46
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Sekolah ini terletak di jalan Slamet Riyadi Karanganyar. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Mei 2015 dengan rincian pada Tabel 3.1 di Lampiran 1. Adapun tahap-tahap pelaksanaanya sebagai berikut: a.
Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan proposal penelitian, survey ke sekolah yang digunakan untuk penelitian, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen
penelitian
yang
terdiri
dari
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal-soal kognitif, lembar observasi dan angket. b.
Tahap pelaksanaan, meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.
c.
Tahap penyelesaian, meliputi menganalisis data dan menyusun laporan penelitian. B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.
Pemilihan
subjek
dalam
penelitian
didasarkan
atas
permasalahan-permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal. 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah motivasi belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dengan penerapan pendekatan saintifik menggunakan metode eksperimen dan diskusi dalam materi pokok Alat Optik.
46
47
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan proses pelaksanaannya, PTK ini menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Pelaksanaan keempat komponen tersebut dalam penelitian ini dijelaskan dalam prosedur penelitian. Sedangkan bila ditinjau dari hubungan dengan pihak lain, PTK ini menggunakan model kolaboratif antara guru dan peneliti. Adapun tugas guru dan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Guru pada penelitian ini bekerja sama dengan peneliti dalam penentuan permasalahan yang akan diatasi, penentuan rencana tindakan perbaikan dan pelaksanaan penelitian. Selain itu guru juga berperan sebagai inovator atau pembaharu. Pada penelitian ini guru yang melaksanakan tindakan yang telah disepakati bersama dengan peneliti.
2.
Peneliti pada penelitian ini bertugas sebagai inovator atau pembaharu. Peneliti dan guru duduk bersama secara harmonis untuk memikirkan dan menemukan permasalahan yang akan diteliti penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Pada pelaksanaan tindakan, peneliti bertugas sebagai observer atau pengamat. Pada penelitian ini, guru dan peneliti juga dibantu oleh seorang pengamat
atau observer. Pengamat pada penelitian ini adalah rekan dari peneliti. Adapun tugas pengamat adalah mengamati proses berlangsungnya pembelajaran sesuai dengan panduan yang telah disampaikan peneliti dan guru. Selain itu, pengamat dapat memberikan catatan-catatan selama pelaksanaan pembelajaran untuk dijadikan bahan diskusi antara peneliti, guru dan pengamat di akhir pembelajaran. Berdasarkan
hasil
observasi
awal,
dirancang
tindakan
untuk
meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi bebelajar siswa. Adapun tindakan yang dimaksud berupa penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dengan menggunakan metode eksperimen dan diskusi. Supaya diperoleh hasil
48
yang
maksimal,
penerapan
pendekatan
pembelajaran
saintifik
dengan
menggunakan metode eksperimen dan diskusi dilaksanakan pada siklus satu dan siklus berikutnya. Akan tetapi, pelaksanaan penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dengan menggunakan metode eksperimen dan diskusi pada siklus berikutnya disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. D. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan ditujukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang dikembangkan mampu meningkatkan motivasi belajar fisika dan kemampuan kognitif siswa. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan kajian dokumen atau arsip yang berpedoman pada lembar observasi. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kognitif dan motivasi siswa pada tiap siklusnya. Data kuantitatif tes kognitif siswa berupa angka dari skala nol sampai 100. Data kuantitatif untuk motivasi siswa berupa persentase siswa yang memenuhi tiap indikator berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Teknik Observasi Peneliti melakukan observasi terhadap guru dan siswa saat proses pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua rekan peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang dalam kegiatan eksperimen dan diskusi. Kemudian secara fleksibel tanpa mengganggu konsentrasi siswa, observer dapat berpindah posisi untuk mengobservasi guru yang dilakukan hanya untuk mengukur sejauh mana keterlaksanaan dari pembelajaran yang telah direncanakan. Melalui kegiatan observasi tersebut, dapat diperoleh analisis kualitatif dalam mengidentifikasi ketercapaian aspek sekaligus sebagai pertimbangan dalam penyusunan
49
