BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus 4.1.1
Kondisi Fisik Kabupaten Kudus merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil di
Jawa Tengah, yaitu sebesar 42.516 Ha, yang terdiri dari 9 kecamatan, 123 desa dan 9 kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Kudus terletak pada koordinat 6051’ – 7016’ Lintang Selatan dan 110036’ – 110050’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Kudus berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu sebelah utara dengan Kabupaten Jepara dan Pati, sebelah barat dengan Kabupaten Demak dan Jepara, sebelah selatan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati, dan sebelah timur dengan Kabupaten Pati. Secara umum Kabupaten Kudus memiliki jenis iklim tropis basah dengan curah hujan tertinggi adalah 368,2 mm pada bulan Januari dan yang terendah adalah 14,6 mm pada bulan September (Tabel 9). Tabel 9. Curah hujan per bulan dari tahun 2004-2008 di Kabupaten Kudus (mm) Bulan Januari
2004 238
2005 319
2006 777
2007 120
2008 387
Rata-rata 368,2
Pebruari
328
167
346
261
722
364,8
Maret
265
253
263
227
224
246,4
April
76
145
151
170
102
128,8
Mei
135
31
152
22
22
72,4
Juni
40
51
5
53
8
31,4
Juli
28
37
0
25
0
18
0
62
0
9
36
21,4
Agustus September
4
50
0
12
7
14,6
Oktober
8
183
23
41
89
68,8
Nopember
144
115
22
187
92
112
Desember
292
467
325
411
224
343,8
1.558
1.880
2.064
1.538
1.913
1790,6
Jumlah
Sumber : Bappeda, 2008
Sementara itu, berdasarkan data temperatur rata-rata dari tahun 2006 sampai dengan 2008, temperatur tertinggi mencapai 29,30C pada bulan Oktober dan terendah 19,60C pada bulan Januari dan Juni (Tabel 10).
25
Tabel 10. Suhu Udara Rata-Rata Maksimum dan Minimum dirinci per Bulan di Kabupaten Kudus Tahun 2006 - 2008 (0C) 2006 Bulan
2007
2008
rata-rata
maks.
min.
maks.
min.
maks.
min.
maks.
min.
Januari
25,7
18,7
27,2
20,3
27,1
19,8
26,7
19,6
Pebruari
26,2
19,7
27,6
19,9
25,3
19,9
26,4
19,8
Maret
27,1
19,4
26,9
19,9
26,3
19,9
26,8
19,7
April
27,4
19,3
27,2
20,2
27,6
20,0
27,4
19,8
Mei
27,3
19,7
27,2
20,6
27,8
19,8
27,4
20,0
Juni
27,2
19,9
27,3
20,2
27,5
19,9
27,3
20,0
Juli
27,4
19,8
27,1
20,2
27,9
18,8
27,5
19,6
Agustus
27,7
19,9
27,6
20,0
28,3
19,6
27,9
19,8
September
28,9
19,0
28,6
19,6
29,5
19,8
29,0
19,5
Oktober
29,9
20,0
29,0
20,0
29,1
20,4
29,3
20,1
Nopember
30,2
20,5
28,0
19,7
27,8
20,4
28,7
20,2
Desember
27,7
20,2
26,7
19,4
27,0
19,9
27,1
19,8
Sumber : Bappeda, 2008
Sementara itu, kelembaban rata-rata bulanan di Kudus berkisar antara 72%83%. Angin yang bertiup adalah angin barat dan angin timur yang bersifat basah dengan kelembaban 88% dan memiliki kecepatan angin minimum 5 km/jam dan kecepatan angin maksimum mencapai 50 km/jam. Jika dilihat berdasarkan topografi, Kabupaten Kudus memiliki ketinggian terendah 5 m di atas permukaan air laut di Kecamatan Undaan dan ketinggian tertinggi 1600 m di atas permukaan air laut di Kecamatan Dawe. Berikut adalah persentase kemiringan lahan di Kabupaten Kudus : a.
