1
KREATIVITAS GURU MENGENALKAN HURUF HIJAIYAH MENGGUNAKAN PERMAINAN MAZZE DI KELOMPOK A PAUD AL-ISHLAH KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sahman Lawani (Mahasiswa Jurusan S1 PG-PAUD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Sahman Lawani. 2015. “Kreativitas Guru Mengenalkan Huruf Hijaiyah Menggunakan Permainan Mazze Di Kelompok A PAUD Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo”. Skripsi Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dr Ummyssalam Duludu,M.Pd, dan Pembimbing II, Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini: Bagaimanakah Kreativitas Guru Mengenalkan Huruf Hijaiyah Menggunakan Permainan Mazze Di Kelompok A PAUD AlIshlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo?. Tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan Kreativitas Guru Mengenalkan Huruf Hijaiyah Menggunakan Permainan Mazze Di Kelompok A PAUD Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Pendekatan penelitian digunakan adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif serta teknik pengumpulan data dalam bentuk, Observasi, Wawancara,dan Studi Dokumentasi. Data dianalisis lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kreativitas Guru Mengenalkan Huruf Hijaiyah Menggunakan Permainan Mazze Di Kelompok A PAUD Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gororntalo di lakukan melalui empat ciri guru kreatif yakni: Rasa ingin tahu, terbuka (Ekstrovert), panjang akal, pengalaman dan melakukan penelitian. Kata Kunci: Kreativitas Guru, Hijaiyah, Mazze
2
Sahman Lawani, Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Ummyssalam Duludu, M.Pd, Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Irvin Novita Arifin S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memiliki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar anak taman kanakkanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah pembangunan sikap, pengetehuan, keterampilan dan daya cipta yang di perlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya di samping itu pula, beberapa harus perlu di ingat adalah bahwa masa kanak-kanak adalah masa peka untuk menerima berbagai macam rangsangan dari lingkungan guna menunjang perkembangan jasmani dan rohani yang ikut menentukan keberhasilan anak didik mengikuti pendidikannya di kemudian hari. Disadari atau tidak, pada dasarnya setiap manusia mempunyai potensi kreatif. Hanya saja dalam perjalanan hidupnya ada yang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreatifnya, ada pula yang kehilangan potensi kreatifnya, ada pula yang kehilangan potensi kreatifnya karena tidak mendapatkan
kesempatan
ataupun
tidak
menemukan
lingkungan
yang
memfasilitasi berkembang potensi kreaif. Dalam rangka mengembangkan tugas dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan potensi kreatif yang di miliki anak, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki, maka diperlukan suatu upaya kreatif agar mereka dapat tumbuh optimal dengan kondisi nyaman dan menyenangkan. Jamaris (dalam Sujiono, 2009: 54) mengemukakan perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terlebih dahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh seban itu apabila terjadi hambatan pada perkembangan terlebih dahulu, maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat kesulitan.
3
Selajutnya Montessori (dalam Sujiono, 2009: 54) menjelaskan pula bahwa masa anak usia dini merupakan periode sensitif, selama masa ini pula anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungan. Pada masa itu anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Pada periode ini terjadi masa peka, yakni masa terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikhis sehinggan anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari. Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda dan dalam bidang yang berbeda-beda pula. Dengan berfikir kreatif seseorang dapat melahirkan ide-ide baru, penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan penentu kesuksesan dalam pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar. Guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mencapai hasil sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mengembangkan faktor situasi kondisi belajar anak. Kreativitas ini memungkinkan guru yang bersangkutan menemukan bentuk mengajar yang sesuai, terutama dalam memberi bimbingan, dorongan dan arahan agar anak dapat belajar secara efektif. 