perencanaan siklus berikutnya apabila belum mencapai target yang direncanakan. b. Teknik Kajian Dokumen Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). c. Teknik Tes Tes tertulis dilaksanakan di akhir siklus dan bertujuan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah diberikan dalam proses pembelajaran terhadap penguasaan konsep materi dan hasil kognitif siswa pada materi Alat-Alat Optik. Dengan perkataan lain ulangan disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang ada. d. Teknik Wawancara Wawancara dilakukan di awal dan akhir siklus terhadap siswa dan guru. Wawancara yang dilakukan berpedoman atas dasar hasil dari pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan yaitu mengenai penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan metode eksperimen diskusi dan partisipasi siswa sepanjang siklus. Instrumen yang digunakan dalam wawancara terhadap siswa adalah pedoman wawancara yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. e. Teknik Angket Angket dalam penelitian ini diberikan kepada siswa dan dilakukan dalam tingkat tahap yaitu tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II. Angket awal siklus bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang motivasi diawal siswa sebelum mereka melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik metode eksperimen diskusi, sehingga diketahui persentasenya yang menyebabakan nilai kemampuan kognitif rendah. Angket akhir per siklus bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan pendekatan saintifik dengan metode eksperimen diskusi dalam meningkatkan motivasi
50
siswa yang dapat tercerimn juga melalui hasil kemampuan kognitif siswa. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui persentase kenaikan motivasi siswa dengan membandingkan pra siklus dan siklus akhir. Pada penelitian ini digunakan angket berstruktur dengan jawaban berupa 4 alternatif jawaban yaitu Selalu, Sering, Kadangkadang, dan Tidak pernah, sehingga skor maksimumnya adalah 80. E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran (silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)), dan instrumen pengambilan data (instrumen penilaian kemampuan kognitif, lembar observasi dan angket). 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus yang digunakan SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP disusun oleh peneliti dengan tujuan dalam pelaksanaan pembelajaran dapat terstruktur dengan baik. Untuk menentukan validitas dari RPP dilakukan dengan validasi konstruksi dan isi oleh dosen pembimbing. c. LKS (Lembar Kerja Siswa) LKS disusun oleh peneliti dengan tujuan sebagai laporan hasil dari kegiatan siswa di kelas. Penyusunan LKS juga dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian indikator motivasi belajar dan kemampuan kognitif yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya instrumen pembelajaran yang telah disusun diuji tingkat validitasnya melalui validitas isi oleh pembimbing. Validitas isi digunakan untuk mengetahui kesesuaian instrumen yang disusun dengan tujuan penelitian. Langkah-langkah dalam validitas isi instrumen meliputi tahapan sebagai berikut:
51
a. Menyusun butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang indikatornya telah disesuaikan dengan komponen yang akan diukur dalam penelitian. b. Melakukan konsultasi instrumen dengan ahli (expert judgment) yaitu dosen pembimbing untuk mengetahui kesistematisan instrumen dan relevansinya dengan komponen yang akan diukur. c. Melakukan penilaian terhadap instrumen Teknik analisis data yang dilakukan oleh ahli RPP yaitu dengan mengisi angket tentang aspek format, aspek kejelasan komponen RPP dan aspek bahasa. Jumlah skor dari ketiga aspek akan memiliki skor tertinggi ideal 148 dan skor minimum ideal 37, dengan mean ideal (Mi) 92,5 dan simpangan baku ideal (Sbi) 18,5. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya RPP disajikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kriteria Validasi RPP Kategori Kelompok Skor 5 120< X 4 98 X 120 3 76 X 98 2 54 X 76 1 X 54 Keterangan : X = Skor validator
Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Teknik analisis data yang dilakukan oleh ahli LKS yaitu dengan mengisi angket tentang aspek tampilan, aspek format, aspek materi dan aspek bahasa. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya RPP disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kriteria Validasi LKS Kategori Kelompok Skor 5 90 < X 4 75 X 90 3 60 X 75 2 45 X 60 1 X 45 Keterangan : X = Skor validator
Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
52
