimasukkan.
Data intersepsi
organisme pengganggu tumbuhan berupa arthropoda dan gulma di Balai Karantina Tumbuban Kelas I Soekarno-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok menunjukkan beberapa spesies gulma ditemukan mengkontaminasi produk pertanian yang diimpor, salah satunya Chrornolaena odorata yang diketahui merupakan jenis tumbuhan invasif di Indonesia.
Untuk mengetahui potensi invasif organisme yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja, kajian tentang karakterteristik biologi dan ekologi yang dimiliki oleh organisme-organisme tersebut perlu dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan pengawasan lalu lintas organisme melalui pintu-pintu pemasukan di Indonesia. Tujuan Penelitian
Penelitian ini hertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 serta mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan tersebut. Manfaat Penelitian
Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis organisme yang sering masuk ke wilayah Indonesia dan potensi invasifnya sehingga dapat membantu pengawasan lalu lintas organisme asing di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Spesies Asing Invasif (ZnvasiveAIien Species) Spesies invasif adalah suatu spesies yang muncul, sebagai akibat dari aktivitas manusia, melampaui penyebaran normalnya dan mengancam lingkungan, pertanian atau sumber daya lainnya akibat kerusakan yang ditimbulkamya (DEWHA 2008). Spesies invasif dapat berupa seluruh kelompok taksonomi, meliputi virus, cendawan, alga, lumut, paku-pakuan, tumbuhan tinggi, invertebrata, ikan, amphibi, reptil, burung, dan mamalia (GISP 2003). Masuknya suatu spesies baru dapat memangsa spesies asli, menekan pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, berkompetisi, menyerang, atau melakukan persilangan. Spesies invasif tersebut dapat meruhah ekosistem dengan merubah kondisi air, perputaran nutrisi, dan proses lainnya (GISP 2003). Spesies asing invasif yang merupakan tejemahan dari invasive alien species, merupakan spesies, sub spesies, atau takson yang lebih rendah yang
keluar dari habitat alaminya atau daerah sebar aslinya yang dapat bertahan dan berkembang biak, dan penyebarannya dapat mengancam keanekaragaman hayati. lstilah alien atau alien species digunakan untuk suatu spesies yang muncul di luar sebaran alaminya sedangkan istilah alien invasive species digunakan untuk alien species yang mengancam ekosistem, habitat atau spesies tertentu (CBD 2005).
Spesies asing invasif berhubungan dengan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Sebagian besar OPTK merupakan spesies asing invasif, dan spesies asing invasif yang merugikan tanaman secara langsung maupun tidak langsung merupakan OPTK (Lopian 2005). Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif Spesies asing invasif dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi.
Dominasi spesies asing invasif dapat menimbulkan
homogenisasi keanekaragaman hayati secara menyeluruh dan menurunkan keragaman dan kekhususan lokal. Spesies asing invasif juga dapat merubah struktur komunitas dan komposisi spesies di ekosistem asli serta secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap siklus nutrisi, fungsi ekosistem, dan hubungan ekologi antar spesies lokal (CBD 2007).
Di Indonesia, spesies asing invasif diketahui telah menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah Mikania micrantha Kunth (Asteraceae) yang dapat tumbuh secara cepat.
M. micrantha merupakan spesies asli Amerika
Tengah dan Amerika Selatan dan saat ini tersebar luas di Indonesia dan wilayah Malesian. Beberapa spesies asing invasif lainnya di Indonesia yang saat ini dikenal dan diketahui memiliki ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati alami dan memiliki dampak yang hebat terhadap komunitas flora dan fauna, antara lain Acasia nilotica (L.) Willd. Ex Del., Eichhomia crassipes (Mart.) Solms, Chrovzolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson, dan Piper adunczrm L. (Tjitrosoedirdjo 2007). Salah satu kasus pennasalahan spesies asing invasif di Indonesia tejadi di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Pennasalahan tersebut ditimbulkan oleh
A. nilotica yang pertama kali dimasukkan ke Indonesia sebagai tanaman pagar untuk melindungi hutan jati yang terletak di dekat Tarnan Nasional Baluran, tetapi kemudian menginvasi sekitar 5000 hektar areal taman tersebut.
Baluran
merupakan padang savanna yang dikonse~asiuntuk menyediakan pakan bagi banteng (Bosjavaniczis) (Tjitrosoedirdjo 2007). Contoh kasus yang lain adalah eceng gondok saat ini menimbulkan permasalahan
dengan
perkembangbiakannya yang
cepat
sehingga sulit
dikendalikan. Tumbuhan ini merupakan spesies asli Amerika Selatan (Cock 2001; USDA 2008) dan dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1886 untuk mempercantik kolam yang ada di Kebun Raya Bogor, akan tetapi eceng gondok kemudian menyebar luas ke seluruh wilayah Indonesia (Tjitrosoedirdjo & Widjaja 1991 dalam Tjitrosoedirdjo 2005). Eceng gondok mempakan tumbuhan perenial yang mengapung dan dapat tumbuh sampai ketinggian tiga kaki. Eceng gondok merupakan spesies invasif yang sangat agresif dan dapat membentuk bentangan yang tebal di penukaan air. Jika bentangan ini menutup seluruh penukaan air, eceng gondok dapat menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen dan membunuh ikan-ikan yang ada di dalamnya (TAES 2008). Cock (2001) mengemukakan bahwa eceng gondok dapat menyebabkan tergantikannya populasi tumbuhan air yang sudah ada dan memperlambat jalannya arus air sehingga mengganggu irigasi.
Selain menimbulkan gangguan seperti di atas, spesies asing yang diintroduksi ke wilayah baru seringkali memangsa spesies asli, ~nenekan pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, menimbulkan kompetisi, menyerang dan berhibridisasi (Wittenberg & Cock 2001). Hal ini menyebabkan pemasukan terhadap spesies asing perlu diwaspadai. Cara Menyebar Spesies Asing Invasif Spesies invasif dapat masuk ke suatu daerah baru dengan cara disengaja maupun tidak disengaja.
Pemasukan secara disengaja dapat tejadi melalui
pemasukan tumbuhan yang digunakan misalnya untuk tujuan pertanian, kehutanan, dan perbaikan tanah. Selain itu, pemasukan spesies baru dapat juga berupa tanaman hias, plasma nutfah, atau agens hayati. Pemasukan secara tidak sengaja dapat terjadi melalui kontaminasi pada produk pertanian, misalnya masuknya lalat buah melalui buah-buahan. Kontaminasi biji gulma pada bibit dan bunga potong dapat juga menjadi jalan masuknya spesies invasif (Wittenberrg & Cock 2001). Menurut CBD (2007), introduksi spesies asing biasanya terjadi melalui lalu lintas manusia dan perdagangan. Apabila habitat baru spesies tersebut hampir sama dengan habitat aslinya, spesies yang terintroduksi tersebut dapat bertahan dan berreproduksi. Selain menyebar dengan bantuan aktivitas manusia, spesies asing invasif juga dapat menyebar secara alamiah. Arthropoda terestrial dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tidak hanya melalui terbang dan terbawa angin, parasitisme dan foresi, tetapi juga dengan cara berjalan, terbawa aliran sungai, dan berenang (Frank 2002). Arthropoda dan Tumbuhan Asing Invasif Arthropoda Iuvasif Potensi invasif suatu spesies dapat diprediksi. Untuk mengetahui mengapa suatu spesies dikategorikan sebagai spesies invasif diperlukan pemahaman terhadap karakter individu invasif. Menurut Womer (2002), spesies serangga yang invasif biasanya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: memiliki asosiasi yang dekat dengan manusia, tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya, memiliki
kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi untuk meningkatkan populasi, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan yang baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman genetik yang tinggi. Karakteristik individu sangat menentukan kemampuan spesies tersebut menjadi invasif. Faktor lain yang dapat berperan dalam mendukung keinvasifan spesies serangga adalah faktor kondisi dan habitat.
Kondisi yang dapat
mendukung terjadinya invasi spesies serangga adalah tersedianya tekanan yang tinggi oleh individu, artinya semakin banyak jumlah individu yang terintroduksi ke dalam suatu area, akan semakin besar kemungkinan spesies tersebut muncul. Kondisi lain yang menentukan adalah tersedianya kesempatan bagi spesies serangga untuk muncul (Worner 2002). Faktor habitat juga sangat menentukan keinvasifan spesies serangga. Habitat yang dianggap rentan terhadap invasi spesies asing adalah habitat yang menyediakan makanan dan iklim yang sama bagi spesies asing yang baru rnasuk. Habitat lain yang rentan terhadap invasi adalah habitat yang terganggu, habitat yang ketahanan genetiknya rendah (kurangnya musuh alami dan kompetitor), dan habitat yang bempa kepulauan (Worner 2002).