Kemiringan 0-8% di daerah dataran antara lain di Kecamatan Undaan (Desa Undaan Kidul, Desa Undaan Lor, Desa Undaan Tengah), Kecamatan Kaliwungu (Desa Blimbing Kidul, Desa Sidorekso, Desa Kaliwungu, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe (Desa Margorejo, Desa Samirejo, Desa Karangrejo, Desa Cendono) dan Kecamatan Jekulo (Desa Jekulo).
b.
Kemiringan 8-15% menempati sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog (Desa Gribig) dan Kecamatan Mejobo (Desa Jepang).
c.
Kemiringan 15-25% menempati Kecamatan Dawe (Desa Kajar) dan Gunung Patiayam bagian Timur.
26
d.
Kemiringan 25-45% menempati di daerah Gunung Patiayam bagian utara, Kecamatan Gebog (Desa Padurenan).
e.
Kemiringan > 45% menempati Kecamatan Dawe (Desa Ternadi) Kecamatan Gebog (Desa Rahtawu, Desa Menawan) dan daerah Puncak Muria bagian selatan. Berdasarkan jenis tanahnya Kabupaten Kudus sebagian besar memiliki
jenis tanah Aluvial Coklat Tua (Tabel 11). Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah (Ha) Kecamatan
A
B
C
D
E
F
G
H
Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo Jekulo Bae Gebog Dawe Jumlah
108,8 0,0 1332,5 7177,0 1053,3 3985,4 0,0 0,0 0,0 13656,9
687,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1748,3 0,0 2435,8
2471,1 1047,3 1297,3 0,0 2623,3 1950,5 2332,3 585,4 1196,1 13503,4
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1675,0 0,0 0,0 0,0 1675,0
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 779,9 632,5 1412,4
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1275,4 591,9 1867,3
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 584,5 0,0 560,4 3081,6 4226,6
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 96,3 0,0 560,4 3081,6 3738,3
Keterangan: A(aluvial coklat tua), B(flomosol coklat kelabu), C(asosiasi mediteran coklat tua dan meditran coklat kemerahan), D(asosiasi grumusul kelabu tua dan meditran coklat kemerahan), E(andosol), F(latosol coklat), G(Asosiasi Latosal dan Grumusal Kelabu Tua), dan H(latosol merah), Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus, 2008.
4.1.2
Kawasan Industri Kabupaten Kudus Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindagkop (perindustrian,
perdagangan, dan koperasi) tahun 2008, terdapat 10.542 buah perusahaan industri per unit usaha. Angka tersebut mencakup seluruh perusahaan (unit usaha) baik skala besar, sedang, kecil, maupun rumah tangga. Bila dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri sebesar 0,93 persen. Berdasarkan jenis komoditinya, jenis industri yang paling mendominasi adalah industri pengolahan tembakau yaitu sebsar 34,7 persen dalam skala industri besar dan sedang. Industri lainnya yang cukup menonjol yaitu industri pakaian jadi sebesar 18,9 persen, Industri penerbitan dan percetakan sebesar 9,7 persen, dan industri makanan dan minuman sebesar 8,2 persen (Tabel 12) .