Jumlah skor dari ketiga aspek akan memiliki skor tertinggi ideal 104 dan skor minimum ideal 26, dengan mean ideal (Mi) 65 dan simpangan baku ideal (Sbi) 13. Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kategori kelayakan menurut masing-masing aspek yang diukurnya. 2. Instrumen Pengambilan Data a. Lembar Observasi Lembar observasi siswa ini diberikan untuk diisi pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar ini berisi indikator yang diamati dan pedoman penilaiannya. Langkah-langkah pembuatan lembar observasi motivasi belajar siswa : 1) Membuat kisi-kisi lembar observasi motivasi belajar siswa yaitu dengan : a) Menentukan aspek yang akan diukur b) Menentukan indikator dari aspek yang akan diukur 2) Untuk menentukan validitas lembar observasi motivasi belajar siswa dilakukan dengan validitas isi oleh pembimbing. b. Angket Angket disusun oleh peneliti untuk menganalisis informasi yang diperoleh agar dapat diketahui persentase kenaikan motivasi siswa dengan membandingkan pra siklus dan setiap siklus. Untuk menentukan validitas dari angket dilakukan dengan validasi konstruksi dan isi oleh dosen pembimbing. Penilaian angket motivasi siswa menggunakan analisis deskriptif kualitatif. c. Instrumen Penilaian Kemampuan Kognitif Untuk penilaian kemampuan kognitif, menggunakan bentuk tes obyektif. Adapun langkah pembutan tes terdiri dari: 1) Membuat kisi-kisi soal tes 2) Menyusun soal tes 3) Mengadakan uji coba tes (tryout)
53
Untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut telah memenuhi persyaratan
tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda maka sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen tes dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar di kelas XI ICT 1 yang letak gedung kelasnya cukup jauh dengan kelas yang akan dijadikan penelitian. Adapun uji coba instrumen tes dilaksanakan pada siswa yang telah memperoleh materi pokok Alat Optik. Adapun penjelasan uji coba instrumen tes kognitif diuraikan sebagai berikut: 1) Uji Validitas Menurut Sudjana (2009:12), “validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai”. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir. Validitas butir suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini skor terhadap jawaban setiap soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini, skor terhadap jawaban setiap soal hanya terdiri atas angka 1 dan 0. Perhitungan validitas instrumen kognitif menurut Arikunto (2005:79) dicari dengan rumus sebagai berikut.
pbi
Mp Mt St
p ……………………… (3.1) q
dengan:
γ pbi
: Koefisien korelasi biserial
Mp : Mean skor dari subjek yang menjawab benar, item yang dicari validitasnya Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes) St
: Standar deviasi dari skor total
p
: Proporsi subjek yang menjawab benar item soal
54
: q
:
jumlah siswa yang menjawab benar jumlah seluruh siswa
Proporsi subjek yang menjawab salah item soal (q = 1-p)
γ
Kriteria validitas item soal dikatakan valid apabila pbi ≥ γ tabel Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif siklus I setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sedangkan analisis hasil uji validitas soal kognitif siklus I dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 18. Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Tryout 1 Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Kriteria Jumlah Jenis Soal Soal Valid Invalid Kognitif 26 20 6 Ringkasan hasil uji validitas soal siklus II setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.4. Sedangkan analisis hasil uji validitas soal kognitif siklus II dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 35. Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Tryout 2 Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Kriteria Jumlah Jenis Soal Soal Valid Invalid Kognitif 20 15 5 Dari soal tes kognitif yang di tryout kan digunakan 20 soal yang memenuhi kriteria valid. Pemillihan 20 soal yang digunakan ini juga didasarkan dengan indikator yang digunakan dalam pembelajaran. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas berarti kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan memenuhi kriteria reliabilitas jika instrumen tersebut digunakan berulangulang pada subjek dengan kondisi yang sama akan memberikan hasil yang relatif tidak mengalami perubahan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian ini digunakan KR-20 dengan teknik belah dua yang dirumuskan Koder Richardson menurut Arikunto (2005: 100) sebagai berikut:
55
2 n S pq …………………. (3.2) r11 = 2 n 1 S
dengan: r11 :
Reliabilitas tes secara keseluruhan
p
:
Proporsi subjek yang menjawab benar item soal
q
:
Proporsi subjek yang menjawab salah item soal (q = 1-p)
pq
:
jumlah hasil perkalian antara p dan q
n S
: :
banyaknya item soal Standar deviasi dari tes
Kriteria dari uji reliabilitasnya, instrumen soal dikatakan reliabel apabila r11 ≥ rtabel. Sedangkan kriteria reliabilitasnya menurut
Masidjo (1995)