Turnbuhan Iuvasif Dalam pertanian, tumbuhan invasif biasanya dianggap juga sebagai gulma. Gulma diperkirakan dapat menurunkan hasil pertanian hingga mencapai 10% per tahun (NISIC 2006). Ditinjau dari sifatnya, gulma memiliki ciri-ciri sebagai berikut (NISIC 2006): a) dapat bersaing tinggi dalam suatu lingkungan yang telah dirancang agar ideal terhadap pertumbuhan tanaman, meliputi persaingan air, cahaya matahari, mang, dan makanan; b) dapat menumnkan nilai tanaman melalui kontaminasi terhadap produk panen dan benih tanaman; c) membatasi kemampuan petani untuk menggunakan lahan pertanian dengan cara menurunkan penggunaan lahan dan rotasi tanaman;
d) dapat menyediakan habitat bagi organisme pengganggu tumbuhan dan kemudian menularkannya ke tanaman; e) mengganggu penanganan mekanis tanaman, contohnya: mesin panen dan mesin pembersih benih menjadi tidak efektif; f ) meningkatkan kebutuhan air oleh tanaman pertanian;
g) menurunkan nilai lahan pertanian; dan h) lebih sulitnya pengendaiian bagi gulma yang tahan terhadap herbisida. Tumbuhan invasif berbeda dengan guima yang tumbuh pada agroekosistem atau habitat buatan manusia.
Gulma diketahui sebagai tumbuhan yang
mengganggu sistem produksi pertanian, sedangkan gulma pada habitat alami, atau disebut spesies asing invasif, menekankan perannya dalam mengancam keanekaragaman hayati (Weber 2003). Tumbuhan invasif dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem.
Dampak langsung yang ditimbulkan adalah persaingan
tempat, makanan, air dan cahaya yang dapat mengganggu spesies lokal, menggantikan spesies asli dengan yang baru, dan menghambat perkembangan tumbuhan asli. Dampak tidak langsung adalah merubah hubungan air tanah, sirkulasi makanan, kondisi cahaya, gangguan, dan mempengaruhi habitat liar. Persilangan antara spesies invasif dengan spesies lokal dapat merubah genetik dari populasi spesies lokal (Weber 2003). Tumbuhan invasif juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, sistem pertanian, dan sistem lainnya.
Dampak
tumbuhan invasif dapat menyebabkan kerusakan terhadap habitat dalam ha1 hilangnya keanekaragaman hayati (FA0 2005). Menurut
Tjitrosoedirdjo
(2005),
tumbuhan
invasif
di
Indonesia
dikelompokkan ke dalam dua habitat yang berbeda, yaitu tumbuhan akuatik dan terestrial. Jenis tumbuhan akuatik yang dikategorikan sebagai spesies tumbuhan invasif adalah: Eichhomia crassipes, Hydrilla verticillata, Mimosa pigra, Pistia stratiotes, dan Salvania molesta. Tumbuhan terestrial yang tergolong invasif, antara lain Acacia nilotica, Azrsfroeupatoriurn inulaefolitrtn, Chronzolaena odorata, Cryptostegia grandijlora, dan beberapa jenis lainnya. Penentuan jenis tumbuhan invasif didasarkan pada kemampuan, kepentingan, dan penyebarannya.
Sistem Perkarantinaan di Indonesia Pengertian Karantina Karantina merupakan istilah yang diturunkan dari bahasa Italia yaitu
quarantina yang berarti empat puluh. Menurut sejarahnya, angka empat puluh ini merupakan masa inkubasi penyakit dari mulai terjadinya infeksi sampai munculnya gejala (MacKenzie 2001 dalam Ebbels 2003). Istilah tersebut lahir sekitar abad ke XIV di Venesia yang menetapkan batas waktu yang diberlakukan untuk menoiak masuk dan merapat kapal yang datang dari luar negeri untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular (Triwahyono 2006). Perkarantinaan di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Berdasarkan
peraturan tersebut, karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan danlatau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Pengertian karantina tumbuhan secara khusus diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang Karantina Tumbuhan.
Karantina
tumbuhan merupakan tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Tindakan Karantina Tindakan karantina tumbuhan terdiri atas delapan tindakan, yaitu pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pelepasan (UU Nomor 1611992; PP Nomor
1412002).
Tindakan karantina dikenakan terhadap setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dimasukkan (impor) ke dalam wilayah Indonesia, dilalulintaskan antar area di dalam wilayah Indonesia, dan dikeluarkan dari wilayah Indonesia berdasarkan ketentuan yang berlaku. OPTK adalah organisme pengganggu tumbuhan yang mengganggu komoditas yang bernilai ekonomi di suatu negara yang belum terdapat di negara tersebut, atau sudah terdapat namun belum tersebar luas dan sedang dikendalikan (ISPM Nomor 512005). Di Indonesia, OPTK dikategorikan menjadi dua kategori,
yaitu OPTK Kategori A1 dan OPTK Kategori A2. OPTK Kategori Al adalah jenis OPTK yang belum terdapat di Indonesia, sedangkan OPTK Kategori A2 adalah OPTK yang sudah terdapat di Indonesia (Kepmentan Nomor 3812006). Karantina di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Kelembagaan.
Karantina tumbuhan di Bandara Soekarno-Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006-2007 dilaksanakan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok yang merupakan unit pelayanan teknis (UPT) Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Sejak keluamya Keputusan Menteri Pertanian No. 22 Tahun 2008, Badan Karantina Pertanian melakukan penggabungan karantina hewan dan karantina tumbuhan sehingga Balai Karantina Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta bergabung dengan UPT Karantina Hewan di Soekarno-Hatta menjadi Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, sedangkan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok bergabung dengan
UPT Karantina Hewan di Tanjung Priok menjadi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Prosedur pemasukan arthropoda. Pemasukan arthropoda yang tergolong sebagai agens hayati harus mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 41 1 Tahun 1995 tentang Pemasukan Agens Hayati ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Dalam Keputusan Menteri Pertanian
tersebut, pemasukan agens hayati harus terlebih dahulu mendapatkan Surat Ijin Pemasukan (SIP) yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian atas rekomendasi Komisi Agens Hayati melalui Badan Karantina Pertanian. Prosedur pemasukan tumbuhan. Pemasukan tumbuhan yang tergolong media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari luar negeri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit bagi tumbuh-tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali media pembawa yang tergolong benda lain; 2) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; dan 3) dilaporkan dan diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan (PP Nomor 1412002). Selain
harus memenuhi persyaratan tersebut, pemasukan tumbuhan berupa benih atau bibit hams dilengkapi dengan SIP yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian pada bulan September 2008
-
Januari 2009 dengan jadwal penelitian adalah seperti pada
Lampiran 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta tahun 2006 dan 2007, serta Laporan Tahunan Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tahun 2006 dan 2007. Metode Penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu pengumpulan data pemasukan arthropoda dan tumbuhan, pengumpulan informasi karakteristik bioiogi dan ekologi, dan kajian potensi invasif. Pengumpulan Data Pemasukan Tumbuhan dan Serangga Sumber data. Data sekunder diperoleh dari laporan operasional kegiatan karantina tumbuhan pada Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 yang terdiri dari: a. data pemasukan (impor) agens hayati jenis arthropoda dan data pemasukan tumbuhan (termasuk benih) (untuk pemasukan secara sengaja); dan b. data intersepsi OPTIOPTK jenis arthropoda dan tumbuhan (untuk pemasukan secara tidak sengaja). kategorisasi. Arthropoda yang diamati dikategorikan menjadi: a) agens hayati jenis arthropoda yang dimasukkan secara sengaja; dan b) arthropoda hasil intersepsi OPTIOPTK yang masuk secara tidak sengaja sebagai kontaminan atau arthropoda perusak yang terbawa komoditas yang diimpor. Tumbuhan yang diamati dikategorikan menjadi: a) semua jenis tanaman dan benih tanaman pangan, hortikultura (termasuk tanaman hias), dan perkebunan yang dimasukkan secara sengaja; dan b) gulma yang masuk secara tidak sengaja mengkontaminasi komoditas yang diimpor.
Pengumpulan Informasi Karakteristik Biologi dan Ekologi Setiap jenis arthropoda dan tumbuhan yang terinventarisasi kemudian dipelajari karakteristik biologi
dan
ekologinya masing-masing
melalui
penelusuran informasi dari sumber literatur b e ~ p ahuku cetak yang relevan dengan kajian potensi invasif, situs interne4 maupun artikel-artikel yang menerangkan karakter biologi masing-masing spesies. Untuk spesies arthropoda, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan adalah sebaran di habitat alaminya, kelimpahan dan tingkat perkembangan populasi di habitat alaminya, ketahanan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar, kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru, cara berkembang biak, dan keragaman genetik. Untuk spesies tumbuhan, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan adalah kesesuaian terhadap iklim, potensi sebagai gulma, tipe tumbuh, tempat tumbuh, cara berkembang biak, cara penyebaran, dan persistensi. Kajian Potensi Invasif Kajian potensi invasif arthropoda. Kajian invasif arthropoda dilakukan dengan membandingkan karakteristik biologi dan ekologi spesies arthropoda yang dikaji dengan karakteristik spesies arthropoda invasif dengan mengacu pada Warner (2002). Karakteristik arthropoda invasif tersebut adalah memiliki asosiasi yang dekat dengan manusia, tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya, memiliki kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi untuk meningkatkan populasinya, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman genetik yang tinggi. Kajian potensi invasif tumbuhan.