27
Tabel 12. Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang menurut Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Kudus % 8,2%
Banyaknya Tenaga Kerja 965
Pengolahan Tembakau
68 34,7%
79.226
Tekstil
16
8,2%
2.205
Pakaian Jadi
37 18,9%
1.966
Jenis Industri Makanan dan Minuman
Banyaknya Perusahaan 16
Kulit & Brg dari Kulit
2
1,0%
53
Kayu & Brg dari Kayu
2
1,0%
635
Kertas & Brg dari Kertas
8
4,1%
4.023
19
9,7%
4.143
Industri Kimia, Brg dari Bahan Kimia & Jamu
4
2,0%
1.149
Karet, Brg dari Karet & dari Plastik
4
2,0%
686
Brg Galian Bukan Logam
1
0,5%
32
Brg dari Logam, kecuali Mesin & Peralatannya
7
3,6%
243
12
6,1%
3.548
Penerbitan, Percetakan
Mesin, Radio, TV, Peralatan Komunikasi & Perlengkapannya 2007 2006 2005 Jumlah 2004 2003
196 209 148 148 157
98.874 91.046 74.450 66.293 70.308
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, 2008
Kebutuhan luas lahan kawasan industri berdasarkan analisis sampai tahun 2012 adalah sebesar 1.013,6487 Ha dan sekitar 70 % dari kebutuhan tersebut digunakan untuk pengembangan kawasan industri. Berdasarkan keterangan dari Dinas Perindagkop, Kabupaten Kudus belum memiliki area yang khusus digunakan untuk kegiatan industri yang disebut kawasan industri sehingga sampai saat ini hanya ada kawasan yang disebut dengan Kawasan Peruntukan Industri (KPI). KPI ini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kudus, akan tetapi terdapat dua kecamatan yang diutamakan menjadi Kawasan Peruntukan Industri (KPI) khususnya untuk industri yang menghasilkan polutan yaitu Kecamatan Jekulo dan Kaliwungu. Pembagian kawasan ini diungkapkan pada pasal 29 Perda No.8 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah bahwa pembangunan industri dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
28
1. kawasan industri polutan, yang pembangunan industrinya diarahkan di Kecamatan Kaliwungu dan Jekulo 2. kawasan industri industri non polutan diarahkan di Kecamatan Mejobo. 4.1.3
Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kudus Jika dilihat dari penggunaan lahannya, berdasarkan data Dinas
Lingkungan Hidup tahun 2006 saat ini lahan yang terbangun di Kabupaten Kudus semakin meningkat terutama untuk bangunan permukiman dan kegiatan industri. Hal ini didukung juga oleh banyaknya lahan persawahan yang dialih fungsikan untuk pembangunan sehingga berdampak pada keterbatasan lahan kosong atau lahan terbuka selain itu pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga semakin sulit. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada saat ini didominasi oleh kawasan pertanian. Berdasarkan fungsi utama kawasan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kudus dibedakan menjadi 2 yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara detail luasan kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Kabupaten Kudus Jenis Kawasan Kawasan Lindung 1. Kawasan Hutan Lindung 2. Kawasan Sempadan Sungai 3. Kawasan Cagar Budaya 4. Kawasan Sekitar Mata Air 5. Kawasan Sekitar Waduk 6. Kawasan Rawan Bencana Alam Jumlah Luas Kawasan Lindung Kawasan Budidaya 1. Kawasan Pertanian Lahan Basah 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering 3. Kawasan Perkebunan Rakyat 4. Kawasan Hutan Produksi 5. Kawasan Permukiman 6. Kawasan Pertambangan 7. Kawasan Peruntukan Industri 8. Kawasan Campuran Jumlah Kawasan Budidaya Jumlah
Luas ( Ha )
(persentase)%
987,32 477,5 25 37,5 150 25 1.702,32
2,3% 1,1% 0,1% 0,1% 0,4% 0,1% 4,0%
12.277,00 2.050,00 2.700,00 894 18.227,32 200 625 3.840,00 40.813,32
28,9% 4,8% 6,4% 2,1% 42,9% 0,5% 1,5% 9,0% 96,0%
42.515,64
100%
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, 2008
29
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kawasan pertanian meupakan jenis RTH yang paling mendominasi, sedangkan jenis lainnya tidak banyak. Selain itu dapat dilihat bahwa penggunaan lahan lebih banyak dipergunakan
untuk
kawasan
pemukiman
hal
ini
disesuaikan
dengan
pertimbangan bahwa kebutuhan akan lahan pemukiman akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. 4.2 Kondisi Umum Kecamatan Kaliwungu 4.2.1
Kondisi Fisik Kecamatan Kaliwungu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Kudus yang lokasinya sangat mudah dijangkau karena letaknya di perbatasan kabupaten dan berada pada jalur penghubung antar wilayah. Secara administrasi Kecamatan Kaliwungu dibatasi oleh beberapa wilayah (Gambar 4), antara lain sebelah barat dengan Kecamatan Kota, sebelah timur dengan Kabupaten Jepara, sebelah selatan dengan Kabupaten Demak dan Kecamatan Kota, dan sebelah utara dengan Kecamatan Gebog.