adalah sebagai berikut: : Sangat Tinggi (ST) : Tinggi (T) : Cukup (C) : Rendah (R) : Sangat Rendah (SR) Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.5 dan 3.6. Hasil uji coba reliabititas instrumen soal penilaian kognitif siklus I yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18 dan siklus II pada Lampiran 35. Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Tryout 1 Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Jenis Jumlah Reliabilitas Kriteria soal Soal Kognitif 26 0,877 Tinggi Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Tryout 2 Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Jenis Jumlah Reliabilitas Kriteria soal Soal Kognitif 20 0,824 Tinggi
56
3) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item tes, digunakan rumus: D=
BA BB = PA - PB……………………... (3.3) JA JB
dengan: D
: daya pembeda
JA
: banyaknya peserta kelompok atas
JB
: banyaknya peserta kelompok bawah
BA
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA
: proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB
: proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2005 : 218) : 0,00 ≤ D < 0,20 adalah jelek
(soal tidak dipakai)
0,20 ≤ D < 0,40 adalah cukup
(soal dipakai)
0,40 ≤ D < 0,70 adalah baik
(soal dipakai)
Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif siklus I yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7. Sedangkan hasil uji coba daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif siklus II yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.8. Hasil uji daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 35.
57
Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Tryout 1 Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Kriteria Jenis Jumlah Baik Soal Soal Jelek Cukup Baik Sekali Kognitif 26 3 7 13 3 Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Tryout 2 Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Jenis Soal
Kriteria
Jumlah Soal
Jelek
Cukup
20
4
7
Kognitif
Baik 8
Baik Sekali 1
4) Taraf Kesukaran Taraf kesukaran item tes adalah pengukuran derajat kesukaran suatu item tes. Besarnya angka yang menunjukkan taraf kesukaran disebut Indeks Kesukaran (P). Soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran memadai, artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur taraf kesukaran masingmasing soal adalah: P=
B ………………………………. (3.4) Js
dengan: P
: indeks kesukaran
B
: banyak siswa yang menjawab soal benar
Js
: jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut Arikunto (2005:210) klasifikasi indeks kesukaran adalah
sebagai berikut: 0,00 ≤ P < 0,30 adalah sukar
(soal tidak dipakai)
0,30 ≤ P < 0,70 adalah sedang
(soal dipakai)
0,70 ≤ P ≤ 1,00 adalah mudah
(soal dipakai)
Hasil uji coba taraf kesukaran instrumen soal penilaian kognitif siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.9 dan 3.10. Hasil uji taraf
58
kesukaran instrumen soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 35. Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Tryout 1 Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Taraf Kesukaran Soal Jenis soal Jumlah Soal Sedang Mudah Sukar Kognitif 26 4 14 8 Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tryout 2 Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Taraf Kesukaran Soal Jenis soal Jumlah Soal Sedang Mudah Sukar Kognitif 20 10 7 13
F. Uji Validitas Data Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu data penelitian. Data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. 1. Motivasi Belajar Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi metode atau teknik, yaitu dengan membandingkan atau mengecek ulang informasi yang diperoleh dari tiga sumber data. Moleong (2013) menyatakan bahwa “jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembanding tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut”. Triangulasi dilakukan agar diperoleh suatu kesimpulan berdasarkan ketiga sumber data tersebut sehingga data yang diperoleh bukan hanya berasal dari satu sumber saja. Triangulasi teknik ini digunakan untuk membandingkan atau mengecek ulang data yang
59
diperoleh dari tiga sumber data yaitu lembar observasi, angket dan wawancara. Adapun skema penggunaan validitas data yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Data yang diperoleh dari ketiga sumber data tersebut baik dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa, lembar observasi yang diperoleh dari pertemuan di setiap siklus dan hasil dari angket yang diisi oleh siswa di pra siklus serta masing-masing di setiap akhir siklus I dan II. Ketiga sumber data tersebut kemudian dianalisis supaya diperoleh suatu kesimpulan hasil dari penelitian yang dilakukan. Observasi
Wawancara
Angket