Kajian dilakukan dengan mengacu
pada Weed Risk Assess~nent yang ditetapkan oleh FA0 (2005) dengan menggunakan skor tertentu (Tabel 1).
Tabel 1 Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan*) No 1.
Skor**)
Faktor Risiko yang Dipertimbangkan Merupakan tumbuhan air?
3
2. Ada spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma?
2
3.
Propagul mudah disebarkan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh aktivitas manusia?
2
4.
Membentuk duri?
1
5.
Bersifat parasitik?
1
6.
Unpalatable atau bersifat racun terhadap binatang yang merumput?
1
7.
Menjadi inang bagi hama dan penyakit?
1
8.
Menyebabkan alergi atau bersifat racun terhadap manusia?
1
9.
Tumbuh memanjat atau melilit?
I
10. Memproduksi biji yang dapat tumbuh? 11. Biji dapat bertahan lebih dari 1 tahun?
12. Reproduksi ~nelaluipropagasi vegetatif? 13. Tahan terhadap kebakaran?
pemotongan,
pencangkulan,
1 atau
1
*) Sumber: F A 0 (2005)
**)Skor diberikan apabila jawaban pada kolom ( 2 ) adalah 'ya', jika faktor risiko tidak diketahui, maka diberikan skor setara denganjawaban 'ya'
Kajian potensi invasif dengan membandingkan database.
Selain
melakukan kajian potensi invasif dengan berdasarkan pada kajian terhadap karakteristik biologi dan ekologi spesies, kajian potensi invasif untuk arthropoda dan tumbuhan yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja juga dilakukan dengan mernbandingkan database IAS yang sudah ada, yaitu database Invasive and Exotic Species dan 100 of World's Worst Invasive Alien Species.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragarnan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Tahap awal penelitian dilakukan dengan menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Arthropoda yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia adalah arthropoda yang dimasukkan sebagai agens hayati. Selama 2006-2007 keragaman jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama tahun tersebut, diketahui hanya terdapat 4 jenis arthropoda agens hayati yang masuk melalui Bandara SoekarnoHatta, yaitu A~iblyseiusswirskii (Phytoseiidae), A. californiczrs (Phytoseiidae), Orius laevigatus (Anthocoridae), dan Phytoseizilus persirnilis (Phytoseiidae). Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007. Arthropoda agens hayati tersebut dimasukkan untuk tujuan penelitian. Pemasukan tersebut telah mengikuti ketentuan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 41 1/1995 dan telah mendapatkan ijin pemasukan dari Menteri Pertanian (Tabel 2). Tabel 2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007 Jenis agens hayati yang dimasukkan
Surat Ijin Pemasukan
A. wirskii, 0. laevigatus
Kepmentan Nomor 73 l/Kpts/PD.540/12/2006
A. srvirskii, A. californiczis, P. persiitiilis, 0. laevigafus
Kepmentan Nomor 733/Kpts/PD.110/12/2006
A. srrlirskii, 0. laevigafus
Kepmentan Nomor 97/Kpts/PD.540/1/2006
Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Selama tahun 2006-2007, diketahui terdapat dua jenis arthropoda yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang terbawa bibit anggrek dan Sitophilzis oryzae yang mengkontarninasi benih jagung. Di Pelabuhan Tanjung Priok beberapa jenis arthropoda diketahui menginfestasi
komoditas yang dimasukkan. Data intersepsi OPTfOPTK jenis arthropoda di Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa beberapa jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi komoditas baik yang berbentuk biji, umbi lapis, tanaman hidup, maupun tepung. Pada tahun 2006, sebanyak 14 jenis arthropoda ditemukan, yang terdiri dari ordo Coleoptera, Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili dari Ordo Coleoptera, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan Mycetophagidae serta satu famili dari Acari yaitu Ascidae (Tabel 3). Pada tahun 2007, data intersepsi menunjukkan ada 3 jenis arthropoda yang ditemukan, yaitu Tribolim castaneum, Ephestia sp., dan Blartisocius sp. (Tabel 4).
T. castanezrm dan Blattisocius sp. juga ditemukan pada tahun 2006 sehingga total jumlah jenis yang ditemukan selama 2006 dan 2007 adalah 15jenis arthropoda.
Tabel 3 Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tabun 2006*) Komoditas yang terkontaminasi
Negara asal
Frekuensi
Acarina
Benih jagung, benih kentang, bawang rnerah
Thailand, Scotlandia, Philipina, China
9
Ahasverus avena (Coleoptera; Silvanidae)
Benih ketumhar, bawang putih, beras, hawang merah
Bulgaria, China, Singapura, Thailand, Vietnam
14
Blaftisocim sp. (Acari: Ascidae)
Liliz~msp., kernel kacang tanah, bawang merah
Belanda, Thailand, China, Malaysia, Myanmar, Philipina
57
Carpophilus hemipterus (Coleoptera: Nitidulidae)
Benih jagung, kacang hijau, bawang rnerah
USA, Myanmar, Philipina, Thailand, Vietnam
31
Cheylestus sp. (Acari: Ascidae)
Kernel kacang tanah, bawang merah
Thailand, China, Malaysia, Myanmar, Philipina, Vietnam
63
Ciypfolesfesferruginezis (Coleoptera: Cucujidae)
Benih jagung, biji gandum, beras ketan
USA, Canada, Thailand
4
Henoficus califoinicus
Bawang putih, bawang merah
China, Malaysia, Myanmar, Philipina, Thailand
11
Liposcelis sp. (Psocoptem)
Bawang putih, bawang merah
China, Philipina, Thailand, Vietnam
11
Micrograniniefilifonnis
Bawang merah
Philipina
2
Necrobia rtlfpes (Coleoptera: Cleridae)
Bawang merah
Malaysia
1
Oryzaephillus surinamensis (Coleoptem: Silvanidae)
Bawang putih, beras ketan
China, Thailand, USA
12
Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)
Jagung, kernel kacang tanah, tepung gandum, hiji gandum
USA, India, Belgia, Canada
9
Tribolitim casfanezrfn (Coleoptem: Tenehrionidae)
Pati jagung, jagung, beras ketan, kernel kacang tanah, beras, tepung kedelai
USA, Vietnam, India, Australia, China, Srilanka, Taiwan, Thailand
24
Typhaea sfercoreo L. (Coleoptera: Mycetophagidae)
Bawang putih, bawang merah
China, Philipina
9
Jenis arthropoda
*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2006)
Tabel 4 Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007') Komoditas yang terkontaminasi
Negara asal
Frekuensi
Liliuin sp.
Africa Selatan
1
Ephestia sp. (Lepidoptera: Pyralidae)
Bawang merah
Philipina
1
Tribolium castanezrm (Coleootera: Tenebrionidae)
Beras, tepung kedelai
Thailand, USA
5
Jenis arthropoda Blattisocius sp. (Acari: Ascidae)
*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2007)
Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dau Pelabuhan Tanjung Priok Pemasukan tumbuhan secara sengaja terjadi melalui pemasukan komoditas tumbuhan yang merupakan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Selama tahun 2006 dan 2007, di Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5). Tumbuhan tersebut dimasukkan dalam bentuk tanaman hidup dan benih (biji) dengan tujuan untuk ditanam. Ditinjau dari keragaman jenisnya, tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta memiliki keragaman jenis
yang
lebih tinggi
dibandingkan tumbuhan yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok seiama 2006 dan 2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekarnoHatta sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis (Tabei 5).
Tabel 5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007 Kelompok tanaman
Jumlah jenis yang dimasukkan herdasarkan pintu pemasukan (jeuis) Bandara Soekamo-Hatta Pelabuhan Tanjung Priok
Tanaman hias Tanaman sayuran Tanaman buah Tanaman perkebunan Tanaman pangan
39 10 4 4 2
23
5Q
A7
14
4 3 3
Tabel 5 menunjukkan bahwa tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan. Banyaknya jenis tanaman bias yang dimasukkan dapat berpotensi invasif. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wittenberg & Cock (2001) bahwa di Amerika Utara, hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman sebagai tanaman bias. Keragaman Senis Tnmbul~anyang Masnk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Pemasukan komoditas tumbuban baik berupa benib maupun produk tumbuhan seringkali terkontaminasi oleh tumbuhan lain yang bersifat guima. Kontaminasi tersebut dideteksi ketika dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan terhadap adanya OPTK yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan tersebut. Menurut PP Nomor 14 Tahun 2002, setiap komoditas tumbuhan yang tergolong sebagai media pembawa OPTIOPTK dikenakan tindakan karantina ketika tiba di pintu pemasukan. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya OPTK seperti yang ditetapkan dalam Kepuh~sanMenteri Pertanian Nomor 3812006. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan beberapa jenis tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi. Intersepsi gulma di Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2006 dan 2007, yaitu sebanyak 4 jenis gulma dengan frekuensi masing-masing satn kali pada tahun 2006 (Lampiran 6). Gulma yang ditemukan tersebut adaiah Polygonurn convolvulzcs, Setaria sp., Setaria
viridis, dan Thlapsi arvense.
