DESKRIPSI KEMANDIRIAN ANAK BUNGSU DI KELOMPOK B PAUD PERMATASARI KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Maryam Akili Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Dajani Suleman, Halim K. Malik ABSTRAK Maryam Akili. 2015. “Deskripsi Kemandirian Anak Bungsu di Kelompok B Paud Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dra. Dajani Suleman, M.Hum, dan Pembimbing II, Halim K. Malik, S.Pd, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini: Bagaimanakah kemandirian anak bungsu di Kelompok B Paud Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo?. Tujuan dalam penelitian ini adalah Mendeskripsikan tentang kemandirian anak bungsu di Kelompok B Paud Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif serta teknik pengumpulan data adalah Observasi, Wawancara dan studi dokumen data dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Kemandirian anak bungsu di Kelompok B Paud Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo dapat dideskripsikan melalui enam ciri kemandirian anak bungsu: berani memutuskan dan menentukan pilihannya, bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya, percaya diri, mengarahkan dan mengembangkan diri, kreatif dan inovatif dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Deskripsi kemandirian anak bungsu di Paud Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo belum maksimal. Kata Kunci: Kemandirian Anak Bungsu
Maryam Akili, Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Dajani Suleman, M.Hum, Dosen Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Halim K. Malik, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo
Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu anak berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Menurut Mustafa (2008: 75) kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekwensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak muncul ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan, dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekwensi-konsekwensi tertentu yang lebih serius. Pada kemandirian belajar pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya persepsi pada urutan kelahiran, posisi urutan kelahiran sangat berpengaruh pada kemandirian anak tersebut, seperti pada Vitamind (2003: 45) tentang urutan kelahiran (birth order), bahwa anak tertua dengan posisi bertahan, dan mereka cenderung bersikap ngebos, pencari kesalahan dan sangat berhati-hati agar mereka sendiri jangan sampai melakukan kesalahan. anak nomor dua dan seterusnya yaitu biasanya mereka orang yang lembut, tahan banting serta bersahabat. sedangkan anak bungsu tipe anak yang mudah bosan, mereka sangat takut tidak diterima dalam suatu lingkungan dan cenderung menginginkan semua perhatian tertuju pada dirinya. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kemandirian anak bungsu. Tujuan dari pembentukan kemandirian anak, dilakukan sedini mungkin untuk pembentukan kepercayaan dirinya di dalam menemukan hal-hal yang baru agar di masa depannya nanti anak tidak canggung berkarya. Berdasarkan
observasi di Paud Permatasari kelompok B Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, dengan jumlah keseluruhan kelompok B 23 anak, dan yang merupakan anak bungsu terdiri dari 8 anak. Ketika proses belajar mengajar berlangsung apabila anak tidak mengetahui cara membuat tugas, anak tersebut masih dibantu oleh orang tuanya dalam menggambar atau menulis huruf-huruf yang belum diketahui oleh anak-anak. Selain itu, pada jam istirahat anak-anak masih sering disuap untuk makan. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah kemandirian anak bungsu di Kelompok B PAUD Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: Mendeskripsikan tentang kemandirian anak bungsu di Kelompok B PAUD Permatasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Dan adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah: secara teoritis untuk menambah wawasan pengetahuan dalam mewujudkan kinerja guru pada pendidikan anak usia dini. Dan secara praktis meningkatkan kemandirian bagi anak usia dini khususnya anak bungsu, sebagai pembelajaran bagi guru dalam meningkatkan kemandirian anak bungsu, dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan kemandirian anak bungsu. 1. Pengertian Kemandirian Mandiri merupakan suatu keinginan di dalam bertindak melakukan sesuatu, yang berguna untuk menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Antonius, (2002: 145) menurutnya Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya. Oleh karena itu setiap orang melakukan segala sesuatunya secara sendiri tanpa paksaan demi untuk mensejahterakan hidupnya. Pada anak usia dini, sikap mandiri sangat terlihat jelas pada saat anak tersebut melakukan segala sesuatunya dengan sendiri tanpa ada bantuan dari temannya. Meskipun suatu kemandirian pada anak terlihat seperti anak tersebut