Gambar 4. Peta Kecamatan Kaliwungu (Sumber : BAPPEDA Kabupaten Kudus, 2008)
30
Jika dilihat berdasarkan topografinya Kecamatan Kaliwungu merupakan bagian dari Kabupaten Kudus yang memiliki topografi datar dengan persentase kemiringan lahannya sebesar 0-8 %. Selain itu, sebagian besar dari Kecamatan Kaliwungu memiliki tanah jenis aluvial coklat tua yang cocok untuk berbagai jenis tanaman terutama tanaman pangan seperti padi. Selain jenis tanah yang cukup baik untuk beberapa jenis tanaman, Kecamatan Kaliwungu memiliki curah hujan yang relatif sedang dengan suhu rata-ratanya sebesar 27-290 C. Berdasarkan data penggunaan lahan, sebagian besar wilayah Kecamatan Kaliwungu lebih banyak digunakan untuk area terbangun yaitu berupa permukiman dan industri. Sedangkan area tidak terbangun sampai saat ini semakin berkurang salah satunya disebabkan oleh perubahan tata guna lahan menjadi area terbangun (Tabel 14). Area tidak terbangun yang ada mencakup ruang terbuka seperti lapangan olah raga dan ruang terbuka hijau seperti sawah. Tabel 14. Luas Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian di Kabupaten Kudus Kecamatan
Penggunaan tanah semula
Peruntukan penggunaan tanah
Sawah
Permukiman
Tegalan
Lain-lain
Bid
Luas (Ha)
Bid
Luas (Ha)
Bid
Luas (Ha)
Bid
Luas (Ha)
Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo Jekulo Bae Gebog Dawe
18 3 7 1 1 7 7 3 3
3,38 0,53 1,51 0,27 0,17 1,02 1,13 0,44 0,47
6 2 5
0,86 0,12 0,55
4,24 0,64 2,06 0,27 0,52 1,41 2,3 1,32 0,63
-
-
Jumlah
50
8,92
13,39
-
-
1 2 3 5 1
0,36 0,38 1,17 0,88 0,16
24 5 12 1 2 9 10 8 4
25
4,47
75
-
-
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus, 2008
4.2.2
Industri di Kecamatan Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kudus
yang diutamakan sebagai Kawasan Peruntukan Industri (KPI) oleh Dinas Perindustrian. Kawasan ini memiliki beberapa jenis industri dari mulai industri rumah tangga sampai dengan industri besar. Beberapa desa di Kecamatan Kaliwungu yang sampai saat ini terdapat kegiatan industri antara lain Desa
31
Papringan, Desa Bakalan Krapayak, Desa Sidorekso, dan Desa Kedungdowo. Dari beberapa desa tersebut,
tersebar kegiatan industri yang berbeda. Desa
Sidorekso dan Papringan merupakan desa yang paling banyak kegiatan industrinya terutama industri rumah tangga salah satunya adalah industri pembuatan genteng. Sedangkan desa Bakalan Krapyak dan Kedungdowo memiliki lebih banyak kegiatan industri besar salah satunya adalah industri rokok PT. Djarum yang tersebar merata di beberapa tempat. 4.3 Kondisi Lokasi Penelitian Industri rokok PT. Djarum dan industri elektronik PT. Polytron merupakan dua industri besar di Kawasan Peruntukan Industri Bakalan Krapyak yang lokasinya berdekatan dan hanya dibatasi oleh area permukiman. Kedua industri ini berada pada satu lingkup area yang dibatasi oleh beberapa wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan Dukuh Grogol, sebelah barat berbatasan dengan Dukuh Tanjung, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gebog, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kerjaksan (Gambar 5).