Hasil ini berbeda dengan hasil intersepsi di
Pelabuhan Tanjung Priok yang menemukan 122 jenis gulma selama tahun 2006 dan 2007 (Lampiran 7). Rendahnya keragaman jenis gulma yang ditemukan di Bandara SoekarnoHatta ini kemungkinan disebabkan oleh faktor target pemeriksaan. Pemeriksaan karantina tumbuhan di pintu pemasukan didasarkan pada target OPTK pada komoditas yang bersangkutan. Target OPTK yang dicegah tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebamya. Apabila pada komoditas yang dimasukkan terdapat target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap adanya gulma akan dilakukan, sedangkan pada komoditas yang dimasukkan tidak ada target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap gulma tidak dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya peluang lolosnya spesies asing invasif yang tidak termasuk dalam daftar OPTK di Indonesia. Tumbuhan gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung
Priok
mengkontaminasi komoditas biji-bijian, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Banyaknya gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok berkaitan dengan banyaknya komoditas biji-bijian yang dimasukkan melalui pelabuhan tersebut sehingga berisiko terkontaminasi gulma. Oleh karena itu kewaspadaan terhadap komoditas biji-bijian perlu dilakukan. Komoditas yang paling sering terkontaminasi adalah biji gandum sehingga pemeriksaan karantina tumbuhan terhadap biji gandum perlu ditingkatkan. Beberapa jenis gulma hasil intersepsi di Pelabuhan Tanjung Priok diidentifikasi hanya sampai tingkat genus, antara lain Anlsinckia sp., Atriplex spp., Brassica sp., Festuca sp., ipomoea sp., Medicago sp., Panicurri sp., Paspalurn sp., Polygonurn sp., Scirpzrs sp., Silene sp., Vicia sp., dan Viola spp. Identifikasi yang
hanya sampai tingkat genus belum cukup karena berdasarkan penelusuran pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3812006, terdapat jenis gulma OPTK A1 yang termasuk genus Amsinckia yaitu Ariisinckia calypa (Mors.) Chater (Boraginaceae). A. calypa ini digolongkan sebagai OPTK kategori A1 yang dinyatakan belum terdapat di Indoenesia dan hams dicegah introduksinya ke
dalam wilayah Indonesia sehingga intersepsi terhadap genus Amsinckia ini harus dilanjutkan sampai tingkat spesies. Potensi Invasif Arthopoda dan Tumbnhan Potensi invasif arthropoda Arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 dan 2007 merupakan agens hayati dan semuanya dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Jenis agens hayati
tersebut, yaitu A. swirskii (Phytoseiidae), A. califomiczrs (Phytoseiidae), Orius laevigatzrs (Anthocoridae), dan P. Persirnilis (Phytoseiidae) dimasukkan untuk
tujuan penelitian terhadap keefektifan arthropoda tersebut dalam mengendalikan hama-hama pada tanaman hortikultura. Ditinjau dari tujuan pemasukannya, arthropoda tersehut relatif aman dari kemungkinan invasif karena penelitian yang dilakukan masih terbatas pada area terhatas (rumah kasa) dan tidak dilepas di lapangan sehingga kecil kemungkinannya berpengaruh terhadap lingkungan luar. Namun penanganan yang intensif periu dilakukan untuk mencegah lolosnya agens hayati tersebut dari rumah kasa. Selain itu, apabila arthropoda ini ke depan akan dilepas ke lapangan untuk tujuan pengendalian hayati, pemantauan yang intensif sebaiknya dilakukan pasca pelepasan karena hasil penelitian di rumah kasa kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda di lapangan.
Menurut Wittenberg & Cock
(2001), pengalaman negara-negara maju menunjukkan beherapa kasus munculnya spesies asing invasif yang awalnya dimasukkan sebagai agens hayati namun di kemudian hari justru menimbulkan permasalahan terhadap organisme non-target dan beberapa berubah statusnya menjadi organisme pengganggu tumbuhan. A. swirskii, A. califomicus, dan P. persinzilis merupakan jenis tungau
predator.
Menurut Thacker (2002), kelompok agens hayati yang sukses
mengendalikan hama adalah kelompok tungau predator. Dengan memhandingkan database Invasive and Exotic Species dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species, arthropoda yang masuk tersebut tidak
termasuk dalam database sehingga arthropoda tersebut kecil kemungkinannya menjadi invasif.
Di antara 15 jenis arthropoda yang ditemukan di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, hanya 8 jenis yang dapat dilakukan kajian karena deskripsi taksonominya telah lengkap sarnpai tingkat spesies, yaitu: Ahasvenrs avena, Carpophilus hemiptenrs, Ciyptolestes femrgineus, Necrobia n@pes, Oiyzaephillus surinan7ensis, Sitophilus oiyzae, dan Tribolium castaneurn. Kedelapan jenis arthropoda tersebut termasuk dalam Klas Insecta yang merupakan serangga gudang dan semuanya berasal dari ordo Coleoptera. Biologi dan ekologi masing-masing serangga tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ahasverus advena (Coleoptera: Silvanidae) Serangga ini memiliki penyebaran kosmopolitan pada berbagai jenis bahan makanan, biasanya yang memiliki kondisi kelembaban tinggi atau yang terdapat pertumbuhan cendawan (Rees 1999). Serangga ini ditemukan dalam jumlah kecil bersamaan dengan serangga lainnya pada komoditas yang terserang cendawan pada kondisi yang lembab. Perkembangan A. advena memerlukan 17-23 hari pada kondisi yang sesuai (Kalshoven 1981). 2. Carpophilzis hernipterus (Coleoptera: Nitiduiidae) C. hemipterus merupakan kumbang pada buah-buahan kering dan merupakan hama kosmopolitan di gudang. Kemampuan perkembangbiakannya besar dan stadia larvanya pendek, namun dewasanya memiliki masa hidup yang panjang (Kalshoven 1981). 3. Ciyptolestesferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) Telur diletakkan di antara komoditas sebanyak lebih dari 200 butir setiap betina. Setelah instar ke empat, larva akan berpupa dalam sebuah kokon sutera. Siklus hidup C. ferrugineus memerlukan 103-17 hari pada suhu 213 8 ' ~ , kelembaban relatif 75%. Kondisi optimal adalah 3 3 ' ~ , kelembaban relatif 70%. Dalam kondisi optimal, C. ferrugineus akan memerlukan 23 hari untuk menyelesaikan siklus hidupnya. C. ferrup'netrs dapat bertahan pada kondisi dingin di daerah beriklim sedang (Rees 1996).
4. Necrobia rufipes (Coleoptera: Cleridae) N. rufipes tersebar luas di daerah tropis, sub tropis, dan temperat hangat. Hama ini merupakan hama yang umum dijurnpai pada kopra yang belum
kering (Rees 1996). Kondisi optimum untuk perkembangan N.rufipes adalah 30-34'~ dengan suhu minimum 2 2 ' ~ . Suhu di atas 40-42'~ seringkali mencegah perkembangan spesies ini.
N. rufipes memiliki penyebaran
kosmopolitan di daerah beriklim hangat dan dapat menginfestasi komoditas karena kampuannya dalam menginvasi melalui terbang dan dewasa yang merayap (FA0 2009). Dalam cuaca yang hangat, serangga ini dapat sangat aktif dan dapat menginvasi rumah, gedung perkantoran, dan kabin penyimpanan kopra pada alat angkut (Kalshoven 1981). 5. Oryzaephillus surina~nensis(Coleoptera: Silvanidae) Siklus hidup 0. srrrinanzensis memerlukan 20 hingga 80 hari pada suhu 17,537,5'C, kelembaban relatif 10-90%. Kondisi optimal untuk perkembangan adalah 30-35'~, kelembaban relatif 70-90% (Rees 1996). Dibandingkan spesies lainnya, yaitu 0. mercator, 0. surinantensis lebih toleran terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim (Howe 1956 dalain Rees 1996) dan dapat bertahan pada periode pendek pada suhu di bawah O'C. Hama ini mempakan hama sekunder yang biasa dijumpai di daerah tropis namun juga merupakan hama penting di daerah temperat dingin. Di Inggris, hama ini diketahui dapat bertahan pada kondisi dingin tanpa perlindungan (Rees 1999). 6. Sitophilus otyzae (Coleoptera: Curculionidae) S. oryzae merupakan hama primer yang merusak komoditas sereal di dunia.
Serangga dewasa S. oryzae memiliki masa hidup yang panjang yaitu beberapa bulan sampai satu tahun. Selama hidupnya, serangga betina meletakkan telur sebanyak 150 butir. Larva bersifat kanibal terhadap individu lain yang lebih kecil dan lebih lemah sehingga jarang terjadi serangga dewasa muncul dari satu biji gandum atau beras, meskipun kemungkinan dua atau tiga serangga dewasa dapat muncul dari satu biji jagung.