Gambar 3.1. Triangulasi dengan Tiga Sumber Data Motivasi Belajar 2. Kemampuan Kognitif Untuk menguji keabsahan data kemampuan kognitif siswa diperoleh dari 1 sumber data yaitu hasil tes kemampuan kognitif siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Soal tes kognitif telah divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing dan tes validitas butir. G. Teknik Analisis Data Analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Teknik analisis data mengacu pada model interaktif Miles dan Huberman. Komponen dalam analisis data dengan model interaktif dapat dilihat pada Gambar 3.2. Menurut pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 337) analisis data dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verifying (penarikan kesimpulan dan verifikasi). Dalam proses reduksi data, data yang diperoleh selama tahap uji coba dicatat dan dirangkum dengan memfokuskan pada hal-hal penting, sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat atau teks yang bersifat naratif
60
atau bagan, hubungan antar kategori atau flowchart dan sejenisnya yang kemudian diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Adapun model analisis data yang digunakan adalah interaktif model dapat dilihat dalam skema Gambar 3.2. Data collection Data display Data reduction Conclusions: drawing/verifying
Gambar 3.2. Bagan Komponen Analisis Data Model Interaktif (Sumber: Sugiyono (2009: 338)) a. Reduksi Data Reduksi data dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan,
dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Proses ini meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. b. Penyajian Data Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses ini dilakukan dalam rangka mengorganisasi data dari hasil reduksi data yang di mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematik dan perlu adanya pemberian makna. Untuk mempermudah verifikasi dan analisis data yang diperlukan untuk
61
menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi secara khusus tiap-tiap siklus pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menganalisis secara deskriptif data yang diperoleh pada kegiatan observasi dan tes dari tiap siklus dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Kegiatan analisis tersebut meliputi: a.
Hasil Motivasi Belajar Motivasi siswa yang dimaksud adalah motivasi siswa yang diambil saat pembelajaran untuk sebelum dan setelah menggunakan pendekatan saintifik. Motivasi belajar siswa mencakup segala bentuk kegiatan siswa yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Masing-masing indikator dihitung persentase ketercapaiannya yang didasarkan pada jumlah siswa yang melakukan kegiatan pada tiap indikator. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis motivasi belajar siswa tiap indikator dapat dihitung sebagai berikut: ∑ ∑
……………………………(3.5)
Keterangan: P = Persentase ketercapaian tiap indikator a Na = Jumlah siswa yang melakukan pada tiap indikator N = Jumlah siswa keseluruhan (Afriyanto, 2011) Adapun penskoran untuk angket motivasi adalah sebagai berikut: angket terdiri dari 19 butir soal dengan 4 alternatif jawaban yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak pernah. Teknik analisis data yang dilakukan untuk menganalisis hasil kuesioner adalah menggunakan kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan dari jumlah soal dalam kuesioner. Skor tertinggi ideal yang dicapai untuk keseluruhan adalah 76, skor minimum ideal yang dicapai adalah 19 dengan mean ideal (Mi) 47 dan simpangan baku ideal (Sbi) 9. Kriteria yang dimaksud terdapat pada Tabel 3.11.
62
Tabel 3.11 Kriteria Angket Kategori Kelompok Skor 3 57 X 2 38 X 57 1 X 38 Keterangan : X = Skor Responden
Kriteria Baik Cukup Kurang (Azwar, 2012)
b. Hasil Tes Kemampuan Kognitif Pada setiap siklus, tiap butir soal memiliki poin 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Kemudian dihitung poin total yang diperoleh peserta didik dan selanjutnya dikonversikan menjadi nilai akhir siswa. Setelah itu, dihitung persentase ketuntasan siswa: ………………………………..(3.6) Keterangan: F = Jumlah siswa tuntas (nilai
75)
N = Jumlah siswa keseluruhan P = Persentase ketuntasan siswa (Afriyanto, 2011) H. Indikator Kinerja Penelitian 1. Target Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa Penelitian ini dikatakan berhasil apabila target yang telah direncanakan pada penelitian ini tercapai. Target penelitian tersebut disusun oleh peneliti dan guru dengan memperhatikan kondisi awal kelas yang dijadikan subjek penelitian dan memperhatikan pembagian waktu dalam silabus pembelajaran yang telah ditetapkan sekolah. Adapun indikator motivasi belajar disusun menurut Sardiman (2011) dan Hastuti (2013), tetapi tidak semua indikator digunakan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan hanya indikator yang bersifat umum dan menonjol saja yang digunakan sehingga mudah diamati oleh observer.