kurang besosialisasi dengan temannya, akan tetapi kemandirian tersebut dapat mendorong anak untuk tidak meminta-minta bantuan kepada temannya. Menurut Mustafa (2008: 75) kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekwensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak mewujud ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekwensi-konsekwensi tertentu. 2. Ciri-ciri Kemandirian Tim Pustaka Familia (2006: 45) memberikan beberapa ciri khas anak mandiri, yaitu: (1) mempunyai kecenderungan memecahkan masalah dari pada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat masalah; (2) tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik-buruknya; (3) percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau minta bantuan, dan (4) mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya. 3. Faktor yang Mendorong Tumbuhnya Kemandirian Anak Kemandirian sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam riset terbaru mengenai perkembangan kepercayaan diri dan kepercayaan antara anak dengan orang tua ditemukan bahwa jika anak merasa aman, maka anak akan lebih mau melakukan penjelajahan sendiri, lebih mampu mengelola stress, mempelajari ketrampilan baru, dan berhubungan dengan orang lain serta memiliki kepercayaan lebih bahwa mereka cukup kompeten untuk menghadapi lingkungan yang baru. Untuk mendorong pertumbuhan dan kemandirian anak, Tracy dan Melinda dalam bukunya “Secrets of the Baby Whisperer for Toddlersa” memperkenalkan konsep baru yang disebut dengan HELP (Hold your self back, Encourage exploration, Limit, and Praise).
4. Kemandirian Belajar Anak Para ahli Psikologi memberikan pengertian kemandirian belajar yang beragam dan cenderung berubah-ubah sesuai dengan teori yang digunakannya. Knain dan Turmo (2000) mengatakan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses yang dinamis dalam membangun pengetahuan, ketrampilan, dan sikap saat anak mempelajari konteks yang spesifik. Karena itu anak perlu memiliki berbagai strategi belajar, pengalaman menerapkannya dalam berbagai situasi, dan mampu merefleksi secara efektif. Sementara Wolters, Pintrich dan Karabenick (2003) mengemukakan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses konstruktif dan aktif anak dalam menentukan tujuan dalam belajar, dan mencoba untuk memonitor, mengatur, dan mengendalikan kognisi, motivasi, dan perilaku dengan dibimbing dan dibatasi oleh tujuan dan karakteristik kontekstual dalam lingkungan. 5. Pengertian Anak Bungsu Menurut Vitamind (2003: 82), Bungsu adalah anak yang lucu dan mudah menarik perhatian orang lain, di mana mereka sering menjadi maskot keluarga dan cenderung ramah. Namun dibalik itu, anak bungsu sering diremehkan sehingga sering menjadi pemberontak yang emosional, ceroboh, dan tidak sabaran. Dalam banyak hal dalam keluarga, mereka selalu menjadi yang diterakhirkan. Bungsu sering dibayangi oleh keberhasilan kakak-kakaknya, “Hidup tidak terletakkan berada di dalam bayangan kuat dari mereka yang lahir sebelumnya,” kata Mopey Strange Kennedy, seorang ahli terapi keluarga. 6. Karakteristik Anak Bungsu Karakter umum pada anak terakhir antara lain: 1. Tergolong anak yang sulit karena mempunyai kakak yang dijadikan model. 2. Kerap merasa inferior (rendah diri), tidak sehebat kakak-kakaknya. 3. Dalam pengasuhan kerap dibantu orang sekitar, sehingga tidak terlalu sadar dengan potensi dirinya.
4. Cenderung dimanjakan dan kasih sayang banyak tercurah padanya. Lebih merasa aman. 5. Cenderung tidak dewasa dan kurang bertanggung jawab. 6. Biasanya paham bahwa mereka termasuk spesial. 7. Dianggap sebagal “anak kecil” terus menerus. 8. Aturan yang diberlakukan padanya lebih longgar. 7. Kelebihan dan Kekurangan Anak Bungsu
Kategori
Kelebihan
Kekurangan
Sifat
Ramah tamah, penyayang, peduli, kreatif, empatik, dan percaya diri.
Manja, manipulatif, tidak dewasa, egois, dan tak terduga.