Perkembangan yang lengkap
memerlukan suhu antara 15 hingga 3 5 ' ~ dan memerlukan 35 hari pada kondisi optimum, yaitu 27'C, kelembaban relatif 70% (Rees 1996). 7. Tribolizmnz castaneuin (Coleoptera: Tenebrionidae)
T. castaneunl merupakan hama gudang yang umum dijumpai di daerah tropis hingga temperat hangat. T. castanezim dapat hidup beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun dalam kondisi beriklim sedang. Betina meletakkan telur 2-10 telur per hari selama hidupnya. Perkembangannya dapat sangat cepat. Siklus hidupnya dapat diselesaikan dalam 21 hari dalam kondisi 3 5 ' ~ , kelembaban relatif 75% dan kemungkinan dapat bertahan pula pada suhu 22 hingga 4 0 ' ~ . Serangga ini melakukan kanibalisme dan juga diketahui memangsa telur, larva muda, dan pupa serangga gudang lainnya. Dalam kondisi optimal, populasi T. castaneurn dapat meningkat 70-100 kaii dalam satu bulan. T. castaneum dapat terbang terutama di bawah kondisi tropis dan dapat mencari sumber makanan secara aktif tanpa bantuan manusia (Rees 1999).
T. castaneunz dapat menyerang biji-bijian, serealia, dan tepung, seperti barley, jagung, tepung jagung, tepung terigu, millet, oats, padi, rye, gandum, buahbuahan kering, biji legum, cokelat, dan komoditas lainnya. Serangga betina meletakkan telur sebanyak 300-400 butir pada tepung dan akan menetas dalam waktu 5-12 hari (Bennett 2003). 8. Typhaea stercorea L. (Coleoptera: Mycetophagidae) Hama ini ditemukan pada berbagai komoditi di seluruh dunia (Rees 1999). Hama ini merupakan hama kosmopolitan pada gudang beras dan tembakau yang kemungkinan makan cendawan dan tidak merugikan (Kalshoven 1981). Dengan membandingkan karakteristik serangga invasif seperti yang dikemukakan Worner (2002) dengan biologi dan ekologi serangga seperti yang dikemukakan di atas, maka didapatkan kesimpulan bahwa kedelapan serangga tersebut tidak berpotensi invasif (Lampiran 8).
A. advena diketahui tidak
memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan dapat bertahan pada berbagai kondisi, begitu pula dengan T. stercorea dan S. oiyzae. Sedangkan C. Iieemipterus dan C. ferrugineus dan memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi namun serangga ini tidak memiliki kemampuan bertahan pada berbagai kondisi ekstrim.
N. nlfipes diketahui memiliki kempuan menyebar yang tinggi yaitu dengan c a n dewasanya terbang dan merambat dari satu komoditi ke komoditi lainnya namun serangga ini tidak memiliki kemampuan reproduksi dan bertahan hidup pada berbagai kondisi sehingga kecil peluangnya untuk menjadi invasif. Begitu pula dengan 0. surrinamensis, spesies ini dapat bertahan pada berbagai kondisi
dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, namun spesies ini tidak memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi. Di antara kedelapan serangga tersebut, T. castanetrm diketahui memiliki kesamaan sifat dengan serangga invasif yang paling banyak di antara spesies lainnya.
Sifat tersebut yaitu kemampuannya dalam meningkatkan populasi,
kemampuan bertahan pada berbagai kondisi, dan kemampuan menyebar yang tinggi serta keragaman genetik yang tinggi.
Sifat-sifat tersebut mendukung
karakteristik serangga invasif. Namun T. castaneum saat ini telah diketahui sebagai serangga gudang yang umum dijumpai di Indonesia dan negara lainnya sehingga serangga ini tidak dianggap menimbulkan permasalahan yang berarti.
Potensi invasif tumbuhan Tumbuhan yang masuk secara sengaja sebagian besar dimasukkan sebagai tanaman hias. Sebagian besar tumbuhan yang menjadi invasif pada mulanya dimasukkan sebagai tanaman hias. Hal ini menyebabkan pemasukan tanaman hias menimbulkan risiko menjadi tumbuhan invasif sehingga perlu diwaspadi meskipun ada pula beberapa jenis tumbuhan lain seperti tanaman buah dan tanaman sayuran yang bersifat invasif. Tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif juga perlu dipertimbangkan karena jeni-jenis tumbuhan seperti ini juga memiliki potensi invasif. Tabel 6 menunjukkan beberapa jenis tumbuhan yang dimasukkan secara sengaja yang dalam satu genusnya memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif.
Penentuan ini dilakukan
dengan penelusuran terhadap database Invasive and Exotic Species dan database
100 of the World's Worst Invasive Alien Species.
Tabel 6 Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang tergolong gulmdtumbuhan invasif Nama umum
Nama ilmiah
Nama spesies dalam satu genus yang tergolong gulmdtumbuhan invasif
Impatiens
Impatiens spp.
I. glandulfera Royle
Kangkung
Ipon~oeaaquatica
I. batatas (L.) Lam., I. coccinea L., I. cordatotriloba cordatriloba Dennst., I. lacunosa L.
Euphorbia
Eziphorbia sp.
E. cyparissias L., E. dentata Michx, E. esula L., E. ~nyrsinitesL.
Lettuce
Lactuca sativa
L. salinga L., L. serriola L., L. tatarica pulchella (Purch) Breitung
Bunga matahari Helianthzrs annuzrs
H. petiolaris Nutt.
Padi
Otyza saliva
0. longistaminata A. Chev. & Roehr, 0. punctata Kotzchy ex Steud., 0. rujpogon Griffiths
Raspbeny
Rzibus sp.
R. ellipticzrs
Bayam
Amaranthzrs bbridzis
A. blitoides S. Wats., A. retrojlexus L.
Anyelir
Dianthus caryophyllus
D. barbatzrs, D. arrneria
Kalanchoe
Kalanchoe sp.
K. pinnata (Lam.) Pers.
Jenis-jenis tumbuhan pada Tabel 6 dapat dilakukan scoring berdasarkan Weed Risk Assessment.
Namun untuk melakukan ha1 tersebut, deskripsi
taksonomi dan nama ilmiab yang valid sangat diperlukan (FA0 2005). Sedangkan data pemasukan yang diperoleh tidak semuanya disertai dengan nama ilmiah yang detil sampai pada tingkat spesies sehingga menyulitkan scoring, misalnya Aglonenza sp., Anfhzlrizrnz sp., Cattleya sp., Vanda sp., Dendrobizrm sp., dan lain-lain. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dilakukan scoring adalah seperti pada Tabel 7. Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa beberapa spesies tumbuhan yang memiliki potensi invasif ditinjau dari karakteristik biologi dan ekologinya, yaitu habitat, keberadaan spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma, kemudahan propagul disebarkan, pembentukan duri, sifat parasitik, sifat tidak enak dan beracun bagi binatang yang merumput, peranan sebagai inang bagi hama dan
penyakit, kemampuan menyebabkan alergi dan beracun terhadap manusia, cara tumbuh, cara memperbanyak diri (propagasi dengan biji atau secara vegetatif), dan daya tahan terhadap pemotongan, pencangkulan, atau pembakaran. Hasil scoring menunjukkan bahwa beberapa jenis tumbuhan memiliki nilai skor yang melebihi angka 6. Potensi invasif ditentukan dengan jumlah skor yang melebihi 6. Menurut FA0 (2005), angka 6 merupakan skor kritis dimana tumbuhan yang memilih skor lebih dari enam hams diwaspadai pemasukannya. Namun tumbuhan yang memiliki skor di atas 6 tersebut rata-rata merupakan tanaman yang dibudidayakan, bahkan memiliki ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi manusia. Di Indonesia, kangkung dan bayam diketahui merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi banyak masyarakat Indonesia. Sedangkan padi merupakan tanaman pangan yang merupakan sumber bahan makanan pokok bagi manusia. Seledri diketahui sebagai tanaman sayuran yang digunakan sebagai pelengkap makanan. Bunga matahari selain digunakan sebagai tanaman hias juga dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan. Sedangkan anyelir merupakan tanaman hias yang menghasilkan bunga potong yang berekonomi tinggi. Tabel 7 Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja Nama umum
Nama ilmiah
Nilai skor
Kangkung
Ipomoea aquatica
9
Bayam
Amaranthus hybridus
8
Anyelir
Dianthus caryophyllus
Seledri
Apium graveolens
Bunga matahari
Helianthus annuus
Padi
Oryza sativa
Strawberry
Fragaria x ananasa
8
Lettuce
Lactuca sativa
7
Kol
Brassica oleracea
7
Kubis
Brassica oleracea var. capitata
7
Tabel 8 Gulma yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 dan masuk dalam database Invasive and Exotic Weeds Jenis gulma
Amaranthus retrofixus Anlbrossia arten~isiifolia Ambrossia triJida Avena fatua Avena sterilis Bronius sterilis Bronlus tectorurn Capsella bzrrsapastoris Chenopodium album Coniurn maculatum Convolvult~sarvensis Crepis capilaris Dianthus armeria Echonichloa crusgalli Echizmi vulgare Ipomoea lacunose Lactuca searicola Lolitrrn perenne Medicago sp. Panicun~miliaceum Paspalztrrz notatum Polygonuir~convolvulus Polygonurn persicaria Portulaca oleraceae Run1e.x acetocella Rumex crispzts Setaria verticillata Setaria viridis Silene noctiflora Sonchus asper Shorgurn halepense Thlaspi arvense Trofoliumpretense Verbascumthapsus
Komoditas yang terkontaminasi Benih ketumbar, beras, biji gandum, tepung kedelai Biji gandum Kedelai, biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, beras ketan, biji gandum Bij i gandum Biji gandum Biji gandum, beras ketan, beras Biji gandum Beras ketan, kedelai Biji gandum Benih ketumbar, beras, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, kedelai, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum, Rumex crispus Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Kedelai Benih gandum Kedelai Biji gandum