1. Pengertian Kreativitas Pengertian kreativitas menurut Amabile (1983: 12) adalah kreativitas yang di anggap sebagai kualitas produk atau tanggapan yang di nilai untuk menjadi kreatif oleh pengamatan yang sesuai. Sedangkan menurut Barron dan Harrington (1981: 12) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru, yang wujudnya adalah tindakan manusia. Menurut
Guilford (1965: 12) kreativitas
mengacu pada kemampuan yang khas dari orang-orang kreatif. 2. Ciri-ciri Kreativitas Guru Menurut
Brown
(1985:
33),
guru-guru
kreatif,
yakni
melaksankan
pembelajaran dengan mengotimalkan ilmu dan keahlian di sebut sebagai Teacher Scholar. Menurutnya, jika pembelajaran di lakukan dengan baik, pada hakikatnya
4
adalah kreatif. Guru-guru selalu mengkomunikasikan kepada peserta didiknya ide-ide lama dan ide-ide baru dalam bentuk yang baru. Pekerjaan guru itu antara lain menggalakan dan memberikan wawasan (insight) kepada peserta didik. Kendati di ketahui bahwa pendekatan, metode strategi, dan model-model pembelajaran baru tidak dapat di ukur dengan seksama, namun tidak di sangkal lagi bahwa Teacher Scholar yang kreatif itu jauh melebihi para ilmuwan sebagai penghimpunan ilmu akumulatif di bidang lain. Ciri-ciri atau karakteristik guru kreatif, sebagaimana dikemukakan Mark Sund ( 1996:34) adalah berikut ini: 1. Guru kreatif memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, sehingga mendorong seorang guru untuk mengetahui hal-hal yang baru yang berkaitan dengan kreativitas dan pekerjaanya sebagai guru. 2. Guru kreatif memilki sikap yang ekstrovert atau bersikap lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru dan selalu ingin mencoba untuk melakukannya, dan dapat menerima masukan dan saran dari siapapun yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan menganggap bahwa hal-hal baru tersebut dapat menjadi pengalaman dan pelajaran bagi dirinya. 3. Guru kreatif biasanya tidak kehilangan akal dalam menghadapi masalah tertentu, sehingga sangat kreatif dan “panjang akal” untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang muncul. Dan bahan lebih cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit karena akan menimbulkan rasa kepuasan tersendiri setelah mampu menyelesaikan tugas tersebut. 4. Guru kreatif sangat termotivasi untuk menemukan hal-hal baik melalui observasi, pengalaman dan pengamatan langsung dan melalui kegiatankegiatan penelitian. Hal ini di sebabkan karena guru kreatif cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan secara ilmiah. 3. Fungsi kreativitas Kreativtas memiliki fungsi yang sangat penting karena berbagai hal, diantaranya: 1. Mewujudkan diri sebagai kebutuhan pokok dalam hidup manusia. 2. Mencari solusi-solusi untuk pemecahan masalah
5
3. Memberikan kepuasan individu. 4. Meningkatkan kualitas hidup. Sudah sangat jelas bahwa fungsi-fungsi diatas merupakan kebutuhan yang sangat penting karena dalam kehidupan manusia selalu di hadapkan pada masalah-masalah kehidupan, oleh karena itu kreativitas di butuhkan untuk memecahkan atau memberi solusi atau persoalan-persoalan tersebut, dengan fungsi yang telah disebutkan diatas
maka setiap individu dapat menikmati
kehidupan secara normal dan bahagia. 4. Bidang-bidang pengembangan Kreativitas Guru Dalam kegiatan belajar mengajar perlu di pilih dan di rancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas anak. Berdasarkan hal di atas maka, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati akan
tujuh bidang-bidang
pengembangan kreativitas guru yakni : 1. Pengembangan kreativitas melalui menciptakan produk (hasta karya) Pengembangan kreativitas pada anak melalui kegiatan hasta karya ini memiliki posisi penting dalam berbagai aspek perkembangan anak. Tidak hanya kreativitas yang akan terfasilitasi untuk berkembang dengan baik. Tetapi juga kemampuan kognitif anak.