Gambar 5. Peta Lokasi Industri PT. Djarum dan PT. Polytron di Desa Bakalan Krapyak (Sumber: www.googlemaps.com.2010)
32
Lokasi kedua industri ini cukup mudah dijangkau karena didukung dengan jalur sirkulasi yang jelas dan alat transportasi umum yang cukup banyak. Jalur sirkulasi pada kedua area industri ini berupa jalan utama dan jalan percabangan. Jalur utama merupakan jalan besar dengan lebar 6-8 m yang merupakan jalan penghubung antar kota maupun antar kecamatan, sedangkan jalur percabangan merupakan jalan dengan lebar 3-5 m yang merupakan jalur penghubung antar ruang dalam area industri (Gambar 6).
a b Gambar 6. Kondisi Sirkulasi dan Fasilitas Transportasi di Lokasi Industri (a. Kondisi Jalan dan b Alat Transportasi) Berdasarkan penggunaan ruangnya, kedua industri ini sebagian besar digunakan untuk area terbangun berupa lahan industri dan permukiman. Sisanya adalah area tak terbangun berupa ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri dari sawah, makam, dan pekarangan (Tabel 15). Tabel 15 .Penggunaan Ruang di Lokasi Industri PT. Djarum dan PT. Polytron Penggunaan ruang Area terbangun Area tak terbangun Total
Jenis Permukiman
PT. Djarum 16,89
Luas (ha) (persentase)% PT. Polytron 34% 10,49
(persentase)% 15%
Industri
11,73
24%
22,19
31%
Sawah
13,23
27%
29,26
41%
6,18 1,17 49,2
13% 2% 100%
4,38 5,07 71,39
6% 7% 100%
Pekarangan Pemakaman
Jika dilihat berdasarkan topografinya kedua lokasi industri berada pada permukaan tanah yang relatif datar dengan jenis tanah Aluvial Coklat Tua. Tanah pada kedua area industri ini cukup baik untuk pertumbuhan beberapa jenis
33
tanaman terutama tanaman pangan seperti padi. Pertumbuhan tanaman disini juga didukung oleh ketersediaan air yang cukup. Salah satu sumber air bagi masyarakat disini adalah sungai Winong, tepatnya berada di sebelah barat PT. Djarum dengan arah aliran utara-selatan. Sungai ini merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat disini akan tetapi sampai saat ini sungai masih dijadikan sebagai tempat terakhir pembuangan sisa limbah yang sudah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dengan kondisi yang cukup tercemar sungai masih dimanfaatkan oleh warga, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk pengairan sawah. Selain sungai terdapat saluran drainase yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air maupun limbah cair dari kegiatan industri. Jenis dari saluran drainase sebagian besar adalah drainase terbuka (tanpa penutup) dan drainase yang ada di area permukiman biasanya adalah drainase alami (berupa tanah). Lebar drainase rata-rata adalah 1-2 m dengan kedalaman 0,5-1 m. Selain drainase juga terdapat saluran pembuangan air yang berguna untuk mengurangi genangan air yang ada di beberapa ruas jalan (Gambar 7).
(a)
(b)
Gambar 7. Tipe Saluran Pembuangan Air yang Ada di kedua lokasi industri (a. saluran drainase terbuka dan b. lubang pembuangan air tertutup) Kedua industri ini berada pada wilayah yang memiliki kondisi fisik sama, akan tetapi berdasarkan jenis dan kegiatan industri di dalamnya, kedua area industri ini memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan pengaruh atau dampak yang diberikan kedua industri. a. Industri rokok PT. Djarum Industry rokok yang dipilih adalah salah satu industri rokok yang cukup luas dibandingkan dengan industri rokok lainnya, tepatnya berada di dukuh
34
Bapangan, Bakalan Krapyak. Luas kawasan peruntukan indusyri yang digunakan untuk kegiatan industri ini adalah 11,7 ha, yang hampir mengisi sebagian besar wilayah Bapangan. Industri rokok ini berada di dalam area permukiman dan hanya dipisahkan oleh jalan selebar 3-5 meter, karena pada awalnya area ini merupakan permukiman penduduk yang sebagian besar lahannya dialih fungsikan untuk kegiatan industri (Gambar 8). Selain area terbangun berupa permukiman juga terdapat bangunan lainnya yaitu berupa fasilitas seperti pertokoan, tempat ibadah, tempat parkir, dan adanya fasilitas pengolahan limbah cair (IPAL) milik PT. Djarum.