Tumbuhan yang dimasukkan untuk dibudidayakan dan dipanen hasilnya akan relatif kecil risiko invasifnya, karena mereka dimasukkan dan kemudian ditanam pada lahan tertentu (lahan buatan) untuk dimanfaatkan hasilnya sehingga tidak tumbuh di tempat yang liar yang dapat mengganggu ekosistem alami. Weber (2005) mengungkapkan bahwa agroekosistem merupakan lahan buatan, ekosistemnya sederhana dengan habitat yang rendah jumlah spesiesnya, lingkungan homogen, dan gangguan lingkungan yang dapat diprediksi. Sebaliknya, habitat alami kebanyakan memiliki jumlah spesies yang banyak, lingkungan heterogen dan seringkali tidak dapat diprediksi. Beberapa gulma yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok diketahui merupakan jenis gulma invasif menurut database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species (Tabel 8). Berdasarkan Tabel 8 tersebut tampak bahwa sebanyak 34 jenis gulma yang ada dalam database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan secara sengaja. Frekuensi temuan paling banyak pada tahun 2006 yaitu Loliu~n perenne, sedangkan pada tahun 2007, frekuensi temuan paling tinggi pada Atnaranthus retrojlexus. Dengan ditemukannya beberapa jenis tumbuhan gulma yang termasuk dalam database IAS dunia tersebut maka kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gulma tersebut perlu ditingkatkan. Potensi pemasukan spesies invasif dan hubungannya dengan peraturan perundang-nndangan di Indonesia Setiap arthropoda yang tergolong agens hayati dan tumbuhan yang tergolong media pembawa OPT yang dimasukkan ke wilayah Indonesia dikenakan tindakan karantina tumbuhan. Untuk arthropoda agens hayati, pemasukannya harus disertai dengan ijin pemasukan dari Menteri Pertanian. Jenis tumbuhan yang dimasukkan dalam bentuk benih juga harus mendapatkan ijin pemasukan yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian berupa Surat Ijin Pemasukan (SIP). Dalam menerbitkan surat ijin tersebut, Menteri Pertanian mendapatkan
rekomendasi dari hasil kajian Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan dari eselon I terkait, salah satunya Badan Karantina Pertanian. Analisis risiko yang dilakukan terhadap tumbuhan yang akan dimasukkan tidak cukup hanya berdasarkan pada risiko introduksi OPTK, karena tumbuhan yang dimasukkan juga memiliki risiko menjadi invasif. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko masuknya spesies asing invasif ke wilayah Indonesia, kajian terhadap potensi invasif organisme yang masuk perlu dilakukan. Peraturan perundang-undangan karantina tumbuhan saat ini terbatas pada pencegahan introduksi OPTK. Peraturan perundang-undangan untuk mencegah introduksi spesies asing invasif sebenarnya telah ada, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati).
Metode scoring dalam menentukan potensi invasif sesuai dengan Procedures of Weed Risk Assessnient (FA0 2005) mungkin belum cukup untuk
melakukan kajian terhadap potensi invasif. Hasil scoring pada penelitian ini menunjukkan banyak tumbuhan yang dibudidayakan di Indonesia menghasilkan skor hitis, artinya metode ini mungkin kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Metode scoring dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang
sesuai dengan kondisi Indonesia sendiri perlu ditetapkan. Ditinjau dari risiko OPTK, di antara jenis tumbuhan gulma yang ditemukan, terdapat satu jenis gulma yang termasuk dalam daftar OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. Jenis gulma tersebut adalah Bromus tectoruln L. (famili Poaceae). B. tectonmz merupakan gulma dari Famili Poaceae yang berasal dari Mediteranian. Selain sifat kegulmaannya, spesies ini juga diketahui dapat menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan yaitu Melanoplus bivittatzis, Pseudo~nonassyringae pv. atropurpzirea, dan Puccinia coronata. Gulma ini
diketahui mengkontaminasi biji gandum yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007.
Selain B. teetorurn, salah satu jenis gulma yang perlu diwaspadai pemasukannya adalah Amsinckia sp. yang juga ditemukan beberapa kali mengkontaminasi biji gandum yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Amsinckia sp. perlu diwaspadai karena salah satu spesies dalam genus Amsinckia ini, yaitu A~nsinckia calypa (Mots.) Chater. (famili Boraginaceae) yang berasal dari Amerika dikategorikan sebagai OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3812006. Kewaspadaan yang perlu dilakukan oleh petugas karantina tumbuhan adalah dengan meningkatkan ketelitian identifikasi gulma yang mengkontaminasi. Identifikasi Amsinckia ini sebaiknya dilakukan tidak hanya sampai tingkat genus namun juga sampai tingkat spesies.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Arthopoda dan tumbuhan yang dimasuMcan secara sengaja di Bandara Soekamo-Hatta memiliki keragaman jenis yang lebih tinggi dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok. Ditinjau dari jenisnya, arthropoda yang dimasukkan berupa agens hayati sedangkan tumbuhan yang dimasukkan meliputi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman pangan, dan tanaman perkebunan. Sebagian besar tumbuhan yang dimasukkan tersebut berupa tanaman hias. Beberapa jenis tumbuhan budidaya diketahui berpotensi invasif berdasarkan karakteristiknya, yaitu kangkung, bayam, seledri, anyelir, bunga matahari, padi, strawberry, kol, kubis. Namun karena tumbuh-tumhuhan tersebut merupakan tanaman yang dibudadayakan dan diambil manfaatnya di Indonesia, maka kecil kemungkinan untuk menjadi invasif di lingkungan. Arthropoda yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok tidak berpotensi invasif. Sebagian besar arthropoda yang masuk secara tidak sengaja tersebut merupakan serangga gudang yang sudah ada di Indonesia. Beberapa jenis lainnya baru diidentifikasi sampai tingkat genus, misalnya Blatiisocius sp. dan Cheylestus sp. namun spesies ini cenderung tidak merugikan. pemeriksaan yang lebih intensif sebaiknya dilakukan. Tumbuhan yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok diantaranya merupakan jenis-jenis yang termasuk dalam database
Invasive and Exotic Weeds dan I00 of the World's Worst Invasive Alien Species, yaitu Arr~aranth~is retrojlexus, Anzbrossia arterr~isiifolia,A. trifda, Avena fatua,
Avena
sterilis,
Bronzus sterilis, B.
tectorum,
Capsella bzirsapastoris,
Chenopodiurn albuin, Conium maczrlaturrz, Convolvzilzis arvensis, Crepis capilaris, Dianthtls anneria, Echinochloa crusgalli, Echium vtrlgare, Iporr~oealacunosa, Lactzrca searicola, Loliurrz perenne, Medicago sp., Panicurn rniliacezrrr~,Paspalurrz n o t a t ~ ~ Polygonurn n~, convolvulzrs, Polygonum persicaria, Portulaca oleraceae, Rurnex acetocella, Rzrmex crispus, Setaria verticillata, Setaria viridis, Silene noctijlora, Sonchzis asper, S h o r p n halepense, Thlaspi awense, Trofoliun~
pratense, dan Verbascunz thapsus. Salah satu dari gulma tersebut yaitu B. tectorzrm termasuk dalam daftar OPTK Kategori A l . Saran Kewaspadaan terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk sangat perlu dilakukan. Identifikasi terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk baik secara sengaja maupun tidak sengaja sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan detil sampai pada tingkat spesies. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk melihat kemampuan organisme yang masuk tersebpt menjadi invasif dengan tidak hanya mempertimbangkan karakteristik organisme namun juga faktor lingkungan dan ekonomi. Selain itu, penentuan potensi invasif dapat dilakukan dengan metode lain yang kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA [BBKT Tanjung Priok] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta. [BBKT Tanjung Priok] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta. Bennet SM. 2003. Flour Beetles (Triboliuin spp.). piedpiper.co.uklth7a.htm [28 Desember 20071.
htt~://www.the-
[BKT Kelas I Soekarno-Hatta] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I SoekarnoHatta. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta. [BKT Kelas I Soekarno-Hatta] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I SoekarnoHatta. 2006. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta. Cock M. 2001. Problems caused by water hyacinth as an invasive alien species. Di dalam: Wittenberg R, Cock MJW, editor. Invasive Alien Species: A Toolkit of Best Prevention and Management Practices. Wallingford: CAB International. Hlm 171. [CBD] Convention on Biological Diversity. 2005. Handbook of the Convention on Biological Diversity. Canada: CBD [CBD] Convention on Biological Diversity. 2007. What are Invasive Alien Species? Convention on Biological Diversity. htt~://www.cbd.int~invasive/WhatareLAS.sl [3 1 Desember 20081 [DEWHA] Department of the Environment, Water, Heritage and the Arts. 2008. Invasive Species. Australian Government. h t t ~ : / / w w w . e n v i r o n m e n t . ~ v . a u / b i o d i v e r s i ~[28 l April 20081 Ebbels DL. 2003. Principles of Plant Health and Quarantine. Wallingford: CAB1 Publishing. [FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. Procedures for weed risk assessment. Rorna: FAO.