2. Pengembangan kreativitas melalui imajinasi Imajinasi yang dimaksud adalah kemampuan berfikir divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya dan multiperspektif dalam proses merespon suatu stimulasi dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realistas sehari-hari. 3. Pengembangan kreativitas melalui eksplorasi Ekspolarasi dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian mereka. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan cara mengamati dunia sekitar sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung. 4. Pengembangan kreativitas melalui eksperimen
6
Eksperimen yang dimaksud disini ini adalah mereka yang mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu, dan mengapa sesuatu, dan mengapa sesuatu itu dapat terjadi serta bagaimana mereka dapat menemukan solusi terhadap permasalah yang ada dan pada akhirnya mereka dapat membuat sesuatu yang bermanfaat dalam kegiatan tersebut. 5. Pengembangan kretivitas melalui proyek Metode yang bisa digunakan salah satu diantaranya adalah metode proyek. Metode proyek ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan anak untuk melakukan pendalaman tentang suatu topik pembelajaran yang diminati satu atau beberapa anak. 6. Pengembangan kreativitas melalui music Musik merupakan sesuatu yang nyata dan senantiasa hadir dalam kehidupan manusia. Seseorang anak yang kreatif antara lain tampak pada rasa ingin tahu, sikap ingin mencoba dan daya imajinasi anak. 7. Pengembangan kreativitas melalui bahasa Mereka sering berbicarakan untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain. Sebagian anak mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan menunjukkan dengan perbuatan. Dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng, sosiodrama, mengarang cerita dan puisi. 5. Fase- fase Kreativitas 1. Fase persiapan Fase persiapan adalah ketika individu mengumpulkan informasi atau data untuk
memecahkan
suatu
masalah,
mencoba
memikirkan
berbagai
kemungkinan pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya. fase ini merupakan fase jangka panjang dan jangka pendek. Pada fase jangka panjang, persiapan melibatkan banyak hal, misalnya penyelidikan, penelitian terhadap sikap, pengamatan terhadap ilmu dan metodologi disiplin ilmu itu. Pada fase jangka pendek, persiapan ini dapat meliputi ide bacaan, pengamatan dan karya
7
lain mengenai topik atau permasalahan khusus di tambah dengan usaha bermakna dalam menghasilkan sesuatu. 2. Fase Inkubasi Fase ini ditandai dengan suatu usaha yang santai, melepaskan topik atau permasalahannya dari kesadaran atau perhatiannya selama beberapa menit hingga berbulan-bulan dan tampak sedikit kegiatan (tidak aktif), pada akhir fase ini tampak adanya kemajauan timbulnya suatu wawasan atau pemahaman (insight) baru. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat asimilasi tanpa kesadaran atau transformasi yang di peroleh dari fase persiapan yang diperoleh dari fase persiapan yang telah terjadi. Mungkin pula sebagai akibat karena penampilan telah berkembang menjadi sempurna setelah beberapa waktu istirahat (santai). Pada fase inkubasi proses pemecahan masalah “dierami”dalam pra-sadar. Individu seakan-akan melupakannya. Fase inkubasi ini dapat berlangsung lama (berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun) atau sebentar (beberapa menit atau beberapa jam), sampai timbul inspirasi atau gagasan untuk memecahkan masalah. Fase ini di sebut iluminasi, yaitu pada gagasan muncul untuk memecahkan masalah. Kohler melukiskan tahap ini dengan kata-kata “aha, elebnis atau“ now, I see it”,yang kira-kira berarti : oh, iya, ini dia. 3. Fase Inspirasi Aspek proses kreatif yang paling penting, yang merupakan puncak dua fase yang pertama ialah inspirasi. Inspirasi merupakan ide tau cerita yang memberikan model untuk produktif kreatif. Dalam bidang seni sastra, inspirasi merupakan citra ideal yang akan di jelaskan ke dalam kenyataan pada kanvas, atau batu tempat melukis. Bagi seorang penulis, ilmuwan atau ahli falsafah, inspirasi merupakan kunci ide yang memberikan struktur karya sejarah, sanjak atau teori yang di hasilkannya. Sering kali timbul secara mendadak atau spontan yang disertai dengan suatu prasarana yang menggembirakan dengan memuaskan serta suatu derajat kepastian bahwa “inilah dia”.Telah lama di kenal bahwa sungguh banyak sumbangan terhadap pengetahuan manusia yang timbul secara tiba-tiba berupa flasbes of insight semacam ini.