U Tanpa skala
Gambar 8. Peta Lokasi Industri Rokok PT. Djarum (Sumber: http://maps.google.com/2010) Industri rokok PT. Djarum merupakan industri skala besar yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian masyarakat khususnya di Desa Bakalan Krapyak yang dekat dengan area industri. Tetapi industri ini juga memberikan dampak yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan yang yaitu mengurangi kenyamanan. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat beberapa pengaruh industri yang dirasakan antaralain bau menyengat, kebisingan, kondisi yang panas dan sesak, serta tercemarnya air tanah maupun sungai. Tetapi menurut
35
masyarakaat dengan adanya a tanaaman terutaama pohonn di area inndustri ini dapat menguranngi pengaruhh dari industri. Sellain itu sejjak tahun 2005 2 terdap pat Instalassi Pengolahhan Air Lim mbah (IPAL) miilik PT. Djaarum yang berada b di deekat sungai Winong (G Gambar 9). IPAL ini diperuuntukkan khhusus untukk mengolah h limbah cair sisa penngolahan ro okok. Pengolahaan limbah ini mengaacu pada peraturan p y yang diberikkan oleh Dinas D Lingkungaan Hidup. Pada peratturan terseb but terdapaat peraturann baku muttu air limbah bagi industri rokok r dan atau a cerutu kategori k II (Tabel ( 16). ustri Rokokk dan Cerutuu Kategori II I Tabel 16. Baku Mutuu Air Limbaah Bagi Indu Paarameter TSS Ph mmonium Am BO OD CO OD Fennol Miinyak lemak
Kadarr maksimum m (mg/ L) 100 6,0-9,0 10 100 200 0,5 5,0
Sumber : Diinas Lingkun ngan Hidup, 2010
Haasil akhir daari pengolahhan limbah cair ini berrbentuk paddat berupa pupuk p kompos daan berupa air a yang telaah diendapk kan dan dijernihkan. Unntuk memasstikan air dapat dimanfaatk d an atau tidaak mengand dung bahann berbahayaa digunakan n ikan nila sebaggai parameteer. Jika ikann nila mamp pu bertahan dalam air teesebut maka sisa air tersebuut dianggapp layak untuuk dibuang g ke sungai,, sedangkann jika air masih m belum layak maka akkan dilakukaan pengolah han kembalii.
Gam mbar 9. Instaalasi Pengollahan Air Liimbah (IPA AL) PT. Djarrum Kudus
36
Meskipun area industri cenderung dipadati oleh bangunan dan perkerasan, pada area industri ini terdapat area tak terbangun yang cukup luas berupa lahan persawahan, pekarangan, dan pemakaman. Sawah disini didominasi oleh tanaman padi dan tebu yang merupakan milik masyarakat setempat. Sawah ini merupakan sumber penghasilan kedua setelah industri dan hasilnya sebagaian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena hasilnya yang cukup penting bagi masyarakat sehingga sawah masih dipertahankan sampai saat ini dan merupakan lahan terbuka hijau yang paling mendominasi. Jenis RTH lain yang ada disini adalah pemakaman yang tidak besar dan lokasinya dekat dengan tempat pengolahan limbah, yaitu Makam Winong Pemakaman ini cukup terawat dengan baik, karena pemakaman disini diperuntukkan bagi masyarakat setempat (makam umum) sehingga selain penjaga makam, masyarakat juga datang untuk merawat dan membersihkan makam. Sedangkan pekarangan merupakan space atau lahan kosong baik berada di depan, samping maupun belakang rumah warga. Hampir setiap rumah memiliki pekarangan yang cukup luas dengan tanaman yang bervariasi khususnya tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain sawah, pekarangan, dan pemakaman juga terdapat beberapa vegetasi yang ada di sekitar lokasi industri yaitu pohon randu, pohon glodogan tiang, dan