2005.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2009. A field guide to the types of insects and mites infesting cured fish. FAO. httu://www.fao.ore/docre~/OO3/TO146E/TO146E03.htm[I1 Febmari 20091 Frank H. 2002. Pathways of Arrival. Di dalam: Hallman Gharles PS, editor. Invasive Arthropods in Agriculture, Problelns and Solutions. Enfiled: Science Publisher. hlm 119-137.
[GISP] The Global Invasive Species Programme. 2003. Invasive alien species a growing global threat. The Global Invasive Species Programme. http://www.~isp.orrr/ecolopy/threat.asp [2 April 20081 [GISP] The Global Invasive Species Programme. 2003. Ecology and manaEement of Invasive Alien Soecies. the threat of biolozical invasion. The Global Invasive Species Programme. http://www.aisp.orrr/ecolom/threat.asp [2 April 20081
-
-
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan P.A. van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve; 1981. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultzlurgewassen in Indonesie. Lopian R. 2005. The International Plant Protection Convention and Invasive Alien Species. Di dalam: Hedley B., editor. Identrfcafion of Risks and Management of Invasive Alien Species Using the IPPC Franle~vork. Proceeding of a FA0 workshop in Braunchweig, Germany. Rome: http://www.fao.orrr/docrep/008/y5968e/y5968e05.htm [I0 April 20081 WISIC] National Invasive Species Information Center. 2006. Invasive Plants and Agriculture. University of Arizona Office of Arid Lands Studies. htt~://alic.arid.arizona.edu/invasive/sub3/2.shtm [I 8 September 20081 Rees, D. P. 1996. Coleoptera. Di dalam: Subramanyam B., Hagstrum DW., editor. Integrated Management of Insects in Stored Prodz~cts. New York: Marcel Dekker. Inc. hlm 1-39 [RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Jakarta: RI. [RI] Presiden Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tentang Karantina Tumbuhan. Jakarta: RI. [TAES] Texas Agrilife Extension Services. 2008. Aquaplant. Water Hyacinth. http://aquaplant.tamu.edu/databaselfloatin plants/water hyacinth.htm [29 Oktober 20081 Thacker, J. R. M. 2002. An introduction to arthropods pest control. Cambridge: Cambridge University Press. Tjitrosoedirdjo SS. 2005. Inventory of the invasive alien plant species in Indonesia. Bogor: BIOTROPIA. No.25,60-73. Tjitrosoedirdjo SS. 2007. Notes on the profile of Indonesian invasive alien plant species. Bogor: BIOTROPIA. No.l,62-68.
Triwahyono Y. 2006. Pembangunan Karantina Pertanian di Indonesia. Jakarta: Badan Karantina Pertanian. [USDA] United States Department of Agriculture. 2008. National Invasive Species Information Center. Aquatic Species. h~:Nwww.invasivespeciesinfo.eov/aquatics/waterhyacinth.sh~l [29 Oktober 20081 Weber E, 2003. Invasive Plant Species of the World, A Reference Guide to Environmental Weeds. Zurich: CAB1 Pusblishing. Wittenberg R, Cock MJW, editor. 2001. Invasive Alien Species: A Toolkir of Best Prevention and Management Practices. Wallingford: CAB International. Womer SP. 2002. Predicting the invasive potential of exotic insects. Di dalam: Hallman Gharles PS, editor. Invasive Arthropods in Agriculture, Problems and Solutions. Enfiled: Science Publisher. hlm 119-137.
Lampiran 2 Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekamo-Hatta pada tahun 2006*) Jenis komoditas Tanaman hias Adenium Aglonema sp. Anthurium Bibit Anggrek Bulan Bibit Anggrek Cattleya, Cymbidium, Dendrodium Bibit Anggrek Dendrodium Bibit Anggrek Paphiopedium Bibit Anggrek Phalaenopsis
Volume Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Botol Batang Batang Kg Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Kg Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Kg Kg Kg
Bibit Anggrek Vanda Bibit Anyelir Bihit Calla lily Bibit Chinese Parasol Tree Bibit Cycas Bibit Euphorhia Bibit Euphorhia & Aglonema Bibit Eustoma Bibit Gerbera Bibit impatiens & Fuchsia Bibit Krisan Bibit lilium Bibit Kamboja Bibit Philodendron Bibit Schejflera actinophylla Anggrek Tanaman hias Bibit kalanchoe Bibit Limonium Bibit Lisianthus Bibit Agapanthus Bihit Agapanthus dl1 Benih wasabi Rumput Benih rumput Tanaman sayuran Benih Brussel sprouts Benih buncis Benih bunga kol Benih cabai Benih cabai paprika Benih paprika & tomat Benih chicory Bibit Ketimun Benih kubis Benih labu Benih tomat
698 1050 40 0,78 200 1,09 22 100 1043,7 347,90 1565
Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg
Lampiran 2 (lanjutan) Jenis komoditas Tanaman buah Benih semangka Bihit Raspberry Bibit Strawberry
Tanaman perkebunan Bibit Jati Putih Benih tembakau Tanaman Pangan Bibit jagung Benih padi
*) Diolah dari Barantan (2006)
Volume
Satuan
1320 24000 152285 1597,5
Kg Batang Batang Kg
6 19,12
Botol Kg
Lampiran 3 Tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia yang dikategorikan sebagai media pembawa OPTK melalui Bandara Soekarno-Hatta tahun 2007*) Jenis komoditas Tanaman hias Adenium Aglonerna sp. Anthurium
Bibit Anggrek Bulan
Volume
Satuan
1360 1300 710 6587 37000 37800 200
Batang Kg Batang Batang Batang Batang Kemasan Kg Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Kg Batang Batang Batang Kg Batang Batang Kg Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Kg Batang Kg
400 63800 2
Kg Batang Kg
Bibit Anggrek Dendrodium Bibit Anggrek Dendrobium, Mokara Bibit Anggrek Dendrobium & Vanda Bibit Anggrek Dendrobium & Cattleya Bibit Anggrek Phalaenopsis Bibit Anggrek Vanda, Oncidium, Cattleya, dll. Bibit Anggrek Oncidium & Cattleya Bibit Euphorbia Bibit Adenium & Euphorbia Bibit Encephalartos Bibit Krisan Bibit lilium Bibit Philodendron Bibit Philodendron & Cardulovica Bibit Anthurium & Philodendron & Ornamental Plants Bibit Aglonema & Anthurium Bibit Adenium, Aglonema, & Anthurium Bibit Anthurium & Adenium Bibit Anthurium & Philodendron Bibit Anthurium, jambu bdi, rambutan, mangga Bibit Anthurium, Sanseveria Bibit Lisianthus Benih wasabi Bibit Begonia & Impatiens Benih rumput Tanaman sayuran Benih tomat Tanaman buah Benih semangka Bibit Strawberry Benih melon, tomat, dll.