8
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kreativitas sangatlah penting. Kreativitas perlu dicari/ di latih oleh para pendidik dan orang tua, setiap anak pada dasarnya memiliki potensi akan kreativitasnya. Oleh karena itu pendidik atau orang tua harus bisa meningkatkan kreativitas dengan melakukan pengamatan dan penilaian secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai alat pemantau efektifan kemampuan berkreativitas. Sebagaiman di tekankan oleh Pames (Munandar 2009: 11) kita menerima begitu banyak cekokan dalam arti instruksi bagaimana melakukan sesuatu di sekolah, di rumah dan di dalam pekerjaan sehingga kebanyakan dari kita kehilangan hampir setiap kesempatan untuk kreatif. 7. Metode-metode Kreativitas Untuk mengajarkan kreativitas, guru harus menjadi kreatif dalam merancang metode, penugasan dan sebagainya. Selain menyediakan lingkungan yang kreatif, berpuluh-puluh
bahkan
beratus-ratus
cara
dapat
di
gunakan
untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas peserta didik. Beberapa metode diuraikan berikut ini. 1. Pendekatan Diri (self-esteem approach) Dalam pendekatan ini, guru harus memberikan perhatian khusus untuk mengembangkan rasa percaya diri (self-esteem) peserta didik dalam membantu untuk mencapai kesan lebih baik atas nilai-nilai mereka sendiri sebagai manusia. Ini berarti bahwa guru lebih harus aktif dalam membantu peserta didik mengembangkan kesadaran diri (self-awarenes), insaft diri (selfconsciousness), dan menjadikan individu seutuhnya dengan konsep diri (self concept) yang positif. Guru hendaknya semakin menyadari bahwa peserta didik mempelajari
ilmu pengetahuan saja (produk
ilmiah),
tanpa disertai
pengembangan sikap dan proses ilmiah, tidak cukup untuk membantu peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup moderen. Guru harus sudah dapat menilai dan menanamkan self-esteem peserta didik sedini mungkin pada awal tahun ajaran. 2. Pendekatan Kreativitas (creativity approach )
9
Beberapa cara yang di sarankan untuk membantu proses belajar mengajar menjadi kreatif ialah sebagai berikut : a. Brainstorming Suatu masalah dikemukakan dan peserta didik diminta idenya. Setelah ide dikemukakan seluruhnya peserta didik di minta meninjau ide yang dikemukakan tadi, kemudian ditanyakan ide mana yang akan digunakan untuk memecahkan masalah. b. Creative Completion Dikemukakan sesuatu yang belum selesai dan peserta didik diminta untuk menyelesaikannya c. Role-Playing Melibatkan peserta didik dalam suatu proses tertentu dan dalam membuat situasi bermain peran (Role-Playing ) d. Penggunaan media lebih kreatif Berusaha menggunakan media atau teknologi komunikasi dan informasi secara lebih kreatif. e. Membuat humor Peserta didik di minta membuat humor dalam bentuk gambar atau tulisan untuk menunjukan suatu konsep atau prinsip yang akan dipelajari sambil memasukan humor didalamnya. f. Membuat syair empat kata Menunjukan suatu objek kepada peserta didik untuk diamati dan dipelajari. Kemudian peserta didik diminta membuat suatu daftar pernyataan yang terdiri dari satu kata. Akhirnya peserta didik diminta untuk mengkombinasikan empat kata dari daftar tersebut menjadi satu syair empat kata. 3. Klarifikasi nilai dan pendekatan perkembangan sosial (Value-clarification and moral development approach) Peserta
didik
dalam
perjalanan
hidupnya
selalu
berevolusi
untuk
mengembangkan sikap dan nilainya. Oleh karena itu, sekolah dengan sengaja atau tidak sengaja mengabaikan aspek perkembangan individual ini berarti akan menurunkan efektivitas pendidikannya. Hal ini dapat di mengerti karena
10
pendidikan adalah suatu proses yang dinamis, suatu proses yang kemudian menghasilkan produk, seperti misalnya pengetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu. Proses ini adalah semua
aktivitas
yang bertujuan
menyesuaikan diri individu didalam masyarakat yang baik. Melalui proses ini manusia di pacu untuk berfikir sendiri, menilai dan menimbang apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk kemudian bertindak. Pendidikan di katakan berhasil apabila, setelah seseorang mengalami proses pendidikan, ternyata buah pikiran dan perilakunya dapat melayani kebutuhan sendiri dan masyarakat umumnya secara bermakna. Jelaslah bahwa pendidikan tidak berarti melulu memberikan
pengetahuan,
tapi
mengandung
arti
membentuk
serta
mengembangkan sebaik-baiknya kepribadian seseorang secara keseluruhan sebagai manusia seutuhnya. Berdasarkan hakikat pendidikan ini, maka falsafah dalam setiap kurikulum yang baru, selain di cantumkan tujuaan untuk pencapaian atau pengembangan intelektual, hendaknya dimasukan pula tujuan yang menyangkut pengembangan emosional, sosial, etika dan moral sesuai dengan dasar falsafah negara kita yaitu Pancasila. 8. pengertian huruf hijaiyah Huruf
hijaiyah, secara bahasa memiliki arti huruf yang kita kenal dalam