Karir
Karir di penjualan, atau perusahaan pemroduksi bekerja dengan baik karena kemampuan mereka untuk menjual sesuatu, dapat bekerja sendirian dengan baik, ingin menjadi bos, dan hanya melakukan hal mereka sendiri dengan langkah mereka sendiri.
Tidak suka terikat komitmen, bisa dianggap sebagai "pesaing yang tajam", terkadang mencoba terlalu keras, jalan alternatif dalam hidup dapat membuat mereka seperti orang aneh.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Paud Permatasari Kelompok B Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan peneliti karena mudah berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik guru-gurunya, orang tua, maupun anak-anak, serta relevan dengan tujuan penelitian. Adapun waktu yang direncanakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah selama 2
(dua) bulan, mulai bulan April sampai bulan Juni 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif serta Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti ketika melakukan pengumpulan data sangat penting. Data diambil langsung dari lokasi penelitian, yaitu berupa data dari anak tentang kemandirian anak bungsu. Sumber data penelitian ini yaitu dari guru dan orang tua. pada penelitian ini menggunakan hasil wawancara dari guru dan orang tua dari anak bungsu yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data. Aktivitas dalam analisis data yaitu: 1. Mereduksi data: merangkum, memilih hal-hal yang perlu, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari dari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu 2. Data display (penyajian data): setelah data maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Data display dalam penelitian kualitatif biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. 3. Verification: langkah ketiga adalah kegiatan penarikan kesimpulan dan klarifikasi, kesimpulan awal yang dilakukan masih bersifat sementara dan akan berupa bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung, pada pengumpulan tahap berikutnya namun kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti melakukan penelitian ke lapangan mengumpulkan data. Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara mengenai “Deskripsi Kemandirian Anak Bungsu di Paud Permasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo”, dengan memberikan pertanyaan pada responden untuk mendapatkan data yang akurat. Adapun pertanyaan yang berhubungan dengan kemandirian anak bungsu mengacu pada enam ciri kemandirian yang merupakan perpaduan antara pendapat dari Syamsu (2008: 130) dengan Sylvia (2003: 47) ciri-ciri anak bungsu yaitu: berani
memutuskan dan menentukan pilihannya, bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertainya, percaya diri, mengarahkan dan mengembangkan diri, kreatif dan inovatif dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adapun aspek yang belum sesuai dengan teori bahwa anak susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini telah diakui oleh kepala PAUD Permatasari bahwa penyesuaian yang terjadi tidak terlaksana karena sifat anak yang memilih-milih teman dalam belajar. Hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut: enam ciri kemandirian telah diterapkan namun salah satu aspek yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungan belum berhasil dikarenakan beberapa faktor. PEMBAHASAN Ditinjau dari perpaduan pendapat antara Syamsu (2008: 130) dengan Sylvia (2003: 47) ciri-ciri anak bungsu yaitu: 1.
Berani memutuskan dan menentukan pilihannya cara yang dilakukan agar anak berani menentukan dan memutuskan pilihan yitu dengan pemberian kesempatan kepada anak. Kesempatan memilih pada anak bukan cuma mengajarkan kemandirian, tetapi juga membuat anak merasa dihargai karena boleh memilih dan dipercaya menjalankan pilihannya.
2.
Bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya Bertanggung jawab yang terlihat pada anak bungsu yaitu ketika belajar anak-anak akan mengatur kembali media pembelajaran yang diberikan guru, selain itu pada saat bermain ketika anak sudah selesai bermain maka anak akan mengatur alat-alat permainan yang dimainkan baik itu alat-alat permainan yang di dalam kelas maupun di luar kelas. Adapun ketika bersalah anak berani mengakui perbuatannya meskipun tidak semua anak bungsu, itu salah satu ciri atau tolak ukur yang penting sekali dalam bertanggung jawab. Tanggung jawab pada anak juga tidak dengan sendirinya ada dalam diri setiap anak. Anak-anak sebetulnya lahir tanpa
mempunyai kesadaran akan tanggung jawabnya, jadi merupakan tugas orang tua dan gurulah untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab itu. 3.