Target ketercapaian motivasi belajar siswa tiap indikator yaitu
dijelaskan dalam Tabel 3.12.
63
Tabel 3.12. Indikator Ketercapaian Motivasi Belajar pada Tiap Aspek Target No Indikator Ketercapaian (%) 1 Siswa mengikuti dan memperhatikan pelajaran 80 dengan baik 2 Siswa memiliki buku wajib dan referensi lain 75 3 Siswa bertanya mengenai materi yang belum 30 jelas 4 Siswa menjawab pertanyaan dan memberikan 25 pendapat/saran untuk memecahkan masalah 5 Siswa mengerjakan tugas dari guru 80 6 Siswa aktif berdiskusi dengan teman-teman saat 75 pembelajaran 2. Target Ketercapaian Kemampuan Kognitif Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2007 : 71). Indikator kinerja dikemukakan atau dirumuskan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Apabila hasil refleksi siklus telah mencapai target pada indikator kinerja maka siklus dapat dihentikan namun apabila hasil refleksi belum mencapai target yang ditetapkan maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan melakukan beberapa perbaikan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
target yang telah
direncanakan pada penelitian ini tercapai. Target penelitian tersebut disusun oleh peneliti dan guru dengan memperhatikan kondisi awal kelas yang dijadikan subjek penelitian dan memperhatikan pembagian waktu dalam silabus pembelajaran yang telah ditetapkan sekolah. Berikut ini tabel indikator keberhasilan dalam upaya meningkatkan kemempuan kognitif siswa. Tabel 3.13. Indikator Keberhasilan Kemampuan Kognitif Siswa Target Indikator Cara penilaian Ketercapaian (%) ∑ Tercapainya nilai 70 batas tuntas (KKM) ∑ I. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model
64
spiral. Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010: 21) Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya. Berikut penjelasan pada tiap langkah tersebut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a. Permohonan izin kepada kepala sekolah dan guru SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. b. Observasi
untuk
mendapatkan
gambaran
awal
mengenai
proses
pembelajaran pada mata pelajaran Fisika SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. c. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran. d. Mengetahui kemampuan kognitif awal siswa berdasarkan hasil tes terakhir dan hasil motivasi belajar siswa berdasarkan pengamatan awal di kelas. 2. Tahap Perencanaan (Planning) Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa perencanaan tindakan kelas, dalam hal ini kegiatan pembelajaran direncanakan
menggunakan
pendekatan
saintifik
dengan
metode
eksperimen dan diskusi. b. Menyusun instrumen penelitian, yang meliputi soal tes kognitif, angket dan lembar observasi motivasi siswa. 3. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan (Acting) a. Melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam RPP. b. Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi langsung.
65
c. Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. 4. Tahap Observasi dan Evaluasi a. Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi. b. Mendiskusikan dengan guru maupun dosen terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai. c. Membuat kesimpulan hasil pengamatan. 5. Tahap Refleksi (Reflecting) Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai berikut: a. Menganalisis tanggapan siswa secara langsung melalui wawancara. b. Menganalisis hasil tes kognitif siswa. Apabila hasil tes menunjukkan peningkatan sesuai indikator ketercapaian, maka model pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya (siklus selanjutnya). Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru yang bersangkutan untuk melakukan perbaikan serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Adapun prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.3.
66
Perencanaan
Kondisi awal
SIKLUS I Pelaksanaan Tindakan I
Observasi I
Terselesaikan
Refleksi I
Belum Terselesaikan
SIKLUS ke-n
Terselesaikan
Gambar 3.3. Skema Prosedur Penelitian