bahasa Indonesia yang terdiri dari 26 huruf. Sedangkan dalam bahasa arab terdapat 28 huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan mengenal huruf hijaiyah adalah penugasan mengenali huruf-huruf dan bunyi dari huruf hijaiyah yang berjumlah 28 berdasarkan bentuk, bunyi dan konteksnya dari bahasa yang di gunakan, dalam hal ini bahasa Al-Qur‟an. Otory Surasman ( 2002: 52 di akses tanggal 5 mey 2015 ) mengemukakan bahwa “ huruf hijaiyah merupakan kunci dasar mampu membaca Al-Qur‟an. Huruf hijaiyah digunakan sebagai ejaan untuk menulis kata atau kalimat dalam Al-Qur‟an”. 9. Pengertian mazze Salah satu mainan yang disukai oleh anak adalah mazze. Mazze dalam bahasa Inggris memiliki makna membingungkan. Mazze adalah sebuah permainan
11
dengan jalan sempit yang berliku dan berbelok-belok dan kadang kala merupakan jalan buntu ataupun jalan yang mempunyai halangan. Permainan mazze merupakan permainan yang dapat merangsang imajinasi anak-anak. Permainan mazze anak dituntut untuk mengikuti lajur yang telah ada. Bermain mazze selain menyenangkan juga meningkatkan keterampilan anak. Mazze bisa menjadi media untuk membantu anak lancar membaca. Bermain mazze mendorong anak untuk memilih warna, huruf dan angka yang telah ada pada manik-manik mazze. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Paud Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Alasan dijadikanya lokasi ini sebagai lokasi penelitian mengingat bahwa secara geografis mudah
dijangkau oleh peneliti, sehingga
memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang dihadapi. Selain itu dari bangunan, fasilitas yang ada sangat memadai bagi peneliti .Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif serta Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti ketika melakukan pengumpulan data sangat penting. Data diambil langsung dari lokasi penelitian, yaitu berupa jawaban hasil dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan yaitu di Paud Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Sumber data penelitian ini yaitu 1. Data primer dari penelitian ini adalah guru-guru . 2. Data sekunder berupa dokumen sekolah, atau referensi yang terkait dengan penelitian.Teknik Pengumpulan Data yaitu Observasi, Wawancara, studi dokumen. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Tahaptahap penelitian yang direncanakan akan dilakukan peneliti meliputi: 1). Mengadakan observasi awal yaitu peneliti melihat langsung lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, 2). Menyiapkan panduan wawancara yaitu alat yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data yang utama, 3). Mengadakan wawancara dengan informan secara bertahap, 4). Laporan hasil penelitian yaitu hasil dari semua penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai hasil dari penelitian.
12
Hasil temuan penelitian Berdasarkan hasil observasi awal yang di temukan di lokasi penelitian sebelumnya guru memperkenalkan huruf hijaiyah dengan menggunakan nyanyian dan lembar kerja siswa, jadi di masing-masing kelas ada banyak anak yang belum bisa mengenal huruf hijaiyah bahkan menyebutkan mereka belum bisa. Setelah peneliti melakukan penelitian kembali dengan kegiatan Kreativitas guru mengenalkan huruf hijaiyah menggunakan permainan mazze, dari
kelas
kelompok A, salah satu kelas yang di temukan di mana anak-anak sudah ada yang mengenal huruf hijaiyah tesebut, bahkan dalam pengenalan huruf hijaiyah menggunakan permainan Mazze tersebut anak-anak lebih senang dan antusias. Dalam hal pembelajaran ini di karenakan kurangnnya kreativitas guru dalam pembelajaran yang mereka terapkan di dalam kelas, guru hanya menerapkan metode nyanyian dan lembar kerja anak sehingga banyak anak yang kurang perhatian terhadap pembelajaran yang di terapkan. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kreativitas guru mengenalkan huruf Hijaiyyah Menggunakan Permainan Mazze di Kelompok A Paud AlIshlah Kecamatan Kota Tengah Kota, di tinjau dari ciri-ciri Kreativitas Guru yakni. 1. Rasa ingin tahu yakin seperti yang terlihat setiap individu memiliki rasa ingin tahu dan tidak ada seorang pun yang tidak memiliki rasa ingin tahu sama sekali, seorang anak akan terlihat keingintahuannya di saat mulai bertaya-tanya hal-hal yang mereka lihat dengar, amati dan sebagainya. Dari rasa ingin tahu seorang guru terhadap anak tersebut guru bisa mengetahui sampai di mana anak sudah mengenal huruf dan guru bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. 2. Keterbukaan seorang guru dapat membuat anak merasa di hargai. Lebih dari itu anak akan ikut terbuka pada gurunya, sehingga guru akan mudah memahami perbedaan individu yang akhirnya akan menciptakan suasan pembelajaran yang kondusif. Dari pembelajaran tersebut guru dapat mengetahui potensi seorang anak sehingga bisa di eksplor dan di kembangkan oleh seorang guru, tentunya dalam pengenalan huruf hijaiyah dengan menggunakan permainan mazze.