Percaya diri Beberapa penyebab yang menjadikan anak menjadi tidak percaya diri yaitu Sering disalahkan, dipukul, diancam, dicela, dan direndahkan, orang tua terlalu membatasi setiap perilaku anak dan cara berfikirnya, selalu dibandingkan dengan anak yang lain untuk memberinya motivasi, terkadang justru memberikan pengaruh yang sebaliknya, dan meremehkan kemampuan harga dirinya serta melemahkan minatnya.
4.
Mengarahkan dan mengembangkan diri Agar anak mampu mengembangkan dirinya, sebagai guru ataupun orang tua harus memberikan kebebasan dan keluasan kepada anak dalam minat maupun bakat dari anak. Dengan memberikan kebebasan tersebut anak tidak merasa terhambat untuk bisa mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.
5.
Kreatif dan inovatif Menumbuhkan kreatif pada anak juga sangat mudah diantaranya yaitu menciptakan tempat yang aman dan nyaman untuk anak sehingga anak mudah berkreatif.
6.
Menyesuaikan diri dengan lingkungannya Penyesuaian diri pada anak terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya memilih-milih teman. Dari hasil penelitian yang dilakukan dilihat dari enam ciri kemandirian,
kelima ciri sudah ada pada setiap diri dari anak bungsu dan satu aspeknya belum yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dikarenakan beberapa faktor. Faktor diantaranya yaitu memilih-milih teman. SIMPULAN DAN SARAN 1.
Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kemandirian Anak Bungsu di kelompok B Paud Permasari Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo telah dijalankan dan mendapat respon dari guru dan orang tua dengan sangat baik. Penilaian tergambar pada setiap ciri dari kemandirian berjalan sesuai teori
yang ada. Adapun yang menjadi indikator dari kemandirian anak bungsu dilihat pada ciri kemandirian anak bungsu yaitu berani memutuskan dan menentukan pilihannya, bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertainya, percaya diri, mengarahkan dan mengembangkan diri, kreatif dan inovatif, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini tergambar dari 8 anak bungsu yang ada di PAUD Permatasari. 2. Saran Penulis menyarankan agar: 1. Bagi Guru: guru mampu mempertahankan setiap ciri kemandirian yang sudah di miliki anak bungsu, khusunya pada anak bungsu yang masih kurang kemandiriannya. Selain itu guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang bisa membuat kemandirian anak bisa lebih mandiri lagi tanpa harus ada bantuan dari orang tua. 2. Bagi orang tua: yang masih sediakala berada di dalam kelas diharapkan untuk tidak terlalu berlebihan menjaga anak. Hal ini sangat berdampak pada kemandirian anak yang tentunya akan membuat guru di kelas semakin susah untuk menumbuhkan kemandirian anak bungsu. Selain itu terima kasih pula pada para orang tua yang sudah mengerti berada di luar kelas. DAFTAR PUSTAKA Fahrida. 2013. Ringkasan Inti Teori Alfred Adler. http://fahrida.weblog.esaunggul.ac.id/2013/12/03/ringkasan-inti-teorialfred-adler/
Gunadi, Paul. 2011. Menanamkan Rasa Tanggung Jawab Pada Anak http://www.telaga.org/audio/menanamkan_rasa_tanggungjawab_pada_anak
Hasanah, Latifatul. 2014. Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak Dengan Menggunakan Metode Bercerita. Program Sarjana Kependidikan Paud FKIP Universitas Bengkulu. Bengkulu Hurlock, B. Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak. Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Kun, Irham. 2012. Kepribadian Anak Berdasarkan Urutan. http://irhamkun.blogspot.com/2012/01/kepribadian-anak-berdasarkan-urutan.html
Husain, Lina. 2015. Peran guru dalam mengembangkan motorik halus anak pada kegiatan mencetak kelompok A di TK Negeri Pembina sipatana. Gorontalo
Mind, Vita. 2003. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu, Dan Tunggal. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Ulisiahan, Retta. 2010. Bagaimana Perilaku Yang Bertanggung Jawab http://rettaulisiahaan.blogspot.com/2010/11/1bagaimana-perilaku-yangbertanggung.html
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan Ke-20. Alfabeta. Bandung
Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Kepribadian. Bumi Aksara. Jakarta
Sulaiman, Abu. 2011. Anak Tidak Percaya Diri http://muslimah.or.id/pendidikan-anak/anak-tidak-percaya-diri.html