Lampiran 3 (lanjutan) Jenis komoditas Tanaman perkebunan Bibit kelapa sawit Bibit Jati
Bibit Jati Putih Tanaman Pangan Bibit jagung
*) Diolah dari Barantan (2006 & 2007)
Volume
4559 86 7056 1176 3528 1176
Satuan
Kg Kg Batang Kemasan Batang Kemasan
Lampiran 4 Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006*) Jenis komoditas Tanaman hias Adenium Benih bunga matahari Bibit anggrek Bibit cemara Bibit lilium Bibit palem Bibit palem phoenix Bibit palem raphis Bibit Tanaman hias Benih rumput Benih mucuna Benih tanaman penutup Bibit walisongo Tanaman sayuran Benih bayam Benih cabai Benih cabai paprika Benih kangkung Bibit kentang Benih ketimun & kangkung Benih kubis & cabai Benih lettuce Benih lobak Brassica Benih sayuran (campuran) Tanaman buah Benih semangka Bibit kelengkeng Bibitjeruk Pohon jeruk Tanaman perkehunan Benih ketumbar Tanaman pangan Bibitjagung Benih padi Bibit kedelai *) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2006)
Volume
Satuan Batang Kg Kg Kg M3 Kg Batang Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Batang
Lampiran 5 Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007*) Jenis komoditas Tanaman hiss Adenium
Anthurium Araucaria Benih bunga matahari Bibit anggrek Palem Anggrek Norfox Bibit Tanaman hias Tanaman hias Benih tanaman penutup Mucuna bractea Mzrcuno indica Bibit Philodendron Plumeria Pochipodium Przrreria javanica Raphis exelsa Zamia culkas
Volume
Satuan
67220 2603 2103 500 7843446 5590 149 73850 200000 243283 4700 91000 1300 150 3600 1000 300 157700 12000 4500
Batang Kg Batang Batang Kg Kg Batang Batang Batang Kg Batang Kg Kg Kg Batang Batang Batang Kg Batang Batang
27460
Batang
Tanaman sayuran Benih bayam Benih bawang merah Benih cabai Benih kangkung Bibit kentang Benih labu Benih longbean Benih seledri Benih sayuran (campuran) Tanaman buah Kumquat Tanaman perkebunan Benih sesame Benih jathropa Tansman pangan Bibit jagung Benih padi
*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2007)
Lampiran 6 Tumbuhan yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta selama 2006 dan 2007*)
Jenis tumbuhan Polygonzrrn convolvulus Setaria sp. Setaria viridis filapsi arvense
Komoditas yang terkontaminasi Gandum biji Gandum biji Gandum biji Gandum biji
*) Sumber: BKT Soekarno-Hatta (2006 & 2007)
Frekuensi total 2006 2007 1 0 1 0 1 0 1 0
Lampiran 7 Tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui hasil intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007*)
Komoditas yang terkontaminasi Aeschyno~nenevirginica Benih gandum Ageratum conizoides Benih gandum Atnaranthus retrojlexus Benih ketumbar, beras, biji gandum, tepung kedelai Anzaranthus spinosus Beras, biji gandum, benih ketumbar Anibrossia aptera Biji gandum Atnbrossia arte~nisiifolia Biji gandum Ambrossia triJida Kedelai, biji gandum A~nsinckiasp. Biji gandum Anthemis cotzrla Biji gandum Atriplex pattila Biji gandum Atripla spp. Biji gandum Avena fatua Biji gandum Avena sativa Benih ketumbar, beras, biji gandum Avena sterilis Benih ketumbar, biji gandum Boreria alba Biji gandum, beras ketan Brachiaria decumbens Biji gandum Brassica campestris Benih ketumbar, biji gandum Brassica nigra Biji gandum Brassica sp. Biji gandum Bromzrs mollis Benih ketumbar, biji gandum Bromtrs srerilis Bij i gandum Bromus tectorum Biji gandum Camelia sativa Biji gandum Cantazrrea depressa Bij i gandum Capsella bursapastoris Bij i gandum Carex longibrachiata Biji gandum Biji gandum Cassia occidentalis Celosia argentea Biji gandum Centaurea militensis Biji gandum Ce~ztaureadepressa Biji gandum Centrosomapubescens Biji gandum Chenopodizinr aZbut,r Biji gandum Chro~~~olaena odorata Biji gandum Cleome spinosa Wijen Cotn~nelinacrispa Wijen Conitrnz tnaculatu~~ Biji gandum Convolvzrlus arvensis Benih ketumbar, beras ketan, biji gandum Convolmulus sepiunt Biji gandum Crepis capilaris Biji gandum Jenis tumbuhan
Frekuensi total 2006 2007 0 1
Lampiran 7 (lanjutan) Jenis tumbuhan
Crotalaria striata Cuscuta ephythynzurr~ Dianthus arineria Echinochloa colona Echonichloa crusgalli Echium vulgare Ernex spinosa Eragrostis capillaris Eupatorium pei$oliata Eucalypttrs pellita Fagopyrzrm escalenttrm Festuca sp. Galasia regularis Galium boreale Galiun~lafifolium Galium trij?da Grindelia sqtraniosa Hackelochloa granularis Helianthus annuus Helianthus ciliaris Hordem murinuin Hypochaeris radicrrlata Hyptis capitata Ipomoea hederecea Ipornoea laczrnosa Iponzoea hiloba Ipomoea sp. Kochia scoparia Lactuca searicola Linuni ~rsitassii~itrm Lithospernurn awense Lolium perenne Malva parvijlora Medicago sp. Mentha palegium Panicrtnz capillare Panicuiri fascicztlatuin Paniczrm miliacetrm Paniczrm texanurn
Kontaminasi pada Beras ketan, beras, tepung kedelai Biji gandum Biji gandum Beras, beras ketan, biji gandum Biji gandum, beras ketan, beras Biji gandum Biji gandum B ij i gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, biji gandum Biji gandum Bij i gandum Biji gandum Bij i gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Beras ketan, kedelai Beras Bij i gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, beras, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum
Frekuensi total 2006 2007 10 24
Lampiran 7 (lanjutan) Jenis tumbuhau
Kontaminasi pada
Panicunt sp. Papaper rhoeas Paspalum dilataluin Paspalum leave Paspalztm notatum Paspaluttz sp. Phalaris minor Polygonum aviculare Polygonum convolvuIus
Biji gandum Biji gandum Biji gandum Beras, beras ketan, Bij i gandum Biji gandum Bij i gandum Biji gandum Benih ketumbar, kedelai, biji gandum Bij i gandum Biji gandum
Polygonurn lapathifoliuttz Polygonztm pensylvanicum Polygonztriz sp. Polygonlrm persicaria Portulaca oleraceae Reseda lutea Rurnex acetocella Runzex crispus Rurnex obtisifolius Salvia lanceafolia Scirpus smithii Scirpzls sp. Sesbania nzacrocarpha Setaria lutescens Setaria verticillata Setaria viridis Sida spinosa Silene gallica Silene noctgora Silene sp. Sisyn~briunzoflcinale Sonchus asper Shorgunz halepense Shorgum vztlgare Stellaria tnedia Thlaspi arvense Toritis nodosa Tribulzis terratis Trifolium arvense Trofoliumpratense
Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum, Rzrrizex crispus Biji gandum Bij i gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Beras ketan Biji gandum Biji gandum Biji gandum kedelai Bij i gandum Biji gandum Biji gandum Bij i gandum Biji gandum Kedelai Biji gandum Biji gandum Benih gandum Biji gand~tm Biii gandum ~enik~andum Kedelai
Frekuensi total 2006 2007 4 0 0 0 0 1 3 5 21
1 0
Lampiran 7 (lanjutan) Jenis tumbuhan
Trifoliutn striaturn Verbascuni thapsus Vicia letrasperrnu Vicia sp. Viola spp.
Kontaminasi pada
Bij i gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum
9 Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2006; 2007)
Frekuensi total 2006 2007
0 0 2 0 0
4 2 1 1 1
Lampiran 8 Matriks perbandingan karakteristik serangga invasif menurut Warner (2002) dan sifat-sifat biologi ekologi arthropoda Sifat serangga Karakteristik serangga invasif
Silophil~~s T,ibo[i~ni~ Typhaea casfanemn sfercorea ory:ae
ilhasverlrs adveno
Carpophihls hetnipterrrs
Cryptolesles ferrrrginelrs
ivecrobia rllfipe.9
Oty:aephil~ts ssrrinan~ensis
Melniliki asosiasi yg dekat dengan rnanusia
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya
Tidak diketallui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Me~nilikikelimpahan yg tinggi di habitat alaminya
Tidak diketallui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Melniliki kemampuan tinggi untuk meningkatkan populasinya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Bertahan pada berbagai kondisi
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kemampuan menyebar yg tinggi
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan baru
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Bereproduksi secara uniparental
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Memiliki keragaman genetik yg tinggi
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Lampiran 9 Contoh scoring untuk ipo~noeaaquaiica Faktor yang Diperthbangkan Mempakan tumbuhan air?
Skor*)
Skor
Ket
Ref
3
3
Habitat: akuatik
Ada spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma? -
2
2
I. aqualica dilaporkan invasif dan termasuk dalan daftar Invasive & Exotic Weed
Pasific Island Ecosystems at Risk (PIER) GISP; invasive.org
Propagul - mudah disebarkan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh aktivitas manusia? Membentuk duri? Bersifat parasitik? Unpalatable atau bersifat r a c h terhadap binatang yang merumput? Menjadi inang bagi hama dan penyakit? Menvebabkan alergi atau bersifat racun terhadap manusia? Tumbuh memanjat atau melilit? Memproduksi biji yang dapat tumbuh?
2
2
1 1 1
0 0
1
0
1
0
1
0
Tumbuh merambat
PIER 2007
1
1
Membentuk 1-4 biji benvarna keabuan
PIER 2007
Benih dapat secara langsung ditumbuhkan di tanah (Palada & Crossman 1999).
Hanvood & Sytsma 2003.
Dapat berakar melalui mas-mas tanaman dan bagian-bagian tananan.
PIER 2007
Reproduksi melalui fiagmentasi vegetatif.
(Patnaik 1976; Edie and Ho 1969; Schartz and Schmitz 1990)
Cabang dengan akar pada setiap mas tumbuh menjadi tanaman baru ketika terpisah dan terbawa air, binatang,
(Patnaik 1976)
A
<
-
Biji dapat bertahan lebih dari 1 tahun? Reproduksi melalui propagasi vegetatif?
1
0
1
1
dan manusia, dan dapat dengan mudah muncul di tempat yang baru Tahan terhadap pemotongan, pencangkulan, atau kebakaran?
1
0
0