13
3. Panjang akal yakni, berfikir ke depan sebelum bertindak, sehingga guru tidak pernah kehilangan akal dalam menghadapi masalah, guru sangat kreatif „panjang akal‟ sehingga guru lebih bersemangat dalam menghadapi setiap masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. 4. Pengalaman dalam melakukan penelitian yakni seorang guru bekerja tidak semudah yang kita bayangkan, guru bekerja bukan hanya melakukan proses belajar mengajar, akan tetapi mengembangkan dan melakukan penelitian dan berbagai usaha yang dilakukan demi kemajuan proses pembelajaran. Dalam pengalaman melakukan penelitian guru lebih banyak menemukan pengalaman sehingga potensi guru dan anak dapat berkembang
secara optimal sesuai
pembelajaran. 5. Melatih koordinasi mata dan tangan yakni merupakan kemampuan perseptual pola-pola gerak yang berhubungan dengan kemampuan memilih suatu objek dengan mengkoordinasikannya ( objek, di lihat dan gerakan-gerakan yang di atur), dalam melatih koordinasi mata dan tangan guru sudah mampu melakukannya sehingga anak bisa melakukannya sehingga dapat melatih motorik anak. 6. Melatih kesabaran yakni seorang guru harus mempunyai suatu kesabaran dan keikhlasan sehingga dalam menjalankan tugas selalu di hadapkan dengan berbagai tingkah laku anak yang kadang membuat guru jengkel. Melatih kesabaran seorang guru terhadap anak sangatlah penting, agar dalam pembelajaran anak lebih fokus dengan apa yang di berikan guru tersebut. 7. Pengetahuan yakni kemampuan seorang untuk mengungkapkan kembali apa yang di ketahuinya, dimana pengetahuan sangatlah penting oleh seorang guru sehingga dalam menemukan hal yang baru guru memperkenalkan apa yang mereka dapat dan di aplikasikan pada proses pembelajaran. Dari cari-ciri kreativitas guru tersebut di simpulkan bahwa menjadi guru kreatif itu agak sulit di temukan,sehingga menjadi tanggung jawab guru secara pribadi agar dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat lebih kreatif dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru.
14
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa Kreativitas Guru Mengenalkan Huruf Hijaiyah Menggunakan Permainan Mazze Di Kelompok A Paud Al-Ishlah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo dapat di lihat dari empat indikator yakni : Rasa ingin tahu, Terbuka ( Ekstrovert ), Panjang Akal dan pengalaman melakukan penelitian, di mana empat indikator tersebut merupakan ciri-ciri dari guru kreatif. 2. Saran Dari hasil penelitian yang dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa saran yang yang dapat diajukan yaitu: a. Diharapkan kepada guru agar tetap terus Kreatif dalam mengenalkan huruf dengan menggunakan permainan Mazze. b. Diharapkan dengan kegiatan pengenalan huruf hijaiyah menggunakan permainanMazze
dapat meningkatkan hasil belajar anak pada bidang
kognitif, psikomotorik. c. Diharapkan kepada peneliti agar kiranya penelitian ini menjadi salah satu acuan yang dapat menambah wawasan dalam penelitian ilmiah selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Amabile, T.M (1983). The sosial psychology of Creativity. New York: SpringerVerlang. Barron & Harrington (1981).Creativity. Dalam Kuper. A. & Kuper, J. (ed). The sosial Science Ency-clopedia.London: Roudledge and Kagen Paul.. Brown, J.D (1985). The Development of creative Teacher-Scholar. Washington, DC.: National Education Association. Pres.http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Supriyadi, Dedi, (1994). Kreativitas,Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Penerbit ALFABETA Guilford, J.P. (1965). Factors that aid and hinder creativity,Theachers Record. 65
15
https://glentinapasaribu.wordpress.com/2014/03/25/manfaat-mainan-puzzle-danmaze-bagi-tumbuh-kembang-si-kecil/ Sund, M. (1996) .Introducing students to the Raison d’etre d’computer: simulation. American Association of Schools in South American. Surasman, Otory 2002 Metode Insani Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik Dan Benar.Jakarta : Gema Insani Pres Sunaryo. (2009). Peningkatan Kemampuan dan Kreativitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.Mimbar pendidikan. No.20. 2 . Vol. XVIII. 116-128 Sujiono, 2009 Konsep Dasar Anak Usia Dini : PT Indeks
16