beberapa tanaman hias serta tanaman liar. Tanaman tersebut hanya terdapat di beberapa bagian saja tetapi tidak cukup banyak. Pohon randu terletak di pinggir sawah berjajar cukup rapi dengan jarak 4-6 m tetapi pohon ini hanya terdapat di pinggiran sawah. Begitu juga dengan pohon glodogan tiang yang berjajar rapi hanya terdapat di sekeliling pabrik dengan jarak 3-5 m. Tanaman hias juga dijumpai hanya di beberapa spot tertentu misalnya di bagian pintu masuk pabrik. Tanaman lainnya yang ada disini adalah tanaman liar yang banyak dijumpai di area persawahan sawah atau dekat dengan saluran drainase di sekeliling pabrik. b. Industri elektronik PT. Polytron Industri elektronik PT. Polytron merupakan salah satu industri besar lainnya yang ada di KPI Bakalan Krapak tepatnya di Dukuh Krapyak. Lokasinya tidak jauh dari industri rokok PT. Djarum yang hanya dipisahkan oleh area
37
permukiman. Luas area yang digunakan untuk industri ini lebih besar dari lahan yang digunakan untuk industri rokok PT. Djarum yang ada di Bapangan, yaitu sebesar 22,2 h. Jika dilihat dari pengunaan lahannya area industri ini memiliki penggunaan ruang yang sama dengan wilayah industri PT. Djarum yaitu untuk area terbangun yang berupa permukiman dan area industri serta area tak terbangun berupa sawah, pekarangan, dan pemakaman (Gambar 10).
U Tanpa skala
Gambar 10. Lokasi Industri PT. Polytron (Sumber: http://maps.google.com/2010) Kondisi lingkungan disini hampir sama dengan kondisi lingkungan di Dukuh Bapangan yang panas dan kering karena padatnya bangunan dan pengaruh pencemaran lingkungan. Pencemaran yang dihasilkan tidak cukup besar dan lebih sedikit pengaruhnya dibandingkan dengan industri PT. Djarum. Berdasarkan keterangan masyarakat, industri PT. Polytron tidak menghasilkan bahan pencemar yang berbahaya akan tetapi masyarakat merasa tidak nyaman karena kondisi lingkungan yang semakin panas, padat serta adanya suara bising dari pabrik yang cukup mengganggu. Hal ini didukung oleh hasil sebaran kuesioner pada kedua area industri dimana menurut masyarakat kedua industri tersebut memberikan kerugian terutama pada lingkungan (Gambar 25).
38
Sama halnya dengan area industri di Bapangan, disini juga terdapat area tak terbangun berupa sawah, pekarangan, dan pemakaman (Gambar 11). Sawah disini lebih luas di bandingkan dengan sawah yang ada di KPI PT. Djarum tetapi tanamannya serupa yaitu tanaman padi dan tebu. Sawah disini juga merupakan penopang mata pencaharian masyarakat disini setelah industri serta sebagai sumber makanan utama bagi masyarakat. Begitu juga untuk pekarangan, yang juga cukup luas dan biasanya dijadikan pemisah antara rumah satu dengan yang lain. Pemakaman yang dekat dengan industri PT. Polytron adalah makam Krapyak dengan luasan area yang lebih besar jika dibandingkan dengan makam Winong di lokasi industri Bapangan. Selain lebih luas, makam ini juga lebih terawat dan tertata rapi. Tanaman yang ada disini juga cukup bervariasi dari penutup tanah, semak, dan pohon yang jumlahnya merata di setiap ruang pemakaman. Selain itu, terdapat beberapa tanaman lain yang mengisi area industri ini yaitu adanya tanaman pengarah seperti glodogan tiang yang ada di sekeliling pabrik serta tanaman hias di bagian pintu masuk pabrik.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 11. Jenis RTH yang Ada di Area Industri (a. sawah padi, b. sawah tebu, c. pekarangan, dan d. makam)